Konseling Komprehensif Mengatasi Tindak Kekerasan Terhadap Anak Perempuan. Oleh : Najlatun Naqiyah1 Abstrak: Konseling komprehensif adalah pertemuan tatap muka antara konselor dan klien untuk membantu mengatasi kekerasan seksual. Konseling komprehensif merupakan layanan bantuan bagi individu oleh konselor profesional untuk membantu individu memecahkan masalah kekerasan yang dihadapi oleh perempuan. Konseling komprehensif menggunakan kerjasama antar pihak terkait antara konselor, orang tua korban, lembaga bantuan hukum, tokoh masyarakat, pengadilan, kepolisian dan rumah sakit. Penelitian ini dilakukan di Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) Puan Amal Hayati Syaqo Al-Jailani Rangkang – Kraksaan Probolinggo pada tahun 2009-2010. Peneliti melakukan konseling individu dalam membantu korban yang mengalami tindak kekerasan seksual. Tujuan konseling komprehensif adalah membantu korban menemukan insight (pengertian) akan masalahnya dan membantu klien membuat keputusan. Temuan dari riset ini bahwa konseling komprehensif dengan metode kerjasama konselor, orang tua, dokter di rumah sakit, polisi, advokat serta pengadilan dapat meningkatkan kekuatan diri korban mengatasi kekerasan seksual. Metode penelitian ini dengan menggunakan metode study kasus dengan teknik eksplanatoris. Hasil generalisasi dari penelitian ini (1).Modus pelaku kejahatan seksual menggunakan ancaman pembunuhan dalam menekan anak-anak dan perempuan korban kekerasan sehingga anak-anak dan perempuan cenderung tertutup (2). Kejahatan seksual yang menimpa mengancam anakanak perempuan yang lemah (3). Bantuan konseling komprehensif dapat mengatasi trauma bagi anak-anak dan perempuan, (4) Kerjasama antara konselor dan klien serta orang tua dengan pemegang kebijakan dapat menguatkan klien untuk membuat keputasan yang tepat bagi kelangsungan hidup lebih baik. Kata Kunci: Anak, Konseling, Komprehensif, Kekerasan, Perempuan Latar Belakang Masalah Anak-anak perempuan yang memasuki masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai penyimpangan dan ketidakwajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya teori-teori perkembangan yang membahas ketidakselarasan, gangguan emosi dan gangguan perilaku sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang dialami remaja karena perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan lingkungan. Perempuan yang miskin akses pendidikan dan agama serta ekonomi, akan berhadapan dengan, ancaman tentang kekerasan seksual dan trafficking manusia. Mereka terancam pada pekerjaan-pekerjaan tanpa keterampilan dengan memperjualbelikan anak dan perempuan sebagai pekerja prostitusi, kurir narkotika dan eksploitasi kecantikan fisiologis dan pekerjaan buruh rumah tangga yang rentan dengan eksploitasi. Ancaman trafficking nampak nyata dikehidupan modern. 1 Staf Pengajar prodi BK FIP UNESA 1 Berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes) Republik Indonesia tahun 2006, remaja Indonesia (usia 10-19 tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61% dari jumlah penduduk.3 Pada tahun 2008, jumlah remaja di Indonesia diperikirakan sudah mencapai 62 juta jiwa. Remaja sering dianggap sebagai periode yang paling sehat dalam siklus kehidupan. Akan tetapi pertumbuhan sosial dan pola kehidupan masyarakat akan sangat mempengaruhi pola tingkah laku dan jenis penyakit golongan usia remaja seperti kecelakaan, kehamilan yang tidak diinginkan, penyakit akibat hubungan seksual, penyalahgunaan alkohol dan obat terlarang yang semuanya akan menentukan kehidupan pribadi serta dapat menjadi masalah bagi keluarga maupun bangsa dan negara di masa yang akan datang.6 Masalah yang dihadapi remaja terutama yang berumur antara 12 - 18 tahun, dalam mendapatkan pelayanan kesehatan adalah seringkali mereka dibuat bingung karena dianggap anak sudah lewat sehingga tidak dapat dilayani di bagian anak tetapi sebagai orang dewasa belum sampai. Pelayanan kesehatan terhadap remaja sangat penting karena mereka harus dipersiapkan untuk menjadi produktif dan diharapkan