ISSN: 1410-3389 Jurnal Akrcditasi : 551D1KTIIK,pI2005 sta Descmbcr 2008 Volume 12 Nomor 3 Susunan Han son Tanah Sawah pada Toposekuen Latosol BerbaHan In duk Volkanik d i Daerah Bogar - Jakarta Ted Arabia. Sarwono HardjowlCono, Sudat'&oco, Widiatmaka . dan Nata Suharta 231 EvaJu asi Kriteria Kesesu aian Lahan Kelapa Sawit di Kebun Baru PT. Perkebunan Nusantara- l, Langsa Abubakar Karim 239 Perubahan Beberapa Sifat Fisika dan Hasil Kacang Tanah akibat Pemberian Bahan Organ ik dan Pupuk Fosfat BelmJ 2 49 Pen gembangan Metode Prediksi Produksi Air DAS unluk Su ngai· sungai Utama di Aceh HaDa.I!l, Bidayat Pawitan, Gatot lrlanto, Kukub Murtllakaono, dan HaJru1 Baarl 2 58 Koin oku lasi Rhizobium dan Bak teri Pelarut Fos rat pada Tane.h Mineral Masam u ntu k Mem perbaiki Pertumbu h an S ibit Sengon Denl ElfJati 271 Laju Tumbu h Tanaman dan Produksi Kenta.ng (Solarium tuberosum L.) Varietas Oranola pada Pemberian Pu pu k Drganik Kasei ng dan Inoku lasi Mikoriza Arbuskular Nurhalisyah 277 Karakteristik Morfologi Fase Vegctatif Bcrbagai Varictas Jeruk Pamelo Pangkep deogan Teknik Samb ung Mj n i KaCrawi claJ:I. Zahraenf Kumalawati 284 AplikQsi herbisida Glif08at dan Paraquat pada Berbagai Oosis sert& Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Biduri (Calo lropis gigantea R. 8r.1 GIna Ertda dan Tjut Char:nzurui 294 Jurnal Agrista Volume 12 Nomor 3 Desember 2008 0aJ.m raagka ....ingbtku muh:I P1ENANGGUNG.JAWAII Prof. 0<.1<. Sur... L M.S. basif pmefitian. kdentmpilan mewtis _ydlorbn Iopono ... bui~ peodiIian bOleng pmanilln. d;p..t_ K£nJA EDIToM h Jumaillmiatl. _ Asrisla "'""""'"'" salah .... Jamal wadalt beii DEwAN penelili .uk. meu)'ebarlU&­ ~I Un Prof. Dr. 'r. HKanuddin. M .S. pmolkian dl Dr. h'. MMYUStr. M.P. Or. It. Hairul a.sn, M.Sc . Or. Ir. flu.~. M.Agric:.Sc. Dr. tr. Sug.iaAfo. M5)C.. 0<. 1<. ZLI)'8$'&- M.Sc. bidona _ian. 1.....1 AsrisIa .......111 I..,...., _ I pcnefitian atau -+.Ieh """lnsan deopa topil< _ian IT. M. ~ M.Sc. dori Slat ~pmefiti MIntA IlESTARI di Falwlla< "-Ian Univ<nitas Sy;a/l K""'. Bonda Acob elM _lid ~~ yus berasal dan PergunN\l1 Tingi ' Nqcri _ Swasra SCftI Balai PatetitiaA. Iuma1 Ajrista IDer1IpObn j .... cmpo1 ECft"oIo buloom1 yaog terlrit setiap hula, April A _ dan o..c..ber. • Prof, Dr. k . AbdI: A. WaIIMt. M.5c:.(Umyialt) Prof. Dr. Gw........ M S . (Uruyiatl) Dr. tr. Pitman ~ M,$.. IS-lispa Sukamandi) Of. IT. Ahuhakar A. Kari.. hot .s. (lIn5yiah) Dr. It. UIIP Sj.fc:! Wlradisastra. M.Sc. IIPBl Pmf, Dr. ft. DIrusIIIan. MoSc: . (U~-iah) Dr. if, NcnWffta Arpi. M.Sc (~) Or. tr. 11. T. ~ M.Sc. ( u..syw.) Dr. k . Puf'bt,yo ~ M.Sc. CPPKS MedIn) Of. It. ~i. ~.sc.. (Umy. > Dr. tt, "JUS ~...". M..Sc.. (UNItAl Or. fr. Pr'i)oao Pra.iao.. :\of.St.. fUNl B ) 0.. k. U-..1«n>Ia. M.S. (l'MIItonok " - I Dr. h'. ~ ~. M.Sc:.(BB Abinc.