PENGARUH INFLASI, LIKUIDITAS, VARIABILITAS LABATERHADAP BETA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010 - 2013 Nur Ridwan, Nuramalia Hasanah Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta ABSTRACT This study aimed to determine the influence of inflation,liquidity, andearnings variabilityon thestock beta. The dependent variable in this study isstock betaand the independent variables in this research areinflation, liquidity, andearnings variability. inflation is measured by consumer price index, liquidity is measured by divisioncurrent assetwith number of current liability, andearnings variabilityis measured with deviation standard from price earning ratio. This study took a sample of mining companies listed in Indonesia Stock Exchange during the years 2010-2013. The data obtained by purposive sampling techniques and using multiple regression analysis. Simultaneous hypothesis testing result show that inflation, liquidity, andearnings variability simultaneously affectthestock beta. The partial hypothesis test result show that earnings variability have a significant affect thestock betawhileinflation and liquidity don't affect significant thestock price. Keywords: inflation, liquidity, earnings variability, stock beta yang umumnya memiliki umur lebih dari I. PENDAHULUAN Pasar modal adalah salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan satu tahun, seperti saham dan obligasi. Pada sisi lain, pasar modal dianggap perusahaan untuk memenuhi kebutuhan oleh investor sebagai dananya. Perkembangan pasar modal di memberikan kemudahan baginya untuk Indonesia telah mendorong perusahaan memilih berbagai alternatif untuk menjual sebagian sahamnya kepada yang sesuai dengan tujuan investasinya. masyarakat. Pasar modal dapat diartikan Investor sebagai tempat pertemuan antara pihak keputusan yang memiliki kelebihan dana dengan harus pihak yang membutuhkan dana yaitu pendapatan yang diharapkan (ecpected dengan cara memperjualbelikan sekuritas return) dan tingkat risiko (risk) yang sebelum investasi, sarana investasi mengambil paling tidak memperhatikan dua hal yaitu terkandung dari alternatif investasi Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 10, No.1,Tahun 2015 yang 88 tersebut. Dalam berinvestasi di pasar pertumbuhan aktiva, makro ekonomi, modal likuiditas, seorang investor memperhitungkan pasti tingkat akan asset size, variabilitas keuntungan keuntungan, dan beta akuntansi. Dalam yang diharapkan dan akan menghadapi hal ini, peneliti menggunakan variabel risiko atas investasi yang dipilihnya. likuiditas dan earning variability sebagai Para investor akan lebih cenderung variabel independen yang mempengaruhi memperhatikan risiko sistematik daripada beta saham. risiko yang tidak sistematik, hal ini Likuiditas (current ratio) sangat dikarenakan risiko yang sistematik tidak berguna untuk mengukur bisa dihilangkan melalui diversifikasi perusahaan saham. kewajiban kewajiban jangka pendeknya, dalam kemampuan melunasi seluruh – Dalam mengukur risiko sistematik dimana dapat diketahui sampai seberapa suatu portofolio, sering kali hal ini jauh sebenarnya jumlah aktiva lancar pada dipengaruhi oleh faktor faktor ekonomi, perusahaan untuk dapat menjamin utang salah satunya inflasi. Menurut Elbert dan lancarnya. Likuidasi terjadi disebabkan Griffin, dalam Werner E. Muhadi (2009), karena inflasi merupakan kondisi dimana jumlah perusahaan barang menghasilkan – yang dibanding beredar sedikit berkala tersebut laba perusahaan tidak lagi. – bisa Hal ini jumlah permintaan dikarenakan perusahaan tidak sanggup mengakibatkan terjadinya menanggung beban hutang dikarenakan kenaikan harga yang meluas dalam sistem kenaikan tingkat suku bunga yang telah perekonomian secara keseluruhan. Selain terjadi. itu, penentu lain dari risiko sistematik likuiditas dan earning variability sangat suatu portofolio ialah faktor fundamental. berhubungan erat atas kondisi kesehatan Beberapa peneliti (Beaver, kettler, dan perusahaan. Scholes, 1970) dalam Husnan (2001) Berdasarkan dari uraian diatas, bahwa mencoba merumuskan beberapa variabel uraian yang telah dijelaskan menunjukkan akuntansi untuk memperkirakan beta. ketidak konsistenan dari hasil sejumlah dipergunakan penelitian sebelumnya, dan juga keadaan antara lain; dividend pay out ratio, ekonomi Indonesia yang mulai melemah sehingga dengan lebih secara Variabel-variabel yang Oleh karena itu variabel Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 10, No.1,Tahun 2015 89 akibat pengaruh makro ekonomi yakni Menurut Bansal dan Clelland(2004: tingkat inflasi dan nilai tukar rupiah yang 93) dalam Ratih Paramitasari (2011), rendah risiko tidak sistematis(unsystematic risk) maka peneliti melakukan penelitian Pengaruh Inflasi, tertarik dengan untuk judul Likuiditas Earnings Variability “ dan terhadap