menjadi pewaris bangsa. Kaum perempuan masa kini menghadapi masa transisi yang lumayan panjang dalam kaitan pemenuhan citra idealnya. Di satu sisi, ada tawaran untuk mengarungi arus modernisme dengan segala dinamikanya cenderung mempesona. Di sisi lain, peran tradisional yang dibakukan selama berabad-abad dan sudah melembaga dalam kebudayaan, menawarkan romantisme akan peran ibu rumah tangga. Reaksi perempuan pada percepatan, kemajuan teknologi membuat keputusan yang diambil cenderung reaktif. Perempuan masa kini serba reaktif, dan tanpa perencanaan yang jelas, untuk tidak menyebut ngawur. Kaum wanita mulai banyak yang mempertanyakan (menggugat) konsepsi citra ideal wanita masa kini. Kejahatan trafficking di zaman modern saat ini mulai menyentak kesadaran kaum perempuan untuk berjuang menyelamatkan anak-anak dan perempuan dari ancaman kekerasan dan perdagangan manusia. Pemberdayaan perempuan memerlukan iklim demokrasi dan kerjasama dengan berbagai unsur, seperti pimpinan masyarakat, tokoh agama, aparat penegak hukum, bantuan prosesional seperti konselor dan psikolog dan dokter serta guru. Demokrasi akan terbangun apabila ada pencerahan dalam masyarakat. Demokrasi terjadi apabila ada dialektika yang melibatkan seluruh komponen masyarakat menyongsong perubahan. Pergerakan perempuan juga memerlukan upaya demokratisasi dan keterlibatan oleh kaum perempuan dan laki-laki. Membangun perempuan memiliki pemikiran kritis, berani berdialog, akan membuka akses bagi perempuan. Iklim demokrasi tidak akan tumbuh apabila tidak ada partisipasi dari kaum perempuan. Jika perempuan bungkam dan diam, maka bersiaplah menjadi penonton diera teknologi informasi. Perempuan akan tergilas oleh kecepatan informasi. Perempuan akan “gagap” dan tidak mampu menghadapi tuntutan masa kini. Zaman modern menuntut perempuan menjalani peran sosialnya secara inovatif dan improvisatoris. Perempuan yang memiliki inovasi akan perannya akan selalu beradaptasi dengan lingkungan. Adaptasi ini menjadi urgent untuk memilih bekerja di luar rumah atau mengasuh anak-anak. Pilihan ini bergantung pada waktu. Pada saat, perempuan menjalani kodrat untuk hamil, melahirkan, dan menyusui maka perempuan dengan kearifan budaya 2 memilih untuk melaksanakan tugas ibu rumah tangga sebaik-baiknya, menjaga kehamilan dirinya secara sehat, memeriksakan kandungannya ke dokter dan melahirkan dengan kerelaan hati serta menyusui anak-anak mereka. Disinilah perempuan memerlukan banyak kesabaran untuk merelakan pekerjaan kariernya tertunda karena memilih merawat anak-anak mereka. Perempuan perlu banyak berimprovisasi untuk menjaga idealitas hidupnya antara rumah tangga dan karier. Subjek Penelitian Konseling individual dilakukan pada dua orang klien yang mengalami korban kekerasan klien perempuan berumur 13 tahun dan masih duduk di kelas I SMPN. Ia telah dicabuli oleh seorang kakek sampai hamil 5 bulan. Kakek tersebut melarikan diri, tidak bertanggung jawab. Klien kedua, Kasus Pemerkosaan anak (Mutilation). Seorang anak berumur 8 tahun diperkosa sepupunya sendiri yang berumur 8 tahun. Kasus ini membawa kekerasan terhadap anak perempuan dibawah umur. Matode Penelitian Penelitian ini menggunakan observasi dan wawancara mendalam. Peneliti melakukan observasi selama setahun di pelayanan pusat terpadu (PPT) Puan Amal Hayati Syaqo AlJailani Rangkang Kraksaan Probolinggo. Study kasus memiliki empat langkah, yaitu observasi, deskripsi, eksplanasi dan prediksi. Hasil Observasi . Klien, anak perempuan berumur 14 tahun. Klien memasuki usia pubertas. Klien yang sedang mekar dan tumbuh, gembira berangkat ke sekolah SMP. Tiba-tiba suatu hari dipukul, diancam akan dibunuh. Akhirnya, Klien dipaksa berhubungan seksual dengan kakek-kakek. Klien diancam akan dibunuh apabila memberitahu kepada orang tuanya. Klien diperkosa dan dibungkam. Klien telah dicabik-cabik tangan-tangan srigala. Ia telah dinodai oleh Iblis jahannam. Klien tidak tahu akibat perbuatan kotor itu. Perutnya harus menanggung janin. Ia tetap bungkam mesti perutnya terus