LAMPIRAN 1C PERSETUJUAN TENTANG ASPEK-ASPEK DAGANG DARI HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DAFTAR ISI BAB I Ketentuan Umum dan Prinsip-prinsip Dasar BAB II Standar mengenai Keberadaan, Lingkup dan Penggunaan HAKI 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. BAB III 1. 2. 3. 4. 5. Hak Cipta dan Hak-hak terkait lain Merek Dagang Indikasi Geografis Desain Produk Industri Paten Desain Lay-out (topografi) dari Rangkaian Elektronik Terpadu Perlindungan terhadap Informasi yang dirahasiakan Pengendalian atas Praktek-praktek Persaingan Curang dalam Perjanjian Lisensi Penegakan Hukum Di Bidang HAKI Kewajiban-kewajiban Umum Prosedur dan Upaya Hukum Perdata dan Administrasi Sarana Penegakan Hukum Tambahan Persyaratan Khusus mengenai Sarana Penegakan Hukum di Perbatasan Negara Prosedur Pidana BAB IV Prosedur untuk Memperoleh dan Mempertahankan HAKI berikut Prosedur Inter-Partis terkait BAB V Pencegahan dan Penyelesaian Sengketa BAB VI Ketentuan Peralihan BAB VII Ketentuan Kelembagaan; Ketentuan Penutup LAMPIRAN 1C PERSETUJUAN TENTANG ASPEK-ASPEK DAGANG DARI HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL (HAKI), Para Anggota, Bertekad, untuk mengurangi gangguan dan hambatan terhadap perdagangan internasional, dan dengan memperhatikan kebutuhan untuk meningkatkan perlindungan yang efektif dan memadai terhadap HAKI, dan untuk menjamin bahwa prosedur serta langkah-langkah penegakan hukum HAKI itu sendiri tidak menjadi hambatan terhadap perdagangan yang absah; Menyadari, bahwa untuk mewujudkan maksud diatas, diperlukan adanya berbagai aturan baru serta sistem disipliner mengenai: (a) penerapan prinsip-prinsip dasar dari PUTP 1994 berikut berbagai Persetujuan dan Konvensi Internasional yang relevan di bidang HAKI; (b) penyelenggaraan standar dan prinsip-prinsip mengenai keberadaan, lingkup serta penggunaan HAKI yang terkait kegiatan perdagangan; (c) penyelenggaraan tata cara yang efektif serta sesuai untuk melindungi HAKI yang terkait dengan kegiatan perdagangan, dengan memperhatikan perbedaan sistem hukum nasional yang ada; (d) penyelenggaraan prosedur yang efektif serta singkat untuk pencegahan dan penyelesaian sengketa antar pemerintah; dan (e) kerangka peralihan untuk memastikan keikutsertaan secara penuh dalam persetujuan yang dicapai sebagai hasil perundingan-perundingan; Menyadari, adanya kebutuhan akan suatu kerangka multilateral mengenai prinsip, aturan serta disiplin sehubungan dengan perdagangan internasional atas barang-barang yang dipalsukan; Menyadari, bahwa HAKI adalah hak-hak perdata; Menyadari, akan sasaran kebijaksanaan publik yang mendasari system nasional bagi perlindungan HAKI, termasuk sasaran-sasaran yang berkenaan dengan pembangunan dan teknologi; Menyadari, adanya kebutuhan akan perlakuan khusus bagi negara-negara terbelakang berupa keluwesan dalam penerapan hukum serta peraturan di bidang HAKI agar mampu menciptakan dasar yang mapan dan wajar bagi pembangunan teknologinya; Menekankan, pentingnya pengurangan ketegangan-ketegangan lewat pencapaian komitmen yang lebih kuat diantara para anggota untuk menyelesaikan sengketa mengenai HAKI yang terkait dengan kegiatan perdagangan melalui prosedur multilateral; Bertekad, untuk menciptakan hubungan yang saling mendukung antara Organisasi Perdagangan Dunia dan WIPO serta organisasi internasional lain di bidang HAKI; Dengan ini menyetujui hal-hal berikut: BAB I KETENTUAN UMUM DAN PRINSIP-PRINSIP DASAR Pasal 1 Sifat dan Lingkup Kewajiban 1. Anggota wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan yang tercantum didalam persetujuan ini. Anggota dapat, tetapi tidak wajib, untuk menerapkan dalam hukum domestiknya sistem perlindungan yang lebih luas daripada yang diwajibkan berdasarkan persetujuan ini, sepanjang hal tersebut tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam persetujuan ini. Anggota bebas menentukan metode yang paling sesuai dalam menjabarkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam persetujuan ini ke dalam sistem dan praktek hukumnya masing-masing. 2. Yang dimaksud dengan HAKI menurut persetujuan ini adalah semua kategori Kekayaan Intelektual sebagaimana dimaksud dalam dalam bagian 1 sampai dengan 7 BAB II. 3. Anggota wajib menerapkan perlakuan yang ditetapkan dalam persetujuan ini terhadap semua warga Anggota lain.1 Dalam kaitannya dengan HAKI yang diberikan, pengertian warga Anggota lain adalah orang perseorangan maupun badan hukum yang memenuhi persyaratan untuk memperoleh perlindungan berdasarkan Konvensi Paris (1967), Konvensi Berne (1971), Konvensi Roma dan Traktat tentang HAKI atas Rangkaian Elektronik Terpadu.2 Setiap Anggota yang memanfaatkan ketentuan yang 1 Dalam hal Negara Anggota Organisasi Perdagangan Dunia memiliki wilayah pabean yang terpisah, maka pemakaian kata "warga" dalam PERSETUJUAN ini diartikan sebagai perorangan, secara alamiah maupun hukum, yang berdomisili atau yang secara nyata dan efektif melakukan kegiatan industri atau komersial di wilayah pabean tersebut. 2 Dalam PERSETUJUAN ini: "Konvensi Paris" adalah Konvensi Paris tentang Perlindungan Terhadap Kekayaan Industrial; "Paris Convention (1967) adalah Akta Stockholm dari Konvensi tersebut tertanggal tercantum dalam Pasal 5 ayat (3) atau pasal 6 ayat (2) dari Konvensi Roma wajib memberitahukannya kepada Komite yang dibentuk berdasarkan Bab VII dibawah. Pasal 2 Konvensi-konvensi tentang Kekayaan Intelektual 1. Sehubungan dengan Bab II, III dan IV PERSETUJUAN ini, Anggota harus mematuhi ketentuan-ketentuan yang tertuang dalam Pasal 1 sampai dengan 12, dan Pasal 19 Konvensi Paris (1976). 2. Tidak satupun hal dalam Bab I sampai dengan Bab IV persetujuan yang membebaskan Anggota dari kewajiban diantara satu sama lain yang timbul berdasarkan Konvensi Paris, Konvensi Berne, Konvensi Roma dan Perjanjian tentang HAKI atas Rangkaian Elektronik Terpadu. Pasal 3 National Treatment 1. Setiap Anggota wajib memberikan perlindungan3 yang sama terhadap Kekayaan Intelektual warga Anggota lain seperti perlindungan yang diberikan kepada warganya sendiri, dengan memperhatikan pengecualian yang telah ada berdasarkan Konvensi Paris (1967), Konvensi Berne (1971), Konvensi Roma dan Perjanjian tentang HAKI atas Rangkaian Elektronik Terpadu. Sepanjang mengenai pelaku pertunjukan, produser rekaman musik dan organisasi siaran, kewajiban dimaksud hanya berlaku terhadap hakhak yang diatur dalam persetujuan ini. Setiap Anggota yang memanfaatkan ketentuan yang tercantum dalam Pasal 6 Konvensi Berne dan Pasal 16 ayat 1 (b) Konvensi Roma wajib menyampaikan notifikasi sebagaimana dimaksud dalam ketentuan yang mengatur mengenai Dewan HAKI. 2. Anggota dapat memanfaatkan pengecualian yang disebut dalam Ayat (1) diats dalam kaitannya dengan prosedur peradilan dan administrasi, termasuk penetapan alamat pemberi jasa atau pengangkatan agen di dalam wilayah hukum salah satu Anggota, hanya apabila pengecualian dimaksud diperlukan dalam rangka mentaati hukum dan peraturan perundang-undangan yang tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang 14 July 1967. "Berne Convention" adalah Kovensi Berne tentang Perlindungan Terhadap Karya Tulis dan Seni; "Berne Convention (1971)" adalah Akta Paris dari Konvensi tersebut tertanggal 24 July 1971."Konvesi Roma" adalah Konvensi Internasional tentang Perlindungan Terhadap Pelaku Pertunjukan, Produser Rekaman Musik dan Organisasi Siaran, yang disepakati di Roma tanggal 26 October 1961. "Traktat tentang HAKI atas Integrated Circuits" (IPIC Treaty) adalah Traktat tentang HAKI atas Integrated Circuits, disepakati di Washington tanggal 26 Mei 1989. 3 Dalam kaitannya dengan Pasal 3 dan 4 PERSETUJUAN ini, "perlindungan" meliputi hal-hal yang mempengaruhi keberadaan, perolehan, lingkup, pelaksanaan dan penegakan HAKI serta hal-hal yang mempengaruhi penggunaan HAKI yang secara khusus diatur dalam PERSETUJUAN ini. tercantum dalam PERSETUJUAN ini dan sepanjang hal tersebut dilakukan dengan cara yang tidak menimbulkan hambatan terselubung terhadap kegiatan perdagangan. Pasal 4 Perlakuan Istemewa Bagi Negara Tertentu Sehubungan dengan perlindungan terhadap Kekayaan Intelektual, semua keuntungan, kemanfaatan atau perlakuan istimewa yang diberikan oleh Anggota tertentu kepada warga Negara lain harus, seketika dan tanpa syarat, diberikan pula kepada warga Anggota lain. Dikecualikan dari kewajiban ini adalah setiap keuntungan, kemanfaatan, dan perlakuan istimewa yang diberikan oleh Anggota: (a) yang timbul dari perjanjian internasional tentang pemberian bantuan hukum dan pelaksanaan ketentuan hukum yang sifatnya umum dan tidak terbatas semata-mata pada perlindungan HAKI; (b) yang diberikan sesuai dengan ketentuan yang tecantum dalam Konvensi Berne (1971) atau Konvensi Roma yang menentukan bahwa perlakuan dimaksud berfungsi bukan dalam rangka National Treatment, tetapi perlakuan yang diberikan kepada Negara lain; (c) sepanjang mengenai hak pelaku pertunjukan, produsen rekaman musik dan organisasi siaran yang tidak diatur dalam persetujuan ini; (d) yang timbul dari perjanjian internasional mengenai perlindungan Kekayaan Intelektual yang telah berlaku sebelum Persetujuan tentang Pembentukan OPD berlaku, sepanjang perjanjian tersebut diberitahukan kepada Dewan HAKI dan tidak menimbulkan diskriminasi secara sewenang-wenang dan tidak wajar terhadap Anggota lain; Pasal 5 Persetujuan Multilateral tentang Memperoleh atau Mempertahankan Perlindungan Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan 4 diatas tidak berlaku terhadap prosedur yang disediakan dalam perjanjian-perjanjian multilateral yang ada dalam kerangka WIPO untuk memperoleh dan mempertahankan HAKI. Pasal 6 Exhaustion Sehubungan dengan penyelesaian sengketa berdasarkan persetujuan ini, dan memperhatikan ketentuan sebagaimana tercantum dalam Pasal 3 dan 4 diatas, tidak satupun ketentuan dalam persetujuan ini yang dapat dipergunakan untuk mempersoalkan the issue of the exhaustion of HAKI. Pasal 7 Sasaran Perlindungan dan penegakan hukum HAKI ditujukan untuk memacu penemuan baru di bidang teknologi dan untuk memperlancar alih serta penyebaran teknologi, dengan tetap memperhatikan kepentingan produsen dan pengguna pengetahuan tentang teknologi dan dilakukan dengan cara yang menunjang kesejahteraan sosial dan ekonomi, dan keseimbangan antara hak dan kewajiban. Pasal 8 Prinsip-prinsip 1. Sepanjang tidak menyimpang dari ketentuan dalam persetujuan ini, Anggota dapat, dalam rangka pembentukan dan penyesuaian hukum dan peraturan perundangundangan nasionalnya, mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam rangka perlindungan kesehatan dan gizi masyarakat, dan dalam rangka menunjang kepentingan masyarakat pada sektor-sektor yang sangat penting bagi pembangunan sosio-ekonomi dan teknologi. 2. Sepanjang tidak menyimpang dari ketentuan dalam persetujuan ini, langkahlangkah yang sesuai perlu disediakan untuk mencegah penyalahgunaan HAKI atau praktek-praktek yang secara tidak wajar menghambat perdagangan atau proses alih teknologi secara internasional. BAB II STANDAR MENGENAI PEMBERIAN, RUANG LINGKUP DAN PENGGUNAAN HAKI BAGIAN 1: HAK CIPTA DAN HAK-HAK TERKAIT LAINNYA Pasal 9 Kaitan dengan Konvensi Berne 1. Anggota wajib mematuhi ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 1 sampai dengan 12 Konvensi Berne (1971) berikut Lampirannya. Akan tetapi, Anggota tidak mempunyai hak maupun kewajiban berdasarkan persetujuan ini sepanjang mengenai hak-hak yang diperoleh berdasarkan Pasal 6bis dari Konvensi tersebut atau hak-hak yang timbul daripadanya. 