g. slamet, jawa tengah - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana

advertisement
G. SLAMET, JAWA TENGAH
Gunungapi Slamet, PVMBG/1 Juni 2009
KETERANGAN UMUM
Nama Lain
: Slamat
Nama Kawah
: K1, K2, K3 dan K4
Lokasi
a. Geografi
: 7°14,30' Lintang Selatan dan 109°12,30 Bujur Timur
b. Administratif
: Kab.Pemalang, Kab. Banyumas dan Kab. Brebes, Kab. Tegal
dan Kab. Pubalingga, Jawa Tengah
Ketinggian
: 3432 m dml
Kota Terdekat
: Bumiayu, Purwokerto, Purbalingga
Tipe Gunungapi
: Strato
Pos Pengamatan
: Desa Gambuhan, Kec. Pulosari, Moga, Kab. Pemalang
PENDAHULUAN
Cara Mencapai Puncak
Untuk mencapai kawah G. Slamet, pendakiannya dilakukan dari arah timur, yakni
dari Bambangan. Pada tahun 1853, Junghuhn mendaki puncak G. Slamet melalui
kampung Priatin, sebelah timur Kutabawa. Dalam 1923 Taverne mendaki puncaknya juga
dari arah timur. Matahelumual (1961) dan Siswowidjojo (1970) mendaki puncaknya dari
kampung Bambangan. Dalam tahun 1973 pendakian dari sini sampai puncaknya
memerlukan waktu lk. 7 jam, kembalinya hanya dalam waktu 3 jam. Sampai ketinggian
1400 m dimana - mana masih terdapat kebun rakyat, dan setelah itu sampai ketinggian
1700 m yang ada hanya hutan pinus. Selanjutnya melalui hutan lebat dengan kayu kayuan yang besar sampai ketinggian 2600 m, disini sebagian jalan setapak harus dirintis
karena tertutup semak belukar. Sampai ketinggian lk. 3220 m masih terdapat berbagai
tumbuhan dan kayu, diantaranya kayu tanganan dan wanarasa, dan makin ke atas lagi di
puncaknya gundul, yang ada hanya batuan lepas (Hamidi, 1973).
Demografi
Daerah G. Slamet mulai dari puncak hingga kakinya dibagi ke dalam 5 wilayah
kabupaten. Sektor barat - baratlaut termasuk wilayah Kabupaten Brebes, sektor utara
termasuk wilayah Kabupaten Tegal, sektor timurlaut - tenggara termasuk wilayah
Kabupaten Purbalingga dan sektor selatan - baratdaya termasuk wilayah Kabupaten
Banyumas.
Data kependudukan di daerah G. Slamet dan sekitarnya yang termasuk kedalam
daerah KRB I dan KRB II tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel data kependudukan G. Slamet
No
Kabupaten
Kecamatan
1
Brebes
2
Tegal
Sirampog
Paguyangan
Bumijawa
3
Pemalang
Pulosari
Moga
4
Purbalingga
Kutosari
Karangreja
Mrebet
Desa
Jumlah
Penduduk
KRB
Guci
Sigedong
Bumijawa
Sokatengah
Dukuhbenda
3260
6346
12660
4354
8091
II
II
I
II
I
Penakir
Batusari
Clekatakan
Siremeg
Sima
Wangkelang
Kebanggan
Pepedan
Gendowang
KarangJengkol
Candiwulan
Cendana
Karanglasem
Limbangan
Karangreja
Serang
Karangreja
Serayularangan
Lambur
Selaganggeng
Mangunegara
Karangnangka
4952
2879
5863
5357
12781
2789
2024
1847
7004
3879
4943
4275
2862
3645
5299
6516
4400
3429
2495
3441
3598
3203
II
II
II
II
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
II
II
I
I
I
I
I
Karanglewas
Bojongsari
Bobotsari
5
Banyumas
Baturaden
Kedung Banteng
Sumbang
Babakan
Sunyalangu
Patemon
Bojongsari
Pagedangan
Pekalongan
Bumisari
4410
4044
3398
5160
3931
5137
6708
I
I
I
I
I
I
I
Gandasuli
Talagening
Karangsalam
Kemutug Lor
Pandak
Rempoah
Kemutug kidul
Melung
Kutaliman
Dawuhan kulon
Karangnangka
Limpa Kuwus
Ketayasa
Banjarsari Kulon
Karanggintung
2716
3196
2258
4154
2177
2084
2751
2061
4589
3338
3610
4155
7481
3129
3274
I
I
I & II
I & II
