BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Analisis Permasalahan Dari hasil wawancara dan observasi objek penelitian maka ditemukan beberapa permasalahan yang muncul, diantaranya : a) Terdapat 3 (tiga) aplikasi yang membutuhkan ketersediaan server b) Hanya terdapat 2 (dua) unit Server c) Anggaran yang tersedia belum dapat memenuhi pengadaan server baru. 4.1.2. Implementasi Virtualisasi Server 4.1.2.1. Topologi Yang Digunakan Pada Objek Penelitian Pada kantor Pengadilan Tinggi Gorontalo, telah di rancang sebuah topologi star yang digunakan sampai dengan saat ini. Topologi ini menghubungkan setiap pengguna dan memudahkan pengguna untuk mengakses server untuk layanan tertentu. Pada awal dirancangnya, sistem koneksi yang diterapkan yaitu menggunakan koneksi wired (kabel), nanti pada tahun 2011 hampir secara keseluruhan sistem interkoneksi antar pengguna diganti menggunakan koneksi wireless (nirkabel). Penggantian jenis koneksi ini dilakukan dengan alasan efisiensi dan kenyamanan dalam pelaksanaan pekerjaan. Seiring dengan bertambahnya beban kerja, sebagian besar pegawai telah menggunakan laptop untuk melakukan pekerjaannya masing-masing, hal ini pula yang menjadi tuntutan dilaksanakannya penggantian jenis koneksi antar pengguna, sehingga lebih memudahkan dalam kenyamanan melaksanakan pekerjaan. 35 Gambar 4.1. Topologi jaringan sebelum implementasi virtualisasi server. 4.1.2.2. Jenis dan Fungsi Server Pada Penelitian Pada penelitian ini penulis melakukan virtualisasi pada empat jenis server berbeda yang menjalankan fungsi dan layanan berbeda. Server-server tersebut diantaranya adalah sebagai berikut : • CTS Server : digunakan untuk layanan aplikasi Case Tracking System. • SIAPT Server : digunakan untuk layanan aplikasi Sistem Informasi Administrasi Pengadilan Tinggi • Proxy Server : digunakan untuk melakukan filtering konten yang didownload dari internet dan melakukan caching konten sehingga dapat menghemat penggunaan bandwidth. 4.1.2.3. Implementasi Virtualisasi server pada Topologi Star Implementasi virtualisasi server tidak mengubah struktur topologi dan mekanisme kerja jaringan. Perubahan hanya terdapat pada server-server yang menjadi bagian dari topologi jaringan pada objek penelitian. 36 Gambar 4.2. Topologi jaringan setelah implementasi virtualisasi server. 4.1.2.4. Installasi dan konfigurasi Proxmox VE Tahapan pada installasi adalah proses inisiasi installer dan formatting harddisk. Gambar 4.3. Proses installasi Proxmox VE Konfigurasi sistem pada Proxmox VE dilakukan pada saat bersamaan dengan proses installasi Proxmox VE. Pada tahap ini terdapat 37 beberapa item yang harus dikonfigurasi diantaranya konfigurasi lokasi dan zona waktu, hak akses server serta email, dan konfigurasi jaringan. Gambar 4.4. Konfigurasi Zona Waktu Gambar 4.5. Konfigurasi Hak Akses 38 Gambar 4.6. Konfigurasi Jaringan Setelah seluruh proses konfigurasi selesai secara otomatis sistem akan melakukan installasi dan partisi pada storage sistem. Setelah proses installasi selesai, server dapat diakses dan dimanajemen melalui web browser dengan mengakses alamat https://192.168.100.2:8006. Untuk melakukan manajemen server diperlukan hak akses yang telah dikonfigurasi sebelumnya. Gambar 4.7. Server Virtualisasi selesai diinstall 39 Gambar 4.8. Akses server melalui web browser 4.1.3. Virtualisasi Server CTS 1. Pembuatan dan Konfigurasi mesin virtual Sebelum melakukan instalasi konfigurasi mesin virtual perlu dipersiapkan installer Sistem Operasi yang nantinya akan digunakan pada installasi. Gambar 4.9. Upload Installer OS 40 Gambar 4.10. Proses pembuatan mesin virtual Pada tahap pembuatan mesin virtual terdapat beberapa item yang wajib untuk di konfigurasi sesuai kebutuhan