BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, penerjemah lebih banyak menggunakan metode penerjemahan sama makna dan bentuk dengan total 208 kalimat. Metode penerjemahan ini didominasi oleh jikyubeop (직유법) atau simile dengan jumlah 49 kalimat. Prinsip jikyubeop (직유법) atau simile adalah majas yang hampir sama dengan penggunaan bentuk verba yang menggambarkan keadaan nyata, dengan kata lain terdiri dari makna sebenarnya dan kiasan. Bentuk dari kiasan itu sendiri juga cukup sederhana sehingga mudah untuk mencari padanan dalam Bsa dan menerapkan metode penerjemahan sama makna dan bentuk. Sedangkan jenis majas yang paling sedikit diterjemahkan menggunakan metode tersebut adalah euiseongbeop (의성법) atau onomatope dengan jumlah 0 kalimat. Hal ini dikarenakan euiseongbeop (의성법) atau onomatope merupakan majas yang membandingkan sesuatu dengan ‘suara’. Pengucapan dari ‘suara’ tersebut mayoritas (khususnya yang ada pada novel Bsu pada penelitian ini) sulit ditemukan padanannya dalam Bsa sehingga penerjemah tidak ada pilihan selain menggunakan metode penerjemahan lain agar kalimat hasil terjemahan mudah dipahami oleh pembaca novel terjemahan. 80 81 Metode penerjemahan kedua yang paling banyak digunakan oleh penerjemah adalah metode penerjemahan dengan penghapusan sebanyak 60 kalimat. Metode penerjemahan ini pun didominasi oleh euithaebeop (의태법) atau mimesis dengan jumlah 22 kalimat. Euithaebeop (의태법) atau mimesis merupakan majas yang membandingkan ‘gerakan’. Sama halnya dengan euiseongbeop (의성법) atau onomatope, pengucapan dari ‘gerakan’ pada Bsu cukup sulit ditemukan padanannya dalam Bsa sehingga penerjemah melakukan penghapusan baik sebagian atau keseluruhan majas. Sedangkan jenis majas yang paling sedikit diterjemahkan menggunakan metode tersebut adalah hwanyubeop (환유법) atau metonimia, jeyubeop (제유법) atau sinekdoke dan sangjingbeop (상징법) atau simbolik dengan jumlah yang sama yakni 0 kalimat. Hal ini disebabkan oleh (1) hwanyubeop (환유법) atau metonimia merupakan majas yang mengkiaskan makna sebenarnya sebagai subtitusi dari hal lain menggunakan kata yang memiliki hubungan yang dekat sehingga mayoritas kalimat yang mengandung jenis majas ini dapat diterjemahkan dengan metode lain tanpa harus menghapusnya, (2) jeyubeop (제유법) atau sinekdoke memiliki prinsip saling menukar antara hal yang bersifat khusus ke umum, umum ke khusus, kecil ke besar, dan besar ke kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa morfem dalam majas jenis ini masih bisa diterjemahkan dengan metode lain karena banyak memiliki kesamaan atau hampir mendekati sepadan dengan kosa kata yang ada dalam Bsa tanpa harus menghapusnya, dan (3) sangjingbeop (상징법) atau simbolik merupakan majas yang melambangkan suatu hal dan biasanya menggunakan kata benda yang mudah untuk dipahami dalam 82 Bsu dan kebetulan juga mudah ditemukan padanannya dalam Bsa sehingga tidak perlu mengalami penghapusan. Metode penerjemahan ketiga adalah metode penerjemahan dengan parafrasa sebanyak 49 kalimat. Metode penerjemahan ini didominasi oleh jikyubeop (직유법) atau simile dengan jumlah 13 kalimat. Jikyubeop (직유법) atau simile merupakan majas yang banyak menggunakan bentuk verba yang terdiri dari makna asli dan kiasan. Namun tidak semua bentuk verba Bsu tersebut memiliki keidentikan dengan Bsa dalam tataran kata melainkan juga perlu penguraian kembali agar makna yang terkandung dapat tersampaikan dengan baik. Sedangkan jenis majas yang paling sedikit diterjemahkan menggunakan metode tersebut adalah hwalyubeop (활유법) atau prosopopeia dan jeyubeop (제유법) atau sinekdoke dengan jumlah yang sama yakni 1 kalimat. Hal ini disebabkan karena kedua majas menggunakan kata benda yang mayoritas memiliki padanan morfem atau mendekati sama dengan