BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II.1.1 Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun.2009 Pasal.1 Tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Undang-undang tersebut juga menjelaskan mengenai pembagian rumah sakit berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan menjadi, Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus. Rumah Sakit Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Rumah Sakit Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, yang berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit, Klasifikasi Rumah Sakit Umum beserta jumlah minimal tempat tidur yang tersedia adalah: Rumah Sakit umum kelas A - tempat tidur minimal 400 buah , Rumah Sakit umum kelas B - tempat tidur minimal 200 buah, Rumah Sakit umum kelas C - tempat tidur minimal 100 buah, Rumah Sakit umum kelas D - tempat tidur minimal 50 buah. Dalam perancangan sebuah rumah sakit, aspek lokasi menjadi pertimbangan, selain fungsinya sebagai sarana pelayanan kesehatan, pemilihan lokasi sarana pelayanan kesehatan menurut Pedoman 11 Penentuan Standart Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Pemukiman dan Pekerjaan Umum (Keputusan Mentri Pemukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001), yaitu Rumah Sakit sebaiknya berada di pusat lingkungan/ kecamatan, bersih, mudah dicapai, tenang, jauh dari sumber penyakit, sumber bau/ sampah, dan pencemaran lainnya. Pertimbangan lokasi sebuah rumah sakit selain jauh dari sumber pencemaran seperti pabrik. Rumah sakit juga diharapkan tidak menimbulkan pencemaran KEPMENKES RI bagi lingkungan sekitarnya. No.1204/MENKES/SK/X/2004 Menurut Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit tentang Pengelolaan Limbah (Hal.17) Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas. Minimasi limbah adalah upaya yang dilakukan rumah sakit untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi bahan (reduce), menggunakan kembali limbah (reuse) dan daur ulang limbah (recycle). II.1.2 Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Menurut American Hospital Association tahun 1978 Rawat inap adalah : Pemeliharaan kesehatan rumah sakit dimana penderita tinggal/mondok sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan dari pelaksana pelayanan kesehatan atan rumah sakit pelaksana pelayanan kesehatan lain. Pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan, yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik, dengan menginap di ruang rawat inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta serta puskesmas perawatan dan rumah bersalin, yang oleh karena penyakitnya penderita harus menginap. 12 Fasilitas Rawat Inap Rumah Sakit merupakan bagian dari rumah sakit yang mempunyai fungsi vital dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien, terdapat berbagai ketentuan dan persyaratan dalam merancang sebuah ruang rawat inap rumah sakit untuk memperoleh sebuah ruang rawat inap yang memadai dalam memberikan pelayanan kesehatan. Menurut Pedoman Teknis Instalasi rawat Inap (Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Bangunan Instalasi Rawat Inap Umum), meliputi pedoman perancangan, persyaratan ruang rawat inap, persyaratan teknis sarana bangunan instalasi rawat inap, lokasi, denah (besaran ruang minimal), persyaratan teknis prasarana bangunan, syarat keselamatan bangunan. II.1.3 Kegiatan dalam Instalasi Rawat Inap Kegiatan yang terjadi dalam sebuah instalasi rawat inap, menurut pengguna kegiatan, yaitu pasien dan tenaga kesehatan dapat dilihat dalam skema alur kegiatan dalam instalasi rawat inap. Gambar2 . Alur kegiatan instalasi rawat inap (Pedoman Teknis Instalasi Rawat Inap) 13 II.1.4 Kebutuhan Ruang dalam Instalasi Rawat Inap Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan keperawatan dan pengobatan kepada pasien secara berkesinambungan lebih dari 24 jam. Perancangan sebuah instalasi rawat inap dapat ditinjau dari aspek fungsional bangunan sebagai sarana pelayanan kesehatan, yang membutuhkan ruang-ruang sebagai wadah dari aktifitas pasien dan tenaga kesehatan. Menurut Pedoman Teknis Instalasi rawat Inap, berikut adalah ruang yang diperlukan dalam sebuah instalasi rawat inap: 1. Ruang Pasien Rawat Inap (ward / bangsal) 2. Ruang Pos Perawat Ruang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian asuhan dan pelayanan keperawatan (pre dan post conference, pengaturan jadwal), dokumentasi sampai dengan evaluasi pasien. 3. Ruang Konsultasi Dokter. 4. Ruang Tindakan. 5. Ruang Administrasi. Ruang untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi khususnya pelayanan pasien di ruang rawat inap. Ruang ini berada pada bagian depan ruang rawat inap dengan dilengkapi loket/counter, meja kerja, lemari berkas/arsip, dan telepon/interkom, meliputi kegiatan: 6. Ruang Dokter. Ruang Dokter terdiri dari 2 ruangan, yaitu kamar kerja dan kamar istirahat/kamar jaga.Pada kamar kerja harus dilengkapi dengan beberapa peralatan dan furnitur. Sedangkan pada kamar istirahat hanya diperlukan sofa dan tempat tidur. Ruang Dokter dilengkapi dengan bak cuci tangan (wastafel) dan toilet. 