2. Perlindungan terhadap Hak Cipta meliputi expressions dan tidak meliputi ide, prosedur, metode kerja atau konsep matematis sejenisnya. Pasal 10 Program Komputer dan Kompilasi Data 1. Program Komputer, baik yang masih berbentuk rumusan awal ataupun yang sudah berbentuk kode-kode tertentu, dilindungi sebagai karya tulisan berdasarkan Konvensi Berne (1971). 2. Kompilasi data atau materi lain, baik yang dapat dibaca dengan mesin atau dalam bentuk lain, yang berdasarkan cara seleksi dan penyusunan isinya merupakan karya intelektual mendapatkan perlindungan sebagaimana mestinya. Perlindungan dimaksud, yang tidak meliputi data-data itu sendiri, tidak mengurangi aspek hak cipta atas data atau materi itu sendiri. Pasal 11 Hak Penyewaan Paling kurang dalam kaitannya dengan program komputer atau karya sinematografi, Anggota wajib memberikan kepada penemu dan pihak lain yang berhak kewenangan untuk memberikan ijin atau melarang penyewaan secara komersial kepada masyarakat atas karya hak cipta yang asli maupun salinannya. Sepanjang mengenai karja sinematografi, Anggota dikecualikan dari kewajiban ini kecuali apabila penyewaan tersebut menjurus kepada perbanyakan secara luas atas karya yang bersangkutan sehingga mengurangi hak eksklusif untuk memperbanyak yang diberikan NegaraAnggota kepada penemu atau pihak yang berhak. Sepanjang mengenai pogram komputer, kewajiban ini tidak berlaku terhadap penyewaan dimana program yang bersangkutan bukan esensi dari penyewaan tersebut. Pasal 12 Jangka Waktu Perlindungan Dalam hal jangka waktu perlindungan suatu karya, selain karya fotografi atau karya seni terapan, dihitung tidak berdasarkan lamanya hidup manusia, maka jangka waktu tersebut tidak boleh kurang dari 50 tahun sejak akhir tahun takwim dari publikasinya yang sah, atau, apabila publikasi yang sah dimaksud tidak dilakukan dalam waktu 50 tahun sejak karya dibuat, jangka waktu tersebut tidak boleh kurang dari 50 tahun sejak akhir tahun takwin karya dibuat. Pasal 13 Pembatasan dan Pengecualian Dalam hal-hal tertentu, Anggota dapat menentukan pembatasan atau pengecualian terhadap hak ekslusif yang diberikan sepanjang tidak bertentangan dengan tata cara eksploitasi dari karya yang bersangkutan secara normal dan tidak mengurangi kepentingan sah dari pemegang hak secara tidak wajar. Pasal 14 Perlindungan terhadap Pelaku Pertunjukan, Produser Rekaman (rekaman musik) dan Organisasi Siaran 1. Sehubungan dengan fixation atas pertunjukan, dimungkinkan bagi pelaku pertunjukan untuk mencegah: the fixation atas pertunjukan mereka yang unfixed dan diperbanyaknya fixation tersebut. Pelaku pertunjukan dimungkinkan pula untuk mencegah disiarkannya serta diumumkannya kepada masyarakat pertunjukkan mereka. 2. Produser rekaman musik mempunyai hak untuk memberikan ijin atau melarang diperbanyaknya secara langsung atau tidak langsung hasil rekamannya. 3. Organisasi-organisasi siaran mempunyai hak untuk melakukan fixation, memperbanyak fixations, dan disiarkannya melalui udara, serta diumumkannya kepada masyarakat siaran televisi dari fixation tersebut. Dalam hal Anggota tidak memberikan hak dimaksud kepada organisasi-organisai siaran, maka Anggota wajib memberikan kepada pemegang hak dari hal yang disiarkan kemungkinan untuk mencegah dilakukannya kegiatan-kegiatan diatas, dengan memperhatikan ketentuan dalam Konvensi Berna (1971). 4. Ketentuan dalam Pasal 11 mengenai program komputer berlaku juga terhadap produser rekaman musik dan pemegang hak lain atas rekaman musik sebagaimana ditentukan dalam hukum nasional. Apabila pada saat Pertemuan Tingkat Menteri dalam rangka menyelesaikan Perundingan Perdagangan Multilateral Putaran Uruguay, terdapat Anggota yang memberlakukan sistem penghargaan secara ekuiti kepada pemegang hak yang berkaitan dengan penyewaan rekaman musik, Anggota tersebut dapat melanjutkan sistem tersebut sepanjang penyewaan secara komersial dari rekaman musik tidak mengurangi secara material hak eksklusif pemegang hak untuk melakukan perbanyakan. 5. Jangka waktu perlindungan yang disediakan berdasarkan persetujuan ini kepada pelaku pertunjukan dan produser rekaman musik adalah paling kurang sampai akhir masa 50 tahun terhitung sejak akhir tahun takwim dimana fixation yang bersangkutan berlangsung atau pertunjukan yang bersangkutan dilangsungkan. Jangka waktu perlindungan yang diberikan berdasarkan ayat 3 Pasal ini adalah paling kurang selama 25 tahun terhitung sejak akhir tahun takwim dimana penyiaran yang bersangkutan dilakukan. 6. Anggota dapat, dalam kaitannya dengan hak yang diberikan berdasarkan ayat 1 sampai dengan 3 Pasal ini, menentukan persyaratan, pembatasan, pengecualian dan reservasi sepanjang hal tersebut dimungkinkan berdasarkan Konvensi Roma. Akan tetapi, ketentuan yang tercantum dalam Pasal 18 Konvensi Berna (1971) berlaku juga terhadap hak dari pelaku pertunjukan dan produser rekaman musik atas hasil rekamannya. BAGIAN 2: MEREK DAGANG Pasal 15 Hal Yang Dilindungi 1. Setiap lambang, atau kombinasi dari beberapa lambang, yang mampu membedakan barang atau jasa suatu usaha dari usaha lain, dapat menjadi merek dagang. Lambang-lambang dimaksud, terutama yang berupa rangkaian kata-kata dari nama pribadi, huruf, angka, unsur figur dan kombinasi dari beberapa warna dapat didaftarkan sebagai merek dagang. Dalam hal suatu lambang tidak dapat membedakan secara jelas beberapa barang atau jasa satu sama lain, Anggota dapat menetapkan persyaratan bagi pendaftarannya pada sifat pembeda yang diperoleh karena penggunaannya. Anggota dapat menetapkan persyaratan, sebagai syarat pendaftaran suatu merek dagang, agar suatu lambang dapat divisualisasikan. 2. Ayat 1 diatas bukan merupakan pembatasan terhadap Anggota untuk menolak pendaftaran suatu merek dagang berdasarkan pertimbangan lain, sepanjang hal tersebut tiddak menyimpang dari ketentuan yang terdapat dalam Konvensi Paris (1967). 3. Anggota dapat mensyaratkan pendaftaran suatu merek dagang pada penggunaannya. Akan tetapi, penggunaan merek dagang secara nyata tidak dapat digunakan sebagai syarat pengajuan permintaan pendaftarannya. Pengajuan permintaan tidak dapat ditolak semata-mata berdasarkan alasan bahwa merek dagang tidak digunakan sesuai rencana penggunaannya dalam waktu 3 tahun terhitung sejak permintaan diajukan. 4. Sifat dari barang atau jasa untuk mana merek dagang akan digunakan tidak dapat dijadikan hambatan dalam pendaftaran suatu merek dagang. 5. Anggota wajib mengumumkan setiap merek dagang baik sebelum merek dagang tersebut didaftarkan atau tidak lama sesudah merek dagang didaftarkan dan wajib menyediakan kesempatan untuk mengajukan sanggahan terhadap pendaftaran tersebut. Disamping itu, Anggota dapat menyediakan kesempatan bagi pihak yang mengajukan permintaan pendaftaran untuk melakukan perlawanan terhadap sanggahan tersebut. Pasal 16 Hak Yang Diberikan 1. Pemilik dari merek dagang yang terdaftar mempunyai hak eksklusif untuk mencegah pihak ketiga yang tidak memperoleh ijinnya untuk menggunakan merek dagang tersebut untuk usaha yang sejenis atau menggunakan lambang yang mirip untuk barang atau jasa yang sejenis atau mirip dengan barang atau jasa untuk mana suatu merek dagang didaftarkan, dimana penggunaan tersebut dapat menyebabkan ketidakpastian. Dalam hal penggunaan suatu lambang yang sama untuk barang atau jasa yang sejenis, kemungkinan timbulnya ketidakpastian tersebut dianggap telah terjadi. Hak yang diuraikan diatas tidak mengurangi keabsahan hak yang sudah ada, dan tidak mengurangi kemungkinan bagi Anggota untuk menetapkan bahwa pemberian hak tersebut tergantung dari penggunaannya. 2. Pasal 6bis dari Konvensi Paris (1967) berlaku pula terhadap jasa. Dalam menentukan bahwa suatu merek dagang merupakan merek terkenal, perlu dipertimbangkan pengetahuan akan merek dagang tersebut pada sektor yang terkait dalam masyarakat, termasuk pengetahuan yang diperoleh Anggota dari kegiatan promosi dari merek dagang yang bersangkutan. 3. Pasal 6bis dari Konvensi Paris berlaku pula terhadap barang atau jasa yang tidak mirip dengan barang atau jasa untuk mana suatu merek dagang didaftarkan, sepanjang penggunaan dari merek dagang yang bersangkutan untuk barang atau jasa dimaksud secara tidak wajar akan memberikan indikasi adanya hubungan antara barang atau jasa tersebut dengan pemilik dari merek dagang terdaftar yang bersangkutan. Pasal 17 Pengecualian Anggota dapat menetapkan pengecualian secara terbatas terhadap hak yang diperoleh atas suatu merek dagang, antara lain seperti penggunaan secara wajar istilahistilah deskriptif, sepanjang pengecualian tersebut memperhatikan kepentingan sah dari pemilik merek dagang yang bersangkutan dan pihak ketiga. Pasal 18 Jangka Waktu Perlindungan Pendaftaran suatu merek dagang untuk pertama kali berikut perpanjangannya, berlaku untuk jangka waktu paling kurang 7 tahun. Perpanjangan pendaftaran suatu merek dagang dapat dilakukan tanpa batas. Pasal 19 Persyaratan Penggunaan 1. Dalam hal penggunaan suatu merek dagang merupakan persyaratan untuk mempertahankan pendaftarannya, pembatalan pendaftaran hanya dapat dilakukan apabila merek dagang yang bersangkutan tidak digunakan selama kurun waktu paling kurang 3 tahun berturut-turut, kecuali apabila pemilik merek dagang dapat membuktikan adanya alasan sah tentang hambatan terhadap penggunaan merek dagang yang bersangkutan. Keadaan yang terjadi diluar kemauan pemilik merek dagang yang merupakan hambatan terhadap penggunaan merek dagang yang bersangkutan, antara lain seperti pembatasan impor atau persyaratan lain yang dikeluarkan oleh pemerintah atas barang atau jasa yang dilindungi oleh merek dagang, merupakan alasan sah dari tidak digunakannya merek dagang. 2. Dalam hal terdapat kontrol oleh pemilik merek dagang, penggunaan merek dagang tersebut oleh pihak lain merupakan penggunaan yang sah untuk mempertahankan pendaftaran merek dagang tersebut. Pasal 20 Persyaratan Lain Penggunaan suatu merek dagang dalam kegiatan perdagangan tidak boleh dibebani dengan persyaratan khusus yang tidak wajar, antara lain seperti persyaratan untuk menggunakan merek dagang tersebut dengan merek dagang lain, untuk menggunakan merek dagang tersebut dalam bentuk tertentu atau untuk menggunakan merek dagang tersebut melalui cara yang mengurangi kemampuan merek dagang tersebut untuk membedakan barang atau jasa usaha tertentu dari usaha lain. Ketentuan ini tidak melarang ditetapkannya persyaratan yang menentukan bahwa merek dagang yang mengidentifikasikan kegiatan yang memproduksi barang atau jasa digunakan bersamasama, tanpa harus mengkaitkannya, dengan merek dagang yang membedakan barang atau jasa tertentu yang dihasilkan dari kegiatan tersebut. Pasal 21 Lisensi dan Pengalihan Anggota dapat menetapkan persyaratan untuk lisensi atau pengalihan dari merek dagang, dengan pengertian bahwa lisensi wajib atas merek dagang tidak diperkenankan dan pemilik merek dagang mempunyai hak untuk melakukan pengalihan atas merek dagangnya dengan atau tanpa pengalihan usaha untuk mana merek dagang yang bersangkutan diperuntukan. BAGIAN 3: INDIKASI GEOGRAFIS Pasal 22 Perlindungan atas Indikasi Geografis 1. Indikasi geografis, sebagaimana dimaksud dalam persetujuan ini, adalah tanda yang mengidentifikasikan suatu barang sebagai berasal dari wilayah salah satu Anggota, atau suatu daerah di dalam wilayah tersebut, dimana tempat asal barang tersebut merupakan hal yang sangat penting bagi reputasi dari barang yang bersangkutan karena kualitas dan karakteristiknya. 