16 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Belajar dan

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Kajian Teori
1.
Belajar dan Pembelajaran
Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan
yang penting. Belajar merupakan proses yang aktif untuk memahami halhal baru dengan pengetahuan yang kita miliki. Di sini terjadi penyesuaian
dari pengetahuan yang sudah kita miliki dengan pengetahuan baru.
Dengan kata lain, ada tahap evaluasi terhadap informasi yang didapat,
apakah pengetahuan yang kita miliki masih relevan atau kita harus
memperbarui pengetahuan kita sesuai dengan perkembangan zaman.
Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar dan kegiatan
mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa. Oleh karena
itu, adalah penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya
tentang proses belajar siswa. Belajar juga memainkan peranan penting
dalam mempertahankan sekelompok umat manusia di tengan persaingan
yang semakin ketat dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu maju
karen belajar. Teori belajar sangat beraneka ragam, dimana setiap teori
mempunyai landasan sebagai dasar perumusan.
Berikut ini dikemukakan beberapa definisi belajar, diantaranya:
“Learning is process through which experience causes permanent change
in knowledge or behavior” (Woolfolk, 1995, hlm.196).
16
17
Pengertian
belajar
menurut
Hilgard
yang
dikutip
oleh
Simandjuntak (1983, hlm.59) mengatakan bahwa,
Learning in the process by which an activity originates or the
changed through responding to a situation, provided the changes
can not be attributed to growth or the tempory state of the
organism as in fatique or under drugs.
Belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap
lingkungan, perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila
disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti
kelelahan atau disebabkan obat-obatan.
Ngalim Purwanto (1999, hlm.85) mengemukakan adanya beberapa
elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu:
Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana
perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi
juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
2.
Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai
macam kompetensi berbagai macam komptensi, keterampilan dan sikap.
Usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia
untuk memenuhi kebutuhannya, mendapatkan ilmu atau kepandaian yang
belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar manusia menjadi
tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan, dan memiliki tentang
sesuatu. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah kegiatan belajar
mengajar merupakan kegiatan paling pokok. Hal ini berarti bahwa
18
keberhasilan atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada
proses belajar yang dilakukan siswa sebagai anak didik.
Ada banyak bentuk-bentuk perubahan yang terdapat dalam diri
manusia yang ditentukan oleh kemampuan dan kemauan belajarnya
sehingga peradaban manusia itupun tergantung dari bagaimana manusia
belajar. Sebagaimana dikatakan bahwa belajar pada dasarnya adalah suatu
proses perubahan manusia. Dalam pengertian tersebut tahapan perubahan
dapat diartikan sepadan dengan proses. Jadi proses belajar adalah tahapan
perubahan prilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri
siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah
yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya. Dalam uraian tersebut
digambarkan bahwa belajar adalah aktifitas yang berproses menuju pada
satu perubahan melalui tahapan-tahapan tertentu.
Menurut Gagne (Agus Suprijono, 2009, hlm. 2) Belajar adalah
perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai melalui aktifitas.
Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses
pertumbuhan seseorang secara ilmiah.
Sedangkan menurut Harold Spears (Agus Suprijono, 2009, hlm. 2)
mengemukakan belajar merupakan mengamati, membaca, meniru,
mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu. Jadi belajar
merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang
kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari
peubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.
19
Menurut Morgan (Agus Suprijono, 2009, hlm. 3) menyatakan
learning is any realitively permanent change in behavior that is a
result of past experience. Jadi dapat diartikan belajar adalah
perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari
pengalaman.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
proses memahami segala sesuatu atau bentuk pembelajaran untuk
memperoleh pengetahuan dalam rangka untuk perubahan tingkah laku
yang baru sebagai hasil dari pengalamannya sendiri sebagai interaksi
dengan lingkungannya.
Belajar diharapkan dapat mempengaruhi daya pikir seseorang yang
bertujuan pada perubahan tingkah laku, untuk menetapkan penguasaan
konsep sesuatu materi perubahan tingkah laku, untuk menetapkan
penguasaan konsep sesuatu materi perlu alat atau sarana belajar yang
memadai, diantaranya buku penunjang yang relevan, baik dari buku paket
maupun buku penunjang lain. Lebih lanjut Agus Suprijono (2009, hlm. 4)
menyatakan ada beberapa prinsip belajar sebagai berikut:
a. Prinsip belajar adalah perubahan perilaku yang mencakup
keseluruhan potensi kemanusiaan.
b. Belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong
kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.
c. Belajar adalah bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya
adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya.
Pembelajaran mengandung makna adanya kegiatan mengajar dan
belajar, dimana pihak yang mengajar adalah guru dan yang belajar adalah
siswa yang berorientasi pada pengembangan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan siswa sebagai sasaran pembelajaran. Dalam proses
20
pembelajaran akan mencakup berbagai komponen lainya, seperti media,
kurikulum, dan fasilitas pembelajaran.
Agus
Suprijono
(2009,
hlm.
13)
mengemukakan
bahwa
pembelajaran merupakan proses organik dan kontruktifis, bukan mekanis
seperti halnya pengajaran artinya guru menyediakan fasilitas belajar bagi
peserta didiknya untuk mempelajarinya.
Selain itu, Corey (Nana Sudjana, 2012, hlm. 61) mengemukakan
konsep pembelajaran menurut dirinya adalah suatu proses dimana
lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam
kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi
tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
suatu proses interaksi yang terjadi antara pendidik dan peserta didik dalam
suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran
harus didukung dengan baik oleh semua unsur dalam pembelajaran yang
meliputi pendidik, peserta didik dan juga lingkungan belajar.
3.
Model Pembelajaran
Model secara harfiah berarti “bentuk”, dalam pemakaian secara
umum model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan
pengukurannya yang diperoleh dari beberapa sistem. Sedangkan menurut
Mills (Agus Suprijono, 2009, hlm. 45) Model adalah bentuk representasi
akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau
sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu.
21
Menurut Arends yang sebagaimana telah di kutip oleh Agus
Suprijono (2009, hlm. 46) model pembelajaran mengacu pada pendekatan
yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran,
tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan
pengelolaan kelas.
Dari beberapa pendapat di atas, model pembelajaran dapat
didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar.
B.
