BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita yang terusmenerus dalam jangka panjang (Boediono, 1994). Pertumbuhan ekonomi adalah
proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional
riil. Pertumbuhan per kapita ekonomi di Indonesia pada periode 2000 sampai 2014
ditunjukkan pada Gambar 1.1. Berdasarkan Gambar 1.1. dapat diketahui
pertumbuhan ekonomi per kapita Indonesia di tahun 2010 sampai 2014 cenderung
mengalami penurunan. Oleh karena itu pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan
berkelanjutan sangat dibutuhkan oleh Indonesia.
%
Gambar 1.1 Pertumbuhan Ekonomi per Kapita Indonesia Tahun 2000-2014
8
7
6
5
4
3
2
1
0
-1
-2
-3
Pertumbuhan per kapita (y-o-y)
Sumber: CEIC, diolah
7
Banyak cara untuk mendapatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
dan berkelanjutan, salah satunya dengan cara membangun fundamental ekonomi yang
baik melalui penciptaan infrastruktur yang bukan hanya fisik tetapi juga nonfisik.
Salah satunya adalah penciptaan instrumen-instrumen pasar finansial yang juga sering
dikenal dengan istilah financial deepening. Financial deepening adalah proses yang
menunjukkan adanya peningkatan pada kuantitas, kualitas, dan efisiensi dari jasa
perantara finansial (Sackey dan Nkrumah, 2012). Financial deepening dapat
mengalokasikan dana terutama tabungan secara efektif. Maksud dari mengalokasikan
dana adalah dapat memberikan akses untuk menabung bagi seseorang yang memiliki
dana yang lebih, dan dapat memberikan akses pinjaman bagi seseorang yang
membutuhkan pinjaman. Selain itu financial deepening juga dapat mengelola risiko
dengan cara mendiversifikasi produk keuangan (IMF, 2015)
Secara singkat financial deepening mengacu kepada peningkatan supply dari
aset finansial di perekonomian suatu negara. Oleh karena itu, jumlah dari semua
ukuran yang dapat mengukur aset finansial dapat memberikan kita perkiraan tentang
tingkat financial deepening (Ndebbio, 2004). Dengan demikian dapat dikatakan pula
bahwa financial deepening dapat diukur dengan menggunakan rasio antara aset
finansial terhadap PDB seperti contohnya rasio M2/PDB dan kredit sektor
swasta/PDB (Ohwofasa dan Aiyedogbon, 2013; Odiambho, 2004). Rasio yang
semakin besar menunjukkan bahwa derajat pendalaman sektor keuangan di negara itu
semakin baik. Studi di negara-negara yang ada sejauh ini menemukan bukti bahwa
adanya mixed evidence dari peran financial deepening terhadap pertumbuhan
ekonomi.
Beberapa
studi
menunjukkan
bahwa
financial
deepening
dapat
8
meningkatkan pertumbuhan ekonomi seperti studi yang dilakukan oleh Darrat (1999)
di negara-negara kawasan Timur Tengah, Ndebbio (2014) di negara-negara subsahara Afrika, dan Aye (2014) di Nigeria.
Namun demikian terdapat pula studi yang menunjukkan bahwa financial
deepening ternyata tidak terbukti meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yaitu studi
yang dilakukan oleh Mero (2004) di tiga negara di Eropa yakni Hungaria, Republik
Ceko, dan Polandia. Bahkan terdapat studi yang menemukan bahwa financial
deepening ternyata berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi seperti yang
dilakukan oleh Ardic dan Damar (2006) di Turki.
Terdapat beberapa sebab mengapa financial deepening di Indonesia harus
mulai diperhatikan. Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat financial
deepening yang rendah dibanding negara-negara The Association of Southeast Asian
Nations (ASEAN) lainnya yaitu sebesar 48,7 persen. Dengan tingkat financial
deepening sebesar 48,71 persen, Indonesia berada pada posisi kedua terendah
dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya (Gambar 1.2).