7. Ruang perawat. Ruang untuk istirahat perawat/petugas lainnya setelah melaksanakan kegiatan pelayanan pasien atau tugas jaga. Ruang perawat harus diatur sedemikian rupa untuk mempermudah semua 14 pihak yang memerlukan pelayanan pasien sehingga apabila ada keadaan darurat dapat segera diketahui untuk diambil tindakan terhadap pasien. 8. Ruang Loker. 9. Ruang kepala rawat inap. 10. Ruang linen bersih Ruang untuk menyimpan bahan-bahan linen bersih yang akan digunakan di ruang rawat. 11. Ruang linen kotor Ruangan untuk menyimpan bahan-bahan linen kotor yang telah digunakan di ruang rawat inap sebelum di bawa ke ruang cuci (laundry). 12. Spoolhoek. Fasilitas untuk membuang kotoran bekas pelayanan pasien khususnya yang berupa cairan. Spoelhoek dalam bentuk bak atau kloset dengan leher angsa (water seal). Pada ruang spoehoek juga harus disediakan kran air bersih untuk mencuci tempat cairan atau cuci tangan. Ruang tempat spoelhoek ini harus menghadap keluar/berada di luar area rawat inap ke arah koridor kotor. Spoelhoek dihubungkan ke septic tank khusus atau jaringan IPAL. 13. Kamar mandi/Toilet. 14. Pantri. 15. Ruang Janitor. 16. Gudang bersih Gudang adalah ruangan tempat penyimpanan barang- barang/bahan-bahan dan peralatan untuk keperluan ruang rawat inap. 17. Gudang Kotor. Gudang adalah ruangan tempat barang/bahan-bahan bekas pakai. 15 penyimpanan barang- II.1.5 Konstruksi Bangunan Rumah Sakit Perancangan sebuah bangunan gedung rawat inap rumah sakit selain ditinjau dari aspek fungsional bangunan, sebagai sarana pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan, aspek konstruksi bangunan juga menjadi faktor yang penting dalam menghasilkan sebuah ruang yang dapat menunjang kegiatan pelayanan kesehatan., khususnya fasilitas instalasi rawat inap Persyaratan konstruksi bangunan rumah sakit yang perlu diperhatikan dalam perancangan bangunan adalah sebagai berikut (KEPMENKES RI No.1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit) Lantai Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna terang, dan mudah dibersihkan. Untuk lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup ke arah saluran pembuangan air limbah. Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus/lengkung agar mudah dibersihkan Dinding Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang dan menggunakan cat yang tidak luntur serta tidak menggunakan cat yang mengandung logam berat Ventilasi Dalam perancangan rumah sakit ventilasi bertujuan untuk penghawaan seluruh bangunan, baik alami maupun buatan. Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamar/ruang dengan baik, Luas ventilasi alamiah minimum 15 % dari luas lantai, apabila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian udara dengan baik, kamar atau ruang harus dilengkapi dengan penghawaan buatan/mekanis, Penggunaan ventilasi buatan/mekanis harus disesuaikan dengan peruntukkan ruangan. 16 Langit-langit Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan.dengan ketinggian minimal 2,70 meter dari lantai. Fasilitas Pemadam Kebakaran Bangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam kebakaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku meliputi Hydran dan APAR (Alat Pemadam Api Ringan). Lalu Lintas Antar Ruangan Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didisain sedemikian rupa dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan, sehingga memudahkan hubungan dan komunikasi antar ruangan serta menghindari risiko terjadinya kecelakaan dan kontaminasi Penggunaan tangga atau elevator dan lift harus dilengkapi dengan sarana pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk penggunaan yang mudah dipahami oleh pemakainya atau untuk lift 4 (empat) lantai harus dilengkapi ARD (Automatic Rexserve Divide) yaitu alat yang dapat mencari lantai terdekat bila listrik mati. Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan mudah bila terjadi kebakaran atau kejadian darurat lainnya dan dilengkapi ram untuk brankar. 17 II.2 Tinjauan Khusus II.2.1 Arsitektur Berkelanjutan Arsitektur berkelanjutan atau sustainable architecture merupakan pendekatan desain arsitektur yang bertujuan untuk menjawab masalah pemanasan global yang timbul di era moderen ini, sebagai salah satu dampak yang timbul dari rusaknya lingkungan hidup, serta menjaga keberlanjutan lingkungan tempat tinggal manusia, termasuk sumber daya alam baik yang dapat diperbaharui maupun tidak dapat diperbaharui. Pengertian arsitektur berkelanjutan seperti yang dikutip dari buku James Steele, Sustainable Architecture adalah, ”Arsitektur yang memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang, dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Kebutuhan itu berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain, dari satu kawasan ke kawasan lain dan paling baik bila ditentukan oleh masyarakat terkait...” Sustainable atau berkelanjutan pada dasarnya tidak saja berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan, namun mencakup aspek yang lebih luas, pembangunan berkelanjutan mencakup tiga lingkup kebijakan (KTT dunia 2005) yaitu: aspek ekonomi, aspek sosial, aspek lingkungan. Gambar3 . Skema Pembangunan Berkelanjutan Aspek Ekonomi Aspek ekonomi ditinjau dari potensi pertumbuhan (growth potential) yang mengukur batas pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Pembangunan berkelanjutan dilakukan sebagai salah satu upaya 18 menjaga agar potensi pertumbuhan selalu meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang juga meningkat. hal-hal yang menentukan batas pertumbuhan adalah: kualitas institusi, kualitas sumber daya manusia, sumber kekayaan alam, teknologi. Era globalisasi, yang membawa dampak terhadap perekonomian, dimana setiap fenomena/perubahan di salah satu bagian dunia atau pada bidang tertentu akan dengan cepat berpengaruh pada fenomena lain, atau meluas ke bagian dunia yang lain. Sistem perekonomian pasar sekarang sedang meluas menjadi sistem pasar global, sehingga tidak ada satu negarapun yang dapat mengisolasikan diri dari dunia luar, namun perubahan ini juga memberikan peluang pada pembangunan ekonomi nasional jika dapat dikelola dengan baik. Ketahanan ekonomi nasional menjadi bagian penting dalam menghadapi globalisasi yang dapat berddampak positif maupun negatif. Ketahanan ekonomi suatu negara ditunjukan dari kemampuan suatu negara dalam memberi kesejahteraan yang meningkat kepada rakyatnya melalui pembangunan. Aspek Sosial Sosial berkelanjutan sangatlah diperlukan sekali dalam membentuk sebuah tatanan bangsa yang baik. Penerapan nilai-nilai sosial (adat istiadat) yang baik dalam masyarakat perlu dipertahankan demi kelangsungan hidup masyarakat umum. Tindakan solidaritas antar sesama dapat meningkatkan aspek sosial berkelanjutan dimana pada aspek tersebut juga ditunjang oleh aspek ekonomi dan aspek lingkungan. Aspek Lingkungan Pemanasan global (global warming) menjadi permasalahan yang terjadi dalam era modern sekarang ini, dan dipandang serius oleh berbagai pihak. Permasalahan lingkungan dan isu lingkungan terkait dengan kondisi iklim yang terus mengalami perubahan dan anomali, dan 19 membawa dampak buruk bagi kelestarian lingkungan dan mengancam keberlanjutan kehidupan manusia. Manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup memerlukan sumber daya alam, baik berupa tanah, air dan udara dan sumber daya alam yang lain yang termasuk ke dalam sumber daya alam yang terbarukan maupun yang tak terbarukan. Namun demikian harus disadari bahwa sumber daya alam yang kita perlukan mempunyai keterbatasan di dalam banyak hal, yaitu keterbatasan tentang ketersediaan menurut kuantitas dan kualitasnya. Sumber daya alam tertentu juga memiliki keterbatasan menurut ruang dan waktu. Oleh sebab itu diperlukan pengelolaan sumber daya alam yang baik dan bijaksana. Keberadaan sumber daya alam, air, tanah dan sumber daya memiliki hubungan timbal balik dengan aktifitas manusia. Kerusakan sumber daya alam banyak disebabkan oleh aktivitas manusia, kerusakan lingkungan sebagai dampak aktivitas manusia berupa pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah serta kerusakan hutan, yang akhirnya menyebabkan kerugian bagi manusia itu sendiri. Pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak dapat terhindarkan dari penggunaan sumber daya alam, namun eksploitasi sumber daya alam yang ada tanpa memperhatikan kemampuan serta daya dukung lingkungan mengakibatkan merosotnya kualitas lingkungan. Pembangunan sektor properti sebagai salah satu sektor yang memiliki keterkaitan erat terhadap isu lingkungan kini berupaya untuk mengantisipasi efek kerusakan lingkungan akibat pembangunan, salah satunya dengan menerapkan konsep hemat energi yang mengacu pada pemanfaatan potensi alam. 20 II.2.2 Arsitektur Hemat Energi & Energi Listrik Definisi Energi Listrik: Menurut Prasasto Satwiko (2005) energi adalah kemampuan untuk mengerjakan sesuatu. Energi dapat ditemukan dalam beragam bentuk, seperti energi kimia, energi listrik, energi cahaya, energi panas, energi mekanik, dan energi nuklir. Hukum kekekalan energi menyebutkan bahwa energi tidak dapat dimusnahkan dan diciptakan. Dia hanya dapat berubah-ubah bentuk. Listrik adalah energi yang saat ini kita anggap sebagai energi yang paling luwes. Listrik disebut sebagai sumber energi sekunder. Kita memperoleh energi listrik dengan mengkonversi sumber energi lain (batubara, air, minyak, nuklir, dll) menjadi listrik. Definisi Arsitektur Hemat Energi Desain hemat energi diartikan sebagai perancangan bangunan untuk meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi fungsi bangunan maupun kenyamanan atau produktivitas penghuninya. “Designing