Karakteristik Tanah Sawah Pada Toposekuen

advertisement
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1 Susunan horison tanah-tanah yang disawahkan 1x, di samping lapisan olah
yang belum tereduksi (kroma > 2) telah terbentuk lapisan tapak bajak yang
kurang nyata (bobot isi dan kandungan liat > dari lapisan di atasnya,
permeabilitas dan porositas < dari lapisan di atasnya), lapisan akumulasi Fe,
lapisan akumulasi Mn, dan lapisan tanah asal. Pada tanah yang disawahkan 2x,
susunan horisonnya terdiri dari lapisan olah yang telah mengalami reduksi
(ditunjukkan oleh matriks dengan kroma rendah 0-2), lapisan tapak bajak yang
lebih nyata, lapisan akumulasi Fe dan atau Mn, dan lapisan tanah asal.
2 Pada tanah-tanah yang disawahkan, lapisan tapak bajak nyata mempunyai
bobot isi dan kandungan liat yang lebih tinggi dari lapisan olah di atasnya dan
horison B di bawahnya.
Sebaliknya, permeabilitas dan porositasnya lebih
rendah dari lapisan olah di atasnya dan horison B di bawahnya.
3 Pada elevasi lebih tinggi, baik pada tanah yang disawahkan 1x maupun yang
disawahkan 2x, lapisan tapak bajak dijumpai pada kedalaman yang lebih
dangkal (10-12 cm). Sedangkan pada elevasi yang lebih rendah, lapisan tapak
bajak dijumpai pada kedalaman yang lebih dalam (15-16 cm), dengan
ketebalan yang sama 12-19 cm.
4 Pada elevasi lebih tinggi, pada tanah-tanah Latosol Coklat Kekuningan baik
pada tanah yang disawahkan 1x maupun yang disawahkan 2x, lapisan
akumulasi Mn lebih tebal (72 – 86 cm). Sedangkan pada elevasi lebih rendah,
tanah Latosol Coklat Kemerahan memiliki lapisan akumulasi Mn lebih tipis
(42 – 46 cm).
5 Pada lapisan olah, kandungan tekstur debu atau liat yang berasal dari air irigasi
lebih tinggi pada tanah yang disawahkan 2x dibandingkan dengan tanah yang
disawahkan 1x dan tanah yang tidak disawahkan/kebun.
6 Warna tanah lapisan olah setelah panen pada pedon TA9/sawah 2x masih
mengalami reduksi (kroma 0); masih tidak berstruktur (masif); kondisi lapisan
olah masih basah sehingga konsistensinya sangat lekat dan sangat plastis; dan
171
nilai pH tanah 5.5 hampir mendekati netral. Pada pedon yang lain (TA1 dan
TA7/sawah 2x) setelah satu sampai tiga bulan tidak disawahkan masih ada
yang berkroma rendah (2); telah terbentuk struktur gumpal bersudut, dengan
ukuran besar sampai sedang, dan tingkat perkembangan masih lemah; dalam
keadaan lembab berkonsistensi agak teguh; dan pH turun menjadi 5.4. Tetapi
pada pedon lainnya (TA4, TA8, dan TA12/sawah 1x) setelah tidak disawahkan
selama enam bulan atau lebih warnanya telah mendekati warna tanah asal
seperti tanah tidak pernah disawahkan (pedon TA5, TA6, TA14, dan TA13);
ukurannya semakin halus dan tingkat perkembangannya semakin kuat;
konsistensinya sama seperti tanah tidak pernah disawahkan, yaitu gembur; dan
pH turun menjadi 5.3.
7 Kandungan C-organik pada lapisan olah, pada tanah yang lebih sering
disawahkan (2x padi/tahun) lebih tinggi dibandingkan tanah yang hanya
disawahkan 1x/tahun. Penyawahan 2x dapat mempertahankan kandungan Corganik setara dengan kebun.
8 Pada tanah yang disawahkan terjadi proses eluviasi Fe/Mn dari lapisan olah ke
lapisan akumulasi Fe atau Mn, kemudian pada lapisan akumulasi Fe/Mn terjadi
proses iluviasi. Hal ini dibuktikan dari kandungan Fed, Feo, dan Fep atau
Mnd, Mno, dan Mnp serta jumlah karatan Fe atau Mn yang paling tinggi pada
lapisan akumulasi tersebut.
9
Pada tanah-tanah disawahkan, lapisan olah mempunyai mineral mudah lapuk
yang lebih tinggi dari tanah-tanah yang tidak disawahkan, yang berasal dari
penambahan debu dari air irigasi atau dari bahan tutupan baru dari abu volkan
G. Salak. Nisbah MSL/MML, pada lapisan olah tanah yang disawahkan 2x <
tanah yang disawahkan 1x < tanah yang tidak disawahkan.
Hal ini
menunjukkan, pada tanah yang tidak disawahkan pelapukannya lebih cepat
dibandingan tanah yang disawahkan 1x dan tanah yang disawahkan 2x.
10 Pada tanah-tanah yang tidak disawahkan dan yang disawahkan 1x, dijumpai
mineral kristalin tipe 1:1 metahaloisit dan mineral-mineral oksida. Sedangkan
pada tanah-tanah yang disawahkan 2x padi setahun hanya terdapat mineral
metahaloisit.
172
11 Pada tanah-tanah yang tidak disawahkan, di lapisan olah terjadi proses-proses
enrichment, dekomposisi bahan organik, lessivage, dan leusinisasi. Sedangkan
pada tanah-tanah yang disawahkan, di samping proses- proses tersebut terjadi
proses eluviasi Mn dan gleisasi.
12 Pengaruh kondisi akuik terhadap klasifikasi tanah, pada tanah-tanah yang
disawahkan 1x terjadi pada tingkat subgrup, sedangkan pada tanah- tanah yang
disawahkan 2x terjadi pada tingkat subordo.
Saran
1 Pada penyawahan 1x padi/tahun diperlukan pengelolaan yang lebih berhatihati, terutama pada waktu ditanami palawija atau bera agar kandungan Corganik tanah tidak cepat menurun.
2 Pengelompokan jumlah karatan untuk tanah sawah perlu dilakukan secara lebih
terperinci. Untuk jumlah banyak, disarankan untuk dibedakan menjadi: banyak
(20 – 50 %), sangat banyak (50 – 90 %), dan melimpah (> 90 %).
3 Dalam Taksonomi Tanah, tidak ada simbol khusus untuk karatan Fe dan/atau
Mn.
Untuk tanah sawah, disarankan agar dibuat simbol-simbol khusus
mengingat pentingnya simbol-simbol tersebut untuk identifikasi horisonhorison dalam tanah sawah.
4 Disarankan dilakukannya penambahan subgroup baru untuk mencerminkan
tanah sawah. Sub group yang disarankan misalnya Ferric, yaitu suatu lapisan
yang terdapat langsung di bawah lapisan densik (lapisan tapak bajak), dimana
pada permukaan ped-nya mempunyai karatan Fe ≥ 50 %. Di samping itu juga
subgroup Manganic, yaitu satu atau lebih lapisan setebal ≥ 18 cm yang terdapat
di bawah lapisan densik (lapisan tapak bajak) di dalam 100 cm dari permukaan
tanah mineral, dimana pada permukaan ped-nya mempunyai karatan Mn ≥ 50
%.
5 Disarankan adanya penambahan great group baru pada Oxisol untuk
mencerminkan tanah sawah, seperti Epiaquox, yang menunjukkan adanya
penambahan air dari atas (pada lapisan olah).
Download