2. Sehubungan dengan indikasi geografis, Anggota wajib menyediakan sarana hukum untuk pihak yang berkepentingan untuk mencegah: (a) digunakannya cara apapun dalam rangka peruntukan atau penampilan suatu barang yang memberikan kesan atau gambaran bahwa barang yang bersangkutan berasal dari wilayah lain diluar wilayah asal sebenarnya dari barang tersebut dengan cara yang menyesatkan masyarakat mengenai wilayah asal barang tersebut; (b) setiap penggunaan yang merupakan tindakan persaingan curang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10bis yang tercantum dalam Konvensi Paris (1967). 3. Anggota wajib, secara ex officio apabila dimungkinkan dalam hukum nasionalnya atau atas permintaan Anggota yang berkepentingan, menolak atau membatalkan pendaftaran suatu merek dagang yang mengandung atau memuat suatu indikasi geografis atas suatu barang yang tidak berasal dari wilayah yang diindikasikan, apabila penggunaan indikasi tersebut dalam merek dagang atas barang yang bersangkutan di dalam wilayah Anggota tersebut sedemikian rupa sehingga menyesatkan masyarakat perihal wilayah asal sebenarnya dari barang yang bersangkutan. 4. Ketentuan dalam ayat-ayat sebelumnya dari Pasal ini berlaku terhadap indikasi geografis yang, walaupun secara tertulis benar menggambarkan wilayah, daerah atau lokasi di dalam wilayah dari mana barang tersebut berasal, memberikan gambaran yang menyesatkan kepada masyarakat bahwa barang tersebut berasal dari wilayah lain. Pasal 23 Perlindungan Tambahan Terhadap Indikasi Geografis untuk Minuman Anggur dan Spirits 1. Anggota wajib menyediakan sarana hukum bagi pihak yang berkepentingan untuk mencegah digunakannya suatu indikasi geografis minuman anggur/spirits untuk minuman anggur atau spirits yang tidak berasal dari wilayah yang diindikasikan, sekalipun wilayah asal sebenarnya dari barang tersebut disebutkan atau indikasi geografis yang bersangkutan diterjemahkan atau disertai dengan catatan seperti "jenis", "tipe", "gaya", "imitasi" atau sejenisnya.4 2. Pendaftaran suatu merek dagang untuk minuman anggur yang mengandung atau memuat indikasi geografis minuman anggur/spirits harus ditolak atau dibatalkan, secara ex officio apabila dimungkinkan dalam hukum nasional atau atas permintaan pihak yang bekepentingan, dalam hal minuman anggur/spirits tersebut tidak berasal dari wilayah yang diindikasikan. 3. Dalam hal terdapat beberapa indikasi geografis minuman anggur yang menggunakan suatu istilah yang sama sehingga memiliki kemiripan satu sama lain (homonymous), perlindungan diberikan untuk setiap indikasi, dengan memperhatikan ketentuan dalam Pasal 22 ayat 4.Anggota wajib menetapkan persyaratan praktis untuk 4 Terlepas dari kalimat pertama sebagaimana tertuang dalam Pasal 42, Negara Anggota dapat, sehubungan dengan kewajiban-kewajiban yang berangkutan, menyediakan sarana penegakan hukum secara administratif. membedakan indikasi geografis yang demikian satu sama lain, dengan memperhatikan kebutuhan akan jaminan perlakuan yang adil terhadap produsen yang bersangkutan dan kebutuhan agar tidak menyesatkan masyarakat. 4. Untuk memfasilitasi perlindungan dari indikasi geografis untuk minuman anggur, negosiasi dapat dilakukan oleh Dewan HAKI dalam rangka pembentukan notifikasi dan regristrasi sistim multilateral dari indikasi geografis untuk minuman anggur yang dilindungi oleh Anggota. Pasal 24 Perundingan Internasional; Pengecualian 1. Anggota sepakat untuk melakukan perundingan bagi peningkatan perlindungan terhadap indikasi geografis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23.Ketentuan dalam ayat 4 sampai dengan 8 Pasal ini tidak dapat dipakai oleh Anggota untuk menolak melakukan perundingan atau mengadakan perjanjian bilateral maupun multilateral. Sehubungan dengan perundingan-perundingan tersebut, Anggota bersedia mempertimbangkan untuk tetap memberlakukan ketentuan-ketentuan ini terhadap setiap indikasi geografis yang menjadi pokok perundingan. 2. Dewan TRIPs melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan ketentuan-ketentuan dalam Bab ini; pemantauan pertama akan dilakukan dalam waktu dua tahun terhitung sejak saat berlakunya Persetujuan tentang Pembentukan MOPD. Dalam hal tidak mungkin lagi ditemukan jalan keluar yang memuaskan bagi para pihak melalui konsultasi secara bilateral maupun pluriteral antara Anggota sendiri, maka setiap hal yang mempengaruhi kepatuhan terhadap kewajiban yang timbul berdasarkan ketentuanketentuan ini dapat dilaporkan kepada Dewan HAKI yang, atas permintaan satu Anggota, wajib mengkonsultasikan hal tersebut dengan satu atau lebih Anggota lain yang bersangkutan. Dewan menetapkan langkah-langkah yang mungkin disepakati untuk menunjang pelaksanaan serta mencapai sasaran Bab ini. 3. Dalam rangka pelaksanaan ketentuan Bab ini, Anggota tidak diperkenankan menghapus perlindungan terhadap indikasi geografis yang telah ada di wilayah Anggota yang bersangkutan sebelum berlakunya Persetujuan tentang Pembentukan MOPD. 4. Tidak satupun ketentuan dalam Bab ini yang mewajibkan Anggota untuk mencegah dilanjutkannya penggunaan oleh warga atau penduduknya atas suatu indikasi geografis minuman anggur/spirits dari Anggota lain untuk barang atau jasa didalam wilayah hukum Anggota yang bersangkutan, dimana penggunaan tersebut dilakukan dengan itikad baik atau telah berlangsung secara terus menerus paling kurang selama sepuluh tahun sebelum tanggal Pertemuan Tingkat Menteri untuk menyelesaikan Perundingan Multilateral Putaran Uruguay. 5. Dalam hal merek dagang telah dimintakan atau telah didaftarkan dengan itikad baik, atau dalam hal hak atas merek dagang diperoleh karena penggunaannya dengan itikad baik, baik: (a) sebelum tanggal berlakunya ketentuan-ketentuan ini terhadap Anggota sebagaimana dimaksud dalam BAB VI; ataupun (b) sebelum indikasi geografis tersebut memperoleh perlindungan di wilayah asalnya; langkah-langkah yang diambil dalam melaksanakan Bagian ini tidak boleh mengurangi keabsahan pendaftaran suatu merek dagang, atau hak untuk menggunakan merek dagang, dengan alasan bahwa merek dagang yang bersangkutan adalah identik, atau mirip dengan, suatu indikasi geografis. 6. Tidak satupun ketentuan dalam Bagian ini yang mengharuskan Anggota untuk menerapkan ketentuan-ketentuan tersebut terhadap suatu indikasi geografis Anggota lain yang digunakan untuk suatu barang atau jasa, dimana indikasi tersebut identik dengan istilah umum yang dipakai untuk barang atau jasa tersebut di dalam wilayah hukum Anggota tersebut. Tidak satupun ketentuan dalam Bagian ini yang mengharuskan Anggota untuk menerapkan ketentuan-ketentuan tersebut terhadap suatu indikasi geografis dari Anggota lain untuk produk tanaman anggur, dimana indikasi tersebut identik dengan nama umum untuk berbagai jenis buah anggur yang telah ada didalam wilayah Anggota tersebut sebelum berlakunya Persetujuan tentang Pembentukan MOPD. 7. Anggota dapat menentukan bahwa setiap permintaan yang timbul berdasarkan Bagian ini sehubungan dengan penggunaan atau pendaftaran suatu merek dagang, harus diajukan dalam waktu lima tahun terhitung sejak saat penyalahgunaan suatu indikasi yang dilindungi di dalam wilayah Anggota tersebut diketahui umum atau setelah tanggal pendaftaran merek dagang yang bersangkutan di Negara Anggota sepanjang merek dagang tersebut telah diumumkan pada tanggal tersebut, apabila tanggal tersebut lebih awal dari tanggal penyalahgunaan dimaksud didalam wilayah Anggota diketahui umum, sepanjang indikasi geografis tersebut digunakan atau didaftarkan dengan itikad baik. 8. Ketentuan dalam Bagian ini tidak mengurangi hak seseorang untuk menggunakan namanya atau nama pendahulunya dalam kegiatan dagang, kecuali apabila nama tersebut digunakan sedemikian rupa sehingga menyesatkan masyarakat. 9. Tidak ada kewajiban apapun yang timbul berdasarkan persetujuan ini untuk melindungi indikasi geografis yang tidak atau tidak lagi dilindungi dinegara asalnya, atau yang tidak lagi dipergunakan di dalam negara tersebut. BAGIAN 4: DESAIN PRODUK INDUSTRI Pasal 25 Persyaratan Untuk Perlindungan 1. Anggota wajib memberikan perlindungan terhadap karya cipta yang berupa desain produk industri yang baru atau asli. Anggota dapat menentukan bahwa suatu desain tidak baru atau asli apabila desain yang bersangkutan tidak secara jelas berbeda dari desain atau kombinasi beberapa desain yang sudah terkenal. Anggota dapat menetapkan bahwa perlindungan yang diberikan tidak mencakup desain yang sangat tergantung pada pertimbangan-pertimbangan teknis atau fungsi. 2. Anggota wajib menjamin bahwa persyaratan untuk memperoleh perlindungan terhadap desain tekstil, terutama berkaitan dengan biaya, pemeriksaan atau pengumunan, tidak menghambat secara tidak wajar kesempatan untuk memperoleh perlindungan dimaksud. Anggota dapat memenuhi kewajiban ini melalui peraturan perundangundangan tentang desain industri atau hak cipta. Pasal 26 Perlindungan 1. Pemilik suatu desain produk industri yang dilindungi mempunyai hak untuk mencegah pihak ketiga yang tidak memperoleh ijin darinya untuk membuat, menjual atau mengimpor benda yang mengandung atau memmuat desain yang merupakan salinan, atau secara substansial merupakan salinan, dari desain yang dilindungi, apabila tindakantindakan tersebut dilakukan untuk tujuan komersial. 2. Anggota dapat menetapkan pengecualian secara terbatas atas perlindungan yang diberikan terhadap desain produk industri, sepanjang pengecualian dimaksud tidak bertentangan secara tidak wajar dengan tata cara pendayagunaannya secara normal dari desain produk industri yang dilindungi dan tidak mengurangi secara tidak wajar kepentingan sah pemilik dari desain yang dilindungi, dengan memperhatikan kepentingan sah dari pihak ketiga. 3. Jangka waktu perlindungan yang diberikan tidak boleh kurang dari 10 tahun. BAGIAN 5:PATEN Pasal 27 Obyek Paten 1. Dengan memperhatikan ketentuan yang tercantum dalam ayat 2 dan 3 Pasal ini, paten diberikan untuk semua penemuan, baik dalam bentuk produk atau proses, dalam semua bidang teknologi, sepanjang penemuan yang bersangkutan baru, melibatkan langkah inventif dan dapat diterapkan dalam industri.5 Dengan memperhatikan Pasal 65 ayat 4, Pasal 70 ayat 8 dan ayat 3 Pasal ini, paten diberikan secara adil tanpa mempersoalkan tempat terjadinya penemuan, bidang teknologi, dan apakah barang tersebut dihasilkan didalam negeri atau diimpor. 2. Anggota dapat menetapkan penemuan-penemuan yang tidak diberikan paten, mencegah dieksplotasinya suatu penemuan secara komersial di dalam wilayahnya apabila hal tersebut perlu dengan alasan untuk melindungi moral atau ketertiban umum, termasuk untuk melindungi manusia, hewan atau tumbuhan hidup atau kesehatan atau untuk mencegah pengrusakan fatal terhadap lingkungan hidup, sepanjang pengecualian tersebut tidak dilakukan hanya dengan alasan bahwa hukum nasional melarang eksplotasi dari penemuan yang bersangkutan. 