Amien2

advertisement
PERLINDUNGAN KARYA CIPTA INTELEKTUAL
Noegroho Amien Soetiarto, S.H.,M.Si.*
I.
Pendahuluan
Membahas Perlindungan Karya Cipta Intelektual sebagaimana yang
telah ditentukan oleh penyelenggara, menurut hemat penulis ada dua
hal yang kiranya perlu dicermati pada bahasan ini. Pertama, perlu
dicermati ada tidaknya peraturan perundangan yang mengaturnya, ada
tidaknya hukum yang diperuntukkan bagi karya-karya cipta yang
merupakan human creativity atau kreativitas manusia yang dengan
daya kemampuan intelektualnya menghasilkan suatu karya berupa milik
yang
tidak
lepas
dari
kegiatan
seni,
industri,
ekonomi
dan
perdagangan. Kedua, produk-produk apa dari hasil kreativitas manusia
yang termasuk dalam lingkup Hak atas Kekayaan Intelektual atau
disingkat dengan kata HaKI, khususnya yang berkaitan karya cipta .
Pada awalnya hasil kreativitas manusia atau dan juga yang berupa
usaha atau hasil yang kreatif atau human effort
disebarkan atau
ditularkan begitu saja kepada orang lain – sebagai suatu ibadah –
sehingga setiap orang dapat mempergunakan/memakainya bahkan
memasarkan hasil produksi yang mempergunakan hasil penemuan
tersebut begitu saja. Namun di dalam perkembangannya, seandainya
hasil karya kreatif manusia yang juga merupakan hasil karya intelektual
tersebut dijadikan lahan atau obyek kegiatan bisnis, apalagi di era
perdagangan
bebas
misalnya,
dilihat
dari
rasa
keadilan
dan
penghargaan terhadap jerih payah untuk menemukan hasil karya
kreatif manusia, dirasa kurang pada tempatnya (kurang sreg – pen).

Sentra HaKI – Lembaga Penelitian UGM, Makalah Seminar Nasional Arah Depan Batik-Canting
Emas V, Gempita 2000, Kerjasama Taman Budaya Yogyakarta – Universitas Negeri YogyakartaDewan Kesenian Yogyakarta, 28 Oktober 2000.
1
Terlepas dari ada tidaknya perdagangan bebas, sebenarnya
menjadi kewajiban Pemerintah untuk mengatur HaKI, yang pada
intinya keberadaan peraturan perundangan tersebut dimaksudkan
untuk melindungi suatu hasil
kreasi manusia. Seperti kita maklumi
bersama bahwa perlindungan hukum baru ada apabila kepentingan
yang dilanggar telah ada peraturannya terlebih dahulu. Adanya
perlindungan hukum yang diberikan Pemerintah di satu sisi memberi
kejelasan hukum mengenai hubungan hukum antara ciptaan yang
merupakan hasil karya intelektual manusia dengan si pencipta atau
pemegang hak cipta atau pemakai hasil ciptaan tersebut. Adanya
kejelasan hukum atas kepemilikan HaKI umumnya dan khususnya
karya cipta intelektual adalah merupakan pengakuan hukum serta
pemberian imbalan yang diberikan kepada seseorang atas usaha dan
hasil karya kreatif manusia yang telah diciptakannya. Selanjutnya
mengingat usaha untuk mendapatkan hasil karya intelektual tersebut
memerlukan dukungan modal yang berupa biaya, waktu, tenaga dan
pikiran, maka HaKI dalam hal ini hak cipta merupakan hak kebendaan
yang bersifat immateriil atau intangible atau merupakan bagian hak
milik yang bersifat abstrak atau incoporeal property. Di sisi lain adanya
perlindungan hukum dan pemberian imbalan terhadap karya-karya
cipta sebagai hasil daya kemampuan intelektual yang diwujudkan
dalam ciptaan-ciptaan akan mendorong dan meningkatkan usaha
mengembangkan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi,
serta
akan
memperkaya literatur dan seni sastra bahkan adanya perlindungan
hukum tersebut diharap dapat ikut menciptakan lingkungan yang stabil
bagi pemasaran produk-produk HaKI sebagaimana yang dimaksud
dalam judul makalah ini.
Keberadaan HaKI itu sendiri memang tidak dapat terlepas dari
kegiatan-kegiatan usaha di bidang perekonomian, perdagangan dan
perindustrian. Apalagi bila hal ini dikaitkan dengan perkembangan
2
teknologi
informasi,
telekomunikasi
dan
transportasi
telah
ikut
mendorong globalisasi usaha untuk memasarkan barang-barang produk
HaKI termasuk karya cipta.
Usaha untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
sebagaimana yang diuraikan di atas, tidak terlepas dari kegiatan
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu
sendiri. Penelitian dan pengembangan itu dapat dilakukan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan institusi yang terkait atau dapat juga
dilakukan oleh Lembaga Penelitian Perguruan Tinggi yang ada.
Pengembangan penelitian di lingkup Perguruan Tinggi, yang perlu
ditumbuh-kembangkan di antara para tenaga pengajar di Perguruan
Tinggi adalah budaya, antara lain :

