Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 10, No.1

advertisement
PENGARUH INFLASI, LIKUIDITAS, VARIABILITAS LABATERHADAP BETA
SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA PERIODE 2010 - 2013
Nur Ridwan, Nuramalia Hasanah
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta
ABSTRACT
This study aimed to determine the influence of inflation,liquidity, andearnings variabilityon
thestock beta. The dependent variable in this study isstock betaand the independent variables
in this research areinflation, liquidity, andearnings variability. inflation is measured by
consumer price index, liquidity is measured by divisioncurrent assetwith number of current
liability, andearnings variabilityis measured with deviation standard from price earning
ratio. This study took a sample of mining companies listed in Indonesia Stock Exchange
during the years 2010-2013. The data obtained by purposive sampling techniques and using
multiple regression analysis. Simultaneous hypothesis testing result show that inflation,
liquidity, andearnings variability simultaneously affectthestock beta. The partial hypothesis
test result show that earnings variability have a significant affect thestock betawhileinflation
and liquidity don't affect significant thestock price.
Keywords: inflation, liquidity, earnings variability, stock beta
yang umumnya memiliki umur lebih dari
I. PENDAHULUAN
Pasar modal adalah salah satu
alternatif
yang
dapat
dimanfaatkan
satu tahun, seperti saham dan obligasi.
Pada sisi lain, pasar modal dianggap
perusahaan untuk memenuhi kebutuhan
oleh
investor
sebagai
dananya. Perkembangan pasar modal di
memberikan kemudahan baginya untuk
Indonesia telah mendorong perusahaan
memilih berbagai alternatif
untuk menjual sebagian sahamnya kepada
yang sesuai dengan tujuan investasinya.
masyarakat. Pasar modal dapat diartikan
Investor
sebagai tempat pertemuan antara pihak
keputusan
yang memiliki kelebihan dana dengan
harus
pihak yang membutuhkan dana yaitu
pendapatan yang diharapkan (ecpected
dengan cara memperjualbelikan sekuritas
return) dan tingkat risiko (risk) yang
sebelum
investasi,
sarana
investasi
mengambil
paling
tidak
memperhatikan dua hal yaitu
terkandung
dari
alternatif
investasi
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 10, No.1,Tahun 2015
yang
88
tersebut. Dalam berinvestasi di pasar
pertumbuhan aktiva, makro ekonomi,
modal
likuiditas,
seorang
investor
memperhitungkan
pasti
tingkat
akan
asset
size,
variabilitas
keuntungan
keuntungan, dan beta akuntansi. Dalam
yang diharapkan dan akan menghadapi
hal ini, peneliti menggunakan variabel
risiko atas investasi yang dipilihnya.
likuiditas dan earning variability sebagai
Para investor akan lebih cenderung
variabel independen yang mempengaruhi
memperhatikan risiko sistematik daripada
beta saham.
risiko yang tidak sistematik, hal ini
Likuiditas (current ratio) sangat
dikarenakan risiko yang sistematik tidak
berguna
untuk
mengukur
bisa dihilangkan melalui diversifikasi
perusahaan
saham.
kewajiban kewajiban jangka pendeknya,
dalam
kemampuan
melunasi
seluruh
–
Dalam mengukur risiko sistematik
dimana dapat diketahui sampai seberapa
suatu portofolio, sering kali hal ini
jauh sebenarnya jumlah aktiva lancar pada
dipengaruhi oleh faktor faktor ekonomi,
perusahaan untuk dapat menjamin utang
salah satunya inflasi. Menurut Elbert dan
lancarnya. Likuidasi terjadi disebabkan
Griffin, dalam Werner E. Muhadi (2009),
karena
inflasi merupakan kondisi dimana jumlah
perusahaan
barang
menghasilkan
–
yang
dibanding
beredar
sedikit
berkala
tersebut
laba
perusahaan
tidak
lagi.
–
bisa
Hal
ini
jumlah
permintaan
dikarenakan perusahaan tidak sanggup
mengakibatkan
terjadinya
menanggung beban hutang dikarenakan
kenaikan harga yang meluas dalam sistem
kenaikan tingkat suku bunga yang telah
perekonomian secara keseluruhan. Selain
terjadi.
itu, penentu lain dari risiko sistematik
likuiditas dan earning variability sangat
suatu portofolio ialah faktor fundamental.
berhubungan erat atas kondisi kesehatan
Beberapa peneliti (Beaver, kettler, dan
perusahaan.
Scholes, 1970) dalam Husnan (2001)
Berdasarkan dari uraian diatas, bahwa
mencoba merumuskan beberapa variabel
uraian yang telah dijelaskan menunjukkan
akuntansi untuk memperkirakan
beta.
ketidak konsistenan dari hasil sejumlah
dipergunakan
penelitian sebelumnya, dan juga keadaan
antara lain; dividend pay out ratio,
ekonomi Indonesia yang mulai melemah
sehingga
dengan
lebih
secara
Variabel-variabel
yang
Oleh
karena
itu
variabel
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 10, No.1,Tahun 2015
89
akibat pengaruh makro ekonomi yakni
Menurut Bansal dan Clelland(2004:
tingkat inflasi dan nilai tukar rupiah yang
93) dalam Ratih Paramitasari (2011),
rendah
risiko tidak sistematis(unsystematic risk)
maka
peneliti
melakukan
penelitian
Pengaruh
Inflasi,
tertarik
dengan
untuk
judul
Likuiditas
Earnings Variability
“
dan
terhadap Beta
merupakan risiko yang lebih bersumber
pada
mengakibatkan
tingkat
Saham
pengaruh-pengaruh
yang
penyimpangan
pengembalian
yang
pada
mungkin
dapat dikontrol oleh perusahaan. Risiko
II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA
ini umumnya merupakan masalah khusus
PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS Beta
perusahaan
Saham (systematic risk)
peralatan, pemogokan kerja, bencana
seperti
adanya
kerusakan
Menurut Schneller (1975) dalam Ratih
alam, dan lain sebagainya. Risiko ini
Paramitasari (2011), Risiko dapat dibagi
adalah risiko unik karena berasal dari
menjadi dua, yaitu risiko sistematis
kenyataan bahwa banyak risiko yang
(systematic
tidak
dihadapi perusahaan mempunyai sifat
sistematis (unsystematic risk). risiko
khusus yang sesuai dengan perusahaan.
yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
Risiko ini dapat diminimalkan dengan
secara bersamaan mempengaruhi harga
melakukan diversifikasi. Investor akan
saham di pasar modal. Risiko ini ada
bereaksi dengan cepat atas informasi yang
karena adanya perubahan ekonomi secara
dipublikasikan oleh perusahaan.
makro atau politik seperti kebijakan fiskal
Menurut
pemerintah,
mendefinisikan
risk)
dan
pergerakan
risiko
tingkat
suku
Jogiyanto
bahwa
(2007:193)
beta
adalah
bunga, nilai tukar mata uang, dan inflasi.
pengukur risiko sistematis dari suatu
Semua ini dapat menyebabkan reaksi pasar
sekuritas
modal yang dapat dilihat dari indeks pasar.
terhadap risiko pasar.Menurut Suad
Risiko sistematis akan selalu ada dan
Husnan
tidak
dengan
menunjukkan kemiringan (slope) garis
diversifikasi. Risiko ini tidak dapat
regresi antara dua variabel, yaitu kelebihan
dikontrol karena dipengaruhi oleh risiko
tingkat keuntungan portofolio pasar
pasar.
(excess return of market), dan kelebihan
dapat
dihilangkan
atau
portofolio
(2006:167),
relatif
beta
saham
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 10, No.1,Tahun 2015
90
keuntungan suatu saham (excess return
index model) atau model pasar. Menurut
of a stock). Menurut Charles P.Jones
Husnan
(1991) dalam Agung Parmono (2008),
yangdapat digunalan untuk membentuk
beta adalah suatu ukuran relatif dari
portofolio
risiko sistematis dari saham individu
pendekatan Markowitz dan pendekatan
dalam hubungannya dengan pasar secara
Single Index Model. Single Index Model
keseluruhan, yang diukur dari fluktuasi
(Model Indeks Tunggal) dipilih karena
pendapatan (return).
metode ini merupakan penyederhanaan dari
(2006:202),
optimal
pendekatan
ada
dua
yaitu
model Markowitz. single index model juga
BETA SAHAM
dapat
digunakan
untuk
menghitung
ekspektasi dan risiko portofolio. Pedekatan
single index model
menjadi
alternatif
diharapkan dapat
dalam
penyusunan
portofolio optimal yang lebih mudah
bagi investor.Persamaan dari pendekatan
single index model adalah sebagai berikut
Beta saham sama dengan 1, berarti
:
memiliki risiko yang sama dengan risiko
ܴ ݅
rata – rata pasar. Beta saham lebih besar
=
ߚ ݅
.
ܴ ‫ܯ‬
+
݁ ݅
= tingkat keuntungan saham i
ܴ ݅
peka terhadap perubahan pasar atau
α
= Konstanta
risiko saham di atas risiko pasar.Beta
= tingkat keuntungan pasar
ܴ‫ܯ‬
saham lebih kecil dari 1 berarti saham
= risiko sistematis (beta) saham i
ߚ݅
kurang peka terhadap perubahan pasar
rata – rata pasar.
+
Dalam hal ini :
dari 1 dapat dikatakan bahwa sangat
dan saham ini memiliki risiko di bawah
ߙ ݅
Inflasi
Menurut Elbert dan Griffin, dalam
Menurut Jogiyanto (2007:197),
Werner
E.
Muhadi
(2009),
inflasi
Persamaan regresi yang digunakan untuk
merupakan kondisi dimana jumlah barang
mengestimasi
yang beredar lebih sedikit dibanding
beta
dapat
didasarkan
dengan model indeks tunggal (single
dengan
jumlah
permintaan
sehingga
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 10, No.1,Tahun 2015
91
mengakibatkan terjadinya kenaikan harga
sangat
yang meluas dalam sistem perekonomian
kemampuan perusahaan dalam melunasi
secara
seluruh kewajiban
keseluruhan.
Menurut
Werner
berguna
untuk
mengukur
kewajiban jangka
–
(2009), kenaikan inflasi yang signifikan
pendeknya,
akan mempengaruhi daya beli konsumen
sampai seberapa jauh sebenarnya jumlah
berupa penurunan kemampuan daya beli.
aktiva lancar pada perusahaan untuk dapat
Inflasi disebabkan oleh banyak faktor
dimana
menjamin
utang
dapat
diketahui
lancarnya.Semakin
yang berbeda, baik dari segi sektor
tinggi
ekspor-impor, sektor penerimaan dan
kemampuan
pengeluaran negara dan dari sektor
memenuhi (membayar) kewajiban jangka
swasta.Menurut Werner (2009) tingkat
pendeknya
inflasi bisaanya diukur dengan tingkat
Puspita,
perubahan indeks harga konsumen atau
Likuiditas dengan Ratio dapat dirumuskan
consumer
sebagai berikut:
price index,
persamaannya
current
ratio
kas
menunjukkan
perusahaan
(Brigham,
2009).
untuk
1983
dalam
Menurut
Riyanto
adalah sebagai berikut :
Likuiditas
Menurut Riyanto (2009:266), liquidity
Earning Variability
dapat diartikan kemampuan perusahaan
Menurut
untuk membayar hutang yang segera
variabel ini merupakan deviasi standar
harus
aktiva
dari price earning ratio.Deviasi standar
lancar.Secara umum ada 3 jenis Rasio
dari price earning ratio, semakin tinggi
likuiditas berdasarkan sebagai alat untuk
price
menganalisa data keuangan, yaitu, Cash
keuntungan per lembar sahamnya semakin
Ratio, Current Ratio dan Quick Ratio.