- Scrpoq:) Or. Ir, M. Edt PT ........... (PlOt PasuNal) Dr. Ir. s.tnpak ~ M.S. (UNPAR) Or. Ir. M . IAJi Ra)u. M..5c. (UNf8RAW) A.J....AMAT REoAICSI f~ Pt'1Uruu ~ S\_ Kuala Dn:ualzns a.... Aedt :!j'I' Tc:lcp::.nlfa:,;,. : oa IJo6Q!8:25"..JU65 174105 14 £,..n..itJar,ama-ecd@'>-Moo..co.id SUSUNAN R OmSO N T ANAH S-\WAH PADA TOPOSEKUEN LATOSOL BERBAHA N INDUK VOLKANIK DI DAERAH BOGOR - JAKARTA The Sequence of Horizons of P3ddy Soils in a Toposequence OfLatosoJ on Volcanic Parent Malerials in the Bogor- Jakarta Area Tefi Arabia", Sanvono Hardjowig eno1l, Sudarsono1), Widiatmaka t ), dan Nata Suharta' ) "Mahasiswa Sekolah Pascurujana £PO, Bogor; l)SltIfPengajar Departemen llmu Tanah dan Sumberdayu Lahan Fakuhas Perlanilln £PB, Bogor: lJStaa: Penelili BaJai Bes8/' Peneli(ian dan Pengembangan SumbenJaya Lahan Pertanian, Bogor ABSTRACT The sequence of horizons of paddy soils is different from the non paddy culli valed. The aim of the restarch were: (I) to study the sequence of horizons of plItkIy sOils in II tl'JpOsequence of Lalosol on volcanic materials in \he Bogor - Jakarta area; (2) to study the influence of paddy cultivated intensity 10 sequence of horizons. Tweh'c pedons of different altitude (90 - 6SU matkwe see level) and different paddy cultivated intensity (O/year, lIyear, 21year) were inve5tigated sequence of horizons in the field . The result of the research showed that horizons sequence. on non paddy cultivated soi ls consist of: tillage layer and the original soi l layers. On Ix paddy/year «Insist of: plow pan layer. and iron/manganese/nodules Mn iIIuviation layer. On 2,x paddy/year .consist of: tillage lllyer of surface reduction, plow pan layer, FelMn iIluviation layer, . ~nd reduced 5ubsUlrace layer. Keyword,: toposcquence, sequence of horIzons, tillage .Iayer, plow pan layer, Iron/maneane.'le llIuvlation layer, reduced subsurface layer PENDAHULUAN Tanah sawah dapat terbentuk pada ' . berbagai jenis tanah dan karakteristiknya sangat beragam tergantung dati sifat tanah asal dan intensitas ptoyawahannya. Tanah sawah merupakan tanah buatan manusia '. (al'llropogenik) . sifat·sifalnya sangat dipengaruhi oleh kegiatan manusia antara lain melalui cara pembuatan.sawah dan earn budictaya. Cara pembuatan sawah lergantung dari ~ relietltopografi dan hidrolog.i, sedangkan cara budidaya tergantung daTi pola lanam, kandWlgan lumpur dalam air irigasi , dan penambahan unsur ham. Tanah . Latosol (lahan keringftidak disawahkan) pada toposekuen berbahan induk volkanik di daerah Bogor - Jakarta menurut Subardja & Buurman (1980). terdiri dan : Lalosol Coklat (Sutrudept, dan Dystrudept) dijumpai pads elevasi linggi (900 - 320 m dpl.), dan Latosol Merah Kekuningan serta Latosol Merah (Eutrudox) dijumpai pada ketinggian 140 ­ 40 m dpl. Pada beberapa Ll!!tosol yang, di sawah Agrista Vol. 12 No.3, 2008 ?i " sekif¥ _80go;. profil ,:lanahnya " memperlihatkan sifat morfologi yang khas yaitu adanya lapisan olah tereduksi, tapisan tapak bajak. lapisan iluviasi besi, lapisan iluviasi mangan, setta lapisan tanah asal . (Koenigs 1950). :t:Jamun demikian lC.arena . perbedaan · 'ber&.