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
SEJARAH LETUSAN
Tabel sejarah letusan G. Slamet, Jawa Tengah
Tahun
1772
1825
1835
1847
1849
1860
1875
1885
1890
1904
1923
1926
1927
1928
1929
1930
1932
1934
1939
1940
1943
1944
1948
1949
1951
1952
1953
1955
Peristiwa
11-12 Agustus, terjadi letusan abu dan lava
Oktober, terjadi letusan abu
September (2 hari), terjadi letusan abu
Peningkatan kegiatan
1 Desember, terjadi letusan abu
19 Maret dan 11 April, terjadi letusan abu
Mei, Juni, November dan Desember, terjadi letusan abu
21- 30 Maret, terjadi letusan abu
Terjadi letusan abu
14 Juli - 9 Agustus, terjadi letusan abu dan lava
Juni, terjadi letusan abu dan lava
November (selama seminggu), terjadi letusan abu dan lava
27 Februari, terjadi letusan abu dan lava
20 - 29 Maret dan 8 - 12 Mei, terjadi letusan abu dan lava
6, 7 dan 15 Juni, terjadi letusan abu dan lava
2 - 13 April, terjadi letusan abu dan lava
1 Juli dan 12 September, terjadi letusan abu dan lava
Peningkatan kegiatan
20 Maret, akhir April, 6 Mei, 15 Juli dan 4 Desember, terjadi letusan abu
15 - 20 Maret dan 15 April, terjadi letusan abu
18 Maret, 1 - 10 Oktober, terjadi peningkatan kegiatan, hujan abu dan suara
dentuman
5 Januari, 30 Juni, Juli dan 28 - 30 Oktober, terjadi peningkatan kegiatan
14 November, terjadi peningkatan kegiatan
Terjadi peningkatan kegiatan
11 Februari, 26 Juni, 2 Juli, 24 Agustus, Oktober dan 30 Desember, terjadi
peningkatan kegiatan
1 Januari, terjadi peningkatan kegiatan
Juli, Agustus dan Oktober, terjadi letusan abu dan lava
12 - 13 November, 6 dan 16 Desember, terjadi letusan abu dan lava
1957
1958
1960
1961
1966
1969
1973
1988
1989
1990
1991
1992
2000
2004
2005
2009
8 Februari, terjadi letusan abu
17 April, 4 dan 6 Mei, 5 dan 13 September, Oktober, terjadi letusan abu dan lava
Desember, terjadi letusan abu
Januari, terjadi letusan abu
Terjadi letusan abu
Juni, Juli dan Agustus, terjadi letusan abu
Agustus, terjadi semburan lava di kawah
12 - 13 Juli, terjadi letusan abu dan lava
9 - akhir Oktober, terjadi peningkatan kegempaan
20 Februari - 29 Maret, terjadi peningkatan kegempaan
28 Juni - 9 Juli, terjadi peningkatan kegempaan
12 Maret - 4 April, terjadi peningkatan kegempaan
terjadi peningkatan kegempaan
Nopember, tremor hembusan
21 Juli, tremor hembusan
Aktivitas vulkanik G. Slamet dinaikkan dari Waspada (Level II) menjadi Siaga
(Level III) pada tanggal 23 April 2009 pukul 18:00 WIB. Peningkatan kegiatan ini
berlangsung hingga Juli 2009
Karakter Letusan
Berdasarkan catatan sejarah letusan, pada umumnya letusan G. Slamet adalah
letusan abu disertai lontaran sekoria dan batu pijar, kadang-kadang mengeluarkan lava
pijar. Letusannya berlangsung beberapa hari, pada keadaan luar biasa mencapai
beberapa minggu.
Bila terjadi letusan besar, seperti letusan G. Agung (1962), G. Galunggung (1982)
atau G. Colo (1983), maka bahaya utama letusan G. Slamet atau bahaya primer (bahaya
langsung akibat letusan) adalah luncuran awan panas, lontaran piroklastik (bom vulkanik,
lapili, pasir dan abu) dan mungkin aliran lava. Sedangkan bahaya sekunder (bahaya tidak
langsung dari letusan) adalah lahar hujan yang terjadi setelah letusan apabila turun hujan
lebat di sekitar puncak.