tetap berarti harga sahamnya semakin
Dalam
peneliti
kecil.Dengan demikian, semakin tinggi
menggunakan pendekatan current ratio,
variabilitas keuntungannya, risiko yang
current ratio ini merupakan perbandingan
ditanggung para pemegang saham juga
antara
semakin
dipenuhi
penelitian
aktiva
lancar
dengan
ini,
dengan
utang
lancarsuatu perusahaan. Rasio lancar
Suad
earnings
Husnan
ratio
besar.Semakin
(2006:103),
tinggi,
tinggi
price
earnings ratio sementara harga sahamnya
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 10, No.1,Tahun 2015
maka
92
tetap berarti keuntungan per lembar
risiko sistematis saham (beta) melalui
saham semakin besar, sebaliknya bila
variabel
akuntansi.Variabel
akuntansi
keuntungan per lembar saham tetap berarti
tersebut
berkaitan
aktivitas
harganya
keuangan
semakin
rendah.Penelitian
dengan
operasi perusahaan, maka
Abdurahim (2003) menunjukkan bahwa
pada
semakin tinggi PER suatu perusahaan
perusahaan terdapat angka indikator yang
maka semakin kecil keuntungan per
bisa
lembar sahamnya apabila harga saham
menentukan risiko tidak sistematis yang
tetap. Sehingga semakin tinggi earnings
timbul.Risiko yang tidak sistematis ini
variability, risiko yang akan ditanggung
merupakan faktor mikro ekonomi yang
akan
spesifik dan hanya mempengaruhi kinerja
semakin
Husnan
besar.
Menurut
(1994),earnngs
Suad
variability
laporan
keuangan
dijadikan
tolak
tahunan
ukur
untuk
perusahaan atau industri tertentu saja.
merupakan deviasi standar dari PER (Price
Inflasi diduga berpengaruh karenajika
Earnings Ratio) atau rasio P/E (harga
negara memiliki tingkat inflasi yang tinggi
saham dibagi dengan laba perusahaan)
maka
yang dihitung dengan formula sebagai
pertumbuhan
berikut :
negara
mencerminkan
dari
kurang
baik
bahwa
perekonomian
karena
tidak
tersalurkannya permintaan masyarakat.
Salah satu sebab Inflasi timbul karena
1
permintaan masyarakat akan berbagai
Keterangan : earning variability adalah
standar deviasi
ܲ‫ܴ݅ܧ‬adalah price earning ratio
ܲ‫ ܴܧ‬adalah rata – rata price earning
ratio n adalah ukuran sampel
macam barang terlalu kuat. Hal ini karena
bertambahnya
pengeluaran
yang dibiayai dengan pencetakan uang,
atau kenaikan permintaan luar negeri akan
barang
–
barang
bertambahnya
swasta
Pengembangan Hipotesis
Pada umumnya risiko tidak sistematis
saham ini diduga berpengaruh terhadap
pemerintah
karena
ekspor,
pengeluaran
kredit
yang
atau
investasi
murah.
Apabila hal ini tidak ditanggapi dengan
serius oleh para pelaku ekonomi yaitu
pemerintah, maka tingkat inflasi akan
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 10, No.1,Tahun 2015
93
semakin naik yang akibatnya menurunnya
(1970) dalam Jogiyanto (2007: 216),
permintaan masyarakat, sehingga investasi
menyatakan semakin tinggi nilai PER
yang dilakukan di Indonesia pada Pasar
suatu perusahaan maka semakin kecil
Saham akan menurun.
laba per lembar sahamnya, apabila harga
Likuiditas
diduga
berpengaruh
sahamnya tetap
karena perusahaan terdapat ukuran kinerja
manajemen dalam mengelola keuangan
perusahaan, aktiva lancar merupakan
jumlah aktiva likuid yang tersedia untuk
bisnis,
sedangkan
kewajiban
lancar
memberikan indikasi kebutuhan kasdi
masa
depan.
Maka
semakin
likuid
perusahaan, maka akan semakin kecil
Gambar Kerangka Berpikir
risiko daripada penanaman investasi yang
telah dilakukan investor dalam suatu
Berdasarkan kerangka pemikiran
perusahaan, sebaliknya jika tidak likuid
dan asumsi di atas, maka dapat dibuat
maka akan semakin besar risiko yang
hipotesis sebagai berikut :
timbul akibat jumlah ketersediaan kas
H1= Inflasiberpengaruh terhadap beta
dalam memenuhi kapasitas untuk bisnis
saham.
pada
H2= Liquiditas berpengaruh terhadap beta
kapasitas
menunjukkan
kas
kondisi
perusahaan
yang
ini
kurang
saham.
prospektif.
H3= Earnings variability berpengaruh
Earnings variability diduga berpengaruh
terhadap beta saham.
karena varian yang timbul pada earnings
akibat price earning ratio yang begitu
tinggi menyebabkan variabilitas dari laba
III.
ini dianggap sebagai risiko perusahaan,
PENELITIAN
keuntungan saham menjadi tetap maka
OBJEK
DAN
METODOLOGI
Jenis data yang akan dikumpulkan
berpengaruh pula terhadap harga saham
berupa
data
sekunder
dan
bersifat
semakin rendah. Menurut Beaver et al.
kuantitatif. Data sekunder adalah data
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 10, No.1,Tahun 2015
94
yang tidak diperoleh atau dikumpulkan
kondisi
secara langsung, dan digunakan dalam
beredar lebih sedikit dibanding dengan
penelitian ini agar data dapat dihitung
jumlah
untuk
penaksiran
mengakibatkan terjadinya kenaikan harga
digunakan
yang meluas dalam sistem perekonomian
menghasilkan
kuantitatif.Data
untuk
kuantitatif
menetapkan
tingkat
variabel
dimana jumlah barang yang
permintaan
secara
sehingga
keseluruhan. Menurut Werner
akuntansi terhadap beta saham (resiko
(2009) tingkat inflasi biasanya diukur
sistematis).Metode ini digunakan karena
dengan tingkat perubahan indeks harga
peneliti berusaha mengetahui seberapa
konsumen atau consumer price index.
besar pengaruh inflasi, operating inflasi,
liquiditas
dan
earnings
variability
c.
terhadap beta saham.