3. Anggota dapat juga menetapkan bahwa hal-hal berikut tidak diberikan paten: (a) metode pemeriksaan/analisa, pengobatan/penyembuhan dan operasi untuk menangani manusia dan hewan; (b) tumbuhan dan hewan selain jasad renik, dan proses biologis untuk memproduksi tumbuhan atau hewan selain proses non-biologis dan mikrobiologis.Tetapi, Anggota wajib memberikan perlindungan terhadap varietas tumbuhan baik dalam bentuk paten atau sistem sui generis yang efektif atau kombinasi dari kedua bentuk perlindungan tersebut. Ketentuan ini akan ditinjau kembali setelah lewat waktu empat tahun sejak berlakunya Persetujuan tentang Pembentukan MOPD. Pasal 28 Hak Yang Diberikan 1. Paten memberikan hak-hak eksklusif kepada pemegangnya, sebagai berikut: (a) dalam hal obyek paten adalah produk, untuk mencegah pihak ketiga yang tidak memperoleh persetujuannya untuk membuat, menggunakan, menawarkan untuk dijual, menjual, atau mengimpor6 barang tersebut; (b) dalam hal obyek paten adalah proses, untuk mencegah pihak ketiga yang tidak memperoleh persetujuannya untuk memggunakan proses tersebut, dan untuk menggunakan, menawarkan untuk dijual, menjual, atau mengimpor barang yang dihasilkan dari proses yang bersangkutan. 5 Dengan ketentuan ini, pengertian "langkah inventif" dan "dapat diterapkan dalam industri" dapat diartikan sama dengan pengertian berturut-turut "non-obvious" dan "useful". 6 Terhadap hak ini, seperti juga hak-hak lain yang diberikan berdasarkan persetujuan ini dalam rangka penggunaan, penjualan, pengimporan atau pendistribusian lain dari barang, berlaku ketentuan dalam Pasal 6. 2. Pemilik paten mempunyai juga hak untuk mengalihkan, mewariskan, paten tersebut dan untuk mengadakan kontrak lisensi. Pasal 29 Persyaratan Pendaftaran Paten 1. Anggota harus mewajibkan pemohon paten untuk membeberkan penemuannya dengan cara yang cukup jelas dan lengkap agar penemuan tersebut dapat dilaksanakan oleh orang yang ahli di bidang yang bersangkutan, dan dapat mewajibkan pemohon untuk memberitahukan cara yang terbaik untuk melaksanakan penemuan tersebut yang diketahuinya pada tanggal permohonan diajukan atau, dalam hal diajukan hak proritas, pada tanggal prioritas dari permohonan. 2. Anggota dapat mewajibkan pemohon paten untuk memberikan informasi tentang permohonan paten terhadap penemuannya yang diajukan diluar negeri berikut paten yang diberikan. Pasal 30 Pengecualian terhadap Hak yang diberikan Anggota dapat menetapkan pengecualian yang terbatas terhadap hak eksklusif yang timbul dari paten, sepanjang pengecualian tersebut tidak bertentangan secara tidak wajar dengan eksploitasi normal dari paten tersebut dan tidak mengurangi secara tidak wajar kepentingan pemilik paten, dengan memperhatikan kepentingan sah dari pihak ketiga. Pasal 31 Penggunaan lain tanpa ijin Pemegang Hak Dalam hal sistem hukum Anggota memungkinkan penggunaan lain 7 dari obyek paten tanpa ijin dari pemegang hak, termasuk penggunaan oleh pemerintah atau pihak ketiga yang diberikan ijin oleh pemerintah, berlaku ketentuan-ketentuan sebagai berikut: 7 (a) Pemberian ijin untuk penggunaan tersebut wajib ditinjau berdasarkan kemanfaatannya masing-masing; (b) Penggunaan yang demikian hanya diperkenankan apabila, sebelum penggunaan tersebut dilakukan, pihak yang bermaksud menggunakannya telah berusaha untuk memperoleh ijin dari pemegang hak atas dasar imbalan dan persyaratan yang wajar dan usaha tersebut tidak berhasil setelah lewat selang waktu yang wajar. Ketentuan ini dapat dikesampingkan oleh Anggota dalam hal terjadi kegentingan nasional atau Kata "penggunaan lain" dimaksudkan sebagai penggunaan selain yang dimungkinkan dalam Pasal 30. keadaan lain yang sangat mendesak atau dalam hal terjadi penggunaan untuk kepentingan umum yang tidak bersifat komersial. Dalam hal terjadi keadaan yang demikian, maka pemegang haknya harus segera diberitahukan. Dalam hal penggunaan dilakukan untuk kepentingan umum yang tidak bersifat komersial, dimana pemerintah atau kontraktor, tanpa melakukan penelitian paten, mengetahui atau patut mengetahui bahwa suatu paten yang sah digunakan atau akan digunakan oleh pemerintah, maka pemegang haknya harus segera diberitahukan; (c) Lingkup dan lamanya penggunaan tersebut dilakukan terbatas pada tujuan untuk mana ijin diberikan, dan dalam hal menyangkut teknologi semikonduktor hanya digunakan untuk kepentingan umum yang tidak bersifat komersial atau untuk menangani praktek yang berdasarkan proses hukum atau administratif dinyatakan sebagai persaingan curang; (d) Penggunaan tersebut tidak bersifat eksklusif; (e) Penggunaan tersebut tidak memberikan hak untuk mengalihkan, kecuali berkenaan dengan bagian perusahaan atau goodwill yang memanfaatkan penggunaan tersebut; (f) Penggunaan tersebut terutama diijinkan untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dari Anggota yang memberikan ijin dimaksud; (g) Penggunaan tersebut dapat dicabut kembali setiap saat keadaan untuk mana ijin diberikan telah berakhir dan tidak mungkin timbul kembali, dengan memperhatikan kebutuhan akan perlindungan yang memadai terhadap pihak yang diberi ijin. Pihak yang berwenang mempunyai kewewenangan meninjau, atas permintaan yang absah, kelangsungan dari keadaan-keadaan yang dimaksud;. (h) Pemegang hak berhak memperoleh imbalan memadai berdasarkan keadaan masing-masing peristiwa, dengan memperhatikan nilai ekonomi dari ijin penggunaan tersebut; (i) Setiap keputusan yang berkenaan dengan pemberian ijin penggunaan tersebut dapat ditinjau oleh badan peradilan atau pihak berwenang lain yang lebih tinggi di Anggota; (j) Setiap keputusan yang berkenaan dengan imbalan yang diberikan sehubungan dengan penggunaan yang demikian dapat ditinjau oleh badan peradilan atau pihak berwenang lain yang lebih tinggi. (k) Anggota tidak wajib untuk menerapkan ketentuan sebagaimana tercantum dalam huruf (b) dan (f) diatas apabila penggunaan tersebut dijinkan untuk mengatasi praktek yang ditetapkan melalui proses peradilan atau administratif sebagai persaingan curang. Dalam menentukan besarnya imbalan dalam kasus-kasus seperti itu, kebutuhan untuk mengkoreksi praktek-praktek persaingan curang dapat dijadikan pertimbangan. Pihak yang berwenang berwenang untuk menolak penghapusan ijin apabila dan dalam hal alas an-alasan yang mendasari pemberian ijin tersebut masih dapat terjadi; (l) Dalam hal penggunaan tersebut diijinkan untuk memungkinkan eksploitasi dari paten ("paten kedua") yang tidak dapat dieksploitasikan tanpa melanggar paten lain ("paten pertama"), berlaku juga ketentuan sebagai berikut: (i) penemuan yang diaku dalam paten kedua mengandung penyempurnaan teknis yang penting secara ekonomis dalam kaitannya dengan penemuan yang diklaim dalam paten pertama; (ii) pemilik dari paten pertama berhak memperoleh lisensi silang untuk menggunakan penemuan yang diklaim dalam paten kedua dengan memberikan imbalan yang wajar; dan (iii) penggunaan yang diijinkan sehubungan dengan paten pertama tidak dapat dialihkan kecuali bersama-sama dengan pengalihan paten kedua. Pasal 32 Pembatalan/Pencabutan Anggota wajib menyediakan kesempatan untuk memintakan peninjauan oleh peradilan atas keputusan untuk membatalkan atau mencabut suatu paten. Pasal 33 Jangka Waktu Perlindungan Jangka waktu perlindungan yang diberikan tidak boleh kurang dari 20 tahun terhitung sejak tanggal permohonan paten diajukan.8 Pasal 34 Acara Paten: Beban Pembuktian 8 Ketentuan ini mengandung arti bahwa bagi Negara Anggota yang tidak mempunyai sistem original grant , dapat menentukan bahwa jangka waktu perlidungan yang diberikan dihitung sejak tanggal permohonan paten diajukan menurut sistem original grant. 1. Dalam kaitannya dengan gugatan perdata sehubungan dengan adanya pelanggaran terhadap hak pemilik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat 1 huruf (b), apabila obyek paten merupakan proses untuk menghasilkan suatu produk, maka badan peradilan wajib diberikan kewenangan untuk memerintahkan tergugat membuktikan bahwa proses menghasilkan barang yang sama tersebut berbeda dengan proses yang telah memperoleh paten. Oleh karena itu, Anggota wajib menyediakan, setidaknya dalam salah satu keadaan dibawah ini, bahwa setiap barang yang sama yang diproduksi tanpa ijin pemilik paten dianggap, dan dalam hal tidak terdapat bukti sebaliknya, dihasilkan oleh proses yang telah memperoleh paten: (a) dalam hal produk yang dihasilkan melalui proses yang dipatenkan adalah baru; (b) dalam hal terdapat kemungkinan kuat bahwa produk yang sama tersebut merupakan hasil dari proses tersebut dan pemilik paten setelah melakukan usaha yang cukup tidak dapat menentukan proses apa yang dipergunakan. 2. Setiap Anggota bebas untuk menetapkan bahwa beban pembuktian sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 berada pada tergugat hanya apabila memenuhi keadaan sebagaimana dimaksud dalam huruf (a) atau huruf (b). 3. Dalam hal terdapat bukti menyatakan sebaliknya, kepentingan sah dari tergugat untuk melindungi rahasia produksi dan bisnisnya harus diperhatikan. BAGIAN 6: DESAIN LAY-OUT (TOPOGRAFI) RANGKAIAN ELEKTRONIK TERPADU Pasal 35 Kaitan dengan Traktat (IPIC) Washington Anggota sepakat untuk memberikan perlindungan terhadap Desain Lay-out (topografi) Rangkaian Elektronik Terpadu (selanjutnya disebut desain lay-out) sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam pasal 2 sampai dengan 7 [selain Pasal 6 ayat 3], Pasal 12 dan Pasal 16 ayat 3 tercantum dalam Traktat tentang HAKI atas Rangkaian Elektronik Terpadu dan, disamping itu, mematuhi ketentuan-ketentuan dibawah. Pasal 36 Lingkup Perlindungan Dengan memperhatikan ketentuan yang tercantum dalam Pasal 37 ayat (1), Anggota wajib menetapkan sebagai pelanggaran hukum tindakan-tindakan dibawah ini apabila dilakukan tanpa ijin dari pemegang hak: 9 mengimpor, menjual, atau mendistribusikan untuk tujuan komersial desain lay-out yang dilindungi, Rangkaian Elektronik Terpadu yang didalamnya terdapat "design lay-out" yang dilindungi, atau bahan yang terkandung didalam integrated circuit tersebut, hanya apabila tindakantindakan tersebut melibatkan perbanyakan dari desain lay-out secara melawan hukum. Pasal 37 Tindakan-tindakan yang tidak memerlukan ijin dari pemegang hak 1. Terlepas dari ketentuan Pasal 36, tidak satupun Anggota wajib menetapkan sebagai melawan hukum tindakan-tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal tersebut sehubungan dengan Rangkaian Elektronik Terpadu yang mengandung desain lay-out yang diperbanyak secara melawan hukum atau bahan apapun yang mengandung Rangkaian Elektronik Terpadu tersebut, dimana pihak yang melakukan tindakan atau memerintahkan dilakukannya tindakan dimaksud tidak mengetahui atau tidak mempunyai dasar yang wajar untuk mengetahui, pada saat memperoleh Rangkaian Elektronik Terpadu atau bahan yang mengandung Rangkaian Elektronik Terpadu tersebut, bahwa hal itu merupakan tindakan memperbanyak desain lay-out secara melawan hukum. Anggota wajib menetapkan bahwa, setelah orang yang bersangkutan diberitahukan bahwa desain lay-out yang bersangkutan diperbanyak secara melawan hukum, orang tersebut dapat melanjutkan kegiatannya sepanjang mengenai persediaan yang sudah ada atau sudah dipesan sebelum pemberitahuan dimaksud dilakukan, tetapi wajib memberikan imbalan kepada pemegang hak berupa suatu jumlah yang setara dengan royalti yang wajar dalam suatu lisensi sukarela mengenai desain lay-out tersebut. 