BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang penting. Belajar merupakan proses yang aktif untuk memahami halhal baru dengan pengetahuan yang kita miliki. Di sini terjadi penyesuaian dari pengetahuan yang sudah kita miliki dengan pengetahuan baru. Dengan kata lain, ada tahap evaluasi terhadap informasi yang didapat, apakah pengetahuan yang kita miliki masih relevan atau kita harus memperbarui pengetahuan kita sesuai dengan perkembangan zaman. Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar dan kegiatan mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa. Oleh karena itu, adalah penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar siswa. Belajar juga memainkan peranan penting dalam mempertahankan sekelompok umat manusia di tengan persaingan yang semakin ketat dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu maju karen belajar. Teori belajar sangat beraneka ragam, dimana setiap teori mempunyai landasan sebagai dasar perumusan. Berikut ini dikemukakan beberapa definisi belajar, diantaranya: “Learning is process through which experience causes permanent change in knowledge or behavior” (Woolfolk, 1995, hlm.196). 16 17 Pengertian belajar menurut Hilgard yang dikutip oleh Simandjuntak (1983, hlm.59) mengatakan bahwa, Learning in the process by which an activity originates or the changed through responding to a situation, provided the changes can not be attributed to growth or the tempory state of the organism as in fatique or under drugs. Belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan, perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti kelelahan atau disebabkan obat-obatan. Ngalim Purwanto (1999, hlm.85) mengemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu: Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. 2. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi berbagai macam komptensi, keterampilan dan sikap. Usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya, mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan, dan memiliki tentang sesuatu. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan paling pokok. Hal ini berarti bahwa 18 keberhasilan atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada proses belajar yang dilakukan siswa sebagai anak didik. Ada banyak bentuk-bentuk perubahan yang terdapat dalam diri manusia yang ditentukan oleh kemampuan dan kemauan belajarnya sehingga peradaban manusia itupun tergantung dari bagaimana manusia belajar. Sebagaimana dikatakan bahwa belajar pada dasarnya adalah suatu proses perubahan manusia. Dalam pengertian tersebut tahapan perubahan dapat diartikan sepadan dengan proses. Jadi proses belajar adalah tahapan perubahan prilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya. Dalam uraian tersebut digambarkan bahwa belajar adalah aktifitas yang berproses menuju pada satu perubahan melalui tahapan-tahapan tertentu. Menurut Gagne (Agus Suprijono, 2009, hlm. 2) Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai melalui aktifitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara ilmiah. Sedangkan menurut Harold Spears (Agus Suprijono, 2009, hlm. 2) mengemukakan belajar merupakan mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu. Jadi belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari peubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. 19 Menurut Morgan (Agus Suprijono, 2009, hlm. 3) menyatakan learning is any realitively permanent change in behavior that is a result of past experience. Jadi dapat diartikan belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses memahami segala sesuatu atau bentuk pembelajaran untuk memperoleh pengetahuan dalam rangka untuk perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil dari pengalamannya sendiri sebagai interaksi dengan lingkungannya. Belajar diharapkan dapat mempengaruhi daya pikir seseorang yang bertujuan pada perubahan tingkah laku, untuk menetapkan penguasaan konsep sesuatu materi perubahan tingkah laku, untuk menetapkan penguasaan konsep sesuatu materi perlu alat atau sarana belajar yang memadai, diantaranya buku penunjang yang relevan, baik dari buku paket maupun buku penunjang lain. Lebih lanjut Agus Suprijono (2009, hlm. 4) menyatakan ada beberapa prinsip belajar sebagai berikut: a. Prinsip belajar adalah perubahan perilaku yang mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan. b. Belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. c. Belajar adalah bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. Pembelajaran mengandung makna adanya kegiatan mengajar dan belajar, dimana pihak yang mengajar adalah guru dan yang belajar adalah siswa yang berorientasi pada pengembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa sebagai sasaran pembelajaran. Dalam proses 20 pembelajaran akan mencakup berbagai komponen lainya, seperti media, kurikulum, dan fasilitas pembelajaran. Agus Suprijono (2009, hlm. 13) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan proses organik dan kontruktifis, bukan mekanis seperti halnya pengajaran artinya guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didiknya untuk mempelajarinya. Selain itu, Corey (Nana Sudjana, 2012, hlm. 61) mengemukakan konsep pembelajaran menurut dirinya adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi yang terjadi antara pendidik dan peserta didik dalam suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran harus didukung dengan baik oleh semua unsur dalam pembelajaran yang meliputi pendidik, peserta didik dan juga lingkungan belajar. 