Menurut
Beta Saham
Beta
sistematis
adalah
dari
Riyanto
(1984:266)
dalam Agung Parmono (2001), liquidity
Definisi Operasionalisasi Variabel
a.
Likuiditas
dapat diartikan kemampuan perusahaan
pengukur
suatu
sekuritas
risiko
untuk membayar hutang yang segera
atau
harus dipenuhi dengan aktiva lancar.
portofolio relatif terhadap risiko pasar.
Menurut
Riyanto
Likuiditas
Resiko saham dalam penelitian ini akan
Current Ratio dapat dirumuskan sebagai
diukur dengan beta. Resiko sistematis
berikut:
Aktiva Lancar
saham (beta) ini dihitung menggunakan
‫ = ݋݅ݐ ܽ ܴ ݐ ݊݁ݎݎ ݑ ܥ‬Utang Lancar
single index model, dengan rumus sebagai
berikut :
ܴ ݅ = ߙ ݅ + ߚ ݅. ܴ ‫ ܯ‬+ ݁݅
dengan
d.
Earnings Variability
Menurut
Suad
Husnan
:ܴ‫ ܯ‬adalah tingkat keuntungan
pasar
(1994),earnngs variability merupakan
ߚ݅adalah resiko sistematis (beta) saham i
deviasi standar dari PER (Price Earnings
α adalah konstanta
Ratio) atau rasio P/E (harga saham
ܴ݅adalah tingkat keuntungan saham i
dibagi dengan laba perusahaan) yang
b.
Inflasi
dihitung dengan formula sebagai berikut :
Menurut Elbert dan Griffin, dalam Werner
Keterangan
E. Muhadi (2009), inflasi merupakan
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 10, No.1,Tahun 2015
95
seperti jumlah variabel-variabel penelitian,
Keterangan : earning variability adalah
nilai maksimum, minimum, rata-rata dan
standar deviasi
standar
ܲ‫ܴ݅ܧ‬adalah price earning ratio
variabel yang akan diteliti (Ghozali, 2011:
ܲ‫ ܴܧ‬adalah rata rata price earning
–
ratio
masing-masing
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik harus dilakukan
dalam penelitian ini, untuk menguji
Metode Pengumpulan Data
metode
dari
19).
n adalah ukuran sampel
Penelitian
deviasi
ini
menggunakan
kuantitatif.
Menurut
E.G
apakah data memenuhi asumsi klasik. Hal
ini
dilakukan
untuk
menghindari
Carmines dan R.A Zeller (dalam Etta &
terjadinya estimasi yang bias, mengingat
Sophia,
tidak pada semua data dapat diterapkan
2010
:
26).
Penelitian
yang
dalam metode regresi. Pengujian yang
datanya dinyatakan dalam angka dan
dilakukan dalam penelitian ini adalah uji
dianalisis
Normalitas,
kuantitatif
adalah
penelitian
dengan
Sedangkan
metode
teknik
statistik.
yang
digunakan
untuk menentukan sampel adalah dengan
metode purposive sampling yaitu metode
uji Multikolonieritas, uji
Aurokorelasi dan uji Heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji
normalitas
bertujuan
untuk
pemilihan sampel dengan kriteria tertentu.
menguji apakah dalam model regresi,
Teknik Analisis Data
variabel
1.
memiliki distribusi normal. Dalam uji
Statistik Deskriptif
pengganggu
normalitas
teknik statistik yang digunakan untuk
mendeteksi apakah residual berdistribusi
memberikan
informasi
normal atau tidak, yaitu dengan analisis
mengenai karakteristik-karakteristik dari
grafik dan uji statistik (Ghozali, 2011:
suatu kelompok data. Tujuan daripada uji
160). Alat uji yang digunakan pada
statistik
untuk
penelitian ini adalah dengan analisis grafik
memberikan
histogram dan grafik normal probability
sederhana
plot dan uji statistik dengan Kolmogorov-
penelitian,
Smirnov Z (1- Sample K-S).
deskripsi
menggabungkan
penjelasanmengenai
ini
adalah
dan
penjelasan
variabel-variabel
ada
dua
residual
Uji statistik deskripsi merupakan suatu
gambaran
ini
atau
cara
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 10, No.1,Tahun 2015
96
untuk
Dasar pengambilan keputusan uji
= 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum
statistik dengan Kolmogorov-Smirnov Z
dipakai
(1-Sample K-S) adalah (Ghozali, 2011):
multikolinearitas adalah nilai tolerance
1.
≤0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥10.
Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed)
kurang dari 0,05, maka H0 ditolak.
