BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Medis a. Definisi Asfiksia Neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 (oksigen) dan makin meningkatnya CO2 (karbondioksida) yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba.2010.H.421) Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Sebelumnya bayi mengalami gawat janin kemudian mengalami asfiksia sesudah persalinan, Asfiksia dapat terjadi karena keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan. (JNPK-KR.2008.H.146) Asfiksia tidak mudah didefinisikan, Asfiksia disebabkan oleh pertukaran gas yang tidak adekuat sehingga menyebabkan hipoksemia dan asidosis campuran akibat pembentukan asam laktat dan penumpukan karbon dioksida. (David drew.2009.H.6) Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis. Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaaruhi fungsi organ vital lainnya. (Sarwono. 2006.H347) Asfiksia adalah bayi yang tidak bernafas dalam waktu 0. 5 hingga 1. 0 menit setelah lahir. (Harry oxon.2010.H660) 13 Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 Jadi dapat di simpulkan asfiksia adalah Kelahiran bayi di mana pada saat semua tubuh bayi terlahir, bayi tidak dapat bernafas spontan pada menit pertama dan ditandai dengan gejala-gejala yang lain. b. Sirkulasi Darah Janin Intrauterin ke Ekstrauterin. Bayi baru lahir harus memenuhi sejumlah tugas perkembangan untuk memperoleh dan mempertahankan eksistensi fisik secara terpisah dari ibunya. Perubahan biologis besar yang terjadi saat bayi lahir memungkinkan transisi dari lingkungan intrauterin ke ekstrauterin. Perubahan ini menjadi dasar pertumbuhan dan perkembangan di kemudian hari. Pada kehamilan cukup bulan, berbagai system fisiologi dan anatomi mencapai tingkat perkembangan dan fungsi yang memungkinkan janin memiliki eksistensi terpisah dari ibunya. Saat dilahirkan, bayi baru lahir memiliki kompetensi perilaku dan kesiapan interaksi social. Periode neonatal yang berlangsung sejak bayi lahir sampai usianya 28 hari, merupakan waktu berlangsungnya perubahan fisik yang dramatis pada bayi baru lahir. Gambar 1. : Sirkulasi Darah Janin Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 Keterangan : Darah arteri dari plasenta mengalir ke janin melalui vena umbilicus dan dengan cepat mengalir ke hati kemudian masuk ke vena kava inferior. Darah mengalir ke foramen ovale dan masuk ke atrium kiri, tidak lama kemudian, darah muncul di aorta dan arteri di daerah kepala. Sebagian darah mengalir melalui jalan pintas di hati dan menuju ke duktus venosus. Sebagian besar darah vena dari tungkai bawah dan kepala masuk ke atrium kanan, ventrikel kanan, dan kemudian menjadi arteri pulmoner desenden dan duktus arteriosus. Dengan demikian, foramen ovale dan duktus arteriosus berfungsi sebagai saluran bypass, yang memungkinkan sejumlah besar darah campuran yang di keluarkan jantung kembali ke plasenta tanpa melalui paru-paru. Kira-kira 55 % darah campuran,yang keluar dari ventrikel, mengalir menuju plasenta, 35 % darah mengalir ke jaringan tubuh, dan 10 % sisanya mengalir ke paru-paru (Behrman, Vaughan, 1987). Setelah lahir, Foramen ovale menutup, duktus arteriosus menutup dan menjadi sebuah ligament, duktus venosum menutup dan menjadi sebuah ligament, arteri dan vena umbilikalis menutup dan menjadi ligament (Dari Laboratorium Ross, Colombus, OH. ) . (Irene.2005.H.362-365) c. Evaluasi nilai APGAR Penilaian bayi harus di mulai segera sesudah bayi lahir meliputi penilaian pernafasan, denyut jantung dan warna. (Sarwono prawirohardjo.2006.349). Pengkajian ini dapat di lakukan dalam waktu 20 detik. (David drew.209.H.30). Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 Nilai APGAR dilaksanakan pada 1 menit dan 5 menit sesudah bayi lahir. (Sarwono prawirohardjo.2006.H.349). Nilai (skor) APGAR tidak dilakukan sebagai dasar keputusan untuk tindakan resusitasi, Penilaian harus dilakukan segera, sehingga keputusan resusitasi tidak didasarkan penilaian APGAR, akan tetapi skor APGAR tetap digunakan untuk menilai kemajuan kondisi BBL pada saat 1 menit dan 5 menit setelah kelahian. (JNPK-KR.2008.H152) Menurut Drage penilaian secara APGAR mempunyai hubungan yang bermakna dengan mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir, dimana patokan klinis yang dinilai ialah : 1. Menghitung frekuensi jantung. 2. Melihat usaha nafas. 3. Menilai tonus otot. 4. Menilai refleks rangsangan. 5. Memperhatikan warna kulit. Skor APGAR dinilai 1 menit setelah bayi lahir lengkap, yaitu pada saat bayi telah diberi lingkungan yang baik serta telah dilakukan pengisapan lendir dengan sempurna. Skor APGAR 1 menit menunjukkan beratnya asfiksia yang diderita dan baik sebagai pedoman untuk menentukan cara resusitasi. Skor APGAR perlu pula dinilai setelah 5 menit bayi lahir, karena hal ini mempunyai korolasi yang erat dengan morbiditas dan mortalitas neonatal. (Prof.DR.Iskandar wahidiyat.2007.H.1076) Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 Tabel : SKOR APGAR Tanda Frekuensi jantung Usaha nafas Tonus otot Refleks Warna 0 Tidak ada Tidak ada Lumpuh 1 < 100 x/menit Lambat, tidak teratur Ekstremitas fleksi sedikit Tidak ada Gerakan sedikit Biru atau pucat Tubuh kemerahan dan Ekstremitas biru 2 > 100 x/menit Menangis kuat Gerakan aktif Menagis Tubuh dan ekstremitas merah d. Klasifikasi atau macam Menurut Prof.DR.Iskandar wahidiyat.2007.H.1077 Asfiksia di bagi dalam : 1. Asfiksia Ringan “Vigorous baby” (APGAR Skor 7-10). 2. Asfiksia Sedang “Mild-moderate asphyxia” (APGAR Skor 4-6). 3. Asfiksia Berat dengan scor APGAR Skor 0-3. e. Etiologi Pengembangan paru-paru neonatus terjadi pada menit-menit pertama kelahiran kemudian disusul dengan pernafasan teratur, bila terjadi gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu akan terjadi asfiksia janin atau neonatus. Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir ini merupakan kelanjutan asfiksia janin, karena itulah penilaian janin selama masa kehamilan, persalinan memegang peranan penting untuk kesehatan dan keselamatan bayi. (Prof.DR.Iskandar wahidiyat.2007.H.1072) Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen kejanin berkurang, akibatnya terjadi gawat janin. hal ini dapat menyebabkan asfiksia pada bayi baru lahir. (JNPK-KR.2008.H.146) Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 1. 2. Keadaan Ibu a. Preeklamsia dan eklamsia. b. Kehamilan post matur (Kehamilan 42 minggu atau lebih). c. Partus lama atau partus macet. Keadaan Plasenta Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. Asfiksia pada janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak seperti : a. Plasenta previa. b. Solusio plasenta. 3. Keadaan tali pusat Kompresi umbilicus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilicus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin, gangguan aliran darah dapat ditemukan pada keadaan: 4. a. Lilitan tali pusat. b. Tali pusat pendek. c. Simpul tali pusat. d. Prolapsus tali pusat. Keadaan bayi a. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamialn). b. Persalinan sulit (Ekstraksi Vakum). c. Ketuban pecah dini. Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 f. Patofisiologis 1. Keadaan bayi Bayi yang normal bernafas dalam waktu 0,5 hingga 1,0 menit setelah dilahirkan . (harry oxorn.2010.H.660). Alveoli paru janin dalam uterus berisi cairan paru. Sebelum lahir, paru terisi oleh cairan dan oksigen dipasok oleh plasenta. Pembuluh darah yang memasok dan mengaliri paru mengalami konstriksi (resistensi vaskular pulmonal tinggi), sehingga sebagian besar darah dari sisi kanan jantung melewati paru dan mengalir melalui duktus arteriosus menuju aorta. Sesaat sebelum lahir dan selama persalinan, produksi cairan paru berkurang. (Tom lissauer.2008.H.32) Selama menuruni jalan lahir, dada bayi terperas dan sejumlah cairan paru keluar dari trakea. Sejumlah stimulus (termal, kimiawi, taktil) memulai terjadinya pernapasan. Kadar kartisol ADH (antidiuretic hormone), TSH (tyroid-stimulating hormone) dan katekolamin serum meningkat dengan sanagat cepat. (Tom, Lissauer.2008.H.32) Pada saat lahir dan bayi mengambil nafas pertama, udara memasuki alveoli paru dan cairan paru diabsorpsi oleh jaringan paru.(IDAI.2010.H.104). Tarikan nafas pertama biasanya terjadi dalam beberapa detik setelah lahir. Tekanan intratoraks yang tinggi diperlukan untuk mencapai hal ini. Pengisian udara ke dalam paru disertai dengan peningkatan tegangan oksigen arterial ; aliran darah arteri pulmonalis meningkat dan resistensi vascular pulmonal turun. (Tom lissauer.2008.H.32) Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 Pada nafas kedua dan berikutnya, udara yang masuk alveoli bertambah banyak dan cairan paru diabsorpsi sehingga seluruh alveoli berisi udara yang mengandung oksigen.(IDAI.2010.H.104) Penjepitan tali pusat menghilangkan sirkulasi plasental yang memiliki resistensi rendah. Keadaan ini menyebabkan peningkatan resistensi vascular perifer dan peningkatan tekanan darah sistemik. (Tom lissauer.2008.H.32) Aliran darah paru meningkat secara dramatis. Hal ini disebabkan ekspansi paru yang membutuhkan tekanan puncak inspirasi dan tekanan akhir ekspirasi yang lebih tinggi. Ekspansi paru dan peningkatan tekanan oksigen alveoli, keduanya menyebabkan penurunan resistensi vaskuler paru dan peningkatan aliran darah paru setelah lahir. Aliran intrakradial dan ekstrakradial mulai beralih arah yang kemudian diikuti penutupan duktus arteriosus. Kegagalan penurunan resistensi vaskuler paru menyebabkan hipertensi pulmonal persisten pada BBL (Persisten Pulmonary Hypertension of the Neonate), dengan aliran darah paru yang indekuat dan hipoksemia relative. Ekspansi paru yang inadekuat menyebabkan gagal nafas pada bayi sehingga menyebabkan Asfiksia pada bayi. (M.Sholeh kosim.2010.H.104) 2. Keadaan Ibu Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen ke janin berkurang, akibatnya terjadi gawat janin. Hal ini dapat menyebabkan asfiksia bayi baru lahir seperti : (JNPK-KR.2008.H146) Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 a. Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. (Sujiyatini M.Keb.2009.H.58) Preeklamsia memberi pengaruh buruk pada kesehatan janin yang disebabkan merusaknya oleh menurunnya perfusi endotel pembuluh sel utero plasenta darah dan plasenta. (Sarwono.2008.H.541) b. Eklamsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas yag ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan neurologik) dan atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre-eklamsia. (sujiyatini M.Keb. 2009, hal. 67) c. Kehamilan lewat waktu (post date) adalah kehamilan yang umurnya lebih dari 42 minggu, menurut Hanifa, 2002 adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu lengkap. (sujiyatini M.Keb.2009, hal 34). umur kehamilan yang semakin tua maka semakin besar terjadinya resiko gawat janin dikarenakan penurunan kadar estrogen sehingga terjadi pengapuran pada bayi menyebabkan pengapuran pada plasenta sehingga oksigen yang didapatkan bayi melalui plasenta terganggu. d. Partus lama atau persalinan lama dikaitkan dengan his yang masih kurang dari normal sehingga tahanan jalan lahir yang normal tidak dapat diatasi dengan baik karena durasinya tidak terlalu lama, frekuensinya masih jarang, tidak terjadi koordinasi kekuatan, Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 keduanya tidak cukup untuk mengatasi tahanan jalan lahir tersebut. (Manuaba, 2010. hal. 385) 3. Keadaan Plasenta Faktor plasenta menyebabkan pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta seperti : (FKUI.2007.H.1073) a. Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum, (Sujiyatini M.Keb.2009.hal.69) sehingga menyebabkan gangguan aliran plasenta yang membawa O₂ terganggu .(Halen varney.2008.H.904) b. Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal di korpus uteri yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu dan yang letaknya normal pada fundus atau korpus uteri sebelum jalan lahir. (sujiyatini M.Keb.2009.hal. 52) Menyebabkan aliran darah melalui menuju janin akan mengalami gangguan sehingga nutrisi dan O² makin berkurang sehingga menimbulkan asidosis. (I.B.G Manuaba.2007.H.842) 4. Keadaan tali pusat Kompresi umbilicus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilicus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat seperti : (FKUI.2007.H.1073) Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 a. Prolapsus tali pusat Tekanan tali pusat oleh bagian terendah janin dan jalan lahir akan mengurangi atau menghilangkan sirkulasi plasenta. Obstruksi yang lengkap dari tali pusat menyebabkan dengan segera berkurangnya detak jantung janin (deselerasi variabel). (sarwono prawirohardjo. 2008. H. 626) Prolapsus tali pusat dapat menurunkan aliran darah ke janin sehingga bayi mengalami Asfiksia. (Hallen varney.2008.H.904) Kompresi tali pusat dapat menyebabkan aliran darah menuju janin berkurang, sedangkan lilitan tali pusat dapat menyebabkan ketidak mampuan pemenuhan oksigen dan nutrisi ke janin. (I.B.G Manuaba.2007.H.841) 5. Keadaan bayi a. Persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram. (Sujiyatini M.Keb.2009.hal.38) Bayi yang lahir kurang bulan mempunyai kecenderungan ntuk lebih memerlukan resusitasi karena bayi kurang bulan mudah mengalami hipotermi karena rasio luas permukaan dan masa tubuhnya relative besar,lemak subkutan sedikit dan imaturitas pusat pengatur suhu.(IDAI.2010.hal.109) b. Distosia atau persalinan sulit ditandai dengan proses persalinan yang berjalan lambat. jika persalinan tidak berjalan dengan normal, Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 janin atau bayi yang baru lahir akan mengalami masalah. (sujiyatini, 2009, hal. 85) c. Kelahiran sungsang merupakan mortalitas dan morbiditas bayi lahir sungsang 3x lebih tinggi dari pada kelahiran biasa. Keadaan ini terjadi karena faktor trauma dan hipoksia yang mungkin timbul pada saat persalinan. Manipulasi yang salah pada saat mengeluarkan tubuh bayi dapat menimbulkan kerusakan atau perdarahan pada hati, limpa atau kelenjar adrenal. Factor hipoksia terutama timbul bila terjadi kompresi tali pusat atau kepala bayi terlambat lahir menyebabkan bayi akan menderita asfiksia. (FKUI.2007.H.1070) d. Ekstraksi vakum menimbulkan tarikan atau tahanan dinding jalan lahir terhadap kepala bayi. Indikasi penggunaan alat tersebut disertai pengalaman dalam pemakaian alat, merupakan factor tambahan yang mempengaruhi keadaan bayi baru lahir. Frekuensi terjadinya asfiksia berkisar antara 10-20 % timbulnya tergantung dari keadaan bayi saat persalinan dan indikasi penggunaan alat dalam persalinan. FKUI.2007.H.1068-1069) e. KPD (Ketuban Pecah Dini) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Ketuban pecah dini, karena KPD bisa terjadi karena infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban sehingga janin bisa terkena asfiksia. (sujiyatini, 2009, hal. 13) Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 Bayi yang lahir dengan air ketuban bercampur mekonium dan tidak bugar (ditandai dengan depresi pernafasan, frekuensi jantung kurang dari 100 x/menit dan tonus ototnya buruk). (IDAI.2010.hal.109) g. Tanda dan gejala Berdasarkan jenisnya Asfiksia dibagi menjadi 3 yaitu Asfiksia Ringan, Asfiksia Sedang dan Asfiksia Berat. 1. Asfiksia Ringan “Vigorous baby” (skor APGAR 7-10) Dalam hal ini bayi di anggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa. 2. Asfiksia Sedang “Mild-moderate asphyxia” (skor APGAR 4-6) Pada Asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul adalah a. Frekuensi jantung lebih dari 100 x/menit. b. Tonus otot kurang baik atau baik. c. Bayi sianosis. d. Refleks iritabilitas tidak ada. 3. Asfiksia Berat(nilai APGAR 0-3) Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis, sehingga memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. tanda dan gejala yang muncul pada asfiksia berat adalah sebagai berikut: a. Frekuensi jantung kurang dari 100 x/menit. b. Tonus otot buruk. c. Bayi sianosis berat dan kadang-kadang pucat. d. Refleks iritabilitas tidak ada. (Prof.DR.Iskandar Wahidiyat.2007.H.1077) Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 h. Pemeriksaan Penunjang atau Laboratorium 1. Pemeriksaan darah lengkap. 2. Pemeriksaan golongan darah ibu dan janin. 3. Pemeriksaan kadar billirubin (Paulette.S.Haws.2008.H.175) i. Penatalaksanaan Medis 1. Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir Bidan harus siap melakukan resusitasi setiap menolong persalinan. Walau hanya beberapa menit bila BBL tidak segera bernafas, bayi dapat menderita kerusakan otak dan meninggal.Persiapan yang diperlukan adalah persiapan keluarga, tempat, alat untuk resusitasi dan persiapan diri (bidan). (JNPK-KR. 2008.H148). a) Persiapan Keluarga Sebelum menolong persalinan, membicarakan dengan keluarga mengenai kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada ibu dan bayinya dan persiapan persalinan. Sebagai contoh apa bila bayi lahir kemudian bayi tidak dapat bernafas spontan dan memerlukan tindakan resusitasi maka memberi tahu pada keluarga dan memberi surat persetujuan pada keluarga untuk dilakukan tindakan yang di butuhkan untuk bayi (inform consent). (JNPK-KR. 2008.H.148). b) Persiapan Tempat Resusitasi Persiapan yang dilakukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi : Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 (JNPK- KR.2008.H.148) : a) Menggunakan ruangan yang hangat dan terang. b) Menyiapkan tempat resusitasi yang datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat. Gambar 2 : Tempat Resusitasi Keterangan : a) Menggunakan ruangan yang hangat akan mencegah bayi hipotermi. b) Menyiapkan tempat resusitasi yang rata untuk kemudahan pengaturan posisi kepala bayi. c) Menyediakan sumber pemancar panas gunkan lampu 60 watt, dan menyalakan pada saat menjelang persalinan. c) Persiapan Alat Resusitasi Sebelum menolong persalinan, selain menyiapkan alat-alat persalinan, harus disiapkan pula alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai yaitu : (JNPK-KR.2008. H.148) : 1) Kain ke-1 : untuk mengeringkan bayi. 2) Kain ke-2 : untuk menyelimuti bayi. 3) Kain ke-3 : untuk ganjal bahu bayi. 4) Alat pengisap lendir DeLee atau bola karet. 5) Tabung dan sungkup/ balon dan sungkup. Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 6) Kotak alat resusitasi. 7) Sarung tangan. 8) Jam atau pencatat waktu. Keterangan : 1) Kain yang digunakan sebaiknya bersih, kering, hangat dan menyerap cairan seperti handuk atau kain flanel, kalau tidak ada gunakan kain panjang atau sarung. 2) Kain ke-3 untuk ganjal bahu dibuat dari kain (kaos, selendang, handuk kecil) yang digulung setinggi 3cm untuk mengatur posisi kepala bayi agar sedikit tengadah. d) Persiapan Diri Melindungi bayi dari kemungkinan infeksi dengan cara (JNPK-KR. 2008.H.151) a) Memakai alat pelindung diri pada saat persalinan (celemek, masker, penutup kepala, kacamata, sepatu tertutup). b) Melepaskan perhiasan, cincin, jam tangan sebelum mencuci tangan. c) Mencuci tangan dengar air mengalir dan sabun atau dengan campuran alkohol dan gliserin. d) Mengeringkan dengan kain atau tisu bersih. e) Menggunakan sarung tangan sebelum menolong persalinan. 2. Keputusan Resusitasi BBL Melakukan penilaian untuk mengambil keputusan guna menentukan tindakan resusitasi (JNPK-KR.2008.H.151-152) : Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 1) Menilai keadaan guna menentukan tindakan resusitasi :Sebelum bayi lahir : Apakah kehamilan cukup bulan ? a) Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah : Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium (warna kehijauan) ? b) Segera setelah lahir (jika bayi cukup bulan) : (1) Menilai apakah bayi menangis atau bernapas atau megapmegap ? (2) Menilai apakah tonus otot baik ? 2) Membuat keputusan : Memutuskan bayi perlu resusitasi jika : a) Bayi tidak cukup bulan atau bayi megap-megap/ tidak bernapas dan tonus otot bayi tidak baik. b) Air ketuban bercampur mekonium. 3) Membuat tindakan : Memulai melakukan resusitasi segera jika : a) Bayi tidak cukup bulan dan atau Bayi megap-megap atau tidak bernafas dan tonus otot bayi tidak baik. (lakukan tindakan resusitasi BBL) 3. Prosedur Resusitasi Bayi Baru Lahir Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa BBL perlu resusitasi, tindakan harus segera dilakukan . (JNPK-KR.2008.H. 154). A. Tindakan resusitasi bayi baru lahir Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 Bila bayi tidak cukup bulan dan atau tidak bernapas atau bernapas megap-megapdan atau tonus otot tidak baik : Sambil memulai langkah awal: Memberitahu ibu dan keluarga, bahwa bayi mengalami kesulitan untuk memulai pernapasan dan tenaga kesehatan akan menolong bayi bernapas. B. TAHAP I : LANGKAH AWAL Langkah awal diseleseikan dalam waktu 30 detik. Bagi kebanyakan BBL, 5 langkah awal di bawah ini cukup untuk merangsang bayi bernapas spontan dan teratur. Langkah tersebut meliputi : (JNPK-KR.2008.H.154-156) 1. Menjaga bayi tetap hangat a. Meletakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut. b. Menyelimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut tetap terbuka, kemudian memotong tali pusat. c. Memindahkan bayi ke atas kain di tempat resusitasi yang datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat. d. Menjaga bayi tetap diselimuti dan di bawah pemancar panas. 2. Mengatur posisi bayi a. Membaringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong. b. Memposisikan kepala bayi pada posisi menghidu dengan menempatkan ganjal bahu sehingga sedikit ekstensi. Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 Benar Salah Gambar 3: Posisi Kepala dan Alur Jalan Napas 3. Menghisap lendir Menggunakan alat pengisap lendir DeeLe dengan cara : a. Menghisap lendir mulai dari mulut dalu kemudian dari hidung. b. Melakukan penghisapan saat alat penghisap ditarik keluar, tidak pada waktu memasukkan. c. Tidak melakukan penghisapan terlalu dalam (tidak boleh lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau lebih dari 3 cm ke dalam hidung), hal itu dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi tiba-tiba berhenti bernapas. Bila menggunakan bola karet lakukan dengan cara : a) Menekan bola di luar mulut. b) Memasukkan ujung penghisap di rongga mulut dan melepaskan (lendir akan terhisap). c) Untuk hidung, memasukkan ke dalam hidung. Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 4. Mengeringkan dan merangsang bayi (1) Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat membantu BBL mulai bernapas. (2) Melakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini : (a) Menepuk/ menyentil telapak kaki bayi. (b) menepuk punggung/ perut/ dada/ tungkai bayi dengan telapak tangan. Gambar 4 : Rangsang Taktil 5. Mengatur posisi kepala bayi dan menyelimuti bayi a. Mengganti kain yang basah dengan kain yang kering di bawahnya. b. Menyelimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan dada agar bisa memantau pernapasan bayi. c. Mengatur kembali posisi kepala bayi sehingga sedikit ekstensi. Melakukan penilaian bayi : (1) Melakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, tidak bernapas atau megap-megap. Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 (a)Bila bayi bernapas normal : melakukan asuhan pasca resusitasi. (b)Bila bayi megap-megap atau tidak bernapas : mulai melakukan ventilasi bayi. C. TAHAP II : VENTILASI Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume udara ke dalam paru-paru dengan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernapas spontan dan teratur. (JNPK-KR.2008.H.156-159) Langkah-langkah : a) Memasang sungkup Memasang dan memegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung. Gambar 5 : Pemasangan Sungkup b) Ventilasi 2 kali (JNPK-KR.2008.H.156-157) (1) Melakukan tiupan/ pemompaan dengan tekanan 30 cm air. Tiupan awal tabung-sungkup atau pemompaan awal balon-sungkup sangat penting untuk membuka alveoli paru agar bayi dapat bernapas dan menguji apakah jalan napas bayi terbuka. Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 (2) Melihat apakah dada bayi mengembang Saat melakukan tiupan/ pemompaan, menilai dan memperhatikan apakah dada bayi mengembang. Bila tidak mengembang : (a) Memeriksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor. (b) Memeriksa posisi kepala, memastikan posisi sudah menghidu. (c) Memeriksa cairan atau lendir di mulut. Bila ada lendir atau cairan, melakukan pengisapan. (d) Melakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30 cm air (ulangan), bila dada mengembang, melakukan tahap berikutnya. c) Ventilasi 20 kali dalam 30 detik (1) Melakukan tiupan dengan tabung dan sungkup atau pemompaan dengan balon dan sungkup sebanyak 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air sampai bayi mulai menangis dan bernapas spontan. (2) Memastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau pemompaan, setelah 30 detik melakukan penilaian ulang napas. Jika bayi mulai bernapas spontan atau menangis,kemudian menghentikan ventilasi bertahap. a) Melihat dada apakah ada retraksi dinding dada bawah. b) Menghitung frekuensi napas per menit. Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 Jika bernapas > 40 kali permenit dan tidak ada retraksi berat : (a) Tidak boleh melakukan ventilasi lagi. (b) Meletakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit pada dada ibu dan melanjutkan asuhan BBL. (c) Memantau setiap 15 menit untuk pernapasan dan kehangatan. (d) Mengatakan kepada ibu bahwa bayinya kemungkinan besar akan membaik. Tidak boleh meninggalkan bayi sendiri. c) Melanjutkan asuhan pasca resusitasi Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, melanjutkan ventilasi. (3) Ventilasi, setiap 30 detik, menghentikan dan melakukan penilaian ulang a) Melanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air). b) Menghentikan ventilasi setiap 30 detik, melakukan penilaian bayi apakah bernapas, tidak bernapas atau megap-megap : (a) Jika bayi sudah mulai bernapas spontan, menghentikan ventilasi bertahap dan melakukan asuhan pasca resusitasi. (b) Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, meneruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 kemudian melakukan penilaian ulang napas setiap 30 detik. (JNPK-KR.2008.H.159) D. TAHAP III : ASUHAN PASCA RESUSITASI Setelah tindakan resusitasi, diperlukan asuhan pasca resusitasi yang merupakan perawaan intensif selama 2 jam pertama. Penting sekali pada tahap ini dilakukan konseling, asuhan BBL dan pemantauan secara intensif serta pencatatan. (JNPK-KR.2008.H.160) Asuhan pasca resusitasi adalah pelayanan kesehatan pasca resusitasi yang diberikan baik kepada BBL ataupun ibu dan keluarga. Pelayanan kesehatan yang diberikan berupa pemantauan, asuhan BBL dan konseling. (JNPK-KR.2008.H.162) Membicarakan dengan ibu dan keluarga bayi tentang resusitasi yang telah dilakukan. Menjawab setiap pertanyaan yang diajukan. Asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai dengan keadaan BBL setelah menerima tindakan resusitasi dan dilakukan pada keadaan : (JNPK-KR.2008.H.162-163) a) Resusitasi berhasil : bayi menangis dan bernapas normal sesudah langkah awal atau sesudah ventilasi. b) Resusitasi belum/ kurang berhasil : bayi perlu rujukan yaitu sesudah resusitasi 2 menit belum bernapas atau megapmegap atau pada pemantauan didapatkan kondisinya memburuk. Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 c) Resusitasi tidak berhasil : sesudah resusitasi 10 menit dihitung dari bayi tidak bernapas dan detak jantung 0. A. Resusitasi berhasil Mengajari ibu dan keluarga untuk membantu bidan menilai keadaan bayi. Menjelaskan mengenai pemantauan BBL dan bagaimana memperoleh pertolongan segera bila bayi mengalami masalah. Pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi : (a) Tidak dapat menyusu. (b) Kejang. (c) Mengantuk atau tidak sadar. (d) Napas cepat (> 60 menit). (e) Merintih. (f) Retraksi dinding dada bawah. (g) Sianosis sentral. Merujuk segera bila ada salah satu tanda-tanda bahaya di atas, sebelum merujuk lakukan tindakan pra rujukan. B. Pemantauan dan perawatan tali pusat : (a) Memantau perdarahan tali pusat, jika ikatan lepas batulkan oleh bidan. (b) Menjelaskan perawatan tali pusat yang benar pada ibu dan keluarga C. Bila napas bayi dan warna kulit normal, memberikan bayi kepada ibunya : Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 (a) Meletakkan bayi di dada ibu (kulit ke kulit), menyelimuti keduanya. (b) Membantu ibu untuk menyusui bayi dalam 1 jam pertama. (c) Menganjurkan ibu mengusap bayinya dengan kasih sayang. D. Pencegahan hipotermi : (a) Membaringkan bayi dalam ruangan > 25 o C bersama ibunya. (b) Mendekap bayi dengan lekatan kulit ke kulit sesering mungkin. (c) Menunda memandikan bayi sampai dengan 6-24 jam. (d) Menimbang berat badan terselimuti, kurangi berat selimut. (e) Menjaga bayi tetap hangat selama pemeriksaan, buka selimut bayi sebagian-sebagian. E. Pemberian vitamin K1 : (a) Memberikan suntikan vitamin K 1 di paha kiri anterolateral 1 mg intramuskular. F. Pencegahan infeksi : (a) Memberikan salep mata antibiotika. (b) Memberikan imunisasi hepatitis B di paha kanan 0,5 ml intramuskular, 1 jam setelah pemberian vitamin K 1. Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 (c) Memberitahu ibu dan keluarga cara pencegahan infeksi bayi. G. Pemeriksaan fisik : (a) Mengukur panjang badan dan lingkar kepala bayi. (b) Melihat dan meraba kepala bayi. (c) Melihat mata bayi. (d) Melihat mulut dan bibir bayi. (e) Melihat dan meraba lengan dan tungkai, gerakan, menghitung jumlah jari. (f) Melihat alat kelamin dan menentukan jenis kelamin, adakah kelainan. (g) Memastikan adakah lubang anus dan uretra, adakah kelainan. (h) Memastikan adakah buang air besar an buang air kecil. (i) Melihat dan meraba tulang punggung bayi. j. KOMPLIKASI Komplikasi dari Asfiksia meliputi (Hull,david.2008.H.52) : a. Otak : kejang dan hipoglikemia. Kejang BBL adalah perubahan proksimal dari fungsi neurologic (misalnya perilaku, sensorik, motorik, dan fungsi autonom system saraf) yang terjadi pada bayi berumur sampai dengan 28 hari. (IDAI.2010.H.226) Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 Asfiksia menyebabkan kerusakan langsung susunan saraf pusat berupa degenerasi dan nekrosis atau tidak langsung menyebabkan kerusakan endotel vascular dengan akibat perdarahan. (FKUI.2007.H.1140) Trauma lahir dan asfiksia biasanya disertai gangguan metabolism seperti hipoglikemia. (FKUI.2007.H.1140) Hipoglikemia adalah kadar glukosa serum yang kurang dari 45 mg% (< 2,6 mmol/liter) selama beberapa hari pertama kehidupan. (Tom lissauer.2008.H.06). Keadaan ini bersifat sementara akibat kekurangan produksi glukosa karena kurangnya depot glikogen di hepar atau menurunnya glukoneogenesis lemak dan asam amino. Hipoglikemia dapat terjadi pada bayi ibu penderita diabetes mellitus, pada BBLR, dismaturitas dan bayi dengan penyakit umum yang berat seperti sepsis, meningitis dan sebagainya. (FKUI.2007.H.1141) b. Paru-paru : sindrom gawat napas. Adalah keadaan bayi yang sebelumnya normal atau bayi dengan asfiksia yang sudah dilakukan resusitasi dan berhasil, tetapi beberapa saat kemudian mengalami gangguan nafas, biasanya mengalami masalah sebagai berikut : (Depkes-RI.2010.H.10-1) 1. Frekuensi nafas bayi lebih dari 60 x/menit. 2. Frekuensi nafas bayi kurang dari 40 x/menit. 3. Bayi dengan sianosis sentral (biru pada lidah dan bibir). 4. Bayi apnu (nafas berhenti lebih 20 detik). Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 c. Asfiksia berat. (FKUI.2007.H.1079) Resusitasi aktif dalam hal ini harus segera dikerjakan. Langkah utama ialah memperbaiki ventilasi paru dengan memberikan oksigen dengan tekanan dan intermiten. (FKUI.2007.H.1079) d. Ikterus (Depkes RI.2010.8-14) Ikterus adalah pewarnaan kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa yang terjadi karena meningkatnya kadar bilirubin dalam darah. Ikterus dapat terjadi pada riwayat bayi baru lahir dengan asfiksia. (Depkes-RI.2010.H.814). Ikterus ditemukan pada BBL yang merupakan suatu gejala fisiologis (terdapat pada 25-50% neonatus cukup bulan) atau dapat merupakan hal yang patologis pada inkompatibilitas Rhesus dan ABO. (FKUI.2007.H.1101) Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 Kerangka Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir BAYI LAHIR PENILAIAN Sambil meletakkan dan menyelimuti bayi diatas perut ibu atau dekat perineum,lakukan penilaian BBL 1. Apakah bayi sudah cukup bulan? 2. Apakah air ketuban jernih,tidak bercampur mekonium? 3. Apakah bayi bernafas atau menangis? 4. Apakah bayi aktif 1. 2. 3. 4. 5. ya Asuhan Bayi Normal LANGKAH AWAL Jaga bayi tetap hangat Atur posisi bayi Isap lendir Keringkan dan rangsang taktil Reposisis NILAI NAFAS Bayi Bernafas Normal Asuhan Pasca Resusitasi 1. Pemantoan 2. Pencegahan Hipotermi 3. Inisiasi menyusui dini 4. Pemberian vitamin K1 5. Pencegahan infeksi 6. Pemeriksaan fisik 7. Pencatatan dan pelaporan Bayi tidak bernafas atau bernafas megap-megap VENTILASI 1. Pasang sungkup-perhatian lekatan 2. Ventilasi 2x dengan tekanan 30cm air 3. Bila dada mengembang lakukan ventilasi 20x dengan tekanan 20cm air selama 30 detik NILAI NAFAS Bayi mulai bernafas 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Konseling Lanjutkan Resusitasi Pemantauan Pencegahan Hipotermi Pemberian vitamin K1 Pencegahan Infeksi Pencatatan dan pelaporan Bayi tidak bernafas atau bernafas megap-megap 1. Ulangi ventilasi sebanyak 20X selama 30 detik 2. Hentikan ventilasi dan nilai kembali nafas tiap 30 detik 3. Bila bayi tidak bernafas spontan sesudah 2 menit resusitasi,siapkan rujukan Bila diRujuk Bila tidak mau dirujuk dan tidak berhasil 1. Sesudah 10 menit pertimbangkan untuk menghentikan resusitasi 2. Konseling 3. Pencatatan dan pelaporan Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan a. Tinjauan Asuhan Kebidanan Varney Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien. Manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah yang berurutan, yang dimulai dengan pengumpulan data sampai dengan evaluasi. Proses ini bersifat siklik (dapat berulang),dengan tahap evaluasi sebagai data awal pada siklus berikutnya. Tinjauan asuhan kebidanan menggunakan kerangka bervikir varney yang terdiri 7 langkah yaitu 1. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar Mengumpulkan data dasar yang menyeluruh untuk mengevaluasi ibu dan bayi baru lahir. Data dasar ini meliputi pengkajian riwayat, pemeriksaan fisik dan pelvik sesuai indikasi, meninjau kembali proses perkembangan keperawatan saat ini atau catatan rumah sakit dahulu, dan meninjau kembali data hasil laboratorium dan laporan penelitian terkait secara singkat, data dasar yang diperlukan adalah semua data yang berasal dari sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi ibu dan bayi baru lahir. (Helen varney.2007.hal.27) Pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. (Eny retna Ambarwati M.Kes.2010.hal.131) 2. Langkah II : Interpretasi Data Bermula dari data dasar: menginterpretasi data untuk kemudian diproses menjadi masalah atau diagnosis serta kebutuhan perawatan kesehatan yang diidentifikasi khusus. (Helen varney.2007.hal.27) Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dilakukan. Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan dn masalah. (Diah Wulandari M.Kes.2010.hal141) 3. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial Mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial berdasarkan masalah dan diagnosis saat ini berkenaan dengan tindakan antisipasi, pencegahan jika memungkinkan, menunggu dengan waspada penuh dan persiapan terhadap semua keadaan yang mungkin muncul. Langkah ini adalah langkah yang sangat penting dalam memberi perawatan kesehatan yang aman. (Helen varney.2007.hal.27) Diagnosa potensial atau diidentifikasikan masalah berdasakan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu menggamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi, melakukan asuhan yang aman penting sekali didalam hal ini. (Eny retna Ambarwati M.Kes.2010.hal.142) Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 4. Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera Mencermikan sifat kesinambungan proses penatalaksanaan, yang tidak hanya dilakukan selama perawatan primer atau kunjungan pranatal periodik, tetapi juga saat bidan melakukan perawatan berkelanjutan bagi wanita tersebut. Data baru yang diperoleh terus dikaji dan kemudian dievaluasi.Beberapa mengharuskan data bidan mengindikasikan mengambil situasi tindakan kedaruratan, secara cepat yang untuk mempertahankan nyawa ibu dan bayinya. (Helen varney.2007.hal.27) Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dokonsultasikan atau ditangani bersamaan dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien. .(Diah Wulandari M.Kes.2010.hal143) 5. Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh Mengembangkan sebuah rencana keperawatan yang menyeluruh ditentukan dengan mengacu pada hasil langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan pengembangan masalah atau diagnosis yang diidentifikasi baik pada saat ini maupun yang dapat diantisipasi serta perawatan kesehatan yang dibutuhkan.Langkah ini dilakukan dengan mengumpulkan setiap informasi tambahan yang hilang atau diperlukan untuk melengkapi data dasar. Sebuah rencana perawatan yang menyeluruh tidak hanya melibatkan kondisi ibu atau bayi baru lahir yang terlihat dan masalah lain yang berhubungan, tetapi juga menggambarkan petunjuk antisipasi bagi ibu atau orang tua tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Petunjuk antisipasi ini Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 juga mencakup pendidikan dan konseling kesehatan dan semua rujukan yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah sosial, ekonomi, agama, keluarga, budaya atau psikologis. (Helen varney.2007.hal.27-28) 6. Langkah VI: Melaksanakan Perencanaan adalah melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh. Langkah ini dapat dilakukan secara menyeluruh. Langkah ini dapat dilakukan secara keseluruhan oleh bidan atau dilakukan sebagian oleh ibu atau orang tua, bidan atau anggota tim kesehatan lain. Apabila tidak dapat melakukan sendiri, bidan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa implementasi benar-benar dilakukan. (Helen varney.2007.hal.28) Melaksanakan rencana asuhan penyuluhan pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman.. (Eny retna Ambarwati M.Kes.2010.hal.145) 7. Langkah VII : Evaluasi Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, melihat kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan dan merencanakan kembali yang belum terlaksana. (Diah Wulandari M.Kes.2010.hal147) Evaluasi merupakan tindakan untuk memeriksa apakah rencana perawatan yang dilakukan benar-benar telah mencapai tujuan yaitu memenuhi kebutuhan ibu, seperti yang diidentifikasikan pada langkah kedua tentang masalah, diagnosis, maupun kebutuhan peraatan kesehatan. (Helen varney.2007.hal.28) Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 b. Tinjauan Asuhan Kebidanan SOAP Pendokumentasian adalah pendokumentasian yang dapat mengomunikasikan kepada orang lain mengenai asuhan yang telah dilakukan dan yang akan di lakukan pada seorang klien sesuai langkah langkah dalam proses manajemen kebidanan. (Dra.Nengah.2006.H.172). pada kasus bayi Ny.S data perkembangan menggunakan dokumentasi dalam bentuk SOAP, yaitu (S) Subjektif, : menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis sebagai langkah 1 varney. (O) Objektif : menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan uji diagnostik lain yang dirumuskan dalam data focus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1 varney. (A) Assessment : menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi: 1. Diagnosis/masalah. 2. Antisipasi diagnosis/ masalah potensial. 3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi dan rujukan sebagai langkah 2,3 dan 4 varney. (P) Plan : menggambarkan pendokumentasian dan tindakan dan evaluasi perencanaan bedasarkan assessment sebagai langkah 5,6 dan 7 varney. Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 C. Tinjauan Asuhan Kebidanan I. PENGUMPULAN DATA DASAR 1. Pengkajian A. Data Subyektif 1) Identitas Klien (bayi) Merupakan bagian yang paling penting dalam anamnesis, diperlukan untuk memastikan bahwa yang diperikasa benar-benar anak yang dimaksud dan tidak keliru dengan anak lain. Kesalahan identifikasi pasien dapat berakibat fatal, baik secara medis, etika maupun hukum. a) Nama Identitas dimulai dengan nama pasien, yang jelas dan lengkap : nama depan, nama tengah (bila ada), nama keluarga dan nama panggilan akrabnya.(Matondang.2003.hal.4) b) Umur Umur pasien sebaiknya didapat dari tanggal lahir, yang dapat ditanyakan ataupun dilihat dari kartu menuju sehat atau kartu pemeriksaan kesehatan lainnya. Usia bayi diperlukan untuk menginterprestasi apakah data pemeriksaan klinis bayi tersebut normal sesuai dengan umurnya. (Matondang.2003.hal.4) Bayi baru lahir dengan Asfiksia menunjukkan tidak dapat bernafas secara sepontan pada umur (waktu) 0,5 hingga 1,0 menit setelah dilahirkan. (David drew.2009.H.1 dan 2) Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 Bayi baru lahir dengan Asfiksia terjadi pada menit pertama (umur 1 menit ) setelah kelahiran bayi dapat dilihat bayi tidak bernafas atau megap-megap. (Saifuddin.2002.hal.M.118) c) Jenis kelamin Untuk identitas penilaian data pemeriksaan klinis, misalnya nilainilai baku-baku, insidens seks, penyakit-penyakit terangkai seks (sex-linked). (Matondang.2003.hal.5) 2) Identitas Penanggung Jawab a) Nama orang tua Nama ayah, ibu atau wali pasien harus dituliskan dengan jelas agar tidak keliru dengan orang lain, mengingat banyak sekali nama yang sama. Bila ada titel yang bersangkutan harus disertakan. (Matondang.2003.hal.6) b) Umur Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap, sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas. (Eny retna ambarwati.2010.h.131) Dalam kurun waktu reproduksi dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun. (Sarwono.2008.H.22) Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 3) Alasan datang : 4) Keluhan utama Adalah keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat. (Matondang.2003.hal.6) Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masalah klien. (Diah wulandari M.keb.2010.hal.132) Pada kasus Asfiksia sedang (Mild-moderate asphyxia) keluhan yang dapat di lihat adalah terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis dan refleks iritabilitas tidak ada. (Prof.DR. Iskandar Wahidayat.2007.H1077) 5) Riwayat Kesehatan a) Riwayat penyakit yang pernah diderita Penyakit yang pernah diderita bayi sebelumnya perlu diketahui karena ada hubungannya dengan penyakit sekarang, atau setidak-tidaknya memberikan informasi untuk membantu pembuatan diagnosis dan tata laksana penyakitnya sekarang. (Matondang.2003.hal.12) (a) Riwayat kesehatan dahulu (ibu) Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita ibu yang ada hubungannya dengan masa kehamilan, persalinan dan bayi, seperti ibu hamil dengan penyakit jantung, diabetes melitus, toksemia gravidarum dan lain-lain, yang dapat mempengaruhi bayi baru lahir dengan asfiksia. (Linda V.Walsh.2008.h.107) Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 (1) Penyakit jantung Prognosis bayi dari ibu penderita jantung biasanya kehamilan berakhir abortus, kematian janin dalam kandungan atau persalinan prematur. Bila bayi lahir hidup ia akan mengalami asfiksia atau retardasi pertumbuhan intrauterin. Kelainan pada bayi terutama karena adanya gangguan pertukaran gas dan makanan dari ibu kejanin selama hamil. (FKUI.2007.H.1067) (2) Diabetes melitus Kelainan yang mungkin ditemukan pada bayi lahir hidup ialah kelainan kongenital, gangguan kardiopulmonal, gangguan neorologis sebagai akibat perubahan metabolik seperti hipoglikemia atau hipokalsemia yang dapat menimbulkan gangguan berupa tremor, hiperiritabilitas, serangan apnu dan kejang. (FKUI.2007.H.1067) (3) Anemia Apabila ibu menderita anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia dapat terjadi gangguan dalam bentuk seperti abortus, BBLR dan persalinan prematuritas tinggi. (Manuaba.2010.H.240) Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 (4) Hipertensi Hipertensi yang menyertai kehamilan adalah hipertensi yang telah ada sebelum kehamilan. Apabila dalam kehamilan disertai proteinuria dan edema maka disebut pre-eklamsi. hipertensi Penyebab esensial yang utama hipertensi disebabkan adalah oleh factor lingkungan dan emosi yag labil, dengan tanda-tanda tekanan darah antara 140/90 mmHg. (5) Toksemia gravidarum Gangguan yang terjadi pada janin atau bayi baru lahir disebabkan oleh faktor-faktor tidak langsung yang terdapat pada ibu akibat dari penyakitnya. Faktor tersebut misalnya ialah perubahan pada plasenta, hipertensi ibu, kejang pada ibu dan obat sedativum yang diberikan pada ibu. Bergantung pada beratnya penyakit ibu, gangguan pada bayi dapat berupa kematian bayi dalam rahim, asfiksia, depresi pernafasan terjadi akibat pemberian obat pada ibu gejala lanjut pada bayi baru lahir berupa hipoglikemia, hipokalsemia dan odem. (FKUI.2007.H.1066) (6) Malaria Infeksi malaria dapat menyebabkan infeksi plasenta sehingga makin menganggu pertukaran nutrisi ke janin dan menimbulkan gangguan perkembangan dan pertumbuhan janin sekunder. Infeksi malaria lebih sering Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 terjadi pada kehamilan karena daya tahan tubuh ibu hamil makin menurun terhadap semua bentuk infeksi. (Manuaba.2010.H.339) (7) Tuberkulosis (TBC) Ibu hamil yang mengidap TBC pertolongan persalinan dibantu mempercepat kelahiran dengan tindakan operasi pervagianam atau SC. Ibu dengan TBC aktif tidak dibenarkan untuk memberikan ASI karena dapat menularkan pada bayi. Bayi perlu dikonsultasikan ke dr.Anak untuk mendapatkan pengawasan dan vaksinasi BCG. (Manuaba.2010.H.336) (8) Penyakit menular seksual Pengaruh infeksi gonore pada kehamilan praktis tidak ada, tetapi terhadap bayi dapat menimbulkan infeksi mata konjungtivitas gonore neonaturum yang selanjutnya dapat menyebabkan kebutaan. Oleh karena itu, pada setiap persalinan selalu diberikan tetes mata untuk mencegah infeksi yang dapat menyebabkan kebutaan. (Manuaba.2010.H.228) Rubella dapat menyebabkan kelainan kongenital pada mata, otak dan jantung. Sitomegalia menimbulkan hiperbillirubinemia dan kelainan susunan saraf pusat. Hepatitis dan influenza dapat menyebabkan partus prematurus, abortus, gangguan pertumbuhan janin atau kelainan kogenital pada janin. (FKUI.2007.H.1068) Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 (9) Human immunodeficiency virus (HIV) Pertolongan persalinan ibu dengan HIV sebaiknya berhati-hati karena bahaya terkontaminasi melalui cairan tubuh, darah dan urine. Ruangan pertolongan persalinan harus terisolasi dengan baik sehingga alat dan bahan dapat diisolasi dan dimusnahkan. Setelah pertolongan persalinan harus segera mencuci diri dan membilasnya dengan antiseptic. Untuk virus HIV tidak tahan dengan kekeringan atau sabun. (Manuaba.2010.H.343) (10) Kehamilan kembar Pertumbuhan janin kehamilan kembar bergantung pada faktor plasenta apakah menjadi satu (sebagian besar hamil kembar monozigotik) atau bagian mana lokalisasi implantasi plasentanya. Dari kedua factor tersebut, mungkin jantung salah satu janin lebih kuat dari lainnya, sehingga janin yang mempunyai jantung lemah mendapat nutrisi yang kurang yang menyebabkan