1 PERAN GURU TERHADAP KEBERSIHAN DIRI

advertisement
PERAN GURU TERHADAP KEBERSIHAN DIRI ANAK USIA 4-5
TAHUN DI PAUD SUTITAH SOEDARSO 1 DESA JUNGKAT
Devi, Muhamad Ali, Abas Yusuf
Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini FKIP Untan
Email : [email protected]
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran guru terhadap
kebersihan diri anak usia 4-5 tahun di Paud Sutitah Soedarso 1 Desa Jungkat.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dan menggunakan
pendekatan deskriptif. Teknik penelitian yang digunakan adalah
teknik
wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan alat pengumpul data berupa
panduan wawancara, panduan observasi, dokumen dan catatan lapangan. Dari
hasil penelitian diperoleh bahwa peran guru terhadap kebersihan diri anak berupa
kegiatan dan media yang digunakan dalam kegiatan yang berkaitan dengan
kebersihan diri. Guru memotivasi berupa bimbingan dan pujian kepada anak,
menggunakan media audiovisual agar anak lebih tertarik yang berdampak baik
terhadap perkembangan anak serta melakukan evaluasi dan menyusun rangkuman
dengan anak ketika akhir kegiatan.
Kata kunci : peran guru, kebersihan diri
Abstract: This study to describe the role of teacher to the personal hygiene of
children aged 4-5 years in early childhood Sutitah Soedarso 1 Jungkat village. The
method used is qualitative research and descriptive approach. Research technique
used is the technique of interview, observation, and documentation to guide data
collection tool in the form of interviews, observation guides, documents and court
records. The result showed that the role of teachers to children in the form of
personal hygiene activities and media used in activities related to personal
hygiene. Teachers motivate the form of guidance and praise to the child, using
audiovisual media that children are more interested in the impact both on the
development of children as well as to evaluate and prepare a summary of the child
when the end of the activity.
Keywords: the role of the teacher, personal hygiene
A
nak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya
pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan, baik
perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosioemosional (Asef Umar Fakhruddin, 2010:31). Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 1 ayat 14 menyatakan
bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
1
pendidikan lebih lanjut. Undang-undang Sisdiknas ini menyiratkan bahwa peran
PAUD tidak sama dengan pendidikan jenjang lainnya.
Pada masa kanak-kanak bermain adalah media belajar bagi anak, anak
bermain apapun yang ada disekitarnya. Maka di masa ini lah anak rentan terhadap
kuman dan penyakit. Dengan demikian kebersihan diri sangat penting
ditanamakan sejak dini. Guru berperan penting mengajarkan kebersihan diri pada
anak.
Kebersihan diri adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan, baik fisik maupun psikisnya ( Sulistyo
Andarmoyo & Laily Isro’in (2012:2). Dengan demikian, kebersihan diri adalah
suatu upaya untuk memelihara kebersihan tubuh dari ujung rambut sampai ujung
kaki.