Hal
2.
ini
berarti
data
untuk
menunjukkan
adanya
c. Uji Autokorelasi
residual
Autokorelasi
adalah
hubungan
terdistribusi tidak normal.
antara residual satu observasi dengan
Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih
residual observasi lainnya. Autokorelasi
dari 0,05, maka H0 diterima. Hal ini
lebih mudah timbul pada data yang
berarti
bersifat
data
residual
terdistribusi
normal.
runtut
berdasarkan
waktu,
sifatnya,
karena
data
masa
sekarang dipengaruhi data pada masa-
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan
masa sebelumnya. Meskipun demikian
untuk menguji apakah dalam model
tetap
regresi ditemukan adanya korelasi antar
dijumpai pada data antar objek. Uji
variabel bebas (Ghozali, 2011). Model
Durbin-Watson merupakan salah satu uji
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
yang banyak dipakai untuk mengetahui
korelasi
variabel
ada tidaknya autokorelasi, hal ini untuk
independen. Untuk mendeteksi ada
menghitung nilai d. Nilai d berada
atau tidaknya multikolinearitas, dapat
dikisaran angka 0 sampai 4. Apabila nilai
dilihat dari nilai tolerance dan lawannya
d berada di antara 1,758 dan 2,242 maka
variance inflation factor (VIF). Kedua
tidak ada autokorelasi. Dan bila nilai d di
ukuran ini menunjukkan setiap variabel
luar itu dipastikan ada autokorelasi.
independen manakah yang dijelaskan
(Ghozali, 2011).
oleh
diantara
variabel
independen
lainnya.
Tolerance mengukur variabilitas variabel
dimungkinkan
autokorelasi
d. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2011 : 139), uji
independen yang terpilih yang tidak
heteroskedastisitas
dijelaskan
independen
apakah dalam model regresi terjadi
lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah
ketidaksamaan varian dari residual satu
sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF
pengamatan ke pengamatan yang lain.
oleh
variabel
bertujuan
menguji
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 10, No.1,Tahun 2015
97
Jika
varian
satu
digunakan alat bantu berupa software
pengamatan ke pengamatan lain tetap,
statistik yakni SPSS 16.0. Analisis
maka disebut homoskedastisitas dan jika
regresi linier berganda digunakan untuk
berbeda
heteroskedastisitas.
menguji pengaruh dengan menggunakan
Model regresi yang baik adalah yang
variabel dependen (terikat) dan variabel
homoskedastisitas. Cara menguji ada
independen (bebas). Variabel independen
tidaknya
dari
dengan
dari
disebut
residual
heteroskedastisitas,
yaitu
menggunakan analisis grafik
scatterplot.
Dan
analisis
statistik
penelitian
white.
Adapun
yang
peringkat
Sedangkan variabel dependennya adalah
penetapan
statistik
adalah
obligasi, ukuran perusahaan dan DER.
menggunakan uji glejser, uji park dan uji
Pengujian
ini
dilakukan dalam penelitian ini adalah
dalam
dengan menggunakan uji glejser. Uji
berikut :
yield
obligasi
persamaan
penelitian
regresi
korporasi.
berganda
ini adalah sebagai
glejser dilakukan dengan cara mencari
nilai residual dari variabel bebas dan
Keterangan :
terikat dengan menggunakan program
Y = Yield Obligasi Korporasi
SPSS.
β0 = Konstanta
Kemudian
diabsolutkan.
Setelah
nilai
residual
mendapat
nilai
β1 – β3 = Koefisien regresi variabel
absolute residual, langkah selanjutnya
independen
adalah memasukan hasil absolute residual
X1 = Peringkat Obligasi
ke dalam persamaan regresi dengan
X2 = Ukuran Perusahaan
variabel independen yang ada. Apabila
X3 = DER
nilai signifikansi lebih dari 0,05, maka
e = error
tidak terjadi heteroskedastisitas, Gujarati
1. Pengujian Hipotesis
(dalam Ghozali, 2011 : 142).
a. Uji Parsial (T-test)
Uji parsial (T-test) digunakan untuk
3. Analisis Regresi Linear Berganda
menguji
Pengujian
yang
variabel indepeden yang digunakan
diajukan dilakukan dengan metode regresi
dalam penelitian ini terhadap variabel
berganda. Dalam penelitian ini akan
dependen secara parsial. Pengujian
terhadap
hipotesis
pengaruh
masing-masing
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 10, No.1,Tahun 2015
98
dilakukan
dengan
menggunakan
H0 ditolak atau H1 diterima yang
significance level 0,05 (α=5%), dimana
berarti koefisien regresi signifikan,
H0 = koefisien tidak signifikan, H1 =
artinya terdapat pengaruh yang
koefisien signifikan. Penerimaan atau
signifikan antara semua variabel
penolakan hipotesis dilakukan dengan
independen
kriteria
dependen.
sebagai
berikut
(Ghozali,
2009):
variabel
2) Apabila nilai signifikansi f > 0.05,
1) Bila nilai signifikansi t < 0.05,
maka
H0
diterima,
ditolak
atau
artinya
maka H0 diterima atau H1 ditolak
H1
yang berarti koefisien regersi tidak
terdapat
signifikan. Hal ini artinya variabel
pengaruh yang signifikan antara
independen
satu variabel independen terhadap
terhadap variabel dependen.
2) Apabila nilai signifikansi t > 0.05,
maka
H0
tidak
berpengaruh
c. Uji Koefisien Determinasi (R 2)
variabel dependen.
diterima
atau
Koefisien
determinasi
digunakan
H1
untuk menguji besarnya persentase
ditolak, artinya tidak terdapat
variasi variabel dependen yang dapat
pengaruh yang signifikan antara
dijelaskan
satu variabel independen terhadap
independen. Nilai R Square (koefisien
variabel dependen.
deteminasi) adalah antara nol dan satu,
b. Uji Pengaruh Simultan (F-test)
Uji
terhadap
pengaruh
digunakan
simultan
untuk
(F-test)
mengetahui
oleh
variasi
variabel
nilai yang besar berarti kemampuan
variabel-variabel independen
menjelaskan
variasi
dalam
variabel
kecocokan model regresi. Pengujian
dependen semakin kuat. Nilai R yang
dilakukan
kecil
dengan
menggunakan
berarti kemampuan variabel-
signifikansi level 0,05 (α=5%), dimana
variabel independen dalam menjelaskan
H0 = model regresi tidak cocok, H1 =
variasi
model regresi cocok. Penerimaan atau
memberikan hampir semua informasi
penolakan hipotesis dilakukan dengan
yang dibutuhkan untuk memprediksi
kriteria sebagai berikut (Ghozali, 2009):
variasi variabel independen (Ghozali,
1) Bila nilai signifikansi f < 0.05, maka
2009).
variabel-variabel
dependen
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 10, No.1,Tahun 2015
99
untuk lebih memprioritaskan penilaian
IV. PEMBAHASAN
dan keputusan investasinya pada rasio-
1. Pengaruh Inflasi terhadap Beta
rasio keuangan yang lebih akurat.