bertambah besar. Ia tidak tahu apa-apa akibat persetubuhan itu. Ia hanya menangis, mengerang kesakitan seiring waktu berjalan. Klien yang malang dan harus menanggung hamil. Klien yang sebentar lagi harus melahirkan anak dari perbuatan keji kakek-kakek yang mencabulinya. Klien hanya menanti pasrah dalam tangis. Ia terlalu dini menanggung penderitaan teramat berat dan menyakitkan. Hatinya terluka dan hidupnya hancur. Klien kesakitan tiap hari tiada peri. Klien tidak pernah tahu, kenapa ia harus menanggung kehamilan ini? Apa salahnya, hingga harus menanggung cobaan Tuhan sedemikian berat. Klien mestinya berlari dan bergembira disekolah saat usia pubertas, tetapi justru harus mengalami pendarahan dan kehamilan dari perkosaan. Rekaman wawancara konselor dengan salah satu ayah korban. 3 Konselor : Kapan Bapak mengetahui kejadian bahwa Klien, buah hati bapak telah hamil? Klien : Waktu pulang dari kerja, saya tahu dari saudara saya,ia juga masih saudara tukang pijit. Mendatangi saya saat sore hampir magrib, ia berkata, “Klien hamil”. Ia mendengar dari tukang pijat. Sama ibunya memang Klien disuruh pijat, sebab Klien berseru, lelah, karena naik sepeda ke sekolah SMP. Seumpama tukang pijat langsung memberi tahu kepada saya atau ibunya tentang Klien, tidak akan mencuat berita ke kampung. Tapi tukang pijat tidak memberitahu apa-apa. Saudara saya kerumah hampir magrib, saya kaget setengah mati. Saya periksa dulu ke tukang pijat lainnya. Katanya mencari upah tukang pijat. Saya langsung ke dokter minta tes kencing. Kata Dokter, nanti kalau benda itu jernih, dicelupkan, berarti bersih. Sedangkan kalau tanda merah itu hamil. Mudah-mudahan tidak, “kata saya”. Setelah dites, ternyata tanda yang keluar keluar gambar arit seperti cengkeraman merah, tapi saya tidak percaya, sebab Klien sepulang sekolah momong adiknya, sore ngaji. Sehingga saya tidak menaruh curiga. Saya ke dokter Probolinggo membawa Klien, hasilnya dilihat dari komputer, terlihat hasilnya USG. Baru saya percaya setelah lihat hasil Foto USG, ketemu hamil antara 5-6 bulan. Konselor : Bagaimana Bapak menanyakan kehamilan itu pada Klien? Klien : Saya tidak ngomong jorok pada anak, saya bilang, “kamu hamil begini tidak bergerak anaknya?”. Sempat saya tanya, “kok gak ngomong”?. Klien bilang, “saya mau dibunuh pak”. Saya berkata, “Nak, saya mau menghadapi kalau kamu diancam siapapun”. Padahal saya tidak pernah memukul siapapun. Saya tidak curiga sedikitpun. Ketemunya ama dokter 5-6 bulan. Saya pernah menyalahkan ke Ibu-ibu (istri saya), Apakah kalau tiap bulan Klien ini, apa ada mensnya?. Katanya ibu,” tiap bulan masih mens itu”. Ibunya yang menyucikan celana dalam Klien. Kata orang, anak saya disebut hamil kemanten. Yaitu hamil tetapi tidak kelihatan. Konselor : Bagaimana reaksi Bapak setelah tahu Klien hamil? Klien : Begitu tahu yang melakukan bahwa kakek sepupu dari Klien. Terus saya ceritakan sama istri kakek. Ia bilang, “mungkin Klien itu nakal”, saya marah, “jangan disamakan anak saya dengan orang nakal”. Sampai dapat beberapa hari, istri kakek itu datang kerumah, memberi uang kepada saya untuk menggugurkan kandungan, sebesar tiga juta dua ratus rupiah. Dapat dua hari, diminta kembali. “Mana uang itu, kalau tidak dikasih uang penuh, sama dengan menjual Klien”. Kata istri kakek itu. Akhirnya saya musayawarah dengan istri, sebab kalau sudah 5 bulan, sama dengan membunuh. Berarti saya membunuh anak sendiri. Kalau menggugurkan kandungannya sama dengan membunuh ibu yang sedang hamil. Akhirnya saya simpan uang itu, saya kasih uang itu ke Istri kakek, saya diancam mau dipolisikan. Konselor : Apa kata Klien kepada Bapak? Klien : Pengakuan Klien yang memperkosa dua orang, yaitu kakeknya dengan orang laki-laki paruh baya yang lain. Dari wawancara singkat tersebut, dapat diperhatikan modus pemaksaan terhadap anak, selalu disertai dengan ancaman pembunuhan oleh pelaku. Klien yang masih berumur anak-anak diancam akan dibunuh apabila memberitahu kepada orang lain. Ancaman merupakan senjata ampuh pelaku kejahatan untuk