perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PEMBERIAN DAUN TEH TUA DALAM RANSUM
SEBAGAI ADITIF PAKAN TERHADAP KARKAS DAN
UKURAN ORGAN VISCERAL AYAM
BROILER JANTAN
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Peternakan
di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
Jurusan/Program Studi Peternakan
Oleh :
Dwi Yulianingsih
H0507033
Oleh :
Dyah Damar Utami
H0507002
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PEMBERIAN DAUN TEH TUA DALAM RANSUM
SEBAGAI ADITIF PAKAN TERHADAP KARKAS DAN
UKURAN ORGAN VISCERAL AYAM
BROILER JANTAN
Jurusan/Program Studi Peternakan
Oleh :
Dyah Damar Utami
H0507002
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit
to user
2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PEMBERIAN DAUN TEH TUA DALAM RANSUM
SEBAGAI ADITIF PAKAN TERHADAP KARKAS DAN
UKURAN ORGAN VISCERAL AYAM
BROILER JANTAN
Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Dyah Damar Utami
H0507002
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal: 16 Februari 2012
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan tim penguji
Ketua
Anggota I
Ir. Isti Astuti, MS
NIP. 19500715197903 2 001
Anggota II
Ir. Sudiyono, MS
NIP. 19590905198703 1 001
Ir. Susi Dwi Widyawati, MS
NIP. 19610313198502 2 001
Surakarta,
Februari 2012
Mengetahui
Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian
Dekan
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS
NIP. 19560225commit
198601to1 user
001
1 ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PEMBERIAN DAUN TEH TUA DALAM RANSUM
SEBAGAI ADITIF PAKAN TERHADAP KARKAS DAN
UKURAN ORGAN VISCERAL AYAM
BROILER JANTAN
Dyah Damar Utami
H0507002
RINGKASAN
Ayam broiler dapat menghasilkan daging hingga 1,6 kg dalam usia 5 hingga 6
minggu. Pemakaian bahan baku ransum dan aditif pakan merupakan faktor yang
dapat menentukan efisiensi pemeliharaan ayam broiler. Daun teh tua dapat dijadikan
aditif pakan alami. Daun teh mengandung polyphenol sebagai penangkal radikal
bebas didalam tubuh yang berperan terhadap timbulnya penyakit, namun daun teh tua
juga mengandung serat tinggi sehingga penggunaannya perlu dibatasi. Organ visceral
merupakan organ vital yang mengatur asupan nutrien ke dalam tubuh. Penggunaan
daun teh tua sebagai aditif pakan diharapkan memberikan efek positif, sehingga perlu
diamati dengan melakukan penelitian mengenai penggunaan daun teh tua sebagai
aditif pakan pada pakan ayam broiler.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian daun teh tua
dalam ransum sebagai aditif pakan terhadap karkas dan ukuran organ visceral ayam
broiler jantan. Pelaksanaan penelitian selama 35 hari pada tanggal 23 Juli-26 Agustus
2011 di Krajan RT1 RW4, Bulakrejo, Sukoharjo. Materi yang digunakan adalah 80
ayam broiler jantan Lohmann MB 202 dibagi dalam 4 perlakuan dan 5 ulangan,
setiap ulangan terdiri dari 4 ekor ayam broiler jantan. Ransum terdiri dari jagung
kuning, bekatul, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati, Grit, Dikalsium
phospat, tepung kapur, garam, metionin dan tepung daun teh tua. Perlakuan meliputi
P0= ransum basal; P1= ransum basal 98,5 persen + tepung daun teh 1,5 persen; P2=
ransum basal 97 persen + tepung daun teh 3 persen ; P3= ransum basal 95,5 persen +
tepung daun teh 4,5 persen. Peubah yang diamati meliputi: bobot karkas, persentase
karkas, bobot gizzard, bobot hati, bobot empedu, bobot dan panjang usus halus, bobot
dan panjang sekum. Penelitian dilakukan secara experimental menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data dianalisis dengan analisis variansi/ANOVA,
apabila hasil penelitian menunjukkan pengaruh nyata dilanjutkan dengan uji
Duncan’s.
Hasil menunjukkan bahwa ransum yang menggunakan daun teh tua 4,5 persen
memberikan pengaruh nyata menurunkan bobot karkas, persentase karkas, bobot
empedu, bobot usus halus dan bobot sekum, berpengaruh tidak nyata menurunkan
bobot gizzard, bobot hati, panjang usus halus dan panjang sekum, namun penggunaan
daun teh tua 3 persen memberikan pengaruh tidak nyata menurunkan karkas dan
commitx to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
organ visceral. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tepung daun teh tua dapat
digunakan sebagai aditif pakan sebanyak 3 persen dalam ransum ayam broiler jantan.
Kata kunci: Aditif pakan, daun teh tua, ayam broiler, karkas, organ visceral
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
THE EFFECT OF ADDING OLD TEA LEAVES AS THE FEED ADDITIVE
INTO THE DIETARY ON THE CARCASS AND
THE SIZE OF THE VISCERAL ORGANS
OF MALE BROILERS
Dyah Damar Utami
H0507002
SUMMARY
Broilers can produce meat up to 1.6 kg when they are 6 weeks old. Old tea
leaves can be made as the natural feed additive. Tea leaves contain polyphenol as the
antidote against free radical substances in the body. However, old tea leaves also
contain high level of fibre in such a way that the use of the leaves needs to be limited.
Visceral organs are the vital organs that regulate the intake of nutrients into the body.
The use of old tea leaves as feed additive is expected to bring positive effect so that it
needs to be observed by conducting research on the use of old tea leaves as the feed
additive for broilers.
The objective of this research is to investigate the effect of adding old tea leaves
as the feed additive into the carcass and the visceral organs of male broilers. This
research used the experimental method by using the Completely Randomized Design.
This research was conducted in 35 days from July 23rd up to August 26th, 2011 in
RT 1 RW 4 of Bulakrejo of Sukoharjo. The population of this research was 80 male
Lohmann broilers of MB 202. The male broilers were divided into 4 treatments and 5
repetitions. Each repetition consisted of 4 male broilers. The diet of this research
consisted of yellow corn, rice bran, soybean meal, fish flour, vegetable oil, limestone
grit, dicalcium phosphate, limestone powder, salt, methionine, and old tea leaf
powder. The treatment implemented in this research consisted of P0 which consisted
of basal ration, P1 which consisted of basal ration (98.5%) and old tea leaf powder
(1.5%), P2 which consisted of ration (97%) and old tea leaf powder (3%), and P3
which consisted of basal ration (95.5%) and old tea leaf powder (4.5%). The
alteration observed included the weight of the carcass, the percentage of the carcass,
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
the weight of the gizzard, the weight of the liver, the weight of the bile, the weight
and the length of the small intestine, the weight and the length of the cecum. The data
of this research were analyzed by using the Analysis of Variance (ANNOVA). The
Duncan test was conducted following the significant effect of adding old tea leaves
into the ration.
The results of this research are as follows: 1) the ration which is added with old
tea leaf powder with the composition of 4.5% has a significant effect to reduce the
weight of the carcass, the percentage of the carcass, the weight of the bile, the weight
of the small intestine, and the weight of the cecum but has an insignificant effect to
reduce the weight of the gizzard, the weight of the liver, the length of the small
intestine, and the length of the cecum; and 2) the ration which is aded with old tea
leaf powder with the composition of 3% has an insignificant effect to reduce the
weight of the carcass and that of the visceral organs. A conclusion can be drawn that
old tea leaf powder can be used as the feed additive as much as 3% into the ration of
male broilers.
Keywords: feed additive, old tea leaf powder, broiler, carcass, and visceral org
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan pada Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
nikmat yang penulis dapatkan, sehingga pada kesempatan kali ini penulis dapat
menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Daun Teh Tua
Dalam Ransum Sebagai Aditif Pakan Terhadap Karkas Dan Ukuran Organ Visceral
Ayam Broiler Jantan.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
tidaklah mungkin proposal ini dapat terselesaikan pada saat ini. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan segalanya.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pudjiasmanto, MS., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Ir. Sudiyono, MS., selaku Kepala Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Ibu Ir. Isti Astuti, MS., selaku Pembimbing utama.
5. Bapak Ir. Sudiyono, MS., selaku pembimbing pendamping.
6. Bapak, ibu dosen dan Staf Jurusan Peternakan.
7. Teman-teman semua yang turud membantu.
Akhirnya, kritik dan saran untuk perbaikan usulan penelitian ini sangat penulis
harapkan. Penulis berharap semoga usulan penelitian ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Surakarta,
Penulis
commit to user
Januari 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................
ii
KATA PENGANTAR............................................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... viii
RINGKASAN ..........................................................................................................
x
SUMMARY ............................................................................................................. xi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...........................................................................................
1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................
2
C. Tujuan .........................................................................................................
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ayam Broiler ...............................................................................................