Saham
Berdasarkan
secara
hasil
parsial
0,834<ttabel1,9819
pengujian
hipotesis 2.
thitunginflasi
sebesar
dengan
tingkat
Pengaruh Likuiditas terhadap Beta
Saham
Berdasarkan
hasil
pengujian
signifikansi 0,406> 0,05. Hasil penelitian
hipotesis secara parsial thitunglikuiditas
ini menunjukan bahwa inflasi tidak
sebesar
berpengaruh terhadap beta saham.Inflasi
tingkat signifikansi 0.263> 0,05. Hasil
yang nilainya didapat dari Badan Pusat
penelitian
Statistik (BPS) tidak berpengaruh secara
likuiditas tidak berpengaruh terhadap
signifikan terhadap beta saham karena
beta saham. Current ratio yang masih
besarnya inflasi tidak dapat menjelaskan
mencerminkan keadaan aset dan hutang
secara langsung pengaruhnya terhadap
perusahaan
beta saham. Tingkat inflasi menunjukkan
memprediksikan nilai keuntungan yang
adanya kenaikan tingkat harga umum,
lebih (capital gain) bagi investor, dalam
dimana nilai uang sebagai refleksi tingkat
hal
harga umum tidak stabil. Dengan adanya
memutuskan saham yang memiliki return
inflasi, kemampuan daya beli masyarakat
tinggi dikarenakan nilai current ratio yang
rendah, pemerintah menaikkan tingkat
memiliki rata
suku bunga agar masyarakat menabung,
berarti bahwa banyak dari perusahaan
dengan
kondisi
manufaktur yang memiliki tingkat aset
ekonomi. Selain itu, keadaan politik di
lancar dan hutang lancar yang tidak
Indonesia yang masih belum stabil
berbeda jauh, sehingga investor lebih
yang dapat memberikan dampak bagi
mengedepankan
perubahan atas kebijakan kebijakan baru,
perhitungan rasio keuangan yang lain.
sehingga berdampak juga pada perubahan
Hasil penelitian ini tidak sependapat
ekonomi di Indonesia saat ini.Keadaan
dengan hasil penelitian yang dilakukan
tersebut yang membuat para investor
oleh
tujuan
menstabilkan
–
1,124<
ini,
Iffa
ini
ttabel1,9819
dengan
menunjukan
masih
investor
–
bahwa
belum
dapat
kesulitan
rata yang kecil, yang
penilaiannya
Nurdina
(2014),
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 10, No.1,Tahun 2015
untuk
100
pada
yang
melakukan penelitian pada periode 2006
2012
menunjukkan
bahwa
–
likuiditas
bahwa peningkatan beta saham dapat
dipengaruhi dengan adanya peningkatan
berpengaruh signifikan terhadap beta
atau
saham. Iffa Nurdina (2014) menyatakan
Menurut Jogiyanto (2007), dalam Sri
bahwa
cenderung
Kustini (2011), earning variability ini
internal
menggambarkan variabilitas return suatu
perusahaan dengan melihat rasio rasio
perusahaan. Besarnya earning variability
keuangan perusahaan, dalam hal ini
diukur berdasar atas penyimpangan price
likuiditas diperhatikan oleh investor,
earning rationya. Perusahaan-perusahaan
di mana apabila likuiditas perusahaan
yang mempunyai PER sama tidak selalu
baik, maka dapat mencerminkan bahwa
mempunyai
perusahaan memiliki kemampuan dalam
demikian
melunasi setiap hutangnya dengan cepat
Semakin besar standar deviasi dari
dan juga perusahaan mempunyai akses
PER menunjukkan semakin fluktuatif
yang cepat dalam memperoleh dana
earning perusahaan tersebut. Dalam
dengan skala yang besar.
penelitian ini peneliti menemukan bahwa
investor
memperhatikan
lebih
variabel
–
penurunan
earning
harga
juga
variability.
saham
dengan
sama
EPSnya.
tingkat variabilitas laba suatu perusahaan
3.
Pengaruh
Earnings
Variability
sangatlah berfluktuatif tercermin dari
terhadap Beta Saham
nilai
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
variability yaitu sebesar 65.737 yang
secara parsial thitungearning variability
berarti penyebaran atas data sangat
sebesar 3,9< ttabel1,9819 dengan tingkat
beragam.keragaman data tersebut yang
signifikansi 0.000> 0,05. Hasil penelitian
membuat
ini
mengedepankan
menunjukan
bahwa
earning
standar
deviasi
para
dari
earning
investor
lebih
penilaian
ini
variability berpengaruh terhadap beta
dikarenakan
saham.Hasil
regresi
variability dapat mewakili laba suatu
menunjukkan bahwa earning variability
perusahaan dan ekspektasinya di masa
sebagai
yang akan datang. Dalam hal ini, apabila
perhitungan
indikator
berpegaruh
rasio
signifikan
nilai
terhadap
pasar,
beta
saham. Hasil perhitungan di atas berarti
nilai
nilai
earnings
mencerminkan
dari
earnings
variability
risiko
atas
tinggi
saham
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 10, No.1,Tahun 2015
101
perusahaan tersebut juga tinggi. Sehingga
Inflasi yang ditunjukkan pada periode
semakin tinggi earnings variability
penelitian tahun 2010 sampai dengan
suatu perusahaan, maka risiko yang
2013
akan ditanggung akan semakin besar.