memenuhi keinginannya. Ancaman kerapkali membuat kondisi anak labil dan depresi. Keadaan anak yang terancam tidak 4 mampu melawan. Ia terpaksa melayani apa yang diperintah pengancam. Situasi terancam mengakibatkan kekerasan kepada anak datang bertubi-tubi. Ancaman pembunuhan dan tekanan yang dilakukan oleh kakek-kakek sangat menakutkan korban, hingga rela melakukan keinginan bejat kakek tersebut. Jika ditelaah, ancaman yang dilancarkan berupa intimidasi kepada koban. Intimidasi untuk menghabiskan nyawa korban dan seluruh keluarganya apabila memberitahukan perilaku bejat itu kepada orang lain. Modus ancaman seperti ini, merupakan ancaman tingkat tinggi, dimana seluruh akses komunikasi ditutup. Ketakutan membuat korban menjadi sangat diam, tertutup, dan bungkam seribu kata. Sikap diam menjadi taruhan Klien untuk membela orang-orang penting dalam hidupnya, seperti ancaman penghilangan nyawa orang tuanya, dirinya dan keluarganya. Akibatnya, korban menjadi sangat takut dan mengikuti saja apa yang diinginkan oleh pelaku. Kasus kejahatan pemerkosaan kepada anak-anak memang seperti buah simalakama. Apabila anak melapor telah diperkosa kepada orang tua, maka ia akan mengalami ketakutan karena melanggar aturan/norma masyarakat. Korban takut merasa terhina akibat hilangnya keperawanannya. Disisi lain, ia belum mengetahui dampak dari perbuatan asusila tersebut. Konflik batin tersebut, memicu anak menjadi bingung dan memilih diam. Faktor budaya timur, bahwa anak harus selalu baik dihadapan orang tua. Anak dididik untuk taat dan patuh serta tidak boleh melawan orang tua, menjadi pemicu ketakutan anak untuk membuka aib atau kejelekan yang dialami. Anak menjadi sangat tertutup dan tidak terbuka kepada orang tua. Apalagimengenai aib yang akan mencoreng muka orang tuanya. Ia lebih memilih untuk tetap diam dan bertingkah laku seperti biasa seakan tidak terjadi apapun yang tengah menimpa hidupnya. Anak tabu menceritakan kekerasan yang dialaminya. Ia menjadi sangat takut untuk bercerita apa yang tengah terjadi. Untuk mengikis budaya tertutup inilah, perlu mulai dari para orang tua bersikap aktiv, menanyakan peristiwa keseharian yang tengah dialami. Komunikasi orang tua dan anak sangat membantu terungkapnya kasus kekerasan yang mengitari anak-anak. Deskripsi Mengapa kekerasan kerapkali mengancam anak-anak? Klien hanyalah sekelumit kasus yang tengah nampak dipermukaan. Keresahan, ketidakamanan dan ketakutan kerap kali menghantui anak-anak. Ancaman yang terus menerus, mengakibatkan anak tidak mampu keluar dari penindasan orang dewasa. Anak-anak yang ditekan sedemikian rupa, hingga tidak berdaya. mereka dibungkam dan dibiarkan melara dalam ketertutupan. Ancaman akan cenderung menyerahkan segalanya. Anak-anak yang tidak punya kekuatan, akan mudah dihancurkan. Modus yang dilakukan dalam kasus kekerasan anak ini, adalah memanfaatkan kelemahan anak untuk memuaskan nafsu bejatnya. Pelaku kejahatan selalu mencari orang lemah dan tidak berdaya. Usia anak-anak tergolong lemah. Usia yang perlu perlindungan keamanan. Usia yang butuh penjagaan dari orang tua. Bagaimana membekali anak-anak bersikap asertif? Anak-anak perlu diajarkan besikap asertif. Sikap berani menolak dan menghindari ancaman orang tidak bertanggung jawab. Mereka perlu diajarkan bersikap terbuka dan jujur atas segala yang menimpa tubuhnya kepada orang tua. 5 Pelaku kejahatan kepada anak-anak dibawah umur, merupakan tindakan tidak berperikemanusiaan. Kejadian ini tidak bisa dibiarkan. Aparat hukum mestinya menegakkan hukum yang memberikan rasa keadilan. Para pelaku yang bebas berkeliaran hanya menambah pelaku makin beringas memangsa anak-anak tidak berdosa. Diam terhadap kekerasan berarti mendorong terwujudnya kekerasan baru yang akan muncul. Bisa jadi muncul dengan bungkus baru, dengan operandi lebih kejam dan terorganisir rapi. Selayaknya, Pelaku segera ditangkap dan diproses secara hukum negara yang berlaku. Hukum yang berpedoman pada harkat manusia. Bagaimana kasus pencabulan itu akan dihadapi? Langkah yang perlu