3. Model Pembelajaran Model secara harfiah berarti “bentuk”, dalam pemakaian secara umum model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukurannya yang diperoleh dari beberapa sistem. Sedangkan menurut Mills (Agus Suprijono, 2009, hlm. 45) Model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. 21 Menurut Arends yang sebagaimana telah di kutip oleh Agus Suprijono (2009, hlm. 46) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Dari beberapa pendapat di atas, model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. B. Pengertian Example Non Example Model Example Non Example merupakan salah satu pendekatan group investigation dalam pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan meningkatkan perolehan hasil akademik. Tipe pembelajaran ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap model pembelajaran kelas tradisional dan menghendaki siswa saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif dari pada individu Pembelajaran example non example berorientasi pada cooperatif atau cooperatif learning. Karena pembelajaran ini berorientasi dari bentuknya kelompok-kelompok kecil. Menurut Rochyandi, Yudi (2004, hlm. 11) model pembelajaran cooperatif tipe example non example adalah : 22 Tipe pembelajaran yang mengaktifkan siswa dengan cara guru menempelkan contoh gambar-gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan gambar lain yang relevan dengan tujuan pembelajaran, kemudian siswa disuruh untuk menganalisisnya dan mendiskusikan hasil analisinya sehingga siswa dapat membuat konsep yang esensial. 1. Karakteristik Model Example Non Example Model Pembelajaran Example Non Example ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa. Biasanya metode ini lebih dominan digunakna di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan menekankan aspek psikologis dan tingkat perkembangan siswa dikelas rendah seperti: (a) kemampuan berbahasa tulis dan lisan; (b) kemampuan analisis ringan, dan (c) kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya. a) Kelebihan model example non example Berikut ini merupakan kelebihan-kelebihan dari model example non example menurut Hanafiah (2010, hlm. 34) dintaranya adalah : 1) Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar. 2) Siswa memberikan definisi sendiri tanpa keluar dari definisi utama. 3) Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar. 4) Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. 5) Secara tidak langsung dapat mengetahui sisi siswa yang lainnya. 6) Membangun kerja sama antar siswa. 7) Materi pembelajaran menjadi lebih menarik. 8) Mengkongkritkan materi yang masih bersifat abstrak. b) Kekurangan model example non example Berikut ini merupakan kekurangan dari model example non example Kiranti (2007, hlm. 26), diantaranya adalah: 1) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar. 23 2) Kurangnya efektifitas waktu karena memakan waktu yang lama untuk penerapannya. 2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Example Non Example Menurut (Adang Heriawan, Darmajari, Arip Sanjaya, 2012, hlm. 43) Langkah-langkah model pembelajaran Example Non Example, diantaranya: a. b. c. d. e. f. g. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Gambar yang digunakan tentunya merupakan gambar yang relevan dengan materi yang dibahas sesuai dengan Kompetensi Dasar. Guru menempelkan gambar di papan tulis atau Lcd, jika ada dapat pula menggunakan proyektor. Pada tahapan ini guru juga dapat meminta bantuan siswa untuk mempersiapkan gambar yang telah dibuat dan sekaligus pembentukan kelmpok siswa. Guru memberikan petunjuk dan memberukan kesempartan pada peserta didik untyuk memperhatika atau menganalisis gambar. Biarkan siswa melihat dan menelaah gambar yang disajikan secara seksama, agar detil gambar dapat di pahami oleh siswa. Selain itu, guru juga memberikan deskrisi jelas tentang gambar yang sedang diamati siswa. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang peserta didik, hasil diskusi dari analisis gambar tersebut dicatat pada kertas. Kertas yang digunakan akan lebih baik jika disediakan oleh guru. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. Siswanya dilatih untuk menjelaskkan hasil diskusi mereka melalui perwakilan kelommpok masingmasing. Mulai dari komentar atau hasil diskusi peserta didik, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. Setelah memahami hasil dari analisa yang dilakukan siswa, maka guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Guru dan peserta didik menyimpulkan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran. 24 C. Pembelajaran IPS SD 1. Pengertian Pembelajaran IPS Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Pembelajaran IPS juga merupakan bidang studi baru, karena dikenal sejak diberlakukan kurikulum 1975. Dikatakan baru karena cara pandangnya bersifat terpadu, artinya bahwa IPS merupakan perpaduan dari sejumlah mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi. Seperti yang dijelaskan oleh Diana dan Maas Dp (1998, hlm. 55) dalam http://aampgsd .blogspot .com/2011/12/karakteristik– ips–sd.html yang berpendapat bahwa: Hakikat Pendidikan IPS adalah: berbagai konsep dari prinsip yang terdapat dalam ilmu-ilmu sosial, misalnya tentang kependudukan, kriminalitas, tentang korupsi dan kolusi dan sebagainya yang dikemas untuk kepentingan pendidikan dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan diberbagai jenjang pendidikan. Adapun perpaduan ini disebabkan mata pelajaran-mata pelajaran tersebut mempunyai kajian yang sama yaitu manusia. Seperti yang kita ketahui bahwa pembelajaran IPS merupakan salah satu pembelajaran yang ada dalam muatan kurikulum di sekolah baik tingkat dasar maupun tingkat atas yang memuat tentang kajian manusia dan dunia serta lingkungannya sebagai mata pelajaran yang dapat menyiapkan siswa untuk berada di tengah masyarakat. 