\"gaf 'fakto r yang berpengaruh dalam · proses pembentukan . kan tanah. maka sifal morfologi y"ang kh83 tidak selalu terbentuk (Tan 1968, te~ebut Munir 1987). "Lapisan o lah tereduksilAp(g) merupakan lapisan paling ataS yang mengalami perg.antian reduksi·oksidasi sangat !ruat. OJ bawah lapisan ini dijumpai lapisan tapak baj~ yang. merupakan sebagian 9ari qori!.on A dan sebagian dari horison 8 atau salah satu dan keduanya (AdlABd/Bd), :yang " dicirikan mempunxai indeks pemadatan yang lebih tinggi dibandingkan tapisan di atas dan 9i bawahnya (Hardjowigeno &. Rayes 2005). Di bawah lapisan " tapak bajak ditemukan harison iluv iasi besilmangan. Honson ini terbentuk p~a ~anah ~rdrainase baik, dengan" kedalaman air taJlah > 1 m. Umumnya horison B ir 231. terletak eli alas. horison B ron, tempi pada tanllh dengan air tanah dangkal B iT dapat dljumpal eli bawah B ron, Lapis<m Fe umumnya sangat tipis (l ~ 2 em), sedangkan lapisan Mn umnmn:ya lebih teind (Koenig? 1950). Df bawah hori,son Fe/l\1n dijumpai hOriSOll B, tanah usal. Pada tanah-ranah tiengan ..lr tanah dalam yang di-sawahkan. tldak terpcligwuh otch resapan air genangan aklbat pmyawahan, Horison irJ tetap mempertahan sifat tauah asalnya. Tanah·tanah l..ato-sol yang disawahkan di scldtar Bogor, berasa\ dart bahan volkanik yang. bersifirt andesitfk, dllinarni pool SJUU dan dua kali datam sctahun (BSkosurtanal 2000l Perbedaan intem;itas penanaman padi telah menyebabkan terjadinya pcrbedaan lama tanah me::lgalami penggenangan dalam setiap tahUrl, seh}ngga berpengaruh terhadap proses r-dogenesls, dan ktmludian terjadl perbedaan sifat-slfat tanah, antara lain diperllhMkan oleh perbedaan susunan horisonnya, Penelitian tentang sifut-sirat taua.h sawah ill Indonesia masih sangat terbatas, pada umumnya- banya berke-nann dengan masalah agronorninya (Tan 1965), KajJan sifat-sifat ttlnah sawall di [ndonesia <!lawali ­ olen Koenigs (1950) yang meneliti pada jenis tanah Latosol dj Bogo!, tanpa melihat perbedaan elevasi dan Jamanya tanah digenangi dalam setahun" Kemudian Tap (1968) melakukan kajian karakteristlk dan genesis .tanah sawah di daernh Boger dan sekitarnya p!}da beberapa macam tanah dengan ketinggisn yang berbeda yaiiu pSda Andosol (SOn m dpL), Laroso! Coklat Kemerehan (250 m dpJ.) Latoso-l Metarr(50 ill dpL) Tanpa memperhatikan lrrteosires_ penanamannya. Uraian di alas merrunjukkan bahwa peneHtian yang lebih mendalum tentang susunari ht)rison pada sekucn, ketinggian dan _lamanya penyawahan dalam setahun masih per]u dilaktLxan, Demildan juga, identifikasj yang. tepat dan laplsan tapak bajak, lapisan Fe dan Mn atau lapisan lahmya masih periu dite1itL HasH penelitian ini diharapkan dapat digl.lnakan sebllgai infonnasi dasar dalarn pengembangan ilmu penge!ahuan genesis dan sistem klasHlkasl tOOM, serta pengeioiaan tanah sawah di 232 Indonesia, Pem::HHan lni bertujuan untuk: (1) mempe!ajarl sunman norison tana.l,·ianah $4wah pacta toposekuen berbahan induk vo\kanlk di daerah Bogor - Jakarta, (2) mem-pelajari pengarub intensitas penyawahan pada suatu sekuen kennggian terhadap susunan honson. METODE PENELITlAN Loka$i penclitian dllapangan dllakuka., pads daerah kaki lereng G, Salak dan G, Pangrang:o yang berbahan induk voikanik (peden TAl" TA2, rA3, TA4, TA5, dan TAo) meluas ke utara IMnuju Bogor yang merupakan caerah kipas aluVlal volkanik mngga ke Iakarta (pedon TA 7. TA8, TA 12, TAD dan TAI4). Daerah