pertumbuhan terhambat sampai kematian janin dalam rahim. (Matondang.2010.H.276) (b) Riwayat kesehatan Sekarang (bayi) Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini ada hubungannya dengan masa kehamilan, persalinan dan bayi. (Ambarwati.2012.H.133) Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 Berdasarkan jenisnya Asfiksia dibagi menjadi 3 yaitu Asfiksia Ringan, Asfiksia Sedang dan Asfiksia Berat. (1) Asfiksia Ringan “Vigorous baby” (skor APGAR 7-10) Dalam hal ini bayi di anggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa. (2) Asfiksia Sedang “Mild-moderate asphyxia” (skor APGAR 4-6) Pada Asfiksia sedang, tanda dan gejala adalah (a) Frekuensi jantung lebih dari 100 x/menit. (b)Tonus otot kurang baik atau baik. (c) Bayi sianosis. (d)Refleks iritabilitas tidak ada. (3) Asfiksia Berat(nilai APGAR 0-3) Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis, sehingga memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan gejala yang muncul pada asfiksia berat adalah sebagai berikut: (a)Frekuensi jantung kurang dari 100 x/menit. (b)Tonus otot buruk. (c) Bayi sianosis berat dan kadang-kadang pucat. (d)Refleks iritabilitas tidak ada. (FKUI.2007.H.1077) (c) Riwayat kesehatan keluarga Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya. (Eny Retna Ambarwati.2010.hal133) Riwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui adanya resiko penyakit menular atau diturunkan, seperti : keturunan kembar, DM dan hipertensi yang dapat menyebabkan bayi baru lahir dengan asfiksia. (Mufdlilah MSC.2009.H12) 6) Riwayat Obstetrik a. Riwayat haid Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklus dari uterus, disertai pelepasan (deskuamsi) endomertrium. (Sarwono.2008.h.103) Riwayat menstruasi untuk mengetahui tentang alat reproduksi, hal yang dikaji adalah usia menarche, siklus, lama menstruasi, nyeri, perdarahan inta menstruasi, problem dan prosedur seperti amenorrhoe, perdarahan irregular). (Mufdlilah MSc.2009.H.11) Haid merupakan periodik tahap akhir pubertas wanita,secara biologis proses reproduksi sudah dapat berlangsung. Menarche adalah haid yang pertama. (Matondang.2003.h.163) Siklus haid adalah jarak antara menstruasi yang dialami dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan hari (sekitar 23-32 hari). Volume untuk menjelaskan seberapa banyak darah haid yang dikeluarkan. Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 Keluhan untuk menyampaikan keluhan yang dirasakan ketika mengalami haid, seperti sakit kepala atau jumlah darah yang banyak. (Ari sulistyawati.2009.H.112-113) b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan dan keadaan nifas yang lalu. (Ambarwati M.Kes.2010.H.134) c. Riwayat kehamilan sekarang Hal pertama yang perlu ditanyakan adalah keadaan kesehatan ibu selama hamil ada atau tidaknya penyakit, serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit tersebut. Serta untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan kunjungan antenatal dan kepada siapa kunjungan antenatal dilakukan (dukun, perawat, bidan, dokter). Pada kasus bayi baru lahir dengan asfiksia dapat disiapkan kebutuhan untuk manajemen resusitasi khusus nya bila ibu tersebut memiliki riwayat preeklamsia dan eklamsi, partus macet atau lama, kehamilan post matur (kehamilan 42 minggu atau lebih). (JNPK-KR.2008.H.146) 7) Riwayat Persalinan Ikhwal kelahiran pasien harus ditanyakan dengan teliti, termasuk tanggal dan tempat lahir, siapa yang menolong, cara kelahiran (spontan, ekstraksi vakum, sesar, ektraksi cunam), adanya Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 kehamilan ganda, keadaan segera setelah lahir dan morbiditas pada hari-hari pertama setelah lahir. Masa kehamilan juga perlu ditanyakan, apakah cukup bulan, kurang bulan atau lewat waktu (informasi di peroleh dari tempat bayi lahir puskesmas atau rumah bersalin termasuk nilai Apgar). Pada persalinan sesar ditanyakan apakah indikasi tindakan tersebut. Berat dan panjang badan lahir selalu ditanyakan, morbiditas yang berhubungan dengan kelahiran dan selama masa neonatus ditanyakan apakah bayi mengalami Asfiksia, trauma lahir, infeksi intrapartum, ikterus yang mungkin berhubungan dengan masalah yang dihadapi sekarang. (Matondang.2003.H.13) Pada keadaan bayi yang mengalami Asfiksia diantaranya bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan), persalinan sulit (ekstraksi vakum, forsep, letak sungsang), air ketuban bercampur mekonium dan kelainan congenital. (JNPK-KR.2008.H.146) 8) Riwayat Perkawinan Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah yang syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses persalinan dan nifas. (Ambarwati.2010.H.33) 9) Riwayat Imunisasi Status imunisasi pasien, baik imunisasi ulang (booster) harus secara rutin ditanyakan. Informasi tentang imunisasi juga dapat dipakai sebagai umpan balik tentang perlindungan pediatric yang di berikan. (Matondang.2003.H.14) Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 Pada bayi Asfiksia pemberian imunisasi vitamin K₁ dan hepatitis B di tunda terlebih dahulu karena bayi dilakukan manajemen resusitasi terlebih dahulu setelah berhasil, bayi diberikan perawatan pasca resusitasi termasuk pemberian imunisasi vitamin K₁ dan hepatitis B. (JNPK-KR.2008.163) 10) Pola Kebutuhan Sehari-hari a. Pola intake nutrisi Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan. (Ambarwati.2010.H.136) Pada bayi yang terkena Asfiksia tidak langsung melakukan IMD sehingga bayi tidak mendapatkan ASI secara langsung dari ibu melainkan mendapatkan pertolongan kegawat daruratan pada bayi. (Manajemen Resusitasi. Bayi yang membutuhkan ventilasi tekanan positif dengan kantong dan masker selama lebih dari 2 menit harus di pasang selang orogastrik lambung kemudian di kosongkan dan selang dibiarkan terpasang. (Sinclair.2010.H.349) Kebutuhan cairan pada tiap-tiap bayi untuk mencapai kenaikan berat badan yang optimal berbeda-beda. Pada umumnya cairan yang diberikan pada hari pertama sebanyak 60 ml/kg berat badan dan setiap hari ditambah, sehingga pada hari ke-14 dicapai 200 ml/kg berat badan sehari. Dalam hari-hari pertama berat badan akan turun oleh karena pengeluaran mekonium dan masuknya cairan belum mencukupi. Turunnya berat badan tidak lebih dari 10%, berat badan akan naik lagi Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 pada hari ke-4 sampai hari ke-10 dan seterusnya. (FKUI.2007.H.1159) Pada bayi dengan berat badan diatas 1500 gram dapat dimulai dengan 3 ml/kg/setiap 2 jam dan setiap kali bayi akan diberi minum dengan cairan lambung harus dikeluarkan. Pemberian minum berikutnya dapat di tambah 1 ml- 20 ml setiap kali minum. Berikutnya dapat diberi minum setiap 3 jam. Bila cairan lambung yang diisap lebih dari 2ml, maka jumlah susu yang diberikan dikurangi dengan jumlah cairan yang dikeluarkan sebelumnya. Kegagalan pemberian pengganti ASI dapat dilihat dari turunya berat badan yang lebih dari 10% yang disebabkan oleh pencemaran kuman pathogen atau susunan nutrient yang tidak sesuai dengan kebutuhan bayi. (FKUI.2007.H.1162) b. Pola eliminasi Menggambarkn pola kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan buang air kecil meliputi frekuensi, warna dan jumlah. (Ambarwati.2010.H.136) c. Pola aktivitas Menggambarkan pola aktivitas bayi. Pada kasus Asfiksia saat lahir bayi tidak mampu bernafas secara spontan setelah lahir. (David drew.2009.H.6) d. Pola istirahat Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 11) Lingkungan yang berpengaruh Keadaan lingkungan sangat mempengaruhi status keluarga, seperti fasilitas MCK, letak tempat tinggal dekat dengan kandang ternak atau tidak, polusi udara, keadaan kamar yang sehat atau tidak dengan sirkulasi udara lancer dan ventilasi udara yang memungkinkan cahaya matahari masuk ke dalam kamar, serta tempat bersalin dan alat-alat persalinan apakah dalam keadaan yang steril atau tidak. (Sulistyawati.2009.H.118-119) B. Data Obyektif Pemeriksaan fisis harus selalu dimulai dengan penilaian pada bayi baru lahir untuk mengambil keputusan guna menentukan tindakan resusitasi atau tidak. 1. Keadaan umum Untuk mengamati keadaan pasien secara keseluruhan. Neonatus dan bayi kecil normal belum dapat memberikan respons terhadap stimulus tertentu, dalam keadaan ini kesadaran disimpulkan dari kemampuan bayi memberikan respons terhadap stimulus yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. (Matondang.2003.H.25) Baik : bayi memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain. Lemah : bayi tidak memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain. (Sulistyawati.2009.H.122) 2. Kesadaran Tingkat kesadaran bayi baru lahir dengan Asfiksia adalah Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 Samnolen: tingkat kesadaran daripada apatik, pasien tampak mengantuk, selalu ingin tidur, bayi tidak responsif terhadap stimulus ringan, tetapi masih memberikan respons terhadap stimulus yang agak keras kemudian tertidur lagi. (matondang.2003.H.25) Adapun macam-macam tingkat kesadaran menurut Matondang antara lain: Composmentis : bayi sadar sepenuhnya dan memberi respons yang adekuat terhadap stimulus yang diberikan. Apatik : bayi dalam keadaan sadar, tetapi acuh tak acuh terhadap keadaan sekitarnya, ia akan memberi respons yang adekuat bila diberikan stimulus. Sopor : bayi tidak memberikan respon ringan maupun sedang, tetapi masih memberi sedikit respons terhadap stimulus yang kuat, refleks pupil terhadap cahaya masih positif. 3. Tanda vital Ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang dialaminya. a. Bunyi jantung Laju jantung dihitung selama satu menit penuh dengan menggunakan stetoskop. Laju jantung normal neonatus 120-160 x/menit.(Matondang.2003.H.154) Pada bayi dengan Asfiksia sedang frekuensi jantung lebih dari 100 x/menit, sedangkan Asfiksia berat frekuensi jantung kurang dari 100 x/menit. (FKUI.2007.H.1077) Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 b. Suhu Sangat penting bagi semua bayi baru lahir untuk dijaga agar tetap kering, bersih dan hangat untuk mencegah bayi kedinginan (hipotermi) yang membahayakan. Prinsip ini tetap dianut dalam penatalaksanaan resusitasi BBL dan terlebih lagi bayi Asfiksia sangat rentan terhadap hipotermi. (JNPK.2008.h.153) Bayi yang normal adalah bayi dengan suhu badan > 36⁰ C dan < 38⁰C. (saifuddin.2002.hal.N.36) Menghindari memandikan bayi hingga sedikitnya enam jam dan hanya setelah itu jika tidak terdapat masalah medis dan jika suhu tubuh bayi yaitu 36,5 derajat C atau lebih. (Saifuddin.2002.hal.N.32) c. Respirasi Pada saat bayi lahir sambil secara cepat menilai pernapasan bayi, letakkan bayi dengan handuk di atas perut ibu. Dengan kain bersih dan kering atau kasa lap darah atau lender dari wajah bayi untuk mencegah jalan udaranya terhalang, memeriksa ulang pernafasan bayi. Sebagian besar bayi akan menangis atau bernafas spontan dalam waktu 30 detik setelah lahir. Bila bayi menangis atau bernapas terlihat dari pergerakan dada paling sedikit 30 x/menit, biarkan bayi dengan ibunya apabila bayi tidak bernafas dalam waktu 30 detik maka melakukan langkahlangkah resusitasi pada bayi. (Saifuddin.2002.hal.N.30) Memeriksa pernafasan dan warna kulit pada bayi setiap 5 menit, jika bayi tidak segera bernafas melakukan hal-hal seperti Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 keringkan bayi dengan selimut atau handuk kering dan hangat dan menggosokkan punggung bayi dengan lembut. Apabila bayi sianosis (kulit biru) atau sukar bernafas (frekuensi pernafasan kurang dari 30 atau lebih dari 60 kali/menit) memberikan oksigen kepada bayi dengan kateter naa atau nasal prongs. (Saifuddin.2002.hal.N.32) d. Nadi Nadi dihitung dengan bayi dalam keadaan tidur, tetapi dapat pula dihitung dengan anak dalam keadaan tenang dalam posisi berbaring terlentang atau duduk diruangan yang tenang. Laju nafas normal neonatus berkisar antara 40-60 kali per