25 2. Tujuan Pembelajaran IPS Berdasarkan definisi pembelajaran IPS di atas, maka tujuan pembelajaran IPS secara umum adalah untuk mendidik siswa untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan agar dapat berperan aktif dalam kehidupannya kelak sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang baik. Tujuan harus dikaitkan dengan kebutuhan dan disesuaikan dengan tantangan-tantangan kehidupan yang akan dihadapi anak. Berkaitan dengan hal tersebut, kurikulum 2004 untuk tingkat SD menyatakan bahwa, Pengetahuan Sosial (sebutan IPS dalam kurikulum 2004), bertujuan untuk: a. Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan, pedagogis, dan psikologis. b. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan sosial. c. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. d. Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global.(dalam http // : aampgsd.blogspot.com / 2011 / 12 / karakteristik -ips-sd.html) Sejalan dengan tujuan tersbeut tujuan pendidikan IPS menurut (Sumaatmadja, 2006, hlm. 45) adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara”. Sedangkan secara rinci Hamalik, (2001, hlm. 42) merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu: 26 a. b. c. d. Pengetahuan dan pemahaman, Sikap hidup belajar, Nilai-nilai sosial dan sikap, Keterampilan. Sedangkan secara khusus tujuan pembelajaran IPS di sekolah dasar menurut Chapin dan Messlek, 1992 dalam wiyono 1996, hlm. 11 terbagi dalam empat komponen: a. Memberikan kepada siswa pengetahuan tentang pengalaman manusia dalam kehidupan masyarakat pada masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. b. Menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan dalam mencari dan mengolah informasi untuk kebutuhan hidup dan kehidupannya. c. Menolong siswa untuk mengembangkan nilai-nilai atau sikap demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat. d. Menyediakan kesempatan pada siswa untuk berperan serta dalam kehidupan sosial. Menurut Gunawan (2011, hlm. 37) mengemukakan bahwa : Pembelajaran IPS bertujuan membentuk warga negara yang berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri di tengahtengah kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab, sedangkan ilmu sosial bertujuan menciptakan tenaga ahli dalam bidang ilmu sosial. Tujuan pendidikan IPS menurut Isjoni (2007, hlm. 50-51) dapat dikelompokkan menjadi empat kategori sebagai berikut: a. Knowledge, yang merupakan tujuan utama pendidikan IPS, yaitu membantu para siswa belajar tentang diri mereka sendiri dan lingkungannya. b. Skills, yang berhubungan denga tujuan IPS dalam hal ini mencakup keterampilan berpikir (thinking skills). c. Attitudes, dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok sikap yang diperlukan untuk tingkah laku berpikir (intelektual behavior) dan tingkah laku sosial (social behavior). 27 d. Value, dalam hubungan ini adalah nilai yang terkandung dalam masyarakat sekitar didapatkan dari lingkungan masyarakat sekitar maupun lembaga pemerintah (falsafah bangsa). Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPS adalah membantu tumbuhnya warga negara yang baik dapat mengembangkan keterampilannya dalam berbagai segi kehidupan dimulai dari keterampilan akademiknya sampai pada keterampilan sosialnya. Akan tetapi secara lebih khusus pada tujuan yang tertera pada KTSP, bahwa salah satunya adalah mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan. Mengenal konsep-konsep memerlukan pemahaman yang mendalam, oleh karena itu pemahaman suatu konsep dengan baik sangatlah penting bagi siswa, agar dapat mamahami suatu konsep, siswa harus membentuk konsep sesuai dengan stimulus yang diterimanya dari lingkungan atau sesuai dengan pengalaman yang diperoleh dalam perjalanan hidupnya. Pengalaman-pengalaman yang harus dilalui oleh siswa merupakan serangkaian kegitan pembelajaran yang dapat menunjang terbentuknya konsep-konsep tersebut. Karena itu guru harus bisa menyusun pembelajaran yang didalamnya berisi kegiatan-kegiatan belajar siswa yang sesuai dengan konsep-konsep yang akan dibentuknya. 3. Karakteristik Pembelajaran IPS Setelah adanya tujuan pembelajaran IPS yang dapat digunakan sebagai acuan guru dalam melaksanakan IPS pada pembelajaran, 28 pembelajaran IPS mempunyai karakter yang digunakan sebagai pembeda antara ilmu sosial dan yang lainnya. Adapun karakteristik yang ada pada pembelajaran IPS, yakni sebagai berikut : a. kajian utama IPS adalah manusia dan segala aktivitasnya b. materinya adalah berbagi disiplin ilmu sosial c. cara mengaplikasikannya dengan diorganisasikan secara sederhana d. pengembangan materinya berdasrkan perkembangan diri siswa e. berangkat dari fenomena-fenomena sosial yang ada di lingkungan siswa Menurut Sapriya (2009, hlm. 7), mengemukakan bahwa: “Salah satu karakteristik social studies adalah bersifat dinamis, artinya selalu berubah sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat”. Perubahan dapat dalam aspek materi, pendekatan, bahkan tujuan sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat. Ada beberapa karakteristik pembelajaran IPS yang dikaji bersama ciri dan sifat pembelajaran IPS menurut Djahiri (Sapriya, 2007, hlm. 19) adalah sebagai berikut: a. b. c. d. IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya (menelaah fakta dari segi ilmu). Penelaahan dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu saja melainkan bersifat komprehensif (meluas) dari berbagai ilmu sosial dan lainnya sehingga berbagai konsep ilmu secara terintegrasi terpadu digunakan untuk menelaah satu masalah/tema/topik. Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri agar siswa mampu mengembangkan berfikir kritis, rasional dan analitis. Program pembelajaran disusun dengan meningkatkan atau menghubungkan bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial 29 e. dan lainnya dengan kehidupan nyata di masyarakat, pengalaman, permasalahan, kebutuhan dan memproyeksikan nya kepada kehidupan di masa yang akan datang baik dari lingkungan fisik maupun budayanya. IPS dihadapkan pada konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil (mudah berubah) sehingga titik berat pembelajaran adalah proses internalisasi secara mantap dan aktif pada diri siswa agar memiliki kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah permasalahan kehidupan nyata pada masyarakat. Dapat disimpulkan dari beberapa teori di atas bahwa karakteristik pembelajaran IPS adalah bersifat dinamis, artinya selalu berubah sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat. Perubahan dapat dalam aspek materi, pendekatan, bahkan tujuan sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat. D. Hasil Belajar 1. Definisi Hasil Belajar Dalam proses belajar mengajar, keberhasilan guru dalam pengajaran ditentukan oleh prestasi atau hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar yang baik diperoleh melalui proses pembelajaran yang telah dilakukan dengan terlebih dahulu dengan menyusun perencanaan pembelajaran yang di dalamanya terdapat hal-hal tidak dapat dipisahkan berkaitan dengan hasil belajar. Dari proses pembelajaran kemudian diadakan evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penerimaan siswa terhadap materi yang teelah dipelajari. Hasil belajar yaitu diperoleh melalui penilaian. Penilaian sendiri adalah kegiatan 30 mengambil suatu keputusan terhadap suatu objek dengan ukuran yang ditetapkan. Penilaian hasil belajar dapat menggunakan tes maupun non tes. Hasil belajar juga merupakan segala bentuk perubahan perilaku siswa pada arah positif sebagai akibat dari proses belajar yang telah dilakukan. Batasan pada hasil belajar mencakup aspek yang luas, yakni pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor siswa yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Suprijono, (2012, hlm. 84) hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh siswa stelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkontruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut Hamalik (2001, hlm. 159) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa. 2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Pada dasarnya, hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu, faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989, hlm. 39). a. Faktor Intern Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam diri siswa sendiri. Faktor tersebut yaitu keadaan fisiologis atau jasmani siswa dan faktor psikologis. 31 1) Faktor Fisiologis Faktor fisiologis adalah faktor jasmani bawaan yang ada pada diri siswa yang berkaitan dengan kondisi kesehatan dan fisik siswa. Keadaan jasmani yang kurang baik pada siswa misalnya kesehatan yang menurun, gangguan genetik pada bagian tubuh tertentu dan sebagainya akan mempengaruhi proses belajar siswa dan hasil belajarnnya dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kondisi fisiologis yang baik. 2) Faktor Psikologis Faktor-faktor psikologis diantaranya adalah keadaan psikologis yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Beberapa faktor psikologis tersebut adalah kecerdasan siswa, minat, motivasi, sikap, bakat, dan percaya diri. a) Kecerdasan siswa Kecerdasan adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran, yang mencakup sejumlah kemampuan. Menurut H. Garner kecerdasan yang ada di dalam diri siswa terbagi menjadi kecerdasan linguistik, spasial, matematik, kinetik dan jasmani, musikal, interpersonal dan kecerdasan naturalis.Kecerdasan adalah faktor pertama yang penting dalam faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Di mana jika seorang siswa mempunyai kecerdasan atau intelligent yang tinggi maka hasil belajar pun akan tinggi. Begitu juga sebaliknya, kecerdasan siswa yang kurang akan mempengaruhi hasil belajar yang rendah. 32 b) Minat Minat adalah suatu kecenderungan seseorang untuk tertarik terhadap suatu hal. Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, sperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Dalam hal ini minat adalah faktor penting selanjutnya yang mempengaruhi hasil belajar siswa dimana jika minat siswa tinggi untuk belajar, maka hasil belajar pun akan tinggi, begitu juga sebaliknya, minat belajar yang rendah dan tidak bersemangat akan menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. c) Motivasi Motivasi penting dalam menentukan hail belajar siswa, karena siswa yang mempunyai motivasi tinggi akan bersemangat dalam melakukan proses belajar dengan seksama sehingga mendapatkan hasil belajaar yang tinggi, akan tetapi sebaliknya, jika motivasi untuk belajar pada siswa tidak ada, maka hasil belajar akan menjadi rendah. d) Sikap Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk meraksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, persitiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2003). Dari pengertian tersebut, sikap dalam sebuah pembelajaran adalah faktor yang harus ada dalam diri 33 setiap siswa dimana setiap siswa memiliki respon yang berbeda terhadap proses belajar. e) Bakat Faktor lain yang ada dalam diri siswa mempengaruhi hasil belajar adalah bakat. Pada dasarnya setiap siswa memiliki bakat untuk dapat mencapai prestasi yang baik dalam belajar. Bakat merupakan modal siswa dalam melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya. f) Percaya diri Percaya diri adalah suatu hal yang ada di dalam diri seseorang untuk dapat melakukan apa yang dia kehendaki dengan baik. Percaya diri yang ada dalam diri siswa akan membantunya dalam proses belajar, dimana ia dapat menggunakannya untuk mencari rasa ingin tahu, bersosialisasi dengan siswa yang lain, bertanya, dan mengungkapkan gagasan atau ide yang dimiliki. b. Faktor Ekstern Faktor yang ada di luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar yaitu kondisi keluarga, sekolah, dan masyarakat yang dapat memberikan pengaruh terhadap individu dalam belajar. 