Budaya sain (berfikir ilmiah)

Budaya menulis/mencatatat yang berkesinambungan

Budaya ingin tahu dan ingin maju

Budaya bekerja keras

Budaya kewirausahaan1
Kiranya dari budaya-budaya yang ditumbuh-kembangkan diantara
tenaga pengajar di Perguruan Tinggi melalui penelitian, selain
menambah khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan sastra
juga dapat meningkatkan hasil karya intelektual termasuk karya cipta
intelektual.
II.
Peraturan Perundangan HaKI Dan Ruang Lingkup HaKI
A. Peraturan Perundangan HaKI
Tujuan perlindungan HaKI seperti telah diuraikan di atas adalah
untuk memberi kejelasan hukum antara hak atas kekayaan intelektual
yang merupakan hak kebendaan dengan si pencipta/penemu atau
1
Sastrohamidjojo, Hardjono, 2000, Pengembangan Penelitian, Lembaga Penelitian Universitas
Gadjah Mada – Yogyakarta, hal 1.
3
pemegang hak atau dengan pemakai yang mempergunakan hasil
ciptaan/temuan tersebut. Selanjutnya mengingat HaKI merupakan asset
bisnis yang merupakan bagian integral dari suatu strategi bisnis yang
tengah mendunia dewasa ini, maka membahas HaKI tidak dapat
dipisahkan
dengan
persetujuan
pembentukan
WTO
(Organisasi
Perdagangan Dunia) di mana TRIPs atau Trade Related aspects of
Intellectual Property including Trade in counterfeit goods merupakan salah
satu hasil perjanjian Putaran Uruguay atau Uruguay Round yang diadakan
pada tahun 1994 di Marakesh, Maroko.
Dewasa ini Pemerintah Indonesia telah meratifikasi hasil Putaran
Uruguay tersebut ke dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994
Tentang
Pengesahan
Agreement
Establishing
The
World
Trade
Organization atau Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan, di
mana pada lampiran I C Persetujuan Pembentukan Organisasi tersebut
memuat ketentuan-ketentuan tentang HaKI.
Salah satu tujuan dari TRIPs seperti yang dikemukakan dalam pasal 7
Persetujuan TRIPs adalah :