dilakukan adalah memberikan konseling komprehensif penguatan kepada keluarga korban. Komunikasi Orang Tua – Anak Perlu Proaktif. Komunikasi orang tua dan anak akhir-akhir ini menjadi tantangan bagi dunia global. Dimana anak memiliki kesibukan sendiri dan orang tua juga mengalami kesibukan tingkat tinggi. Anak sudah dilengkapi dengan permainan yang mengasyikkan, mulai dari Plays tation, game, acara TV, dan HP.demikian orang tua juga mengalami perubahan ritme kerja yang menyita keseluruhan waktu. Akibatnya dunia anak menjadi asing, jarang para orang tua punya waktu bersosialisasi di rumah bersama anak-anak, mengikuti permainan anak-anak dan meluangkan banyak waktu terlibat dalam urusan mereka. Orang tua sibuk ini terus menerus mencekoki anak dengan hadiah-hadiah mahal dan memanjakan anak dengan fasilitas teknologi tinggi. Anak sejak kecil sudah berhadapan dengan permainan game-game yang ada di internet, VCD dan HP. Lain lagi, dengan tipe orang tua yang dirumah, tetapi tidak mengikuti dunia anak. Mereka setiap hari bertemu dan berkumpul bersama, tetapi sayangnya tidak ada komunikasi secara terbuka. Mereka lebih sekedar orang tua yang suka memerintah, mengancam dengan hukuman dan mencerca kesalahan anak. Anak terbangun hidup dalam kondisi ancaman, tertekan dan tertutup. Anak berusaha untuk menampilkan sikap pura-pura baik dihadapn mereka dengan mengikuti segala polah tingkah laku yang diinginkan oleh orang tuanya. Akhirnya anak menjadi terkungkung dalam tempurung rumah. anak yang tertutup akan cenderung besikap eksklusif.. Sikap eksklusif adalah sikap tertutup dan cenderung menutup diri dari pergaulan. Mereka mengembangkan sikap defensif dan tidak peka terhadap kritik. Mereka dibesarkan dengan sikap angkuh, dan cemas terhadap perubahan luar. Anak-anak yang ekslusif tidak terbuka dan selalu mencari muka. Perilakunya tidak asli, tetapi berpura-pura. Fenomena ini tampak dalam budaya timur, terutama di pedesaan, yang rata-rata hidup dibawah garis kemiskinan. Pola asuh yang dikembangkan lebih banyak menghukum anak dan mencerca anak mereka. Akibatnya, mereka dibesarkan menjadi anak penakut dan tidak mampu terbuka. Kreativitas mereka telah dibunuh sejak dini, seiring dibesarkan dengan cara yang otoriter. Lalu bagaimana komunikasi yang proaktif digagas? Cara yang bisa dilakukan ialah dengan cara demokratis. Orang tua sedapat mungkin mengungkap kreativitas anak sejak dini. Para orang tua harus banyak menanyakan kepada anak hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan mereka. Jika sejak kecil anak dirangsang oleh pertanyaan, maka imajinasi anak akan tumbuh pesat. Bukan sebaliknya, para orang tua melarang anaknya berbicara banyak. Melarang anak berbicara atau menyuruh diam lambat laun membunuh sikap kritis anak. 6 Di Amerika, (Gagner, 1995) anak-anak dikembangkan dalam budaya komunikasi yang terbuka. Anak dipicu dengan pertanyaan-pertanyaan kritis dan diuji daya tangkap anak terhadap persoalan. Anak juga dibiarkan bebas melakukan aktivitas sesuai dengan ingin dan kebutuhan anak. Sedangkan di budaya Asia, anak dipelihara dan tidak dibiarkan bebas melakukan apa yang diinginkan. Anak harus tunduk patuh pada pola yang diinginkan orang tua, misalnya menjadi anak manis, anak penurut dan anak yang tidak banyak tingkah. Anak-anak yang dibesarkan dengan budaya otoritier melahirkan anakanak yang introvert, anak yang tertutup. Anak terlalu diam, menghambat bereksplorasi. Anak-anak pasif tidak mampu bangkit dari keterpurukan masalahnya. Mereka tumbuh sebagai anak tidak percaya diri. Mereka bersikap apatis dan pasif. Kreativitas mereka tidak nampak dan mudah menyerah kepada nasib. Anak menjadi boneka para orang tua. Mereka tidak bisa membuat keputusan dan bergantung pada orang lain. Akibatnya, walau pendidikan mereka tinggi, masih banyak ditemukan orang-orang yang tidak bisa bangkit, masih selalu bergantung pada orang tua. Lebih naif lagi, masih banyak ditemukan orangorang dewasa dan sudah berkeluargapun, masih menggantungkan hidup pada orang tua mereka. Sikap proaktif