3
B. Karkas dan Organ visceral..........................................................................
4
1. Karkas ....................................................................................................
4
2. Organ visceral .......................................................................................
5
C. Tanaman Teh .............................................................................................. 11
D. Aditif Pakan ................................................................................................. 12
HIPOTESIS........................................................................................................ 15
III. MATERI DAN METODE
A. Waktu dan Tempat Penelitan . ................................................................... 16
B. Bahan dan Alat Penelitian .......................................................................... 16
1. Ternak .................................................................................................... 16
2. Ransum ................................................................................................. 16
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Kandang dan Peralatan ........................................................................ 18
C. Persiapan Penelitian .................................................................................... 19
1. Persiapan Kandang ............................................................................... 19
2. Penentuan Petak Kandang .................................................................... 19
3. Persiapan Ransum ................................................................................. 20
4. Persiapan Ayam/DOC .......................................................................... 20
D. Pelaksanaan Penelitian................................................................................ 20
1. Macam Perlakuan.................................................................................. 20
2. Pemberian Ransum ............................................................................... 21
3. Peubah Penelitian .................................................................................. 21
E. Cara Analisis Data ...................................................................................... 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Bobot karkas dan persentase karkas . ........................................................ 22
B. Bobot gizzard .............................................................................................. 24
C. Bobot hati .................................................................................................... 26
D. Bobot empedu ............................................................................................. 27
E. Bobot dan panjang usus halus .................................................................... 28
F. Bobot dan panjang sekum........................................................................... 30
V. KESIMPULAN .................................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
1
Kebutuhan nutrient ayam broiler ........................................................ 16
2
Kandungan nutrient bahan penyusun ransum perlakuan................... 17
3
Susunan ransum basal broiler starter dan finishe............................... 17
4
Susunan ransum perlakuan broiler starter dan finisher ..................... 18
5
Bobot karkas ayam broiler jantan umur 35 hari ................................ 22
6
Persentase bobot karkas broiler jantan umur 35 hari......................... 23
7
Bobot gizzard broiler jantan umur 35 hari ......................................... 25
8
Bobot hati broiler jantan umur 35 hari ............................................... 26
9
Bobot empedu broiler jantan umur 35 hari ........................................ 27
10
Bobot usus halus broiler jantan umur 35 hari .................................... 28
11
Panjang usus halus broiler jantan umur 35 hari ................................. 29
12
Bobot sekum broiler jantan umur 35 hari........................................... 30
13
Panjang sekum broiler jantan umur 35 hari ....................................... 31
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
1
Karkas Ayam Broiler ........................................................................... 4
2
Organ Visceral Ayam Broiler ............................................................. 5
3
Hati Ayam Broiler ............................................................................... 9
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
1
Analisis Variansi Bobot Karkas (gram) ................................................ 37
2
Analisis Variansi Persentase Karkas (%) .............................................. 39
3
Analisis Variansi Bobot Gizzard (gram/100gram bobot badan).......... 41
4
Analisis Variansi Bobot Hati (gram/100gram bobot badan)................ 42
5
Analisis Variansi Bobot Empedu (gram/100gram bobot badan) ......... 43
6
Analisis Variansi Bobot Usus Halus (gram/100gram bobot badan).... 45
7
Analisis Variansi Bobot Sekum (gram/100gram bobot badan) ........... 47
8
Analisis Variansi Panjang Usus Halus (cm) ......................................... 49
9
Analisis Variansi Panjang Sekum (cm) ................................................. 50
10
Denah Kandang ....................................................................................... 51
11
Hasil Analisis Daun Teh Tua ................................................................. 52
12
Hasil Bobot Potong Ayam Broiler Jantan Umur 35 Hari..................... 53
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ayam broiler memiliki ciri pertumbuhan cepat (Yuwanta, 2004), dengan
berat hidup 1,3-1,6 kg per ekor (Rasyaf, 1995). Pemakaian bahan baku ransum
dan aditif pakan merupakan faktor yang dapat menentukan efisiensi
pemeliharaan ayam broiler (Rofiq, 2003). Ramli et al (2002) menyatakan
bahwa aditif pakan yang aman dikonsumsi adalah aditif pakan yang bersifat
alami dan menghasilkan produk peternakan yang sehat. Daun teh tua dapat
dijadikan aditif pakan, setiap 100 gram daun teh mempunyai 75-80 persen air,
polyphenol 25 persen, kafein 2,5-4,5 persen, dan pektin 6 persen (Hadi, 2011).
Menurut Tarwotjo (1998) daun teh tua merupakan limbah terbuang karena
daun teh yang digunakan sebagai pangan adalah daun teh muda bagian pucuk.
Nurchasanah (2008) mengungkapkan bahwa polyphenol daun teh bersifat
mencegah radikal bebas, kanker, penyakit jantung koroner, osteoporosis, dan
sebagai antioksidan, namun mengandung serat kasar tinggi. Menurut
Yulianingsih (2011) serat kasar daun teh tua adalah 11,95 persen,
penggunaannya harus dibatasi karena pencernaan ayam broiler kurang dapat
mencerna serat kasar tinggi. Wahju (2004) menggungkapkan bahwa batasan
pemberian aditif pakan pada ternak adalah kurang dari lima persen dalam
ransum, karena pemberian lebih dari itu dapat mengurangi jumlah ransum
secara keseluruhan.
Pertumbuhan ayam dipengaruhi oleh sistem organ visceral karena organ
visceral beserta enzim-enzim yang ada di dalamnya mengubah ransum yang
dikonsumsi menjadi zat makanan yang siap digunakan oleh tubuh ayam
(Wahju, 2004). Pemberian daun teh tua sampai taraf tertentu diharapkan dapat
menguntungkan peternak ayam broiler tanpa memberikan efek negatif terhadap
karkas dan organ visceral. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
mengenai pemanfaatan daun teh tua sebagai pakan ternak khususnya ayam
commit to user
broiler.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah
Ayam broiler cepat mencapai usia berat jual (Syahruddin, 2000),
menghasilkan daging hingga 1,6 kg dalam usia 5 hingga 6 minggu (Anggorodi,
1995). Pemakaian bahan baku ransum dan aditif pakan merupakan faktor yang
dapat menentukan efisiensi pemeliharaan ayam broiler (Rofiq, 2003). Ramli et
al (2002) menyatakan bahwa aditif pakan yang aman dikonsumsi adalah aditif
pakan yang bersifat alami dan menghasilkan produk peternakan yang sehat.
Daun teh tua dapat dijadikan aditif pakan alami. Daun teh mengandung
polyphenol sebagai penangkal radikal bebas didalam tubuh. Radikal bebas
dijumpai dalam bentuk oksigen yang reaktif (Silalahi, 2006). Menurut
Rohdiana (2011) oksigen yang reaktif berperan terhadap timbulnya penyakit,
namun daun teh tua juga mengandung serat tinggi sehingga penggunaannya
perlu dibatasi. Organ visceral merupakan organ vital yang mengatur asupan
nutrien ke dalam tubuh ternak. Penggunaan daun teh tua sebagai aditif pakan
diharapkan memberikan efek positif, sehingga perlu diamati dengan melakukan
penelitian mengenai penggunaan daun teh tua sebagai aditif pakan pada pakan
ayam broiler.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mempelajari pengaruh pemberian daun teh tua sebagai aditif pakan dalam
ransum terhadap karkas dan perubahan ukuran organ visceral ayam broiler.
2. Mengetahui level penggunaan daun teh tua sebagai aditif pakan dalam
ransum yang tidak memberikan pengaruh negatif terhadap karkas dan organ
visceral ayam broiler.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ayam Broiler
Ayam broiler mampu menghasilkan daging hingga 1,6 kg dalam usia 5
hingga 6 minggu (Anggorodi, 1995). Pertumbuhannya sangat cepat dengan
konversi ransum antara 1,9-2,25 (Yuwanta, 2004). Adapun toksonomi zoologi
ayam menurut Susilorini et al (2007) sebagai berikut:
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Aves
Subkelas
: Neonithes
Ordo
: Galliformis
Genus
: Gallus
Spesies
: Gallus domesticus
Ayam broiler yang dipelihara oleh peternak dikenal final stock artinya
bibit hanya dapat digunakan untuk memproduksi daging dan tidak dapat
dipelihara lebih lanjut untuk ditetaskan lagi dengan presentasi yang sama
dengan induknya (Rasyaf, 1993). Bibit ayam broiler memiliki kelebihan
tertentu yang membentuk strain berbeda (Rasyaf, 1995). Ayam broiler tidak
dimaksudkan untuk memproduksi telur tetapi diharapkan dagingnya yaitu berat
badannya mencapai berat setara dengan ayam petelur dewasa (Yahya, 1979).
Tujuan dari pemeliharaan ayam pedaging adalah untuk memproduksi
daging. Beberapa yang harus diperhatikan yaitu sifat dan kualitas daging baik,
laju pertumbuhan dan bobot badan tinggi, warna kulit kuning, warna bulu
putih, konversi ransum rendah, bebas dari sifat kanibalisme, sehat kuat dan
kaki tak mudah bengkok, tidak temperamental dan cenderung malas, dan
membentuk karkas tinggi (Yuwanta, 2004). Karakteristik ayam pedaging
bersifat tenang,bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh,
kulit putih, dan produksi telur rendah (Suprijatna et al, 2005).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Karkas dan Organ Visceral
Komponen dari tubuh ayam broiler terdiri dari :
1. Karkas
Gambar 1. Karkas ayam broiler
(http://www.google.co.id/search/carcass+chicken)
Karkas adalah daging bersama tulang hasil pemotongan setelah
dipisahkan dari kepala sampai batas pangkal leher dan dari kaki sampai
batas lutut, serta dari isi rongga perut ayam. Rata-rata bobot karkas ayam
broiler berkisar antara 65-75 persen bobot hidup broiler waktu siap potong
(Murtidjo, 1987). Bobot karkas diukur dalam satuan gram, sedangkan
persentase karkas dihitung dalam persen (Soeparno, 2005).