perlindungan dan penegakan hukum HaKI bertujuan untuk mendorong
timbulnya inovasi, pengalihan dan penyebaran teknologi dengan cara
menciptakan kesejahteraan sosial ekonomi serta keseimbangan antara
hak dan kewajiban.
Guna memberi perlindungan hukum atas hasil karya intelektual di
Indonesia serta untuk menyesuaikan dengan UU Nomor 7 Tahun 1994,
Pemerintah
Indonesia
telah
mengundangkan
beberapa
peraturan
perundangan yang berkaitan dengan HaKI, yaitu :
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 Tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 Tentang Hak Cipta.
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1997 Tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1997 Tentang Paten.
4
3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1997 Tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1987 Tentang Merek.
Bersamaan dengan dengan diterbitkannya undang-undang yang mengatur
tentang HaKI agar sejalan dengan TRIPs, Pemerintah juga telah
meratifikasi persetujuan-persetujuan internasional yang berkaitan dengan
HaKI, yaitu :
1. Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1997 Tentang Pengesahan the
Paris Convention for the Protection of Industrial Property and
Convention Establishing the World Intellectual Property Organization.
2. Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1997 Tentang Pengesahan The
Patent Cooperation Treaty and Regulation under PCT.
3. Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 1997 Tentang Pengesahan The
Trade Marks Law Treaty.
4. Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pengesahan Berne
Convention for the Protection of Literary and Artistic Works.
5. Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Pengesahan The
WIPO Copyrights Treaty.
B. Ruang Lingkup dan Obyek HaKI.
Hak atas kekayaan intelektual pada dasarnya merupakan hak milik
lahir atau diperoleh dari hasil karya, karsa dan cipta manusia dengan
memakai kemampuan intelektualnya, maka wajar dan sudah pada
tempatnya bila mereka ini diakui sebagai pihak yang berhak menguasai
hasil temuan atau ciptaannya. Demikian juga karya-karya yang
dihasilkan manusia
termaksud dalam cakupan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni dan sastra juga dimungkinkan dilindungi berdasarkan
hukum HaKI. Mengingat jenis dan lingkup penemuan dapat termasuk
dalam cakupan yang berlainan, maka perangkat peraturan perlindungan
hukum HaKI juga dibeda-bedakan mengingat cakupan obyek yang
diaturnya serta untuk mempermudah menemukan di mana jenis hasil
penemuan itu diaturnya.
5
Pembagian jenis atau kelompok tersebut adalah :
1. Pembagian berdasarkan Konvensi Pembentukan WIPO ( Convention
Establishing the World Intellectual Property Organization).
2. Pembagian berdasarkan Lampiran Kesepakatan Pembentukan WTO
atau Agreement Establishing the World Trade Organization.
Ad. 1. Pembagian berdasarkan WIPO ada dua kelompok, yaitu ;
a. Hak Cipta atau Copyrights.
b. Hak milik industri atau industrial property, yang terdiri dari ;
1). Paten.
2). Merek.
3). Desain produk industri.
4). Penanggulangan persaingan curang.
Ad. 2. Pembagian berdasarkan WTO, hak atas kekayaan intelektual
Dapat rinci menjadi beberapa jenis, yaitu ;
a. Hak cipta dan hak-hak yang terkait lainnya.
b. Merek.
c. Paten.
d. Indikasi geografi.
e. Lay out dari integrated circuit.
f. Perlindungan terhadap indisclossed information.
g. Pengendalian terhadap praktek-praktek yang tidak sehat
dalam perjanjian kreasi.
Selanjutnya menurut Dicky R.Munaf cakupan HaKI meliputi :
1. Hukum Milik Perindustrian yang meliputi :
a. Paten.
b. Informasi Rahasia.
c. Hak Pemulia Tanaman.
d. Rancangan Industri.
e. Denah Rangkaian.
f. Merek.
6
2. Hak cipta2
Perlindungan hukum HaKI memiliki obyek yang berbeda satu
dengan yang lain sesuai dengan jenis hasil karya yang dilindunginya,
obyek perlindungan hukum tersebut ialah :
a. Obyek hak cipta.
Obyek hak cipta adalah karya seseorang di bidang ilmu pengetahuan,
seni dan sastra.
b. Obyek paten.
Obyek paten adalah suatu penemuan baru di bidang teknologi yang
dapat
dterapkan
dalam
industri
atau
penyempurnaan
dan
pengembangan proses atau hasil produksi yang sudah ada.
c. Obyek merek.
Obyek merek adalah karya-karya yang berupa tanda atau gambar
yang memiliki daya pembeda dan digunakan untuk membedakan
barang yang sejenis atau jasa yang lazim dipergunakan dalam
pergaulan perniagaan.
d. Obyek indikasi geografi.
Obyek indikasi geografi adalah tanda yang digunakan untuk asal suatu
barang yang karena faktor-faktor geografis (termasuk faktor alam dan
faktor manusia atau kombinasi dari kedua faktor tersebut) telah
memberikan ciri kualitas tertentu terhadap barang yang dihasilkannya.
Di Indonesia
peraturan yang mengatur indikasi geografi diatur