Beta merupakan risiko yang lebih bersumber pada mengakibatkan tingkat Saham pengaruh-pengaruh yang penyimpangan pengembalian yang pada mungkin dapat dikontrol oleh perusahaan. Risiko II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA ini umumnya merupakan masalah khusus PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS Beta perusahaan Saham (systematic risk) peralatan, pemogokan kerja, bencana seperti adanya kerusakan Menurut Schneller (1975) dalam Ratih alam, dan lain sebagainya. Risiko ini Paramitasari (2011), Risiko dapat dibagi adalah risiko unik karena berasal dari menjadi dua, yaitu risiko sistematis kenyataan bahwa banyak risiko yang (systematic tidak dihadapi perusahaan mempunyai sifat sistematis (unsystematic risk). risiko khusus yang sesuai dengan perusahaan. yang disebabkan oleh faktor-faktor yang Risiko ini dapat diminimalkan dengan secara bersamaan mempengaruhi harga melakukan diversifikasi. Investor akan saham di pasar modal. Risiko ini ada bereaksi dengan cepat atas informasi yang karena adanya perubahan ekonomi secara dipublikasikan oleh perusahaan. makro atau politik seperti kebijakan fiskal Menurut pemerintah, mendefinisikan risk) dan pergerakan risiko tingkat suku Jogiyanto bahwa (2007:193) beta adalah bunga, nilai tukar mata uang, dan inflasi. pengukur risiko sistematis dari suatu Semua ini dapat menyebabkan reaksi pasar sekuritas modal yang dapat dilihat dari indeks pasar. terhadap risiko pasar.Menurut Suad Risiko sistematis akan selalu ada dan Husnan tidak dengan menunjukkan kemiringan (slope) garis diversifikasi. Risiko ini tidak dapat regresi antara dua variabel, yaitu kelebihan dikontrol karena dipengaruhi oleh risiko tingkat keuntungan portofolio pasar pasar. (excess return of market), dan kelebihan dapat dihilangkan atau portofolio (2006:167), relatif beta saham Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 10, No.1,Tahun 2015 90 keuntungan suatu saham (excess return index model) atau model pasar. Menurut of a stock). Menurut Charles P.Jones Husnan (1991) dalam Agung Parmono (2008), yangdapat digunalan untuk membentuk beta adalah suatu ukuran relatif dari portofolio risiko sistematis dari saham individu pendekatan Markowitz dan pendekatan dalam hubungannya dengan pasar secara Single Index Model. Single Index Model keseluruhan, yang diukur dari fluktuasi (Model Indeks Tunggal) dipilih karena pendapatan (return). metode ini merupakan penyederhanaan dari (2006:202), optimal pendekatan ada dua yaitu model Markowitz. single index model juga BETA SAHAM dapat digunakan untuk menghitung ekspektasi dan risiko portofolio. Pedekatan single index model menjadi alternatif diharapkan dapat dalam penyusunan portofolio optimal yang lebih mudah bagi investor.Persamaan dari pendekatan single index model adalah sebagai berikut Beta saham sama dengan 1, berarti : memiliki risiko yang sama dengan risiko ܴ ݅ rata – rata pasar. Beta saham lebih besar = ߚ ݅ . ܴ ܯ + ݁ ݅ = tingkat keuntungan saham i ܴ ݅ peka terhadap perubahan pasar atau α = Konstanta risiko saham di atas risiko pasar.Beta = tingkat keuntungan pasar ܴܯ saham lebih kecil dari 1 berarti saham = risiko sistematis (beta) saham i ߚ݅ kurang peka terhadap perubahan pasar rata – rata pasar. + Dalam hal ini : dari 1 dapat dikatakan bahwa sangat dan saham ini memiliki risiko di bawah ߙ ݅ Inflasi Menurut Elbert dan Griffin, dalam Menurut Jogiyanto (2007:197), Werner E. Muhadi (2009), inflasi Persamaan regresi yang digunakan untuk merupakan kondisi dimana jumlah barang mengestimasi yang beredar lebih sedikit dibanding beta dapat didasarkan dengan model indeks tunggal (single dengan jumlah permintaan sehingga Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 10, No.1,Tahun 2015 91 mengakibatkan terjadinya kenaikan harga sangat yang meluas dalam sistem perekonomian kemampuan perusahaan dalam melunasi secara seluruh kewajiban keseluruhan. Menurut Werner berguna untuk mengukur kewajiban jangka – (2009), kenaikan inflasi yang signifikan pendeknya, akan mempengaruhi daya beli konsumen sampai seberapa jauh sebenarnya jumlah berupa penurunan kemampuan daya beli. aktiva lancar pada perusahaan untuk dapat Inflasi disebabkan oleh banyak faktor dimana menjamin utang dapat diketahui lancarnya.Semakin yang berbeda, baik dari segi sektor tinggi ekspor-impor, sektor penerimaan dan kemampuan pengeluaran negara dan dari sektor memenuhi (membayar) kewajiban jangka swasta.Menurut Werner (2009) tingkat pendeknya inflasi bisaanya diukur dengan tingkat Puspita, perubahan indeks harga konsumen atau Likuiditas dengan Ratio dapat dirumuskan consumer sebagai berikut: price index, persamaannya current ratio kas menunjukkan perusahaan (Brigham, 2009). untuk 1983 dalam Menurut Riyanto adalah sebagai berikut : Likuiditas Menurut Riyanto (2009:266), liquidity Earning Variability