Menurut Laily Isro’in dan Sulistyo Andarmoyo (2012:2), Macam-macam
kebersihan diri, yaitu : (1) Kebersihan kesehatan kulit, kulit merupakan lapisan
terluar dari tubuh dan bertugas melindungi jaringan tubuh di bawahnya dan organorgan yang lainnya terhadap luka, dan masuknya berbagai macam
mikroorganisme ke dalam tubuh. Untuk itu di perlukan perawatan terhadap
kesehatan dan kebersihan kulit. Menjaga kebersihan kulit dan perawatan kulit ini
bertujuan untuk menjaga kulit agar tetap terawat dan terjaga sehingga bisa
meminimalkan setiap ancaman dan gangguan yang akan masuk melewati kulit;
(2)
Kebersihan dan kesehatan kaki, tangan dan kuku, kebersihan kaki, tangan
yang baik di mulai dengan menjaga kebersihan termasuk di dalam nya membasuh
dengan air bersih, mencucinya dengan sabun dan mengeringkannya dengan
handuk. Hindari penggunaan sepatu yang sempit dan kaos kaki yang sempit,
sudah usang dan kotor, karena biasa kulit ari mengeras, menebal, bengkak pada
ibu jari dan akhirnya melepuh; (3) Kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut,
kesehatan gigi dan mulut anak dapat berpengaruh pada proses perkembangan dan
pembelajaran anak. Proses pembelajaran itu dapat terhambat hanya karena
masalah kesehatan gigi, karena masalah gigi bisa membuat anak kehilangan
percaya diri, sekaligus kehilangan konsentrasi.Perawatan gigi dan mulut pada
masa balita dan anak sangat menentukan kesehatan gigi dan mulut mereka pada
tingkatan usia selanjutnya. Merawat gigi sejak dini juga menghindari proses
kerusakan gigi, seperti gigi berlubang, keropos, dan pembengkakan pada gusi; (4)
Kebersihan dan kesehatan rambut, Pada usia kanak-kanak, kondisi kesehatan
rambut yang seharusnya adalah rambut kepala mengkilat, seperti sutera, kuat, dan
elastis, rambut pada anak berkulit gelap lebih ikal dan kasar; (5) Kebersihan dan
kesehatan mata, telinga dan hidung, Secara normal tidak ada perawatan secara
khusus yang di perlukan untuk mata karena secara terus menerus di bersihkan
oleh air mata, sedangkan kelopak mata dan bulu mata mencegah masuknya
partikel-partikel asing ke dalam mata. Kebersihan telinga mempunyai implikasi
terhadap ketajaman pendengaran, bila telinga tidak di bersihkan dapat
mengakibatkan kotoran yang berkumpul di liang telinga luar maka akan
mengganggu koneksi suara. Kebersihan hidung memberikan indra penciuman dan
juga memantau temperatur dan kelembaban udara yang di hirup serta mencegah
masuknya kotoran ke dalam sistem pernafasan.
2
Kebersihan diri harus dijaga sedini mungkin agar terhindar dari penyakit
yang diakibatkan oleh kurangnya perawatan diri, tanda-tanda seseorang kurang
perawatan diri, yaitu : (1) Penampilan dekil/kumal dan tidak rapih; (2) Badan bau;
(3) Rambut kumal, kotor dan banyak kutu; (4) Kuku panjang dan kotor; (5) Gigi
hitam dan bolong; (6) Kadang tubuh di penuhi penyakit kulit ( jamur, koreng,
borok, dll)
Dengan demkian peran guru sangatlah penting terhadap kebersihan diri anak
usia dini. Menurut Harmoko (2012:27) “Peran adalah seperangkat tingkah laku
yang di harapkan oleh orang lain terhadap sesorang sesuai kedudukannya dalam
suatu sistem”. Guru merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan
dan proses belajar mengajar. Guru sebagai pelaku utama dalam implementasi atau
penerapanprogram pendidikan di sekolah memiliki peranan yang sangat
strategisdalam pencapaian tujuan pendidikan yang diharapkan (Syamsu Yusuf
L.N & Nani M. Sugandhi (2011:139).
Menurut Edi Suardi dalam Sardiman (2011:15), guru memiliki peranan
dalam interaksi edukatif antara lain sebagai berikut: (a) Guru sebagai pengajar,
bagi guru yang kedudukannya sebagai pengajar harus menekankan tugas dalam
merencanakan dan melaksanakan pengajaran, karena hal tersebut merupakan
tugas dan tanggung jawabnya yang utama dan pertama, untuk itu guru harus
membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu
yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi standar
yang dipelajari. (b) Guru sebagai pembimbing, guru sebagai pembimbing
memberi tekanan pada tugas memberikan bantuan kepada anak dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya. Tugas ini merupakan aspek mendidik
sebab tidak hanya berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan, tetapi juga
menyangkut pengembangan, kepribadian dan pembentukan nilai-nilai dan
menanamkan kebersihan diri pada anak, (c) Guru sebagai mediator, guru sebagai
mediator hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang
media pembelajaran, karena media pembelajaran merupakan alat komunikasi
untuk lebih mengefektifkan dalam proses belajar mengajar, baik yang berupa nara
sumber, buku teks, majalah maupun surat kabar, (d) Guru sebagai evaluator, pada
dasarnya setiap jenis pendidikan atau bentuk-bentuk pendidikan pada waktuwaktu tertentu selama satu periode pendidikan orang selalu mengadakan evaluasi,
guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegunaan ini dimaksudkan
untuk mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, (e) Guru sebagai motivator,
sebagai motivator guru diharapakan berperan sebagai pendorong siswa dalam
belajar, dorongan tersebut diberikan jika siswa kurang bergairah atau kurang aktif
dalam belajar, sebagai motivator guru harus menciptakan kondisi kelas yang
merangsang siswa untuk melakukan kegiatan belajar baik secara individu atau
secara kelompok.