menit. (matondang.2003.hal.154) 4. Antropometri a. Berat badan Berat badan bayi ditimbang dengan timbangan bayi, sebelum menimbang, periksa lebih dahulu apakah alat sudah dalam keadaan seimbang (jarum menunjuk angka 0). Berat badan bayi yang normal adalah 2500-4000 gram. (matondang.2003. hal.156) Pada bayi asfiksia dengan keadaan bayi premature (sebelum 37 minggu kehamilan) maka berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram sampai dengan 2499 gram. (FKUI.2007.h.1051) akan mudah menderita asfiksia neonaturum dibandingkan dengan bayi biasa. (FKUI.2007.h.1056) Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 b. Panjang badan Alat pengukur panjang badan bayi terbuat dari kayu, yang salah satu ujungnya mempunyai batasan yang tetap sedang ujung lainnya mempunyai kayu yang dapat digerakkan. Bayi ditidurkan terlentang tanpa sepatu dan tanpa topi diatas tempat tidur yang keras, panjang badan bayi normal adalah 45-54 cm . (Matondang.2003.h.156) Pada bayi dengan Asfiksia dengan keadaan bayi yang premature maka panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm. (FKUI.2007.h.1053) c. Lingkar kepala Yang diukur adalah lingkaran kepala besar caranya dengan meletakkan pita melingkari kepala melalui glabela pada dahi, bagian atas alis mata, dan bagian belakang kepala pasien yang paling menonjol yaitu protuberansia oksipitalis, lingkar kepala normal 33-37 cm. (Matondang.2003.h.156) Lingkar kepala pada bayi asfiksia dengan bayi premature lingkar kepala kurang dari 33 cm. (FKUI.2007.h.1053) d. Lingkar dada Caranya dengan meletakkan pita mengelilingi dada melalui puting susu dalam keadaan ekspirasi maksimal. Lingkar dada biasanya 2 cm lebih kecil dari lingkar kepala. Pada bayi Asfiksia dengan keadaan bayi premature maka lingkar dada kurang dari 30 cm. (FKUI.2007.h.1053) Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 e. Lingkar lengan atas Mengukur pada pertengahan lengan kiri antara akromion dan olekranon. 5. Pemeriksaan Fisik a. Kepala Pada bayi dengan asfiksia pada pemeriksaan lingkar kepala meraba tulang kepala apakah tidak dijumpai depresi saat persalinan dan raba tulang kepala apakah dijumpai maulase yang menunjukan kompresi otak janin dan selanjutnya di konsultasikan bagian saraf. (Manuaba.2007.h.360) Pada bayi asfiksia dengan persalinan ekstraksi vakum maka pada kepala terdapat kaput suksedaneum adalah edema pada kulit kepala yang di temukan dini. Tekanan vertex yang lama pada serviks menyebabkan pembuluh darah setempat mendapat penekanan, sehingga memperlihatkan aliran balik vena. Aliran balik vena yang melambat membuat cairan jaringan di kulit daerah kepala meningkat, sehingga terjadi pembengkakkan edema. Tonjolan edema, yang terlihat saat bayi lahir, memanjang sesuai garis sutura tulang tengkorak dan lenyap secara spontan dalam tiga sampai empat hari. (Irene.2005.H.371-372) b. Muka atau Wajah Asimetri wajah pada neonatus biasanya disebabkan oleh posisi janin intrauterin. Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 Pembengkakan wajah lokal biasanya disebabkan oleh edema, radang lokal, atau akibat infeksi. Pada bayi dengan asfiksia terdapat tanda kriput pada dahi. (manuaba.2007.h.359) c. Mata Sklera : berwarna putih, kadang-kadang pada bayi sedikit kebiruan, karena terdapat osteogenesis imperfekta, glaukoma. Pada bayi dengan asfiksia dilakukan pemeriksaan bola mata apakah dapat mengikuti arah pemeriksa gerak bola mata sangat penting untuk menentukan kelainan pertumbuhan otot mata atau tentang nervus sentralis. (manuaba.2007.h.360) d. Telinga Telinga diperiksa mulai dari daun telinga apakah bentuk, besar dan posisinya normal. e. Mulut Dilihat apakah bibir simetris, warna bibir, langit-langit, celah. Pemeriksaan mulut untuk mengetahui apakah terdapat palatokisis dan apakah terdapat kelainan yang mungkin di jumpai. (manuaba.2007.h.360) f. Hidung Pada penyakit yang berhubungan dengan kesulitan pernafasan, cuping hidung akan mengembang pada saat inspirasi dan menguncup pada saat ekspirasi : hal ini disebut pernafasan cuping hidung. Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 Pada bayi Asfiksia terdapat nafas cuping menunjukkan seluruh tanda mekanisme pada bayi kompensasi baru untuk lahir yang menunjukkan mempertahankan ventilasi normal. (Irene.2005.H.865-866) g. Leher Leher neonatus tampak pendek akan tetapi pergerakannya baik. (Matondang.2003.H.153) Perhatikan vena leher, palpasi adakan pembesaran kelenjar limpe, tyroid, apakah bayi kaki kuduk dan adakah bendungan vena jugularis. Pada pemeriksaan leher bayi untuk menetapkan ada kemungkinan tumor thyroid atau tumor pada bagian stornomastoid. (manuaba.2007.h.360) h. Dada Bentuk dada pada bayi hampir bulat dan dalam pertumbuhanya dada akan membesar pada diameter tranversal. lingkar dada pada bayi kurang dari 2 tahun lebih kecil atau sama dengan lingkaran kepala. Pada bayi asfiksia pemeriksaan dada dilakukan untuk mengetahui pernafasan dada dimana jumlah pernafasan normal harus kurang dari 60 denyut/menit. (manuaba.2007.h.360) Retraksi dinding dada mengindikasikan peningkatan upaya napas, terjadi bila tekanan negative intrapleura yang tinggi dibutuhkan untuk membuka paru selama inspirasi. (Irene.2005.H.867) Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 i. Abdomen Pemeriksaan abdomen pada bayi seringkali didahulukan daripada pemeriksaan bagian tubuh lainnya.pemeriksaan abdomen untuk mengetahui bentuk, kembung atau tidak, kondisi tali pusat dan adakah pembesaran lien dan limpa. (matondang.2003.H.95) j. Punggung Untuk memeriksa tulang belakang, neonatus diletakkan dalam posisi tengkurap, tangan pemeriksa meraba sepanjang tulang belakang untuk mencari terdapatnya kelainan seperti spina bifida. (Matondang.2003.H.156) k. Ekstremitas Pada bayi pemeriksaan anggota gerak dimulai dengan memperhatikan sikap kedua lengannya, bayi abnormal diantaranya amelia (tidak terdapat semua anggota gerak), ekstromelia (tidak ada salah satu anggota gerak), fokomelia (anggota gerak bagian proksimal yang pendek), sidaktili (bergabungnya jari), polidaktili (jumlah jari lebih dari normal) l. Genitalia Biasanya orang tua ingin segera mengetahui jenis kelamin anaknya. Bila terdapat keraguan, misalnya : pembesaran klitoris pada bayi pemberitahuan perempuan jenis atau kelamin terdapatnya ditunda sampai sebaiknya dilakukan pemeriksaan lain seperti pemeriksaan kromosom. Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 Untuk mengetahui keadaan labium mayus dan minusnya, apakah testis sudah turun dan meraba anteria fomoralis untuk menentukan apakah terdapat kelainan pembuluh darah menuju ekstremitas. (manuaba.2007,h,360) m. Anus Perhatikan anus imperforata dengan memasukkan termometer kedalam anus dan untuk mengetahui ada atau tidaknya atresia ani. (Matondang.2003.H.155) Pengeluaran mekonium biasanya terjadi dalam 24 jam pertama, bila setelah 48 jam belum juga keluar mekonium, perlu dipikirkan kembali kemungkinan mekonium plung syndrome atau obstruksi saluran pencernaan. (Matondang.2003.H.156) n. Kulit Perhatikan warna kulit neonatus normal adalah kemerahan, kadang-kadang terlihat sianosis pada ujung-ujung jari pada hari pertama. Kulit neonatus cukup bulan ditutupi oleh semacam zat yang bersifat seperti lemak yang di sebut vernik kaseosa, yang berfungsi sebagai pelumas serta sebagai isolasi panas. Lanugo yaitu rambut halus yang terdapat pada punggung bayi, lebih banyak terdapat pada bayi kurang bulan dan makin berkurang sampai hilang pada bayi cukup bulan. (Matondang.2003.H.155-156) Pada bayi asfiksia ekstremitas berwarna biru ini berarti terdapat gangguan sirkulasi untuk mencapai ujung ekstremitas Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 tetapi, masih di anggap normal sedangkan warna kulit pink berarti sirkulasi darah kesegala lapisan kulit normal. (Matondang.2007.h.360) Pada bayi baru lahir pada bagian kulit pada hari pertama dapat terjadi ikterus. Ikterus timbul daam waktu 24 jam sesudah lahir. (FKUI.2007.H.097). Ikterus adalah pewarnaan kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa yang terjadi karena meningkatnya kadar billirubin dalam darah. Ikterus dapat terjadi pada bayi dengan riwayat bayi asfiksia. (Depkes.2010.H.8-14-15) Menurut statistic kira-kira 20% dari seluruh kehamilan terlibat dalam ketidak selarasan golongan darah ABO dan 75% dari jumlah ini terjadi dari ibu golongan darah O dan janin golongan darah A atau B. (FKUI.2007.H.1097) Ibu dengan golongan darah O oleh antigen A atau B janin akan memproduksi anti A dan anti B berupa IgG (gamaglobin G), yang dapat menembus plasenta, masuk ke sirkulasi janin dan menimbulkan hemolisis. Ibu dengan golongan darah A atau B memiliki anti A dan anti B berupa IgM (gamaglobin M), yang tidak dapat menembus plasenta. Hal ini yang dapat menyebabkan kulit kuning pada bayi baru lahir. (IDAI.2010.H.203) Terapi yang di lakukan pada bayi dengan ikterus tergantung dengan beratnya peningkatan kadar bilirubin, dilakukan terapi sinar, transfusi tukar dan sebagainya. (FKUI.2007.H.1097) Memasang kanul pada vena umbilikalis untuk tempat pemberian obat, cairan infus dan ambil darah untuk tes Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 laboratorium. Bersihkan punting tali pusat dengan betadine dan masukkan kateter 2-4 cm sampai darah kembali. (Sinclair.2010.H.349) o. Refleks Pada bayi asfiksia reflek pada bayi masih sangat lemah. Reflek moro pada bayi asfiksia didapati ditandai dengan bayi akan mengadakan reaksi ekstrensi atau abduksi lengan dan jaringan membuka matanya dan diikuti dengan fleksi lengannya, jika tangan bayi dipegag maka bayi akan menarik lengannya. (manuaba.2007.h.360) Macam-macam Refleks pada bayi : a. Refleks Rooting Adalah memalingkan pipi kearah rangsangan sentuhan puting ibu atau jari kelingking. b. Refleks Sucking Adalah menghisap benda-benda yang diletakkan kemulut. c. Refleks Swallowing Adalah menelan benda-benda yang didekatkan ke mulut. d. Refleks Babinski Adalah jari-jari mencengkram ketika bagian bawah diusap. e. Refleks Grasping Adalah jari-jari tangan mencengkram benda-benda yang disentuhkan ke bayi. Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 f. Refleks Morro Adalah respon tiba-tiba pada bayi yang baru lahir yang terjadi akibat suara atau gerakan yang mengejutkan. g. Refleks Tonick neck Adalah saat kepala bayi digerakkan ke samping, lengan pada sisi tersebut akan lurus dan lengan yang berlawanan akan menekuk (kadang-kadang pergerakan akan sangat halus atau lemah). h. Refleks Walking Adalah saat tumit bayi disentuh pada suatu permukaan yang rata, bayi akan terdorong untuk berjalan dengan menempatkan satu kakinya didepan kaki yang lain. II. INTERPRETASI DATA Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien. (Ambarawati M.KES.2010.h.141) a. Diagnosa Diagnosa pada bayi (bayi Ny. X, umur. . . /jam. . . /hari/normal/dengan masalah) Data dasar meliputi : Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 1. Data subjektif Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah abortus atau tidak, keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang keluhan saat menjelang persalinan. (Ambarwati M.Kes.2010.H.142) Data subyektif didapat kan dari hasil anamnesa seperti : (JNPKKR.2008.h.146) a. Factor ibu : a) Ibu dengan partus lama atau partus macet. b) Preeklamsia dan eklamsi. c) Kehamilan post matur (sesudah 42 minggu kehamilan). b. Factor bayi : a) Bayi premature (sebelum 37 minggu kehamilan) b) Persalinan sulit (ekstraksi vakum) c) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan). 