Broiler biasanya dijual dalam bentuk karkas (Yusdja, 2011). Bobot
karkas berbeda-beda untuk setiap umurnya seperti pada umur 8 minggu
memiliki bobot karkas sekitar 1,995 gram dengan persentase bagian-bagian
karkas yaitu lemak abdominal 4,3 persen, sayap 9,6 persen, betis 13,0
persen, paha 16,6 persen, dada bertulang 34,2 persen dan dada tanpa tulang
22,6 persen Persentase bagian non karkas ayam broiler setiap umur berbedabeda yaitu pemotongan 8 minggu persentase karkasnya untuk jantan 64,6
persen, kepala dan leher 6,5 persen, kaki 3,3 persen, hati 2,6 persen, ampella
4,4 persen, jantung 0,6 persen, usus 6,6 persen, darah 5,4 persen, dan bulu
6,0 persen, dan untuk betina karkas 71 persen, kepala dan leher 4,8 persen,
kaki 4,5 persen, hati 3,1 persen, ampella 5,6 persen, jantung 0,6 persen, usus
commit to user
0,5 persen, darah 4,2 persen dan bulu 9,6 persen (Murtidjo, 2003).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Organ Visceral
Usus halus
esophagus
mulut
tembolok
Sekum
proventikulus
limpa
gizzard
empedu
Usus besar
kloaka
duodenum
pankreas
hati
Gambar 2. Organ visceral ayam broiler
(http://www.google.co.id/search/%28intestine+chicken%29)
Sistem pencernaan unggas dapat dibagi atas saluran pencernaan yang
dilengkapi dengan beberapa organ yang diperlukan dalam proses
pencernaan ransum (Zuprizal dan Kamal, 2005). Menurut Suprijatna et al
(2005) saluran pencernaan ayam terdiri dari mulut, esophagus, crop,
proventrikulus, gizzard, duodenum, jejunum, ileum, ceca, rectum, kloaka
dan vent. Organ asesori terdiri dari pancreas, empedu dan hati. Saluran
pencernaan terdiri dari:
a. Mulut
Mulut ayam tidak memiliki bibir dan gigi (Akoso, 1993). Mulut
commit atas
to user
ayam memiliki lidah, rahang
dan bawah yang menulang untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menutup mulut. Kedua rahang berhubungan sebagai paruh, lidah
berbentuk seperti pisau yang memiliki permukaan kasar di bagian
belakang
untuk membantu
mendorong makanan
ke esophagus
(Suprijatna et al., 2005). Ransum yang masuk ke dalam mulut ayam akan
langsung ditelan (Zuprizal dan Kamal, 2005).
b. Esophagus
Esophagus adalah pipa tempat pakan melalui saluran ini dari
bagian belakang mulut (pharynx) ke proventrikulus (Suprijatna et al.,
2005). Esophagus tidak dapat menghasilkan enzim pencernaan (Zuprizal
dan Kamal, 2005). Esophagus menghasilkan mukosa yang berfungsi
membantu melicinkan pakan menuju tembolok (Yuwanta, 2004).
c. Crop (tembolok)
Pada esophagus ayam terdapat bagian yang membesar disebut
tembolok (Zuprizal dan Kamal, 2005). Tembolok adalah sebuah kantong
yang berperan sebagai tempat penyimpanan pakan. Proses pencernaan
sangat sedikit atau bahkan tidak ada, kecuali pencampuran sekresi saliva
dari mulut yang dilanjutkan aktivitasnya di tembolok (Suprijatna et al.,
2005). Pada tembolok terdapat saraf yang berhubungan dengan
hipotalamus sehingga banyak sedikitnya pakan yang terdapat dalam
tembolok akan memberikan respon pada syaraf untuk makan atau
menghentikan makan (Yuwanta, 2004).
d. Proventrikulus
Proventrikulus adalah suatu pelebaran dari kerongkongan
sebelum
berhubungan
dengan
gizzard.
Pakan
yang
melalui
proventrikulus tidak mengalami pencernaan material, karena ransum
hanya tinggal di organ ini dalam waktu yang cepat (Suprijatna et al.,
2005). Proventrikulus menghasilkan asam hidroklorit dan enzim pepsin
yang berfungsi untuk membantu proses mencerna protein (Akoso, 1993).
e. Gizzard (empedal)
Empedal (gizzard) disebut juga perut muscular yang merupakan
commit to userFungsi utama empedal adalah
kepanjangan dari proventrikulus.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melumatkan ransum dan mencampurnya dengan air menjadi pasta yang
dinamakan chymne. Ukuran dan kekuatan empedal dipengaruhi oleh
kebiasaan makan dari ayam tersebut. Pada unggas yang hidup secara
berkeliaran, empedal lebih kuat dari ayam yang dipelihara secara
terkurung dengan ransum yang lebih lunak. Pada empedal disekresikan
koilin yang berfungsi melindungi permukaan empedal terhadap
kerusakan yang mungkin disebabkan oleh ransum atau zat lain yang
tertelan (Yuwanta, 2004).
Besar kecilnya empedal dipengaruhi oteh aktivitasnya, apabila
ayam dibiasakan diberi ransum yang sudah digiling maka empedal akan
lisut. Gizzard disebut pula otot perut
yang terletak diantara
proventriculus boras atas dari intestine. Perototan gizzard dapat
melakukan gerakan meremas kurang lebih empat kali dalam satu menit
(Akoso, 1993). Partikel ransum yang besar menyebabkan kontraksi
semakin cepat. Gizzard mengandung material bersifat mengiling, seperti
grit, karang, dan batu kerikil. Partikel ransum digiling menjadi partikel
kecil yang mampu melalui saluran usus. Material halus akan masuk
gizzard dan keluar lagi dalam beberapa menit, tetapi ransum berupa
material kasar akan tinggal di gizzard untuk beberapa waktu (Suprijatna
et al., 2005).
f. Usus Halus (duodenum, jejunum, ileum)
Usus halus merupakan organ utama berlangsungnya pencernaan
dan absorpsi produk pencernaan. Berbagai enzim yang masuk ke dalam
saluran pencernaan ini berfungsi mempercepat dan mengefisiensikan
pemecahan karbohidrat, protein, dan lemak untuk mempermudah proses
absorbsi (Suprijatna et al., 2005). Usus halus terbagi dalam tiga bagian
(duodenum, jejunum dan ileum). Duodenum terdapat pada bagian yang
paling atas usus halus dan panjangnya mencapai 24 cm. Pada bagian ini
terjadi pencernaan yang paling aktif dengan proses hidrolisis dari nutrien
kasar berupa pati, lemak, dan protein. Penyerapan hasil akhir dari proses
commit
to user Duodenum merupakan tempat
ini sebagian besar terjadi
di duodenum.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sekresi enzim dari pankreas dan getah empedu dari hati. Sedangkan
jejunum dan ileum merupakan kelanjutan dari duodenum, fungsinya
sama dengan duodenum. Pada bagian ini proses pencernaan dan
penyerapan zat makanan yang belum diselesaikan pada duodenum
dilanjutkan hingga tingal bahan yang tidak tercerna (Yuwanta, 2004).
Selaput mukosa pada dinding usus halus memiliki jonjot yang lembut
dan menonjol seperti jari yang berfungsi sebagai penggerak aliran pakan
dan memperluas permukaan penyerapan nutrien (Akoso, 1993).
g. Sekum (usus buntu)
Pada persambungan usus bagian bawah dan rectum terdapat dua
bentukan cabang usus yang buntu sehingga disebut usus buntu atau
sekum. Usus ini biasanya terisi calon tinja. Sekum membantu mencerna
makanan yang memiliki susunan serat kasar yang tinggi melalui aksi
jasad renik dalam makanan. Pada susunan ransum yang lebih lengkap
dan mudah dicerna maka peranan sekum dalam proses pencernaan sangat
kecil (Akoso, 1993). Sekum terdapat diantara usus halus dan usus besar
terdapat dua kantung. Dalam keadaan normal panjang setiap sekum
sekitar 6 inci atau 15 cm. pada unggas dewasa yang sehat sekum berisi
ransum lembut yang keluar masuk, akan tetapi tidak ada bukti mengenai
peran serta dalam pencernaan. Hanya sedikit air diserap sedikit
karbohidrat dan protein dicerna berkat bantuan beberapa bakteri
(Suprijatna et al., 2005).
h. Rectum
Usus besar merupakan rektum. Pada ayam dewasa, panjangnya
sekitar 10cm dengan diameter sekitar dua kali usus halus. Bentuknya
melebar dan terdapat pada bagian akhir usus halus ke kloaka (Suprijatna et
al., 2005). Usus besar tidak menghasilkan enzim, tetapimempunyai fungsi
sebagai tempat menyerap air kembali sebelum feses dikeluarkan dari
tubuh (Zuprizal dan Kamal, 2005).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
i.
digilib.uns.ac.id
Kloaka, Vent
Kloaka adalah bagian yang berbentuk bulat pada akhir saluran
pencernaan. Kloaka adalah saluran umum tempat saluran pencernaan dan
reproduksi bermuara. Vent (anus) adalah lubang bagian luar dari kloaka.