dapat diartikan kemampuan perusahaan Menurut untuk membayar hutang yang segera variabel ini merupakan deviasi standar harus aktiva dari price earning ratio.Deviasi standar lancar.Secara umum ada 3 jenis Rasio dari price earning ratio, semakin tinggi likuiditas berdasarkan sebagai alat untuk price menganalisa data keuangan, yaitu, Cash keuntungan per lembar sahamnya semakin Ratio, Current Ratio dan Quick Ratio. tetap berarti harga sahamnya semakin Dalam peneliti kecil.Dengan demikian, semakin tinggi menggunakan pendekatan current ratio, variabilitas keuntungannya, risiko yang current ratio ini merupakan perbandingan ditanggung para pemegang saham juga antara semakin dipenuhi penelitian aktiva lancar dengan ini, dengan utang lancarsuatu perusahaan. Rasio lancar Suad earnings Husnan ratio besar.Semakin (2006:103), tinggi, tinggi price earnings ratio sementara harga sahamnya Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 10, No.1,Tahun 2015 maka 92 tetap berarti keuntungan per lembar risiko sistematis saham (beta) melalui saham semakin besar, sebaliknya bila variabel akuntansi.Variabel akuntansi keuntungan per lembar saham tetap berarti tersebut berkaitan aktivitas harganya keuangan semakin rendah.Penelitian dengan operasi perusahaan, maka Abdurahim (2003) menunjukkan bahwa pada semakin tinggi PER suatu perusahaan perusahaan terdapat angka indikator yang maka semakin kecil keuntungan per bisa lembar sahamnya apabila harga saham menentukan risiko tidak sistematis yang tetap. Sehingga semakin tinggi earnings timbul.Risiko yang tidak sistematis ini variability, risiko yang akan ditanggung merupakan faktor mikro ekonomi yang akan spesifik dan hanya mempengaruhi kinerja semakin Husnan besar. Menurut (1994),earnngs Suad variability laporan keuangan dijadikan tolak tahunan ukur untuk perusahaan atau industri tertentu saja. merupakan deviasi standar dari PER (Price Inflasi diduga berpengaruh karenajika Earnings Ratio) atau rasio P/E (harga negara memiliki tingkat inflasi yang tinggi saham dibagi dengan laba perusahaan) maka yang dihitung dengan formula sebagai pertumbuhan berikut : negara mencerminkan dari kurang baik bahwa perekonomian karena tidak tersalurkannya permintaan masyarakat. Salah satu sebab Inflasi timbul karena 1 permintaan masyarakat akan berbagai Keterangan : earning variability adalah standar deviasi ܴܲ݅ܧadalah price earning ratio ܲ ܴܧadalah rata – rata price earning ratio n adalah ukuran sampel macam barang terlalu kuat. Hal ini karena bertambahnya pengeluaran yang dibiayai dengan pencetakan uang, atau kenaikan permintaan luar negeri akan barang – barang bertambahnya swasta Pengembangan Hipotesis Pada umumnya risiko tidak sistematis saham ini diduga berpengaruh terhadap pemerintah karena ekspor, pengeluaran kredit yang atau investasi murah. Apabila hal ini tidak ditanggapi dengan serius oleh para pelaku ekonomi yaitu pemerintah, maka tingkat inflasi akan Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 10, No.1,Tahun 2015 93 semakin naik yang akibatnya menurunnya (1970) dalam Jogiyanto (2007: 216), permintaan masyarakat, sehingga investasi menyatakan semakin tinggi nilai PER yang dilakukan di Indonesia pada Pasar suatu perusahaan maka semakin kecil Saham akan menurun. laba per lembar sahamnya, apabila harga Likuiditas diduga berpengaruh sahamnya tetap karena perusahaan terdapat ukuran kinerja manajemen dalam mengelola keuangan perusahaan, aktiva lancar merupakan jumlah aktiva likuid yang tersedia untuk bisnis, sedangkan kewajiban lancar memberikan indikasi kebutuhan kasdi masa depan. Maka semakin likuid perusahaan, maka akan semakin kecil Gambar Kerangka Berpikir risiko daripada penanaman investasi yang telah dilakukan investor dalam suatu Berdasarkan kerangka pemikiran perusahaan, sebaliknya jika tidak likuid dan asumsi di atas, maka dapat dibuat maka akan semakin besar risiko yang hipotesis sebagai berikut : timbul akibat jumlah ketersediaan kas H1= Inflasiberpengaruh terhadap beta dalam memenuhi kapasitas untuk bisnis saham. pada H2= Liquiditas berpengaruh terhadap beta kapasitas menunjukkan kas kondisi perusahaan yang ini kurang saham. prospektif. H3= Earnings variability berpengaruh Earnings variability diduga berpengaruh terhadap beta saham. karena varian yang timbul pada earnings akibat price earning ratio yang begitu tinggi menyebabkan variabilitas dari laba III. ini dianggap sebagai risiko perusahaan, PENELITIAN keuntungan saham menjadi tetap maka OBJEK DAN METODOLOGI Jenis data yang akan dikumpulkan berpengaruh pula terhadap harga saham berupa data sekunder dan bersifat semakin rendah. Menurut Beaver et al. kuantitatif. Data sekunder adalah data Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 10, No.1,Tahun 2015 94 yang tidak diperoleh atau dikumpulkan kondisi secara langsung, dan digunakan