sistem, diantaranya adalah Kernel OS, CD/DVD installer, harddisk, Processor, Memory, dan Jaringan. Gambar 4.11. Konfigurasi perangkat virtual pada mesin virtual 2. Installasi Sistem Operasi 41 Gambar 4.12. Proses Installasi Sistem Operasi pada CTS server 3. Konfigurasi jaringan Gambar 4.13. Konfigurasi jaringan pada mesin virtual CTS Server 4. Installasi Aplikasi Server CTS 42 Gambar 4.14. Installasi Server CTS dengan wizard installer 4.1.4. Virtualisasi Server SIAPT 1. Pembuatan dan Konfigurasi mesin virtual Tahapan pembuatan dan Konfigurasi mesin virtual merujuk pada pembuatan server CTS di atas. 2. Installasi Sistem Operasi Gambar 4.15. Proses Installasi Sistem Operasi pada SIAPT 3. Konfigurasi jaringan 43 Gambar 4.16. Konfigurasi jaringan pada mesin virtual SIAPT Server 4. Installasi Paket Layanan yang dibutuhkan sistem Gambar 4.17. Install Paket Layanan yang dibutuhkan pada mesin virtual SIAPT Server 5. Installasi Aplikasi Server SIAPT 44 Gambar 4.18. Proses mendownload aplikasi kedalam server Gambar 4.19. Proses ekstraksi aplikasi SIAPT ke web directory SIAPT server 6. Installasi web administrator Gambar 4.20. Aplikasi Webmin untuk administrasi server 4.1.5. Virtualisasi Server Proxy 1. Pembuatan dan Konfigurasi mesin virtual Tahapan pembuatan dan Konfigurasi mesin virtual merujuk pada pembuatan server CTS di atas. 2. Installasi Sistem Operasi 45 Tahapan installasi Sistem Operasi proxy server merujuk pada Installasi Sistem Operasi server SIAPT di atas karena menggunakan Sistem operasi yang sama yaitu Ubuntu server 12.04.1 kecuali pada partisi harddisk yang terdapat sedikit perbedaan. Gambar 4.21. Partisi harddisk pada Proxy Server 3. Konfigurasi jaringan Gambar 4.22. Konfigurasi jaringan Server Proxy 4. Installasi paket layanan yang dibutuhkan 46 Paket layanan yang dibutuhkan oleh server proxy merujuk ke paket layanan pada server SIAPT. 5. Installasi Squid Gambar 28. Gambar 4.23. Konfigurasi Squid Gambar 4.24. Cache.log Squid 6. Konfigurasi MRTG 47 Pada penelitian ini penulis menggunakan tool Squidstats sebagai MRTG (Multi Router Traffic Grapher), yang dapat memetakan dalam bentuk grafik proses yang terjadi pada traffic proxy. Gambar 4.25. Monitoring Trafik Proxy dengan Squidstats 7. Install Aplikasi Web Administrator Tahapan installasi aplikasi web administrator merujuk pada installasi aplikasi web administrator pada SIAPT Server. 4.1.6. Konfigurasi networking pada Router 1. Konfigurasi Mangle Paket Konfigurasi mangle paket yang dimaksud adalah mangle paket untuk paket dengan asal dan tujuan ke IP 192.168.100.0/24. 48 Gambar 4.26. Konfigurasi Add Client List Gambar 4.27. Konfigurasi Mangle untuk Server Rainer 2. Konfigurasi By Pass Queue 49 Untuk mengatur beban traffic digunakan metode queue tree pada mikrotik. Server Virtualisasi yang lebih sering di akses ke lokal diberikan bandwidth tanpa batas. Gambar 4.28. Konfigurasi Queue untuk Server Virtual 4.1.7. Pengujian Sistem 1. Workload Server CTS Workload aplikasi CTS dilakukan dengan cara melakukan browsing ke alamat server CTS. Berdasarkan hasil pengujian proses workload aplikasi CTS berhasil dan berjalan dengan normal. Gambar 4.29. Hasil Workload aplikasi CTS 2. Penggunaan Resource Server CTS 50 Berdasarkan pengujian workload aplikasi CTS didapatkan hasil penggunaan resource server. Gambar 4.30. Penggunaan Resource Virtual Server CTS 3. Workload Server SIAPT Gambar 4.31. Hasil Workload aplikasi SIAPT 4. Penggunaan Resource Server SIAPT 51 Gambar 4.32. Penggunaan Resource Virtual Server SIAPT 5. Cache Content Pengujian cache content dilakukan dengan cara browsing ke website-website yang memiliki banyak konten, dalam hal ini penulis mengambil sampel website Mahkamah Agung RI www.mahkamahagung.go.id, hasilnya