Eksistensi

advertisement
EKSISTENSI HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL
DALAM LINGKUP HUKUM BISNIS1
Noegroho Amien Soetiarto
I.
Pendahuluan
Hak atas Kekayaa Intelektual disingkat HaKI atau padanan kata
Intellectual Property Rights adalah hak yang berkenaan dengan kekayaan yang
timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia yang berupa penemuan
penemuan di bidang teknologi, ilmu pengetahuan, seni dan sastra.
Pada awalnya hasil kreatif manusia atau human creativity dan juga yang
berupa usaha atau hasil yang kreatif manusia
atau human effort disebarkan
atau ditularkan begitu saja kepada orang lain – sebagai suatu ibadah – sehingga
setiap orang dapat
mempergunakan/memakainya bahkan memasarkan hasil-
hasil produksi yang mempergunakan hasil penemuan tersebut begitu saja.
Namun di dalam perkembangannya, seandainya hasil karya kreatip manusia
yang merupakan hasil karya intelektual tersebut dijadikan lahan atau obyek
kegiatan bisnis, dilihat dari rasa keadilan serta
penghargaan terhadap
penemuan hasil karya kreatif manusia, dirasa kurang pada tempatnya. Hal ini
dapat dimaklumi karena untuk mendapatkan hasil karya intelektual tersebut si
penemu atau pencipta telah mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran serta
biaya yang jumlahnya relatif tidak sedikit jumlahnya. Oleh karena itu dalam
perkembangannya dirasa perlu adanya suatu perlindungan hukum terhadap hasil
karya intelektual tersebut.
Tujuan perlindungan hukum atas HaKI tersebut dimaksudkan untuk
memberi kejelasan hukum mengenai hubungan antara
ciptaan / penemuan
yang merupakan hasil karya intelektual manusia dengan si pencipta/ penemu
atau pemegang hak dengan pemakai yang mempergunakan hasil karya
intelektual tersebut. Adanya kejelasan hukum atas kepemilikan HaKI adalah
1
Makalah Penataran Dosen Hukum Perdata dan Hukum Bisnis se Indonsia di UGM Yogyakarta, Septem –
ber 2000.
1
merupakan pengakuan hukum serta pemberian imbalan yang diberikan kepada
seseorang atas usaha dan hasil karya kreatif manusia yang telah diciptakan atau
ditemukan.
Mengingat usaha untuk mendapatkan hasil karya intelektual tersebut
memerlukan modal yang berupa biaya, waktu, tenaga dan pikiran, maka HaKI ini
merupakan hak kebendaan yang bersifat im-materiil atau intangable. Dewasa ini
HaKI merupakan asset bisnis serta merupakan bagian integral dari proses bisnis
serta merupakan suatu strategi bisnis dalam rangka keberhasilan usaha bisnis
atau perdagangan di dunia ini.
Di sisi lain dalam kegiatan bisnis kadang istilah bisnis itu sendiri disamakan
dengan perdangangan. Secara yuridis yang dikenal dalam pearturan perudangan
perdagangan adalah kegiatan jual beli barang atau jasa yang dilakukan secara
terus menerus dengan tujuan pengalihan hak atas barang atau jasa dengan
disertai suatu imbalan2
II.
Peraturan Perundangan HaKI
Tujuan perlindungan HaKI seperti yang telah diuraikan di muka adalah
untuk memberi kejelasan hukum antara kekayaan intelektual yang merupakan
hak kebendaan dengan si pencipta/penemu atau pemegang hak dengan pemakai
yang mempergunakannya. Agar supaya perlindungan hukum itu ada, maka
diaturlah ketentuan-ketentuan peraturan perundangan yang berkaitan dengan
HaKI.