dalam beredar lebih sedikit dibanding dengan penelitian ini agar data dapat dihitung jumlah untuk penaksiran mengakibatkan terjadinya kenaikan harga digunakan yang meluas dalam sistem perekonomian menghasilkan kuantitatif.Data untuk kuantitatif menetapkan tingkat variabel dimana jumlah barang yang permintaan secara sehingga keseluruhan. Menurut Werner akuntansi terhadap beta saham (resiko (2009) tingkat inflasi biasanya diukur sistematis).Metode ini digunakan karena dengan tingkat perubahan indeks harga peneliti berusaha mengetahui seberapa konsumen atau consumer price index. besar pengaruh inflasi, operating inflasi, liquiditas dan earnings variability c. terhadap beta saham. Menurut Beta Saham Beta sistematis adalah dari Riyanto (1984:266) dalam Agung Parmono (2001), liquidity Definisi Operasionalisasi Variabel a. Likuiditas dapat diartikan kemampuan perusahaan pengukur suatu sekuritas risiko untuk membayar hutang yang segera atau harus dipenuhi dengan aktiva lancar. portofolio relatif terhadap risiko pasar. Menurut Riyanto Likuiditas Resiko saham dalam penelitian ini akan Current Ratio dapat dirumuskan sebagai diukur dengan beta. Resiko sistematis berikut: Aktiva Lancar saham (beta) ini dihitung menggunakan = ݅ݐ ܽ ܴ ݐ ݊݁ݎݎ ݑ ܥUtang Lancar single index model, dengan rumus sebagai berikut : ܴ ݅ = ߙ ݅ + ߚ ݅. ܴ ܯ+ ݁݅ dengan d. Earnings Variability Menurut Suad Husnan :ܴ ܯadalah tingkat keuntungan pasar (1994),earnngs variability merupakan ߚ݅adalah resiko sistematis (beta) saham i deviasi standar dari PER (Price Earnings α adalah konstanta Ratio) atau rasio P/E (harga saham ܴ݅adalah tingkat keuntungan saham i dibagi dengan laba perusahaan) yang b. Inflasi dihitung dengan formula sebagai berikut : Menurut Elbert dan Griffin, dalam Werner Keterangan E. Muhadi (2009), inflasi merupakan Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 10, No.1,Tahun 2015 95 seperti jumlah variabel-variabel penelitian, Keterangan : earning variability adalah nilai maksimum, minimum, rata-rata dan standar deviasi standar ܴܲ݅ܧadalah price earning ratio variabel yang akan diteliti (Ghozali, 2011: ܲ ܴܧadalah rata rata price earning – ratio masing-masing 2. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik harus dilakukan dalam penelitian ini, untuk menguji Metode Pengumpulan Data metode dari 19). n adalah ukuran sampel Penelitian deviasi ini menggunakan kuantitatif. Menurut E.G apakah data memenuhi asumsi klasik. Hal ini dilakukan untuk menghindari Carmines dan R.A Zeller (dalam Etta & terjadinya estimasi yang bias, mengingat Sophia, tidak pada semua data dapat diterapkan 2010 : 26). Penelitian yang dalam metode regresi. Pengujian yang datanya dinyatakan dalam angka dan dilakukan dalam penelitian ini adalah uji dianalisis Normalitas, kuantitatif adalah penelitian dengan Sedangkan metode teknik statistik. yang digunakan untuk menentukan sampel adalah dengan metode purposive sampling yaitu metode uji Multikolonieritas, uji Aurokorelasi dan uji Heteroskedastisitas. a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk pemilihan sampel dengan kriteria tertentu. menguji apakah dalam model regresi, Teknik Analisis Data variabel 1. memiliki distribusi normal. Dalam uji Statistik Deskriptif pengganggu normalitas teknik statistik yang digunakan untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi memberikan informasi normal atau tidak, yaitu dengan analisis mengenai karakteristik-karakteristik dari grafik dan uji statistik (Ghozali, 2011: suatu kelompok data. Tujuan daripada uji 160). Alat uji yang digunakan pada statistik untuk penelitian ini adalah dengan analisis grafik memberikan histogram dan grafik normal probability sederhana plot dan uji statistik dengan Kolmogorov- penelitian, Smirnov Z (1- Sample K-S). deskripsi menggabungkan penjelasanmengenai ini adalah dan penjelasan variabel-variabel ada dua residual Uji statistik deskripsi merupakan suatu gambaran ini atau cara Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 10, No.1,Tahun 2015 96 untuk Dasar pengambilan keputusan uji = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum statistik dengan Kolmogorov-Smirnov Z dipakai (1-Sample K-S) adalah (Ghozali, 2011): multikolinearitas adalah nilai tolerance 1. ≤0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥10. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari 0,05, maka H0 ditolak. Hal 2. ini berarti data untuk menunjukkan adanya c. Uji Autokorelasi residual Autokorelasi adalah hubungan terdistribusi tidak normal. antara residual satu observasi dengan Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih residual observasi lainnya. Autokorelasi dari 0,05, maka H0 diterima. Hal ini lebih mudah timbul pada data yang berarti bersifat data residual terdistribusi normal. runtut berdasarkan waktu, sifatnya, karena data masa sekarang dipengaruhi data pada masa- b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan masa sebelumnya. Meskipun demikian untuk menguji apakah dalam model tetap regresi ditemukan adanya korelasi antar dijumpai pada data antar objek. Uji variabel bebas (Ghozali, 2011). Model Durbin-Watson merupakan salah satu uji regresi yang baik seharusnya tidak terjadi yang banyak dipakai untuk mengetahui korelasi variabel ada tidaknya autokorelasi, hal ini untuk independen. Untuk mendeteksi ada menghitung nilai d. Nilai d berada atau tidaknya multikolinearitas, dapat dikisaran angka 0 sampai 4. Apabila nilai dilihat dari nilai tolerance dan lawannya d berada di antara 1,758 dan 2,242 maka variance inflation factor (VIF). Kedua tidak ada autokorelasi. Dan bila nilai d di ukuran ini menunjukkan setiap variabel luar itu dipastikan ada autokorelasi. independen manakah yang dijelaskan (Ghozali, 2011). oleh diantara variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel dimungkinkan autokorelasi d. Uji Heteroskedastisitas Menurut Ghozali (2011 : 139), uji independen yang terpilih yang tidak heteroskedastisitas dijelaskan independen apakah dalam model regresi terjadi lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah ketidaksamaan varian dari residual satu sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF pengamatan ke pengamatan yang lain. oleh variabel bertujuan menguji Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 10, No.1,Tahun 2015 97 Jika varian satu digunakan alat bantu berupa software pengamatan ke pengamatan lain tetap, statistik yakni SPSS 16.0. Analisis maka disebut homoskedastisitas dan jika regresi linier berganda digunakan untuk berbeda heteroskedastisitas. menguji pengaruh dengan menggunakan Model regresi yang baik adalah yang variabel dependen (terikat) dan variabel homoskedastisitas. Cara menguji ada independen (bebas). Variabel independen tidaknya dari dengan dari disebut residual heteroskedastisitas, yaitu menggunakan analisis grafik scatterplot. Dan analisis statistik penelitian white. Adapun yang peringkat Sedangkan variabel dependennya adalah penetapan statistik adalah obligasi, ukuran perusahaan dan DER. menggunakan uji glejser, uji park dan uji Pengujian ini dilakukan dalam penelitian ini adalah dalam dengan menggunakan uji glejser. Uji berikut : yield obligasi persamaan penelitian regresi korporasi. berganda ini adalah sebagai glejser dilakukan dengan cara mencari nilai residual dari variabel bebas dan Keterangan : terikat dengan menggunakan program Y = Yield Obligasi Korporasi SPSS. β0 = Konstanta Kemudian diabsolutkan. Setelah nilai residual mendapat nilai β1 – β3 = Koefisien regresi variabel absolute residual, langkah selanjutnya independen adalah memasukan hasil absolute residual X1 = Peringkat Obligasi ke dalam persamaan regresi dengan X2 = Ukuran Perusahaan variabel independen yang ada. Apabila X3 = DER nilai signifikansi lebih dari 0,05, maka e = error tidak terjadi heteroskedastisitas, Gujarati 1. Pengujian Hipotesis (dalam Ghozali, 2011 : 142). a. Uji Parsial (T-test) Uji parsial (T-test) digunakan untuk 3. Analisis Regresi Linear Berganda menguji Pengujian yang variabel indepeden yang digunakan diajukan dilakukan dengan metode regresi dalam penelitian ini terhadap variabel berganda. Dalam penelitian ini akan dependen secara parsial. Pengujian terhadap hipotesis pengaruh masing-masing Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 10, No.1,Tahun 2015 98 dilakukan dengan menggunakan H0 ditolak atau H1 diterima yang significance level 0,05 (α=5%), dimana berarti koefisien regresi signifikan, H0 = koefisien tidak signifikan, H1 = artinya terdapat pengaruh yang koefisien signifikan. Penerimaan atau signifikan antara semua variabel penolakan hipotesis dilakukan dengan independen kriteria dependen. sebagai berikut (Ghozali, 2009): variabel 2) Apabila nilai signifikansi f > 0.05, 1) Bila nilai signifikansi t < 0.05, maka H0 diterima, ditolak atau artinya maka H0 diterima atau H1 ditolak H1 yang berarti koefisien regersi tidak terdapat signifikan. Hal ini artinya variabel pengaruh yang signifikan antara independen satu variabel independen terhadap terhadap variabel dependen. 