Pada ayam betina, ukuran vent bervariasi karena dipengaruhi oleh masa
produksi. Ketika bertelur maka ukuran vent lebih besar daripasa saat
tidak berproduksi (Suprijatna et al., 2005).
j.
Organ pencernaan tambahan
1). Pankreas
Pankreas terletak di antara duodenal loop pada usus halus.
Pankreas merupakan suatu kelenjar yang berfungsi sebagai kelenjar
endokrin maupun eksokrin. Sebagai kelenjar endokrin, pankreas
mensekresikan hormon insulin dan glukagon. Sebagai kelenjar
eksokrin, pankreas mensekresikan cairan yang diperlukan bagi proses
pencernaan di dalam usus halus, yaitu pancreatic juice (Suprijatna et
al., 2005).
2). Hati
Gambar 3. Hati ayam broiler
(http://partnersah.vet.cornell.edu/avian-atlas/search/disease/856)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Fungsi fisiologis hati yaitu mensekresi empedu, detoksifikasi
persenyawaan racun bagi tubuh, metabolisme protein, karbohidrat dan
lipid, penyimpanan vitamin, penyimpanan karbohidrat, destruksi selsel darah merah, pembentukan protein plasma, inaktifasi hormon
polipeptida (Suprijatna et al., 2005). Hati mengeluarkan cairan
berwarna hijau kekuningan yang berperan dalam mengemulsikan
lemak. Cairan tersebut tersimpan didalam sebuah kantung disebut
kantung empedu terletak di lobus sebelah kanan. Makanan yang
berada pada duodenum akan merangsang kantung empedu untuk
mengkerut dan menumpahkan cairan empedu (Akoso, 1993). Hati
(berat 3 persen dari bobot badan) mensekresikan getah empedu yang
disalurkan ke dalam duodenum. Fungsi getah empedu adalah
menetralkan asam lambung (HC1) dan membentuk sabun larut
(soluble soaps) dengan asam lemak bebas. Kedua fungsi tersebut akan
membantu absorbsi dan translokasi asam lemak (Yuwanta, 2004).
Menurut Deyusma (2004) kelainan pada hati secara fisik ditandai oleh
adanya perubahan warna, pembengkakan atau pengecilan salah satu
lobi hati.
3). Empedu
Getah empedu terdapat asam empedu yang mempunyai peranan
penting, yaitu asam tarokolik dan glikokolik. Fungsi asam empedu
adalah membantu digesti lemak dengan membentuk emulsi,
mengaktifkan lipase pankreas. Empedu juga membantu penyerapan
asam lemak, kolesterol, dan vitamin yang larut dalam lemak, serta
menstimulasi aliran getah empedu dari hati dan menangkap kolesterol
dalam getah empedu (Yuwanta, 2004).
Kantong empedu adalah sebuah kantong untuk menyimpan
cairan yang dihasilkan oleh hati (Akoso, 1993). Ayam memiliki
kantong empedu, tetapi beberapa jenis burung lain tidak. Dua saluran
empedu mentransfer empedu dari hati ke usus. Saluran kanan kantong
commitdimana
to user sebagian besar empedu mengalir
empedu terbentuk melebar,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan ditampung, sementara pada saluran sebelah kiri tidak melebar.
Oleh karena itu, hanya sedikit empedu yang mengalir melalui bagian
ini secara langsung ke usus (Suprijatna et al, 2005).
C. Tanaman Teh
Menurut Hidayati (2009) tanaman teh diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi
: Spermatophyta (tumbuhan biji)
Sub divisi
: Angiospermae (tumbuhan biji terbuka)
Kelas
: Dicotyledoneae (tumbuhan biji belah)
Sub Kelas
: Dialypetalae
Ordo (bangsa)
: Guttiferales (Clusiales)
Familia (suku)
: Camelliaceae (Tehaceae)
Genus (marga)
: Camellia
Spesies (jenis)
: Camellia sinensis
Varietas
: Assamica
Budidaya teh di Indonesia dimulai sejak tahun 1826 dan secara
luas dilakukan pada tahun 1880 (Siswoputranto, 1978). Kualitas teh tergantung
dari tanah daun teh tumbuh, udara, dan proses pengelolaan. Daun teh pucuk
lebih baik daripada daun yang ada pada batang dibawahnya (Tarwotjo, 1998).
Daun teh yang digunakan sebagai pangan adalah daun teh muda sedangkan
daun teh tua tidak lagi digunakan. Menurut Gardjito et al (1992) daun teh
mengalami oksidasi oleh perubahan kimia senyawa fenolik yang tidak
berwarna sehingga daun teh berwarna coklat secara alami.
Camellia sinensis adalah tanaman teh, spesies tanaman yang daun dan
pucuk daunnya digunakan untuk membuat teh. Daun teh memiliki panjang 415 cm dan lebar 2-5 cm. Daun muda yang berwarna hijau muda lebih disukai
untuk produksi teh sedangkan daun tua berwarna gelap tidak di gunakan. Air
teh mengandung kafein, teofilin, vitamin A, B, C, zat yang tidak larut dalam air
seperti serat, protein dan pati serta zat yang larut di dalam air seperti gula, asam
commit
to user
amino dan mineral. Kandungan
zat pada
daun teh 1-4 persen kofeine, 7-15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
persen tanin dan sedikit minyak atsiri (Sukarja, 1983). Komposisi aktif utama
yang terkandung dalam daun teh adalah kafein, tanin, tehophylline,
tehobromine, lemak, saponin, minyak esensial, katekin, karotin, vitamin C,
A, B1, B2, B12 dan P, fluorite, zat besi, magnesium, kalsium, strontium,
tembaga, nikel, seng, dan fosfor. Semakin tua daun teh semakin banyak
mengandung tanin (Hidayati, 2009).
Teh merupakan sumber kalium yaitu 1800mg/l00gram, bekerja untuk
mengendalikan aktivitas otot jantung, system syaraf dan ginjal (Hartono,
2000). Fungsi kalium yaitu memelihara imbangan yang berhubungan dengan
asam basa dan mengaktifkan enzim interseluler yang dibutuhkan untuk
aktivitas jantung dan lebih memberikan relaksasi. Pada metabolisme kalium,
ketika ransum kelebihan lisin maka dengan penambahan kalium akan terjadi
perturnbuhan yang lebih baik karena lisin dalam plasma ayam akan berkurang.
Kelebihan lisin akan membuat perturnbuhan ayam terhambat karena terjadi
ketidakseimbangan asam amino dalam ransum (Wahju, 2004).
Daun teh tua adalah daun teh kecuali bagian pucuk yang dikonsumsi oleh
manusia. Daun teh tua dianggap sebagai limbah yang tidak berguna dan
diabaikan begitu saja. Pada perkebunan teh biasanya menjadikan daun teh tua
sebagai pupuk alami yang nantinya rontok ke tanah dan membusuk seiring
berjalannya waktu. Perkebunan teh PT Rumpun Sari Kemuning Kecamatan
Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu contoh dari
perkebunan teh yang belum memanfaatkan limbah daun teh tua sebagai sesuatu
hal yang lebih bernilai jual. Peluang dari limbah teh bisa dimanfaatkan sebagai
ransum unggas khususnya ayam broiler. Teh tua selain sebagai limbah masih
menyimpan khasiat lain yang masih dapat dipergunakan. Teh tua mengandung
banyak manfaat yaitu mengandung serat yang dapat mengurangi lemak daging
pada ayam broiler, mengandung polyphenol sebagai antioksidan pencegah
radikal bebas serta penyakit dan berbagai vitamin yang harus diambil
manfaatnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Aditif Pakan
Pengertian aditif pakan menurut berbagai sumber yaitu sebagai berikut:
1. Aditif pakan adalah bahan yang ditambahkan dalam jumlah yang relatif
sedikit untuk melengkapi ransum (Badan Keamanan Pangan Komisi
Eropa, 2003);
2. Aditif pakan biasanya sengaja ditambahkan pada ransum (Priyono, 2009);
3. Aditif pakan adalah bahan yang tidak mengandung nutrient yang
ditambahkan dalam ransum (Zuprizal dan Kamal, 2005);
4. Aditif pakan dapat disusun dari beberapa bahan ransum (Peraturan
Pemerintah, 2003);
5. Aditif pakan terutama digunakan sebagai pemacu produksi ternak (Sjofjan,
2003)
6. Aditif pakan adalah zat anti nutrient yang dapat memberi warna atau bau.
Contohnya penambahan aroma, citarasa, asam amino, campuran asam
amino, vitamin dan lainnya (Kamal, 1997).