2. Persyaratan yang tercantum dalam Pasal 31 huruf (a) sampai dengan huruf (k) berlaku juga dalam hal terjadi perlisensian secara wajib atau penggunaan oleh atau untuk pemerintah tanpa ijin dari pemegang hak atas desain lay-out tersebut. Pasal 38 Jangka Waktu Perlindungan 1. Dalam hal Anggota mewajibkan pendaftarannya sebagai syarat untuk memperoleh perlindungan, maka jangka waktu perlindungan terhadap desain lay-out berlangsung sekurang-kurangnya selama 10 tahun terhitung sejak tanggal pengajuan permintaan pendaftaran atau sejak eksploitasi secara komersial untuk pertama kali terjadi dimanapun hal tersebut berlangsung. 2. Dalam hal Anggota tidak mewajibkan pendaftarannya sebagai syarat untuk memperoleh perlindungan, desain lay-out memperoleh perlindungan paling kurang selama 10 tahun sejak tanggal dilakukannya eksploitasi secara komersial untuk pertama kali terjadi dimanapun hal tersebut berlangsung. 9 Pengertian "pemegang hak" dalam bagian ini mempunyai pengertian yang sama dengan pengertian "pemegang dari hak" sebagaimana dimaksud dalam Traktat IPIC. 3. Terlepas dari ketentuan yang tercantum dalam ayat 1 dan 2 Pasal ini, Anggota dapat menentukan bahwa perlindungan berakhir setelah lewat waktu 15 tahun sejak desain lay-out yang bersangkutan dibuat. BAGIAN 7: PERLINDUNGAN TERHADAP INFORMASI YANG DIRAHASIAKAN Pasal 39 1. Dalam rangka menjamin perlindungan yang efektif untuk melawan persaingan curang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10bis Konvensi Paris (1967), Anggota wajib memberikan perlindungan terhadap informasi yang dirahasiakan sesuai dengan ayat 2 dan terhadap data yang diserahkan kepada pemerintah atau badan pemerintah sesuai dengan ayat 3 dibawah. 2. Anggota wajib menyediakan sarana yang memungkinkan perorangan dan badan hukum untuk mencegah diumumkannya, diberikannya kepada, atau dipergunakannya oleh pihak lain secara melawan hukum informasi yang dikuasainya secara sah tanpa ijin dengan cara yang bertentangan dengan praktek-praktek komersial yang jujur10 sepanjang informasi yang bersangkutan: (a) merupakan rahasia, baik yang mempunyai bentuk tertentu atau dalam wujud konfigurasi dan gabungan komponen-komponennya, yang tidak diketahui secara umum atau tidak memungkinkan akses terhadapnya oleh pihak-pihak yang berkecimpung didalam lingkungan yang secara normal berhadapan dengan informasi yang demikian; (b) memiliki nilai komersial karena kerahasiaannya; dan (c) telah ditangani sedemikian rupa, oleh pihak menguasainya, agar terjaga kerahasiannya. yang secara sah 3. Anggota yang mewajibkan sebagai syarat untuk menyetujui pemasaran suatu produk farmasi baru atau produk kimia pertanian baru yang memanfaatkan unsur kimia baru, diserahkannya rangkaian percobaan yang dirahasiakan atau data lain yang diperoleh melalui upaya yang tidak sedikit, wajib melindungi data yang bersangkutan dari penggunaan komersial secara tidak adil. Disamping itu, Anggota wajib melindungi data yang bersangkutan dari pengumumannya, kecuali apabila diperlukan untuk melindungi 10 Dengan ketentuan ini, pengertian "dengan cara yang bertentangan dengan praktek-praktek komersial yang jujur" paling kurang mempunyai arti praktek-praktek seperti wanprestasi atas kontrak, wanprestasi atas kerahasiaan dan ajakan untuk melakukan wanprestasi, dan termasuk diperolehnya informasi yang dirahasiakan oleh pihak ketiga yang mengetahui, atau yang sepatutnya mengetahui, bahwa praktek-praktek tersebut terjadi dalam rangka memperoleh informasi tersebut. masyarakat atau tersedia jaminan bahwa data tersebut memperoleh jaminan perlindungan dari penyalahgunaannya secara komersial. BAGIAN 8: PENGENDALIAN PRAKTEK-PRAKTEK PERSAINGAN CURANG DALAM PERJANJIAN LISENSI Pasal 40 1. Anggota sepakat bahwa beberapa praktek perlisensian atau persyaratanpersyaratan yang berkaitan dengan HAKI yang menghambat persaingan dapat berakibat tidak baik terhadap perdagangan dan dapat menghambat proses alih dan penyebaran teknologi. 2. Tidak satupun ketentuan dalam persetujuan ini yang menghalangi Anggota untuk menetapkan di dalam peraturan perundang-undangan nasionalnya praktek-praktek perlisensian atau persyaratan-persyaratan yang dalam hal-hal tertentu merupakan penyalahgunaan dari HAKI yang berakibat tidak baik terhadap persaingan pasar terkait. Sesuai dengan ketentuan-ketentuan lain yang tertuang dalam persetujuan ini, Anggota dapat menetapkan langkah-langkah untuk mencegah atau mengendalikan praktek-praktek tersebut, seperti antara lain persyaratan untuk balik memberikan hak eksklusif, persyaratan untuk mencegah diajukan sanggahan mengenai keabsahan dan pemaksaan paket lisensi, sesuai dengan hukum dan peraturan perundang-undangan dari Anggota. 3. Anggota wajib melakukan, atas permintaan, konsultasi dengan Anggota lain yang mempunyai dasar untuk menduga bahwa pemilik suatu HAKI yang merupakan warga atau penduduk dari Anggota kepada siapa permintaan konsultasi diajukan telah melakukan praktek-praktek yang melanggar hukum dan peraturan perundang-undangan dari Anggota yang mengajukan permintaan konsultasi tentang hal yang diatur dalam Bagian ini, dan dengan maksud untuk menjamin ditaatinya peraturan perundanganundangan dimaksud, tanpa praduga apapun terhadap tindakan yang diambil berdasarkan hukum dan kebebasan penuh untuk mengambil keputusan dari masing-masing Anggota. Anggota kepada siapa permintaan konsultasi diajukan wajib mempertimbangkan secara menyeluruh dan dengan niat baik, dan wajib menyediakan kesempatan untuk berkonsultasi dengan Anggota yang mengajukan permintaan konsultasi, dan wajib berkerjasama melalui penyediaan informasi perihal masalah yang diajukan yang dimiliki oleh Anggota tersebut, dengan memperhatikan hukum nasional yang berlaku dan kesepakatan yang memuaskan semua pihak mengenai pengamanan kerahasiaannya oleh Anggota yang mengajukan permintaan konsultasi. 4. Anggota yang warganya atau penduduknya digugat di dalam wilayah Anggota lain sehubungan dengan tuduhan pelanggaran hukum dan peraturan perundang-undangan dari Anggota lain tersebut tentang masalah yang diatur dalam Bagian ini, atas permintaan, harus diberikan kesempatan untuk berkonsultasi dengan Anggota lain tersebut sesuai dengan persyaratan yang diuraikan dalam ayat 3 diatas. BAB III PENEGAKAN HAKI BAGIAN 1: KEWAJIBAN UMUM Pasal 41 1. Anggota wajib menjamin bahwa prosedur penegakan hukum yang ditentukan dalam Bab ini tersedia didalam hukum nasionalnya dalam rangka memungkinkan dilakukannya gugatan secara efektif terhadap setiap pelanggaran atas HAKI yang diatur dalam persetujuan ini, termasuk upaya singkat untuk mencegah terjadinya pelanggaran dan upaya yang dapat membuat jera pelanggaran yang lain. Prosedur dimaksud wajib diterapkan sedemikian rupa sehingga tidak menjadi hambatan terhadap perdagangan yang sah dan untuk menciptakan perlindungan dari kemungkinan pelanggarannya. 2. Prosedur mengenai penegakan hukum atas HAKI harus wajar dan adil. Prosedur tersebut tidak boleh berbelit-belit atau mahal, atau berlangsung terlalu lama. 3. Keputusan mengenai pokok suatu perkara sedapat mungkin dilakukan secara tertulis dengan mencantumkan alasannya. Keputusan wajib diambil dan diberikan kepada para pihak yang bersengketa dalam waktu singkat. Keputusan mengenai pokok suatu perkara hanya dapat diambil berdasarkan pembuktian dimana para pihak yang bersengketa diberikan kesempatan untuk didengar pendapatnya. 4. Para pihak dalam suatu perkara mempunyai kesempatan untuk memintakan peninjauan oleh peradilan atas suatu keputusan akhir administrasif dan, dengan memperhatikan pertimbangan yuridis dalam hukum nasional mengenai pentingnya perkara yang bersangkutan, setidaknya aspek hukum dari keputusan peradilan awal mengenai pokok perkara. Akan tetapi, Anggota tidak wajib untuk memberikan kesempatan bagi pengajuan permohonan peninjauan terhadap keputusan yang ditetapkan atas perbuatan yang telah terbukti di dalam kasus pidana. 5. Ketentuan yang tercantum dalam Bab ini tidak menimbulkan kewajiban bagi Anggota untuk menciptakan sistem peradilan khusus dalam rangka penegakan hukum atas HAKI yang berbeda dari sistem peradilan yang secara umum berlaku dalam rangka penegakan hukum, atau mempengaruhi kewenangan Anggota untuk menegakan hukum dalam arti umum. Tidak satupun ketentuan dalam Bab ini yang menimbulkan kewajiban berkenaan dengan "distribution of resources" antara penegakan hukum dibidang HAKI dan dibidang hukum pada umumnya. BAGIAN 2: PROSEDUR PERDATA DAN ADMINISTRATIF DAN "REMEDIES" Pasal 42 Prosedur yang Wajar dan Adil Anggota wajib menyediakan prosedur peradilan perdata bagi pemegang hak11 sehubungan dengan penegakan hukum atas HAKI yang dicakup oleh persetujuan ini. Tergugat berhak untuk memperoleh dalam waktu singkat pemberitahuan tertulis yang memuat secara cukup detail mengenai gugatan, termasuk mengenai dasar gugatan. Para pihak diperkenankan untuk diwakili oleh penasehat hukum yang dipilihnya sendiri, dan prosedur yang berlaku tidak boleh membebankan persyaratan yang terlalu berat sehubungan dengan kewajiban untuk hadir sendiri di pengadilan. Semua pihak dalam prosedur yang bersangkutan berhak untuk mempertahankan kebenaran gugatannya dan mengajukan bukti-bukti yang relevan. Prosedur yang bersangkutan harus menyediakan sarana untuk mengidentifikasikan dan melindungi informasi yang dirahasiakan, kecuali apabila hal tersebut bertentangan dengan persyaratan konstitusional yang berlaku. Pasal 43 Penyampaian Bukti 1. Badan peradilan berwenang untuk, dalam hal suatu pihak telah mengajukan bukti yang cukup untuk mendukung gugatannya dan telah menerangkan bahwa bukti-bukti yang penting untuk membuktikan kebenaran gugatannya berada dibawah kontrol pihak lawan, memerintahkan agar bukti-bukti tersebut diajukan oleh pihak lawan, dengan memperhatikan persyaratan untuk menjamin perlindungan terhadap informasi yang bersifat rahasia dalam perkara-perkara tertentu. 