Pengertian Example Non Example
Model Example Non Example merupakan salah satu pendekatan
group investigation dalam pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
memengaruhi pola interaksi siswa dan meningkatkan perolehan hasil
akademik. Tipe pembelajaran ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap
model pembelajaran kelas tradisional dan menghendaki siswa saling
membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan
kooperatif dari pada individu
Pembelajaran example non example berorientasi pada cooperatif
atau cooperatif learning. Karena pembelajaran ini berorientasi dari
bentuknya kelompok-kelompok kecil.
Menurut Rochyandi, Yudi (2004, hlm. 11) model pembelajaran
cooperatif tipe example non example adalah :
22
Tipe pembelajaran yang mengaktifkan siswa dengan cara guru
menempelkan contoh gambar-gambar yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan gambar lain yang relevan dengan tujuan
pembelajaran, kemudian siswa disuruh untuk menganalisisnya dan
mendiskusikan hasil analisinya sehingga siswa dapat membuat
konsep yang esensial.
1.
Karakteristik Model Example Non Example
Model Pembelajaran Example Non Example ini lebih menekankan
pada konteks analisis siswa. Biasanya metode ini lebih dominan digunakna
di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan
menekankan aspek psikologis dan tingkat perkembangan siswa dikelas
rendah seperti: (a) kemampuan berbahasa tulis dan lisan; (b) kemampuan
analisis ringan, dan (c) kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya.
a)
Kelebihan model example non example
Berikut ini merupakan kelebihan-kelebihan dari model example
non example menurut Hanafiah (2010, hlm. 34) dintaranya adalah :
1) Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2) Siswa memberikan definisi sendiri tanpa keluar dari definisi
utama.
3) Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
4) Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
5) Secara tidak langsung dapat mengetahui sisi siswa yang
lainnya.
6) Membangun kerja sama antar siswa.
7) Materi pembelajaran menjadi lebih menarik.
8) Mengkongkritkan materi yang masih bersifat abstrak.
b)
Kekurangan model example non example
Berikut ini merupakan kekurangan dari model example non
example Kiranti (2007, hlm. 26), diantaranya adalah:
1) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
23
2) Kurangnya efektifitas waktu karena memakan waktu yang lama untuk
penerapannya.
2.
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Example Non Example
Menurut (Adang Heriawan, Darmajari, Arip Sanjaya, 2012,
hlm. 43) Langkah-langkah model pembelajaran Example Non Example,
diantaranya:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Gambar yang digunakan tentunya merupakan
gambar yang relevan dengan materi yang dibahas sesuai
dengan Kompetensi Dasar.
Guru menempelkan gambar di papan tulis atau Lcd, jika ada
dapat pula menggunakan proyektor. Pada tahapan ini guru
juga dapat meminta bantuan siswa untuk mempersiapkan
gambar yang telah dibuat dan sekaligus pembentukan
kelmpok siswa.
Guru memberikan petunjuk dan memberukan kesempartan
pada peserta didik untyuk memperhatika atau menganalisis
gambar. Biarkan siswa melihat dan menelaah gambar yang
disajikan secara seksama, agar detil gambar dapat di pahami
oleh siswa. Selain itu, guru juga memberikan deskrisi jelas
tentang gambar yang sedang diamati siswa.
Melalui diskusi kelompok 2-3 orang peserta didik, hasil
diskusi dari analisis gambar tersebut dicatat pada kertas.
Kertas yang digunakan akan lebih baik jika disediakan oleh
guru.
Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil
diskusinya. Siswanya dilatih untuk menjelaskkan hasil
diskusi mereka melalui perwakilan kelommpok masingmasing.
Mulai dari komentar atau hasil diskusi peserta didik, guru
mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
Setelah memahami hasil dari analisa yang dilakukan siswa,
maka guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
Guru dan peserta didik menyimpulkan materi sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
24
C.
Pembelajaran IPS SD
1.
Pengertian Pembelajaran IPS
Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu telaah
tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu
hidup bersama dengan sesamanya. Pembelajaran IPS juga merupakan
bidang studi baru, karena dikenal sejak diberlakukan kurikulum 1975.
Dikatakan baru karena cara pandangnya bersifat terpadu, artinya bahwa
IPS merupakan perpaduan dari sejumlah mata pelajaran sejarah, geografi,
ekonomi, sosiologi, antropologi.
Seperti yang dijelaskan oleh Diana dan Maas Dp (1998, hlm. 55)
dalam http://aampgsd .blogspot .com/2011/12/karakteristik– ips–sd.html
yang berpendapat bahwa:
Hakikat Pendidikan IPS adalah: berbagai konsep dari prinsip yang
terdapat dalam ilmu-ilmu sosial, misalnya tentang kependudukan,
kriminalitas, tentang korupsi dan kolusi dan sebagainya yang
dikemas untuk kepentingan pendidikan dalam rangka upaya
pencapaian tujuan pendidikan diberbagai jenjang pendidikan.
Adapun perpaduan ini disebabkan mata pelajaran-mata pelajaran
tersebut mempunyai kajian yang sama yaitu manusia.
Seperti yang kita ketahui bahwa pembelajaran IPS merupakan
salah satu pembelajaran yang ada dalam muatan kurikulum di sekolah baik
tingkat dasar maupun tingkat atas yang memuat tentang kajian manusia
dan dunia serta lingkungannya sebagai mata pelajaran yang dapat
menyiapkan siswa untuk berada di tengah masyarakat.
25
2.
Tujuan Pembelajaran IPS
Berdasarkan definisi pembelajaran IPS di atas, maka tujuan
pembelajaran IPS secara umum adalah untuk mendidik siswa untuk
mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan agar dapat berperan
aktif dalam kehidupannya kelak sebagai anggota masyarakat dan warga
negara yang baik. Tujuan harus dikaitkan dengan kebutuhan dan
disesuaikan dengan tantangan-tantangan kehidupan yang akan dihadapi
anak.
Berkaitan dengan hal tersebut, kurikulum 2004 untuk tingkat SD
menyatakan bahwa, Pengetahuan Sosial (sebutan IPS dalam kurikulum
2004), bertujuan untuk:
a. Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi,
sejarah, dan kewarganegaraan, pedagogis, dan psikologis.
b. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif, inkuiri,
memecahkan masalah, dan keterampilan sosial.
c. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial
dan kemanusiaan.
d. Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetensi
dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun
global.(dalam http // : aampgsd.blogspot.com / 2011 / 12 /
karakteristik -ips-sd.html)
Sejalan dengan tujuan tersbeut tujuan pendidikan IPS menurut
(Sumaatmadja, 2006, hlm. 45) adalah “membina anak didik menjadi warga
negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan
negara”.