morfem dalam Bsa sehingga kedua jenis majas lebih sering diterjemahkan menggunakan metode penerjemahan sama makna dan bentuk serta jarang ditemukan kasus penggunaan metode penerjemahan lain pada kedua jenis majas tersebut. Metode penerjemahan terakhir adalah metode penerjemahan sama makna tetapi beda bentuk (dalam tataran kata) dengan jumlah 44 kalimat. Metode penerjemahan ini didominasi oleh jikyubeop (직유법) atau simile dengan total 12 kalimat. Sama dengan penjelasan sebelumnya, jikyubeop (직유법) atau simile banyak menggunakan bentuk verba yang mengkiaskan sesuatu secara langsung sehingga mudah ditemukan padanan kata atau kata yang hampir sama dalam Bsa. 83 Metode ini banyak digunakan dalam menerjemahkan jikyubeop (직유법) atau simile untuk mencari transfer makna yang sama namun menggunakan pemilihan kata yang agak berbeda. Sedangkan jenis majas yang paling sedikit diterjemahkan menggunakan metode tersebut adalah jeyubeop (제유법) atau sinekdoke dan euiseongbeop (의성법) atau onomatope dengan jumlah yang sama yakni 1 kalimat. Hal ini juga dikarenakan (1) Kata benda dalam Bsu yang digunakan dalam jeyubeop (제유법) atau sinekdoke banyak memiliki kesepadanan dengan kata benda dalam Bsa. Dengan kata lain, jeyubeop (제유법) atau sinekdoke banyak diterjemahkan dengan metode penerjemahan sama makna dan bentuk, dan (2) euiseongbeop (의성법) atau onomatope karena merupakan majas yang mengkiaskan sesuatu dengan ‘suara’ maka sulit ditemukan kesepadanan makna dan bentuk leksikal dengan morfem dalam Bsa sehingga mayoritas mengalami penghapusan. Namun, tidak menutup kemungkinan beberapa pengucapan ‘suara’ dalam Bsu bisa diterjemahkan menggunakan metode lain dengan mencari pilihan kata yang mengandung makna yang sama meskipun hanya ada 1 kalimat. Sesuai dengan pemaparan diatas, disimpulkan bahwa (1) pengklasifikasian biyubeop (비유법) atau majas perbandingan dalam Bsu mayoritas hampir sama dengan pengklasifikasian majas perbandingan dalam Bsa. Seluruh jenis-jenis majas yang dijelaskan oleh Mun Deoksu dalam buku karya Jang Haneul (2010) ada pada novel Eomma, Na Tto Olke, (2) penerjemah telah menggunakan keempat metode penerjemahan bahasa figuratif oleh Mona Baker (1992). Hal ini mengindikasikan bahwa penerjemah telah menerjemahkan seluruh majas dengan 84 mementingkan transfer makna sehingga makna majas tersampaikan dengan baik dan pembaca mampu mengerti maksud dari kalimat-kalimat bermajas tersebut, hanya saja terdapat sedikit kekurangan dalam menerjemahkan beberapa kata jika dilihat dari segi kajian linguistik Korea, (3) jikyubeop (직유법) atau simile paling banyak diterjemahkan menggunakan 3 metode yakni penerjemahan sama makna dan bentuk, penerjemahan sama makna tetapi beda bentuk dan penerjemahan dengan parafrasa. Hal ini mengindikasikan bahwa jikyubeop (직유법) atau simile dalam Bsu memiliki banyak kesepadanan kata dalam Bsa, (4) euiseongbeop (의성법) atau onomatope paling sedikit diterjemahkan menggunakan metode sama makna dan bentuk serta penerjemahan sama makna tetapi beda bentuk. Hal ini mengindikasikan bahwa penerjemah kesulitan menemukan padanan kata dalam Bsa sehingga harus diparafrasakan atau mengalami penghapusan. 4.2 Saran Melalui penelitian ini, penulis hanya meneliti pengelompokkan metode penerjemahan bahasa figuratif yang telah dilakukan oleh penerjemah dan ada atau tidaknya pengaruh terhadap perubahan makna sebagai dampak dari penggunaan metode-metode penerjemahan yang telah dijelaskan pada bab 2 dan bab 3. Ke depannya, akan lebih baik jika dilakukan penelitian lanjutan untuk lebih memperdalam bahasa penelitian, salah satunya dengan meneliti diksi atau pemilihan kata yang digunakan penerjemah dan penelitian mengenai penerjemahan jenis majas lain yang ada di dalam novel 엄마, 나 또 올게 (Eomma, Na Tto Olke).