II. TELAAH PUSTAKA Mikroorganisme merupakan salah satu makhluk hidup yang banyak dimanfaatkan dalam kehidupan manusia. Pemanfaatan mikroorganisme ini dikarenakan kemampuan mereka dalam menghasilkan berbagai senyawa yang bersifat bioaktif. Senyawa bioaktif tersebut diantaranya antitumor dan antibakteri yang dimanfaatkan dalam bidang farmasi, fungisida dan pestisida dimafaatkan dalam bidang pertanian, dan pigmen yang berpotensi dalam bidang kosmetik, makanan maupun tekstil sebagai pewarna alami. Salah satu mikroorganisme yang banyak dikaji potensinya adalah aktinomisetes. Aktinomisetes merupakan salah satu organisme prokariot yang unik, karena termasuk ke dalam golongan bakteri namun morfologinya mirip jamur. Mayoritas dari aktinomisetes hidup bebas sebagai bakteri saprofit yang ditemukan di tanah, air, serasah, maupun di dalam tanaman. Aktinomisetes berperan penting dalam lingkungan. Menurut Nurkanto et al. (2008) aktinomisetes berperan dalam biodegradasi tanah, pembentukan humus, dan daur ulang nutrisi dengan menguraikan tumbuhan ataupun hewan yang mati. Aktinomisetes diketahui memiliki sifat fisiologis yang beragam, hal tersebut terlihat dari kemampuannya dalam menghasilkan berbagai macam senyawa metabolit. Nurkanto (2011) menyebutkan bahwa hal yang menarik dari aktinomisetes adalah kemampuan bakteri ini dalam memproduksi komponen bioaktif yang bernilai penting dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Senyawa aktif yang berguna tersebut adalah antibiotik, antikanker, dan peningkat sistem imun. Nurkanto (2011) menyebutkan bahwa semakin besar keragaman ekologi dalam habitat tertentu maka tingkat keragaman metabolit sekunder yang dihasilkan aktinomisetes semakin tinggi. Serasah mangrove merupakan bahan dasar penghasil unsur hara yang penting bagi kelangsungan jaring-jaring makanan pada lahan bio.unsoed.ac.id mangrove. Lingkungan mangrove sangat kaya akan bahan organik, mengandung karbon, sulfur dan nitrogen (Phongsopitanun et al., 2014). Pencarian aktinomisetes pada lahan mangrove belum banyak dilakukan. Padahal lahan mangrove merupakan ekosistem yang unik, termasuk daerah yang terletak antara lingkungan darat dan laut (Das et al., 2006). Aktinomisetes juga diketahui mampu menghasilkan pigmen sebagai salah satu hasil dari metabolit sekundernya. Pigmen yang dihasilkan oleh bakteri ini dapat 6 digunakan sebagai alternatif dari penggunaan pewarna sintetis. Menurut Amal et al. (2011), pigmen coklat yang dihasilkan oleh Streptomyces virginiae bisa digunakan sebagai pewarna untuk benang wol. Sedangkan menurut Palanichamy et al. (2011), genus Streptomyces selain diketahui memiliki kemampuan menghasilkan antibiotik, tapi juga diketahui dapat menghasilkan pigmen. Salah satunya adalah Actinochordin yang merupakan pigmen berwarna merah sampai biru yang dihasilkan oleh S. coelicolor. Shaaban et al. (2013) menyatakan bahwa aktinomisetes dapat menghasilkan zat berwarna coklat gelap pada medium kultur, yang biasanya disebut melanin. Melanin ini dapat digunakan dalam industri farmakologi maupun kosmetik. Melanin yang dihasilkan oleh aktinomisetes juga terbukti dapat mengurangi produksi aflatoxin oleh Aspergillus flavus. Destager et al. (2006) menyatakan bahwa melanin merupakan suatu senyawa yang tidak teratur, memiliki sifat antioxidan yang dapat melindungi mikroorganisme dari paparan sinar uv. Melanin dihasilkan oleh mikroorganisme yang memiliki jalur fermentasi oksidatif. Biosintesis dari pigmen melanin diawali dengan adanya enzim tirosinase, yang akan merubah tirosin yang ada pada medium menjadi suatu senyawa yang berwarna coklat. Pigmen yang dihasilkan oleh aktinomisetes memiliki potensi untuk digunakan dalam