Sedangkan secara rinci Hamalik, (2001, hlm. 42) merumuskan
tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu:
26
a.
b.
c.
d.
Pengetahuan dan pemahaman,
Sikap hidup belajar,
Nilai-nilai sosial dan sikap,
Keterampilan.
Sedangkan secara khusus tujuan pembelajaran IPS di sekolah dasar
menurut Chapin dan Messlek, 1992 dalam wiyono 1996, hlm. 11 terbagi
dalam empat komponen:
a. Memberikan kepada siswa pengetahuan tentang pengalaman
manusia dalam kehidupan masyarakat pada masa lalu, masa kini
dan masa yang akan datang.
b. Menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan dalam
mencari dan mengolah informasi untuk kebutuhan hidup dan
kehidupannya.
c. Menolong siswa untuk mengembangkan nilai-nilai atau sikap
demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat.
d. Menyediakan kesempatan pada siswa untuk berperan serta
dalam kehidupan sosial.
Menurut Gunawan (2011, hlm. 37) mengemukakan bahwa :
Pembelajaran
IPS
bertujuan
membentuk
warga negara
yang
berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri di tengahtengah kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan menjadi
warga negara yang baik dan bertanggung jawab, sedangkan ilmu sosial
bertujuan menciptakan tenaga ahli dalam bidang ilmu sosial.
Tujuan pendidikan IPS menurut Isjoni (2007, hlm. 50-51) dapat
dikelompokkan menjadi empat kategori sebagai berikut:
a. Knowledge, yang merupakan tujuan utama pendidikan IPS, yaitu
membantu para siswa belajar tentang diri mereka sendiri dan
lingkungannya.
b. Skills, yang berhubungan denga tujuan IPS dalam
hal ini mencakup keterampilan berpikir (thinking skills).
c. Attitudes, dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok sikap
yang
diperlukan
untuk
tingkah
laku
berpikir
(intelektual behavior) dan tingkah laku sosial (social behavior).
27
d. Value, dalam hubungan ini adalah nilai yang terkandung dalam
masyarakat sekitar didapatkan dari lingkungan masyarakat
sekitar maupun lembaga pemerintah (falsafah bangsa).
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
pembelajaran IPS adalah membantu tumbuhnya warga negara yang baik
dapat mengembangkan keterampilannya dalam berbagai segi kehidupan
dimulai dari keterampilan akademiknya sampai pada keterampilan
sosialnya. Akan tetapi secara lebih khusus pada tujuan yang tertera pada
KTSP, bahwa salah satunya adalah mengenal konsep-konsep yang
berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan.
Mengenal
konsep-konsep
memerlukan
pemahaman
yang
mendalam, oleh karena itu pemahaman suatu konsep dengan baik
sangatlah penting bagi siswa, agar dapat mamahami suatu konsep, siswa
harus membentuk konsep sesuai dengan stimulus yang diterimanya dari
lingkungan atau sesuai dengan pengalaman yang diperoleh dalam
perjalanan hidupnya. Pengalaman-pengalaman yang harus dilalui oleh
siswa merupakan serangkaian kegitan pembelajaran yang dapat menunjang
terbentuknya konsep-konsep tersebut. Karena itu guru harus bisa
menyusun pembelajaran yang didalamnya berisi kegiatan-kegiatan belajar
siswa yang sesuai dengan konsep-konsep yang akan dibentuknya.
3.
Karakteristik Pembelajaran IPS
Setelah adanya tujuan pembelajaran IPS yang dapat digunakan
sebagai acuan guru dalam melaksanakan IPS pada pembelajaran,
28
pembelajaran IPS mempunyai karakter yang digunakan sebagai pembeda
antara ilmu sosial dan yang lainnya. Adapun karakteristik yang ada pada
pembelajaran IPS, yakni sebagai berikut :
a.
kajian utama IPS adalah manusia dan segala aktivitasnya
b.
materinya adalah berbagi disiplin ilmu sosial
c.
cara mengaplikasikannya dengan diorganisasikan secara sederhana
d.
pengembangan materinya berdasrkan perkembangan diri siswa
e.
berangkat dari fenomena-fenomena sosial yang ada di lingkungan
siswa
Menurut Sapriya (2009, hlm. 7), mengemukakan bahwa: “Salah
satu karakteristik social studies adalah bersifat dinamis, artinya selalu
berubah sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat”. Perubahan
dapat dalam aspek materi, pendekatan, bahkan tujuan sesuai dengan
tingkat perkembangan masyarakat.
Ada beberapa karakteristik pembelajaran IPS yang dikaji bersama
ciri dan sifat pembelajaran IPS menurut Djahiri (Sapriya, 2007, hlm. 19)
adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta atau
sebaliknya (menelaah fakta dari segi ilmu).
Penelaahan dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang
disiplin ilmu saja melainkan bersifat komprehensif (meluas)
dari berbagai ilmu sosial dan lainnya sehingga berbagai konsep
ilmu secara terintegrasi terpadu digunakan untuk menelaah
satu masalah/tema/topik.
Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri
agar siswa mampu mengembangkan berfikir kritis, rasional
dan analitis.
Program pembelajaran disusun dengan meningkatkan atau
menghubungkan bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial
29
e.
dan lainnya dengan kehidupan nyata di masyarakat,
pengalaman, permasalahan, kebutuhan dan memproyeksikan
nya kepada kehidupan di masa yang akan datang baik dari
lingkungan fisik maupun budayanya.
IPS dihadapkan pada konsep dan kehidupan sosial yang sangat
labil (mudah berubah) sehingga titik berat pembelajaran adalah
proses internalisasi secara mantap dan aktif pada diri siswa
agar memiliki kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah
permasalahan kehidupan nyata pada masyarakat.
Dapat disimpulkan dari beberapa teori di atas bahwa karakteristik
pembelajaran IPS adalah bersifat dinamis, artinya selalu berubah sesuai
dengan tingkat perkembangan masyarakat. Perubahan dapat dalam aspek
materi, pendekatan, bahkan tujuan sesuai dengan tingkat perkembangan
masyarakat.
D.
Hasil Belajar
1.