2. Dalam perkara-perkara dimana suatu pihak menolak tanpa alasan yang wajar untuk memberikan akses kepada informasi, atau tidak mengajukan informasi yang diperlukan dalam jangka waktu yang wajar, atau menghambat prosedur berkenaan dengan suatu gugatan penegakan hukum, Anggota dapat memberikan kewenangan kepada badan peradilan untuk mengambil keputusan awal dan akhir, baik secara affirmative maupun negatif, berdasarkan informasi yang diajukan kepadanya, termasuk pengaduan atau gugatan yang diajukan oleh pihak yang sangat dirugikan karena penolakan dimaksud, dengan memberikan kesempatan kepada para pihak untuk didengar pendapatnya berkenaan dengan gugatan maupun bukti-bukti yang diajukan. Pasal 44 Putusan Sela 1. Badan peradilan berwenang memerintahkan suatu pihak untuk menghentikan pelanggaran yang dilakukan, antara lain untuk mencegah masuknya kedalam arus 11 Penggunaan frasa "pemegang hak" dalam Bab ini meliputi, federasi maupun asosiasi yang memiliki alas hukum untuk menguasai hak yang bersangkutan. perdagangan dalam wilayah hukum mereka barang-barang hasil pelanggaran atas HAKI yang diimpor, segera setelah barang-barang yang bersangkutan dilepas oleh bea cukai. Anggota tidak wajib untuk memberikan kewenangan yang demikian berkenaan dengan obyek yang dilindungi yang diperoleh atau dipesan oleh seseorang sebelum yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa keterlibatannya dengan obyek tersebut merupakan pelanggaran terhadap HAKI. 2. Terlepas dari ketentuan lain dalam Bab ini dan sepanjang memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Bab II yang mengatur penggunaan oleh pemerintah, atau oleh pihak ketiga yang diberi ijin oleh pemerintah, tanpa ijin dari pemegang hak, Anggota dapat membatasi upaya yang tersedia untuk penggunaan yang demikian pada pembayaran imbalan sesuai dengan Pasal 31 huruf h. Dalam perkara lain, upaya-upaya yang tersedia dalam Bab ini berlaku atau, dalam hal upaya-upaya tersebut bertentangan dengan hukum nasional, harus tersedia keputusan deklarasi dan kompensasi yang memadai. Pasal 45 Ganti Rugi 1. Badan peradilan mempunyai wewenang untuk memerintahkan pihak yang melakukan pelanggaran untuk membayar ganti rugi yang memadai kepada pemegang hak sehubungan dengan kerugian yang diderita oleh yang bersangkutan karena pelanggaran atas HAKI-nya oleh pihak lain yang mengetahui atau patut mengetahui bahwa dia terlibat dalam kegiatan pelanggaran. 2. Badan peradilan juga mempunyai wewenang untuk memerintahkan pihak yang melakukan pelanggaran untuk membayar ganti rugi untuk biaya yang dikeluarkan oleh pemegang hak, termasuk biaya yang dikeluarkan untuk jasa penasehat hukum. Dalam hal-hal tertentu, Anggota dapat memberikan wewenang kepada badan peradilan untuk memerintahkan pembayaran ganti rugi berupa pengembalian kembali keuntungan dan/ atau pembayaran meskipun pihak yang melakukan pelanggaran tidak mengetahui atau tidak mempunyai alasan untuk mengetahui bahwa dia telah terlibat dalam kegiatan pelanggaran. Pasal 46 Upaya-upaya lain Dalam rangka menciptakan sistem hukuman yang membuat jera dilakukannya pelanggaran, badan peradilan mempunyai wewenang untuk memerintahkan agar barang yang terbukti merupakan hasil pelanggaran, tanpa kompensasi apapun, di keluarkan dari arus perdagangan sedemikian rupa untuk menghindarkan kerugian yang dapat dialami pemegang hak, atau, kecuali hal itu bertentangan dengan persyaratan konstitusional, dimusnahkan. Badan peradilan mempunyai wewenang memerintahkan agar bahan dan alat yang dipergunakan untuk menghasilkan barang hasil pelanggaran tersebut, tanpa kompensasi apapun, dikeluarkan dari arus perdagangan untuk mengurangi resiko pelanggaran lebih lanjut. Dalam mempertimbangkan permintaan yang demikian, maka perimbangan kepentingan antara kadar keseriusan pelanggaran dan jalan keluar yang ditetapkan serta kepentingan pihak ketiga harus dijadikan dasar pertimbangan. Dalam hal menyangkut barang bermerek-dagang palsu, pencabutan label merek dagang barang saja tidak memadai, selain menyangkut keadaan yang sangat khusus, untuk memungkinkan dilepasnya barang yang bersangkutan kedalam arus perdagangan. Pasal 47 Hak Atas Informasi Anggota dapat memberikan kewenangan kepada badan peradilan untuk, kecuali apabila hal tersebut tidak lagi sepadan dengan kadar keseriusan dari pelanggaran, memerintahkan pihak yang melakukan pelanggaran untuk membeberkan kepada pemegang hak identitas dari pihak ketiga yang terlibat didalam produksi dan distribusi barang atau jasa hasil pelanggaran termasuk jaringan distribusinya. Pasal 48 Indemnifikasi kepada Tergugat 1. Badan peradilan mempunyai wewenang untuk memerintahkan pihak yang atas dasar permintaannya telah dilakukan suatu tindakan dan yang telah menyalahgunakan perosedur penegakan hukum, untuk memberikan kompensasi yang memadai kepada pihak yang tidak bersalah atas kerugian yang dideritanya karena penyalahgunaan tersebut. Badan peradilan mempunyai juga wewenang untuk memerintahkan penggugat membayar segala biaya yang telah dikeluarkan pihak tergugat, termasuk biaya yang dikeluarkan untuk jasa penasehat hukum. 2. Dalam rangka penyelenggaraan administrasi hukum yang mengatur tentang perlindungan atau penegakan hukum HAKI, Anggota hanya dapat mengecualikan badan atau pegawai pemerintah dari tanggung jawab apabila tindakan yang dilakukan atau direncanakan adalah berdasarkan niat baik dalam rangka penyelenggaraan administrasi hukum tersebut. Pasal 49 Prosedur Administrasi Dalam hal suatu upaya perdata dapat ditetapkan atas dasar prosedur administrasi mengenai pokok suatu perkara, prosedur yang bersangkutan harus sesuai dengan prinsipprinsip yang sama dengan prinsip-prinsip yang diuraikan dalam Bagian ini. BAGIAN 3: TINDAKAN SEMENTARA Pasal 53 1. Badan peradilan mempunyai wewenang untuk memerintahkan diambilnya tindakan sementara yang cepat dan efektif: (a) untuk mencegah terjadinya pelanggaran terhadap HAKI, dan terutama untuk mencegah masuknya barang-barang kedalam arus perdagangan di dalam wilayah hukum mereka, termasuk barang-barang impor segera setelah dilepas oleh bea-cukai; (b) untuk melindungi bukti-bukti yang berkaitan dengan tuduhan pelanggaran. 2. Apabila sesuai, badan peradilan mempunyai wewenang untuk mengambil tindakan sementara inaudita altera parte, terutama apabila keterlambatan dilakukannya tindakan tersebut akan menyebabkan pemegang hak mengalami kerugian yang tidak dapat diperbaiki, atau dalam hal terdapat resiko bahwa barang bukti akan dimusnahkan. 3. Badan peradilan mempunyai wewenang untuk mewajibkan penggugat untuk menyediakan bukti-bukti yang semestinya tersedia untuk meyakinkan badan peradilan yang bersangkutan bahwa penggugat adalah benar pemegang hak dan telah terjadi pelanggaran atas haknya tersebut atau pelanggaran yang bersangkutan memang terjadi, dan agar supaya penggugat menyediakan jaminan atau sejenisnya yang cukup untuk melindungi tergugat dan untuk mencegah penyalahgunaan. 4. Dalam hal telah diambil tindakan sementara inaudita altera parte, pihak yang tersangkut wajib diberitahukan secara tertulis segera setelah tindakan sementara terakhir dilakukan. Pemeriksanaan, termasuk hak untuk didengar pendapatnya, dilakukan atas permintaan tergugat dengan maksud untuk menentukan, dalam jangka waktu yang wajar setelah pemberitahuan tentang dilakukannya tindakan sementara tersebut disampaikan, apakah tindakan tersebut harus dimodifikasikan, dibatalkan atau dikuatkan. 5. Penggugat dapat diwajibkan untuk menyediakan informasi yang diperlukan untuk mengidentifikasikan barang-barang yang bersangkutan oleh pihak berwenang yang akan melaksanakan tindakan sementara dimaksud. 6. Tanpa mengurangi ketentuan dalam ayat 4 Pasal ini, tindakan sementara yang diambil berdasarkan ayat 1 dan 2 Pasal ini harus, atas permintaan tergugat, dibatalkan atau dinyatakan tidak berlaku lagi, apabila proses pemeriksaan mengenai pokok perkara tidak dilakukan dalam jangka waktu yang wajar, berdasarkan penetapan badan peradilan yang memerintahkan dilakukannya tindakan sementara tersebut dimana hukum nasional memungkinkan hal tersebut atau, dalam hal tidak terdapat penetapan yang demikian, tidak lebih dari 20 hari kerja atau 31 hari, tergantung yang mana yang lebih lama. 7. Dalam hal tindakan sementara yang bersangkutan dibatalkan atau hapus karena tindakan atau kesalahan penggugat, atau dalam hal ternyata kemudian tidak terjadi pelanggaran atau peluang terjadinya pelanggaran terhadap HAKI, badan peradilan mempunyai wewenang untuk memerintahkan penggugat, atas permintaan dari tergugat, untuk memberikan kompensasi yang sesuai atas segala kerugian yang diakibatkan oleh tindakan sementara tersebut. 8. Dalam hal suatu tindakan sementara dapat diperintahkan berdasarkan hasil prosedur administrasi, prosedur yang bersangkutan harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang sama dengan prinsip-prinsip yang diuraikan dalam Bagian ini. BAGIAN 4: PERSYARATAN KHUSUS YANG TERKAIT DENGAN TINDAKAN DI TAPAL BATAS NEGARA12 Pasal 51 Penangguhan Pelepasan oleh Pabean Anggota wajib, sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diuraikan dibawah,untuk menyelenggarakan prosedur13 yang memungkinkan pemegang hak, yang memiliki dasar sah bahwa akan terjadi pengimporan barang yang bermerek dagang palsu atau barang hasil pembajakan14, untuk mengajukan permohonan tertulis kepada pihak yang berwenang, administrasi maupun badan peradilan, untuk menunda dilepaskannya oleh pabean barang-barang tersebut ke dalam arus perdagangan. Anggota dapat memungkinkan pengajuan permohonan seperti itu terhadap barang-barang yang melibatkan pelanggaran lain terhadap HAKI, sepanjang persyaratan-persyaratan yang diatur dalam Bagian ini terpenuhi. Anggota dapat juga menetapkan prosedur yang sama untuk barang-barang yang akan diekspor. Pasal 52 Pengajuan Permohonan Setiap pemegang hak yang memanfaatkan prosedur yang dimaksud dalam Pasal 51 wajib menyediakan bukti-bukti yang memadai untuk meyakinkan pihak yang berwenang, berdasarkan hukum negara dimana pengimporan dilakukan, bahwa prima facie telah terjadi pelanggaran terhadap HAKI-nya dan memberikan keterangan rinci secara cukup mengenai barang-barang yang bersangkutan agar mudah dikenali oleh pabean. Pihak yang berwenang wajib segera memberitahukan pemohon tentang telah 12 Dalam hal Negara Anggota telah menghilangkan hampir semua kendali atas arus barang yang melewati tapal batasnya bersama Negara Anggota yang lain dalam satu kesatuan pabean, maka Negara Anggota tersebut tidak wajib melaksanakan ketentuan dalam Bagian ini terhadap tapal batasnya. 13 Ketentuan ini berarti bahwa tidak ada kewajiban untuk menerapkan prosedur dimaksud terhadap pengimporan barang yang dipasarkan dalam pasar di negara lain berdasarkan atau dengan ijin dari pemegang hak, atau terhadap barang transit. 14 Sepanjang dimaksud dalam PERSETUJUAN ini: (a) barang bermerek dagang palsu adalah barang, termasuk pengemasannya, yang memuat tanpa ijin merek dagang yang sama dengan merek dagang yang secara sah terdaftar untuk barang yang bersangkutan, atau memuat merek dagang yang yang bagian-bagian pentingnya tidak berbeda dengan merek dagang yang sah tersebut, dan karenanya melanggar hak dari pemilik merek dagang yang bersangkutan sesuai hukum dari negara importir; (b) barang hasil pembajakan hak cipta adalah barang yang merupakan salinan yang dibuat tanpa ijin pemegang hak atau pihak yang diberikan ijin dari pemegang hak di negara tempat kegiatan produksi dilakukan dan dibuat, baik langsung atau tidak langsung, dari bahan dimana pembuatan salinannya merupakan pelanggaran hak cipta atau hak terkait sesuai hukum dari negara importir. diterimanya permohonan yang bersangkutan dan, apabila telah ditetapkan oleh pihak yang berwenang, kapan saatnya pabean akan memulai mengambil tindakan. Pasal 53 Jaminan atau Sejenisnya 1. Pihak yang berwenang berhak untuk mewajibkan pemohon untuk menyediakan jaminan atau sejenisnya untuk melindungi tergugat dan pihak yang berwenang, dan untuk mencegah penyalahgunaan. Jaminan yang dimaksud atau sejenisnya tidak boleh secara tidak wajar menghambat pemanfaatan prosedur tersebut. 