berbagai bidang industri. Namun, penggunaan pigmen dari aktinomisetes pada tingkat industri masih jarang dilakukan. Penyebab yang mendasarinya adalah belum ditemukan medium yang cocok untuk fermentasi pigmen tersebut. Produksi dari pigmen aktinomisetes ini sangat dipengaruhi oleh komposisi dari medium pertumbuhan (Palanichamy et al., 2011). Menurut Scribner et al. (1973), medium pertumbuhan dari aktinomisetes mempengaruhi sporulasi dan produksi pigmen. Dearajat keasaman (pH) medium akan mempengaruhi warna yang dihasilkan oleh aktinomisetes. Conn dan Conn (1941) menyatakan bahwa warna yang dihasilkan dari pigmen aktinomisetes akan bio.unsoed.ac.id lebih gelap pada medium basa dibandingkan pada medium asam. Penambahan glukosa sebagai sumber karbon dalam medium akan mempengaruhi warna pigmen yang dihasilkan oleh aktinomisetes. Menurut Shaaban et al. (2013), starch atau pati merupakan sumber karbon terbaik untuk pertumbuhan aktinomisetes dan produksi pigmen melanin, dibandingkan dengan gliserol, fruktosa, dan sukrosa. Nitrat merupakan sumber nitrogen yang baik untuk memaksimalkan produksi senyawa melanin dari 7 aktinomisetes, dibandingkan dengan sodium nirat, ammonium chlorida, dan pepton. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Palanichamy et al. (2011) menunjukkan bahwa sodium caseinat merupakan sumber nitrogen yang cukup baik selain pepton dalam produksi pigmen aktinomisetes, namun tripton dan asparagin bukan merupakan sumber nitrogen yang dapat mendukung produksi pigmen aktinomisetes. Conn (1943) menyebutkan bahwa spesies aktinomisetes yang sama akan menghasilkan warna yang berbeda pada medium pertumbuhan yang berbeda. Komposisi medium akan mengubah konsentrasi ion hidrogen akhir yang dihasilkan aktinomisetes sehingga akan menghasilkan warna yang berbeda. Penggunaan berbagai medium banyak dilakukan untuk mendapatkan variasi warna dan memaksimalkan produksi pigmen yang dihasilkan oleh aktinomisetes. Beberapa peneliti telah melakukan pencarian medium pertumbuhan untuk memaksimalkan produksi pigmen aktinomisetes. Dastager et al., (2006) menggunakan medium basal yang ditambahkan sumber karbon dan sumber nitrogen yang berbeda untuk memaksimalkan produksi melanin oleh Streptomyces spp. Hasilnya starch atau pati merupakan sumber karbon terbaik untuk produksi melanin, dibandingkan gliserol dan fruktosa. Beberapa asam amino seperti lisin, prolin, argin, dan citrulin merupakan sumber nitrogen terbaik dalam produksi melanin. Sedangkan Shaaban et al. (2013) menggunakan medium YEME dan Oatmeal Agar untuk melihat pertumbuhan dari isolat aktinomisetes hasil isolasi dari tanah. Pertumbuhan kedua isolat pada kedua medium ini menunjukkan pertumbuhan yang baik, terlihat dari adanya miselium aerial dan miselium substrat pada medium. Kedua isolat yang digunakan dalam penelitian selanjutnya akan diidentifikasi untuk mengetahui genus dari aktinomisetes yang potensial tersebut. Identifikasi isolat aktinomisetes menjadi hal penting dalam pencarian aktinomisetes baru yang memiliki kemampuan menghasilkan pigmen. Jeffry (2008) menyebutkan bio.unsoed.ac.id bahwa identifikasi aktinomisetes secara mikroskopis saja tidak cukup untuk dilakukan. Identifikasi secara biokimiawi akan lebih memastikan genus dari aktinomisetes yang potensial. Selanjutnya pigmen hasil produksi dari dua isolat aktinomisetes selanjutnya akan diekstraksi dan dikarakterisasi. Karakterisasi pigmen aktinomisetes dapat dilakukan melalui beberapa cara. Menurut Ahmad et al. (2012), karakterisasi pigmen 8 dapat dilakukan dengan UV-VIS. UV-VIS digunakan untuk mengetahui panjang gelombang maksimum yang dapat diserap oleh pigmen aktinomisetes. bio.unsoed.ac.id 9