Definisi Hasil Belajar
Dalam proses belajar mengajar, keberhasilan guru dalam
pengajaran ditentukan oleh prestasi atau hasil belajar yang dicapai oleh
siswa. Hasil belajar yang baik diperoleh melalui proses pembelajaran yang
telah dilakukan dengan terlebih dahulu dengan menyusun perencanaan
pembelajaran yang di dalamanya terdapat hal-hal tidak dapat dipisahkan
berkaitan dengan hasil belajar. Dari proses pembelajaran kemudian
diadakan evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman dan
penerimaan siswa terhadap materi yang teelah dipelajari. Hasil belajar
yaitu diperoleh melalui penilaian. Penilaian sendiri adalah kegiatan
30
mengambil suatu keputusan terhadap suatu objek dengan ukuran yang
ditetapkan. Penilaian hasil belajar dapat menggunakan tes maupun non tes.
Hasil belajar juga merupakan segala bentuk perubahan perilaku
siswa pada arah positif sebagai akibat dari proses belajar yang telah
dilakukan. Batasan pada hasil belajar mencakup aspek yang luas, yakni
pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor siswa yang dapat diterapkan
pada kehidupan sehari-hari siswa.
Seperti yang dikemukakan oleh Suprijono, (2012, hlm. 84) hasil
belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap, dan keterampilan yang
diperoleh siswa stelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru
sehingga dapat mengkontruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan
sehari-hari.
Sedangkan menurut Hamalik (2001, hlm. 159) bahwa hasil belajar
menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu
merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa.
2.
Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Pada dasarnya, hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh
dua faktor yaitu, faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa
(Sudjana, 1989, hlm. 39).
a.
Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam diri siswa sendiri.
Faktor tersebut yaitu keadaan fisiologis atau jasmani siswa dan faktor
psikologis.
31
1) Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis adalah faktor jasmani bawaan yang ada pada diri
siswa yang berkaitan dengan kondisi kesehatan dan fisik siswa. Keadaan
jasmani yang kurang baik pada siswa misalnya kesehatan yang menurun,
gangguan genetik pada bagian tubuh tertentu dan sebagainya akan
mempengaruhi proses belajar siswa dan hasil belajarnnya dibandingkan
dengan siswa yang mempunyai kondisi fisiologis yang baik.
2) Faktor Psikologis
Faktor-faktor psikologis diantaranya adalah keadaan psikologis
yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Beberapa faktor psikologis
tersebut adalah kecerdasan siswa, minat, motivasi, sikap, bakat, dan
percaya diri.
a) Kecerdasan siswa
Kecerdasan adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sifat
pikiran, yang mencakup sejumlah kemampuan. Menurut H. Garner
kecerdasan yang ada di dalam diri siswa terbagi menjadi kecerdasan
linguistik, spasial, matematik, kinetik dan jasmani, musikal,
interpersonal dan kecerdasan naturalis.Kecerdasan adalah faktor
pertama yang penting dalam faktor psikologis yang mempengaruhi
hasil belajar siswa. Di mana jika seorang siswa mempunyai
kecerdasan atau intelligent yang tinggi maka hasil belajar pun akan
tinggi. Begitu juga sebaliknya, kecerdasan siswa yang kurang akan
mempengaruhi hasil belajar yang rendah.
32
b) Minat
Minat adalah suatu kecenderungan seseorang untuk tertarik terhadap
suatu hal. Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang
populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap
berbagai faktor internal lainnya, sperti pemusatan perhatian,
keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Dalam hal ini minat adalah
faktor penting selanjutnya yang mempengaruhi hasil belajar siswa
dimana jika minat siswa tinggi untuk belajar, maka hasil belajar pun
akan tinggi, begitu juga sebaliknya, minat belajar yang rendah dan
tidak bersemangat akan menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.
c) Motivasi
Motivasi penting dalam menentukan hail belajar siswa, karena siswa
yang mempunyai motivasi tinggi akan bersemangat dalam melakukan
proses belajar dengan seksama sehingga mendapatkan hasil belajaar
yang tinggi, akan tetapi sebaliknya, jika motivasi untuk belajar pada
siswa tidak ada, maka hasil belajar akan menjadi rendah.
d) Sikap
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk meraksi atau merespon dengan cara yang relatif
tetap terhadap objek, orang, persitiwa dan sebagainya, baik secara
positif maupun negatif (Syah, 2003). Dari pengertian tersebut, sikap
dalam sebuah pembelajaran adalah faktor yang harus ada dalam diri
33
setiap siswa dimana setiap siswa memiliki respon yang berbeda
terhadap proses belajar.
e) Bakat
Faktor lain yang ada dalam diri siswa mempengaruhi hasil belajar
adalah bakat. Pada dasarnya setiap siswa memiliki bakat untuk dapat
mencapai prestasi yang baik dalam belajar. Bakat merupakan modal
siswa dalam melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan dan
potensi yang dimilikinya.
f)
Percaya diri
Percaya diri adalah suatu hal yang ada di dalam diri seseorang untuk
dapat melakukan apa yang dia kehendaki dengan baik. Percaya diri
yang ada dalam diri siswa akan membantunya dalam proses belajar,
dimana ia dapat menggunakannya untuk mencari rasa ingin tahu,
bersosialisasi dengan siswa yang lain, bertanya, dan mengungkapkan
gagasan atau ide yang dimiliki.
b.
Faktor Ekstern
Faktor yang ada di luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar
yaitu kondisi keluarga, sekolah, dan masyarakat yang dapat memberikan
pengaruh terhadap individu dalam belajar.
1) Faktor yang berasal dari orang tua
Faktor yang berasal dari orang tua ini utamanya adalah sebagai cara
mendidik orang tua terhadap anaknya.
34
Dalam kaitan dengan hal ini, Tim Penyusun Buku Sekolah
Pendidikan Guru Jawa Timur (1989, hlm. 8) menyebutkan, “Di dalam
pergaulan di lingkungan keluarga hendaknya berubah menjadi situasi
pendidikan, yaitu bila orang tua memperhatikan anak, misalnya anak
ditegur dan diberi pujian....”.
2) Faktor yang berasal dari sekolah
Faktor yang berasal dari sekolah, dapat berasal dari guru, mata
pelajaran yang ditempuh, dan metode yang diterapkan. Faktor guru banyak
menjadi penyebab kegagalan belajar anak, yaitu menyangkut kepribadian
guru, kemampuan mengajarnya. Sistem belajar yang kondusif, atau
penyajian pembelajaran yang diberikan oleh guru. Jika pembelajaran
disajikan dengan baik dan menarik bagi siswa, maka siswa akan lebih
optimal dalam melaksanakan dan menerima proses belajar.