Menurut Wahju (2004) batasan pemberian aditif pakan pada ternak
adalah kurang dari 5 persen. Tingkat lebih dari 5 persen menurunkan tingkat
ransum secara keseluruhan. Beberapa aditif pakan yang bukan ransum
diutarakan sebagai berikut:
a. Peningkatan pellet yang mempengaruhi tekstur dan menguatkan ransum
yang sudah dibuat pellet;
b. Zat
pemberi bau enak yang dipergunakan untuk meningkatkan
palatabilitas ransum;
c. Enzim-enzim yang memperbaiki daya cerna di bawah kondisi tertentu;
Antibiotika, senyawa-senyawa arsen dan nitrofurans dipergunakan pada
tingkat rendah untuk melindungi pakan dari serangan perusakan oleh
mikroorganisme dan mencegah timbulnya keracunan yang disebabkan
oleh mikroflora dalam usus;
d. Pencegah jamur, dipergunakan untuk mencegah jamur yang merusak di
dalam ransum dan di dalam saluran pencernaan dari ayam;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Antibiotika yang mempunyai spektrum luas dan daya absorpsi yang baik
ditambahkan ke dalam pakan untuk memerangi penyakit khusus;
f. Senyawa-senyawa kimia tertentu dipergunakan untuk meningkatkan daya
penyembuhan dari antibiotika terhadap penyakit;
g. Koksidiostat secara rutin ditambahkan ke dalam ransum broiler.
h. Obat-obat pencegah cacing ditambahkan ke dalam ransum tertentu dari
waktu ke waktu;
i. Antioksidan untuk mencegah kerusakan asam-asam lemak yang tidak
jenuh dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak karena proses
peroksidasi;
j. Sumber-sumber karotenoid ditambahkan dalam pakan untuk memperbaiki
pigmentasi dari broiler dan kuning telur;
k. Hormon atau zat-zat lain yang dipergunakan untuk memperbaiki proses
metabolisme dari ayam;
l. Reserpin,
aspirin
dan
obat-obat
penenang
dipergunakan
untuk
memperbaiki pertumbuhan, membatasi apkiran dan memperbaiki efisiensi
penggunaan ransum pada broiler.
Aditif pakan seperti antibiotik, santofil, antioksidan, koksidiostat, dan
elektrolit perlu ditambahkan dalam pakan meskipun jumlahnya relatif sedikit.
Beberapa diantaranya berhubungan langsung dengan metabolisme. Antibiotik
untuk memacu pertumbuhan dengan cara menghambat pertumbuhan
mikroorganisme patogen disaluran pencernaan. Efeknya akan meningkatkan
proses pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan (Suprijatna et al., 2005).
Beberapa aditif pakan seperti hormon dan antibiotik telah dilarang
penggunaannya karena terkait adanya cemaran dan residu yang berbahaya
bagi konsumen, resistensi tertentu dan isu lingkungan. Keberadaan aditif
pakan terbukti dapat meningkatkan efisiensi ransum, sehingga dapat
menguntungkan peternak. Dalam upaya menghasilkan produk peternakan
yang sehat, maka di perlukan alternatif penggunaan aditif pakan yang bersifat
alami. Teh kombucha merupakan feed aditif alami, sehingga penambahan satu
commit
to ayam
user broiler tanpa pengaruh negatif
persen kombucha dapat diterima
oleh
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terhadap organ vital namun belum dapat memperbaiki persentase karkas
(Ramli, 2002)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Krajan RT1 RW4, Kelurahan
Bulakrejo, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo dan Laboratorium
Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilaksanakan selama 35
hari, dimulai tanggal 23 Juli sampai 26 Agustus 2011.
B. Bahan dan Alat Penelitian
1. Ternak
Ayam yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam broiler jantan
sebanyak 80 ekor, Strain Lohmann MB 202 grade platinum dari PT.
Multibreeder Adirama Indonesia Tbk. Cabang Salatiga, Jawa Tengah.
Pemberian pakan perlakuan dilakuhkan pada umur 11 hari.
2. Ransum
Ransum yang digunakan dalam penelitian ini adalah jagung kuning,
bekatul, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati, Grit, Dikalsium
phospat, tepung kapur, garam, metionin dan tepung daun teh tua.
Tabel 1. Kebutuhan nutrien ayam broiler
No. Nutrien
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
ME (Kkal/kg)
Protein kasar (%)
Serat kasar (%)
Lemak (%)
Kalsium (%)
P tersedia (%)
Lisin (%)
Metionin (%)
Starter
(1-21 hari)
3200
23,00
4,00
6,00
1,00
0,45
1,10
0,50
Sumber : NRC (1994).
commit to user
Finisher
(22-35 hari)
3200
20,00
5,00
6,00
0,90
0,35
1,00
0,38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 2. Kandungan Nutrien Bahan Penyusun Ransum Perlakuan
No. Nama Bahan
PK2
LK2
SK2
ABU2
ME3
Ca3
P tot3
Lis3
Met3
(%)
(%)
(%)
(%) (Kkal/kg) (%)
(%)
(%)
(%)
Jagung Kuning
7,41
2,78
0,54
1,29
3862
0,03 0,26 0,33 0,21
Bekatul
9,55
4,57 20,47 18,53
3357
0,05 1,48 0,58 0,22
Bungkil Kedelai
44,99
0,59
2,44 10,63
2577
0,34 0,70 2,98 0,58
Tepung ikan
50,16 14,01
5,35 32,70
2580
5,67 3,05 5,85 1,96
Teh Tua1
18,65
3,70 11,95
5,48
2868
Minyak Nabati3
8800
Dikalsium
Phospat3
24
18
8. Tepung Kapur3
34
0,02
9. Garam3
10. Grit3
Sumber:
1). Hasil Analisia Lab. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta (2009)
2). Hasil Analisia Lab. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta (2011)
3). Hartadi et al. (1994)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tabel 3. Susunan Ransum Basal Broiler Starter dan Finisher (DM basis)
No. Bahan Ransum
Starter (%)
Finisher(%)
1. Jagung Kuning
2. Bekatul
3. Bungkil Kedelai
4. Tepung ikan
5. Minyak Nabati
6. Dikalsium Phospat
7. Tp Kapur
8. Garam
9. DL-Metionin
10. Grit
11. Teh
Jumlah
Kandungan Nutrien
1. ME (Kkal/kg)
2. PK (%)
3. SK (%)
4. LK (%)
5. Ca (%)
6. P tersedia (%)
7. Lis (%)
8. Met (%)
Sumber : Hasil Perhitungan Berdasarkan Tabel 2.
38,80
25,80
24,80
5,00
2,00
1,40
1,00
0,30
0,10
0,80
0
100
43,30
28,90
17,30
5,00
2,00
0,90
1,30
0,30
0,00
1,00
0
100
3308,71
22,73
3,82
5,87
1,06
0,65
1,30
0,50
3087,03
19,74
3,74
6,37
1,03
0,66
1,12
0,38
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4. Susunan Ransum Perlakuan Broiler Starter dan Finisher (Asfed Basis)
No. Bahan Ransum
1. Jagung Kuning
2. Bekatul
3. Bungkil Kedelai
4. Tepung ikan
5. Minyak Nabati
6. Dikalsium Phospat
7. Tp Kapur
8. Garam
9. DL- Metionin
10. Grit
11. Teh
Starter (%)
P0
39,00
25,90
24,90
5,00
1,70
1,20
0,90
0,30
0,10
0,70
0
P1
38,40
25,50
24,60
4,90
1,70
1,20
0,90
0,30
0,10
0,70
1,5
Jumlah
100
100
Kandungan Nutrien
1. ME (Kkal/kg)
3308,71 3302,10
2. PK (%)
22,73
22,65
3. SK (%)
3,82
3,94
4. LK (%)
5,87
5,84
5. Ca (%)
1,06
1,04
6. P tersedia (%)
0,65
0,64
7. Lis (%)
1,30
1,28
8. Met (%)
0,50
0,49
Sumber : Hasil Perhitungan Berdasarkan Tabel 2.
Finisher (%)
P2
37,90
25,20
24,20
4,90
1,70
1,20
0,90
0,30
0,10
0,70
3
100
3295,49
22,59
4,06
5,80
1,03
0,63
1,26
0,49
P3
37,90
24,80
23,80
4,80
1,60
1,20
0,90
0,30
0,10
0,70
4,5
100
3288,88
22,53
4,19
5,77
1,01
0,62
1,24
0,48
P0
43,50
29,00
17,40
5,00
1,70
0,80
1,30
0,30
0,00
0,90
P1
42,90
28,60
17,10
4,90
1,70
0,80
1,20
0,30
0,00
0,90
P2
42,20
28,10
16,80
4,90
1,70
0,70
1,20
0,30
0,00
0,90
0
1,5
3
100
100
100
3087,03
19,74
3,74
6,37
1,03
0,66
1,12
0,38
3083,74
19,72
3,86
6,33
1,01
0,65
1,10
0,37
P3
41,60
27,70
16,60
4,80
1,60
0,70
1,20
0,30
0,00
0,90
4,5
100
3080,46 3077,17
19,71
19,69
3,99
4,11
6,29
6,25
1,00
0,98
0,64
0,63
1,09
1,07
0,37
0,36
3. Kandang dan Peralatannya
Penelitian ini menggunakan 20 petak kandang liter dengan ukuran
(0,5x0,8x0,5)m3. Bahan yang digunakan untuk sekat tiap kandang dari
bambu dan untuk litter dari sekam dengan ketebalan 5-7 cm dari alas
kandang. Peralatan kandang yang di gunakan adalah:
a. Tempat ransum
Pemberian tempat ransum 20 buah terbuat dari bahan bambu.