Jauhnya sebaran jatuhan piroklastik, tergantung pada ketinggian lontaran dan
kencangnya angin yang bertiup pada saat terjadi letusan, terutama penyebaran hujan abu
dan pasir.
Perioda Letusan. Letusan G. Slamet berulang-ulang dalam tempo, berlangsung
paling lama sampai beberapa minggu (kurang dari satu bulan). Periode istirahat terpendek
antara dua letusan lk. 1 tahun dan terpanjang 53 tahun. Untuk periode istirahat lk. 1 tahun
mungkin masih satu fase letusan atau kegiatan lanjutan.
GEOLOGI
Endapan hasil erupsi G. Slamet dari tua sampai muda semuanya berumur kuarter,
menutupi batuan sedimen berumur tersier. Sebagian hasil erupsi G. Slamet meliputi 5
kabupaten dengan luas 1500 km2 yang terdiri dari endapan jatuhan Piroklastika, aliran
lava, lahar, awan panas dan endapan permukaan berupa Alluvial dan Flluvial. Umumnya
endapan lava yang ditemui di G. Slamet bersifat Andesitik.
Struktur geologi yang berkembang di daerah G. Slamet dan sekitarnya, umumnya
berupa sesar normal yang banyak dijumpai pada kelompok Slamet Tua. Jejak-jejak sesar
ini di lapangan dijumpai berupa Breksiasi, gores garis sesar, zona hancuran, kelurusan
bukit dan lembah, gawir yang lurus dan terjal serta kontak tajam antara satuan batuan.
Berdasarkan kriteria tersebut di atas, maka struktur geologi yang berkembang di G.
Slamet dapat dibedakan menjadi 3 buah struktur sesar yaitu : Sesar Normal Jegjeg, Sesar
Normal Pengasinan, Sesar Normal Mengger, Graben Guci, Sesar Normal Si Jambang,
Sesar
Normal
Kali
Buntu,
Sesar
Normal
Gunung
Gratamba,
Sesar
Normal
Karanggondang, Sesar Normal Kubangan, Sesar Normal Kalipagu dan Sesar Normal
Ganting.
Peta Geologi G. Slamet
GEOFISIKA
Seismik
Jenis gempa yang terekam di G. Slamet terdiri dari Gempa vulkanik A, vulkanik B,
Tektonik, Gempa Tremor, dan Gempa Hembusan. Gempa Hembusan dan Gempa Tremor
merupakan gempa yang mendominasi rekaman seismograf di G. Slamet. Hasil analisa
signal menunjukkan bahwasanya sinyal Gempa Tremor Vulkanik memiliki kandungan
frekuensi berkisar antara 2,0 – 3,6 Hz.
Gambar Analisa sinyal Gempa Tremor G. Slamet
Geomagnet
Harga medan magnit regional untuk daerah G. Slamet dan sekitarnya, yang
merupakan bagian dari peta magnit dunia adalah sebesar 45.000 nT (nano Telsa).
Adanya penyimpangan-penyimpangan (anomali) yang terjadi, sangat berhubungan erat
dengan kondisi geologi setempat.
Penyelidikan magnit di G. Slamet menggunakan dua buah magnetometer proton
dari jenis SCINTREX tipe MP-3 dengan ketelitian 0,1 nT yang masing-masing dilengkapi
dengan sebuah sensor magnit. Pengambilan data dilakukan secara random. Interpretasi
penyelidikan dilakukan secara kualitatif, yang berdasarkan pada pola penyebaran
anomalinya dan pembuatan model 2 dimensi dari lintasan yang ada dalam peta
Isomagnetik.
Berdasarkan pola penyebaran anomali magnetik, maka daerah G. Slamet dan
sekitarnya dibagi menjadi 3 zona anomali.
-
Anomali tinggi (diatas 45.000 nT), menempati daerah ujung timur, utara dan
selatan.
-
Anomali sedang (44.000 - 45.000 nT) berada di daerah barat, tengah melingkar G.
Slamet, sebagian baratlaut, timur dengan membentuk kelurusan relatif utara selatan.
-
Anomali rendah (42.000 - 44.000 nT) terdapat di daerah sekitar tubuh dan puncak
G. Slamet sekarang.
Gaya Berat
Pola anomali Bourguer di G. Slamet dan sekitarnya, secara umum memiliki
kecenderungan arah baratlaut - tenggara. Harga anomali besar terlihat di bagian
baratdaya dan mengecil ke arah timurlaut. Pola anomali sisa orde 2 juga memperlihatkan
kecenderungan arah baratlaut - tenggara, namun memiliki anomali yang lebih menonjol di
bagian timurlaut.