website Mahkamah Agung yang telah dibuka dari komputer lain selanjutnya dibuka dari komputer penulis, dan hasilnya terdapat dua konten yang telah tersimpan ke dalam cache. Gambar 4.33. Cache Content 6. Cache Video 52 Pada pengujian cache video pada proxy server penulis mengambil salah satu sampel video pada youtube dengan alamat http://www.youtube.com/watch?v=A3XrqAiM7PU. Pada streaming video pertama kali terjadi streaming yang putus-putus, selanjutnya setelah video selesai distreaming selanjutnya video yang sama dibuka dikomputer lain dan hasilnya terlihat streaming tidak mengalami buffering. Gambar 4.34. Proses Streaming awal Gambar 4.35. Proses Streaming setelah tercache 53 Gambar 4.36. HIT pada konten video yang distreaming ulang 7. Penggunaan Resource Proxy Server Penggunaan resource Proxy server menunjukkan adanya lonjakan CPU usage tetapi masih dalam batas normal. Gambar 4.37. Penggunaan Resource Virtual Server Proxy 8. Penggunaan Resource Physical Server Setelah dilakukan implementasi virtualisasi server, dilakukan pengujian terhadap penggunaan resource server fisik ( host server). Pada gambar di bawah ini terlihat resource server terpakai secara optimal ditandai dengan tidak adanya over stack atau overload. Pada gambar terlihat penggunaan resource server masih dalam batas normal. 54 Gambar 4.38. Penggunaan Resource Host Server Gambar 4.39. Penggunaan Memory Host Server Gambar 4.40. Network traffic pada Host Server 4.2. Pembahasan 55 Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan informasi di kantor Pengadilan Tinggi Gorontalo, diperlukan 3 server untuk menjalankan 3 aplikasi. Dengan konfigurasi dan pengaturan yang seimbang dengan beban kerja server didapatkan optimalisasi penggunaan resource pada server yang digunakan dengan spesifikasi Processor 4 inti, memory 4GB, harddisk 1 TerraByte. Tabel 4.1. Spesifikasi Virtual Server Server CTS SIAPT Proxy Processor 1 Gb 1 Gb 1 Gb RAM 1 Gb 1 Gb 1 Gb Harddisk 160GB 100GB 160GB OS Windows Linux Linux Dari tabel di atas dapat dilihat pembagian beban kinerja resource inti dari sebuah server yaitu Processor dan RAM, setelah diimplementasikan virtualisasi server jumlah inti yang dapat digunakan oleh host server hanya 1 inti, karena untuk 3 inti yang lainnya telah digunakan pada server-server virtual. Begitu juga dengan penggunaan RAM, Ram yang dimiliki host sebelum implementasi adalah 4 GB, namun setelah implementasi virtualisasi server, host server hanya dapat menggunakan 1 GB RAM karena 3 GB telah dibagi ke server virtual. Pembagian penggunaan harddisk juga diimplementasikan, pada server virtual diberikan kuota sejumlah kebutuhan sistem, sedangkan sisa kuota harddisk yang tidak digunakan oleh virtual server yaitu 580 GB akan digunakan sebagai cadangan space jika sewaktu-waktu terdapat virtual server yang membutuhkan penambahan storage, selain itu juga sisa harddisk yang belum digunakan akan dimanfaatkan oleh host server sebagai dynamic swap untuk menjaga kestabilan sistem dari overload RAM. 56 Gambar 4.41. Penggunaan Sumber Daya Server Konfigurasi juga dilakukan pada router mikrotik, dimana router ini mengatur seluruh lalu lintas data pada jaringan intranet dan internet objek penelitian. Pada keadaan sebelum penelitian, masing-masing server memiliki IP Address yang tidak berada dalam range IP Address yang sama. Setelah dilakukan implementasi virtualisasi server, perlu dilakukan bridging networking dari host ke virtual server. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi NAT (Network Address Translation) secara berulang, yang dapat mengakibatkan sulitnya mengontrol lalu lintas data secara terpusat. Pada keadaan sebelum implementasi virtualisasi server, konfigurasi IP Address untuk server adalah 192.168.100.0/30 yang artinya ada 2 IP Address yang dapat digunakan yaitu 192.168.100.1 - 192.168.100.2 dan IP 192.168.100.3 sebagai broadcast. Setelah dilakukan virtualisasi server, konfigurasi IP Address diganti dengan 192.168.100.0/24 yang artinya ada 254 IP Address yang dapat digunakan yaitu 192.168.100.1 - 192.168.100.254 dan IP 192.168.100.255 sebagai broadcast. Selain itu konfigurasi pada NAT untuk pembelokan trafik jaringan ke proxy disesuaikan dengan IP Address server proxy yang baru yaitu 192.168.100.5, dimana sebelumnya IP Address server proxy adalah 192.168.7.2. Setelah implementasi teknologi virtualisasi server, selanjutnya dilakukan pengujian terhadap kinerja server virtual. Pengujian dilakukan pada workload web dan proses content caching dan video caching. Dalam hal penggunaan proxy server berdampingan dengan server CTS dan server SIAPT sangat membantu mengurangi beban kerja virtual server CTS dan server SIAPT, hal ini dapat dilihat dari grafik MRTG proxy 57 server. Pada grafik MRTG terlihat penghematan penggunaan bandwidth baik untuk lokal maupun internet. Gambar 4.42. Grafik proxy service Pada grafik diatas dapat dijabarkan : bandwidth diterima oleh client = 197,47 kb/s bandwidth yang digunakan me-load konten = 185,16 kb/s berarti dalam 2 hari server proxy melayani, terdapat penghematan 1,0066 % atau hemat 12,31 kb/s. Dengan implementasi teknologi virtualisasi server, anggaran untuk investasi hardware dapat ditekan lebih rendah karena virtualisasi hanya menggunakan kapasistas yang tersedia. Pada saat ini kantor Pengadilan Tinggi Gorontalo masih memiliki 1 unit server host yang siap untuk di konfigurasi maksimal untuk 3 virtual server, sehingga apabila ada penambahan aplikasi baru kantor Pengadilan Tinggi Gorontalo telah siap untuk mengimplementasi aplikasi tersebut. Server-server yang dijalankan didalam sebuah mesin virtual dapat disimpan dalam 1 buah image yang berisi seluruh konfigurasi sistem. Jika satu saat server tersebut crash, tidak perlu melakukan instalasi dan 58 konfigurasi ulang. Cukup mengambil salinan image yang sudah disimpan, merestore data hasil backup terakhir dan server berjalan seperti sedia kala. Hemat waktu, tenaga dan sumber daya. Server virtual dapat dikloning sebanyak mungkin dan dapat dijalankan pada mesin lain dengan mengubah sedikit konfigurasi. Sehingga mengurangi beban kerja para staff IT dan mempercepat proses implementasi suatu sistem. Jumlah server yang lebih sedikit otomatis akan mengurangi waktu dan biaya untuk mengelola. Jumlah server yang lebih sedikit juga berarti lebih sedikit jumlah server yang harus ditangani. Salah satu kemudahan dari teknologi virtualisasi adalah standarisasi hardware dan kemudahan upgrade spesifikasi server lebih mudah. Hal ini dikarenakan virtualisasi melakukan emulasi dan enkapsulasi hardware sehingga proses pengenalan dan pemindahan suatu spesifikasi hardware tertentu tidak menjadi masalah. Sistem tidak perlu melakukan deteksi ulang hardware sebagaimana instalasi pada sistem/komputer fisik. Proses penggantian dan upgrade spesifikasi server lebih mudah dilakukan. Jika server induk sudah overload dan spesifikasinya tidak mencukupi lagi, kita bisa dengan mudah melakukan upgrade spesifikasi atau memindahkan virtual machine ke server lain yang lebih powerful. 4.2.1. Kendala Implementasi Kendala yang dihadapi penulis saat melakukan tahapan-tahapan penelitian yaitu Proxmox VE belum mendukung akses langsung media penyimpanan. Hal ini mengakibatkan kurang efektifnya pada saat akan melakukan maintenance. Di sisi lain hal ini juga menjadi keuntungan bagi server yaitu memberi proteksi terhadap server virtual agar tidak langsung dapat diakses dari luar host server secara fisik. 59