2. Dalam hal sebagai pelaksanaan Bagian ini, pelepasan barang-barang yang melibatkan desain produk industri, paten, desain lay-out atau informasi yang dirahasiakan kedalam pasar ditangguhkan oleh pabean atas dasar keputusan yang tidak diambil oleh badan peradilan atau pihak independen, dan sepanjang jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 telah daluarsa tanpa adanya pemberian ijin sementara dari pihak yang berwenang, dan sepanjang seluruh persyaratan importasi telah dipenuhi, pemilik, importir, atau penanggung jawab dari barang yang bersangkutan berhak atas pelepasan barang-barang tersebut setelah memberikan jaminan dengan jumlah yang memadai untuk melindungi kepentingan pemilik hak dari pelanggaran apapun. Pasal 54 Pemberitahuan tentang Penangguhan Importir dan pemohon wajib diberitahukan tentang adanya penangguhan pelepasan atas barang-barang sebagaimana dimaksud dalam ketentuan yang tercantum dalam Pasal 51 diatas. Pasal 55 Jangka Waktu Penangguhan Apabila dalam jangka waktu yang tidak lebih dari 10 hari kerja terhitung sejak pemohon diberitahukan tentang adanya penangguhan, pihak pabean tidak mendapat pemberitahuan bahwa proses beracara dalam rangka mencapai keputusan mengenai pokok perkara telah diprakarsai oleh pihak selain tergugat, atau bahwa pihak yang berwenang telah memperpanjang masa berlakunya penangguhan, barang-barang yang bersangkutan wajib dilepaskan, sepanjang semua persyaratan importasi atau eksportasi telah dipenuhi; dalam hal-hal tertentu, batas waktu yang dimaksud dapat diperpanjang selama 10 hari kerja. Apabila proses beracara tersebut telah diprakarsai, pemeriksaan, termasuk hak untuk didengar, harus diselenggarakan atas dasar permintaan tergugat dengan maksud untuk memperoleh keputusan, dalam jangka waktu yang wajar, mengenai apakah tindakantindakan yang diambil harus dimodifikasi, dibatalkan atau dikuatkan. Terlepas dari ketentuan diatas, dalam hal penangguhan tersebut dilakukan atau diperpanjang sehubungan dengan tindakan sementara peradilan, ketentuan yang tercantum dalam Pasal 50 ayat 6 diatas berlaku. Pasal 56 Indemnifikasi kepada Importir dan Pemilik Barang Pihak berwenang yang terkait mempunyai wewenang untuk merintahkan pemohon untuk membayar kompensasi yang memadai kepada importir, penanggung jawab dan dan pemilik barang kompensasi untuk semua kerugian yang diderita akibat penahanan yang keliru terhadap barang atau akibat penangguhan pelepasan barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 diatas. Pasal 57 Hak Meneliti dan Informasi Tanpa mengurangi perlindungan terhadap informasi yang dirahasiakan, Anggota wajib menetapkan bahwa pihak yang berwenang dapat memberikan kesempatan secukupnya kepada pemegang hak untuk meneliti barang yang berada dalam penahanan pabean dalam rangka memperkuat gugatannya. Pihak yang berwenang berhak untuk memberikan kesempatan yang sama kepada importir untuk meneliti barang yang bersangkutan. Dalam hal telah terdapat ketetapan yang pasti mengenai pokok perkara, Anggota dapat memberikan kewenangan kepada pihak yang berwenang untuk memberitahukan kepada pemegang hak mengenai nama dari dan alamat pihak yang memberikan konsinyasi, importir dan penanggung jawab konsinyasi serta jumlah barang yang bersangkutan. Pasal 58 Tindakan Ex Officio Dalam hal Anggota mewajibkan pihak yang berwenang untuk bertindak atas inisiatif sendiri dan untuk menangguhkan pelepasan atas barang-barang untuk mana telah diperoleh bukti prima facie bahwa suatu HAKI telah dilanggar: (a) pihak yang berwenang dapat setiap saat meminta informasi dari pemegang hak yang dapat membantu mereka melaksanakan kewenangan tersebut; (b) importir dan pemegang hak wajib segera diberitahukan tentang adanya penangguhan tersebut. Dalam hal importir mengajukan banding terhadap penangguhan yang bersangkutan, maka penangguhan tersebut tunduk pada persyaratan, mutatis mutandis, yang tercantum dalam Pasal 55; (c) Anggota hanya dapat mengecualikan badan atau pegawai pemerintah dari tanggungjawab, apabila tindakan yang dilakukan atau yang direncanakan adalah berdasarkan niat baik. Pasal 59 Upaya-upaya Tanpa mengurangi hak-hak lain yang tersedia bagi pemegang hak dan dengan memperhatikan hak dari tergugat untuk memintakan peninjauan oleh badan peradilan, pihak yang berwenang berhak untuk memerintahkan penghancuran atau pemusnahan atas barang-barang hasil pelanggaran sesuai dengan prinsip-prinsip yang tercantum dalam Pasal 46. Mengenai barang yang bermerek dagang palsu, pihak yang berwenang tidak diperkenankan untuk mengekspor kembali barang hasil pelanggaran dalam ujudnya semula maupun melalui prosedur bea cukai yang berbeda, kecuali dalam keadaan yang sangat khusus. Pasal 60 De Minimis Imports Anggota dapat mengecualikan penerapan dari ketentuan-ketentuan diatas terhadap jumlah kecil barang yang tidak bersifat komersial yang merupakan barang bawaan pribadi milik pelancong atau yang dikirim dalam paket kecil. BAGIAN 5: PROSEDUR KRIMINAL Pasal 61 Anggota wajib menetapkan prosedur dan sanksi kriminal untuk diterapkan dalam perkara-perkara yang melibatkan pemalsuan merek dagang atau pembajakan hak cipta yang dilakukan dengan sengaja. Upaya yang tersedia termasuk pidana penjara dan/atau denda yang cukup untuk membuat jera pelanggaran, sepadan dengan tingkat hukuman yang berlaku terhadap kejahatan yang mempunyai kadar yang sama. Dalam perkaraperkara tertentu, upaya yang tersedia termasuk juga pensitaan, pengambilalihan dan pemusnahan dari barang hasil pelanggaran dan semua bahan dan alat yang dipergunakan dalam tindak kejahatan. Anggota dapat menetapkan prosedur dan sanksi kriminal untuk diterapkan dalam perkara lain pelanggaran terhadap HAKI, terutama dimana tindak pidana dilakukan dengan sengaja dan untuk tujuan komersial. BAB IV PROSEDUR UNTUK MEMPEROLEH DAN MEMPERTAHANKAN HAKI SERTA PROSEDUR INTER PARTES TERKAIT Pasal 62 1. Anggota dapat mewajibkan, sebagai persyaratan untuk memperoleh dan mempertahankan HAKI sebagaimana dimaksud dalam Bagian 2-6 dari Bab II persetujuan ini, dipatuhinya prosedur dan formalitas yang wajar. Prosedur dan formalitas dimaksud harus sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam persetujuan ini. 2. Dalam hal memperoleh HAKI tergantung pada pemberian atau pendaftarannya, Anggota wajib menjamin bahwa prosedur pemberian atau pendaftaran dimaksud, sepanjang dipenuhi persyaratan substansi untuk memperoleh hak yang bersangkutan, memungkinkan pemberian atau pendaftaran hak tersebut dalam waktu yang wajar agar pengurangan secara tidak bertanggungjawab atas masa perlindungan dapat dihindarkan. 3. Pasal 4 dari Konvensi Paris (1967) berlaku mutatis mutandis terhadap merek untuk jasa. 4. Prosedur untuk memperoleh atau mempertahankan HAKI serta, apabila hukum nasional mengaturnya, ketentuan mengenai pembatalan secara administratif dan prosedur inter partes seperti pengajuan keberatan, pencabutan dan pembatalan tunduk pada prinsip-prinsip umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat 2 dan 3. 5. Keputusan akhir administratif di dalam setiap prosedur sebagaimana dimaksud dalam ayat 4 dapat ditinjau oleh badan peradilan atau kuasi-peradilan. Akan tetapi, tidak ada suatu kewajiban apapun yang timbul untuk menyediakan kesempatan dilakukannya peninjauan terhadap perkara-perkara dimana telah terjadi pengajuan keberatan yang gagal atau pencabutan administratif, sepanjang dasar yang dipakai untuk prosedur tersebut masih mungkin dibatalkan. BAB V PENCEGAHAN DAN PENYELESAIAN SENGKETA Pasal 63 Transparansi 1. Hukum dan peraturan perundang-undangan, serta keputusan akhir badan peradilan dan ketetapan administratif yang diberlakukan umum secara efektif oleh Anggota mengenai yang diatur dalam persetujuan (keberadaan, lingkup, cara memperoleh, penegakan hukum dan pencegahan penyalah-gunaan HAKI) wajib diumumkan dalam bahasa nasional, atau dalam pengumuman tersebut tidak mungkin disediakan untuk umum dalam bahasa nasional, dengan cara memungkinkan pemerintah dan pemegang hak menjadi paham. Perjanjian mengenai yang diatur berdasarkan persetujuan ini yang berlaku antara pemerintah atau badan pemerintah Anggota tertentu dengan pemerintah atau badan pemerintah Anggota lain wajib pula diumumkan. 2. Anggota wajib menotifikasikan hukum dan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 kepada Dewan TRIPs untuk memudahkan pengawasan pelaksanaan persetujuan ini. Dewan tersebut wajib berusaha untuk meringankan beban dari Anggota dalam melaksanakan kewajiban dimaksud dan dapat menetapkan untuk mengenyampingkan kewajiban untuk melakukan notifikasi tersebut secara langsung kepada Dewan apabila pembicaraan dengan WIPO tentang pembentukan daftar umum yang memuat hukum dan peraturan perundang-undangan dimaksud berhasil. Dalam kaitannya dengan hal ini, Dewan wajib memperhatikan segala tindakan yang dipersyaratkan sehubungan dengan notifikasi sebagaimana diatur dalam persetujuan ini yang berasal dari ketentuan yang tercantum dalam Pasal 6ter dari Konvensi Paris (1967). 3. Anggota harus menyiapkan diri untuk menyediakan, sebagai jawaban atas permohonan tertulis yang diajukan Anggota lain, informasi mengenai hal dimaksud ayat 1 diatas. Anggota, yang merasa keputusan badan peradilan atau penetapan administratif atau perjanjian bilateral tertentu mengenai HAKI mengurangi haknya berdasarkan persetujuan ini, dapat juga mengajukan permohonan tertulis untuk memperoleh akses kepada atau untuk diberitahukan secara cukup detail tentang keputusan badan peradilan atau penetapan administratif atau perjanjian bilateral dimaksud. 4. Tidak satupun ketentuan yang tercantum dalam ayat 1 sampai dengan 3 diatas menimbulkan kewajiban bagi Anggota untuk membeberkan informasi yang dapat menghambat penegakan hukum atau bertentangan dengan kepentingan umum atau mengurangi kepentingan sah dari perusahaan besar tertentu, baik publik maupun perdata. Pasal 64 Penyelesaian Sengketa 1. Ketentuan dalam Pasal XXII dan XXIII PUTP 1994 sebagaimana dijabarkan dan diterapkan berdasarkan Kesepakatan tentang Aturan dan Prosedur mengenai Penyelesaian Sengketa berlaku terhadap proses konsultasi dan penyelesaian sengketa yang timbul berdasarkan persetujuan ini kecuali apabila secara khusus telah disediakan tersendiri. 2. Ketentuan dalam Pasal XIII ayat 1 huruf b dan huruf c PUTP 1994 tidak berlaku untuk penyelesaian sengketa yang timbul berdasarkan persetujuan ini untuk jangka waktu selama lima tahun terhitung sejak Persetujuan tentang Pembentukan MOPD mulai berlaku. 3. Dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat 2, Dewan TRIPs wajib mempelajari lingkup dan modalitas untuk keberatan-keberatan jenis Pasal XXIII ayat 1 huruf (b) dan huruf (c) yang timbul berdasarkan persetujuan ini, dan wajib menyampaikan rekomendasi untuk disetujui dalam Pertemuan Tingkat Menteri. Setiap keputusan dari Pertemuan Tingkat Menteri untuk menyetujui rekomendasi dimaksud atau untuk memperpanjang jangka waktu tersebut dalam ayat 2 dilakukan atas dasar konsensus, dan rekomendasi yang telah disetujui tersebut berlaku secara efektif terhadap Anggota tanpa memerlukan proses penerimaan secara formal tersendiri. BAB VI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 65 Ketentuan Peralihan 1. Dengan memperhatikan ketentuan yang tercantum dalam ayat 2, 3 dan 4 Pasal ini, Anggota wajib melaksanakan ketentuan dalam persetujuan ini sebelum lewat waktu satu tahun terhitung sejak tanggal berlakunya Persetujuan tentang Pembentukan MOPD. 2. Anggota yang merupakan negara berkembang dapat menunda pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam persetujuan ini, kecuali ketentuan dalam BAB I Pasal 3, 4, dan 5, untuk jangka waktu selama empat tahun terhitung sejak tanggal berlakunya persetujuan ini sebagaimana dimaksud dalam ayat 1. 