BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng dunia (triple junction plate convergence), yaitu lempeng Eurasia, samudra pasifik dan Indo Australia. Ketiga lempeng tersebut bergerak aktif dengan kecepatan dan arah yang berbeda dalam kisaran beberapa sentimeter sampai dengan 12 sentimeter pertahun. Hal itu menyebabkan pulau-pulau disekitar pertemuan tiga lempeng tersebut sangat rawan terhadap gempa bumi dan tsunami. Dipenghujung tahun 2004, tepatnya di hari minggu, 26 desember 2004, Indonesia dan delapan negara lainnya dikawasan samudera India dilanda bencana tsunami yang sangat hebat. Tsunami tersebut telah merenggut lebih dari seperempat juta jiwa pada beberapa Negara asia dan afrika yang meliputi : Indonesia, Malaysia, Thailand, Myanmar, Bangladesh, Srilangka, India, Maladewa dan Kenya. Gambar 1.1 Kerusakan akibat Tsunami Aceh 2004 1 2 Tsunami ditimbulkan oleh gempa bumi berkekuatan 9.3 SR (skala Richter) yang berpusat di 33 LU dan 95 BT. Gempa tersebut telah menimbulkan getaran kuat dan patahan sepanjang 1200 km yang membentang dari aceh sampai ke Andaman. Tragedi tsunami akhir tahun 2004 tersebut telah meninggalkan kesedihan dan penderitaan yang luar biasa bagi masyarakat provinsi aceh dan sumatera utara khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya. Menurut data dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), 173.341 jiwa meninggal dunia dan 116.368 orang dinyatakan hilang, sedangkan disumatera utara 240 orang tewas. Tsunami aceh mengakibatkan ribuan rumah dan bangunan rusak dan menyebabkan hamper setengah juta orang jadi pengungsi. Gambar 1.2. Kondisi Tektonik Indonesia Indonesia terletak di daerah dengan tingkat aktivitas gempabumi tinggi, hal tersebut sebagai akibat bertemunya tiga lempeng tektonik utama dunia yakni : Samudera India – Australia di sebelah selatan, Samudera Pasifik di sebelah Timur dan Eurasia, dimana sebagian besar wilayah Indonesia berada di 3 dalamnya. Pergerakan relatif ketiga lempeng tektonik tersebut dan dua lempeng lainnya, yakni laut Philipina dan Carolina mengakibatkan terjadinya gempa- gempa bumi di daerah perbatasan pertemuan antar lempeng dan juga menimbulkan terjadinya sesar-sesar regional yang selanjutnya menjadi daerah pusat sumber gempa juga. Akibat pergerakan relatif antar lempeng tektonik di Indonesia dan aktivitas sesar-sesar regional maupun local ribuan gempa terjadi setiap tahunnya, namun sebagian besar dari gempa-gempa tersebut hanya terdeteksi oleh alat yakni seismograph, sedangkan gempa-gempa yang berkekuatan 5.5 SR ataupun yang dirasakan rata-rata pertahun sekitar 70 – 100 kali, sedangkan gempa yang menimbulkan kerusakan antara 1 – 2 kali pertahun. Sejak tahun1991 sampai dengan 2009 tercatat telah terjadi gempa merusak dan 14 kali tsunami merusak. Pada 12 Desember 1991 Tsunami Flores telah menelan korban 2000 jiwa lebih, diikuti Tsunami Jawa Timur 1994, Tsunami Biak 1996, Tsunami Sulawesi tahun 1998, Tsunami Maluku Utara 2000 dan Tsunami Raksasa Aceh Desember 2004, Nias 2005, Jawa Barat 2006 serta Bengkulu 2007. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan rata-rata hampir 1 tahun sekali tsunami menghantam pantai kepulauan Indonesia. Hasil penelitian Paleotsunami menunjukkan bahwa 600 tahun lalu terjadi tsunami besar yang melanda aceh dan Thailand. Hal tersebut menunjukkan bahwa daerah aceh rawan tsunami besar. 4 1.2 Tujuan Penulisan 1. Mengevaluasi kinerja sistem peringatan dini tsunami di Indonesia. 2. Memberikan rekomendasi sistem peringatan dini tsunami di Indonesia 1.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang dibahas dalam tesis ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana peranan tsunami buoy terhadap sistem peringatan dini di Indonesia. 2. Evaluasi terhadap kinerja sistem peringatan dini Indonesia. 1.4 Batasan Masalah Pembatasan masalah pada tesis ini adalah sebagai berikut : 1. Membahas perangkat kerja yang digunakan sistem peringatan dini tsunami di Indonesia. 2. Membahas sistem kerja existing sistem peringatan dini tsunami di Indonesia 1.5 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam Tesis ini adalah dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Studi Literatur, suatu metode yang dilakukan dengan mencari data dan sumber informasi dari referensi-referensi buku atau dari internet yang berkaitan dengan penulisan tesis ini. 5 2. Observasi, mengumpulkan data yang berkaitan dan dilakukan dengan jalan melakukan pengamatan langsung tentang suatu objek tertentu. 3. Diskusi yaitu suatu metode pengembangan dan analisis terhadap objek penulisan tesis dengan cara berkomunikasi serta tanya jawab dengan dosen atau yang ahli di bidangnya. 1.6 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini meliputi : latar belakang masalah, tujuan penulisan, perumusan masalah, batasan masalah, metodologi penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini dijelaskan mengenai dasar teori yang mendukung dan mendasari dalam pembuatan tesis. BAB III DESKRIPSI KINERJA SISTEM PERINGATAN DINI TSUNAMI Bab ini membahas tentang arsitektur sistem peringatan dini tsunami di Indonesia, perbandingan perangkat tsunami buoy yang pernah ada dan berjalan di Indonesia dan kondisi saat ini. BAB IV ANALISA SISTEM PERINGATAN DINI TSUNAMI 6 Bab ini menjelaskan tentang analisa terhadap kinerja system peringatan dini tsunami serta pemecahan masalah untuk meningkatkan performansi system tersebut BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan bab-bab sebelumnya, serta saran-saran yang diperlukan dalam pengembangan lebih lanjut dari topik thesis ini.