penelitian terlelak pad:;;. ketingglan antara 650 - 90 meter dad pern1ukaan Jaw: (m dpl.), Penetapan lokasi pengarnbil3Jl bahan­ nahan tanah didasarkan alas fsktot-faktot: L Macron tanah yang' dicirikan oleh wama tanah hanson B pada tanab latril.r) ker:ing yang dijumpai pe.da toposekuen Latosol dJ daerah B{!gor ­ Jakarta (Subatdja dan Buurman 19-80) berturut-mrut dari e1evasi tiuggi/400 ­ 650 m dpl. (Latoso] Cc>klat Kekuningan dan Latosol Coklat} ke e!evasi rel,dahJ90 - 155 m dpt (Lafosol Coklat Kernerahan dan Latosol Merah). 2. Lamanya tanah disawo.hkan {rligenangi) daLam setalmo, yaitu tida..l;. pernah disawahkanlkebun, sawah Jx setahun, dan sawan 2x padi retsnun, Berdasarkan hal tersebut sejumlalt 12 p-uiOH tellih d!teliti di lapangan (Tabel J), Peralata'1 yang digunakan antara lain teroid dar): altimeter, kl1nometer! kompas. bor, pisau, cangkul, skop, ember, meteran, bukll MU!lscll Soil Color Chart, dan pH Truog. Tcreapa! liga tahap penelitian: {I) persiapan dan pemilihan lokasi, (2) penelitien oi lapangan, dart (4) peagolahoo data dan pelll,llisan jumal. Kegiatan pe-rsiapao dan pemmhan lokasi penelitian meliputi pengumpulan bahan setta pene!aahan pel2,·pela dan daTa sekunder. Pcnelaaba... ollakJkan rerhadap Peta Rupa Bumi skala j :25.000 lembar Cisarua, Tabell. Lokasi pengambilan bahan !an:llJ di daerah penelitian Macam Tanah Elevas i Pedon Penggunaan i!!.!..£e.1} Lahan lotosol Coklat Kekunillgan Latosol Coklat Latosol eok lal Kemerahan Latosol Merah 425 500 455 650 420 400 150 140 155 TA5 TA4 TA3 TA6 TA2 TAl TA I4 TA8 TA7 IJO TAl] 130 90 TAI2 TA9 Kebun Durian Sawah Ix padi Sawah 2x padi Kebun Nangka Sawah Ix padi Sawah 2x padi Kebun Karel Sawah I x padi Sawah 2x padi Kebun Bambu Sawah Ix padi Sawah 2x padi Bogor, Leuwiliang, dan Cibinong (Bakosurtanal 2000); Peta Topografi (U.S. Anny 1943) skala 1:50.000; dan Pela Tanah Bogor skala 1:250.000 (Soepraptohardjo 1966). Penggunaan laban sebagai sawah pada masa lalu dapat dilihat dati Peta Topografi ( U.S. Army 1943 ). Kritetia tanah sawah bukan hanya (anah yang ditanami padi sawah, akan tetapi lanah tersebut telah mengaJami perkembangan morfologi yang khas, dihas ilkan oleh proses genesis yang terjadi selama tanab tersebul disawahkan. Perpilihan lokasi penelitian dilakukan dengan jalan mengadakan orientasi di seluruh daerah yang akan diteliti dengan tujuan menentukan lokasi yang sesuai (represent.arif) untuk. dijadikan bahan penelitian. · Pemilihan lokasi penelilian diawali dengan melakukan pengamatan sifat miliomorfologi tanah dengan pemboran, dan melakukan wawancara dengan petani setempat atau petugas penyuluh pertanian lapangan guna memperoleh informasi tentang pola tanam pada lokasi tersebut. Pengamatan. terhadap siml-siral morfologi pada profil tanah di lapangan dilakukan dengan mengacu pada Soil Survey Division Staff (J 993). Sifat-sifat morfologi tanah yang diamati meliputi kCdalaman solum, honson tanah (Iebal, batas dan simbol) pada lapisan olab, lapisan tapak bajak, lapisan· Fe, lapisan Mn, dan lain-lain. Setiap pedon yang diamali digambar sketsa penampang, dan posisinya Apista Vol. 