2) Apabila nilai signifikansi t > 0.05, maka H0 tidak berpengaruh c. Uji Koefisien Determinasi (R 2) variabel dependen. diterima atau Koefisien determinasi digunakan H1 untuk menguji besarnya persentase ditolak, artinya tidak terdapat variasi variabel dependen yang dapat pengaruh yang signifikan antara dijelaskan satu variabel independen terhadap independen. Nilai R Square (koefisien variabel dependen. deteminasi) adalah antara nol dan satu, b. Uji Pengaruh Simultan (F-test) Uji terhadap pengaruh digunakan simultan untuk (F-test) mengetahui oleh variasi variabel nilai yang besar berarti kemampuan variabel-variabel independen menjelaskan variasi dalam variabel kecocokan model regresi. Pengujian dependen semakin kuat. Nilai R yang dilakukan kecil dengan menggunakan berarti kemampuan variabel- signifikansi level 0,05 (α=5%), dimana variabel independen dalam menjelaskan H0 = model regresi tidak cocok, H1 = variasi model regresi cocok. Penerimaan atau memberikan hampir semua informasi penolakan hipotesis dilakukan dengan yang dibutuhkan untuk memprediksi kriteria sebagai berikut (Ghozali, 2009): variasi variabel independen (Ghozali, 1) Bila nilai signifikansi f < 0.05, maka 2009). variabel-variabel dependen Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 10, No.1,Tahun 2015 99 untuk lebih memprioritaskan penilaian IV. PEMBAHASAN dan keputusan investasinya pada rasio- 1. Pengaruh Inflasi terhadap Beta rasio keuangan yang lebih akurat. Saham Berdasarkan secara hasil parsial 0,834<ttabel1,9819 pengujian hipotesis 2. thitunginflasi sebesar dengan tingkat Pengaruh Likuiditas terhadap Beta Saham Berdasarkan hasil pengujian signifikansi 0,406> 0,05. Hasil penelitian hipotesis secara parsial thitunglikuiditas ini menunjukan bahwa inflasi tidak sebesar berpengaruh terhadap beta saham.Inflasi tingkat signifikansi 0.263> 0,05. Hasil yang nilainya didapat dari Badan Pusat penelitian Statistik (BPS) tidak berpengaruh secara likuiditas tidak berpengaruh terhadap signifikan terhadap beta saham karena beta saham. Current ratio yang masih besarnya inflasi tidak dapat menjelaskan mencerminkan keadaan aset dan hutang secara langsung pengaruhnya terhadap perusahaan beta saham. Tingkat inflasi menunjukkan memprediksikan nilai keuntungan yang adanya kenaikan tingkat harga umum, lebih (capital gain) bagi investor, dalam dimana nilai uang sebagai refleksi tingkat hal harga umum tidak stabil. Dengan adanya memutuskan saham yang memiliki return inflasi, kemampuan daya beli masyarakat tinggi dikarenakan nilai current ratio yang rendah, pemerintah menaikkan tingkat memiliki rata suku bunga agar masyarakat menabung, berarti bahwa banyak dari perusahaan dengan kondisi manufaktur yang memiliki tingkat aset ekonomi. Selain itu, keadaan politik di lancar dan hutang lancar yang tidak Indonesia yang masih belum stabil berbeda jauh, sehingga investor lebih yang dapat memberikan dampak bagi mengedepankan perubahan atas kebijakan kebijakan baru, perhitungan rasio keuangan yang lain. sehingga berdampak juga pada perubahan Hasil penelitian ini tidak sependapat ekonomi di Indonesia saat ini.Keadaan dengan hasil penelitian yang dilakukan tersebut yang membuat para investor oleh tujuan menstabilkan – 1,124< ini, Iffa ini ttabel1,9819 dengan menunjukan masih investor – bahwa belum dapat kesulitan rata yang kecil, yang penilaiannya Nurdina (2014), Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 10, No.1,Tahun 2015 untuk 100 pada yang melakukan penelitian pada periode 2006 2012 menunjukkan bahwa – likuiditas bahwa peningkatan beta saham dapat dipengaruhi dengan adanya peningkatan berpengaruh signifikan terhadap beta atau saham. Iffa Nurdina (2014) menyatakan Menurut Jogiyanto (2007), dalam Sri bahwa cenderung Kustini (2011), earning variability ini internal menggambarkan variabilitas return suatu perusahaan dengan melihat rasio rasio perusahaan. Besarnya earning variability keuangan perusahaan, dalam hal ini diukur berdasar atas penyimpangan price likuiditas diperhatikan oleh investor, earning rationya. Perusahaan-perusahaan di mana apabila likuiditas perusahaan yang mempunyai PER sama tidak selalu baik, maka dapat mencerminkan bahwa mempunyai perusahaan memiliki kemampuan dalam demikian melunasi setiap hutangnya dengan cepat Semakin besar standar deviasi dari dan juga perusahaan mempunyai akses PER menunjukkan semakin fluktuatif yang cepat dalam memperoleh dana earning perusahaan tersebut. Dalam dengan skala yang besar. penelitian ini peneliti menemukan bahwa investor memperhatikan lebih variabel – penurunan earning harga juga variability. saham dengan sama EPSnya. tingkat variabilitas laba suatu perusahaan 3. Pengaruh Earnings Variability sangatlah berfluktuatif tercermin dari terhadap Beta Saham nilai Berdasarkan hasil pengujian hipotesis variability yaitu sebesar 65.737 yang secara parsial thitungearning variability berarti penyebaran atas data sangat sebesar 3,9< ttabel1,9819 dengan tingkat beragam.keragaman data tersebut yang signifikansi 0.000> 0,05. Hasil penelitian membuat ini mengedepankan menunjukan bahwa earning standar deviasi para dari earning investor lebih penilaian ini variability berpengaruh terhadap beta dikarenakan saham.Hasil regresi variability dapat mewakili laba suatu menunjukkan bahwa earning variability perusahaan dan ekspektasinya di masa sebagai yang akan datang. Dalam hal ini, apabila perhitungan indikator berpegaruh rasio signifikan nilai