Mengingat HaKI merupakan asset bisnis yang merupakan bagian integral
dari suatu strategi bisnis yang tengah mendunia dewasa ini, maka membahas
HaKI tidak lagi dapat dipisahkan dengan persetujuan pembentukan WTO di
mana TRIPs atau Trade Related aspect of Intellectual Property including Trade in
counterfeit goods merupakan salah satu hasil perjanjian Putaran Uruguay atau
Uruguay Round yang diadakan pata tahun 1994 di Marakesh, Maroko.
2
Pasal 1 Surat Keputusan Menteri Perdangan RI Nomor 1458/Kp/XII/84 Tentang Surat Ijin Usaha
Perdagangan, tertanggal 19 Desember 1984.
2
Pemerintah Republik Indonesia telah meratifikasi
hasil Putaran Uruguay
tersebut ke dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 Tentang Pengesahan
Agreement Establishing The World Trade Organization atau Persetujuan
Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia di mana pada lampiran I C
Persetujuan Pembentukkan Organisasi tersebut memuat ketentuan-ketentuan
yang mengatur tentang HaKI.
Salah satu tujuan dari TRIPs seperti yang dikemukakan dalam
pasal 7
Persetujuan TRIPs adalah :
-
perlindungan dan penegakan hukum HaKI bertujuan untuk mendorong
timbulnya inovasi, pengalihan dan penyebaran teknologi dengan cara
menciptakan kesejahteraan sosial ekonomi serta keseimbangan antara hak
dan kewajiban.
Guna memberi perlindungan hukum atas hasil
karya intelektual di Indonesia
serta untuk menyesuaikan dengan UU Nomor 7 Tahun 1994, Pemerintah
Indonesia telah mengundangkan beberapa peraturan perundangan yang
berkaitan dengan HaKI, yaitu :
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 Tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 7 Tahun 1987 Tentqng Hak Cipta.
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1997 Tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 6 Tahun 1987 Tentang Paten.
3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1997 Tentang Perubahan aatas UndangUndang Nomor 19 Tahun 1992 Tentang Merek.
Bersamaan dengan diterbitkannya undang-undang yang bertalian dengan HaKI
agar sejalan dengan TRIPs,
Pemerintah Republik Indonesia juga telah
meratifikasi persetujuan – persetujuan internasional tentang HaKI, yaitu :
1. Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1997 Tentang Pengesahan the Paris
Convention for the Protection of Industrial Property and Convention
Establishing the World Intellectual Property Organization.
2. Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1997 Tentang Pengesahan The Patent
Cooperation Treaty and Regulation under PCT.
3
3. Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 1997 Tentang Pengesahaan The
Trade Marks Law Treaty.
4. Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pengesahaan Berne
Convention for the Protection of Literary and Artistic Works.
5. Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Pengesahan The WIPO
Copyrights Treaty.
Sebagai pengetahuan dan perlu dipahami bahwa ada beberapa konvensi
internasional yang berkaitan dengan HaKI yaitu :
1. Paris Convention.
Konvensi internasional ini penting dalam cabang hak milik perindustrian
adalah Paris Convention for the Protection of Industrial Property (1883)
yang telah beberapa kali mengalami perubahan. Sebelum dikeluarkan
Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1997, sebenarnya Indonesia pernah
menjadi peserta Paris Convention ini berdasarkan Keppres Nomor24 Tahun
1979, namun Indonesia mengajukan reservasi terhadap pasal - pasal 1
sampai dengan 12 serta pasal 28 ayat 1. Selanjutnya reservasi tersebut
dicabut berdasarkan Keppres Nomor 15 Tahun 1997.
2. Berne Convention.
Indonesia pernah menjadi anggota Berne Convention for the Protection of
Literary and Artistic Works, namun pada tahun 1959 menyatakan keluar dari
keanggotaan itu.
3. The Haque Agreement Concerning The International Deposit of Industrial
Design.
Indonesia menjadi anggota kegiatan ini sejak tahun 1950.
4. Konvensi UPOV – Union Internationale Pour la Protection des Obtention
Vegetales atau
International Unionfor the Protection of New Varities of
Plants.