1) Faktor yang berasal dari orang tua Faktor yang berasal dari orang tua ini utamanya adalah sebagai cara mendidik orang tua terhadap anaknya. 34 Dalam kaitan dengan hal ini, Tim Penyusun Buku Sekolah Pendidikan Guru Jawa Timur (1989, hlm. 8) menyebutkan, “Di dalam pergaulan di lingkungan keluarga hendaknya berubah menjadi situasi pendidikan, yaitu bila orang tua memperhatikan anak, misalnya anak ditegur dan diberi pujian....”. 2) Faktor yang berasal dari sekolah Faktor yang berasal dari sekolah, dapat berasal dari guru, mata pelajaran yang ditempuh, dan metode yang diterapkan. Faktor guru banyak menjadi penyebab kegagalan belajar anak, yaitu menyangkut kepribadian guru, kemampuan mengajarnya. Sistem belajar yang kondusif, atau penyajian pembelajaran yang diberikan oleh guru. Jika pembelajaran disajikan dengan baik dan menarik bagi siswa, maka siswa akan lebih optimal dalam melaksanakan dan menerima proses belajar. 3) Faktor yang berasal dari masyarakat Anak tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Faktor masyarakat bahkan sangat kuat pengaruhnya terhadap pendidikan anak. Pengaruh masyarakat bahkan sulit dikendalikan. Mendukung atau tidak mendukung perkembangan anak, masyarakat juga ikut mempengaruhi.Selanjutnya, hasil belajar ditandai dengan adanya perbuahan perilaku dalam proses belajar yang terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian, belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila 35 tidak terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu dalam penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar dan penilaian secara kuantitatif. 3) Komponen Indikator Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Hasil juga bisa diartikan adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa. 36 Dari penjelasan beberapa ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan perilaku siswa dalam bakat pengalaman dan pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar mengajar ialah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, menilai proses dan hasil belajar, termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru dalam pencapaian hasil belajar siswa. E. Keragaman Suku Bangsa dan Budaya 1. Bhinneka Tunggal Ika Meskipun terdiri dari beraneka ragam budaya, bangsa kita tetap bersatu.Arti semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” adalah berbeda-beda tetapi tetap satu juga.Istilah yang lengkap sebenarnya adalah “Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa” ungkapan tersebut ditulis oleh Mpu Tantular dalam buku Sutasoma. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika merupakan karya pujangga zaman dahulu.Hal ini membuktikan bahwa kerukunan hidup di Indonesia sudah berkembang sejak dahulu. Keanekaragaman yang dimiliki bangsa Indonesia harus dipelihara dengan baik karena merupakan identitas bangsa. Keanekaragaman tersebut muncul dikarenakan beberapa hal sebagai berikut: 1. Perbedaan sejarah dan latar belakang munculnya setiap daerah. 37 2. Perbedaan lingkungan dan bentang alam. 3. Perbedaan kepercayaan dan kebudayaan. 4. Keterikatan setiap suku pada wilayah tempat tinggalnya. Lambang Negara berupa gambar Burung Garuda.Sayap burung Garuda membentang ke kanan dan ke kiri.Bhinneka Tunggal Ika tertulis pada pita yang dicengkram kaki burung Garuda.Pada leher burung Garuda tergantung perisai yang melambangkan Dasar Negara Republik Indonesia yaitu Pancasila. Burung Garuda adalah lambang Negara Republik Indonesia. Lambang Negara diresmikan dalam sidang Dewan Republik Indonesia Serikat tanggal 11 Februari 1950. Dalam tubuh burung Garuda akan ditemukan bagian-bagian seperti berikut. 1. Seluruh tubuh burung garuda berwarna kuning emas. 2. Didalamnya terdapat perisai yang memuat gambar bintang, rantai emas, pohon beringin, kepala banteng serta gambar padi dan kapas. Kelima gambar tersebut menggambarkan sila-sila dalam pancasila. a. Bintang berwarna kuning emas dengan dasar hitam pada perisainya b. Rantai berwarna kuning dengan dasar merah c. Pohon beringin berwarna hijau dengan dasar putih d. Kepala banteng berwarna hitam dengan dasar merah pada perisainya 38 e. Padi dan kapas juga berwarna kuning emas dengan dasar perisai berwarna putih 3. Pita yang dicengkram kaki burung Garuda berwarna putih yang bertuliskan semboyan Bhinneka Tunggal Ika 4. Jumlah helai bulu pada bagian tubuh burung Garuda mempunyai arti sebagai berikut a. Pada tiap sayap berjumlah 17 helai melambangkan tanggal 17 b. Bulu ekor berjumlah 8 helai melambangkan bulan 8 atau Agustus c. Dibawah perisai berjumlah 19 helai melambangkan tahun d. Di leher berjumlah 45 helai melambangkan tahun Jadi bila jumlah masing-masing bulu digabung melambangkan tanggal 17 Agustus 1945 yaitu tanggal kemerdekaan Republik Indonesia. 