Dalam proses interaksi edukatif ini, guru memiliki peranan yang penting.
Guru sebagai model atau contoh bagi anak yang nantinya akan ditiru oleh anak.
Dengan demikian guru harus menjadi contoh yang baik bagi anak, sehingga guru
dapat menanamkan kebersihan diri kepada anak.
Menurut Risang Melati (2012:65), bahwa peran guru terhadap kebersihan
anak usia dini dapat dilatih melalui kegiatan sehari-hari seperti membuang
3
sampah pada tempatnya. Disini guru berperan langsung dalam melakukan
kebersihan dikarenakan guru merupakan model yang ditiru oleh anak.
Peran guru dalam mengajarkan kebersihan diri kepada ada dapat berdampak
bagi perkembangan anak. Anak akan mengikuti apa yang dilakukan oleh gurunya,
peran guru sangat membantu anak dalam menjaga kebersihan diri, apabila
kebersihan diri tidak diajarkan dengan baik dan benar maka akan berdampak
buruk bagi kesehatan anak.
Menurut Sulistyo Andarmoyo & Laily Isro’in (2012:8), dampak dari
kebersihan diri adalah sebagai berikut : (a) Dampak fisik, gangguan kesehatan
karena tidak menjaga kebersihan diri dengan baik dan benar, yaitu gangguan
integritas kulit, gangguan pada mulut seperti gigi berlubang, sariawan, gusi
bengkak, infeksi mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku; (b) Gangguan
Psikososial, gangguan psikososial ini mengacu pada psikis anak yang
berhubungan dengan kebersihan diri adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman,
kebutuhan dicintai dan mencintai, kurangnya percaya diri anak, dan gangguan
dalam interaksi sosial anak.
Agar anak dapat berkembang secara optimal, peran guru dalam mengajarkan
kebersihan diri anak sangatlah penting bagi tumbuh kembang anak, sehat adalah
kunci bagi keberhasilan anak, karena itu penting mengajarkan anak menjaga
kebersihan diri sejak dini.
METODE
Sejalan dengan tujuan penelitian pembelajaran, metode yang digunakan
adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/ melukiskan keadaan
subyek/ obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada
saat sekarang berdasarkan fakta fakta yang tampak, atau sebagaimana adanya.
(Nawawi, 2007: 67).
Menurut Kuntoro (dalam Jauhari, 2010: 34) “Metode deskriptif adalah
metode penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan
sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti”. Dari pendapat
di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode penelitian
yang digunakan dengan mendeskripsikan atau mengambarkan hasil-hasil
penelitian apa adanya sesuai dengan kenyataan di lapangan.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif karena penelitian ini akan
mendeskripsikan/ menggambarkan hasil pengamatan dan wawancara mengenai
peran guru terhadap kebersihan diri anak usia 4-5 tahun di PAUD Sutitah
Soedarso 1 Desa Jungkat.
Pendekatan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu dengan
pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif (Qualitative Research) adalah “suatu
penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,
peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara
individual maupun kelompok”. (Nana Syaodih Sukmadinata (2007:60).