Konvensi ini khusus mengenai perlindungan hukum
terhadap varietas
tananam atau plant variety protection atau kadang juga disebut plant
breeder rights. Isi dari konvesi ini beberapa kalai mengalami revisi yaitu
4
pada tahun 1972, 1978 dan tahun 1991.
5. Budapest Treaty on the International Recognation of the Deposit of Micro
organisms for the Purposes of Patent Procedure.
Hingga saat ini Indonesia belum menjadi anggota treaty tersebut.
6. Patent Cooperation Treaty atau Perjanjian Kerjasama Paten.
Perjanjian Kerjasama ini ditujukan untuk menyerderhanakan prosedur
admintratif yang berkaitan dengan dengan pendaftaran paten secara
internasional.
7. Perjanjian TRIPs.
Tujuan diadakannya perjanjian ini antara lain adalah mengurangi hambatan
–
hambatan
terhadap
perdagangan,
mendorong
inovasi
teknologi,
menciptakan iklim perdagangan yang lebih baik, untuk mengalihkan dan
menyebarluaskan teknologi, menyediakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban yang lebih baik antara produsen dan pemakai.
Perjanjian TRIPs ini mengkaitkan kekayaan intelektual atau intellectual
property dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban sebagaimana yang
diatur dalam ketentuan GATT.
Sebenarnya manfaat kekayaan intelektual dalam bidang bisnis atau
perdagangan antara lain adalah
pengetahuan
baru
pendayagunaan
dan
hasil
penerapan
tersedianya informasi tentang adanya
praktis
penemuan
hasil
menjadi
penemuan
produk
baru
yang
serta
dapat
dikomersialisasikan. Informasi yang dimaksud adalah penemuan atau ciptaan
dari hasil karya manusia yang didapat melalui kegiatan penelitian dan
pengembangan yang memerlukan biaya, tenaga dan pikiran serta
menyita
waktu.
III.
Ruang lingkup dan obyek HaKI.
Hak atas kekayaan intelektual pada dasarnya merupakan hak milik yang
timbul/diperoleh dari hasil karya, karsa dan cipta dengan memakai kemampuan
intelektualya, maka wajar dan sudah pada tempatnya bila mereka ini diakui
5
sebagai pihak yang berhak menguasai hasil penemuannya. Demikian juga karyakarya yang dihasilkan manusia termaksud dalam cakupan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni dan sastra juga dimungkinkan dilindungi berdasarkan hukum
HaKI. Mengingat jenis dan lingkup penemuan dapat termasuk dalam cakupan
yang berlainan, maka perangkat peraturan perlindungan hukum HaKI juga
dibeda-bedakan guna mempermudah menemukan di mana
jenis hasil
penemuan itu diaturnya.
Pembagian jenis atau kelompok tersebut adalah :
1. Pembagian berdasarkan Konvensi Pembentukan WIPO (Convention
Establishing the World Intellectual Property Organization).
2. Pembagian berdasarkan Lampiran Kesepakatan Pembentukan WTO atau
Agreement Establishing the World Trade Organiztion.
Ad. 1. Pembagian berdasarkan WIPO ada dua kelompok, yaitu :
a. Hak cipta atau Copyrights.
b. Hak milik industri atau industrial property , yang terdiri dari ;
1). Paten.
2). Merek.
3). Desain produk industri.
4). Penanggulangan persaingan curang.
Ad. 2. Pembagian berdasarkan WTO hak atas kekayaan intelektual dapat dirinci
menjadi beberapa jenis, yaitu :
1). Hak cipta dan hak-hak yang terkait lainnya.
2). Merek.
3). Paten.
4). Indikasi geografi.
5). Lay out dari integrated circuit .
6). Perlindungan terhadap indisclossed information.
7). Pengendalian terhadap praktek-praktek yang tidak sehat dalam
perjanjian kreasi.