3) Faktor yang berasal dari masyarakat
Anak tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Faktor masyarakat
bahkan sangat kuat pengaruhnya terhadap pendidikan anak. Pengaruh
masyarakat bahkan sulit dikendalikan. Mendukung atau tidak mendukung
perkembangan anak, masyarakat juga ikut mempengaruhi.Selanjutnya,
hasil belajar ditandai dengan adanya perbuahan perilaku dalam proses
belajar yang terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi
biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian, belajar dikatakan
berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila
35
tidak terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan
berhasil.
Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau
diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut
dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar
yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri
individu dalam penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan
kecakapan dasar dan penilaian secara kuantitatif.
3)
Komponen Indikator Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi
yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat
sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada
jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi
guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Hasil
juga bisa diartikan adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi
perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar
tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa
dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut
bermanfaat bagi guru dan siswa.
36
Dari penjelasan beberapa ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa
belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan perilaku siswa dalam
bakat pengalaman dan pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar mengajar
ialah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,
keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi. Kegiatan
belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, menilai
proses dan hasil belajar, termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru
dalam pencapaian hasil belajar siswa.
E.
Keragaman Suku Bangsa dan Budaya
1.
Bhinneka Tunggal Ika
Meskipun terdiri dari beraneka ragam budaya, bangsa kita tetap
bersatu.Arti semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” adalah berbeda-beda tetapi
tetap satu juga.Istilah yang lengkap sebenarnya adalah “Bhinneka Tunggal
Ika Tan Hana Dharma Mangrwa” ungkapan tersebut ditulis oleh Mpu
Tantular dalam buku Sutasoma.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika merupakan karya pujangga
zaman dahulu.Hal ini membuktikan bahwa kerukunan hidup di Indonesia
sudah berkembang sejak dahulu.
Keanekaragaman yang dimiliki bangsa Indonesia harus dipelihara
dengan baik karena merupakan identitas bangsa. Keanekaragaman tersebut
muncul dikarenakan beberapa hal sebagai berikut:
1. Perbedaan sejarah dan latar belakang munculnya setiap daerah.
37
2. Perbedaan lingkungan dan bentang alam.
3. Perbedaan kepercayaan dan kebudayaan.
4. Keterikatan setiap suku pada wilayah tempat tinggalnya.
Lambang Negara berupa gambar Burung Garuda.Sayap burung
Garuda membentang ke kanan dan ke kiri.Bhinneka Tunggal Ika tertulis
pada pita yang dicengkram kaki burung Garuda.Pada leher burung Garuda
tergantung perisai yang melambangkan Dasar Negara Republik Indonesia
yaitu Pancasila.
Burung Garuda adalah lambang Negara Republik Indonesia.
Lambang Negara diresmikan dalam sidang Dewan Republik Indonesia
Serikat tanggal 11 Februari 1950.
Dalam tubuh burung Garuda akan ditemukan bagian-bagian seperti
berikut.
1. Seluruh tubuh burung garuda berwarna kuning emas.
2. Didalamnya terdapat perisai yang memuat gambar bintang, rantai emas,
pohon beringin, kepala banteng serta gambar padi dan kapas. Kelima
gambar tersebut menggambarkan sila-sila dalam pancasila.
a. Bintang berwarna kuning emas dengan dasar hitam pada perisainya
b. Rantai berwarna kuning dengan dasar merah
c. Pohon beringin berwarna hijau dengan dasar putih
d. Kepala banteng berwarna hitam dengan dasar merah pada
perisainya
38
e. Padi dan kapas juga berwarna kuning emas dengan dasar perisai
berwarna putih
3. Pita yang dicengkram kaki burung Garuda berwarna putih yang
bertuliskan semboyan Bhinneka Tunggal Ika
4. Jumlah helai bulu pada bagian tubuh burung Garuda mempunyai arti
sebagai berikut
a. Pada tiap sayap berjumlah 17 helai melambangkan tanggal 17
b. Bulu ekor berjumlah 8 helai melambangkan bulan 8 atau Agustus
c. Dibawah perisai berjumlah 19 helai melambangkan tahun
d. Di leher berjumlah 45 helai melambangkan tahun
Jadi bila jumlah masing-masing bulu digabung melambangkan tanggal
17 Agustus 1945 yaitu tanggal kemerdekaan Republik Indonesia.
2. Pentingnya Persatuan dalam Keragaman Bangsa Indonesia
Wilayah Indonesia sangat luas dari Sabang sampai Merauke.Penduduk
Indonesia tinggal di berbagai pulau dengan beraneka ragam budaya.
Banyaknya penduduk dan suku bangsa mempunyai potensi terjadi
perpecahan.Kita harus menghindari segala hal yang memicu perpecahan
Negara Republik Indonesia (NKRI).NKRI harus tetap dijaga oleh seluruh
rakyat Indonesia sesuai cita-cita awal pendirian bangsa ini yang tertulis dalam
Pembukaan UUD 1945.
Persatuan harus diutamakan meskipun kita berbeda-beda.Kita harus
selalu menghargai perbedaan yang ada.Hal ini sesuai dengan tujuan Negara
39
Republik Indonesia yaitu melindungi segenap bangsadan seluruh tumpah
darah Indonesia.
Keanekaragaman bangsa, baik budaya, adat istiadat, bahasa, dan
agama yang dimiliki bangsa Indonesia bukan merupakan penghalang untuk
mewujudkan persatuan dan kesatuan. Persatuan dan kesatuan harus dipupuk
dan dijaga melalui kerja sama di berbagai bidang tanpa memandang
perbedaan yang ada. Cara-cara yang dapat dilakukan antara lain sebagai
berikut.
1) Menyelenggarakan pekan olah raga nasional dan daerah
2) Mengadakan jamboree nasional dan daerah
3) Mengadakan gerakan sosial yang diikuti oleh semua agama
4) Mengembangkan dan memperkenalkan budaya daerah sebagai budaya
nasional
5) Pembangunan nasional yang merata diseluruh wilayah
Namun, dari semua perbedaan dan keanekaragaman yang ada,
ingatlah bahwa bangsa Indonesia mempunyai alat pemersatu.Alat pemersatu
itu adalah sebagai berikut.