Penggunaan pendekatan tersebut, untuk mendeskripsikan secara jelas dan
rinci tentang peranan guru terhadap kebersihan diri anak serta mendapatkan data
yang mendalam mengenai data yang menjadi fokus penelitian.
4
Prosedur penelitian yang digunakan dalam studi ini diawali dengan
pengumpulan data, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berkaitan dengan
peranan guru dalam menjaga kebersihan diri anak serta dampak dampak peran
guru terhadap kebersihan diri anak usia 4-5 tahun di PAUD Sutitah Soedarso 1
Desa Jungkat.
Data-data tersebut diperoleh dari hasil observasi, observasi dapat di artikan
sebagai prosedur sistematis dan baku untuk memperoleh data (Kerlinger, 1993
dalam Aunurrahman 2009:153), wawancara, Esterberg (dalam Sugiono 2010:72)
mendefinisikan interview atau wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat di konstruksikan
makna dalam suatu objek tertentu, studi dokumentasi, Nawawi (2007: 141)
menyatakan bahwa, ”Teknik/studi dokumentasi adalah cara mengumpulkan data
melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga bukubuku tentang pendapat, teori, dalil/hukum hukum dan lain-lain yang berhubungan
dengan masalah penyelidikan.” dan catatan lapangan.
Tahap kedua yaitu reduksi data, yaitu pemusatan perhatian pada
penyerderhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data-data “kasar” yang muncul
dari catatan tertulis di lapangan, serta memfokuskan pada hal-hal penting dari
sejumlah data lapangan yang telah di di peroleh, sekaligus mencari polanya.
Redusi data berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung. Data yang
direduksi dalam penelitian ini adalah peranan guru dalam menjaga kebersihan diri
anak serta dampak dampak peran guru terhadap kebersihan diri anak usia 4-5
tahun di PAUD Sutitah Soedarso 1 Desa Jungkat.
Tahap selanjutnya yaitu penyajian data, setelah hasil dari seperangkat reduksi
di peroleh dalam bentuk uraian singkat, hubungan antar kategori, bagan. Dan yang
paling sering di gunakan adalah teks naratif yang bersumber dari petikan
wawancara, hasil observasi, maupun dokumen. Dalam penelitian ini penyajian
data dilakukan dalam bentuk uraian singkat tentang peranan guru dalam menjaga
kebersihan diri anak serta dampak dampak peran guru terhadap kebersihan diri
anak usia 4-5 tahun di PAUD Sutitah Soedarso 1 Desa Jungkat.
Langkah selanjutnya adalah melakukan penarikan kesimpulan. Proses
pengumpulan data bukan merupakan langkah akhir, sebab kesimpulan yang telah
di peroleh masih bersifat kabur, di ragukan dan akan berubah jika tidak di
temukan bukti-bukti yang kuat.
Karena itu selalu di perlukan pendalaman data secara interaktif hingga di
temukan kesimpulan yang benar-benar konsisten dan ketika di lakukan konfirmasi
menghasilkan informasi yang sama. Kesimpulan yang dibuat berisi tentang
peranan guru dalam menjagakebersihan diri anak serta dampak dampak peran
guru terhadap kebersihan diri anak usia 4-5 tahun di PAUD Sutitah Soedarso 1
Desa Jungkat. (Miles and Huberman (dalam Ambo Upe & Damsid, 2010:125127).
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil dari wawancara tentang peranan guru dalam menjaga kebersihan diri
anak usia 4-5 tahun Paud Sutitah Soedarso 1 Desa Jungkat dilakukan dengan guru
kelas. Berdasarkan hasil wawancara, guru sangat mengerti dengan jelas
pentingnya menjaga kebersihan diri dan bagaimana cara menjaga kebersihan diri
anak, dengan cara melakukan praktek langsung tentang kegiatan kebersihan diri
atau memberikan contoh kepada anak serta mendampingi anak dalam melakukan
kegiatan kebersihan diri. Guru juga memberikan motivasi agar anak mau
melakukan kegiatan kebersihan diri dengan cara membuat kegiatan semenarik
mungkin.