akan mendorong anak bersikap aktif. Proaktif orang tua menghantarkan anak bersikap terbuka, apa adanya dan jujur. Proaktif orang tua memacu imajinasi anak menjawab pertanyaan-pertanyaan. Anak mengasah daya khayal mereka secara tinggi. Pengembangan sikap proaktif selayaknya dimulai dari para orang tua, guru, dan orang dewasa. Mereka adalah orang-orang yang berpengaruh penting bagi anak-anak. Peran orang tua yang baik merupakan idaman setiap orang. Mereka berlatih keras menjadikan keluarga harmoni. Orang tua yang mencerminkan karakter kuat itu ditandai dengan sabar, mampu menyelesaikan masalah, cepat dan kehidupannya senantiasa meningkat. Orang tua yang efektif akan menyelesaikan persoalan secara keatif. Mengapa perlu menjadi orang tua efektif ? Tugas orang tua ialah memberikan kehidupan yang layak bagi anak-anaknya.. Konseling Komprehensif Terhadap Anak-anak yang Mengalami Perkosaan. Mencermati kasus kekerasan seksual anak dari segi perkembangan umur sangat menarik. Dalam fase perkembangan, anak usia 3-5 tahun, anak sudah mulai mempertanyakan tentang organ seksual kepada ibunya. Anak-anak sering kali bertanya, hal-hal yang dialami dan dirasakannya, seperti, mengapa ia berbeda dengan perempuan dan sebaliknya. Apabila orang tua tidak menjelaskan fase ini sesuai dengan tahap perkembangan anak, maka akan mengalami penundaan tugas perkembangan. Pertanyaan anak menjadi tidak terjawab dan terus menghantui pikiran dan perasaannya. Pada tahap inilah orang tua berperan untuk memberikan penjelasan sesuai dengan usia anak-anak. Bagaimana cara menjelaskan pada anak yang bermur 3-4 tahun? Sedapat mungkin orang tua mau menjawab dengan logika anak. Misalnya, ketika anak menanyakan dari mana mereka lahir? Maka orang tua, bisa mengajak anak untuk menjawabnya, seperti pertanyaan, kalau menurut anak dari mana? Dengan begitu, mereka akan menjawab sesuai dengan khayalannya dan imajinasi anak. Ketika anak menjawab itulah maka orang 7 tua perlu mengajak anak mengeksplorasi semaksimal mungin imajinasi anak yang terbangun dari penglihatan mereka terhadap film televise, majalah, gambar dan kesehariaan yang mereka serap. Namun, jika orang tua memarahi anak dan menganggap hal itu pertanyaan yang tabu, maka anak akan tidak kreatif dan ters berada dalam keraguan. Anak akhirnya tidak mengetahui dan tugas perkembangan hidupnya menjadi tertunda. Kasus kekerasan anak, berasal dari budaya yang melingkupi kesehariaan anak dimana mereka tumbuh dan berkembang. Seorang naka meman belum mampu mencerna nilainilai dengan rasional. Konsep libido seksual pada anak-anak yang tanpa piker itulah menuntut pemahaman dari orang tua secara arif dan bijak. Anak akan bertanya apa saja dan menjadikan apa yang mereka lihat sebagai pelajaran. Maka dari itu, pendampingan anak saat menonton film televise terlebih film yang bernuansa cinta dewasa, perlu dibingkai lagi dengan cerita dari orang tua untuk memberikan nilai-nilai bagi anak. Karena dimata anak, orang tua adalah orang yang selalu benar. Anak-anak yang melakukan kasus kekerasan seksual, seperti mutilation, yaitu melakukan kekerasan terhadap organ seksual, pemerkosaan, dalah bentuk dari konsep Frued yang menyebutkan bahwa pada usia terentu anak-anak akan dimengalami libido seksual mendominasi. Kasus Sohib merupakan bentuk tugas perkembangannya tertunda, sehingga melampiaskan libido seksualnya kepada sepupunya yang berumur 8 tahun. Bagaimana mengatasi anak-anak yang sedang tumbuh berkembang agar tercegah dari kekerasan seksual? Langkah yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah memberikan pendampingan kepada anak-ananya dalam berbagai aktivitas. Sebanyak mungkin orang tua terlibat penuh terhadap kehidupan anak. Ada penelitian, bahwa orang tua yang konsisten mematikan televise setiap jam-jam belajar anak, maka prestasi anak akan meningkat. Bahkan orang tua yang tidak membeli televisi sampai usia anak SMP, prestasi akademik anak disekolah meningkat tiga kali lipat.. Sikap konsisten inilah yang akan memberikan anak nuansa aktivitas bersama dengan