12 No.3, 2008 Lekasi Palasari (Cijeruk) Bitungsari (Clawi) Taniun~ari (Cijerukl Sukamaju (Clawi) Gadog (Clawi) Sukamahi (Ciawi) Mekarsari (Kemang) Rancabungur (Kernang) Ke. Sawah Bojon& {Kemang) Bojongbaru (Bojong Gede) Bojongbaru (Bojong Gede) Ratujaya Pancoran Mas (Oepok) (lereDg alas, lereng tengah, atau lereng bawah) ~i lapangan. Data hasil pengamalan di lapangan diolah dalam bentuk Tabel dan Gambar. Dala sekunder, dan data pengamatan di lapangan dianalisis secara deskripti[­ han/iratif. HASIL DAN PEMBAHASAN Susunan honson tanah sawah berdasarkan intensitas penanaman padi di daerah potelitian· disajikan pada Gambar I, 2,3, dan 4; serta iabel 2. Dari Gambar dan Tabel tersehut terlihat, susunan honson lanah, pada lanah yang tidak disawahkan/kebun (pedon · TA5, TA6. TAI4. dan TAD), baik pada elevasi tinggi (400 - 650 m dpl.) maupun pa4a elevasi rendab (90 - 155 m dpl.) hanya terdiri dari lapisan olah CAp) dan lapisan tanah asaJ (Bw atau Bo) saja. Sedangkan pada sawall Ix dan sawah 2x telah terjadi horisonisasi (proses pembenlUkan horison) lebih Janjul. Susunan horison pada elevasi tinggi. tanah Latosol Coklat yang disawahkan Ix padi setahun (pedon TA"2) terdin da.Ti: lapisan olah, lapisan lapak bajak dengan karatan Fe (ABd ir),lapisan iluviasi Fe (B ir), lapisan iluviasi Fe-Mn (B im), lapisan iluviasi Mn (B mn), dan ' lapisan tanah asal (Bw). Tanah ini hampir mirip seperti tanah sawah tipikal dengan air tanah dalam, namun demikian tidak seideal yang dijumpai oleh Koenigs (1950); sedangkan 233 TAl) yang mempunyai air lanah dangkaJ pada Latoso l Coklat Keku ningan (pedon di lapisan bawah semllanya didominasi oleh lapisan iluviasi Mn. Pada Latosol Coklat Kekuningan yang disawahkan 2)( (pedon TA3) terdiri dari : Japisan olah, Japisan tapak bajak dengan ... karatan ·Fe (Ad it), lapisan i1uviasi Fe-Mn, " tapisan iiuviasi Mn-Fe (8 mi), lapisan i1uviasi Mn, dan lapisan !anah asal ; sedangkan pada Latosol Cok lat (pedon (68 em) di lapisan bawah dijumpai lapisan Icreduksi dengan karatan Fe (Bg ir), dan bahan induk tereduksi (Cg); hal ini lidak sesuai d.engan penelilian Moormann dan TA4) van Breemen (1978) yang menemukan profil tanah sawah tipikal pada ait tanah agak dangkal, di atas bahan induk dijumpai Japisan Fe dan di alasoya lagi terdapat lapisan Mn •• .... , • n ,. • '. :~ , . .., IC " ' " ~: , Pt"" .... Pt~. a._llliol Co kJ., t.:"kunin~" n c ...,IIO'.1. Sw.on Ho ......" "'" ... .......... , .. l~- o. "" , • .. • • s....... . ,, X , • 234 , . "<_"'''''., M<iio,-o, l..o,_ CoUtot Kancr/I"" pood,,- [k'noII lIO _ 1M M<"' r <lo r! h ......."" . . l ... . t , • , , " " .. " • 11. - . . _~ ~ J.I) ., . .. ,., po,...... • , • " • ,,,. , , • '",, •• , ,.~"""'p~"t. 1>I .II"t.o •• f'<dO" ' PO;IU L.a ,... "t Coklol p...r.. ........,r ~QG _ &..<0 M" !ucl~ri 1'.",,~ J(o ." Woo, M.I.~dM" ""n"uuu Ln", CO>llbf., J. " .tdlw.II·j .' °ft·I°W. s .......... Iforbon "u~," p.nw..'1tI! M""tt: pad. [ ...... lISr~oo - 6"-;0 • 0 • • a • o , ," a • .' • It It Htt [!J~I!I'. 0 0, o, jJ~"'Mr 1. C1"'.u'lAI) , • • '" •" ht'It "".. /... . " •' " • ,• •• 10 • ".., ,' , - , , • , ..... ... ' .,' , .' . ", , ' ", : '::::,: ,":'.' ,, " , ~ ~ .