3. Anggota yang berada dalam proses transformasi dari sistem ekonomi terpusat menjadi sistem ekonomi pasar dan sedang melakukan reformasi struktural pada sistem HAKInya dan menghadapi permasalahan khusus dalam persiapan dan penerapan hukum tentang HAKI, dapat juga memanfaatkan jangka waktu penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2. 4. Dalam hal suatu Anggota yang merupakan negara berkembang diwajibkan oleh persetujuan ini untuk memperluas perlindungan objek paten sehingga mencakup bidang teknologi yang tidak dilindungi di wilayahnya pada tanggal berlakunya persetujuan ini sebagaimana dimaksud dalam ayat 2, maka negara yang bersangkutan dapat menunda pelaksanaan ketentuan dalam BAB II Bagian 5 tentang obyek paten dari persetujuan ini pada bidang teknologi tersebut untuk jangka waktu tambahan selama lima tahun. 5. Anggota yang memanfaatkan masa transisi sebagaimana diatur dalam ayat 1, 2, 3 atau 4 wajib menjamin bahwa segala perubahan di dalam hukum, peraturan perundangundangan dan praktek di dalam di dalam negeri yang dilakukan selama masa transisi tersebut tidak malah menghasilkan keadaan yang tidak atau kurang konsisten dengan ketentuan yang tertuang dalam persetujuan ini. Pasal 66 Negara Tertinggal 1. Dengan memperhatikan kebutuhan dan persyaratan khusus baginya, keadaan ekonominya, hambatan finansial dan administrasinya, serta kebutuhan akan fleksibilitas dalam rangka menciptakan landasan yang mapan bagi teknologinya, Anggota yang merupakan negara tertinggal tidak diwajibkan untuk melaksanakan ketentuan yang tercantum dalam persetujuan ini, kecuali Pasal 3, 4 dan 5, untuk jangka waktu selama 10 tahun terhitung sejak tanggal berlakunya persetujuan ini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat 1. Dewan TRIPs wajib, atas permohonan dari Anggota yang merupakan negara tertinggal, untuk menyetujui perpanjangan dari jangka waktu tersebut. 2. Anggota yang merupakan negara maju wajib menyediakan kemudahan/insentif kepada perusahaan besar dan institusi yang berada dalam wilayah mereka agar meningkatkan dan menggiatkan alih teknologi kepada Anggota yang merupakan negara tertinggal agar mampu menciptakan landasan yang mapan bagi teknologinya. Pasal 67 Kerjasama Teknik Dalam rangka mendukung pelaksanaan persetujuan ini, Anggota yang merupakan negara maju wajib memberikan, atas dasar permohonan dan persyaratan yang disetujui bersama, kerjasama teknik dan finansial yang meguntungkan Anggota yang merupakan negara berkembang dan negara tertinggal. Kerja sama dimaksud mencakup bantuan dalam penyiapan peraturan perundang-undangan nasional tentang perlindungan dan penegakan hukum HAKI serta pencegahan penyalahgunaannya, dan termasuk bantuan mengenai pembentukan atau pemantapan lembaga dan badan yang terkait dengan masalah tersebut, termasuk pendidikan bagi personil. BAB VII KETENTUAN KELEMBAGAAN; KETENTUAN PENUTUP Pasal 68 Dewan TRIPs Dewan TRIPs mengawasi pelaksanaan persetujuan ini dan, secara khusus, pemenuhan kewajiban oleh para Anggota, dan wajib menyediakan kesempatan bagi Anggota untuk membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan TRIPs. Dewan wajib melaksanakan tanggungjawab lain yang ditetapkan oleh Anggota, dan terutama wajib memberikan bantuan dalam rangka penyelesaian sengketa. Di dalam menjalankan fungsinya, Dewan dapat mencari masukan dan informasi dari manapun yang dianggap sesuai. Dengan mengkonsultasikanya bersama WIPO, Dewan wajib mengusahakan penyelenggaraan bentuk kerja sama yang sesuai dengan badan-badan dibawah WIPO, dalam jangka waktu satu tahun terhitung sejak tanggal pertemuan pertamanya. Pasal 69 Kerjasama Internasional Anggota bersepakat untuk bekerja sama satu sama lain dengan tujuan untuk menghapuskan kegiatan perdagangan internasional atas barang-barang hasil pelanggaran HAKI. Untuk itu, mereka akan membentuk dan menotifikasikan lembaga tertentu dalam pemerintahan masing-masing sebagai contact points dan siap untuk saling tukar informasi mengenai perdagangan barang hasil pelanggaran. Mereka wajib, terutama, untuk meningkatkan saling tukar informasi dan kerjasama diantara otoritas pabean mengenai perdagangan barang hasil pelanggaran. Pasal 70 Perlindungan Terhadap HAKI yang telah ada 1. Persetujuan ini tidak menimbulkan kewajiban terhadap tindakan-tindakan yang berlangsung sebelum tanggal berlakunya persetujuan ini terhadap Anggota yang bersangkutan. 2. Kecuali apabila ditentukan lain dalam persetujuan ini, persetujuan ini menimbulkan kewajiban berkenaan dengan hal-hal yang diatur dalam persetujuan ini yang telah ada pada tanggal berlakunya persetujuan terhadap Anggota, dan telah memperoleh perlindungan di Anggota yang bersangkutan pada tanggal tersebut, atau memenuhi atau pada akhirnya memenuhi persyaratan untuk memperoleh perlindungan berdasarkan ketentuan dalam persetujuan ini. Sehubungan dengan ketentuan dalam ayat ini, ayat 3 dan ayat 4, kewajiban-kewajiban mengenai hak cipta atas karya yang telah ada ditentukan semata-mata berdasarkan Pasal 18 Konvensi Berne (1971), dan kewajibankewajiban mengenai hak produser rekaman musik dan pelaku pertunjukan yang telah direkam ditentukan semata-mata berdasarkan Pasal 18 Konvensi Berne (1971) yang dinyatakan berlaku berdasarkan Pasal 14 ayat 4 persetujuan ini. 3. Tidak ada satupun kewajiban untuk memberikan perlindungan terhadap hal-hal yang telah menjadi milik umum pada tanggal berlakunya persetujuan ini terhadap Anggota. 4. Sehubungan dengan tindakan-tindakan mengenai obyek tertentu yang mengandung halhal yang dilindungi yang kemudian menjadi tindak pelanggaran berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang telah disesuaikan dengan ketentuan dalam persetujuan ini, dan yang dilakukan, atau untuk mana telah dilakukan pananaman modal yang besar, sebelum tanggal penerimaan Persetujuan tentang Pembentukan MOPD oleh Anggota, setiap Anggota dapat menetapkan pembatasan atas upaya yang tersedia bagi pemegang hak dengan melanjutkan dilakukannya tindakan tersebut setelah tanggal berlakunya persetujuan ini terhadap Anggota yang bersangkutan. Dalam hal-hal demikian, Anggota paling kurang tetap harus menyediakan sarana bagi pembayaran imbalan yang wajar. 5. Anggota tidak wajib untuk menerapkan ketentuan dalam Pasal 11 dan Pasal 14 ayat 4 terhadap karya asli atau salinan yang diperoleh sebelum tanggal berlakunya persetujuan ini terhadap Anggota. 6. Dalam rangka penggunaan paten tanpa ijin dari pemegang hak, Anggota tidak wajib untuk menerapkan ketentuan dalam Pasal 31, atau persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat 1 tentang ketentuan bahwa hak paten dapat diperoleh/dinikmati tanpa diskriminasi mengenai bidang teknologinya, apabila pemberian ijin bagi penggunaan tersebut diberikan oleh pemerintah sebelum tanggal diketahui adanya persetujuan ini. 7. Dalam hal perlindungan terhadap HAKI tergantung pada pendaftarannya, permintaan untuk memperoleh perlindungan yang masih diproses pada tanggal berlakunya persetujuan ini terhadap Anggota yang bersangkutan dapat diubah sesuai lingkup perlindungan yang diatur dalam persetujuan ini. Perubahan tersebut tidak boleh memuat hal yang baru. 8. Dalam hal Anggota tidak menyediakan perlindungan terhadap produk farmasi dan produk kimia untuk pertanian sebagaimana diwajibkan dalam Pasal 27 pada tanggal berlakunya Persetujuan Pembentukan MOPD, Anggota tersebut berwajiban untuk: (a) terlepas dari ketentuan dalam BAB VI diatas, menyediakan sarana untuk mana permintaan pendaftaran paten atas penemuan yang demikian dapat diajukan, terhitung sejak tanggal berlakunya Persetujuan Pembentukan OPD; (b) menerapkan terhadap permintaan pendaftaran tersebut, kriteria untuk memperoleh paten sebagaimana diatur dalam persetujuan ini seolah-olah kriteria tersebut diberlakukan pada tanggal permintaan pendaftaran dilakukan di Anggota tersebut atau, dalam hal hak prioritas disediakan dan dimanfaatkan, pada tanggal prioritas dari permintaan pendaftaran, sejak tanggal berlakunya persetujuan ini; (c) menyediakan perlindungan paten sesuai dengan persetujuan ini sejak saat pemberiannya dan selama sisa jangka waktunya, terhitung sejak tanggal permintaan pendaftaran diajukan sesuai Pasal 33 persetujuan ini, untuk permintaan pendaftaran yang memenuhi kriteria tersebut dalam huruf (b). 9. Dalam hal suatu barang merupakan obyek dari permintaan pendaftaran paten di Anggota sebagaimana dimaksud dalam ayat 8 huruf (a), hak memasarkan secara ekslusif harus diberikan, terlepas dari ketentuan dalam BAB VI, untuk jangka waktu selama 5 tahun sejak persetujuan pemasaran diperoleh di Anggota tersebut atau sampai saat permintaan paten atas barang diberikan atau ditolak di Anggota, tergantung yang mana yang lebih singkat, sepanjang permintaan pendaftaran paten telah diajukan dan hak paten telah diberikan terhadap barang yang bersangkutan di Anggota yang lain, termasuk persetujuan pemasarannya. Pasal 71 Peninjauan dan Perubahan 1. Dewan TRIPs wajib meninjau pelaksanaan PERSETUJUAN ini setelah ewat waktu masa transisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat 2. Dewan, dengan berdasarkan pada pegalaman dari penerapannya, meninjau pelaksanaan persetujuan ini setelah lewat masa dua tahun terhitung sejak tanggal tersebut, dan selanjutnya tiap dua tahun sekali. Dewan dapat melakukan peninjauan sehubungan dengan adanya perkembangan baru yang mendasar sehingga memerlukan modifikasi atau perubahan terhadap persetujuan ini. 2. Perubahan terhadap persetujuan ini yang semata-mata dimaksudkan untuk menyesuaikan kadar perlindungan dalam persetujuan ini kearah yang lebih tinggi sesuai dengan kadar perlindungan terhadap HAKI yang telah dicapai dan berlaku berdasarkan perjanjian multilateral yang telah diterima oleh Anggota dari Organisasi Perdagangan Dunia, dapat diajukan dalam Pertemuan Tingkat Menteri untuk ditindaklanjuti sesuai dengan Pasal X ayat 6 Persetujuan tentang Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia berdasarkan usulan yang ditetapkan secara konsensus yang diajukan oleh Dewan TRIPs. Pasal 72 Reservasi Anggota tidak dapat melakukan reservasi terhadap ketentuan yang tercantum dalam persetujuan ini tanpa persetujuan dari Anggota lain. Pasal 73 Pengecualian Karena Alasan Keamanan Tidak satupun ketentuan dalam persetujuan ini yang mengandung pengertian: (a) yang mewajibkan Anggota untuk menyediakan informasi yang pembeberannya bertentangan dengan kepentingan keamanan yang penting; atau (b) yang menghalangi Anggota untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk melindungi kepentingan keamanan yang penting: (i) yang berkaitan dengan fissionable materials atau bahan lain dari mana bahan pertama tersebut diperoleh; (ii) yang berkaitan dengan arus lalu lintas persenjataan, amunisi dan perlengkapan perang dan arus lalu lintas barang atau bahan lain yang berlangsung untuk memenuhi, secara langsung atau tidak langsung, kebutuhan basis militer; (iii) yang diambil pada saat perang atau keadaan darurat dalam hubungan internasional; atau (c) yang menghalangi Anggota untuk mengambil tindakan sesuai dengan kewajibannya berdasarkan Piagam PBB tentang pemeliharaan kedamaian dan keamanan internasional.