1. Dasar Negara pancasila
2. Bendera nasional yaitu Merah Putih
3. Lagu kebangsaan Indonesia Raya
4. Bahasa nasional yaitu Bahasa Indonesia
5. Sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam memperoleh kemerdekaan
6. Sumpah pemuda
40
3.
Bentuk-bentuk Keragaman Budaya
Keanekaragaman budaya bangsa Indonesia dapat dilihat dan
dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya disekolah, kantor, rumah
sakit, pasar, dan ditempat rekreasi. Budaya merupakan hasil daya cipta,
rasa dan karsa manusia.
Keanekaragaman yang ada melahirkan kebiasaan dan adat istiadat
yang berbeda antara satu suku dengan dengan suku yang lain. Kebudayaan
yang dimiliki setiap suku bangsa disebut kebudayaan daerah.
Keanekaragaman yang dapat dilihat dalam bentuk-bentuk budaya
disetiap daerah, antara lain rumah adat, upacara adat, pakaian adat,
makanan khas, tarian daerah, alat music tradisional, seni pertunjukan,
senjata tradisional dan lagu daerah.
a.
Rumah Adat
Setiap suku di Indonesia mempunyai cirri khas dalam bentuk
bangunan rumah adat sesuai dengan budaya dan lingkungan tempat
tinggalnya.Rumah adat adalah bangunan rumah asli masyarakat disuatu
daerah tempat dilaksanakannya upacara adat.
Biasanya sebuah rumah dibangun berdasarkan keadaan muka bumi
dan keadaan iklimnya.Contohnya, rumah adat di Kalimantan biasanya
berbentuk rumah panggung karena penduduknya lebih banyak tinggal
disekitar
hutan.Rumah-rumah
panggung
mempunyai
lantai
yang
ditinggilan, terkadang mencapai kurang lebih 15 meter, agar terhindar dari
41
banjir dan binatang buas.Bagian bawah rumah panggung berfungsi untuk
memelihara hewan piaraan.
Sementara itu, di Papua terutama wilayah pantai dekat Australia,
banyak rumah yang dibangun diatas air.Oleh karena kegiatan penduduk
Papua sehari-hari kebanyakan berpusat di sepanjang aliran sungai atau di
dataran rendah.Keuntungan rumah ini adalah lebih sejuk, namun untuk
pergi kemana-mana mereka harus menggunakan perahu.
Adapun nama-nama rumah adat di Indonesia di antaranya sebagai
berikut.
Tabel 2.1 Nama-Nama Rumah Adat
Suranti Saptiarso, Eko Setiawan. (2008, hlm. 78-79)
b.
No
Daerah
Nama Rumah Adat
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Nanggroe Aceh Darussalam
Sumatra Utara
Sumatra Barat
Jambi
Lampung
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
Kalimantan Barat
Sulawesi Selatan
Bali
Nusa Tenggara Barat
Maluku
Papua
Rumah aceh
Bolon
Gadang
Panggung
Nuwo Sesat
Kebaya
Kasepuhan
Joglo
Situbondo
Panjang
Tongkonan
Gapura Candi Bantar
Loka Samawa
Baileo
Honai
Upacara Adat
Dalam masyarakat Indonesia dikenal beragam upacara adat, seperti
upacara adat kelahiran, kematian, pernikahan, dan masih banyak lagi
42
upacara adat yang lain. Biasanya upacara adat istiadat masing-masing
daerah.Di bawah ini contoh upacara adat masing-masing daerah di
Indonesia.
Tabel 2.2 Nama-nama Upacara Adat
Suranti Saptiarso, Eko Setiawan. (2008, hlm. 79-80)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
c.
Upacara
Bajijak
Tanah
Tempat
Kalimantan
Pengertian Upacara
Upacara bagi seorang anak
untuk pertama kali menyentuh
tanah dan air di sungai.
Kasodo
Tengger, Bromo
Melemparkan sesaji kekawah
gunung bromo saat bulan
purnama
Ngaben
Bali
Upacara pembakaran mayat
sesuai adat
Ngutang
Bali
Upacara kematian di Trunyan
Magit
salah satu suku di bali
Pago-Pago Sumatra
Meresmikan
penyerahan
Utara/Batak
sebidang tanah marga kepada
orang lain dengan makan
bersama
Ruwatan
Jawa Tengah, DI Membersihkan
diri
darti
Jogjakarta
kemungkinan
timbulnya
bencana karena keadaan yang
luar biasa, misalnya anak
tunggal.
Tedhak
Jawa Tengah, DI Upacara pertama kali anak
Siti
Jogjakarta
menginjak tanah
Wunja
Toraja
Upacara panen
Pakaian Adat
Pakaian adat merupakan pakaian yang digunakan oleh masyarakat
di daerah tertentu.Pakaian adat mempunyai model dan corakyang beragam
serta dilengkapi dengan perhiasan.
Pakaian adat sering digunakan dalam upacara perkawinan atau
upacara-upacara penting lainnya. Setiap daerah mempunyai pakaian adat
yang berciri khas dan model yang berbeda-beda, serta memiliki nama
43
masing-masing. Misalnya Ulos dari Batak, Surjan dari Jogjakarta, Baju
Bodo dari Sulawesi Selatan, Beskap dari Jawa Tengah, Kebaya dari Jawa
Barat, dan sebagainya.
d.
Makanan Khas
Keanekaragaman yang ada di Indonesia menyangkut tentang
makanan daerah. Seperti Gudeg dari Jogja, Oncom,dodol dari Jawa Barat
dan lain sebagainya.
e.
Tarian Adat
Tarian terbagi dalam dua macam, yaitu tari kreasi baru dan tari
daerah.Tarian daerah disebut juga tarian adat.Jenisnya bermacam-macam,
tergantung maksud dan tujuan ditampilkannya tarian tersebut.Satu daerah
bahkan mempunyai bermacam-macam tarian adat.Adapun maksud dan
tujuan tarian dapat dikelompokan sebagai berikut.
1)
Tarian menyambut tamu atau tarian selamat datang
Contoh : Tari Andeen (Bengkulu), Tari Baksa Kembng
(Kalimantan Selatan), Tari Baluba (Sulawesi Tenggara), Tari
Kalanda (Sulawesi Tengah), Tari Bosara (Sulawesi Selatan), dan
Tari Gong (Kalimantan Timur).