1
M2/GDP yang rendah mengindikasikan ada masalah dengan mobilisasi tabungan dengan sistem
perbankan di Indonesia. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh rendahnya return tabungan, dan isu
biaya untuk masuk ke sistem perbankan baik itu institusional maupun kultural. Selain itu mungkin juga
bisa disebabkan Bank Indonesia menyerap M2 melalui DF (Deposit Facility) dan SBI (Sertifikat Bank
Indonesia) dengan return yang lebih tinggi.
9
Gambar 1.2 Perkembangan Financial Deepening di ASEAN Tahun 2000-2014
Sumber: CEIC dan World Bank, diolah
Selain itu perlu diketahui pula Indonesia termasuk ke dalam negara yang
memiliki pendapatan per kapita yang rendah yaitu sebesar 10.033 dolar Amerika pada
tahun 2014 (Gambar 1.3) yang membuat Indonesia termasuk ke dalam negara yang
memiliki perekonomian yang menengah ke bawah (World Bank, 2015), sehingga
tingkat financial deepening terbilang relatif kecil dibandingkan dengan negara-negara
yang memiliki pendapatan per kapita yang tinggi (Gambar 1.4). Dengan melihat
gambar-gambar sebelumnya, dapat kita simpulkan pula bahwa negara-negara yang
memiliki PDB per kapita yang tinggi cenderung memiliki tingkat financial deepening
yang cukup tinggi.
10
Gambar 1.3 Pendapatan per kapita di ASEAN Tahun 2000-2014
90.000
80.000
Brunei
70.000
Indonesia
US$
60.000
Vietnam
50.000
Thailand
Lao PDR
40.000
Malaysia
30.000
Cambodia
Singapore
20.000
Philippines
10.000
Myanmar
0
2000
2005
2010
2014
Tahun
Sumber: World Bank, diolah
Di Indonesia, indikator financial deepening terus mengalami peningkatan
(Gambar 1.5.). Hal ini diharapkan akan memberikan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia. Pertumbuhan indikator financial deepening di Indonesia yaitu jumlah uang
beredar terhadap PDB (M2/GDP) dan rasio kredit sektor swasta terhadap PDB
(PSC/GDP) terus mengalami pertumbuhan di setiap tahunnya dari tahun 2000 sampai
tahun 2014. Dilihat dari Gambar 1.5., M2/GDP Indonesia pada awal periode
observasi adalah sebesar 212,9 persen. Kemudian di akhir periode observasi,
M2/GDP Indonesia adalah sebesar 537,9 persen. Dengan demikian dalam kurun
waktu 14 tahun M2/GDP Indonesia per tahunnya naik sebesar 6 persen secara ratarata.
11
Gambar 1.4 Perkembangan Indikator Financial Deepening di Dunia Tahun
2000-2014
160
140
M2/GDP (%)
120
100
80
60
40
20
0
2000
High income
2005
Upper middle income
2010
2014
Lower middle income
Low income
Sumber: World Bank, diolah
Lalu PSC/GDP Indonesia pada awal periode observasi adalah sebesar 61,6
persen.
Kemudian di akhir periode observasi, PSC/GDP Indonesia adalah sebesar
482,1 persen. Dengan demikian dalam kurun waktu 14 tahun PSC/GDP Indonesia per
tahunnya naik sebesar 15,8 persen secara rata-rata. Untuk indikator financial
deepening yang lainnya yaitu rasio tabungan nasional terhadap PDB (GNS/GDP)
tidak selalu mengalami pertumbuhan di setiap tahunnya. GNS/GDP Indonesia pada
awal periode observasi adalah sebesar 28,6 persen. Kemudian di akhir periode
observasi, GNS/GDP Indonesia adalah sebesar 26,1 persen. Dengan demikian dalam
kurun waktu 14 tahun GNS/GDP Indonesia per tahunnya turun sebesar 0,8 persen
secara rata-rata.