terhadap pasar, beta saham. Hasil perhitungan di atas berarti nilai nilai earnings mencerminkan dari earnings variability risiko atas tinggi saham Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 10, No.1,Tahun 2015 101 perusahaan tersebut juga tinggi. Sehingga Inflasi yang ditunjukkan pada periode semakin tinggi earnings variability penelitian tahun 2010 sampai dengan suatu perusahaan, maka risiko yang 2013 akan ditanggung akan semakin besar. perubahannya mencerminkan tergolong relative masih kecil dibandingkan V. KESIMPULAN DAN SARAN bahwa apabila dengan perubahan Berdasarkan hasil analisis data dan inflasi dari tahun 2008 sampai pembahasan yang telah dilakukan di bab dengan 2010. Adapun penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ardi Hamzah maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : pada sampel saham LQ45 yang 1. Dalam penelitian ini, inflasi terbukti tidak berpengaruh beta memperhitungkan variable ekonomi saham. Investor yang ingin membeli dan lebih memperhitungkan kondisi atau lebih keuangan rasio saham-saham menjual terhadap mencerminkan bahwa investor tidak sahamnya mempertimbang kan rasio – perusahaan dikarenakan LQ 45 yang keuangan yang lebih akurat sebagai mempunyai kondisi keuangan yang alat pengambil keputusan untuk baikdan liquid. berinvestasi. Hal tidak Dalam penelitian ini, likuiditas terbukti mendukung teori Husnan yaitu bahwa tidak berpengaruh terhadap beta saham. beta saham dipengaruhi oleh faktor likuiditas ini menggambarkan jumlah fundamental yang terdiri dari kondisi asset lancer dan hutang lancer suatu ekonomi, perusahaan, kondisi ini industry dan semakin kondisi spesifik perusahaan . Dalam perusahaan penelitian sistematiknya. Namun dalam penelitian ini inflasi termasuk indicator dari kondisi ekonomi suatu ini negara, terhadap namun hal ini tidak semakin likuid likuiditas kecil tidak beta resiko berpengaruh saham hal berpengaruh terhadap beta saham dikarenakan karena variable inflasi tidak dapat perusahaan yang diteliti memiliki menjelaskan likuiditas secara langsung pengaruhnya terhadap beta saham. kebanyakan ini yang minim yang dicerminkan dari rata ratanya sebesar – Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 10, No.1,Tahun 2015 dari 102 8.14939 dan saham yang minimal cenderung meningkat atau menurun, mempunyai nilai likuiditas adalah sehingga PT. Jakarta Kyoei Steel Work LTD cenderung memperhitungkan earning Tbk nilainya sebesar 0.00090 dan variability sebagai indikator yang nilai maksimalnya sebesar 267.9737 berpengaruh terhadap beta saham. pada PT. Suparma Tbk. Dari data 4. Berdasarkan uji stimultan (uji F), tersebut mencerminkan ketimpangan data yang para investor lebih bahwa variable-variabel independen sangat (inflasi, likuiditas, dan earnings ekstrim membuat penelitian dengan variability) variable tidak atau simultan berpengaruh signifikan berpengaruh terhadap beta saham, terhadap harga saham. Jika dilihat selain lebih dari adjusted R squarenya, ketiga variable rasio variable lebih akurat menjelaskan sebanyak sebesar 0.11 dibandingkan current ratio seperti atau 11%. Dengan melihat nilai variabel earning variability. tersebut maka dapat disimpulkan likuiditas itu perusahaan memperhitungkan keuangan 3. Dalam menjadi yang penelitian variability ini, terbukti earning bahwa secara tersebut inflasi, bersama-sama hanya dapat likuiditas, dan berpengaruh earnings variability menjelaskan terhadap beta saham. Hal itu didukung atau mempengaruhi harga saham dengan perubahan yang terjadi dari sebesar11% nilai dari EPS (earning per share) dipengaruhi oleh variabel lain diluar perusahaan membuat penelitian. Hal ini berarti masih ada investor memperhitungkan nilai dari factor lainnya yang mempengaruhi EPS suatu perusahaan karena dapat beta saham. sehingga sedangkan sisanya mempengaruhi return dari setiap transaksi saham yang dilakukan. Disamping itu earning variability juga dapat memprediksi perusahaan apakah mempunyai harga Implikasi Sebelum investor membeli suatu sebagian kepemilikan saham perusahaan perusahaan investor diharapkan dapat memperkirakan saham yang beta saham pada masa yang akan dating Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 10, No.1,Tahun 2015 103 dengan mengestimasi nilai faktor Lalu factor eksternal diantaranya tingkat fundamental yang mempengaruhi beta kegiatan perekonomian pada umumnya dan saham di masa yang akan dating dari keadaan bursa saham.Dengan inflasi, likuiditas dan earning variability mengkombinasikan faktor-faktor sehingga menghasilkan keuntungan yang tersebut, investor dapat memperkecil maksimal. Dari nilai inflasi, investor dapat resiko melihat seberapa besar perubahan dari menghasilkan perekonomian suatu Negara sehingga maksimal mungkin sebelum memutuskan perusahaan mampu memprediksi berapa untuk membeli atau menjual