2. Data Obyektif Untuk melengkapi data dalam menegakkan diagnose, melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan. (Sulistyawati.2009.H.121) Pada bayi baru lahir dengan Asfiksia Sedang dilakukan pengkajian awal meliputi : Nilai (Scor) APGAR tidak digunakan sebagai dasar keputusan untuk tindakan resusitasi. Penilaian harus dilakukan segera, sehingga keputusan resusitasi tidak didasarkan penilaian APGAR ; tetapi skor APGAR tetap dipakai untuk menilai kemajuan kondisi BBL pada saat 1 menit dan 5 menit. (JNPK.2008.H.152) Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 Penilaian segera setelah bayi lahir antara lain pernafasan, denyut jantung , warna. (Sarwono.2006.H.349) Tabel : SKOR APGAR Tanda Frekuensi jantung Usaha nafas Tonus otot 0 Tidak ada Tidak ada Lumpuh Refleks Warna Tidak ada Biru atau pucat 1 < 100 x/menit Lambat, tidak teratur Ekstremitas fleksi sedikit Gerakan sedikit Tubuh kemerahan dan Ekstremitas biru 2 > 100 x/menit Menangis kuat Gerakan aktif Menagis Tubuh dan ekstremitas merah Klasifikasi Asfiksia menurut APGAR antara lain: 1. Asfiksia ringan (APGAR skor 7-10) dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa. 2. Asfiksia sedang (APGAR skor 4-6) terlihat tanda-tanda: a. Frekuensi jantung lebih dari 100 x/menit. b. Tonus otot kurang baik. c. Sianosis. d. Refleks iritabilitas tidak ada 3. Asfiksia berat terlihat tanda-tanda : a. Frekuensi jantung kurang dari 100 x/menit. b. Tonus otot buruk. c. Sianosis berat dan kadang-kadang pucat. d. Refleks iritabilitas tidak ada. (FKUI.2007.H.1073) b. Masalah Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien yang didapatkan dari data subyektif (data yang didapat dari hasil anamnesa) dan Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 data obyektif (data yang didapat dari hasil pemeriksaan). (Ambarawati M.Kes.2010.h.142) Masalah yang terjadi bayi dengan asfiksia sedang adalah a. Frekuensi jantung lebih dari 100 x/menit. b. Tonus otot kurang baik. c. Sianosis. d. Refleks iritabilitas tidak ada.(FKUI.2007.H1077) III. DIAGNOSA POTENSIAL Mengidentifikasi diagosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu menggamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi. Melakukan asuhan yang aman penting sekali dalam hal ini. (Ambarawati M.Kes.2010.h.142-143) Hal-hal yang dapat terjadi menurut Prof.DR.Iskandar apabila bayi dengan asfiksia sedang adalah 1. Asfiksia berat. Resusitasi aktif dalam hal ini harus segera dikerjakan. Langkah utama ialah memperbaiki ventilasi paru dengan memberikan O₂ dengan tekanan dan intermiten. Cara yang terbaik ialah dengan melakukan intubasi endotrakeal. Setelah kateter diletakkan dalam trakea, O₂ diberikan dengan tekanan tidak lebih dari 30 cm H₂O. (FKUI.2007.H.1079) Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 2. Infeksi. Sebagian besar infeksi yang berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril. Beberapa gejala infeksi pada neonatus di antaranya : malas minum, gelisah atau mungkin tampak letargi, frekuensi pernafasan meningkat, berat badan turun, pergerakan kurang, muntah dan diare, selain itu dapat terjadi ikterus. (FKUI.2007.H.1123-1124) IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA ATAU KOLABORASI DAN KONSULTASI. Melakukan kolaborasi dengan dr.Obsgyn dan dr.Anak : Lakukan resusitasi. V. PERENCANAAN Melakukan manajemen resusitasi a. Persiapan resusitasi bayi baru lahir. b. Keputusan resusitasi bayi baru lahir. c. Prosedur resusitasi bayi baru lahir. VI. PELAKSANAAN 1. Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir Bidan harus siap melakukan resusitasi setiap menolong persalinan. Walau hanya beberapa menit bila BBL tidak segera bernafas, bayi dapat menderita kerusakan otak dan meninggal.Persiapan yang diperlukan Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 adalah persiapan keluarga, tempat, alat untuk resusitasi dan persiapan diri (bidan). (JNPK-KR. 2008.H148). a. Persiapan Keluarga Sebelum menolong persalinan, membicarakan dengan keluarga mengenai kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada ibu dan bayinya dan persiapan persalinan. Sebagai contoh apa bila bayi lahir kemudian bayi tidak dapat bernafas spontan dan memerlukan tindakan resusitasi maka memberi tahu pada keluarga dan memberi surat persetujuan pada keluarga untuk dilakukan tindakan yang di butuhkan untuk bayi (inform consent). (JNPK-KR. 2008.H.148). b. Persiapan Tempat Resusitasi Persiapan yang dilakukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi : (JNPK- KR.2008.H.148) : 1) Menggunakan ruangan yang hangat dan terang. 2) Menyiapkan tempat resusitasi yang datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat. Gambar 2 : Tempat Resusitasi Keterangan : 1) Menggunakan ruangan yang hangat akan mencegah bayi hipotermi. Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 2) Menyiapkan tempat resusitasi yang rata untuk kemudahan pengaturan posisi kepala bayi. 3) Menyediakan sumber pemancar panas gunkan lampu 60 watt, dan menyalakan pada saat menjelang persalinan. c. Persiapan Alat Resusitasi Sebelum menolong persalinan, selain menyiapkan alat-alat persalinan, harus disiapkan pula alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai yaitu : (JNPK-KR.2008. H.148) : 1. Kain ke-1 : untuk mengeringkan bayi. 2. Kain ke-2 : untuk menyelimuti bayi. 3. Kain ke-3 : untuk ganjal bahu bayi. 4. Alat pengisap lendir DeLee atau bola karet. 5. Tabung dan sungkup/ balon dan sungkup. 6. Kotak alat resusitasi. 7. Sarung tangan. 8. Jam atau pencatat waktu. Keterangan : 1. Kain yang digunakan sebaiknya bersih, kering, hangat dan menyerap cairan seperti handuk atau kain flanel, kalau tidak ada gunakan kain panjang atau sarung. 2. Kain ke-3 untuk ganjal bahu dibuat dari kain (kaos, selendang, handuk kecil) yang digulung setinggi 3cm untuk mengatur posisi kepala bayi agar sedikit tengadah. d. Persiapan Diri Melindungi bayi dari kemungkinan infeksi dengan cara : Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 (JNPK-KR. 2008.H.151) 1) Memakai alat pelindung diri pada saat persalinan (celemek, masker, penutup kepala, kacamata, sepatu tertutup). 2) Melepaskan perhiasan, cincin, jam tangan sebelum mencuci tangan. 3) Mencuci tangan dengar air mengalir dan sabun atau dengan campuran alkohol dan gliserin. 4) Mengeringkan dengan kain atau tisu bersih. 5) Menggunakan sarung tangan sebelum menolong persalinan. 2. Keputusan Resusitasi BBL Melakukan penilaian untuk mengambil keputusan guna menentukan tindakan resusitasi (JNPK-KR.2008.H.151-152) : 1. Menilai keadaan guna menentukan tindakan resusitasi : Sebelum bayi lahir : Apakah kehamilan cukup bulan ? Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah : Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium (warna kehijauan)? Segera setelah lahir (jika bayi cukup bulan) : Menilai apakah bayi menangis atau bernapas atau megap-megap? Menilai apakah tonus otot baik ? 2. Membuat keputusan : Memutuskan bayi perlu resusitasi jika : a. Bayi tidak cukup bulan atau bayi megap-megap/ tidak bernapas dan tonus otot bayi tidak baik. Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 b. Air ketuban bercampur mekonium. 3. Membuat tindakan : Memulai melakukan resusitasi segera jika : a. Bayi tidak cukup bulan dan atau Bayi megap-megap atau tidak bernafas dan tonus otot bayi tidak baik. (lakukan tindakan resusitasi BBL) 3. Prosedur Resusitasi Bayi Baru Lahir Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa BBL perlu resusitasi, tindakan harus segera dilakukan . (JNPK-KR.2008.H. 154). A. Tindakan resusitasi bayi baru lahir Bila bayi tidak cukup bulan dan atau tidak bernapas atau bernapas megap-megapdan atau tonus otot tidak baik : Sambil memulai langkah awal: Memberitahu ibu dan keluarga, bahwa bayi mengalami kesulitan untuk memulai pernapasan dan tenaga kesehatan akan menolong bayi bernapas. B. TAHAP I : LANGKAH AWAL Langkah awal diseleseikan dalam waktu 30 detik. Bagi kebanyakan BBL, 5 langkah awal di bawah ini cukup untuk merangsang bayi bernapas spontan dan teratur. Langkah tersebut meliputi : 1. Menjaga bayi tetap hangat (a) Meletakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut. (b) Menyelimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut tetap terbuka, kemudian memotong tali pusat. Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 (c) Memindahkan bayi ke atas kain di tempat resusitasi yang datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat. (d) Menjaga bayi tetap diselimuti dan di bawah pemancar panas. 2. Mengatur posisi bayi (a) Membaringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong. (b) Memposisikan kepala bayi pada posisi menghidu dengan menempatkan ganjal bahu sehingga sedikit ekstensi. Benar Salah Gambar 3: Posisi Kepala dan Alur Jalan Napas 3. Menghisap lendir Menggunakan alat pengisap lendir DeeLe dengan cara : (1) Menghisap lendir mulai dari mulut dalu kemudian dari hidung. (2) Melakukan penghisapan saat alat penghisap ditarik keluar, tidak pada waktu memasukkan. (3) Tidak melakukan penghisapan terlalu dalam (tidak boleh lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau lebih dari 3 cm ke dalam hidung), hal itu dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi tiba-tiba berhenti bernapas. Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 Bila menggunakan bola karet lakukan dengan cara : a) Menekan bola di luar mulut. b) Memasukkan ujung penghisap di rongga mulut dan melepaskan (lendir akan terhisap). c) Untuk hidung, memasukkan ke dalam hidung. C. Mengeringkan dan merangsang bayi a) Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat membantu BBL mulai bernapas. b) Melakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini (a) Menepuk/ menyentil telapak kaki bayi. (b) Menepuk punggung/ perut/ dada/ tungkai bayi dengan telapak tangan. Gambar 4 : Rangsang Taktil D. Mengatur posisi kepala bayi dan menyelimuti bayi a. Mengganti kain yang basah dengan kain yang kering di bawahnya. b. Menyelimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan dada agar bisa memantau pernapasan bayi. c. Mengatur kembali posisi kepala bayi sehingga sedikit ekstensi. Melakukan penilaian bayi : a. Melakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, tidak bernapas atau megap-megap. Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 b. Bila bayi bernapas normal : melakukan asuhan pasca resusitasi. c. Bila bayi megap-megap atau tidak bernapas : mulai melakukan ventilasi bayi. E. TAHAP II : VENTILASI Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume udara ke dalam paru-paru dengan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernapas spontan dan teratur. Langkah-langkah : 1. Memasang sungkup Memasang dan memegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung. Gambar 5 : Pemasangan Sungkup 2. Ventilasi 2 kali (JNPK-KR.2008.H.156-157) a) Melakukan tiupan/ pemompaan dengan tekanan 30 cm air. Tiupan awal tabung-sungkup atau pemompaan awal balonsungkup sangat penting untuk membuka alveoli paru agar bayi dapat bernapas dan menguji apakah jalan napas bayi terbuka. b) Melihat apakah dada bayi mengembang Saat melakukan tiupan/ pemompaan, menilai dan memperhatikan apakah dada bayi mengembang. Bila tidak mengembang : Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 (a) Memeriksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor. (b) Memeriksa posisi kepala, memastikan posisi sudah menghidu. (c) Memeriksa cairan atau lendir di mulut. Bila ada lendir atau cairan, melakukan pengisapan. (d) Melakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30 cm air (ulangan), bila dada mengembang, melakukan tahap berikutnya. c) Ventilasi 20 kali dalam 30 detik (1) Melakukan tiupan dengan tabung dan sungkup atau pemompaan dengan balon dan sungkup sebanyak 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air sampai bayi mulai menangis dan bernapas spontan. (2) Memastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau pemompaan, setelah 30 detik melakukan penilaian ulang napas. Jika bayi mulai bernapas spontan atau menangis,kemudian menghentikan ventilasi bertahap. (a) Melihat dada apakah ada retraksi dinding dada bawah. (b) Menghitung frekuensi napas per menit. Jika bernapas > 40 kali permenit dan tidak ada retraksi berat : (1) Tidak boleh melakukan ventilasi lagi. (2) Meletakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit pada dada ibu dan melanjutkan asuhan BBL. Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 (3) Memantau setiap 15 menit untuk pernapasan dan kehangatan. (4) Mengatakan kepada ibu bahwa bayinya kemungkinan besar akan membaik. Tidak boleh meninggalkan bayi sendiri. (c) Melanjutkan asuhan pasca resusitasi Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, melanjutkan ventilasi. (3) Ventilasi, setiap 30 detik, menghentikan dan melakukan penilaian ulang (a) Melanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air). (b) Menghentikan ventilasi setiap 30 detik, melakukan penilaian bayi apakah bernapas, tidak bernapas atau megap-megap : (1) Jika bayi sudah menghentikan mulai ventilasi bernapas bertahap spontan, dan melakukan tidak bernapas, asuhan pasca resusitasi. (2) Jika bayi megap-megap atau meneruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik kemudian melakukan penilaian ulang napas setiap 30 detik. (JNPK-KR.2008.H.159) Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 VII. EVALUASI Setelah dilakukan penilaian dan bayi bernafas dengan normal maka melakukan Asuhan pasca resusitasi : Setelah tindakan resusitasi, diperlukan asuhan pasca resusitasi yang merupakan perawaan intensif selama 2 jam pertama. Penting sekali pada tahap ini dilakukan konseling, asuhan BBL dan pemantauan secara intensif serta pencatatan. (JNPK-KR.2008.H.160) Asuhan pasca resusitasi adalah pelayanan kesehatan pasca resusitasi yang diberikan baik kepada BBL ataupun ibu dan keluarga. Pelayanan kesehatan yang diberikan berupa pemantauan, asuhan BBL dan konseling. Membicarakan dengan ibu dan keluarga bayi tentang resusitasi yang telah dilakukan. Menjawab setiap pertanyaan yang diajukan. Asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai dengan keadaan BBL setelah menerima tindakan resusitasi dan dilakukan pada keadaan : 1. Resusitasi berhasil : bayi menangis dan bernapas normal sesudah langkah awal atau sesudah ventilasi. 2. Resusitasi belum/ kurang berhasil : bayi perlu rujukan yaitu sesudah resusitasi 2 menit belum bernapas atau megap-megap atau pada pemantauan didapatkan kondisinya memburuk. 3. Resusitasi tidak berhasil : sesudah resusitasi 10 menit dihitung dari bayi tidak bernapas dan detak jantung 0. a. Resusitasi berhasil Mengajari ibu dan keluarga untuk membantu bidan menilai keadaan bayi. Menjelaskan mengenai pemantauan BBL dan bagaimana memperoleh pertolongan segera bila bayi mengalami masalah. Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 Pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi : 1) Tidak dapat menyusu. 2) Kejang. 3) Mengantuk atau tidak sadar. 4) Napas cepat (> 60 menit). 5) Merintih. 6) Retraksi dinding dada bawah. 7) Sianosis sentral. b. Pemantauan dan perawatan tali pusat : 1) Memantau perdarahan tali pusat, jika ikatan lepas batulkan oleh bidan. 2) Menjelaskan perawatan tali pusat yang benar pada ibu dan keluarga c. Bila napas bayi dan warna kulit normal, memberikan bayi kepada ibunya : 1) Meletakkan bayi di dada ibu (kulit ke kulit), menyelimuti keduanya. 2) Membantu ibu untuk menyusui bayi dalam 1 jam pertama. 3) Menganjurkan ibu mengusap bayinya dengan kasih sayang. d. Pencegahan hipotermi : 1) Membaringkan bayi dalam ruangan > 25 oC bersama ibunya. 2) Mendekap bayi dengan lekatan kulit ke kulit sesering mungkin. 3) Menunda memandikan bayi sampai dengan 6-24 jam. 4) Menimbang berat badan terselimuti, kurangi berat selimut. 5) Menjaga bayi tetap hangat selama pemeriksaan, buka selimut bayi sebagian-sebagian. Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 e. Pemberian vitamin K1 : Memberikan suntikan vitamin K 1 di paha kiri anterolateral 1 mg intramuskular. f. Pencegahan infeksi : 1) Memberikan salep mata antibiotika. 2) Memberikan imunisasi hepatitis B di paha kanan 0,5 ml intramuskular, 1 jam setelah pemberian vitamin K 1. 3) Memberitahu ibu dan keluarga cara pencegahan infeksi bayi. g. Pemeriksaan fisik : 1) Mengukur panjang badan dan lingkar kepala bayi. 2) Melihat dan meraba kepala bayi. 3) Melihat mata bayi. 4) Melihat mulut dan bibir bayi. 5) Melihat dan meraba lengan dan tungkai, gerakan, menghitung jumlah jari. 6) Melihat alat kelamin dan menentukan jenis kelamin, adakah kelainan. 7) Memastikan adakah lubang anus dan uretra, adakah kelainan. 8) Memastikan adakah buang air besar an buang air kecil. 9) Melihat dan meraba tulang punggung bayi. Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 D. Landasan Hukum Kewenangan Bidan Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis terutama dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan, promosi dengan berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa siap melayani siapa saja yang membutuhkannya, kapan dan dimanapun berada.Untuk menjamin kualitas tersebut diperlukan suatu standar profesi sebagai acuan untuk melakukan segala tindakan dan asuhan yang diberikan dalam seluruh aspek pengabdian profesinya kepada individu, keluarga, dan masyarakat, baik dari aspek input, proses dan output. 1. Peraturan Mentri Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/IX/2010 Ayat 1 Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dalam pasal 9 huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita dan anak pra sekolah. Ayat 2 Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana pada ayat 1 berwenang untuk : a. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusui dini, injeksi vitamin K1, Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 perawatan bayi baru lahir pada masaneonatal (0-28 hari) dan perawatan tali pusat. b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dengan merujuk c. Penanganan kegawat daruratan dilanjutkan dengan perujukan d. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah. e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah f. Pemberian konseling dan penyuluhan g. Pemberian surat keterangan kelahiran dan h. Pemberian surat kematian. 2. Standar pelayanan kebidanan (Dep Kes RI, 2001) Terdapat 3 standar dalam standar pencegahan dan pertolongan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia: a. Standar 12 : Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala dua, dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan. Hasil : penurunan kejadian asfiksia neonaturum berat dan penurunan kejadian lahir mati pada kala dua b. Standar 13 : Perawatan bayi baru lahir Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan, mencegah asfiksia, menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermi dan mencegah hipoglikemia dan infeksi. Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 Hasil : bayi baru lahir menerima perawatan dengan segera dan tepat, bayi baru lahir mendapatkan perawatan yang tepat untuk dapat memulai pernafasan dengan baik, penurunan kejadian hipotermi, asfiksia, infeksi dan hipoglikemia pada bayi baru lahir dan penurunan terjadinya kematian bayi baru lahir. c. Standar 24 : Penanganan Asfiksia Neonatorum Bidan mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia, serta melakukan tindakan secepatnya, memulai resusitasi bayi baru lahir, mengusahakan bantuan medis yang diperlukan, merujuk bayi baru lahir dengan tepat dan memberikan perawatan lanjutan yang tepat. Hasil : penurunan kematian bayi akibat asfiksia neonatorum, penurunan kesakitan akibat asfiksia neonatorum dan meningkatnya pemanfaatan bidan. 3. MENKES RI/NOMOR 369/SK/III/2007 Pelayanan kebidanan adalah bagian integrasi dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan. Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga, sesuai dengan kewenangan dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga, dan masyarakat yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan pelayanan kebidanan dapat dibedakan menjadi Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 a. Layanan primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan. b. Layanan kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu dan sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan. c. Layanan rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan. juga layanan yang dilakukan oleh bidan ketempat/fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontal maupun vertikal atau meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya. 4. Kompetensi bidan indonesia menurut MENKES/NOMOR 369/SK/III/2007 Asuhan selama persalinan dan Kelahiran Kompetensi ke-4: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin selama persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawat daruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir. Pengetahuan dasar: a. Fisiologi persalinan. b. Anatomi tengkorak janin, diameter yang penting dan penunjuk. c. Aspek psikologis dan kultural pada persalinan dan kelahiran. d. Indikator tanda-tanda mulai persalinan. e. Kemajuan persalinan normal dan penggunaan partograf atau alat serupa. Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 f. Penilaian kesejahteraan janin dalam masa persalinan. g. Penilaian kesejahteraan ibu dalam masa persalinan. h. Proses penurunan janin melalui pelvic selama persalinan dan kelahiran. i. Pengelolaan dan penatalaksanaan persalinan dengan kehamilan normal dan ganda. j. Pemberian kenyamanan dalam persalinan seperti: kehadiran keluarga pendamping, pengaturan posisi, hidrasi, dukungan moril, pengurangan nyeri tanpa obat. k. Transisi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus. l. Pemenuhan kebutuhan fisik bayi baru lahir meliputi pernafasan, kehangatan dan memberikan ASI/PASI, eksklusif 6 bulan. m. Pentingnya pemenuhan kebutuhan emosional bayi baru lahir, jika memungkinkan antara lain kontak kulit langsung, kontak mata antara bayi dan ibunya bila dimungkinkan. n. Mendukung dan meningkatkan pemberian ASI eksklusif. o. Manajemen fisiologi kala III. p. Memberikan suntikan intra muskuler meliputi:uterotonika, antibiotika dan sedative. q. Indikasi tindakan kegawat dauratan kebidanan seperti:distosia bahu, asfiksia neonatal, retensio plasenta, perdarahan karena atonia uteri dan mengatasi renjatan. r. Indikasi tindakan opratif pada persalinan misalnya gawat janin, CPD. s. Indikator komplikasi persalinan:perdarahan, partus macet, kelainan presentasi, eklamsia kelelahan ibu, gawat janin, infeksi, ketuban pecah Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 dini tanpa infeksi, distosia karena inersia uteri primer, post term dan preterm serta tali pusat menumbung. t. Prinsip manajemen kala III secar fisiologis. u. Prinsip manajemen aktif kala III. ASUHAN PADA BAYI BARU LAHIR Kompetensi ke-6 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi komperhensife pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan. Pengetahuan Dasar a. Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus b. Kebutuhan dasar bayi baru lahir, kebersihan jalan nafas, perawatan tali pusat, kehangatan, nutrisi, bonding dan attachment. c. Indikator pengkajian bayi baru lahir misalnya dari APGAR. d. Penampilan dan perilaku bayi baru lahir. e. Tumbuh kembang yang normal pada bayi baru lahir selama 1 bulan. f. Memberikan imunisasi pada bayi. g. Masalah yang lazim terjadi pada bayi baru lahir normal seperti:caput, molding, mongolian spot, haemangioma. h. Komplikasi yang lazim terjadi pada bayi baru lahir normal seperti: hypogglikemia, hypotermi, dehidrasi, diare dan infeksi , ikterus. i. Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada bayi baru lahir sampai 1 bulan. j. Keuntungan dan resiko immunisasi pada bayi. k. Pertumbuhan dan perkembangan bayi premature. Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 l. Komplikasi tertentu pada bayi baru lahir, seperti trauma intra-cranial, fraktur clavicula, kematian mendadak dan hematoma. Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012