12
Gambar 1.5 Perkembangan Indikator Financial Deepening di Indonesia Tahun
2000-2014
600
500
(%)
400
300
200
100
0
Tahun
GNS/GDP
PSC/GDP
M2/GDP
Sumber: Metadata Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI), diolah
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lebih lanjut bagaimana
hubungan antara financial deepening dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan data time series kuartalan selama periode 2000:I2014:III. Metode estimasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Error
Correction Model (ECM).
13
1.2. Rumusan Masalah
Financial deepening merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan demi
mendorong pertumbuhan ekonomi (Marashdeh, 2014). Melihat pertumbuhan
ekonomi di Indonesia yang sedang menurun, financial deepening diharapkan dapat
memperbaikinya. Financial deepening di Indonesia memiliki derajat kedalaman yang
masih rendah dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Hal tersebut
berarti Indonesia memiliki ruang yang besar untuk meningkatkan financial
deepening-nya. Tetapi karena studi yang ada menunjukkan bahwa peran dari
financial deepening terhadap pertumbuhan ekonomi dapat memiliki hubungan yang
positif bahkan negatif, maka akan berbahaya apabila hubungan ini tidak dipelajari
terlebih dahulu bagaimana dampaknya di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini
dilakukan untuk menganalisis bagaimana hubungan antara financial deepening dan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Lebih detail lagi, indikator financial deepening
apa saja yang dapat memberikan dampak yang besar bagi pertumbuhan ekonomi di
Indonesia.
1.3. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas pertanyaan penelitiannya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh dari financial deepening terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia?
2. Apakah koefisien dari indikator-indikator financial deepening secara statistik
memiliki pengaruh yang sama terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia?
14
3. Indikator-indikator financial deepening manakah yang paling memengaruhi
pertumbuhan ekonomi di Indonesia?
4. Apakah terdapat pola nonlinearitas dalam pengaruh financial deepening
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia?
5. Apakah hubungan antara financial deepening dan pertumbuhan ekonomi
memiliki hubungan yang sama pada jangka pendek maupun jangka panjang?
1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan akan mengkaji tentang sektor finansial dan
perekonomian di Indonesia. Tujuan dilakukannya pengkajian tersebut adalah untuk:
1. Mengestimasi dampak dari financial deepening terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia.
2. Mengestimasi dampak dari M2/GDP, PSC/GDP, dan GNS/GDP terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
3. Mengestimasi koefisien dampak dari M2/GDP, PSC/GDP, dan GNS/GDP
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
4. Mengestimasi pola dari pengaruh financial deepening terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia.
5. Mengestimasi koefisien dampak dari M2/GDP, PSC/GDP, dan GNS/GDP
terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek dan jangka panjang di
Indonesia.
15
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menambah studi literatur di bidang financial
deepening dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Penilitian ini
juga dapat menjadi referensi bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian
tentang peran financial deepening di dalam perekonomian.
1.6. Sistematika Penelitian
Sistematika penulisan penelitian ini dibagi menjadi 5 bab, yaitu:
1.
Bab 1 menjelaskan tentang pendahuluan penelitian ini. Dalam bab 1
dipaparkan tentang latar belakang, sedikit tentang studi literatur yang ada,
dan apa yang dikerjakan dalam penelitian ini.
2.
Bab 2 menjelaskan tentang tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka dibagi
menjadi dua bagian utama yaitu, landasan teori dan tinjauan empiris.
Untuk landasan teori, secara umum membahas tentang teori pertumbuhan
ekonomi dan hubungan antara financial deepening dan pertumbuhan
ekonomi. Sedangkan tinjauan empiris membahas tentang lima studi
empiris yang berhubungan dengan topik terkait.
3.
Bab 3 menjelaskan tentang metodologi penelitian. Metodologi penelitian
memaparkan tentang sumber data, model, dan alat analisis yang digunakan
dalam penelitian ini.
16
4.
Bab 4 menjelaskan tentang hasil penelitian dan analisis hasil. Hasil
penelitiannya berupa hasil estimasi regresi linier berganda dari model
yang digunakan,
5.
Bab 5 menjelaskan tentang kesimpulan dan saran dari hasil yang didapat
pada penelitian ini.
17
Download