G. Slamet sendiri masuk dalam daerah anomali rendah, namun belum bisa melihat
pola anomali di sekitar puncak, karena belum ada data gaya berat untuk bagian puncak.
Pendugaan keberadaan struktur geologi di G. Slamet dan sekiarnya berdasarkan data
gaya berat tersebut, secara umum berarah baratlaut - tenggara.
GEOKIMIA
Kimia Batuan
Berdasarkan analisa kimia sample pasir dan batuan lava !988 G. Slamet, diperoleh
unsur-unsur kimia sebagai berikut :
Unsur
SiO2
Al2O3
Fe2O3
FeO
CaO
MgO
Na2O
K2O
TiO2
MnO
SO3
P2O5
H2OHD
Pasir (%)
51,84
19,12
3,32
6,83
7,98
4,66
2,73
0,87
1,12
0,20
0,12
0,07
0,25
0,97
Lava (%)
52,55
18,69
3,82
6,12
8,26
4,26
2,83
0,98
1,18
0,18
0,06
0,02
0,49
0,87
Dengan menggunakan metode Whitford (1975), M.J. Le Bas (1985), metoda indek
mafik (Thornton & Tuttle, 1960) dan kandungan kimianya, diinterpretasikan bahwa :
1. -
Jenis lavanya andesit basaltis
2. -
Temperatur magma berkisar antara 1140 - 1150 °C
3. -
Kedalaman magma sekitar 153 km di bawah permukaan bumi
Kimia Air
Pengukuran suhu air panas di lakukan secara berkala di objek wisata Guci tepatnya
di Padangsari dan Pasepuhan. Suhu yang terukur berkisar pada 40 – 60 oC.
TEMPERATUR AIR PANAS
PASEPUHAN
PANDANSARI
70
tEMPERATUR (
o
C)
60
50
40
30
20
0
1-Jan-06
1-Feb-06
1-Mar-06
1-Apr-06
1-May-06
1-Jun-06
1-Jul-06
1-Aug-06
1-Sep-06
1-Oct-06
1-Nov-06
1-Dec-06
1-Jan-07
1-Feb-07
1-Mar-07
1-Apr-07
1-May-07
1-Jun-07
1-Jul-07
1-Aug-07
1-Sep-07
1-Oct-07
1-Nov-07
1-Dec-07
1-Jan-08
1-Feb-08
1-Mar-08
1-Apr-08
1-May-08
1-Jun-08
1-Jul-08
1-Aug-08
1-Sep-08
1-Oct-08
1-Nov-08
1-Dec-08
10
Kimia Gas
Cuplikan gas vulkanik dan kondensat diambil di dinding kawah IV, yaitu pada titik
tradisi 1 dan 2. Kedua lokasi tersebut berjarak kl. 1000 m dengan temperatur 263°C 270°C. Lokasi 1 merupakan titik tradisi di G. Slamet dengan lokasi yang dianggap
representif dan dapat dijangkau. Pengambilan cuplikan gas dilakukan dengan metoda
"Giggenbach". Sedangkan lokasi pengukuran suhu dilakukan di Segoro Wedi, Kawah I, II,
III dan kawah IV, dilakukan dengan thermocouple digital yang dilengkapi elektroda
sepanjang 1 meter.
Hasil analisa gas terhadap unsur utama yang dilakukan di Balai Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta :
Mei 1996
Mei 1996
Unsur
Lokasi 1
Lokasi 1
Lokasi 2
(% mol)
(% mol)
(% mol)
H2
0,06
0,16
0,07
O2 + Ar
0,007
0,01
0,01
N2
0,04
0,13
0,14
CO2
1,41
1,07
1,45
SO2
1,19
1,21
1,23
H2S
0,19
0,39
1,69
HCl
0,47
0,42
0,28
H2O
96,64
96,61
95,14
Temperatur
261,5 °C
263 °C
270 °C
Pengukuran kecepatan emisi gas SO2 dilakukan di Gunung Guci, sebelah baratlaut
puncak G. Slamet dengan jarak 4,7 km dari puncak. Dipilih lokasi tersebut karena sumber
asap solfatara berada di sebelah barat puncak.
