BAB III Gambaran Umum Makam Sultan Hadlirin Mantingan

advertisement
26
BAB III
Gambaran Umum Makam Sultan Hadlirin Mantingan Tahunan
Jepara
A. Letak Geografis
Masjid dan Makam Mantingan terletak 5 km arah selatan dari pusat
kota Jepara di desa Mantingan kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara,
sebuah Peninggalan Kuno Islam dan menjadi salah satu asset wisata
sejarah di Jepara, dimana di sana berdiri megah sebuah masjid yang
dibangun oleh seorang Islamik yaitu PANGERAN HADIRIN suami Ratu
Kalinyamat yang dijadikan sebagai pusat aktivitas penyebaran agama
islam di pesisir utara pulau Jawa dan merupakan masjid kedua setelah
masjid Agung Demak, Masjid dan Makam Mantingan berdiri dalam satu
kompleks yang mudah dijangkau dengan kendaraan roda empat dari
berbagai jurusan dengan sarana jalan aspal. Obyek wisata sejarah ini
dengan sarana angkutan jurusan Terminal Jepara–Mantingan yang dapat
ditempuh beberapa menit.1
Perlu diketahui juga bahwa di desa Mantingan mayoritas
penduduknya adalah pemeluk agama Islam dengan mata penghasilan dari
usaha ukir-ukiran. Disamping itu lokasi Masjid dan Makam Mantingan
berdiri dalam satu komplek yang mudah dijangkau dengan kendaraan roda
empat dari berbagai jurusan dengan fasilitas sarana jalan aspal. Hal lain
1
http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Mantingan tgl 15/09/2014 7:52 wib
26
27
yang tidak kalah penting usaha Pemda Kabupaten Jepara dengan instansi
terkait bekerja sama dengan pengusaha angkutan sudah berupaya
memberikan kemudahan transportasi menuju lokasi Obyek Wisata Sejarah
ini dengan sarana angkutan jurusan Terminal Jepara–Mantingan.
B. Sejarah makam Sultan Hadlirin Mantingan Tahunan Jepara
Masjid Mantingan merupakan masjid kedua setelah Masjid Agung
Demak, yang dibangun pada tahun 1481 Saka atau tahun 1559 Masehi
berdasarkan candrasengkala yang terukir pada mihrab Masjid Mantingan
berbunyi “Rupa Brahmana Warna Sari”. Pembangunan masjid ini berkait
dengan anak R. Muhayat Syeh, sultan Aceh yang bernama R. Toyib. Pada
awalnya R. Toyib yang dilahirkan di Aceh ini menimba ilmu ke Tanah
Suci dan Negeri Cina (Campa) untuk dakwah Islamiyah. Ia pergi ke Jawa
(Jepara) dan menikah dengan Ratu Kalinyamat (Retno Kencono). Ratu ini
adalah putri Sultan Trenggono, sultan Kerajaan Demak. Akhirnya beliau
mendapat gelar Sultan Hadlirin dan sekaligus dinobatkan sebagai adipati
Jepara sampai wafat.2
Masjid ini merupakan salah satu pusat aktivitas penyebaran agama
Islam di pesisir utara Pulau Jawa dan merupakan masjid kedua setelah
masjid Agung Demak. Konon, pengawas pekerjaan pembangunan masjid
ini adalah Babah Liem Mo Han.
Masjid Mantingan sebagai salah satu konsep Masjid-Makam-Keraton,
karena disanalah disemayamkan Sultan Hadlirin, padatahun 1559 dengan
2
Ibid
28
sengkala Rupa Brahmana Warna Sari. Di Masjid Mantinganini
kebudayaan di kembangkan pada ornament-ornamen yang digunakan
berupaukiran dengan motif suluran flora dan fauna yang disamarkan.
Tipologi bangunandengan konsep perpaduan Islam-Hindu terlihat jelas
pada bentuk bangunan serta gapura yang berbentuk lengkung. Di dekat
Masjid mantingan tersebut didalamnya terdapat petilasan sebuah candi
hindu yang sudah hilang.