Selanjutnya menurut Dicky R.Munaf cakupan HaKI meliputi ;
6
a). Hukum Milik Perindustrian yang meliputi :
- Paten.
- Informasi Rahasia.
- Hak Pemulia Tanaman
- Rancangan Industri.
- Denah Rangkaian.
- Merek.
b). Hak Cipta.3
Obyek perlindungan HaKI memiliki peraturan yang berbeda satu dengan
jenis yang lain sesuai dengan jenis hasil karya yang dilindunginya, obyek
perlindungan hukum tersebut ialah :
a. Obyek Hak Cipta.
Obyek hak cipta adalah karya seseorang di bidang ilmu pengetahuan, seni
dan sastra. Ciptaan adalah setiap hasil karya pencipta dalam bentuk yang
khas dan menunjukkan keasliannya sebagai ciptaan seseorang atas dasar
kemampuan dan kreativitasnya yang bersifat pribadi. Maksud dalam bentuk
yang khas ialah karya tersebut harus telah selesai diwujudkan sehingga dapat
dilihat, dibaca atau didengar.
Perlindungan hak cipta meliputi karya-karya yang berupa buku, ceramah,
musik, seni lukis, karya rekaman suara, seni patung, program komputer dan
sebagainya (vide pasal 11 UUHC). Perlindungan hukum hak cipta ada/ timbul
bukannya karena pendaftaran melainkan karena pengumuman pertama kali.
Menurut
Emawati Yusuf
hak cipta perlindungannya diperoleh secara
otomatis. Akan tetapi untuk paten, merek dagang dan desain industri haknya
diperoleh melalui pendaftaran pada Direktorat Jendral Hak atas Kekayaan
Intelektual.4
3
4
Munaf, Dicky R, 2000, Kebijakan Strategis Pembangunan Ilmu PengD etahuan dan Teknologi Nasional
2000 –2004, (Fokus Sentra Paten – Oleh Paten),D ept. Diknas, Dirjen Dikti –Dirbinlitabmas, Jakarta,
hal. 13.
Yusuf, Emawati, 2000, Penataran dan Lokakarya Gugus HaKI, Dept. Kehakiman dan Hak Asasi Manu
sia RI, Dirjen Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta, hal. 7
7
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendaftaran untuk suatu
ciptaan tidak wajib atau bukan merupakan suatu keharusan, namun demi
kepentingan si pencipta atau penerima hak cipta, mereka ini dianjurkan untuk
mendaftaran ciptaannya. Keuntungan mendaftarkan ciptaannya adalah untuk
dipergunakan sebagai alat bukti manakala dikelak kemudian hari timbul suatu
sengketa.
Hak cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi ijin untuk
dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan
perundangan yang berlaku.
Lama perlindungan hak cipta tergantung pada jenis karya cipta yang telah
diciptakan dan bagi ;
1). Ciptaan buku, ceramah, lagu, tari, drama dan yang sejenis, perlindungan
hukum yang diberikan kepada si pencipta adalah selama hidup si pencipta
ditambah 50 tahun setelah meninggalnya.
2). Ciptaan program komputer, sinematografi, rekaman suaru, karya per tunjukan dan karya siaran adalah untuk selama 50 tahun dihitung sejak
diumumkan pertama kalinya ciptaan tersebut.
3). Ciptaan atas fotografi lama perlindungan hukumnya adalah 25 tahun
sejak diumumkan.
4). Ciptaan yang dimiliki atau dipegang oleh badan hukum berlaku untuk
waktu selama 50 tahun sejak pertama kali diumumkan.
5). Hak cipta yang dikuasai oleh negara berlaku untuk waktu tanpa batas.
Hak cipta milik negara adalah hak cipta atas karya peninggalan sejarah,
Prasejarah dan benda budaya nasional. Demikian juga terhadap hasil
kebudayaan rakyat menjadi milik bersama dipelihara dan dilindungi oleh
negara.