Hasil pengukuran suhu di puncak G. Slamet (Mei 1996) :
Lokasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Temperatur (°°C)
263
270
90,8
89,6
89,3
88,9
85,4
89,2
61,0
89,2
77,1
86,3
Hasil analisis kimia kondensat puncak G. Slamet (Mei 1996)
Unsur
Lokasi 1
(ppm)
0
0,31
1,05
0,57
0,06
0,15
0
109,89
137,10
14,35
3.285,71
111,68
Al
Fe
Ca
Mg
Na
K
Mn
SO4
H2S
NH3
Cl B
Hasil pengukuran kecepatan emisi gas SO2
No
Tanggal
1
2
3
4
5
18 Mei 1996
19 Mei 1996
20 Mei 1996
21 Mei 1996
22 Mei 1996
Rata-rata
(ton/hari)
76
kabut
kabut
53
34
Minimun
(ton/hari)
21
kabut
kabut
25
22
Maksimum
(ton/hari)
97
kabut
kabut
93
52
Hasil analisa gas terhadap unsur utama yang dilakukan di Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Kegunungapian (BPPTK), Januari 2009
o
o
o
Unsur
Solfatara T:701 C
Solfatara T:701 C
Solfatara T:87,4 C
A
B
H2
0,56
0,35
0,002
O2 + Ar
0,07
0,09
0,20
N2
0,54
0,73
1,37
CO
0,014
0,017
0,009
CH4
td
td
CO2
4,10
3,86
SO2
1,14
1,06
H2S
0,07
0,02
HCl
td
td
HF
td
td
NH3
0,28
0,13
H2O
93,52
93,76
Keterangan : Dalam satuan % mol; td = tidak terdeteksi,
td
4,00
0,18
0,18
td
td
0,009
94,05
Hasil analisa gas terhadap unsur utama yang dilakukan di Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Kegunungapian (BPPTK), Januari 2009
Solfatara T: 471 C
Solfatara T: 471 C
Unsur
A
B
H2
td
td
O2 + Ar
16,00
11,72
N2
62,79
47,22
CO
td
td
CH4
td
td
CO2
3,92
6,43
SO2
1,15
0,89
H2S
td
td
HCl
td
td
HF
td
td
NH3
0,12
0,22
H2O
16,02
33,52
Keterangan : Dalam satuan % mol; td = tidak terdeteksi,
Catatan:
Hasil analisis kimia gas menunjukkan adanya kontaminasi udara yang terlalu tinggi.
Hal ini disebabkan tekanan gas solfatara sangat lemah dan batuan di sekitarnya sangat
porous.
Selain itu faktor kondisi alam yang cukup berbahaya dan panas menyulitkan
pemilihan lobang solfatara yang representatif.
MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI
Kegiatan G. Slamet, baik secara visual maupun kegempaan, dipantau secara terusmenerus dari Pos Pengamatan G. Slamet di Desa Gambuhan, Kabupaten Pemalang.
Kegiatan kegempaan G. Slamet, dipantau dengan menggunakan seismograf (model
MEQ-800) dengan seismometer satu komponen tipe Ranger SS-1, yang dioperasikan
secara sistem radio telemetri (RTS). Pada awalnya seismometer (sensor gempa)
ditempatkan di lereng utara G. Slamet pada ketinggian lk. 3000 m. Sejak 17 Mei 1993,
seismometer dipindahkan ke lokasi sekitar G. Cilik (1600 m) di lereng utara G. Slamet.
Pemindahan sensor gempa kembali dilakukan tanggal 27 Februari 2006, karena
lokasi sebelumnya telah menjadi lahan pertanian sehingga rekaman gempa banyak
terganggu oleh aktivitas manusia. Pemantauan secara instrumental dilakukan dengan
menggunakan seismometer L4-C (1Hz) yang dipasang secara permanen di dua stasion
yakni di Bukit Cikunang/Buncis (Sta. BCS) serta Bukit Cilik (Sta. CLK). Sinyal dari kedua
stasion tersebut dikirimkan ke Pos PGA dengan gelombang radio secara telemetri (RTS)
dan direkam dengan menggunakan seismograf analog Kinemetrics PS-2 dan secara
digital pada PC komputer. Setelah peningkatan kegiatan April 2009 di tambah dua stasion,
yaitu Sta. Bambangan (BBG) dan G. Cilik (CLK), sejak tanggal 24 Mei 2009 stasion
seismik G. Cilik seismometernya di ganti yang sebelumnya L4-C menjadi jenis tiga
komponen (3D) L4-3D, nama dan posisi stasion seperti Tabel 2 dibawah ini.