perubahannya
mencerminkan
tergolong
relative
masih
kecil
dibandingkan
V. KESIMPULAN DAN SARAN
bahwa
apabila
dengan
perubahan
Berdasarkan hasil analisis data dan
inflasi dari tahun 2008 sampai
pembahasan yang telah dilakukan di bab
dengan 2010. Adapun penelitian
sebelumnya
yang dilakukan oleh Ardi Hamzah
maka
dapat
ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
pada sampel saham LQ45 yang
1. Dalam penelitian ini, inflasi terbukti
tidak
berpengaruh
beta
memperhitungkan variable ekonomi
saham. Investor yang ingin membeli
dan lebih memperhitungkan kondisi
atau
lebih
keuangan
rasio
saham-saham
menjual
terhadap
mencerminkan bahwa investor tidak
sahamnya
mempertimbang kan rasio
–
perusahaan
dikarenakan
LQ
45
yang
keuangan yang lebih akurat sebagai
mempunyai kondisi keuangan yang
alat pengambil keputusan untuk
baikdan liquid.
berinvestasi.
Hal
tidak
Dalam penelitian ini, likuiditas terbukti
mendukung teori Husnan yaitu bahwa
tidak berpengaruh terhadap beta saham.
beta saham dipengaruhi oleh faktor
likuiditas ini menggambarkan jumlah
fundamental yang terdiri dari kondisi
asset lancer dan hutang lancer suatu
ekonomi,
perusahaan,
kondisi
ini
industry
dan
semakin
kondisi spesifik perusahaan . Dalam
perusahaan
penelitian
sistematiknya. Namun dalam penelitian
ini
inflasi
termasuk
indicator dari kondisi ekonomi suatu
ini
negara,
terhadap
namun
hal
ini
tidak
semakin
likuid
likuiditas
kecil
tidak
beta
resiko
berpengaruh
saham
hal
berpengaruh terhadap beta saham
dikarenakan
karena variable inflasi tidak dapat
perusahaan yang diteliti memiliki
menjelaskan
likuiditas
secara
langsung
pengaruhnya terhadap beta saham.
kebanyakan
ini
yang
minim
yang
dicerminkan dari rata ratanya sebesar
–
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 10, No.1,Tahun 2015
dari
102
8.14939 dan saham yang minimal
cenderung meningkat atau menurun,
mempunyai nilai likuiditas adalah
sehingga
PT. Jakarta Kyoei Steel Work LTD
cenderung memperhitungkan earning
Tbk nilainya sebesar 0.00090 dan
variability sebagai indikator yang
nilai maksimalnya sebesar 267.9737
berpengaruh terhadap beta saham.
pada PT. Suparma Tbk. Dari data
4. Berdasarkan uji stimultan (uji F),
tersebut
mencerminkan
ketimpangan
data
yang
para
investor
lebih
bahwa
variable-variabel
independen
sangat
(inflasi, likuiditas, dan earnings
ekstrim membuat penelitian dengan
variability)
variable
tidak
atau simultan berpengaruh signifikan
berpengaruh terhadap beta saham,
terhadap harga saham. Jika dilihat
selain
lebih
dari adjusted R squarenya, ketiga
variable
rasio
variable
lebih
akurat
menjelaskan sebanyak sebesar 0.11
dibandingkan current ratio seperti
atau 11%. Dengan melihat nilai
variabel earning variability.
tersebut maka dapat disimpulkan
likuiditas
itu
perusahaan
memperhitungkan
keuangan
3. Dalam
menjadi
yang
penelitian
variability
ini,
terbukti
earning
bahwa
secara
tersebut
inflasi,
bersama-sama
hanya
dapat
likuiditas,
dan
berpengaruh
earnings variability menjelaskan
terhadap beta saham. Hal itu didukung
atau mempengaruhi harga saham
dengan perubahan yang terjadi dari
sebesar11%
nilai dari EPS (earning per share)
dipengaruhi oleh variabel lain diluar
perusahaan
membuat
penelitian. Hal ini berarti masih ada
investor memperhitungkan nilai dari
factor lainnya yang mempengaruhi
EPS suatu perusahaan karena dapat
beta saham.
sehingga
sedangkan
sisanya
mempengaruhi return dari setiap
transaksi saham yang dilakukan.
Disamping itu earning variability
juga
dapat
memprediksi
perusahaan
apakah
mempunyai
harga
Implikasi
Sebelum
investor
membeli
suatu
sebagian kepemilikan saham perusahaan
perusahaan
investor diharapkan dapat memperkirakan
saham
yang
beta saham pada masa yang akan dating
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 10, No.1,Tahun 2015
103
dengan
mengestimasi
nilai
faktor
Lalu factor eksternal diantaranya tingkat
fundamental yang mempengaruhi beta
kegiatan perekonomian pada umumnya dan
saham di masa yang akan dating dari
keadaan
bursa
saham.Dengan
inflasi, likuiditas dan earning variability
mengkombinasikan
faktor-faktor
sehingga menghasilkan keuntungan yang
tersebut, investor dapat memperkecil
maksimal. Dari nilai inflasi, investor dapat
resiko
melihat seberapa besar perubahan dari
menghasilkan
perekonomian suatu Negara sehingga
maksimal mungkin sebelum memutuskan
perusahaan mampu memprediksi berapa
untuk membeli atau menjual sahamnya.
seminimal
mungkin
keuntungan
dan
secara
besar risiko berinvestasi pada Negara
tersebut.