Penempatannya yaitu setiap petak diberi satu buah tempat ransum.
b. Tempat air minum
Tempat air minum yang diberikan 20 buah dan terbuat dari bahan
plastik. Penempatannya yaitu setiap petak diberi satu buah tempat air
minum.
c. Thermometer
penggunaan thermometer ruang bertujuan untuk mengetahui
commit
to user
suhu ruang kandang setiap
harinya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Lampu pijar
Lampu yang digunakan adalah lampu 15 watt sebanyak 20 buah
yang di tempatkan di atas kandang, tiap petak satu lampu, sebagai
penerang dan penghangat ruangan.
e. Timbangan
Timbangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
timbangan merk Cookmaster kapasitas 5 kg dengan kepekaan satu
gram untuk menimbang pertambahan bobot badan ayam pedaging
setiap seminggu sekali dan untuk menimbang pakan.
f. Sapu
Sapu yang digunakan adalah sapu lidi dan sapu ruangan yang
berfungsi sebagai pembersih kandang.
g. Alat tulis
Alat tulis digunakan untuk mencatat data yang diperoleh saat
penelitian berlangsung.
h. vaksin
menggunakan vaksin ND tipe B1 pada umur 4 hari dengan tetes
mata, vaksin gumboro pada umur 14 hari dengan tetes mulut/ air
minum, vaksin La Sota pada umur 21 hari dengan air minum.
C. Persiapan Penelitian
1. Persiapan kandang
Membersihkan kandang dan peralatan menggunakan desinfektan.
Mengadakan pengapuran, menyemprot kandang dengan Sanimex. Tempat
air minum dan tempat pakan dibersihkan dan di rendam satu jam kedalam
antiseptik. Mempersiapkan chick guard berbentuk lingkaran, diberi liter
dan dilapisi koran, kemudian dipasang thermometer dan dinding dipasang
tirai. Tiga hari sebelum DOC datang dilakukan penyemprotan ulang
dengan Rodalon.
2. Penentuan petak kandang
Cara penentuan petak kandang adalah dengan cara acak
commit to user
pengundian.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Persiapan ransum
Daun teh tua dipetik dari perkebunan Rumpun Sari Kemuning
kemudian dilakukan proses pelayuan pada daun teh tua dengan
menempatkan pada rak-rak selama 16-24 jam (siswoputranto, 1978).
Setelah dilayukan daun teh tua dikeringkan dibawah sinar matahari lalu
dihaluskan dengan blender. Pencampuran ransum dilakukan 2 hari
sekali sesuai dengan ukuran yang telah diformulasikan.
4. Persiapan Ayam /DOC (day old chick)
Pada
saat
pemasukan
DOC,
terlebih
dahulu
dilakukan
penimbangan DOC. Setelah itu DOC dimasukkan ke dalam brooder
sambil di hitung dan dilatih minum. Air minum di campur dengan gula
2% atau vitamin diperkirakan habis dalam waktu 2 jam. Setelah kurang
lebih satu jam DOC berada di dalam brooder, diberikan sedikit ransum
dengan cara ditaburkan di atas koran.
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Macam Perlakuan
Penelitian ini dilakukan secara experimental menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan di ulang 5 kali dan
setiap ulangan terdiri dari 4 ekor ayam broiler. Adapun perlakuan ransum
adalah sebagai berikut:
P0= Ransum basal tanpa tepung daun teh tua
P1= Ransum basal 98,5 persen + tepung daun teh 1,5 persen
P2= Ransum basal 97 persen + tepung daun teh 3 persen
P3= Ransum basal 95,5 persen + tepung daun teh 4,5 persen
Pengambilan sampel dilakukan pada tanggal 26 Agustus 2011.
Sampel diambil secara acak dari setiap kandang diambil 2 sampel. Sampel
disembelih dan diambil hati, empedu, gizzard, usus halus, sekum, dan
karkas untuk ditimbang dan diukur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Pemberian pakan
Penelitian dilaksanakan selama 35 hari dengan pemberian ransum
perlakuan dan air minum diberikan secara ad libitum.
3. Peubah penelitian
a. Bobot karkas (gram) dan Persentase Karkas (%)
b. Bobot Hati (gram/100 gram bobot badan)
c. Bobot Gizzard (gram/100 gram bobot badan)
d. Bobot Empedu (gram/100 gram bobot badan)
e. Usus halus, bobot (gram/100 gram bobot badan) dan panjang (cm).
f. Sekum, bobot (gram/100 gram bobot badan) dan panjang (cm).
E. Cara Analisis Data
Semua data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis menggunakan
analisis variansi berdasarkan berdasarkan rancangan acak lengkap (RAL) untuk
mengetahui adanya pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati. Model
matematika yang di gunakan adalah sebagai berikut :
Y ij = µ + δ i + εij
Keterangan:
Y ij = respon nilai pengamatan pada perlakuan ke i ulangan ke-j
µ
= Nilai rata-rata.
δi
= pengaruh perlakuan ke-i
ε ij = kesalahan (galat) percobaan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j.
Apabila hasil analisis yang di dapatkan adalah berpengaruh nyata, maka
di lanjutkan dengan uji Duncan’s (Duncan’s Multiple Range test/ DMRT)
(Yitnosumarto, 1993).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Bobot karkas dan persentase karkas
1. Bobot karkas
Karkas adalah daging bersama tulang hasil pemotongan setelah di
pisahkan dari kepala sampai batas pangkal leher dan dari kaki sampai batas
lutut, serta dari isi rongga perut ayam. Rata-rata bobot karkas ayam broiler
berkisar antara 65-75 persen bobot hidup broiler waktu siap potong
(Murtidjo, 1987). Adapun rata-rata bobot karkas ayam broiler jantan hasil
penelitian tercantum pada Tabel 5.
Tabel 5. Bobot karkas ayam broiler jantan umur 35 hari (gram/ekor)
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
1
695,50
679,00
694,50
680,50
2
693,00
693,50
691,00
692,00
Ulangan
3
696,50
688,50
679,00
679,00
Rata-rata
4
698,50
685,50
693,00
692,50
5
698,50
695,50
698,50
684,50
696,40A
688,40AB
694,80A
685,70B
Keterangan: rata-rata yang diikuti superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
perbedaan sangat nyata (P≤0,01)
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 5 diketahui
bahwa penambahan daun teh tua taraf 4,5 persen berpengaruh sangat nyata
(P<0,01) menurunkan bobot karkas ayam broiler, namun penambahan daun
teh tua sampai dengan 3 persen tidak nyata menurunkan bobot karkas. Daun
teh tua mengandung serat kasar tinggi dengan efek positif yang dapat
menurunkan lemak dalam tubuh ayam broiler. Kandungan Polyphenol
dalam teh tua memiliki banyak kelebihan, salah satunya sebagai
antioksidan, namun pemberiannya pada ransum ayam harus dibatasi karena
daun teh mengandung tanin. Polyphenol berupa tanin dapat menimbulkan
rasa pahit, sehingga konsumsi pada perlakuan 4,5 persen teh tua mengalami
penurunan dibanding dengan kontrol tanpa penambahan daun teh (data tidak
dipublikasikan). Penurunan bobot karkas diduga karena pengaruh dari
to userserat kasar. Menurut Sumiati et al
kandungan tanin dan adanyacommit
peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2003) tanin mengikat protein membentuk ikatan komplek yang sangat kuat
mengakibatkan protein tidak dapat dicerna sehingga terjadi penghambatan
pertumbuhan. Tanin dapat memberikan rasa pahit sebagai hasil interaksi
tanin dengan protein saliva dan glikoprotein dalam mulut yang dapat
mempengaruhi konsumsi dan palatabilitas ransum. Tanin merupakan
senyawa larut dalam air menyebabkan rasa pahit yang diduga ikut andil
dalam mempengaruhi konsumsi. Penurunan konsumsi terjadi pada
perlakuan 4,5 persen teh tua bila dibandingkan dengan kontrol tanpa
penambahan daun teh (data tidak di publikasikan).
Menurut Laihad (2000) senyawa katekin didalam teh dapat
mempengaruhi pertambahan bobot badan karena menghambat enzim-enzim
pencernaan. Sumiati et al (2003) menyatakan kandungan nutrisi ransum
mempengaruhi pertumbuhan ayam. Pertumbuhan ayam dipengaruhi oleh
sistem alat pencernaan karena organ visceral beserta enzim-enzim yang ada
didalamnya mengubah ransum yang dikonsumsi menjadi zat makanan yang
siap diserap dan digunakan tubuh ayam. Hasil penelitian berbeda dengan
hasil penelitian Santoso (2010) suplementasi EDK (Ekstra Daun Katuk) 1,8
persen ditambah tepung kunyit 0,1 persen berpengaruh tidak nyata (P>0,05)
terhadap bobot karkas, namun mampu meningkatkan kualitas karkas.
2. Persentase karkas
Persentase karkas diukur dalam satuan persen (Soeparno, 2005).
Adapun rata-rata persentase karkas ayam broiler jantan hasil penelitian
tercantum pada Tabel 6.
Tabel 6. Pesentase Karkas Ayam Broiler Jantan Umur 35 hari (%)
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
1
71,67
72,39
72,16
71,52
2
72,09
71,21
71,50
70,15
Ulangan
3
72,93
71,62
71,79
71,64
Rata-rata
4
72,59
70,24
70,68
70,63
5
71,50
71,92
71,98
70,46
72,16a
71,48ab
71,62ab
70,88b
Keterangan: rata-rata yang diikuti superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
perbedaan nyata (P≤0,05)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil penelitian yang tercantum pada Tabel 6 diketahui
bahwa penambahan daun teh tua taraf 4,5 persen berpengaruh nyata
(P<0,05) menurunkan persentase karkas ayam broiler, namun penambahan
daun teh tua sampai dengan 3 persen tidak nyata menurunkan persentase
karkas. Polyphenol yang terkandung didalam daun teh tua memiliki sifat
meredam radikal bebas, namun penggunaannya harus dibatasi karena
penggunaan aditif pakan tidak boleh lebih dari 5 persen.