2. Pentingnya Persatuan dalam Keragaman Bangsa Indonesia Wilayah Indonesia sangat luas dari Sabang sampai Merauke.Penduduk Indonesia tinggal di berbagai pulau dengan beraneka ragam budaya. Banyaknya penduduk dan suku bangsa mempunyai potensi terjadi perpecahan.Kita harus menghindari segala hal yang memicu perpecahan Negara Republik Indonesia (NKRI).NKRI harus tetap dijaga oleh seluruh rakyat Indonesia sesuai cita-cita awal pendirian bangsa ini yang tertulis dalam Pembukaan UUD 1945. Persatuan harus diutamakan meskipun kita berbeda-beda.Kita harus selalu menghargai perbedaan yang ada.Hal ini sesuai dengan tujuan Negara 39 Republik Indonesia yaitu melindungi segenap bangsadan seluruh tumpah darah Indonesia. Keanekaragaman bangsa, baik budaya, adat istiadat, bahasa, dan agama yang dimiliki bangsa Indonesia bukan merupakan penghalang untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan. Persatuan dan kesatuan harus dipupuk dan dijaga melalui kerja sama di berbagai bidang tanpa memandang perbedaan yang ada. Cara-cara yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut. 1) Menyelenggarakan pekan olah raga nasional dan daerah 2) Mengadakan jamboree nasional dan daerah 3) Mengadakan gerakan sosial yang diikuti oleh semua agama 4) Mengembangkan dan memperkenalkan budaya daerah sebagai budaya nasional 5) Pembangunan nasional yang merata diseluruh wilayah Namun, dari semua perbedaan dan keanekaragaman yang ada, ingatlah bahwa bangsa Indonesia mempunyai alat pemersatu.Alat pemersatu itu adalah sebagai berikut. 1. Dasar Negara pancasila 2. Bendera nasional yaitu Merah Putih 3. Lagu kebangsaan Indonesia Raya 4. Bahasa nasional yaitu Bahasa Indonesia 5. Sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam memperoleh kemerdekaan 6. Sumpah pemuda 40 3. Bentuk-bentuk Keragaman Budaya Keanekaragaman budaya bangsa Indonesia dapat dilihat dan dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya disekolah, kantor, rumah sakit, pasar, dan ditempat rekreasi. Budaya merupakan hasil daya cipta, rasa dan karsa manusia. Keanekaragaman yang ada melahirkan kebiasaan dan adat istiadat yang berbeda antara satu suku dengan dengan suku yang lain. Kebudayaan yang dimiliki setiap suku bangsa disebut kebudayaan daerah. Keanekaragaman yang dapat dilihat dalam bentuk-bentuk budaya disetiap daerah, antara lain rumah adat, upacara adat, pakaian adat, makanan khas, tarian daerah, alat music tradisional, seni pertunjukan, senjata tradisional dan lagu daerah. a. Rumah Adat Setiap suku di Indonesia mempunyai cirri khas dalam bentuk bangunan rumah adat sesuai dengan budaya dan lingkungan tempat tinggalnya.Rumah adat adalah bangunan rumah asli masyarakat disuatu daerah tempat dilaksanakannya upacara adat. Biasanya sebuah rumah dibangun berdasarkan keadaan muka bumi dan keadaan iklimnya.Contohnya, rumah adat di Kalimantan biasanya berbentuk rumah panggung karena penduduknya lebih banyak tinggal disekitar hutan.Rumah-rumah panggung mempunyai lantai yang ditinggilan, terkadang mencapai kurang lebih 15 meter, agar terhindar dari 41 banjir dan binatang buas.Bagian bawah rumah panggung berfungsi untuk memelihara hewan piaraan. Sementara itu, di Papua terutama wilayah pantai dekat Australia, banyak rumah yang dibangun diatas air.Oleh karena kegiatan penduduk Papua sehari-hari kebanyakan berpusat di sepanjang aliran sungai atau di dataran rendah.Keuntungan rumah ini adalah lebih sejuk, namun untuk pergi kemana-mana mereka harus menggunakan perahu. Adapun nama-nama rumah adat di Indonesia di antaranya sebagai berikut. Tabel 2.1 Nama-Nama Rumah Adat Suranti Saptiarso, Eko Setiawan. (2008, hlm. 78-79) b. No Daerah Nama Rumah Adat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Nanggroe Aceh Darussalam Sumatra Utara Sumatra Barat Jambi Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Kalimantan Barat Sulawesi Selatan Bali Nusa Tenggara Barat Maluku Papua Rumah aceh Bolon Gadang Panggung Nuwo Sesat Kebaya Kasepuhan Joglo Situbondo Panjang Tongkonan Gapura Candi Bantar Loka Samawa Baileo Honai Upacara Adat Dalam masyarakat Indonesia dikenal beragam upacara adat, seperti upacara adat kelahiran, kematian, pernikahan, dan masih banyak lagi 42 upacara adat yang lain. Biasanya upacara adat istiadat masing-masing daerah.Di bawah ini contoh upacara adat masing-masing daerah di Indonesia. Tabel 2.2 Nama-nama Upacara Adat Suranti Saptiarso, Eko Setiawan. (2008, hlm. 79-80) No 1 2 3 4 5 6 7 8 c. Upacara Bajijak Tanah Tempat Kalimantan Pengertian Upacara Upacara bagi seorang anak untuk pertama kali menyentuh tanah dan air di sungai. Kasodo Tengger, Bromo Melemparkan sesaji kekawah gunung bromo saat bulan purnama Ngaben Bali Upacara pembakaran mayat sesuai adat Ngutang Bali Upacara kematian di Trunyan Magit salah satu suku di bali Pago-Pago Sumatra Meresmikan penyerahan Utara/Batak sebidang tanah marga kepada orang lain dengan makan bersama Ruwatan Jawa Tengah, DI Membersihkan diri darti Jogjakarta kemungkinan timbulnya bencana karena keadaan yang luar biasa, misalnya anak tunggal. Tedhak Jawa Tengah, DI Upacara pertama kali anak Siti Jogjakarta menginjak tanah Wunja Toraja Upacara panen Pakaian Adat Pakaian adat merupakan pakaian yang digunakan oleh masyarakat di daerah tertentu.Pakaian adat mempunyai model dan corakyang beragam serta dilengkapi dengan perhiasan. Pakaian adat sering digunakan dalam upacara perkawinan atau upacara-upacara penting lainnya. Setiap daerah mempunyai pakaian adat yang berciri khas dan model yang berbeda-beda, serta memiliki nama 43 masing-masing. Misalnya Ulos dari Batak, Surjan dari Jogjakarta, Baju Bodo dari Sulawesi Selatan, Beskap dari Jawa Tengah, Kebaya dari Jawa Barat, dan sebagainya. d. Makanan Khas Keanekaragaman yang ada di Indonesia menyangkut tentang makanan daerah. Seperti Gudeg dari Jogja, Oncom,dodol dari Jawa Barat dan lain sebagainya. e. Tarian Adat Tarian terbagi dalam dua macam, yaitu tari kreasi baru dan tari daerah.Tarian daerah disebut juga tarian adat.Jenisnya bermacam-macam, tergantung maksud dan tujuan ditampilkannya tarian tersebut.Satu daerah bahkan mempunyai bermacam-macam tarian adat.Adapun maksud dan tujuan tarian dapat dikelompokan sebagai berikut. 