3 SELASA, 11 SEPTEMBER 2012 POLITIK WAWANCARA Guncangan Besar itu Bagian Seleksi Alam DALAM sambutan pada syukuran ulang tahun ke-11 Partai Demokrat di Kantor DPP PD, Jakarta, Minggu (9/9) lalu, Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum meminta semua menteri dari Demokrat ikut mencalonkan diri menjadi anggota legislatif 2014. Ancaman sejumlah kasus yang melibatkan sejumlah kader PD saat ini diperkirakan akan mengganjal langkah tersebut. Apa yang dilakukan PD untuk menghadapi Pemilu 2014? Untuk mengungkap hal itu Media Indonesia mewawancarai Anas Urbaningrum di Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta kemarin. Berikut petikannya. Apakah Anda belum percaya kemampuan kader muda sehingga meminta para menteri nyaleg pada 2014? Dalam sepak bola untuk membentuk sebuah tim, pasti akan direkrut pemain terbaik dari seluruh potensi yang dimiliki. Sama dengan kesiapan partai dalam pemilu, Demokrat harus siap sepenuhnya. Maka rekrutmen caleg, pasti mengusahakan yang terbaik. Kita berharap seluruh kader PD turun gunung untuk Pemilu 2014 yang akan datang. Kalau para menteri diundang, diminta ditugasi oleh partai untuk menjadi caleg, itu bagian dari tugas politik. Apalagi sebagian menteri dulunya anggota DPR. Jadi selain panggilan dan tugas dari partai, para menteri itu punya pengalaman politik dalam pemilu legislatif. Kebijakan itu sama sekali tidak berarti meminggirkan kader muda, tidak bermakna tidak percaya kemampuan kader lain, sama sekali tidak. Demokrat akan merekrut caleg dari kader parpol lain? Karena memang kebutuhan besar, untuk DPR harus disediakan 560 kader terbaik diambil dari seluruh provinsi. Baik dari anggota legislatif dan Anas Urbaningrum Ketua Umum Partai Demokrat eksekutif sekarang, yang mengelola partai sehari-hari dan kader baru, terbuka dan akan mengundang anakanak bangsa dari berbagai latar belakang. Demokrat ingin menyusun daftar calon yang terbaik, meyakinkan di mata pemilih, disusun dan ditawarkan kepada para pemilih. Para calon itu adalah politisi yang tangguh punya kapasitas dan kemampuan. Prinsipnya Demokrat terbuka, kami yakin akan tersusun. Sekarang sudah resmi, beberapa kader partai bergabung, misalkan pakar pangan menjadi ormas PD. Bagaimana dengan hantaman banyaknya kasus korupsi yang menimpa kader? Partai Demokrat masih muda, baru sebelas tahun. Dalam usia muda, kepercayaan dan amanah sudah besar. Selama 11 tahun ini, kesuksesan dalam pemilu sudah dirasakan para kader. Dalam perjalanan ke depan tentu meskipun kami berharap tidak ada gelombang besar, tetapi jika memang harus ada gelombang besar, angin besar, guncanganguncangan merupakan bagian proses sejarah untuk seleksi, penguatan, dan pendewasaan partai Demokrat. Partai-partai yang lain sudah pernah mengalami dinamika guncangan seperti itu. Jadi, kalau Partai Demokrat mengalami guncangan yang sama, itu fasilitas sejarah, untuk melakukan koreksi, seleksi, pendewasaan, dan bahkan memperkuat militansi dan kecintaan k a d e r ke p a d a p a r t a i . (Mad/P-1) Aspek Primordial masih Jadi Pertimbangan Penetapan calon pemimpin nasional harus melalui berbagai pertimbangan agar peluang terpilih semakin besar. HILLARIUS U GANI S EMUA partai politik dalam menentukan calon yang akan diusung sebagai pemimpin nasional dan daerah akan mempertimbangkan berbagai hal. “Semua partai menggunakan berbagai pertimbangan politik ataupun primordial dalam pemilihan umum, baik pilpres maupun pilkada,” kata pengamat politik dari Universitas Indonesia, Iberamsjah, kemarin. Sebagai contoh, kata Iberamsjah, Partai Demokrat dan partai-partai pendukungnya memilih pasangan Fauzi Bowo (Foke)-Nachrowi Ramli (Nara) dalam pemilu kada DKI Jakarta. Pilihan Partai Demokrat mengusung Foke-Nara, jelasnya, karena pertimbangan latar belakang pasangan itu yang merupakan etnik Betawi. “Ini secara sadar pasti mereka perhitungkan dengan harapan bahwa orang akan lebih memilih etnik Betawi ka- rena tentunya orang Betawilah yang paling memahami Jakarta,” katanya. PDIP pun demikian, memilih Jokowi karena faktor primordial. “Jadi bisa saja ini seperti perjudian, menang syukur tidak menang juga tidak apa-apa buat PDIP,” katanya. Pada skala nasional, jelas Iberamsjah, dukungan Partai Gerindra terhadap pasangan Jokowi-Ahok dijadikan testing the water bagi Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto. “Prabowo ingin testing the water, apakah isu dikaitkan dirinya dengan peristiwa 98 sudah dilupakan orang. Tampaknya tes yang dilakukannya berhasil, masyarakat sudah tidak memedulikan isu itu,” katanya. Reality show Selain melalui berbagai survei, untuk acuan pemilihan calon pemimpin program reality show bertema kepemimpinan berjudul I Am President akan ditayangkan di salah satu televisi swasta. Program Director I Am President, Muhammad Asmi mengungkapkan program tersebut untuk mencari solusi dan formula yang jitu mengatasi berbagai masalah yang ada, sesuai dengan aspirasi masyarakat yang ingin melihat perubahan. “Kompetisi itu terbuka bagi seluruh masyarakat Indone- sia yang berusia 17-40 tahun, berwawasan luas, dan pandai berpidato,” katanya di Yogyakarta. Ia mengatakan peserta diharapkan memiliki ide pembangunan dan dapat merancang wawasannya, baik melalui presentasi pidato maupun video sebagai penugasan wajib. Peserta juga harus berkarakter, berkarisma, berani, dan bertalenta. Audisi I Am President dilaksanakan di 11 kota besar di Indonesia, yakni Surabaya, Makassar, Manado, Medan, Palembang, Pontianak, Samarinda, Semarang, Yogyakarta, Bandung, dan Jakarta,” katanya. Menurut dia, audisi di Yogyakarta akan dilaksanakan di Auditorium Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada (UGM), 11-12 September 2012. Sementara itu, Ketua Majelis Syuro Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra optimistis ikut Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 karena tingkat keterpilihan yang tinggi dari masyarakat ataupun partai politik. “Saya optimistis ikut Pilpres 2014 karena banyaknya dukungan yang saat ini mulai diberikan oleh partai politik, sejumlah tokoh masyarakat maupun perorangan,” katanya di Ambon, kemarin. (Ant/P-1) hillarius @mediaindonesia.com MI/M IRFAN INFO SURVEI Denny JA: Akan Datang Era Indonesia tanpa Diskriminasi beda agama. Puisi esai Denny bukan hanya diterbitkan dalam bentuk buku saja. Tetapi puisi itu juga disebarkan lewat social media. Puisi Denny dibacakan oleh para maestro seperti Sutardji Calzoum Bachri, Putu Wijaya, Niniek L Kariem, Ine Febriyanti, Sudjiwo TedjoFatin Hamamah dan dibuatkan video klipnya yang bisa MAIN BERSAMA: Anak-anak di pengungsian GOR, Sampang, Madura, menikmati permainan bersama kakak-kakak dari Satgas PA di acara Pondok Anak Ceria yang didukung sepenuhnya oleh Yayasan Denny J A. FOTO-FOTO: DOK LSI MENDONGENG: Dengan dongeng, anak-anak kembali ceria dan memang harus selalu ceria, itulah suasana di salah satu pesantren di Sampang, Madura, yang tidak luput dari rangkaian acara Pondok Anak Ceria, kerja sama Satgas Perlindungan Anak yang didukung sepenuhnya oleh Yayasan Denny J A. “A NAK-ANAK itu tak mengerti. Ayah dan Ibu mere ka meyakini paham agama yang berbeda. Anakanak itu tidak memilih ayah dan ibu. Namun anak-anak itu ikut menanggung risiko menjadi pengungsi hanya karena paham agama ayah dan ibunya. Suatu saat akan datang. Era Indonesia