sahamnya. seminimal mungkin keuntungan dan secara besar risiko berinvestasi pada Negara tersebut. Kemudian, dengan melihat Saran earning variability perusahaan investor Berdasarkan hasil penelitian bias melihat sejauh mana saham tersebut maka saran yang dapat diberikan untuk menghasilkan earning per share yang penelitian berikutnya adalah: diperoleh dari selisih harga saham dan laba 1. Diharapkan penelitian selanjutnya tidak bersih perusahaan dan dari rasio memilih perusahaan-perusahaan likuidity, investor dapat melihat seberapa manufaktur dan sebaiknya penelitian besar kemampuan perusahaan dalam dilakukan pada saham melunasi pendeknya. hutang – Investor mempertimbangkan – saham yang hutang jangka tergolong pada saham LQ 45 karena juga dapat tergolong mempunyai likuiditas yang faktor-faktor lain yang mempengaruhi beta saham karena tinggi. 2. Diharapkan penelitian selanjutnya tidak pergerakan beta saham bersifat fluktuatif hanya dan tidak mudah dipastikan. Faktor- manufaktur factor lain bias berupa faktor internal dan perusahaan yang terdapat di Bursa eksternal perusahaan. Faktor internal seperti Efek Indonesia (BEI) dan menambah tingkat bunga, jumlah kas dividen yang variabel lain di luar inflasi, likuiditas, diberikan, jumlah laba yang didapat dan earning variability yang turut perusahaan, berpengaruh terhadap beta saham. tingkat risiko dan pengembalian, dan strategi pemasaran. terbatas saja pada perusahaan tetapi seluruh 3. Pada penelitian selanjutnya diharapkan Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 10, No.1,Tahun 2015 104 dapat menggunakan pendekatan seperti pendekatan Markowitz. perhitungan beta saham yang berbeda Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 10, No.1,Tahun 2015 105 DAFTAR PUSTAKA Andy Porman. 2013. Analisis Saham Harmono.Pengaruh Likuiditas, Earnings Pasar Perdana. Jakarta : PT Elex Variability, Leverage dan Ukuran Media Komputindo. Perusahaan Chandra, Yulian Ade. Analisis Variabel yang Mempengaruhi Beta Saham, 2012. Ekaputra, Irwan Adi dan Pengaruh Efisiensi dan Vanda Return, Jurnal Penelitian Volume XVII, 2005. Investasi. Yogyakarta: BPFE, 2007. Hery.Teori Akuntansi Ekspektasi Suatu Pengantar. Jakarta: LPFEUI, Beta, Usahawan No. 09, 2007. Nur Analisis Leverage, Pertumbuhan Laba pada Market dan Abnormal Hartono, Jogiyanto. Teori Portofolio dan Ningrum. Elly terhadap Indriantoro. 2013. Husnan, Analsisi Suad dan Pudjiastuti, Enny.Dasar-dasar Managemen Hubungan antara Variabel Variabel Keuangan Edisi VI. Jakarta: UPP Akuntansi STIM YKPN, 2012 – dengan Beta Saham, Kajian Bisnis, 1999. Indriastuti, Dorothea Ririn. Analisis Fidiana. Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Inflasi, dan terhadap Rasio Beta Keuangan Saham, Jurnal Investasi, Vol. 6 No. 1 Juni 2010. Ghazali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hamzah, Ardi.Analisa Ekonomi Makro, Industri dan Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Beta Saham, Perspektif Vol.6, 2001. Jogiyanto.1998. Teori Portofolio Analisis dan Investasi. Yogyakarta:BPFE-Yogyakarta. Kurniawan, Setia Hermawati. budi Analisis dan Diah Pengaruh Faktor Makro dan Mikro Ekonomi Karakteristik terhadap Risiko Investasi Saham, Perusahaan terhadap Beta Saham Jurnal Penelitian Volume XVII, Syariah. SNA VIII Solo, 15-16 2005. September 2005. Paramitasari, Sistematis Ratih. dan Pengaruh Risiko Risiko Tidak Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 10, No.1,Tahun 2015 106 Sistematis terhadap Expected Return Portofolio Saham Tandeilin, E. 2001. Beta pada Pasar Perusahaan Bullish dan Bearish :Studi Empiris Manufaktur yang Terdaftar di Bursa di BEJ. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Efek Indonesia. 2011. Indonesia.Vol 16 No. 3:261-272. Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana. 2012. FE Universitas Negeri Jakarta: Jakarta. Prakosa.AnalisisFaktor - www.idx.com. Diakses pada tanggal 24 November 2014 pukul 19.15 WIB Faktor www.sahamok.com. Diakses pada tanggal yang berpengaruh terhadap Beta 27 November 2014 pukul 10.47 WIB. Saham. 2012. Yustiantomo. Pramono, Agung. AnalisisFaktor yang Mempengaruhi – Analisis Faktor Faktor Faktor yang Mempengaruhi beta Risiko saham. 2009 Sistematis (Beta) Saham Perusahaan Industri Manufaktur Periode 1994 – 2000 di Bursa Efek Jakarta, Google, 2001. Sari, Lusia Astra danYanthi Hutagaol. Debt to Equity, Degree of Operating Leverage, Stock Beta and Stock Returns, Binus Business School, 2002. Selvy, H danMeythi. 2012. Pengaruh informasi laba dan arus kas terhadap harga saham. Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi VII Tahun ke- 3 Bulan Januari-April 2012. ISSN : 2086-4159 Sofyan Syafri. 2008. Teori Akuntansi. Jakarta : PT Rajawali Pers Standar Akuntansi Keuangan Nomor 2 Par 9.IAI. 2007 Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 10, No.1,Tahun 2015 - 107