Hak khusus yang diberikan kepada pemegang hak cipta adalah hak untuk
memperbanyak dan mengumumkan hasil ciptaannya.
b. Obyek Paten.
8
Obyek peraturan paten adalah suatu penemuan baru di bidang teknologi
yang dapat diterapkan di bidang industri. Paten adalah hak khusus yang
diberikan negara kepada penemu atas hasil penemuannya di bidang
teknologi, untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri penemuannya
tersebut atau memberikan persetujuannya kepada orang lain untuk
melaksanakannya. Penemuannya yang dimaksud adalah kegiatan pemecahan
masalah tertentu di bidang teknologi, yang dapat berupa proses atau hasil
produksi atau penyempurnaan dan pengembangan proses atau hasil produksi
(Pasal 1 ayat 2 UU Paten). Selanjutnya UU Paten juga mengenal Paten
Sederhana yaitu sutu penemuan yang berupa produk atau proses yang baru
dab memiliki kualitas penemuan yang sederhana tetapi mempunyai kegunaan
praktis disebabkan karena bentuk, konfigrasi, konstruksi atau komponennya
(pasal 6 UU Paten).
Perlindungan hukum paten timbul karena pendaftaran penemuan baru di
bidang teknologi yang dilakukan oleh si penemu atau yang berhak atas
penemuan tersebut. Menurut pasal 23 UU Paten pendaftarannya merupakan
keharusan untuk memperoleh paten. UU Paten melindungi suatu penemuan
di bidang teknologi, baik yang berupa proses atau hasil produksi ataupun
penyempurnaan dan pengembangan proses atau hasil produksi. Dasar perlindungan hukum untuk pemberian hak adalah :
1). Kebaruan atau novelty maksudnya ialah pada saat pengajuan permintaan
paten penemuan tersebut tidak sama atau tidak merupakan bagian pene muan yang terdahulu, maksudnya penilaian sifat kebaharuan suatu pene muan ditentukan atas dasar pada saat permintaan paten, penemuan
tersebut tidak merupakan bagian penemuan yang telah ada atau tidak
merupakan bagian dari penemuan sebelumnya (lihat penjelasan Pasal 3
ayat 1 UU Paten). Selanjutnya penemuan tersebut tidak diumumkan di
Indonesia maupun di luar Indonesia dalam bentuk tulisan atau
menguraikan dengan lisan atau melalui peragaan penggunaannya atau
dengan cara lain yang memungkinkan seseorang ahli untuk melaksanakan
9
penemuan tersebut.
2). Penemuan tersebut harus mengandung langkah inventiv.
3). Penemuan tersebut harus dapat diterapkan dalam industri.
Selanjutnya menurut pasal 7 UU Paten tidak semua penemuan baru yang
mengandung langkah inventiv dapat diterapkan dalam industri selalu diberi
paten. Bagi penemuan-penemuan baru yang ;
1). Berupa proses/hasil produksi yang pengumuman dan penggunaan atau
pelaksanaannya bertentangan dengan peraturan perundangan yang berla
ku dan mengganggu ketertiban umum,
2). Metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan pembedahan yang
diterapkan terhadap manusia dan hewan tetapi tidak menjangkau produk
apapun yang digunakan atau berkaitan dengan metoda tersebut,
3). Teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan matematika,
tidak dapat diberi paten dan kepadanya dapat diberi perlindungan
berdasarkan hak cipta.
Berdasarkan pasal 13 UU Paten seorang penemu belum tentu menjadi
pemegang paten apabila di dalam perjanjian kerja untuk itu tidak
diperjanjikan lain.
Hak khusus yang diberikan kepada pemegang paten berupa hak untuk
memakai, membuat, memproduksi, menyewakan atau menyerahkan hasil
produksi yang telah diberi paten.
c. Obyek Merek.
Obyek peraturan merek adalah karya-karya yang berupa tanda atau gambar
yang memiliki daya pembeda dan digunakan untuk barang atau jasa dalam
pergaulan perniagaan.