Sultan Hadlirin adalah seorang pengembara dari tanah seberang,
yaitu Sumatera tepatnya dari Aceh yang datang ke ke Jepara, dan bernama
kecil Raden Toyib, Saat itu Aceh merupakan suatu kerajaan Islam besar
dan termasyhur. Letaknya yang stategis membuatnya menjadi pelabuhan
perdagangan yang sangat ramai. Banyak pedagang dari manca negara
singgah untuk berdagang, hal ini membuat kerajaan Aceh maju tata
budayanya. Terutama agama Islam. Pedagang-pedagang Islam yang juga
banyak membwa misi dakwah kemudian banyak yang menikah dengan
wanita Aceh kemudian menjadi pusat penyebaran agama Islam sehingga
terkenal dengan sebutan “ serambi Mekah”.3
Salah seorang raja yang pernah berkuasa di kerajaan Aceh adalah
Syech Mukayyat (ada yang menyebut Ali Mughayyat Syah). Beliau
mempunyai dua orang putera bernama Raden Takyim dan adiknya Raden
Thoyib. Keduanya mempunyai perbedaan yang sangat menyolok, Raden
Takyim lebih suka berfoya-foya daripada mempelajari ilmu tata
3
A. Mukarrom, M. Dkk, Sejarah Sultan Hadlirin dan Ratu Kalinyamat Sebuah Sejarah
Ringkas, Jepara, 1991, hlm. 55
29
pemerintahan, suka malas–malasan dan bermewah–mewahan. Sedangkan
adiknya Raden Thoyib sebaliknya rajin dan tekun mempelajai berbagai
ilmu. Terutama ilmu pengetahuan agama. Ia kemudian tumbuh menjadi
pemuda yang matang dan terpelajar. Itulah mengapa syech Mukayyat Syah
mulai udzur (tua) bermaksud mengangkat Raden Thoyib menjadi
penggantinya sebagai Raja, meski sebenarnya Takyimlah yang lebih
berhak dengan tahta kerajaan tersebut.4
Setelah Raden Thoyib diangkat menjadi Sultan di kerajaan Aceh
meskipun sebenarnya ia tidak menginginkan jabatan tersebut, tidak lama
kemudian muncullah konflik baru karena kakaknya (Raden Takyim)
menuntut hak atas tahta kerajaan Aceh. Maka ketika beliau mengetahui
bahwa pengangkaan dirinya malah menimbulkan perpecahan dengan
saudaranya, akhirnya beliau mengalah. Dengan sukarela diserahkannya
jabatan sultan tersebut pada kakanya. Sementara itu, beliau sendiri
memilih untuk pergi
mengembara menuntut ilmu dan menyebarkan
agama Islam.5
Begitulah akhirnya Raden Thoyib pergi mengembara dengan
menumpang
pada
kapal
pedagang
keluar
dari
Aceh.
Dalam
pengembaraannya, Raden Thoyib terdampar di negeri Tiongkok
dan
kebetulan sekali diambil anak angkat oleh seorang patih di Tionghoa
bernama
4
5
Ibid, hlm 58
Ibid, hlm 59
Patih
Cie
Wie
Gwan.
Karena
Patih
tersebut
30
kesulitanmenyebutkan nama Raden Thoyib, maka patih tersebut
menyebutkan anak angkatnya sebagai Thoyab.6
Lebih kurang lima tahun lamanya Raden Thoyib berada di negeri
Tiongkok. Suatu hari Raden Thoyib melihat ayahanya bersedih hati. Patih
tersebut ternyata sedang menghadapi sebuah masalah yang sangat pelik.
Mahkota Kaisar Tiongkok sedang mengalami kerusakan. Sang Patih
diperintahkan memperbaikinya. Jika dalam waktu 40 hari tidak bisa, maka
ia akan dihukum mati. Sekalipun hampir mendekati batas waktu yang
dijanjikan, mahkota kaisar tersebut masih dalam keadaan rusak. Tidak
satupun ahli emas (tukang emas) diseluruh negeri dapat memperbaikinya.