Wawancara tentang dampak peran guru terhadap kebersihan diri anak
berdampak positif, menurut guru terdapat peningkatan kebersihan diri anak
setelah anak diajarkan secara terus menerus tentang pentingnya kebersihan diri,
dengan arahan dan bimbingan dari guru anak terbiasa melakukan kegiatan
kebersihan diri sehingga adanya peningkatan pengetahuan dan keinginan anak
untuk merawat diri.
Kemudian, dari hasil observasi yang dilakukan kepada guru selama 4 kali
pertemuan, terlihat bahwa guru memberikan apersepsi tentang kebersihan diri
sebelum memulai kegiatan. Guru memulai kegiatan dengan menggunakan bahan
yang asli sehingga dalam melakukan kegiatan kebersihan diri, anak lebih tertarik
dalam mengikuti pembelajaran.
Guru memberikan bantuan kepada anak pada saat kesulitan dalam melakukan
kegiatan kebersihan diri serta mengevaluasi tentang kegiatan di lakukan. Kegiatan
kebersihan diri yang di lakukan bervariasi agar anak tidak mudah bosan apabila
melakukan kegiatan kebersihan diri secara terus menerus.
Dari hasil observasi yang dilakukan kepada guru selama 4 kali pertemuan,
dampak yang terjadi anak mulai megetahui pentingnya menjaga kebersihan diri,
terlihat dari antusias anak dalam melakukan kegiatan dan anak mulai
membiasakan diri untuk sikat gigi 3 kali sehari, mencuci tangan sebelum makan
dan sesudah melakukan kegiatan. Guru memberikan pengarahan kepada anak
tetapi tidak ikut langsung dalam kegiatan sehingga anak hanya melakukan
kegiatan kebersihan diri saja tanpa tahu bagaimana melakukan kegiatan tersebut
dengan benar, seperti menyikat gigi dan mencuci tangan.
Dari hasil studi dokumentasi yang dilakukan selama 4 kali pertemuan,
diperoleh informasi tentang peranan guru dalam menjaga kebersihan diri dalam
bentuk foto-foto kegiatan guru membantu anak menggunting kuku, mengajak
melakukan kegiatan menggosok gigi, dampak peranan guru dalam menjaga
kebersihan diri dalam bentuk foto-foto anak mencuci tangan sebelum makan dan
setelah bermain.
Pembahasan
Guru merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan dan proses
belajar mengajar. Guru tidak hanya berperan sebagai pengajar tetapi juga sebagai
pendidik dan sekaligus pembimbing yang menberikan pengarahan dan menuntun
6
anak dalam belajar. Guru juga berperan sebagai motivator yang sangat penting
dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar anak.
Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta penguatan untuk
memaksimalkan potensi anak, menumbuhkan aktivitas, dan daya cipta.
Hal yang paling mendasar yang harus ditanamkan oleh guru adalah
kebersihan diri anak. Mengajarkan kebersihan diri sejak dini memang sangat
penting, karena gangguan kesehatan yang terkait dengan masalah kebersihan diri
memang banyak terjadi pada anak-anak. Anak masih dalam proses belajar
menjaga diri dan mudah terkena berbagai kuman penyakit saat berada di lembaga
pendidikan atau lingkungan bermain.
Dengan mengajarkan kebersihan diri sejak awal, anak akan memiliki
kebiasaan hidup sehat dan kesehatan yang lebih terjaga saat dewasa kelak.
Kebersihan diri tidak dapat dipelajari sendiri oleh anak, terutama anak usia dini,
biasanya anak melakukan apa yang diperintahkan dan mencontoh apa yang
dilakukan oleh guru.
Guru memiliki peran penting dalam mengajarkan kebersihan diri kepada
anak. Seperti yang di kemukakan oleh Edi Suardi dalam Sardiman (2011:15),
peran guru sebagai pengajar, mediator, evaluator dan motivator. Dengan
demikian, guru bertanggung jawab atas tumbuh kembang anak.