building to minimize the usage of energy without constraining the building function nor the comfort of productivity of occupants..” (Hawkes Dean, 2002) Arsitektur Hemat energi menurut, Tri Harso Karyono (2007), adalah: Kondisi dimana energi dikonsumsi secara hemat (minimal), tanpa harus mengorbankan kenyamanan fisik manusia. Perancangan sebuah bangunan yang hemat energi merupakan salah satu aspek dalam mewujudkan arsitektur berkelanjutan, menurut Ken Yeang (2006) “Ecological design, is bioclimatic design, design with the climate of the locality, and low energy design.” yang menekankan perancangan pasif yang berbasis pada integrasi kondisi ekologi setempat, iklim makro dan mikro, kondisi tapak, program bangunan, konsep design dan sistem yang tanggap pada iklim, penggunan energi yang rendah. 21 Perancangan pasif menekankan pada kondisi iklim setempat, dengan mempertimbangkan: Konfigurasi bentuk bangunan dan perencanaan tapak, Orientasi bentuk bangunan (fasad utama dan bukaan), Desain fasade (termasuk jendela, lokasi, ukuran dan detail), Perangkat penahan radiasi matahari (misalkan sunshading pada fasad dan jendela), Perangkat pasif siang hari, Warna dan bentuk selubung bangunan, Tanaman vertikal, serta Angin dan ventilasi alami. Menurut sebuah artikel di Alpensteel.com Perancangan pasif merupakan cara penghematan energi melalui pemanfaatan energi matahari secara pasif, yaitu tanpa mengonversikan energi matahari menjadi energi listrik. Rancangan pasif lebih mengandalkan kemampuan arsitek bagaimana rancangan bangunan dengan sendirinya mampu “mengantisipasi” permasalahan iklim luar, dengan mengandalkan kemampuan perancang untuk mengantasi fluktuasi iklim luar melalui solusi arsitektural. Perancangan suatu bangunan yang sadar energi, menurut Ken Yeang dalam bukunya. The Green Skyscraper (Yeang, 2000), menyatakan bahwa terdapat beberapa parameter yang menjadi konsep dasar desain sadar energi, yaitu: 1. Kenyamanan Thermal Bagaimana bangunan dapat mengontrol perolehan sinar matahari sesuai dengan kebutuhannya. Bangunan yang berada pada iklim dingin harus mampu menerima radiasi matahari yang cukup untuk pemanasan, sedangkan bangunan yang berada pada iklim panas, harus mampu mencegah radiasi matahari secukupnya untuk pendinginan. 2. Kenyamanan Visual Membahas mengenai bagaimana bangunan dapat mengontrol perolehan cahaya matahari kebutuhannya. 22 (penerangan) sesuai dengan 3. Kontrol Lingkungan Pasif Dilakukan untuk mencapai kenyamanan thermal maupun visual dengan memanfaatkan seluruh potensi iklim setempat yang dikontrol dengan elemen – elemen bangunan (atap, dinding, lantai, pintu, jendela, aksesoris, lansekap) yang dirancang tanpa menggunakan energi (listrik). 4. Kontrol Lingkungan Aktif Dilakukan untuk mencapai kenyamanan thermal dan visual dengan memanfaatkan potensi iklim yang ada dan dirancang dengan bantuan teknologi maupun instrumen yang menggunakan energi (listrik). 5. Kontrol Lingkungan Hibrid Dilakukan untuk mencapai kenyamanan thermal maupun visual dengan kombinasi pasif dan aktif untuk memperoleh kinerja bangunan yang maksimal. II.2.3 Iklim dan Kenyamanan Thermal Kondisi iklim setempat menjadi tantangan dalam perancangan bangunan, Wilayah DKI Jakarta termasuk daerah tropis lembab, menurut hasil pengamatan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) sepanjang tahun 2009 menyebutkan secara umum suhu Kota Jakarta, beriklim panas dengan rata rata suhu maksimum 34.2°C pada siang hari dan suhu minimum udara berkisar 23.7°C pada malam hari dengan suhu udara rata-rata berkisar 28.5°C seperti terlihat dalam tabel. Pada perancangan di daerah beriklim tropis, yang memanfaatkan potensi iklim seperti di Jakarta terdapat 4 faktor yang mempengaruhi perancangan yang yaitu: Radiasi panas matahari Kecepatan Angin Kelembaban Curah Hujan 23 Tabel4. Kondisi suhu udara Jakarta (JDA 2010) Perancangan sebuah bangunan bertujuan untuk menciptakan kenyamanan maksimum bagi manusia, sayangnya tidak terdapat tolak ukur yang objektif untuk mengukur suatu kenyamanan. Kekurangannya adalah fisiologi manusia memang dapat dinyatakan dengan angka-angka, tapi jiwanya tidak. Sedangkan kenyamanan timbul akibat kedua faktor tersebut. (Tri Harso Karyono. Arsitektur Kemapanan, Pendidikan, Kenyamanan, dan Penghematan Energi. PT. Catur Libra Optima, Jakarta. 