keluarga secara akatif untuk melakukan banyak hal bersama anak-anaknya. Bagaimana peran sekolah mencegah terjadinya kasus pemerkosaan anak? Sekolah punya banyak cara memberikan pendidikan reproduksi kepada anak-anak di sekolah dasar (SD). Materi kesehatan reproduksi dirangkum bisa dilakukan dengan kurikulum muatan local yang berisi sejumlah pengetahuan tentang organ-organ reproduksi yang harus dijaga dan dilindungi oleh anak-anak. Pendidikan reproduksi ini penting diberikan sejak awal anakanak menjelang masa pubertas, atau akil baligh. Anak-anak akan siap ketika terjadi perubahan bentuk tubuhnya, seperti pada perempuan akan menstruasi dan laki-laki mulai mimpi basah. Pengetahuan reproduksi sejatinya akan menyalamatkan anak-anak dari kekerasan seksual yang dilancarkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Anak sejak awal akan memiliki ketegasan sikap untuk berkata tidak, apabila ada orang yang menyuruh mereka membuka celana, membuka bajunya, meraba alat-alat reproduksi seperti payudara, vagina, penis, dsb. Anak akan bisa melindungi tubuhnya sendiri dari kekerasan pelecehan seksual. 8 Memberi keselamatan kepada anak-anak adalah tanggung jawab kita bersama. Menghantarkan anak-anak secara layak menghadapi tugas perkembangan hidupnya merupakan hak-hak anak yang harus diberikan sebaik yang kita bisa. Anak perempuan yang diperkosa dibawah umur tidak bersalah. Kekerasan menimpa tubuhnya akibat tindak kejahatan. Mereka adalah korban kekerasan secara biadab. Mereka patut dilindungi dan dirawat secara baik. Korban pemerkosaan tidak sepatutnya di nista, apalagi disia-siakan hidupnya. Mereka niscaya mendapatkan perawatan secara fisik dan psikis. Mereka mesti tetap bangkit melanjutkan hidupnya. Bagaimana lembaga itu bisa memulihkan luka para korban? Lembaga tersebut melindungi korban secara aman. Tempat merawat korban yang tengah hamil, melahirkan dan pasca melahirkan. Tempat berlindung para korban tindak kekerasan, seperti panti rehabilitasi, pesantren, dan panti asuhan. Lembaga penampungan anak-anak yang mengalami kekerasan membantu mengobati rasa trauma, depresi dan penyakit somatik lainnya. Kesehatan mental mereka yang mengalami tindak kekerasan perlu dipulihkan dengan terapi. Terapi yang perlu diberikan pada kasus-kasus perkosaan harus menyeluruh, mulai dari eksplorasi psikis yang tergoncang sampai persiapan menghadapi hidup selanjutnya pasca melahirkan. Tidak mudah bagi seorang anak melahirkan, apalagi belum ada kesiapan mental secara lahir dan batin. Anak yang mengalami kehamilan diluar keinginannya memiliki konsekwensi gangguan psikis yang harus disembuhkan. Misalnya, bagaimana kesiapan mereka melahirkan? Bagaimana mengasuh anaknya? Siapa yang bertanggung jawab membiayai anak yang dilahirkan? Seandainya anak tersebut diadobsi orang lain, bagaimana merelakan buah hatinya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terus bergelayut memicu keresahan dan kegundahan hati. Dengan memberikan terapi khusus bagi anak-anak yang mengalami korban perkosaan, akan membantu mereka sadar dan menghadapi hidup dengan lebih tenang dan menerima resiko. Konseling komprehensif untuk mengatasi kekerasan bagi anak-anak korban perkosaan dimulai, dengan: (1). Mencari akar penyakit yang dideritanya. Jika penyakitnya diketahui, maka obat yang diberikan haruslah mampu menghilangkan rasa sakit. Contoh, jika anak terlanjur diperkosa dan memiliki kelainan mental menjadi sangat tertutup, maka anak perlu dilatih bersikap asertif (terbuka) kepada orang lain. Dengan melatih sikap terbuka, maka akan lebih mudah bagi anak tersebut menerima dan sadar diri keadaannya. Anak menjadi tegar dan waspada untuk tidak mengulangi perbuatan takutnya dengan diam. Namun, jika anakmenjadi trauma dan merasa terancam terus menerus, maka membongkar ketakutan anak tersebut dengan teknik konfrontasi dan melawan keyakinan tidak rasional. Terapis harus melatih anak untuk mengedepankan nilai-nilai rasionalitas untuk menuntun diri mereka. (2). Memperbaiki rasa percaya diri. Anak perlu di berikan