Selain itu, peran guru sangat diperlukan dalam hal ini karena guru merupakan
model yang akan di tiru oleh anak, jadi guru harus dapat menjaga kebersihan diri
anak. Peran guru sangat diperlukan karena ini akan mempengaruhi hasil belajar
anak. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Risang Melati
(2012:65), bahwa peran guru terhadap kebersihan anak usia dini dapat dilatih
melalui kegiatan sehari-hari seperti membuang sampah pada tempatnya.
Dalam peranan guru terhadap kebersihan diri anak, guru mengajarkan kepada
anak bagaimana cara menjaga kebersihan dan cara membersihkan diri, seperti
cara menggosok gigi, guru megadakan kegiatan menggosok gigi bersama, anak
diminta oleh guru untuk membawa peralatan menggosok gigi dari rumah, anak
sangat bersemangat dalam melakukan kegiatan tersebut.
Guru juga membiasakan anak mencuci tangan sesudah melakukan kegiatan
dan sebelum makan bersama, dengan arahan dari guru, anak berbaris dengan rapi
untuk mencuci tangan, guru menyediakan sabun pencuci tangan karena sebagian
anak mencuci tangan dengan cara mencelupkan saja tangan mereka ke dalam air,
dengan menyediakan sabun pencuci tangan, anak akan senang mencuci tangan
dan agar tangan anak lebih bersih, karena pada dasarnya pembelajaran yang
diberikan kepada anak yaitu bermain sambil belajar.
Kemudian guru juga mengajarkan kepada anak pentingnya mengunting
kuku, karena kuku dan tangan adalah sumber kuman yang dapat mengakibatkan
anak mudah terserang penyakit dari kuman yang berada dikuku anak, anak tidak
bisa mengunting kuku sendiri, disinilah guru membatu mengunting kuku anak
yang kebanyakan panjang dan hitam.
Guru menggunakan bahan main semenarik mungkin dan menggunakan bahan
main yang asli seperti menggunakan sikat gigi dan pasta gigi dalam kegiatan
menggosok gigi, terlihat anak sangat antusias dalam melakukan kegiatan
7
kebersihan diri. Kegiatan ini dilakukan berulang-ulang agar anak dapat
membiasakan diri untuk menjaga kebersihan diri.
Guru memberikan hadiah yang berupa benda dan pujian kepada anak apabila
anak melakukan kegiatan kebersihan diri dengan baik dan benar, agar anak lebih
termotivasi dalam melakukan kegiatan kebersihan diri.
Motivasi adalah “pendorongan“; suatu usaha yang disadari untuk
mempengaruhi tingkah laku seseorang agar tergerak hatinya untuk bertindak
melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu,
(NgalimPurwanto,1998:71).
Tetapi guru mengajarkan kebersihan diri anak yang terlihat saja, padahal
kebersihan diri adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan, baik fisik maupun psikisnya (Sulistyo Andarmoyo
& Laily Isro’in (2012:2). Dengan demikian, kebersihan diri adalah suatu upaya
untuk memelihara kebersihan tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Dampak secara sederhana bisa diartikan sebagai pengaruh atau akibat. Peran
guru terhadap kebersihan diri ini sangat diperlukan untuk mengoptimalkan
seluruh potensi yang ada didalam diri anak dan menjadikan anak yang bersih dan
sehat.
Dengan demikian, dampak kebersihan diri sangat mempengaruhi tumbuh
kembang anak sehingga diperlukan perhatian lebih di bidang kebersihan diri.
Karena apabila kurangnya kebersihan diri anak dapat menghambat perkembangan
anak.
Dampak yang terjadi pada peranan guru terhadap kebersihan diri anak adalah
berdampak positif, yaitu anak mulai tertarik untuk melakukan kegiatan kebersihan
diri, guru memulai pembelajaran dengan melakukan tanya jawab kepada anak
seperti siapa saja yang menggosok gigi sebelum kesekolah, anak dengan bangga
berteriak mengatakan meraka menggosok gigi sebelum ke sekolah serta
menunjukan kuku mereka yang sudah bersih.