1999) Pada dasarnya ada dua aspek dalam kenyamanan yang perlu dipenuhi dalam suatu karya arsitektur, yakni kenyamanan psikis dan kenyamanan fisik. Pada kenyamanan psikis bersifat personal dan tidak terukur secara kuantitatif. Sedangkan kenyamanan fisik lebih bersifat universal. Kenyamanan fisik terdiri dari : 24 1. Kenyamanan ruang (spatial comfort) 2. Kenyamanan penglihatan (visual comfort) 3. Kenyamanan pendengaran ( audial comfort) 4. Kenyamanan suhu (thermal comfort) Berdasarkan hasil penelitian kenyamanan suhu yang dilakukan oleh Tri Harso, suhu nyaman untuk kota Jakarta adalah 26,5°C. Sedangkan suhu udara kota Jakarta pada siang hari berkisar 34.2°C. Sehingga untuk mencapai kenyamanan thermal dapat dicapai dengan2 cara yaitu: Mekanis, yaitu pencapaian suhu udara nyaman dengan menggunakan peralatan mekanis, seperti AC Natural, yaitu pencapaian suhu udara nyaman yang dilakukan dengan cara alamiah. Kenyamanan suhu thermis dalam perancangan sebuah bangunan, khususnya unit rawat inap rumah sakit berkaitan erat dengan kesembuhan pasien, suhu udara ruang perawatan yang ideal berkisar antara 22°C-24°C, sehingga diperlukan pengunaan pendingin ruangan (AC) untuk mencapai kenyamanan termal di dalam ruang perawatan, apabila penghawaan alami tidak dapat menunjang kebutuhan. Tabel5. Persyaratan Suhu Udara Rumah Sakit (Permenkes/No.1204/2004 ) 25 Kenyamanan thermal yang dicapai melalui pengkondisian udara buatan (AC) perlu diimbangi dengan penghijauan dilingkungan sekitarnya, selain bertujuan untuk membantu menurunkan suhu udara di dalam ruangan, namun juga agar udara panas yang dihasilkan oleh AC di luar ruangan dapat dinetralisir oleh pepohonan atau penghijauan. II.2.4 Energi Listrik dan Kenyamanan Thermal Penggunaan energi pada office buildings di Jakarta antara tahun 1999 – 2000 ( Bahri, 2001) dapat dikatakan cukup tinggi, terutama pada penggunaan sistem pendinginan (AC). Gambar4 . Diagram JSX Building In Jakarta (T.H.Karyono dan G.Bahri) Perancangan bangunan rawat inap rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan 24jam non-stop membutuhkan konsumsi enregi listrik lebih tinggi dibandingkan bangunan lain seperti kantor yang hanya digunakan pada jam tertentu. Salah satu faktor penyebab tingginya beban energi listrik untuk pengkondisian udara disebabkan oleh radiasi panas matahari yang masuk kedalam bangunan, sehingga perancangan yang dapat memiminalisasi radiasi panas yang masuk kedalam bangunan dapat membantu penghematan beban energi listrik untuk pengkondisian udara. Perancangan bangunan yang menggunakan pendingin udara buatan perlu memperhatikan matahari, selain berpotesni sebagai pencahayaan alami, ciri yang paling nampak dari gejala iklim tropis adalah intensitas dan pantulan matahari yang kuat. Kondisi seperti ini 26 menyebabkan dapat menyebabkan panas yang berlebihan pada ruangan. Selain itu juga cahaya yang terlalu kuat, juga yang memiliki kontras yang terlalu besar dirasakan tidak menyenangkan. Oleh karena itu perlu dihindari masuknya sinar matahari sore kedalam ruangan. Dan pada pagi hari sinar matahari diusahakan dapat masuk ke dalam ruangan karena sinar matahari pagi mengandung sinar ultra violet yang baik bagi tubuh dan juga mampu mematikan kuman. Radiasi panas matahari yang masuk ke dalam bangunan berpotensi menyebabkan semakin tingginya beban penggunaan AC . Menurut Lippsmeier,1997. dalam bukunya yang berjudul Bangunan Tropis, Orientasi bangunan dan perlindungan terhadap cahaya matahari, berlaku aturan-aturan dasar sebagai berikut: Sebaiknya fasade terbuka menghadap selatan atau utara agar meniadakan radiasi langsung dari cahaya matahari rendah, dan konsentrasi tertentu yang menimbulkan pertambahan panas. Di iklim tropika basah diperlukan pelindung untuk semua lubang bangunan terhadap cahaya langsung dan tidak langsung. Bahkan bila perlu untuk semua bidang bangunan. Karena bila langit tertutup awan, seluruh bidang langit merupakan sumber cahaya. Penanaman pohon pelindung akan menghalangi radiasi matahari langsung pada material keras seperti halnya atap, dinding, halaman parkir, atau halaman yang ditutup dengan material keras (beton, aspal) akan membantu menurunkan suhu lingkungan. Dari berbagai penelitian memperlihatkan bahwa penurunan suhu hingga 3ºC bukan merupakan hal yang mustahil dapat dicapai dengan cara penanaman pohon lindung disekitar bangunan. 27 Gambar5. Pembayangan bangunan oleh pohon Simulasi pendinginan malam hari yang dilakukan oleh Cambridge Architectural Research Limited memperlihatkan bahwa penurunan suhu hingga 3º pada siang hari dapat dicapai pada bangunan yang menggunakan material dengan massa berat (beton,bata) apabila perbedaan suhu antara siang dan malam tidak kurang dari 8ºC (perbedaan siang dan malam di Indonesia umumnya berkisar sekitar 10ºC) Gambar6 . Penurunan Suhu dalam Ruangan Sistem penghawaan alami dengan ventilasi silang, baik secara horisontal maupun vertikal bertujuan untuk mengendalikan akumulasi panas dan lembab di dalam ruangan. Angin adalah udara yang bergerak. Udara yang bergerak berpotensi baik untuk bangunan, sebagai penghawaan alami dalam ruangan. Secara umum ventilasi diperlukan untuk pertukaran udara di dalam ruangan. Angin berhembus dari daerah bertekanan tinggi ke 28 rendah. Untuk membuat udara dalam ruangan bergerak digunakan sistem cross ventilation Gambar7 . Sketsa Cross Ventilation Dalam perancangan sebuah rumah sakit, ventilasi udara alami harus menjamin aliran udara dalam ruangan dengan baik. Bila ventilasi alami tidak