Raden Thoyib sangat kasian pada ayah angkatnya tersebut. Akhirnya,
Raden Thoyib menyanggupkan dirinya untuk memperbaiki mahkota kaisar
yang rusak itu.7
Konon, untuk memperbaiki mahkota yang rusak tersebut, Raden
Thoyib disediakan satu kamar khusus. Selama satu minggu Raden Thoyib
berada di kamar dan riyadlah. Cara memperbaikinya sangat ajaib. Dengan
bantuan bangsa jin, mahkota tersebut nampak seperti baru, tidak
sedikitpun memperlihatkan tanda-tanda pernah rusak dan telah diperbaiki
bahkan lebih bagus dari asalnya, tak luput Kaisarpun terpesona, dan
bermaksud mengangkatnya sebagai anak angkat. Namun Raden Thoyib
6
7
Ibid, hlm. 60
Ibid, hlm. 61
31
menolak oleh karena ingin meneruskan perjalanannya sehingga sampai ke
Jepara.8
Dengan menumpang sebuah kapal, Raden Thoyib berlayar
meninggalkan Tiongkok. Ia terus berlayar hingga akhirnya mendarat di
pesisir utara pulau Jawa, yaitu sebuah pelabuhan yang bernama Bandar
Jepara. Saat itu bandar Jepara merupakan bandar dari kerajaan
Kalinyamat, salah satu dari delapan kerajaan Islam kecil yang sudah
merdeka dipulau Jawa dan Madura. Sampai di Jepara, Raden Thoyib
menuju ke Istana Ratu Kalinyamat.kepada penjaga Istana, Raden Thoyib
berterus terang menyampaikan maksudnya ingin menghadap kanjeng Ratu
Kalinyamat. Raden Thoyib ingin sekali mengabdi. Keinginan Raden
Thoyib dikabulkan. Ratu Kalinyamat memberinya pekerjaan sebagai
tukang kebun. Pada suatu hari kanjeng Ratu Kalinyamat berdebar-debar.
Kanjeng Ratu merasa Raden Thoyib bukan orang biasa. Kanjeng Ratu
segera menanyai asal usulnya. Raden Thoyib tidak mau mengaku.
Akibatnya Raden Thoyib meringkuk dalam penjara, Raden Thoyib
akhirnya membuka rahasianya. Kepada kanjeng Ratu, Raden Thoyib terus
terang berasal dari negeri Aceh dan pernah menjadi Sultan.9
Konon kabarnya, pada waktu itu Raden Thoyib seorang yang
tampan rupawan, dan gagah perkasa. Dapat dimaklumi, sebagai insan
manusia biasa jika terpesona. Hati Kanjeng Ratu pada waktu itu tidak
karuan selalu berdebar-debar jika berdekatan dengan Raden Thoyib,
8
9
Ibid, hlm. 62
Ibid, hlm.64
32
menurut perasaannya, bukan mustahil Raden Thoyib memang merupakan
jodohnya seperti diramalkan mendiang ayahnya, Kanjeng Ratu sendiri
adalah wanita yang sangat cantik parasnya, berambut panjang dan masih
muda belia. Keesokan harinya, ketika Kanjeng Ratu meminta untuk segera
dinikahi, ternyata Raden thoyib tidak menolak. Setelah menikah, Kanjeng
Ratu Kalinyamat menyerahkan tahta kerajaan Jepara kepadanya. Dan
Raden Thoyib diberi nama sebagai pangeran Hadlirin dan diberi gelar
Sultan Hadlirin.
C. Keadaan Sarana dan Prasarana
Dalam kesehariannya makam mantingan memang tidak bisa
dipisahkan
dengan
keberadaan
masjid
mantingan
dikarenakan
keberadaannya memeng berdampingan, setidaknya gambaran inilah yang
dapat dilihat dari kondisi yang ada, mengenai sarana dan prasarana yang
dimiliki oleh makan mantigan adalah sama dengan masjidnya,
dikarenakan makam dan masjid merupakan satu komplek bangunan,
sebagaimana keterangan berikut:
No
1
2
3
4
5
Sarana-prasarana
Toilet pria
Toilet wanita
Tempat wudlu
Kantor ta’mir
Tempat parkir
Jumlah
6
6
3
1
2
Download