Menurut penelitian Sumiati et al (2003) penggunaan 10 persen tepung
daun talas dalam ransum sangat nyata menurunkan persentase karkas. Tanin
mengendapkan protein sehingga protein tidak dapat dicerna, akirnya
membuat pertumbuhan tulang terganggu dan mempengaruhi berat karkas.
Daun teh mengandung tanin seperti halnya daun talas. Semakin tua daun teh
semakin banyak mengandung tanin (Hidayati, 2009). Sejalan dengan
penelitian Laihad (2000) yaitu penambahan teh hijau taraf 5 persen dalam
ransum ayam broiler berpengaruh nyata menurunkan persentase karkas.
Penurunan persentase karkas disebabkan oleh konsumsi pakan yang rendah
dan konversi pakan yang tinggi. Kandungan polyphenol berupa katekin
dalam teh menghambat enzim pencernaan yang menghambat pertambahan
bobot badan. Pendapat Ramli et al (2002) menyatakan bahwa penambahan
teh kombucha dalam air minum sebanyak 1 persen sangat nyata (p<0,01)
menurunkan persentase karkas, belum dapat memperbaiki persentase dan
kualitas
karkas
ayam, namun pada penelitian Sinurat et al (2003)
menyatakan bahwa pemberian gel lidah buaya sebagai aditif pakan
sebanyak 0,1 persen tidak berpengaruh nyata terhadap persentase karkas.
Hal ini diduga karena adanya bioaktif pada lidah buaya memiliki efek yang
berbeda dengan teh tua.
B. Bobot Gizzard
Fungsi utama gizzard adalah melumatkan pakan dan mencampurnya
dengan air menjadi pasta yang dinamakan chymne (Yuwanta, 2004). Besar
commit
to user apabila ayam dibiasakan diberi
kecilnya gizzard dipengaruhi oteh
aktivitasnya,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pakan yang sudah digiling maka gizzard akan lisut (Akoso, 1993). Adapun
rata-rata bobot gizzard ayam broiler jantan hasil penelitian tercantum pada
Tabel 7.
Tabel 7. Bobot Gizzard Ayam Broiler Jantan Umur 35 hari (g/100 g bobot
badan)
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
1
2,40
2,40
2,70
2,70
2
2,70
2,50
2,40
2,40
Ulangan
3
2,70
2,60
2,40
2,60
Rata-rata
4
2,60
2,60
2,50
2,40
5
2,50
2,50
2,50
2,50
2,58
2,56
2,49
2,52
Berdasarkan hasil penelitian yang tercantum pada Tabel 7 diketahui
bahwa penambahan daun teh tua taraf 4,5 persen berpengaruh tidak nyata
(P>0,05) terhadap bobot gizzard ayam broiler. Hal ini diduga karena
kandungan serat kasar pada ransum starter dan finisher masih dapat dicerna
dengan baik oleh gizzard. Penelitian Syahruddin (2000) tingkat serat kasar
sampai taraf 9 persen didalam pakan berpengaruh tidak nyata terhadap gizzard
ayam broiler, terjadi karena jumlah pemakaian serat kasar dalam ransum masih
dapat di toleransi oleh ternak. Hasil ini sejalan dengan penelitian Hermana et al
(2008) penambahan tepung daun salam (TDS) sampai 3 persen. Hal ini
dikarenakan serat kasar pada masing-masing perlakuan yang diberikan dapat
dicerna dengan baik oleh gizzard yang dibantu dengan adanya grit. Grit dapat
membantu gizzard memperkecil ukuran partikel ransum secara fisik.
Penelitian Sumiati et al (2003) yang menyatakan penggunaan 5 persen
tepung daun talas dalam ransum nyata meningkatkan persentase berat gizzard
yang dibandingkan dengan kontrol. Peningkatan berat gizzard diduga karena
penggunaan ransum berserat tinggi mengakibatkan beban gizzard lebih besar
sehingga memperbesar ukuran gizzard. Bobot gizzard pada penelitian Sinurat
et al (2003) penambahan aditif pakan berupa gel lidah buaya 0,1 persen nyata
berpengaruh meningkatkan berat gizzard. Peningkatan berat gizzard umumnya
dikaitkan dengan peningkatan aktivitas dalam mencerna pakan secara mekanis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Bobot Hati
Fungsi
fisiologis
hati
yaitu
mensekresi
empedu,
detoksifikasi
persenyawaan racun bagi tubuh, metabolisme protein, karbohidrat dan lipid,
penyimpanan vitamin, penyimpanan karbohidrat, destruksi sel-sel darah merah,
pembentukan protein plasma, inaktifasi hormon polipeptida (Suprijatna et al.,
2005). Adapun rata-rata bobot hati ayam broiler jantan hasil penelitian
tercantum pada Tabel 8.
Tabel 8. Bobot Hati Ayam Broiler Jantan Umur 35 hari (g/100 g bobot badan)
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
1
2,80
2,90
2,70
2,90
2
2,80
2,70
2,80
2,80
Ulangan
3
2,90
2,90
2,90
3,00
Rata-rata
4
2,80
2,60
2,80
2,70
5
2,90
2,80
2,70
2,80
2,84
2,78
2,77
2,84
Berdasarkan hasil penelitian yang tercantum pada Tabel 8 diketahui
bahwa penambahan daun teh tua taraf 4,5 persen berpengaruh tidak nyata
(P>0,05) terhadap bobot hati ayam broiler. Polyphenol berupa tanin dalam teh
tua berguna sebagai antioksidan. Penambahan daun teh tua 4,5 persen sebagai
aditif pakan yang mengandung polyphenol tidak memberikan efek negatif
terhadap hati. Hati merupakan tempat detoksifikasi racun sehingga
penambahan daun teh dalam ransum sampai taraf 4,5 persen diduga efek dari
tanin masih dapat ditoleransi dengan baik oleh hati sehingga tidak
mempengaruhi kerja hati. Hasil penelitian penambahan daun teh tua sejalan
dengan beberapa penelitian lain tentang penambahan aditif pakan yang tidak
mempengaruhi berat hati, seperti Sumiati et al (2003) dengan penggunaan 5%
tepung daun talas, Hermana et al (2008) dengan penambahan tepung daun
salam (TDS) sampai 3 persen dan penelitian Sinurat et al (2003) dengan
penambahan gel lidah buaya sebanyak 0,1 persen, namun pada penelitian
Sarker et al, (2010) bobot hati meningkat pada ransum ayam broiler yang
mengandung 1,0 persen suplemen teh hijau, sedangkan penelitian Ramli et al
(2002) perlakuan ransum yang ditambah teh fermentasi kombucha dalam
commit to user
bentuk air minum sangat nyata (P<0,01) menurunkan berat hati. Meningkatnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bobot hati pada penelitian Sarker diduga pengaruh dari kandungan polyphenol
yang tinggi pada daun teh hijau.
D. Bobot Empedu
Kantong empedu adalah sebuah kantong untuk menyimpan cairan yang
dihasilkan oleh hati (Akoso, 1993). Adapun rata-rata bobot empedu ayam
broiler jantan hasil penelitian tercantum pada Tabel 9.
Tabel 9. Bobot Empedu Ayam Broiler Jantan Umur 35 hari (g/100 g bobot
badan)
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
1
0,08
0,08
0,10
0,11
2
0,05
0,05
0,08
0,10
Ulangan
3
0,10
0,08
0,10
0,11
Rata-rata
4
0,10
0,08
0,10
0,13
5
0,10
0,10
0,10
0,10
0,09b
0,08b
0,10ab
0,11a
Keterangan: rata-rata yang diikuti superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
perbedaan nyata (P≤0,05)
Berdasarkan hasil penelitian yang tercantum pada Tabel 9 diketahui
bahwa penambahan daun teh tua taraf 4,5 persen berpengaruh nyata (P<0,05)
meningkatkan bobot empedu ayam, namun pada penambahan 3 persen daun
teh tua tidak memberikan pengaruh yang nyata. Pada taraf 3 persen
memberikan pengaruh baik pada bobot empedu. Salah satu yang menjadi
pembeda lain dari perlakuan dengan kontrol adalah warna empedu. Warna
empedu pada ayam yang digunakan sebagai kontrol tanpa penambahan daun
teh tua, warna empedu menunjukkan warna hijau muda terang, sedangkan pada
ayam yang diberi perlakuan empedu berwarna hijau tua pekat. Perbedaan
warna diduga karena pengaruh dari pemberian daun teh tua yang mengandung
warna hijau clorophyl. Warna hijau pekat berupa pigmen yang disebabkan oleh
pemberian daun teh tua diduga menjadi penyebab meningkatnya bobot
empedu. Menurut Fauzi (2005) Apabila dalam pakan banyak mengandung
serat, maka serat ini akan berusaha lebih kuat mengikat asam empedu. Asam
empedu bersama serat dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk kotoran. Semakin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
banyak asam empedu yang dihasilkan maka kantung empedu akan semakin
besar daya tampungnya dan semakin berat pula empedu tersebut.