dapat menjamin adanya pergantian udara dengan baik, ruangan harus dilengkapi dengan penghawaan mekanis (exhauster). Pemilihan material yang tepat menjadi salah satu upaya dalam meminimalisasi radiasi panas, selain dengan desain bukaan dan penggunaan sunshading. Material beton ringan memiliki nilai tahanan terhadap radiasi panas matahari (Thermal Ressistance) yang lebih baik dibandingkan batu bata. Contoh perhitungan yang dilakukan, antara batubata dan beton aerasi menunjukan penghematan energi yang signifikan untuk pemakaian listrik, perbandingan dilakukan pada ruang berukuran 3m x 4m x 3m. Ruang pertama menggunakan plat atap beton ringan dan 29 dinding blok beton aerasi (Autoclaved Aerated Concrete). Sedang ruang kedua yang sama ukurannya menggunakan plat beton konvensional dan dinding batu bata dengan plesteran semen-pasir. Pengukuran dilakukan terhadap radiasi panas yang melalui material dinding dan plat atap. Dimana energi panas dari luar akan ditahan oleh material, sehingga ruang dalam menjadi berkurang panasnya. Berkurangnya panas ini, tergantung dari kemampuan material menahan panas. Tabel6. Thermal Ressistance dan Pemakaian Listrik (Produsen Beton Aerasi) 30 II.3 Tinjauan Tapak II.3.1 Latar Belakang Tapak Proyek Gedung Rawat Inap ini merupakan milik swasta, yang bekerja sama dengan pemerintah dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat yang berlokasi kawasan Puri Indah – Jakarta Barat. Kawasan Puri Indah sendiri tengah dikembangkan menjadi kawasan CBD (Central Bussines District) di Jakarta Barat, sehinga pembangunan sarana kesehatan diperlukan untuk menunjang pertumbuhan penduduk di sekitar kawasan. Gambar8. Kondisi tapak (google earth) Pengembangan kawasan Rumah Sakit Puri Indah melalui perluasan area rumah sakit yang telah ada untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dengan menambah jumlah tempat tidur, dengan perancangan gedung rawat inap baru yang berlokasi tepat bersebelahan dengan gedung yang lama. 31 II.3.2 Rumah Sakit Puri Indah Rumah Sakit Puri Indah, didirikan di atas tanah seluas 7000 m² dengan luas bangunan +/- 29.000 m², bergaya arsitektur modern rancangan arsitek ternama Australia, Peter Thomas, yang telah berpengalaman di bidang arsitektur rumah sakit. Foto1. Foto Rumah Sakit Puri Indah (google) Massa bangunan memiliki 10 lapis lantai dengan 2 basement dan 3podium, basement digunakan untuk area parkir mobil dan motor, serta fasilitas penunjang berupa, Ruang Panel, Ruang STP, Area Gas Medik. Pada lantai pertama, terdapat fasilitas berupa ruang administrasi, farmasi rawat jalan, area tunggu pengunjung, cafetaria, salon, radiologi, dan UGD. Sedangkan pada lantai 2 terdapat ruang poli klinik, serta fasilitas penunjang medis lain seperti fisioterapi dan diagnostik. Lantai 3 rumah sakit memiliki fasilitas berupa kamar operasi, kamar bersalin, CSSD dan fasilitas penunjang lainnya. Ruang perawatan terletak di lantai 6 dan lantai 7, sedangkan lantai5 digunakan untuk keperluan operasional rumahsakit (office). Akses vertikal tiap lantai menggunakan lift (elevator), yang terpisah antara lift pasien, lift pengunjung dan lift barang. Serta terdapat tangga darurat untuk jalur evakuasi bila terjadi keadaan darurat. 32 II.3.3 Lokasi Tapak Tapak berada di Jalan Puri Wangi, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat. Lokasi ini berada di sebelah Timur Rumah Sakit eksisting, merupakan lokasi yang strategis karena dikelilingi oleh akses jalan dan tidak berbatasan langsung dengan bangunan lain. Kondisi sekitar tapak Utara : Perumahan Warga Timur : Kantor Walikota Jakrta Barat Selatan : Kawasan Niaga Barat : RS.Puri Indah & Apartemen Puri Mediterania Gambar9. Lokasi tapak (google earth) Infrastruktur yang memadai di lokasi ini juga menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi, berada di dekat pintu Tol Kembangan, memberikan kemudahan akses pencapaian lokasi dan memberi kemudahan bagi pasien yang ingin mencapai lokasi rumah sakit, disamping itu jalan di sekitar tapak juga merupakan jalan yang dilalui kendaraan umum (angkot ). 33 II.3.4 Peraturan Membangun Gambar10. RUTRK Tapak (tatakota) Luas Lahan : 15.824m2 KDB : 40% (Luas lantai dasar yg dapat dibangun) : 40% x 15.824m2 = 6329.6 m2 KLB : 5 (Luas total lantai yang boleh di bangun) : 5 x 6329.6m2 = 31648 m2 Ketinggian Max : 32 lapis Peruntukan Lahan : Kkt /Kpd (Karya Perkantoran/Perdagangan) GSB : 10m (sekeliling tapak) Lebar Jalan Utara 12m Timur 20m Barat 20m Selatan 26m 34 II.3.5 Kondisi Sekitar Tapak : view Foto2. Kondisi sekitar Tapak (tatakota-dokumentasi pribadi) Kondisi eksisiting tapak bagian Utara merupakan kawasan pemukiman warga, namun menurut Rencana Umum Tata Ruang Kota, kawasan pemukiman tersebut merupakan akses jalan raya. Bagian Timur tapak merupakan kawasan kantor walikota Jakarta Barat, tepatnya berupa gedung parkir, dengan penghijauan yang memadai pada area kantor walikota. Kebisingan dari arah ini juga relatif sangat sedikit. Bagian Selatan tapak merupakan kawasan perkantoran/Ruko Niaga, dengan jalur lalu lintas 2arah yang dilalui kendaraan umum dan Feder Busway. Jalan ini merupakan jalur utama untuk mencapai lokasi tapak dengan dengan arus kendaraan yang relatif lancar, dan ramai pada jam kantor. Bagian Barat merupakan gedung RS.Puri Indah, tepatnya merupakan enterance pengunjung dan emergency enterance. Kondisi eksisting di lokasi sekarang tidak terdapat akses untuk menuju jalan di utara tapak (dead end), karena tertutup oleh perumahan. Kebisingan dari arah ini juga relatif sedikit. 