2)
Tarian untuk kesembuhan dan keselamatan
Contoh : Tari Pamonte di Sulawesi Tengah (panen yang bagus),
Tari Pendet di Bali (persembahan kurban), Tari Piring di Sumatra
Barat
(suasana
gotong
royong),
dan
Tari
Bromo/Tengger setiap pertengahan bulan purnama.
Sodoran
di
44
3)
Tarian untuk perang
Contoh : Tarian Boksan Lawung Agung (Jawa), Tari Cakalela
(Maluku), Tari Kuda Gepang (Kalimantan Selatan), dan Tari Mpaa
Ampari (Nusa Tenggara Barat).
f.
Alat Musik Tradisional
Indonesia mempunyai berbagai jenis alat musik daerah. Masing-
masing alat tersebut memiliki ciri khas dalam hal nama, bentuk, bahan,
dan cara memakainya. Dibawah ini beberapa contoh alat music daerah di
Indonesia.
a) Geredek berasal dari Kalimantan, berbentuk seruling tempurung dan
cara memakainya dengan cara ditiup.
b) Angklung berasal dari Jawa Barat, terbuat dari bambu dan cara
memakainya dengan cara di goyang.
c) Sasando berasal dari Nusa Tenggara Timur, berbentuk alat musik
petik.
d) Telempong Pacik berasal dari Sumatra Barat, berupa alat music pukul
berbentuk gong-gong kecil.
e) Saluang dari Minangkabau berupa alat music tiup berbentuk seruling
kecil.
f) Tifa berasal dari Maluku dan Papua, berbentuk alat musik pukul
berupa gendang.
g) Rebab berasal dari Jawa Barat, berbentuk alat musik gesek.
h) Aramba berasal dari Nias, berbentuk bende.
45
i) Babun berbentuk kendang berasal dari Kalimantan Selatan.
j) Gamelan terdapat di Jawa dan Bali, berbentuk seperangkat alat
musik.
k) Kolintang berupa alat music pukul, terdapat di Sulawesi Utara.
g.
Seni Pertunjukan
Setiap daerah di Indonesia juga mempunyai seni pertunjukan yang
merupakan cerminan kebudayaan mereka, karena dalam seni pertunjukan
terdapat dialog, tari, music, pakaian yang mewakili tiap daerah.Berikut ini
contoh seni pertunjukan beberapa daerah di Indonesia.
a) Wayang orang terdapat Jawa Tengah, dan sebagian Jawa Timur.
Wayang orang mengambil cerita Mahabharata, Ramayana, serta
kehidupan sehari-hari.
b) Wayang kulit terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Wayang ini
terbuat dari kulit yang dimainkan oleh dalang.
c) Wayang golek terdapat di Jawa Barat. Wayang ini berbentuk boneka
yang dimainkan oleh dalang.
d) Ketoprak terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Cerita yang
diambil dari sejarah kerajaan-kerajaan masa lalu.
e) Ludruk di Jawa Timur, bercerita tentang kehidupan sehari-hari dengan
mengambil tokoh-tokoh tertentu.
f) Tarling di Cirebon, mirip dengan ludruk.
g) Sintren di Jawa Tengah berbentuk permainan yang mengandung unsur
gaib.
46
h) Randai di Sumatera, berupa nyanyian yang disertai gerak tari
mengandung unsur gaib.
i) Reog di Ponorogo, pemainnya menggunakan topeng kepala harimau
sering disertai dengan kuda kepang. Arak-arakan reog ponorogo
tersebut sebagai peringatan perjalanan Raja Kelana Sewardana ke
Daha untuk melamar putri Raja Daha.
h.
Lagu Daerah
Sebuah tarian atau seni pertunjukan menjadi lebih indah bila di
dukung dengan nyanyian.Indonesia kaya dengan lagu-lagu daerah. Berikut
ini beberapa nama lagu dari daerah-daerah di Indonesia.
Tabel 2.3 Nama-nama lagu daerah
Suranti Saptiarso, Eko Setiawan. (2008, hlm. 85-86)
No
Asal Daerah
1 Nanggro Aceh D
2
Sumatra Barat
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Sumatra Utara
Sumatra Selatan
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jakarta
Madura
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Sulawesi Utara
Sulawesi Selatan
Bali
Maluku
Papua
Lagu Daerah
AnjuAhu
Madeek, Denai Sansai, Kampung Nan Jauh
di mato
Butet, Lisoi
Kaparak Tingga, Kambanglah Bungo
Bubuy Bulan,Manuk Dadali, Es lilin
Jamuran, Lir-lir, Gundul Pacul
Jail-jali, Kicir-kicir, Keroncong Kemayoran
Tanduk Majeng, Karapan Sape
Tumpi Wayu, Nuluya, Palu Lempong Pupai
Ampar-ampar Pisang
O Nina Ni Keke, Esa Mokan
Angin Mamiri, Ma Rencong
Ratu Anom, Mejangeran
Kole-kole, Rasa Sayange, Burung Tantina
Apuse
47
i.
Senjata Tradisional
Senjata tradisional adalah senjata yang umumnya dmiliki setiap
suku bangsa di Indonesia.Senjata tradisional juga digunakan sebagai
kelengkapan tarian adat, pakaian adat, dan upacara adat.
F.
Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini juga didasarkan pada hasil penelitian yang telah
dilakukan terhadap penerapan model pembelajaran
example non
exampledalam kegiatan pembelajaran. Adapun penelitian-penelitian
tersebut adalah sebagai berikut:
Nurul, Euis (2015) dengan Judul Penggunaan model Pembelajaran
Example Non Example Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada
Pembelajaran IPS dengan Materi Peninggalan-Peninggalan Sejarah di
Kelas IV SDN Jatitengah Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka .
Berdasarkan
kegiatan
evaluasi
pembelajaran
IPS
melalui
model
pembelajaran Example Non Exampe di kelas IV SDN Jatitengah
Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka yang dilaksanakan di akhir
pembelajaran pada pelaksanaan tindakan siklus I diperoleh data nilai hasil
belajar terendah siswa 46, nilai hasil belajar tertinggi siswa 100 dengan
nilai rata- rata 71,75 dan ketuntasan klasikal 62,2%.
