1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Pangandaran merupakan satu sistem rangkaian sisi selatan Busur Sunda (Sunda Arc). Daerah ini berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Di bawah dasar laut Samudera Hindia terdapat daerah pertemuan antara lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia. Daerah tersebut merupakan salah satu zona utama tumbukan lempeng tektonik bumi (zona subduksi) yang dapat berkembang menjadi bencana alam, khususnya bencana gempa bumi dan tsunami (Rahardjo, 2003). Wilayah pesisir Pangandaran merupakan daerah yang memiliki risiko tinggi terhadap bahaya tsunami. Hal ini terjadi karena dekatnya jarak ke zona subduksi (Mardiantno, 2006). Pangandaran telah mengalami gempa bumi disertai tsunami beberapa tahun yang lalu. Pada tanggal 17 Juli 2006, perairan selatan Jawa Barat diguncang gempa dangkal dengan kekuatan 7,7 Skala Magnitude (SM). Gempa ini berpusat di Samudera Hindia, tepatnya pada koordinat 9,295o LS – 107,347o BT (NEIC-USGS, 2006a). PSG (2006) menambahkan bahwa gempa ini terjadi di sekitar zona subduksi pada lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia. Gempa ini menimbulkan tsunami yang memporak-porandakan pantai Pangandaran dan sekitarnya. Bencana tsunami ini secara keseluruhan melanda sepanjang pantai selatan Jawa Barat hingga Yogyakarta dan menelan korban jiwa sekitar 700 orang. Dekatnya jarak pantai terhadap zona subduksi dan sejarah gempa serta tsunami menjadi ancaman daerah ini terhadap bencana tsunami. Kejadian gempa bumi yang disertai tsunami di wilayah pesisir Pangandaran dan sekitarnya pada tahun 2006 yang lalu, menjadikan kewaspadaan 1 2 wilayah pesisir selatan Jawa Barat, khususnya Pangandaran dalam menghadapi bencana tsunami. Bencana tsunami di Pangandaran dan wilayah di sekitar pesisir selatan Jawa kemungkinan bisa saja terulang. Natawidjaja (2007) menjelaskan bahwa zona subduksi Jawa merupakan daerah yang berpeluang menghasilkan gempagempa besar. Segmen zona subduksi Jawa yang belum melepaskan akumulasi regangan tektoniknya merupakan sumber gempa dan tsunami yang potensial di masa datang. Kejadian gempa bumi yang diikuti tsunami di Pangandaran serta beberapa bagian wilayah Indonesia telah menyadarkan sebagian besar penduduk Indonesia akan bencana tsunami. Rencana terpadu mitigasi bencana tsunami sudah selayaknya dilakukan. Unsur kunci pendukung yang menjadi dasar dalam perencanaan mitigasi bencana tsunami yaitu melakukan penelitian yang terkait. Penentuan indeks kerentanan pantai merupakan salah satu langkah awal yang dapat dijadikan informasi dasar dalam perencanaan mitigasi bencana tsunami. Penelitian mengenai indeks kerentanan pantai merupakan bagian dari analisis risiko bahaya tsunami yang penting dalam kerangka mitigasi bencana alam. Langkah mitigasi baru akan diambil setelah diketahui tingkat risikonya. Wilayah pantai dan pesisir Pangandaran memiliki berbagai aktivitas kepesisiran mulai dari permukiman, perdagangan, pariwisata, pengembangan sektor industri dan berbagai sektor lainnya. Dekatnya jarak pantai terhadap zona subduksi dan sejarah gempa serta tsunami menjadi ancaman kawasan ini terhadap bencana tsunami. Maka dari itu wilayah pesisir Pangandaran merupakan suatu kawasan yang penting dalam kegiatan mitigasi bencana alam pesisir. 3 1. 2 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Mengkaji karakteristik pantai dan pesisir Pangandaran sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi intensitas bencana tsunami dan risiko yang mungkin ditimbulkan 2) Menelaah penjalaran gelombang tsunami menuju pantai dan memprediksi capaian run-up tsunami yang mencapai daratan Pangandaran 3) Menentukan indeks kerentanan pantai akibat bencana tsunami berdasarkan parameter karakteristik pesisir Pangandaran, lereng dasar perairan dan karakter gelombang tsunami.