35 II.3.6 Potensi Tapak dan Kendala Tapak Potensi Tapak: Berada di kawasan pemukiman Berada dekat dengan tol JORR Dapat diakses melalui berbagai arah Kebisingan relatif rendah, ditambah lebar jalan yang memadai. Lokasi tapak dilalui kendaraam umum dan dekat dengan Feder Busway Kendala Tapak Area tapak yang merupakan perluasan RS.Puri Indah terisah oleh jalan raya II.4 Jarak antara tapak dan Gedung RS cukup jauh Tapak memanjang cenderung Timur dan Barat Kurangnya penghijauan di sekitar tapak Studi Banding Studi Kasus dan Literatur II.4.1 Studi Banding Studi banding dilakukan terhadap 3 rumah sakit di Jakarta Barat dan Tangerang, meliputi aspek yang tekait dengan perancangan , menurut buku: “DESIGN JURIES ON TRIAL, The RENAISSANCE OF The DESIGN STUDIO” (Katharina H Anthony, Penerbit: Van Nostrand Reinhold, New York, Th 1991). Data studi banding diperoleh melalui pengamatan langsung (survei) dan browsing melalui internet terhadap ke 3 rumah sakit dan dibuat dalam bentuk tabel perbandingan: Rs. Royal Taruma – Jakarta Barat Rs. Puri Indah – Jakarta Barat Rs. Eka BSD – Tangerang 36 37 38 39 40 41 42 II.4.2 Studi Literatur Studi Literatur dilakukan terhadap beberapa rumah sakit Rumah Sakit, khususnya terhadap kamar rawat inap kelas III meliputi aspekaspek perancangan arsitektural yang dapat membantu proses perancangan. 1. Tan Tock Seng Hospital Klien : Departemen Kesehatan Luas Lahan : 171.000 meter persegi Biaya Proyek : S.$ 411,000,000 Pembangunan : 1998 Jasa : Architectural Design & Consultancy, Mechanical & Electrical Engineering, Civil & Structural Engineering, Quantity Surveying, Project Management (CPG Corportion) Lokasi : Jalan Tan Tock Seng 11 Singapore – 308433 Foto3. Tan Tock Seng Hospital (google) Pembangunan kembali RS Tan Tock Seng terdiri dari blok menara 9lantai diatas podium block 4lantai dengan 4 basement yang diapit oleh blok berbentuk L. Sekarang rumah sakit 1200-tempat tidur dengan 28 ruang operasi modular, 34 bangsal, 4 Unit Perawatan Intensif, Pusat Neuroscience dan rawat spesialis klinik untuk Kedokteran Respirasi, Rheumatology & Imunologi dan Kedokteran Geriatrik. 43 Singapura adalah negara khatulistiwa dengan suhu dan kelembaban dan curah hujan tinggi. Energi mahal karena negara ini tidak memiliki sumber daya alam. Rumah sakit dirancang untuk menjaga penggunaan energi. Fitur desain utama dari bangsal rawat inap adalah triangular layout bangunan dengan stasiun perawat terletak di pusat sehingga memungkinkan perawat yang bertugas untuk melihat seluruh bangsal. Bangunan ini juga mmemiliki fasilitas ventilasi silang untuk bangsal non-AC. Ventilasi memungkinkan, alami pada digunakan dimanapun bangsal umum 65% dari yang bangsal menggunakan ventilasi alami, dengan hanya bangsal swasta sepenuhnya ber-AC. Tan Tock Seng Hospital memiliki ventilasi yang baik di seluruh bangsal. Bentuk bangsal rawat inap persegi panjang. Dengan ketinggian dari plat lantai cukup sempit dan sistem single koridor lebih di pilih, daripada racetrack style system koridor dengan kamar ditengah. 44 Sebuah helipad terletak di atap blok menara dengan akses langsung ke bagian gawat darurat. Proyek ini telah memenangkan American Institute of Architects / Kesehatan Keunggulan Desain Modern (Honour Award) dan The Building and Construction Authority Construction Excellence Award (Certificate of Merit). Terdapat jembatan penghubung, yang menghubungkan Tan Tock Seng Hospital dengan Novena Square. (Foto: google) Gambar11 . Layout Tan Tock Seng Hospital (website) 45 2. Ng Teng Fong Hospital Klien : Jurong Pelayanan Kesehatan Luas Lahan : 169.000 meter persegi Biaya Proyek : S $ 700 Juta Pembangunan : 2014 Jasa : Desain Arsitektur & Konsultasi Sipil & Rekayasa Struktural, Transportasi Teknik Gambar12. Ng Teng FongHospital (google) Ng Teng Fong Rumah Sakit Umum (NTFGH) dan Jurong Community Hospital (JCH) adalah fasilitas kesehatan publik skala besar berikutnya di Singapura setelah berhasil menyelesaikan Teck Khoo Puat Hospital. Konsultan CPG mendapat kehormatan untuk menjadi Arsitek dan Perencana Medis (bekerja sama dengan HOK dan Studio 505), Sipil & Struktur insinyur dan insinyur Transportasi untuk pengembangan setelah memenangkan kompetisi desain internasional pada bulan Agustus 2009. Perkembangan 5,4-hektar terdiri dari 8 tingkat klinik spesialis, rumah