Perlahan anak mulai mengetahui pentingnya menjaga kebersihan diri, seperti
menggosok gigi, cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, kuku
yang sudah panjang harus segera dipotong, anak akan terbiasa melakukan
kegiatan kebersihan diri yang dilakukan terus menerus. Dengan menggunakan
bahan main yang bervariasi sehingga anak tidak bosan dalam melakukankegiatan
kebersihan diri.
Dengan menggunakan bahan main yang menarik, anak juga dengan mudah
memahami dan termotivasi untuk melakukan kegiatan kebersihan diri. Anak
menganggap melakukan kebersihan diri adalah kegiatan yang sangat
menyenangkan karena sebagian anak masih banyak yang susah menggosok gigi
dan mencuci tangan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitin yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebgai
berikut: 1) Peranan guru dalam menjaga kebersihan diri yaitu berkaitan dengan
kegiatan yang akan dilakukan dan diajarkan mengenai pentingnya menjaga
8
kebersihan diri. Kebersihan diri harus ditanamkan dan dibiasakan oleh guru dari
hal terkecil agar anak terbiasa melakukan kegiatan kebersihan diri sehingga
kebersihan diri anak dapat terjaga dan anak terhindar daripenyakit yang di
karenakan kurangnya kebersihan diri. Guru memberikan motivasi agar anak mau
menjaga kebersihan diri, seperti membuat suatu kegiatan yang menarik dan media
yang akan digunakan harus direncanakan secara matang karena hal tersebut harus
dapat menumbuhkan motivasi pada anak sehingga anak mau mengikuti kegiatan
tersebut dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Guru menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti anak, memberikan bimbingan dan pujian kepada anak agar
anak lebih termotivasi dalam melakukan kegiatan kebersihan diri; 2) Dampak
peran guru terhadap kebersihan diri dapat terlihat dari anak semakin bersemangat
dalam melakukan kegiatan kebersihan diri karena bahan main yang digunakan
adalah bahan main yang nyata dan bervariasi, kebersihan diri anak meningkat dan
anak mulai pedili dan tahu akibat dari kurangnya kebersihan diri serta anak
menjadi termotivasi untuk menjaga kebersihan diri.
Saran
Bedasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1)
Guru harus mengetahui cara membersihkan diri dengan benar, seperti cara
menggosok gigi dengan benar dan cara memcuci tangan dengan benar; 2) Guru
sebaiknya memberikan informasi kepada orang tua agar terjadi keseimbangan
pembelajaran tentang kebersihan diri disekolah dan dirumah; 3) Guru sebaiknya
memperhatikan juga kebersihan diri anak yang lain tampak seperti kebersihan
telinga, pakaian, dll.
DAFTAR RUJUKAN
Asef Umar Fakhruddin. (2010). Sukses Menjadi Guru TK-PAUD . Yogyakarta:
Bening.
Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Depdiknas. (2003). Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sidiknas.
Jakarta: Depdiknas.
Harmoko. (2015). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jauhari, Heri. (2010). Panduan Penulisn Skripsi Teori dan Aplikasi. Bandung:
Pustaka Setia
Laily Isro’in & Sulistyo Andramoyo. (2012). Personal Hygiene. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Nana Syaodih Sukmadinata. (2007). Metode Penelitian Penddikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
9
Nawawi Hadari. (2007). Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Ngalim Purwanto. (1998). Psikologi Pendidikan Cet.Ke-16. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Rising Melati. (2012). Kiat Sukses Menjadi Guru PAUD Yang Disukai Anakanak. Yogyakarta: Araska.
Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Syamsu Yusuf L.N & Nani M. Sughandi. (2011). Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Upe Ambo & Damsid. (2010). Asas-Asas Multipe Risearches. Yogyakarta: Tiara
Wacana.
10
Download