Penelitian Laihad (2000) pemberian teh hijau sebanyak 1 persen mampu
menurunkan kadar kolesterol empedu dan lemak empedu. Hal ini disebabkan
oleh polyphenol yaitu katekin yang terdapat dalam teh hijau. Berbeda dengan
hasil penelitian Hermana et al (2008) penambahan tepung daun salam (TDS)
sampai 3 persen tidak memberikan pengaruh nyata terhadap berat empedu
ayam broiler. Demikian halnya pengaruh suplementasi eksrak daun katuk dan
kunyit sampai taraf 1,8 persen katuk dan 0,1 persen kunyit tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap empedu (Santoso et al, 2010).
E. Bobot dan Panjang Usus Halus
Usus halus merupakan organ utama berlangsungnya pencernaan dan
absorpsi produk pencernaan (Suprijatna et al., 2005). Pada penelitian ini dilihat
dari bobot dan panjang usus halus, yaitu sebagai berikut.
1. Bobot Usus Halus
Rata-rata bobot usus halus ayam broiler jantan hasil penelitian
tercantum pada Tabel 10.
Tabel 10. Bobot usus halus Ayam Broiler Jantan Umur 35 hari (g/100 g
bobot badan)
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
1
10,30
9,40
9,50
9,20
2
10,60
8, 80
9,50
9,00
Ulangan
3
10,20
9,80
10,10
9,90
Rata-rata
4
10,10
9,00
9,60
8,90
5
10,10
9,40
9,80
8,90
10,25A
9,28B
9,71B
9,18B
Keterangan: rata-rata yang diikuti superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
perbedaan sangat nyata (P≤0,01)
Berdasarkan hasil penelitian yang tercantum pada Tabel 10 diketahui
bahwa penambahan daun teh tua taraf 4,5 persen berpengaruh sangat nyata
(P<0,01) menurunkan bobot usus halus ayam broiler. Terjadinya penurunan
bobot usus halus disebabkan oleh penurunan konsumsi pakan pada ayam
yang diberi perlakuan. Pakan
perlakuan
commit
to user diduga mengandung tanin yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memberikan rasa pahit sehingga konsumsi menurun (data tidak di
publikasikan). Menurut penelitian Sarker et al (2010) hasil menunjukkan
bahwa pakan yang mengandung 0,5 persen teh hijau berpengaruh nyata
menurunkan bobot usus halus ayam broiler. Berbeda dengan bobot usus
halus pada penambahan aditif pakan berupa gel lidah buaya 0,1 persen
berpengaruh nyata meningkatkan bobot usus halus (Sinurat et al, 2003).
Menurut hasil penelitian Hermana et al (2008) penambahan tepung
daun salam (TDS) sampai 3 persen tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap persentase bobot usus halus ayam broiler. Hal ini dikarenakan
kadar serat kasar ransum perlakuan masih berada pada batas normal.
2. Panjang Usus Halus
Rata-rata panjang usus halus ayam broiler jantan hasil penelitian
tercantum pada Tabel 11.
Tabel 11. Panjang usus halus Ayam Broiler Jantan Umur 35 hari (Cm)
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
1
202,00
198,00
203,00
192,50
2
214,50
198,00
197,50
206,00
Ulangan
3
203,00
202,50
215,00
198,50
Rata-rata
4
199,50
201,00
197,50
195,00
5
211,50
201,00
195,00
199,50
206,10
200,10
201,60
198,30
Berdasarkan hasil penelitian yang tercantum pada Tabel 11 diketahui
bahwa penambahan daun teh tua taraf 4,5 persen berpengaruh tidak nyata
(P>0,05) terhadap panjang usus halus ayam broiler. Hal ini diduga
kandungan serat kasar pada tepung daun teh tua masih berada pada batas
normal. Hasil penelitian Sumiati et al (2003) menyatakan dalam hasil
penelitiannya bahwa penggunaan tepung daun talas 5 persen tidak nyata
mempengaruhi panjang usus halus karena serat kasar pada tepung daun talas
5 persen dapat di cerna dengan baik oleh usus halus.
Menurut hasil penelitian Hermana et al (2005) penambahan tepung
daun salam (TDS) sampai 3 persen tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap persentase panjang usus halus ayam broiler. Hal ini dikarenakan
commit to user
kadar serat kasar ransum perlakuan masih berada pada batas normal.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Peningkatan serat kasar dalam ransum cenderung memperpanjang usus,
semakin tinggi kadar serat kasar dalam ransum, maka laju pencernaan dan
penyerapan nutrien akan semakin lambat.
Berbeda pada penelitian Sumiati et al (2003) dengan pemberian daun
talas taraf 15 persen dalam ransum sangat nyata meningkatkan panjang usus
halus bila dibandingkan dengan kontrol. Pemberian aditif pakan gel lidah
buaya 0,1 persen berpengaruh nyata meningkatkan panjang usus halus
karena adanya kandungan bioaktif yang terdapat pada lidah buaya (Sinurat
et al, 2003).
F. Bobot dan Panjang Sekum
Pada persambungan usus bagian bawah dan rectum terdapat dua
bentukan cabang usus yang buntu di sebut sekum (Akoso, 1993). Pada
penelitian ini dilihat dari bobot dan panjang sekum, yaitu sebagai berikut.
1. Bobot sekum
Rata-rata bobot sekum ayam broiler jantan hasil penelitian tercantum
pada Tabel 12.
Tabel 12. Bobot Sekum
badan)
Perlakuan
1
P0
1,03
P1
1,01
P2
0,94
P3
0,95
Ayam Broiler Jantan Umur 35 hari (g/100 g bobot
2
1,09
0,98
0,98
1,06
Ulangan
3
1,10
1,04
1,03
1,05
Rata-rata
4
1,09
1,02
1,02
0,92
5
1,18
0,93
0,98
1,03
1,09A
0,99AB
0,97B
1,00AB
Keterangan: rata-rata yang diikuti superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
perbedaan sangat nyata (P≤0,01)
Berdasarkan hasil penelitian yang tercantum pada Tabel 12 diketahui
bahwa penambahan daun teh tua sampai taraf 3 persen berpengaruh sangat
nyata (P<0,01) menurunkan bobot sekum ayam broiler. Penurunan bobot
sekum diduga disebabkan oleh penurunan konsumsi pakan pada ayam yang
diberi perlakuan. Penurunan konsumsi diikuti adanya penurunan serat kasar,
sehingga terjadi adanya penurunan berat sekum. Sekum berfungsi sebagai
commit
to penyerapan
user
tempat pencernaan serat kasar
dan
air. Pada pakan kontrol
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memiliki bobot sekum yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan,
hal ini diduga pengaruh adanya konsumsi yang lebih rendah terjadi pada
pakan perlakuan (data tidak dipublikasikan).
Hasil dari penelitian Mustaqim (2006) yang menyatakan bahwa
pemberian daun sambiloto 0,2 persen berpengaruh nyata menurunkan
terhadap persentase bobot sekum. Daun sambiloto mengandung polyphenol
yaitu salah satunya tanin yang memiliki rasa pahit sehingga konsumsi pakan
pada perlakuan menurun. Pada penelitian Sarker et al (2010) pakan ayam
broiler yang mengandung 0,5 persen suplemen teh hijau berpengaruh nyata
menurunkan berat sekum dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
2. Panjang Sekum
Rata-rata Panjang sekum ayam broiler jantan hasil penelitian
tercantum pada Tabel 13.
Tabel 13. Panjang sekum ayam broiler jantan umur 35 hari (cm)
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
1
18,00
18,00
18,00
19,00
2
18,50
19,00
19,00
19,00
Ulangan
3
16,00
20,00
18,50
19,00
Rata-rata
4
18,50
18,00
18,50
19,00
5
18,50
17,00
18,00
18,50
17,90
18,40
18,40
18,80
Berdasarkan hasil penelitian yang tercantum pada Tabel 13 diketahui
bahwa penambahan daun teh tua taraf 4,5 persen berpengaruh tidak nyata
(P>0,05) terhadap panjang sekum ayam broiler. Penelitian ini didukung
dengan adanya penelitian lain yaitu Sumiati et al (2003) menyatakan dalam
hasil penelitiannya bahwa penggunaan tepung daun talas 5 persen tidak
nyata mempengaruhi panjang sekum. Hal ini diduga karena kandungan serat
kasar pada ransum starter dan finisher masih bisa dicerna dengan baik oleh
organ pencernaan sebelum sampai pada sekum yaitu pada gizzard, sehingga
tidak nyata pengaruhnya dibanding kontol tanpa penambahan daun teh tua.
Pendapat ini didukung oleh Syahruddin (2000) yang menyatakan pemakaian
pakan berserat kasar tingkat tertentu masih mampu ditoleransi oleh ternak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
V. KESIMPULAN
1. Pemberian tepung daun teh tua sampai taraf 3 persen tidak nyata
mempengaruhi bobot karkas, persentase karkas, bobot gizzard, bobot hati,
bobot empedu, panjang usus halus, panjang dan bobot sekum. Pada taraf 4,5
persen nyata menurunkan bobot karkas, persentase karkas, bobot empedu,
bobot usus halus, bobot sekum, namun tidak nyata mempengaruhi bobot
gizzard, bobot hati, panjang usus halus dan panjang sekum.
2. Tepung daun teh tua dapat digunakan sebagai aditif pakan sampai taraf 3
persen dalam ransum ayam broiler jantan.
commit to user
Download