obat atau cara-cara melawan rasa takut. Rasa takut tersebut akan muncul kalau anak tidak percaya diri. Rasa takut berlebihan merupakan gejala depresi. Takut yang tidak beralasan menjadikan anak-anak sakit mental. Gangguan tersebut membuat anak tidak berkembang optimal. Dengan memperbaiki rasa percaya dirinya, akan membantu mereka memiliki keyakinan akan 9 kemampuannya untuk terus tumbuh berkembang seperti anak-anak yang lain. (3). Memberikan jalan untuk kembali mengenyam pendidikan. Anak yang telah diperkosa berhak melanjutkan sekolahnya. Jika saat mengalami kehamilan harus berhenti atau cuti sekolah, maka setelah selesai melahirkan, perlu memperoleh haknya kembali bersekolah seperti anak lain. Misalnya anak yang masih duduk disekolah menengah, bisa menyelesaikan sekolahnya hingga tamat. Mengapa sekolah itu penting? Dengan bersekolah lagi, mereka memiliki kesibukan dan tidak larut dalam kesedihan yang menimpanya. Dengan kembali ke bangku sekolah, ada harapan masa depan anak jauh lebih baik, dari pada diam dirumah. (4). Konselor perlu melakukan meningkatkan kerjasama dengan pemegang kebijakan. Keberadaan Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) perlu ditingkatkan eksistensinya dengan memanfaatkan layanan bimbingan yang berfungsi pencegahan, pengembangan dan pengobatan. Kesimpulan Konseling komprehensif dapat diterapkan untuk membantu klien yang menjadi korban kekerasan seksual. Langkah-langkah konseling komprehensif dengan menggunakan kerjasama antara konselor, tokoh masyarakat, advokat, pengadilan dan kepolisian serta rumah sakit. Kerjasama konselor dengan para pemegang kebijakan yang terkait dapat membantu klien untuk menemukan kekuatan diri untuk mengatasi kekerasan. Dengan cara referral (rujukan) dari konselor ke rumah sakit akan memeudahkan klien korban kekerasan seksual untuk menjalani pemeriksaan kesehatan akan kehamilan, proses persalinan dan perawatan anak setelah melahirkan. Peran konselor dapat meningkatkan rasa percaya diri anak untuk mampu mengatasi kekerasan yang menimpa anak-anak perempuan. Sikap-sikap konselor yang perlu dikembangkan dalam konseling komprehensif adalah empati, berpengalaman dalam bidang konseling, membangun jaringan (net working), tulus ikhlas, dan menghargai dan menghormati serta bisa dipercaya oleh klien. Pendampingan yang berkelanjutan pada korban kekerasan dapat dilakukan untuk mempersiapkan diri pada kehidupan masa depan yang lebih baik, seperti melanjutkan sekolah menengah atas dan perguruan tinggi Daftar Pustaka Dhamayanti M. (2007). Kecelakaan pada remaja. Dalam: Soetjiningsih, penyunting. Tumbuh kembang remaja dan permasalahannya. Cetakan ke-2. Jakarta: Sagung Seto. Gagner, 1995. Multiple Intelligence. Allyn and Bacon. Gunarsa, 1989. Psikologi perkembangan: anak dan remaja. Jakarta: BPK. Gunung Mulia; Holland C, Brown RT. 2002. Adolescent medicine secrets. Philadelphia: Hanley & 17. Belfus; 10 Jamela AR. 2008. Remaja Indonesia masih sangat membutuhkan informasi kesehatan reproduksi. [diunduh 7 April 2009]. Tersedia dari: http://www.kesrepro.info Mongks FJ, Knoers AMP, Haditono . 2000. Psikologi perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Ormrod, J. E. 2008. Psikologi Pendidikan. Erlangga. Jakarta. Pardede N. 2002. Masa remaja. Dalam: Narendra MB, Sularyo TS, Soetjiningsih, Suyitno H, Ranuh ING, Wiradisuria S, penyunting. Tumbuh kembang anak dan remaja. Jakarta. Peran orang tua dalam pembinaan remaja. [diunduh tanggal 1 Juni 2009]. Tersedia dari: http://prov.bkkbn.go.id/jabar/article_detail.php?aid=8 Istiwidayanti dan Soedjarwo 1991. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan . Jakarta: Penerbit Erlangga. Soetjiningsih. 2007. Pertumbuhan somatik pada remaja. Dalam: Soetjiningsih, 8. penyunting. Tumbuh kembang remaja dan permasalahannya. Cetakan ke-2. Jakarta: Sagung Seto. Santrok JW. Adolescence (Perkembangan Remaja). Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2003. Yin. K. R. 2002.Case Study RajaGrafindo Persada. Design and Methods (Studi Kasus).Terjemahan. PT 11 12