Perlindungan hukum hak atas merek timbul karena pendaftaran tanda
tersebut, maksudnya barang siapa yang mereknya terdaftar di kantor merek,
maka pemilik merek terdaftar tersebut yang dilindungi. UU Merek ini
melindungi pemakaian tanda yang dapat berupa gambar, lambang, logo atau
tulisan untuk suatu perusahaan atau jenis jasa.
10
Hak khusus yang diberikan kepada merek adalah hak untuk menggunakan
mereknya dan melisensikan haknya kepada pihak lain.
d. Obyek indikasi geografi.
Obyek indikasi geografi adalah tanda yang digunakan untuk asal suatu
barang yang karena faktor-faktor geografis (termasuk faktor alam dan faktor
manusia atau kombinasi dari kedua faktor tersebut) telah memberikan ciri
dari kualitas tertentu terhadap barang yang dihasilkan. Di Indonesia
peraturan yang mengatur indikasi geografi diatur bersamaan/menyatu
dengan peraturan yang mengatur tentang merek.
e. Obyek desain produk industri.
Obyek desain produk industri adalah karya-karya yang pada dasarnya berupa
pola atau patron alat cetak yang digunakan untuk memproduksi atau
membuat, menggandakan barang secara berulang-ulang. Dewasa ini belum
ada peraturan perundangan yang baku untuk melindungi karya yang
digunakan sebagai alat untuk menggadakan atau mmproduksi suatu barang.
Alat untuk memproduksi atau menggandakan barang tersebut dipergunakan
secara berulangkali guna membuat barang yang sama bentuknya. Undangundang Nomor 7 Tahun 1986 Tentang Perindustrian memberi pengertian
desain produk.
Desain industri
adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi atau
kompsisi garis atau warna yang berbentuk tiga demensi yang mengandung
nilai estetika dan dapat diwujudkan dalam pola tiga demensi atau dua
demensi serta dapat dipakai untuk menghasilkansuatu produk barang atau
komoditi industri dan kerajinan tangan. Hak desain industri adalah hak
khusus yang diberikan oleh negara kepada pendesain atas hasil kreasinya,
untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri kreasi tersebut atau
memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya.
Pendesain adalah seorang atau beberapa orang yang menghasilkan desain
industri.
11
Perlindungan hukum atas desain industri dimaksudkan untuk membantu
pengembangan ekonomi dengan melakukan kreativitas dalam sektor industri
dan fabrikasi, seperti industritradisional dan kerajinan tangan. Untuk
memperoleh
perlindungan
hukum
atas
kreasi
ini
pendesain
harus
mengajukan permohonan kepada Pemerintah, karena hak desain industri
diberikan atas dasar permohonan. Selain syarat administratif, desain industri
harus memiliki nilai kebaharuan dan orisinal. Syarat kebaharuan adalah tidak
sama dengan pengungkapat yang telah ada sebelumnya. Menurut Syafruddin
hal tersebut secara umum diartikan sebagai suatu produk yang tidak sama
atau tidak persis sama dengan produk yang telah dikenal sebelumnya.5
Hak-hak khusus (exclusive rights)
pemegang desain industri berupa hak
untuk melaksanakan sendiri atas desainnya dan melarang orang lain tanpa
persetujuannya untuk membuat, memakai. Menjual atau mengimpor produk
yang diberi hak desain industri.
f. Obyek penanggulangan persaingan curang.
Di Indonesia khusus untuk pengertian persaingan curang belum seragam,
meskipun di dalam pengertian ini terkandung makna ada perbuatan yang
tidak jujur dan harus dikaitkan dengan kebutuhan hukum yang mengaturnya.