• , /,, , • •• +t •, )q : 7 • ,0 . • I< , toopD "··k,.'II!t•• c . ... I» . ~. ' • ·_1Io .... $ . ....... " Ii ... - . . " ..... """""' 1\1"1... ... ,..... ~. \..0, ...... , •..,... ~ 1"'''0 E....·.. t '00. t~~ ,,~ ,t ".n"u ""~" t..-y, "''''H AgrisUi Vol. 12 No.3, 2008 Tabel 2. Susunan horison taoah sawah berdasarkan illtensitas penanam<ln pad i di daerah Eenelitian Sawah OX Karakteristik Pedon iKcbun) Elevasi Tinggj (400-600 m dpl.) TA5 • Latosol Coklat Ke~"llnin gan Ap ,6wl , B\\'2, Susunan Horison Lapisan olah (Ap) • Kedalaman (em) Lapisan tapak bajak (AdiABd) - Kedalaman (em) - Ketebalan (em) • Letak Lapisan Iiuviasi Fe/Mn (B ir/B mn) • Kedalaman (em) - Kelebalan (em) - Letak - Latoscl Coklat Susunan Honson Sawah IX Padi Sawah 2X Padi TA4 TA3 8\\'3, Be Ap, AD ir, B mnl -B mn4, BCmn Ap, Ad ir, B im, B mi, B mnl·B mn], BCmn 0·) 0· 12 0· 10 12-30 18 Honson AB 10·25 15 horison A 30­ 116 86 B mn l·B mn4 25·36; 36·50; 50.97 11;14;47 B im; B mi ; B mn ! 8mn3 TA l Ap, Ad ir, BI?, ir, Cg TA6 Ap. Bwl, Bw2, Bw3 TA2 Ap, ASd ir, B ir, B im, B mn, Be Lapisan o!ah (Ap) - Kedalaman (em) Lapisan tapal< baja!< (AdiABd) - Kedalaman (em) - Ketebalan (em) • Letak Lapisan Iluviasi FeiMn (B ir18 mn) - Kedalaman (em) • Ketebalan (em) • Lotak 0-5 0·16 O· II 16-34 II ·23 12 honson A 18 honson AS 34·6 1 ;6 1·76; 76·82 27; 15;6 Bir;Bim ; Bmn Lapisan tereduksi (Bg. Cg) . - Kedalaman (em) · Kelebal.an (em) · Lota!< 23·39; 39·68 16 ; 29 horison B dan C IOYR 412 - Wama Elevasi Rendah (90-155 m dpl.) - Latosol Coklat Kemerahan SUSWl3n Hodson Lapisan olab (Ap) - Kedalaman (cm) - Karatan Fe TA B TA7 B03, B04 Ap, Sd mn, B mn, Bo l , B02 AP(g ir), Bd mi, B mo, 8 0 1,802 0·8 0· 16 0·15 banyak. besar ( lOR TA 14 Ap, 80 I, B02. 4/6) Lapisan tapa!< baja!< (Bd) - Kedalaman (cm) • KetebaJan (em) • r..tak . Lapisan I1uviasi Mn (B om) - KedaJaman (em) Agrisla Vol. 12 No.3, 2008 19 Honson B ·15' 34 · 19 horison B 35·8 1 34·76 16-35 , 23S Karakterislik Pedon - Kctebalan (em) Sawah OX (Kebun) - Leta!< - Latosol Merah Susunan Horison , Lapisan olah (Ap) • Kedalaman (em) - Karatan Fe TAIJ Ap, Bal, B02, B03 0-14 Sawah IX Padi 46 B mn TAI2 Ap(e), Bel, Be2, Boe Sawah 2X Padi 42 Bmn TA9 Ap(g ir). ABg ir. Bg or. Bim, Bo 0-18 0-16 biasa, sedang (2,5YR 4/8) Lapisan Tapak Bajak (ABd) - Kedalaman (em) • Ketebalan (em) - Letak Lapisan tereduksi (Bg) · Kedalaman (em) - Ketebalan (em) - Letak 16-28 12 Hanson AB 28-50 22 horison B 5B 5/1-5BG 5/1 • Warna Lapisan IJuviasi Fe-MnfNodul Mn (B imlBe) • Kedalaman (em) · Kelebalan (em) • Letak Susunan horison pada eJe~as i rendah. pada Latosol Coklat Kemerahan yang disawahkan I x setahun (pedan TAS) terdiri dari: lapisan olah. lapisan tapak bajak dengan karatan Mn (Bd rnn),' lapisan iluviasi Mn, dan lapisan lanah asaJ (Bo). Sedangkan pada Latosol Merah (pedon TAI2) merupakan tanah yang dulunyh pemah ditanami padi I x setahun, dan sekarang sudah lama tidak digunakan sebagai sawab (bekas sawah). terdapat lapisan olah dengan nodul Mn (Ap(c»), Japisan iluviasi nodul Mn (Be), dan lapisan tanah asal dengan noduJ Mn (Boc); hal ini disebabkan terjadi proses pengeringan yang lebih lama, Mn yang terkonsentrasi pada pori-pori-pori lanah mengeras sehingga membentuk nodul Mn. Pada Latoso1- Coklat Kemerahan yang disawahkan 2" (pedon TA7) terdin daTi : lapisan olah tereduksi (AP(g ir»). lapisan tapak bajak dengan karatan Mn dan Fe (Ed mi)~ lapisan iluviasi Mn. dan lapisan tanah asaI (Bo). Sedangkan pada Latosol Merah (pedon TA9), memperlihatkan proses horisonisasi yang agak berbeda dengan 236 18-48 ; 48-87 69 . Bcl;Be2 50-89 39 . 8im tanah-tanah Latosol lain yang disawahkan 2x. Lapisan yang terbentuk berturut-turut adalah: Japisan olah tereduksi dengan karatan Fe {AP(g ir)}. lapisan. tapak bajak belum begitu nyata tereduksi dengan karatan besi pada honson AB (ABdg ir). Japisan B tereduksi dengan karatan Fe (Bg ir), dan lapisan Fe-Mn (ak terpisahkan (B im). Rayes (2000) menyatakan, di dalam lapisan tapak bajak juga terjadi pencucian Fe dan Mn ke lapisan di bawahnya Oi Japisan ini juga dijumpai karatan yang menunjukk'an terjadinya proses oksidasi Fe yang berasal dari besi fero yang tertinggal di lapisan ini. Hal ini sesuai dengan yang ditemuk.an Koenigs (1950) yang menyatakan meskipun warna matriks Japisan IRpak bajak abu-abu seperti hanson Apg, tetapi karatan besi masih sering ditemukan. Lapisan-Iapisan tereduksi ini terbentuk pada riga lapisan teralas (kedalaman 0 - 50 em), hal ini disebabkan bukan olen air tanah yang dangkal karena air tanahoya > 2 m, tetapi tebih disebabkan oleh pengaroh air irigasi yang lehih intensif, sehingga lanah lebin reduktif. AgriSlB Vol. l2 No.3, 2008 Pada elevasi linggi, lanah yi!ng disawahkan Ix (TA4 dan TA2), Japis.an tapak bajak terbenluk di kedalaman 12 - 30 em (Iebal 18 em), dan kedaJaman 16 - .14 em (Iebal 18 em). Sedangkan pada elevasi rendah (TA8) lerbentuk di kedalamanl6 ­ 35 em (tebal19 em), dan pada TA1 2 tidak dijumpai lapisan tapak bajak. Pada elevasi linggi , twa h yang disawahkan 2x (TA3 dan TAl), lap isan tapak bajak lerbentuk di kedalamao 10· 25 em (lebal 15 em), dan keela/aman I I - 23 em (lebaI 12 em). Sedangkan pada elevasi rendah (TA7 dan TA9) terbentuk di kedalaman 15 - 34 em (tebaJ 19 em), dan kedalaman 16 - 28 em (Iebal 12 em). Baik pada elevasi linggi maupun rendah Japisan tapak bajak yang ditemukan di daerah penelitian hampir sejaJan dengan hasH penelitian Rayes (2000), lapisan tapak bajak dijwnpai pada kedaJaman 12 - 44 em (Iebal 6 - 20 em). Pad3 elevasi tinggi . {anah yang disawahX.an Ix, lapisan iluviasi Fe dijumpai sangat teba! hanya terdapat ·pada TA2 di keda1aman 34 - 61 em (Iebal 27 em), sedangkan pada elevasi rendah lidak terbentuk lapisan Fe. Hal ini berbeda deogan Koenigs ( 1950), di Latosol Bogor ditemukan kelebaJan lapisan Fe hanya 2 em, pada kedalaman 19 - 21 em, mirip honson p/akik tetapi tidak sampai tersementasi. Menurut Soil Survey Staff (2006) horison plalrik adalah : horison tipis (I - 25 rum) tersementasi oleh besi (atau besi dan Mn) serta bahan organik, merupakan padas berwama hitam sampai kemerah·merahan gelap. Pada . elevasi linggi, tanah yang disawahkan lx, lapisan iluviasi Mn pada TA4 