1) Tarian menyambut tamu atau tarian selamat datang Contoh : Tari Andeen (Bengkulu), Tari Baksa Kembng (Kalimantan Selatan), Tari Baluba (Sulawesi Tenggara), Tari Kalanda (Sulawesi Tengah), Tari Bosara (Sulawesi Selatan), dan Tari Gong (Kalimantan Timur). 2) Tarian untuk kesembuhan dan keselamatan Contoh : Tari Pamonte di Sulawesi Tengah (panen yang bagus), Tari Pendet di Bali (persembahan kurban), Tari Piring di Sumatra Barat (suasana gotong royong), dan Tari Bromo/Tengger setiap pertengahan bulan purnama. Sodoran di 44 3) Tarian untuk perang Contoh : Tarian Boksan Lawung Agung (Jawa), Tari Cakalela (Maluku), Tari Kuda Gepang (Kalimantan Selatan), dan Tari Mpaa Ampari (Nusa Tenggara Barat). f. Alat Musik Tradisional Indonesia mempunyai berbagai jenis alat musik daerah. Masing- masing alat tersebut memiliki ciri khas dalam hal nama, bentuk, bahan, dan cara memakainya. Dibawah ini beberapa contoh alat music daerah di Indonesia. a) Geredek berasal dari Kalimantan, berbentuk seruling tempurung dan cara memakainya dengan cara ditiup. b) Angklung berasal dari Jawa Barat, terbuat dari bambu dan cara memakainya dengan cara di goyang. c) Sasando berasal dari Nusa Tenggara Timur, berbentuk alat musik petik. d) Telempong Pacik berasal dari Sumatra Barat, berupa alat music pukul berbentuk gong-gong kecil. e) Saluang dari Minangkabau berupa alat music tiup berbentuk seruling kecil. f) Tifa berasal dari Maluku dan Papua, berbentuk alat musik pukul berupa gendang. g) Rebab berasal dari Jawa Barat, berbentuk alat musik gesek. h) Aramba berasal dari Nias, berbentuk bende. 45 i) Babun berbentuk kendang berasal dari Kalimantan Selatan. j) Gamelan terdapat di Jawa dan Bali, berbentuk seperangkat alat musik. k) Kolintang berupa alat music pukul, terdapat di Sulawesi Utara. g. Seni Pertunjukan Setiap daerah di Indonesia juga mempunyai seni pertunjukan yang merupakan cerminan kebudayaan mereka, karena dalam seni pertunjukan terdapat dialog, tari, music, pakaian yang mewakili tiap daerah.Berikut ini contoh seni pertunjukan beberapa daerah di Indonesia. a) Wayang orang terdapat Jawa Tengah, dan sebagian Jawa Timur. Wayang orang mengambil cerita Mahabharata, Ramayana, serta kehidupan sehari-hari. b) Wayang kulit terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Wayang ini terbuat dari kulit yang dimainkan oleh dalang. c) Wayang golek terdapat di Jawa Barat. Wayang ini berbentuk boneka yang dimainkan oleh dalang. d) Ketoprak terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Cerita yang diambil dari sejarah kerajaan-kerajaan masa lalu. e) Ludruk di Jawa Timur, bercerita tentang kehidupan sehari-hari dengan mengambil tokoh-tokoh tertentu. f) Tarling di Cirebon, mirip dengan ludruk. g) Sintren di Jawa Tengah berbentuk permainan yang mengandung unsur gaib. 46 h) Randai di Sumatera, berupa nyanyian yang disertai gerak tari mengandung unsur gaib. i) Reog di Ponorogo, pemainnya menggunakan topeng kepala harimau sering disertai dengan kuda kepang. Arak-arakan reog ponorogo tersebut sebagai peringatan perjalanan Raja Kelana Sewardana ke Daha untuk melamar putri Raja Daha. h. Lagu Daerah Sebuah tarian atau seni pertunjukan menjadi lebih indah bila di dukung dengan nyanyian.Indonesia kaya dengan lagu-lagu daerah. Berikut ini beberapa nama lagu dari daerah-daerah di Indonesia. Tabel 2.3 Nama-nama lagu daerah Suranti Saptiarso, Eko Setiawan. (2008, hlm. 85-86) No Asal Daerah 1 Nanggro Aceh D 2 Sumatra Barat 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Sumatra Utara Sumatra Selatan Jawa Barat Jawa Tengah Jakarta Madura Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Sulawesi Selatan Bali Maluku Papua Lagu Daerah AnjuAhu Madeek, Denai Sansai, Kampung Nan Jauh di mato Butet, Lisoi Kaparak Tingga, Kambanglah Bungo Bubuy Bulan,Manuk Dadali, Es lilin Jamuran, Lir-lir, Gundul Pacul Jail-jali, Kicir-kicir, Keroncong Kemayoran Tanduk Majeng, Karapan Sape Tumpi Wayu, Nuluya, Palu Lempong Pupai Ampar-ampar Pisang O Nina Ni Keke, Esa Mokan Angin Mamiri, Ma Rencong Ratu Anom, Mejangeran Kole-kole, Rasa Sayange, Burung Tantina Apuse 47 i. Senjata Tradisional Senjata tradisional adalah senjata yang umumnya dmiliki setiap suku bangsa di Indonesia.Senjata tradisional juga digunakan sebagai kelengkapan tarian adat, pakaian adat, dan upacara adat. F. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan Penelitian ini juga didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap penerapan model pembelajaran example non exampledalam kegiatan pembelajaran. Adapun penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai berikut: Nurul, Euis (2015) dengan Judul Penggunaan model Pembelajaran Example Non Example Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Pembelajaran IPS dengan Materi Peninggalan-Peninggalan Sejarah di Kelas IV SDN Jatitengah Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka . Berdasarkan kegiatan evaluasi pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Example Non Exampe di kelas IV SDN Jatitengah Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka yang dilaksanakan di akhir pembelajaran pada pelaksanaan tindakan siklus I diperoleh data nilai hasil