Mengenai istilah itu menurut Simanjuntak ada beberapa istilah seperti
persaingan
melawan
hukum,
persaingan
yang
tidak
diperbolehkan,
persaingan yang tidak diizinkan, persaingan tidak sopan, persaingan tidak
sehat atau persaingan yang tidak seharusnya. Tetapi apapun nama atau
istilah yang dipakai, sebaiknya dikaitkan dengan ukuran-ukuran yang
ditentukan dalam peraturan yang mengaturnya.6
5
6
Syafruddin, 2000, Pengenalan dan Pemahaman Tentang Desain Industri, Departemen Pendidikan
Nasional, Dirjen Dikti, Dir.Binlitabmas, Jakarta, hal. 2
Simanjuntak, Emmy Pangaribuan, 1992, Aspek Yuridis Dan Cara Penanggulangan Persaingan Curang,
Penataran Dosen Hukum Perdata/Dagang , FH- UGM, Yogyakarta.
12
Di dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Monopoli dan
Persaingan usaha tidak sehat, untuk istilah persaingan curang dipergunakan
menggunakan istilah persaingan usaha tidak sehat.7
Obyek persaingan curang dewasa ini masih ada silang pendapat diantara
beberapa negara sebab diantara mereka yang berkeinginan bahwa trade
secrets lebih sesuai berada dalam lingkup HaKI , namun ada yang kurang
setuju dengan pendapat tersebut karena trade secrets
merupakan
persaingan curang.
Pada prinsipnya keberadaan HaKI merupakan suatu pengakuan dan
perlindungan hukum terhadap hasil karya intelektual manusia umumnya dan
khususnya hasil karya intelektual yang dapat diproses dalam industri.
g. Pemulia tanaman.
Pemulia tanaman adalah satu atau lebih dari satu orang secara bersamasama dan atau badan hukum yang melaksanakan pemuliaan tanaman untuk
menghasilkan varietas baru. Varietas adalah sekelompok tanaman dari suatu
jenis yang ditandai oleh bentuk tanaman,pertumbuhan, daun, biji, dan sifatsifat lain yang dapat dibedakan dari jenis yang sama.
Pemuliaan tanaman adalah rangkaian kegiatan penelitian dan pengujian
sesuai dengan metoda baku untuk menghasilkan varietas baru atau
mempertahankan kemurnian benih varietas yang dihasilkan. Perlindungan
varietas tanaman (PVT) adalah hak khusus yang diberikan negara kepada
pemulia tanaman dan atau pemegang PVT atas varietas tanaman yang
dihasilkannya untuk selama waktu tertentu menggunakan sendiri varietas
tersebut atau memberikan persetujuan kepada orang atau badan hukum lain
untuk menggunakannya.
IV.
HaKI Dalam Hukum Bisnis.
Tujuan perlindungan hukum terhadap HaKI adalah selain untuk
memberikan
7
pengakuan
terhadap
hasil
Pasal 1 ayat 6 UU Nomor 5 Tahun 1999.
13
karya
intelektual
manusia
juga
dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada penemu/penciptanya
melaksanakan sendiri penemuannya atau memberi persetujuannya kepada orang
lain untuk mempergunaannya.
Tidak semua hasil karya intelektual manusia yang diciptakan atau
ditemukan menjadi miliknya, sebab misalnya berdasarkan pasal 8 UU Hak Cipta
atau pasal 13 UU Paten, bila tidak diperjanjikan lain hak-hak tersebut menjadi
pemilik dana yang membiayai penelitian atau pekerjaan tersebut. Meskipun
mereka ini bukan pemegang hak atas karya intelektual tersebut, namun nama
mereka tetap tercantum sebagai pencipta atau penemu.
Hasil kreativitas di bidang HaKI ini merupakan asset yang sangat bernilai di
bidang bisnis, baik hasil karya yang berupa penemuan di bidang teknologi, ilmu
pengetahuan, seni dan sastra, desain industri bahkan tanda yang dipergunakan
untuk merek dagang.