Nurmalasari, Dea (2014) dengan Judul Penerapan Model Example
non example Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Pokok
Bahasan Meneladani Patriotisme Pahlawan Pada Siswa Kelas IV SDN
48
Sumbersalak IV 05 Ledokombo Kabupaten Jember. Hasil rata-rata
aktivitas belajar di setiap siklus meningkat, pada siklus I rata-rata aktivitas
siswa sebesar 70,83% menjadi 80% pada siklus II. Hasil belajar siswa juga
meningkat dari 70,25% pada siklus I menjadi 85% pada sikus II, maka
ketuntasan hasil belajar siswa adalah 77,63%. Dari penelitian ini adalah
dengan penerapan model pembelajaran Example Non Exampleaktivitas
belajar siswa meningkat dari siklus I ke siklus II sebesar 9,2% dan hasil
belajar juga meningkat dari siklus I ke siklus II sebesar 14,5%.
G.
Kerangka Pemikiran
Dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas IV
SDN
Tenjolaya
1
Kecamatan
Cicalengka
Kabupaten
Bandung
menunjukkan bahwa pembelajaran masih kurang optimal. Pembelajaran
masih di dominasi dengan pembelajaran yang konvensional. Aktivitas
siswa yang masih kurang terlihat pada saat guru memberikan pertanyaan,
hanya beberapa siswa yang menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
guru. Selain itu kepasifan siswa juga terjadi dalam kegiatan diskusi
kelompok. Pada saat kegiatan diskusi kelompok, hanya beberapa siswa
yang mau menyampaikan pendapat, sisanya hanya diam tanpa
memberikan tanggapan. Dan hal tersebut juga berpengaruh pada nilai hasil
evaluasi dalam pembelajaran IPS siswa yang masih banyak mendapatkan
nilai dibawah nilai KKM (61) Sehingga kompetensi yang diharapkan
dalam pembelajaran IPS belum tercapai.
49
Untuk mengatasi permasalahan pembelajaran IPS tersebut, peneliti
bersama tim kolaborasi berinisiatif untuk menerapkanmodel pembelajaran
Example Non Example.
50
Kondisi
Kondisi
awal awal
GuruGuru
hanyahanya
menggunakan
menggunakan
metode
metode
ceramah
ceramah
saja saja
dan belum
dan belum
Siklus
I:
mampu
mampu
model
model
Example
Example
Non Non
Penyesuaian
Example
Example
proses dengan
dengan
benarbenar
pembelajaran
al
al
dengan
menggunakan
model 30% hasil
belajar siswa
mencapai KKM
Siklus II:
Uji coba kembali
penggunaan
model
pembelajaran
Example Non
Example dengan
penerapan yang
lebih mendalam
85% hasil belajar
siswa mencapai
KKM
Guru hanya
menggunakan
metode
ceramah saja
dan belum
mampu
menggunakan
model Example
Non Example
dengan benar
Penggunaan Model
Example Non
Example Model ini
adalah model yang
menggunakan media
gambardalam
penyampaian materi
pembelajaran yang
bertujuan mendorong
siswa untuk belajar
berpikir kritis dengan
jalan memecahkan
permasalahanpermasalahan yang
terkandung dalam
contoh-contoh
gambar yang
disajikan.
KONDISI
Rendahnya
hasil belajar
siswa kelas IV
terhadap
pembelajaran
pada materi
keragaman
suku bangsa
dan budaya
TINDAKAN
Diduga melalui
model Example Non
Example dapat
meningkatkan hasil
belajar siswa pada
pembelajaran ips
dengan materi
keragaman suku
bangsa dan budaya di
kelas IV SDN
Tenjolaya 1
Kec.Cicalengka
Kab.Bandung
AKHIR
Bagan 2.1
Kerangka Berfikir Pada Penelitian Tindakan Kelas
(Skripsi Euis Nurul Fajriyati;2015/2016,hlm.76)
51
H.
Asumsi dan Hipotesis Penelitian
1.
Asumsi
Asumsi adalah pernyataan yang dapat diuji kebenarannya secara
empiris berdasarkan pada penemuan, pengamatan dan percobaan dalam
penelitian yang dilakukan sebelumnya. (Husaini Usman, 2008,hlm. 87).
Pembelajaran kooperatif model example non example
melatih
peserta didik untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Ada dua
asumsi yang melandasinya, yaitu Pertam, Kemampuan ini sangat penting
sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat.Oleh sebab itu,
sebelum melakukan kooperatif, guru perlu membekali peserta didik
dengan kemampuan berkomunikasi.Tidak setiap peserta didik mempunyai
kemampuan berkomunikasi, misalnya kemampuan mendengarkan dan
kemampuan berbicara, padahal keberhasilan kelompok ditentukan oleh
prestasi setiap anggotanya.
Asumsi Kedua dengan menggunakan model pembelajaran example
non example memungkinkan peserta didik melakukan diskusi kelompok
bertatap muka saling memberikan informasi dan saling belajar.Interaksi
tatap muka akan memberikan pengalaman berharga kepada setiap anggota
kelompok
untuk
bekerja
sama,
menghargai
setiap
perbedaan,
memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota dan mengisi kekurangan
masing-masing.
52
2.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan asumsi diatas diduga dengan menggunakan model
pembelajaran example non example dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik pada mata pelajaran IPS materi pokok keragaman suku
bangsa dan budaya kelas IV SDN Tenjolaya 1 Kec.Cicalengka
Kab.Bandung.
a.
Jika perencanaan pembelajaran (RPP) dengan menerapkan model
pembelajaran example non example dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dalam mata pelajaran
IPS pokok bahasan keragaman suku
bangsa dan budaya pada siswa kelas IV SDN Tenjolaya 1 Kec.
Cicalengka Kab. Bandung maka sikap kerjasama dan hasil belajarnya
akan meningkat
b.
Jika pelaksanaan model pembelajaran example non example dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS berdasarkan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaranyang telah di susun maka sikap
kerjasama dan hasil belajarnya akan meningkat
c.
Jika penerapan model pembelajaran example non example
dapat
meningkatkan kemampuan bekerjasama siswa dalam pembelajaran
IPS pokok bahasan Keragaman Suku Bangsa dan Budaya pada siswa
kelas IV SDN Tenjolaya 1 Kec. Cicalengka Kab. Bandung maka sikap
kerjasama dan hasil belajarnya akan meningkat
d.
Jika peningkatan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPS
pada materi keragaman suku bangsa dan budaya setelah menggunakan
53
model pembelajaran example non example maka sikap kerjasama dan
hasil belajarnya akan meningkat.
Download