Kemudian, dengan melihat
Saran
earning variability perusahaan investor
Berdasarkan hasil penelitian
bias melihat sejauh mana saham tersebut
maka saran yang dapat diberikan untuk
menghasilkan earning per share yang
penelitian berikutnya adalah:
diperoleh dari selisih harga saham dan laba
1. Diharapkan penelitian selanjutnya tidak
bersih
perusahaan
dan
dari
rasio
memilih
perusahaan-perusahaan
likuidity, investor dapat melihat seberapa
manufaktur dan sebaiknya penelitian
besar kemampuan perusahaan dalam
dilakukan pada saham
melunasi
pendeknya.
hutang
–
Investor
mempertimbangkan
–
saham yang
hutang
jangka
tergolong pada saham LQ 45 karena
juga
dapat
tergolong mempunyai likuiditas yang
faktor-faktor
lain
yang mempengaruhi beta saham karena
tinggi.
2. Diharapkan penelitian selanjutnya tidak
pergerakan beta saham bersifat fluktuatif
hanya
dan tidak mudah dipastikan. Faktor-
manufaktur
factor lain bias berupa faktor internal dan
perusahaan yang terdapat di Bursa
eksternal perusahaan. Faktor internal seperti
Efek Indonesia (BEI) dan menambah
tingkat bunga, jumlah kas dividen yang
variabel lain di luar inflasi, likuiditas,
diberikan, jumlah laba yang didapat
dan earning variability yang turut
perusahaan,
berpengaruh terhadap beta saham.
tingkat
risiko
dan
pengembalian, dan strategi pemasaran.
terbatas
saja
pada
perusahaan
tetapi
seluruh
3. Pada penelitian selanjutnya diharapkan
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 10, No.1,Tahun 2015
104
dapat
menggunakan
pendekatan
seperti pendekatan Markowitz.
perhitungan beta saham yang berbeda
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 10, No.1,Tahun 2015
105
DAFTAR PUSTAKA
Andy Porman. 2013. Analisis Saham
Harmono.Pengaruh Likuiditas, Earnings
Pasar Perdana. Jakarta : PT Elex
Variability, Leverage dan Ukuran
Media Komputindo.
Perusahaan
Chandra, Yulian Ade. Analisis Variabel
yang Mempengaruhi Beta Saham,
2012.
Ekaputra,
Irwan
Adi
dan
Pengaruh
Efisiensi
dan
Vanda
Return, Jurnal Penelitian Volume
XVII, 2005.
Investasi.
Yogyakarta:
BPFE, 2007. Hery.Teori Akuntansi
Ekspektasi
Suatu Pengantar. Jakarta: LPFEUI,
Beta, Usahawan No. 09, 2007.
Nur
Analisis
Leverage,
Pertumbuhan Laba pada Market
dan
Abnormal
Hartono, Jogiyanto. Teori Portofolio dan
Ningrum.
Elly
terhadap
Indriantoro.
2013.
Husnan,
Analsisi
Suad
dan
Pudjiastuti,
Enny.Dasar-dasar
Managemen
Hubungan antara Variabel Variabel
Keuangan Edisi VI. Jakarta: UPP
Akuntansi
STIM YKPN, 2012
–
dengan
Beta
Saham,
Kajian Bisnis, 1999.
Indriastuti, Dorothea Ririn. Analisis
Fidiana. Pengaruh Tingkat Suku Bunga,
Inflasi,
dan
terhadap
Rasio
Beta
Keuangan
Saham,
Jurnal
Investasi, Vol. 6 No. 1 Juni 2010.
Ghazali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan program SPSS.
Semarang:
Badan
Penerbit
Universitas Diponegoro.
Hamzah, Ardi.Analisa Ekonomi Makro,
Industri
dan
Pengaruh
Faktor
Fundamental
terhadap Beta Saham, Perspektif
Vol.6, 2001.
Jogiyanto.1998.
Teori
Portofolio
Analisis
dan
Investasi.
Yogyakarta:BPFE-Yogyakarta.
Kurniawan,
Setia
Hermawati.
budi
Analisis
dan
Diah
Pengaruh
Faktor Makro dan Mikro Ekonomi
Karakteristik
terhadap Risiko Investasi Saham,
Perusahaan terhadap Beta Saham
Jurnal Penelitian Volume XVII,
Syariah. SNA VIII Solo, 15-16
2005.
September 2005.
Paramitasari,
Sistematis
Ratih.
dan
Pengaruh
Risiko
Risiko
Tidak
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 10, No.1,Tahun 2015
106
Sistematis terhadap Expected Return
Portofolio
Saham
Tandeilin, E. 2001. Beta pada Pasar
Perusahaan
Bullish dan Bearish :Studi Empiris
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
di BEJ. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Efek Indonesia. 2011.
Indonesia.Vol 16 No. 3:261-272.
Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana. 2012.
FE Universitas Negeri Jakarta: Jakarta.
Prakosa.AnalisisFaktor
-
www.idx.com. Diakses pada tanggal 24
November 2014 pukul 19.15 WIB
Faktor
www.sahamok.com. Diakses pada tanggal
yang berpengaruh terhadap Beta
27 November 2014 pukul 10.47 WIB.
Saham. 2012.
Yustiantomo.
Pramono, Agung. AnalisisFaktor
yang
Mempengaruhi
–
Analisis
Faktor
Faktor
Faktor yang Mempengaruhi beta
Risiko
saham. 2009
Sistematis (Beta) Saham Perusahaan
Industri Manufaktur Periode 1994
–
2000 di Bursa Efek Jakarta, Google,
2001.
Sari, Lusia Astra danYanthi Hutagaol.
Debt to Equity, Degree of Operating
Leverage, Stock Beta and Stock
Returns, Binus Business School,
2002.
Selvy, H danMeythi. 2012. Pengaruh
informasi laba dan arus kas terhadap
harga
saham.
Akurat
Jurnal Ilmiah Akuntansi VII Tahun
ke- 3 Bulan Januari-April 2012. ISSN
: 2086-4159
Sofyan Syafri. 2008. Teori Akuntansi.
Jakarta : PT Rajawali Pers Standar
Akuntansi Keuangan Nomor 2 Par
9.IAI. 2007
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 10, No.1,Tahun 2015
-
107
Download