Pemberian perlindungan HaKI berarti pengaman bagi para pemegang hak
tersebut, dan pengaman tersebut dapat berupa antara lain ;
1. Hak khusus (exclusive rights).
Hak khusus yang diberikan kepada penemu atau pemegang paten
dimaksudkan agar pemegang dapat melaksanakan paten yang dimilikinya dan
dapat melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, menjual
atau mengimpor, menyewakan atau menyerahkan, memakai, menyediakan
untuk dijual hasil produksi yang diberi paten.
Seandainya pihak lain berkeingingan mempergunakan hasil karya intelektual
ini harus meminta ijin kepada penemu atau pemegang paten dengan
membayar royalti yang besar kecilnya ditentukan dalam perjanjian lisensi.
2. Hak ekonomi (economic rights).
Hak ekonomi adalah hak untuk mengumumkan, memperbanyak, memberi
izin untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya.
Hak ekonomi ini dapat dialihkan kepada orang lain dan pihak lain yang
mempergunakan ciptaan orang lain dapat dipungut royalty sesuai dengan
kesepakatan mereka.
14
3. Hak moral (moral rights).
Hak moral adalah hak yang melekat pada si pencipta yang tidak dapat
dialihan kepada orang lain/badan lain, sebab pencipta tetap melekat dengan
ciptaannya, sehingga terdapat hubungan erat antara pencipta dengan hasil
ciptaannya.
Hak moral ini adalah hak pencipta atau ahli warisnya, yaitu berupa :
a. Hak untuk menuntut kepada pemegang hak cipta supaya nama pencipta
tetap tercantum pada ciptaannya.
b. Hak untuk memberi persetujuan dalam perubahan ciptaannya.
c. Persetujuan trhadap perubahan nama atau nama samaran pencipta.
d. Hak menuntut seseorang tanpa persetujuannya meniadakan nam pencipta
yang tercantum pada ciptaannya.
e. Hak untuk menyewakan.
Selanjutnya
hasil
kreasi
manusia
yang
merupakan
hak
milik
atas
penemuannya yang diakui sebagai hak kebendaan meskipun bersifat im-materiil,
oleh pemiliknya dapat dialihkan kepada pihak lain selain dihibahkan dan
diwariskan dapat juga dialihkan kepada pihak lain dengan cara perjanjian atau
dilisensikan bahkan dapat juga dijual kepada pihak lain. Adanya perbuatan
hukum yang berupa perjanjian lisensi atau bahkan menjual hasil karya
intelektualnya kepada pihak lain tidak lepas dari lingkup kegiatan bisnis.
V.
Penutup
HaKI selain merupakan hak milik yang dapat diperalihkan kepada pihak
lain juga merupakan asset bisnis sangat strategis, hal ini terbukti bahwa WTO
ikut berperan dalam kegiatan bisnis yang memuat kandungan HaKI.
Pemegang HaKI memiliki hak-hak khusus yang berupa hak eksklusif, hak
ekonomi dan hak moral yang kesemua hak tersebut dapat dipertahankan
terhadap siapapun dan bahkan dapat disewakan atau dijual kepada mereka,
15
DAFTAR PUSTAKA
Munaf, Dicky R, 2000, Kebijakan Strategis Pembangunan Ilmu Pengetahuan
Dan Teknologi Nasional (Fokus Sentra Paten dan Oleh Paten)
Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Dikti – Dir. Binlitab –
mas, Jakarta.
Simanjuntak, Emmy Pangaribuan, 1992, Aspek Yuridis dan Cara Penanggulang
an Persaingan Curang, Penataran Dosen Perdata-Dagang, FH
UGM, Yogyakarta.
Syafruddin, 2000, Pengenalan Dan Pemahaman Tentang Desain Industri,
Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen DIKTI, Direktorat
Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Jakarta.
Yusuf, Emawati, 2000, Penataran dan Lokakarya Gugus HaKI, Departemen
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, Dirjen Hak atas Kekayaan
Intelektual, Jakarta.
16
Download