KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Sistem penyelenggaraan makanan yang dilakukan di Sekolah Marsudirini swakelola, tanpa menggunakan catering dari luar. Penyelenggaraan makanan Sekolah Marsudirini pada jam sekolah menyajikan selingan 1, makan siang dan selingan 2. Proses perencanaan menu yang dilakukan dalam sistem penyelenggaraan makanan belum melibatkan ahli gizi dan kecukupan gizi tiap murid. Pembagian kerja karyawan dapur terbagi menjadi tiga bagian yaitu unit dapur, pemorsian dan distribusi, serta kebersihan. Pelaksanaan penyelenggaraan makanan mencakup kegiatan pembelian bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, persiapan dan pemasakan, distribusi, serta penyajian makanan. Pengawasan penyelenggaraan makanan dilakukan secara internal oleh kepala penyelenggaraan makanan, namun belum ada pengawasan secara eksternal. Rata-rata umur siswa yaitu 10,7 tahun dan lebih dari separuh siswa berumur 11 tahun, dengan siswa berjenis kelamin wanita sebanyak 23 orang dan laki-laki sebanyak 32 orang. Rata-rata berat badan siswa adalah 38 kg dan tinggi badan siswa adalah 142 cm. Sebagian besar siswa memiliki status gizi normal, termasuk keluarga berukuran menengah dan beragama Katolik. Sebagian besar pendidikan orang tua siswa yaitu perguruan tinggi. Lebih dari separuh siswa memiliki ibu dengan pekerjaan ibu rumah tangga dan separuh siswa memiliki ayah dengan pekerjaan pegawai swasta. Secara umum daya terima siswa terhadap makanan cenderung baik. Akan tetapi preferensi anak terhadap makanan sekolah cenderung biasa. Menu makanan sekolah yang paling disukai oleh siswa yaitu menu lauk hewani (sate sosis-baso dan ayam fillet goreng tepung), sedangkan menu makanan sekolah yang paling tidak disukai oleh siswa yaitu menu selingan (donat coklat). Evaluasi penilaian kebersihan cenderung baik untuk alat dan cara penyajian, dan kurang baik untuk tempat makan. Tingkat ketersediaan energi, protein, zat besi, kalsium, dan vitamin C dari menu makan siang dan selingan yang disediakan oleh penyelenggaraan makanan di Sekolah Marsudirini belum mencapai 1/3 dari AKG anak berumur 1012 tahun sehari. Rata-rata konsumsi makanan sekolah siswa terhadap total konsumsi sehari menyumbang asupan energi sebanyak 444 Kal (34%), protein sebanyak 78 11,5 g (28,2%), kalsium sebanyak 118,2 mg (35%), zat besi sebanyak 2,6 mg (30,7%), dan vitamin C sebanyak 6,2 mg (35,4%). Sedangkan kontribusi makanan sekolah terhadap angka kecukupan gizi siswa yaitu 22,7% untuk energi; 24,2% untuk protein; 11,8% untuk kalsium; 17,4% untuk zat besi; dan 12,4% untuk vitamin C. Tidak ada perbedaan yang nyata (p>0,05) berdasarkan jenis kelamin terhadap daya terima makanan sekolah. Status gizi, besar keluarga, pekerjaan orangtua dan pendidikan ibu juga tidak berhubungan nyata (p>0,05) terhadap daya terima makanan sekolah. Hanya pendidikan ayah yang berhubungan nyata negatif (p<0,05) terhadap daya terima makanan sekolah (r=-0,272) dan terhadap beberapa aspek preferensi makanan siswa, yaitu warna/penampilan makanan (r=-0,347), aroma makanan (r=-0,268). Terhadap hubungan yang nyata (p<0,05) antara daya terima makanan di sekolah terhadap tingkat kecukupan energi, namun tidak terdapat hubungan yang nyata (p>0,05) antara daya terima makanan di sekolah terhadap tingkat kecukupan protein siswa. Saran Sebaiknya sekolah lebih memperhatikan lagi mengenai jumlah dan jenis makanan yang disediakan untuk siswa. Ketersediaan makanan untuk siswa sebaiknya disesuaikan dengan angka kebutuhannya menurut umur dan tingkat aktivitas sehingga tingkat kecukupan zat gizi siswa dapat terpenuhi dengan baik. Hal ini dikarenakan tujuan penyelenggaraan makanan di sekolah yaitu menyediakan makanan yang kualitasnya baik dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan serta pelayanan yang layak dan memadai bagi anak sekolah yang membutuhkan. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan penyusunan menu seimbang tiap minggu yang terdiri dari nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur dan buah-buahan. Jumlah nasi juga dapat dibedakan berdasarkan tingkatan kelas menggunakan cetakan nasi yang berbeda-beda bagi tiap kelas. Untuk meningkatkan penerimaan makanan, penampilan makanan dapat dipercantik dengan menggunakan tambahan garnish berupa sayuran atau buah yang dapat dimakan. Selain itu, untuk meningkatkan penerimaan rasa makanan, selain menu snack, sebaiknya dilakukan standarisasi resep agar rasa makanan tidak berubah-ubah. Sekolah Marsudirini sebaiknya memiliki tenaga gizi/ahli gizi dalam penyelenggaraan makanannya. Hal ini dikarenakan Sekolah Marsudirini merupakan suatu institusi yang besar yang menyelenggarakan makanan untuk memenuhi kebutuhan gizi banyak orang dengan berbagai kelompok umur, juga 79 dikarenakan Sekolah Marsudirini merupakan sekolah National Plus yang memiliki keterbukaan dengan anak yang memiliki kebutuhan khusus yang memerlukan makanan yang khusus pula. Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu dilakukan penelitian lanjutan tentang penyelenggaraan makanan di asrama Sekolah Marsudirini serta aspek sanitasi dan higiene dari penyelenggaraan makanan di Sekolah Marsudirini. Hal ini ditujukan agar dapat memberikan gambaran secara menyeluruh tentang penyelenggaraan makanan di Sekolah Marsudirini.