tanpa diskriminasi.” Kumpulan kalimat itu ditulis Denny JA dalam serial tweetnya di @DennyJA_WORLD. Saat itu ia merespons Tragedi Sampang yang baru saja meletus. Ini memang pertikaian internal keluarga tapi tetap punya dimensi perbedaan agama Sunni versus Syiah. Rumah dibakar. Banyak yang mengalami kekerasan. Ada yang mati. Setelah 67 tahun merdeka dan 12 tahun reformasi, masih terjadi kekerasan kepada sesama anak bangsa hanya karena perbedaan paham agama. Denny JA membentuk lembaga. Ia beri nama Yayasan Denny JA untuk Indonesia tanpa Diskriminasi. Yayasan itu mengirim pendongeng dan bantuan lain untuk anak-anak pengungsi. Bersama Satgas Perlindungan Anak, Yayasan Denny JA menghibur, menyembuhkan, dan membangkitkan jiwa anak-anak melalui dongeng dan permainan. Sebelumnya ia bersama ANBTI juga membantu anak-anak pengungsi di Sampang dan di Mataram, NTB, merayakan hari proklamasi dan Lebaran. Walau merasa kurang dilindungi pemerintah, anak-anak ini tetap diajak memperingati bersama hari kemerdekaan. Di ujung acara, mereka diberi bingkisan Lebaran. Apakah Denny JA sedang alih profesi? Selama ini, ia dikenal sebagai pollster dan konsultan politik ternama. Hari-hari Denny JA biasa disibukkan dengan survei dan quick count pemilu. Tetapi Denny kini memulai aktivitas baru yang jauh dari ingar-bingar survei. Dia memelopori sekaligus aktif dalam gerakan “Indonesia tanpa Diskriminasi.” “Ini the road not taken, jalan yang jarang diambil,” ujar Denny JA mengutip puisi terkenal Robert Frost. Saya melakukan ini karena memang passion dan visi saya. Jelas ini kegiatan yang tidak populer membantu minoritas yang mengalami diskriminasi. Ini punya risiko politik. Ini juga murni kegiatan amal karena saya mengeluarkan dana saya pribadi. Tapi ini penting untuk membangun peradaban Indonesia modern, argumen Denny JA. Denny bercerita percakapannya dengan istrinya. Ia merasa tidak penuh jika hanya bekerja, membangun profesi baru dan mendapatkan rezeki besar. “Jika hanya itu, saya tidak akan mati dengan mesem,” ujarnya. “Saya ingin ada kontribusi yang sangat kental nuansa public interestnya. Saya ingin meneruskan apa yang menjadi obsesinya sejak menjadi aktivis mahasiswa dulu: Indonesia yang demokratis, yang melindungi semua warga negara apa pun identitas sosialnya. Denny memilih jalan budaya untuk mimpi ini. Denny mulai merambah dunia sastra telah merampungkan beberapa karya budaya. Dia sudah merampungkan buku puisi esai ‘Atas Nama Cinta’ yang isinya 5 puisi berlatar belakang isu diskriminasi di masyarakat. Kelima puisi esai itu adalah; Sapu Tangan Fang Yin yang mengangkat isu diskriminasi ras Tionghoa. Romi dan Yuli dari Cikeusik yang mengangkat isu diskriminasi pengikut Ahmadiyah di Cikeusik. Minah Tetap Dipancung yang mengangkat isu diskriminasi perlindungan terhadap wanita dan TKI di luar negeri. Cinta Terlarang Batman dan Robin yang mengangkat isu diskriminasi kaum homoseksual, serta Bunga Kering Perpisahan yang mengangkat isu diskriminasi perkawinan Denny JA PhD Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Network disaksikan di Youtube. Tak hanya buku dan video klip, isu diskriminasi yang disuarakan Denny lewat 5 puisi esainya juga difilmkan. Bersama sutradara film Ayat-Ayat Cinta, Hanung Bramantyo, Denny memfilmkan kelima puisi esainya itu dalam film pendek berdurasi kurang lebih 45 menit. Film itu mendapat sambutan yang antusias. Diputar di berbagai komunitas. “Pemerintah diwajibkan konstitusi melindungi segenap WNI. Pemerintah belum maksimal menjalankan kewajiban ini,” ujar Denny JA, karena terasa adanya “nuansa pembiaran” atas kekerasan diskriminatif di beberapa kasus belakangan ini.***