belajar terendah siswa 46, nilai hasil belajar tertinggi siswa 100 dengan nilai rata- rata 71,75 dan ketuntasan klasikal 62,2%. Nurmalasari, Dea (2014) dengan Judul Penerapan Model Example non example Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Pokok Bahasan Meneladani Patriotisme Pahlawan Pada Siswa Kelas IV SDN 48 Sumbersalak IV 05 Ledokombo Kabupaten Jember. Hasil rata-rata aktivitas belajar di setiap siklus meningkat, pada siklus I rata-rata aktivitas siswa sebesar 70,83% menjadi 80% pada siklus II. Hasil belajar siswa juga meningkat dari 70,25% pada siklus I menjadi 85% pada sikus II, maka ketuntasan hasil belajar siswa adalah 77,63%. Dari penelitian ini adalah dengan penerapan model pembelajaran Example Non Exampleaktivitas belajar siswa meningkat dari siklus I ke siklus II sebesar 9,2% dan hasil belajar juga meningkat dari siklus I ke siklus II sebesar 14,5%. G. Kerangka Pemikiran Dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas IV SDN Tenjolaya 1 Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung menunjukkan bahwa pembelajaran masih kurang optimal. Pembelajaran masih di dominasi dengan pembelajaran yang konvensional. Aktivitas siswa yang masih kurang terlihat pada saat guru memberikan pertanyaan, hanya beberapa siswa yang menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Selain itu kepasifan siswa juga terjadi dalam kegiatan diskusi kelompok. Pada saat kegiatan diskusi kelompok, hanya beberapa siswa yang mau menyampaikan pendapat, sisanya hanya diam tanpa memberikan tanggapan. Dan hal tersebut juga berpengaruh pada nilai hasil evaluasi dalam pembelajaran IPS siswa yang masih banyak mendapatkan nilai dibawah nilai KKM (61) Sehingga kompetensi yang diharapkan dalam pembelajaran IPS belum tercapai. 49 Untuk mengatasi permasalahan pembelajaran IPS tersebut, peneliti bersama tim kolaborasi berinisiatif untuk menerapkanmodel pembelajaran Example Non Example. 50 Kondisi Kondisi awal awal GuruGuru hanyahanya menggunakan menggunakan metode metode ceramah ceramah saja saja dan belum dan belum Siklus I: mampu mampu model model Example Example Non Non Penyesuaian Example Example proses dengan dengan benarbenar pembelajaran al al dengan menggunakan model 30% hasil belajar siswa mencapai KKM Siklus II: Uji coba kembali penggunaan model pembelajaran Example Non Example dengan penerapan yang lebih mendalam 85% hasil belajar siswa mencapai KKM Guru hanya menggunakan metode ceramah saja dan belum mampu menggunakan model Example Non Example dengan benar Penggunaan Model Example Non Example Model ini adalah model yang menggunakan media gambardalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berpikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahanpermasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan. KONDISI Rendahnya hasil belajar siswa kelas IV terhadap pembelajaran pada materi keragaman suku bangsa dan budaya TINDAKAN Diduga melalui model Example Non Example dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran ips dengan materi keragaman suku bangsa dan budaya di kelas IV SDN Tenjolaya 1 Kec.Cicalengka Kab.Bandung AKHIR Bagan 2.1 Kerangka Berfikir Pada Penelitian Tindakan Kelas (Skripsi Euis Nurul Fajriyati;2015/2016,hlm.76) 51 H. Asumsi dan Hipotesis Penelitian 1. Asumsi Asumsi adalah pernyataan yang dapat diuji kebenarannya secara empiris berdasarkan pada penemuan, pengamatan dan percobaan dalam penelitian yang dilakukan sebelumnya. (Husaini Usman, 2008,hlm. 87). Pembelajaran kooperatif model example non example melatih peserta didik untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Ada dua asumsi yang melandasinya, yaitu Pertam, Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat.Oleh sebab itu, sebelum melakukan kooperatif, guru perlu membekali peserta didik dengan kemampuan berkomunikasi.Tidak setiap peserta didik mempunyai kemampuan berkomunikasi, misalnya kemampuan mendengarkan dan kemampuan berbicara, padahal keberhasilan kelompok ditentukan oleh prestasi setiap anggotanya. Asumsi Kedua dengan menggunakan model pembelajaran example non example memungkinkan peserta didik melakukan diskusi kelompok bertatap muka saling memberikan informasi dan saling belajar.Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota dan mengisi kekurangan masing-masing. 52 2. Hipotesis Tindakan Berdasarkan asumsi diatas diduga dengan menggunakan model pembelajaran example non example dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS materi pokok keragaman suku bangsa dan budaya kelas IV SDN Tenjolaya 1 Kec.Cicalengka Kab.Bandung. a. Jika perencanaan pembelajaran (RPP) dengan menerapkan model pembelajaran example non example dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS pokok bahasan keragaman suku bangsa dan budaya pada siswa kelas IV SDN Tenjolaya 1 Kec. Cicalengka Kab. Bandung maka sikap kerjasama dan hasil belajarnya akan meningkat b. Jika pelaksanaan model pembelajaran example non example dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaranyang telah di susun maka sikap kerjasama dan hasil belajarnya akan meningkat c. Jika penerapan model pembelajaran example non example dapat meningkatkan kemampuan bekerjasama siswa dalam pembelajaran IPS pokok bahasan Keragaman Suku Bangsa dan Budaya pada siswa kelas IV SDN Tenjolaya 1 Kec. Cicalengka Kab. Bandung maka sikap kerjasama dan hasil belajarnya akan meningkat d. Jika peningkatan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPS pada materi keragaman suku bangsa dan budaya setelah menggunakan 53 model pembelajaran example non example maka sikap kerjasama dan hasil belajarnya akan meningkat.