Tabel Lokasi dan Posisi Stasion Seismik G. Slamet
Nama Stasion dan
Chanel table
Buncis (BCS) E006
Bambangan(BBG) 007
Repeater BBG
G. Cilik (CLK) E008 (Z)
G. Cilik (CLK) E009 (X)
G. Cilik (CLK) E00A (Y)
Posisi Geografis
Lintang
Bujur
o
o
07 11'37.6" LS
109 11'58.8" BT
o
o
07 14'12.0" LS
109 15'48.0" BT
o
o
07 09'49.4" LS
109 15'44.7" BT
07˚11'48.4" LS
109˚12'57.6" BT
07˚11'48.4" LS
109˚12'57.6" BT
07˚11'48.4" LS
109˚12'57.6" BT
Ketinggian
(m Ellips)
1426
1530
883
1518
1518
1518
Jenis
Seismometer
L4C
L4C
L4-3D
-
KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI
Untuk menghadapi bahaya letusan G. Slamet jika terjadi letusan besar, maka
digunakan Peta Daerah Bahaya atau Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB). Peta Daerah
Bahaya G. Slamet dibagi menjadi 2 zona, yaitu Daerah Bahaya (Kawasan Rawan
Bencana II) dan Daerah Waspada (Kawasan Rawan Bencana I).
Kawasan Rawan Bencana II (Daerah Bahaya)
Adalah daerah yang letaknya terdekat dengan sumber bahaya, sehingga
kemungkinan akan terlanda oleh bahaya langsung, berupa luncuran awan panas, aliran
lava dan lontaran piroklastik serta lahar hujan. Tanpa memperhitungkan arah tiupan angin
pada saat terjadi letusan, daerah bahaya ini diperkirakan meliputi wilayah dalam radius lk
5 km berpusatkan kawah aktif di puncak G. Slamet. Kawasan ini diperpanjang pada
lembah-lembah sungai yang curam yang berhulu di daerah puncak/tepi kawah sampai
sejauh lk 10-14 km. Sungai-sungai tersebut yaitu : Kali Gung diperpanjang sampai lk. 14
km, K. Pelus dan K. Ponggawa lk.12 km, k. Sat dan K. Alurjero lk 10 km. Sungai-sungai
lainnya diperpanjang lk 607 km.
Kawasan Rawan Bencana I ( Daerah Waspada)
Kawasan Rawan Bencana I adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar dan
tidak menutup kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas dan aliran lava.
Selama letusan membesar, kawasan ini berpotensi tertimpa material jatuhan berupa hujan
abu dan lontaran batu (pijar).
Kawasan Rawan Bencana I terhadap aliran lahar
Lereng dan kaki timur
Pemukiman yang berpotensi terlanda lahar di alur sungai Soso, Kec. Bobotsari adalah :
Sungai
Desa
Dusun
Soso
Telagagening
Sebagian dari Kedawung
Serang
Gunung Malang, Kali Urip, sebagian Pasanggrahan
Sangkanayu
Sebagian dari Pondoknangka, Kenari, dan Krajan
Serayularangan
Sebagian Gondangsari
Lambur
Pasar Anyar, Sirau, sebagian Gintungagung,
sebagian Situ
Sebagian dari Gandengan, Parungbongas
Gandasuli
Lereng dan Kaki Utara
Pemukiman yang berpotensi terlanda lahar di alur Sungai Comal, Kec. Moga adalah:
Sungai
Desa
Dusun
Comal
Sima
Gendowang
Sebagian dari dusun Sima, Gintung, Tretep dan
Sipingit
Sebagian dari dusun Karanganyar
Pepedan
Sebagian dari dusun Pepedan
Wangkelang
Dusun Wangkelang dan sebagian dusun Capiturang
Kebanggaan
Sebagian dari Kebanggan Timur dan Kebanggan
Barat
Pemukiman yang berpotensi terlanda sungai Comal, Kec. Randudongkal
Sungai
Desa
Dusun
Comal
Warungpring
Sebagian dari dusun Tegalarja
Kecepit
Sebagian dari dusun Kecepit
Mejagong
Sebagian dari dusun Mejagong
Banjaranyar
Sebagian dari dusun Dukuh
Randudongkal
Sebagian dari Jayin, Pring Taliamba, Patud
Karangmoncol
Sebagian dari Simbatan
Semingkir
Sebagian dari Capiturang
Pemukiman yang berpotensi terlanda lahar di wilayah Kec. Pulosari adalah
Sungai
Desa
Dusun
Comal
Nyalembeng
Kranggan
Gunungsari
Gunung, sebagian Tangkeban,
Tengah.