lerbentuk sangat lebaJ di kedalarnan 30 - 116 ern (Iebal 86 em); dan pada TA2 terbentuk lapisan iluviasi Mn lipis (karena lapisan Fe yang terbentuk sangat lebal) hanya 6 em; sedangkan pada elevesi rendah (TAS) terbentuk di kedalaman 35 - 81 em (lebaJ 46 em); dan pada TA 12 tidak terbeotuk lap:san iluviasi Mn, telapi berupa lapi san nodui Mn (Be) dalam jumlah yang banyak dan besar, di kedalaman 18 - 87 em (tebal 69 em). Agrista Vol. 12 No.3, 2008 SIMPULAN DAN SARAN Berdasarknn uraian sebelumnya., maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: pada lanah yang tidak disawahkan susunan horison, hanya terdiri dari Japisan olah dan lapisan tMah asal. Susunan borison tanOO yang disawahkan, pada sawah 1x, di samping lapisan olah teJah terjadi proses pembentukan horison (horisonisasi) lebih lanjut, yaitu: lapisan tapak bajak kurang oyala, lapisan fe, lapisan Mn alau lapisan nodul Mn, dan lapisan tanah asal; sedangkan susunan honson sawah 2x sebagai berikut: lapisan olah (elah mengalami reduksi, lapisan tapak: bajak lebih nyata, Japisan Fe dan atau Mo, lapisan bawah tereduksi, dan lapisan tMah asal. Pada elevasi tinggl, baik pada tanah .' yang disawahkan 1x maupun sawah 2x. lapisan tapak bajak dijumpai di kedalaman lebih dangkal (10·12 em), dibandingkan pada elevasi rendab dijumpai di kedalaman lebih dalam (15 · 16 em), dengan kelebalan yang sarna 12· 19 em. Semakin rendah ketinggian, baik pada ' tanah yang disawahkan Ix maupun sawah 2x, semakin sedikit horisonisasi. DAFTAR PUSTAKA Bakosunanal. 2000. Peta rupa bumi skala 1:25.000. Lembar Cisarua, Ciawi, Bogor, Leuwiliang, dan Cibinong. Bakosun.anal, Bogor. Hardjowigeno, 5., & M.L. Rayes. 2005. Tanah Sawah Karakteristik, Kondisi, dan Pennasalahan Tanah Sawah di Indonesia. Cetakan Pertama. Bayumedia Publishing. Malang. Jawa Timur. Indonesia. Koenigs, F. F. R. 1950. A 'sawah' profile near Bogar (Java). Contr. of the General Agrie, Researeh Station, Bogar. No. 15. Moonnann, F. R , & N. van Breemen. 1978. ~iee: Soil, Water, Land. JRRl. Los Banos, Laguna, Philippines. Munir, M. 1987. Pengaruh penyawahant terhadap morfologi, pedogenesis, elektrokimia dan klasifikasi tanah. Disertasi Doktor. Program Pascasarjana, IPS. Bogor, 237 Rayes, ?'vi. 1. lOOt). Kareku:rislik, genesis dan klasifikasi tanah sawah berasa! dari bahan volk-an MerapL D1SerlaS) Doktor. Progranl Pascasarjana, Institut Pertanlan Bogor, Bogor. Socpraptohardjo, M. 1966. Peta tanah tinjau Jawa Baret. Lembaga Pene!itian Tanah, BOgOL Soil Survey DiVISIon Slaff. 1993. Sui! Survey Manual, USDA. Handhook No. IS. USDA, Washington D. C. Soil Survey Staff, 2006. Keys to Soil Taxonomy. loth ed USDA-NRCS. Washington, DC SubardjB & P. Buunna(J., 1980. A Toposequence of Latosal on volcanic rocks in the Bogor - Jakarta al'er.$. in P. Buurman (ed). Red Soils in Indonesia Centre for Agric. PubL and Doc. Wageningen. t9GB. The genesis and Tan, K. H. characteristics of paddy sons in Indonesia. SQil Sci. Phmt Nutr. 14(3),117-121. U S. Anny. [943. Java and Madura 1:50.000. II:!: ed. Chief af engineers, U. S. Army. Copied from a Dutch map, 1937 Agrim. Vol. 12No.3,l00S