sakit 700 tempat tidur rumah sakit umum dan masyarakat 286 tempat tidur, yang akan berlokasi di Jurong Lake 46 District, dekat stasiun MRT Jurong East. Dengan investasi lebih dari 1miliar $S, NTFGH JCH dijadwalkan untuk menjadi generasi berikutnya dari dokter yang memperkenalkan sebuah kontinum terpadu perawatan dari akut ke langkah-down perawatan. Konsep desain Konsultan CPG untuk NTFGH, adalah " Every Patient Has a Window", yang bertujuan untuk menurunkan kemungkinan infeksi silang dan memberikan lebih banyak ruang untuk staf rumah sakit untuk melakukan prosedur dan perawatan samping tempat tidur. Rumah sakit ditargetkan lebih efisien minimal 30% dibandingkan rumah sakit yang ada dan 40% lebih efisien daripada kode bangunan yang ada. Sasaran indeks efisiensi energi untuk rumah sakit akan dicapai melalui: 47 Energi terbarukan melalui “Harvesting (Heat + Light)” Thermal Solar Sistem akan memanen energi surya untuk memanaskan air, memenuhi 100% kebutuhan air panas domestik rumah sakit, 2000m2 luas atap akan dilengkapi dengan panel Photovoltaic Solar yang akan melengkapi kebutuhan listrik rumah sakit. Efisiensi Energi melalui Optimalisasi Wards mengoptimalkan dirancang pencahayaan dan dan dikonfigurasi ventilasi alami untuk hari, meminimalkan ketergantungan listrik intensif pada lampu dan kipas di siang hari. Rumah sakit yang dirancang untuk menggunakan air sekitar 40% lebih sedikit daripada sebuah rumah sakit konvensional. Irigasi untuk lanskap akan dominan disediakan oleh water harvested dari air hujan, yang cukup untuk irigasi selama 3 hari. Air hujan akan dikumpulkan dan selanjutnya digunakan untuk mengairi berbagai taman. NTFGH ini diharapkan untuk dibuka pada akhir tahun 2014, diikuti oleh JCH pada tahun 2015 awal. 48 3. Khoo Teck Puat Hospital – Singapore Klien : Alexandra Hospital Lantai Lantai : 105.000 meter persegi Biaya Proyek : $ 490M Pembangunan : 2010 Jasa : Architectural Design & Consultancy, Mechanical & Electrical Engineering, Civil & Structural Engineering, Quantity Surveying, Project Management (CPG Corportion) Mencakup lebih dari 3,4 hektar, rumah sakit ini 550tempat tidur ini akan menawarkan berbagai layanan yang komprehensif medis dan kesehatan dengan pendekatan terpadu untuk kelestarian lingkungan & kontrol iklim, perawatan pasien, dan penyakit & manajemen bencana. Desain acute general care hospital ini terletak di Yishun mendesain ulang, pesona dan suasana alami masa setelah perang, Alexandra Hospital, dengan meningkatkan efisiensi staf kepada pasien dengan lingkungan perawatan yang terpusat. Untuk mencapai konsep "Hospital in a Garden", landsacape tanaman tropis, mengalir melalui bangsal rawat inap menuju taman luas sebagai pusat dari sirkulasi emergency, rawat jalan dan rawat inap. 49 Serangkaian ruang taman bertingkat terletak antar lantai bangsal rawat inap untuk melengkapi pengalaman "Hospital in a Garden".Desain hemat energi bertujuan untuk mengurangi biaya energi hingga sebesar 50%, serta memberikan 70% dari luas lantai kotor dengan menggunakan ventilasi alami. KTP.Hospital telah dibangun dengan pemikiran terhadap kenyamanan pasien. Façade dan denah internal dirancang untuk meningkatkan pencahayaan alami sekaligus mengurangi silau, untuk meningkatkan kenyamanan. penghubung antara Tower B dan C. 50 Terdapat jembatan Perletakan massa bangunan yang beradaptasi terhadap lingkungan sekitar, baik dari pencahayaan, bukaan, view ke arah waduk dan bentuk umum massa bangunan persegi panjang terlihat dr penyusunan layout Rumah Sakit ini. Gambar13. Khoo Teck Puat Hospital (website) 51 4. Sakit Pendidikan Universitas Gadjah Mada Luas lahan : 41.248.8m² Luas bangunan : 37.026 m² Lokasi : Yogyakarta Jasa : Global Rancang Selaras Gambar14. Rumah Sakit Pendidikan UGM ( google) Rumah Sakit Pendidikan Universitas Gadjah Mada memiliki konsep umum memadukan tiga program utama yaitu Medical Service, Research, dan Education. Konsep khusus yang diangkat adalah “Healing” Rumah sakit yang mampu mewadahi semua tuntutan desain, “Green” bangunan harus secara ekonomis memadai, dan “Sustainable” bagaimana untuk tetap beroperasi dalam berbagai fase potensi yang ada. Melalui penataan massa bangunan yang kompak dan vertikal setinggi 6 lantai, permintakatan fungsi yang tepat, serta pengaturan jalur sirkulasi yang efektif, dapat dijaga keterbukaan lahan yang memadahi. 52 II.4.3 Kesimpulan Dari studi literatur yang dilakukan, terhadap beberapa rumah sakit dapat terlihat, perancangan dengan penerapan konsep arsitektur hemat energi, dan menekankan pada pemanfaatan potensi alam, dengan penghawaan dan pencahayaan alami (di Singapore), serta penggunaan vertical garden sebagai penahan radiasi sinar matahari. Dari seluruh rumah sakit tersebut, bentuk massa bangunan umumnya berbentuk pipih memanjang dengan, koridor double loadaed. Perancangan kamar rawat inap kelas III, umumya berjumlah 6bed/kamar dengan pola linear. 53