Gunungsari, Sipendil dan Sibendil
Jurangmangu
Dukuh Wetan, Jurangmangu, Cikunang
Karangsari
Karangsari Barat dan sebagian dari Genting
sebagian Dukuh
Lereng dan kaki tenggara
Pemukiman yang berpotensi terlanda lahar di wilayah Kec. Mrebet adalah:
Sungai
Desa
Dusun
Paingan
Pengalusan
Sebagian dari Katelklawa, Piting, Pengalusan
Selabanggeng
Majingkrak Lor Citrakusumah
Mangunegara
Karangturi
Sebagian
Mangunmargo,
Citrakusuma
Sebagian dari Pesawahan
Karangnangka
Sebagian dari Cocok dan Karangnangka
Lembaran
Mangunmargo
dan
Adalah kawasan yang letaknya lebih jauh dari sumber bahaya. Daerah ini mungkin
akan terlanda hujan abu, pasir dan lapili. Tanpa memperhitungkan arah tiupan angin pada
saat terjadi letusan, daerah ini meliputi wilayah antara radius 5 dan 8 km dari kawah aktif
di puncak G. Slamet. Daerah ini terutama hanya berdasarkan untuk kemungkinan terlanda
lontara piroklastik (pyroclastic fall). Untuk kemungkinan bahaya lahar, meliputi lembah dan
daerah aliran sepanjang sungai-sungai yang berhulu di daerah puncak.
Peta Kawasan Rawan Bencana G. Slamet
DAFTAR PUSTAKA
Aswin, D., dkk, Laporan kemajuan II, Pemetaan Geologi Gunungapi Slamet,
Jawa Tengah, Arsip Direktorat Vulkanologi, Bandung, 1984.
Hadisantono, R.D. dkk, Laporan Inventarisasi Kawasan Rawan Bencana G.
Slamet Jawa Tengah, Arsip Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi, Bandung, 2006.
Hamidi, S., dkk, Laporan Kegiatan Pemetaan Daerah Bahaya G. Slamet, Jawa
Tengah, Arsip Direktorat Vulkanologi, Bandung, 1989.
Hamidi, S., dkk, Laporan Pengumpulan Data dan Informasi G. Slamet, Jawa
Tengah, Arsip Direktorat Vulkanologi, Bandung, 1998.
Hidayat, Y., dkk, Penyelidikan Gaya Berat G. Slamet, Jawa Tengah, Arsip
Direktorat Vulkanologi, Bandung, 1997.
Irawan, W., dkk, Laporan Pemantauan Kegiatan Gunungapi Slamet, Jawa
Tengah, Arsip Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung,
2006.
Kusumadinata, K., Data Dasar Gunungapi Indonesia, Direktorat Vulkanologi,
Bandung, 1979.
Palgunadi, S., dkk, Penyelidikan Geomagnet G. Slamet, Jawa Tengah, Arsip
Direktorat Vulkanologi Bandung 1996.
Rakimin, Penyelidikan Petrologi G. Slamet, Jawa Tengah, rsip Direktorat
Vulkanologi Bandung 1990.
Sumarti, S., dkk, Penyelidikan Geokimia dan Emisi Gas SO2 G.Slamet, Jawa
Tengah, Arsip Direktorat Vulkanologi Bandung 1996.
Wahyudin, D., dkk, Evaluasi Kegiatan Vulkanik G.Slamet, Januari-Oktober 1993
ditinjau dari Pengamatan Visual dan Kegempaan, Arsip Direktorat
Vulkanologi Bandung 1993.
Wildan, A., dkk, Relokasi Seismograf PS-2 dan Pemeriksaan Visual Kawah di
G.Slamet sehubungan dengan terjadinya Peningkatan Kegempaan, Arsip
Direktorat Vulkanologi, Bandung, 1999.
Download