bersamaan atau menjadi satu dengan peraturan tentang merek.
e. Obyek desain produk industri.
Obyek desain industri adalah karya-karya yang pada dasarnya berupa
pola atau patron alat cetak yang dipergunakan untuk memproduksi
atau membuat, menggandakan barang secara berulang-ulang.
f. Obyek desain industri.
2
Munaf, Dicky R, 2000, Kebijakan Strategis Pembangunan Ilmu Pengetahuan dan Teknolodi Nasional
2000-2004 (fokus Sentra Paten-Oleh Paten), Dept. Diknas, Dirjen DIKTI- Dirlitabmas, Jakarta.
7
Obyek desain industri adalah suatu hasil kreasi tentang bentuk,
konfigurasi atau komposisi garis atau warna yang berbentuk tiga
dimensi atau dua dimensi yang mengandung nilai estetika dan dapat
diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat
dipakai untuk menghasilkan produk barang atau komoditi industri dan
kerajinan tangan.
g. Obyek Pemuliaan tanaman.
Obyek pemuliaan tanaman adalah suatu rangkaian kegiatan penelitian
dan pengujian sesuai dengan metoda baku untuk menghasilkan
varietas baru atau mempertahankan kemurnian benih varietas yang
dihasilkan.
III. Perlindungan Karya Cipta.
Obyek hak cipta adalah karya-karya cipta di bidang ilmu pengetahuan,
seni serta sastra dan karya-karya tersebut pada dasarnya adalah karya
intelektual manusia yang dilakukan sebagai perwujudan kualitas rasa,
cipta dan karsanya, dengan demikian suatu gagasan yang belum terwujud
tidak termasuk obyek yang dibahas di sini sebab gagasan yang belum
terwujud sehigga belum dapat dikatakan ciptaan. Taylor mengatakan
bahwa yang dilindungi oleh hak cipta adalah ekspresi dari suatu ide atau
gagasan, dan bukannya melindungi gagasan itu sendiri.3 Karena suatu ide
belum memiliki wujud yang memungkinkan untuk dapat dilihat, dibaca ,
atau didengar.
Selanjutnya yang dimaksud ciptaan adalah setiap hasil karya
pencipta
dalam bentuk yang khas dan menunjukkan keasliannya sebagai
ciptaan seseorang atas dasar kemampuan dan kreativitasnya yang bersifat
pribadi. Maksud dalam bentuk yang khas ialah karya tersebut harus telah
selesai diwujudkan sehingga dapat dilihat, dibaca atau didengar. Untuk
dapat mewujudkan suatu gagasan atau ide menjadi bentuk yang nyata
8
(ciptaan), maksudnya dapat dilihat, dibaca atau didengar, umumnya yang
bersangkutan (pencipta) mengerahkan daya kemampuan intelektualnya
yang pada lajimnya memerlukan dukungan tenaga, pikiran, waktu dan
biaya. Sehingga terhadap hasil karya intelektual yang berupa
ciptaan
tersebut si pencipta merasa memiliki kepentingan atas hasil kreasinya itu.
Menurut Sudikno, kepentingan pada hakekatnya mengandung kekuasaan
yang dijamin dan dilindungi oleh hukum dalam melaksanakannya.4 Agar
supaya kepentingan tersebut mendapat perlindungan hukum, maka jauh
sebelumnya
kepentingan
tersebut
telah
diatur
dalam
peraturan
perundangan terlebih dahulu. Peraturan perundangan yang mengatur
tentang hak cipta di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 12
Tahun 1997.
Tujuan diadakannya peraturan perundangan tersebut selain untuk
memberi kejelasan hubungan hukum mengenai hubungan antara ciptaan
yang merupakan hasil karya intelektual manusia dengan si pencipta atau
pemegang hak cipta atau pemakai yang mempergunakan hasil karya
intelektual tersebut juga merupakan pengakuan hukum serta pemberian
imbalan yang diberikan kepada pencipta atas usaha dan hasil karya kreatif
yang telah diciptakannya. Bentuk imbalan yang diberikan kepada pencipta
ini berupa hak khusus (exclusive rights) yang berupa hak untuk melarang
orang lain tanpa seijinnya memperbanyak, mengumumkan atau memberi
ijin untuk itu. Memberi ijin ini dapat diasumsikan pemberian ijin dengan
diikuti pembayaran royalty, sehingga berdasarkan pengertian ini pencipta
memilik hak ekonomi. Menurut Priharniwati, karena sifatnya yang seperti
itu, maka hak cipta dikatakan sebagai hak istimewa yang eksklusif.5
Menurut Emawati hak ekonomi inilah yang dapat dialihkan kepada orang
atau
badan
lain.6
Selanjutnya
di
samping
memiliki
hak
khusus
3
Taylor, L.J. 1980, Copyright For Librarians, Tamarisk Books Hasting, East Sussex, 1 st. Edition.
Mertokusumo, Sudikno, 1996, Mengenal Hukum, Suatu Pengantar, Penerbit Liberty, Yogyakarta, hal.41
5
Priharniwati, 1997, UU Hak Cipta Di Indonesia, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 2, 1997, 48 - 51
6
Yunus, Emawati, 1999, Undang-Undang Dan Informasi Umum Perlindungan Hak Atas Kekayaan
4
9
sebagaimana tersebut di atas, pencipta juga memiliki hak moral di mana
hak ini tidak dapat dialihkan kepada orang atau badan lain karena
pencipta tetap melekat pada ciptaannya, sehingga tetap terdapat
hubungan yang erat antara pencipta dengan hasil ciptaannya. Hak moral
atau (moral rights) ini adalah haknya pencipta atau ahli warisnya. Hak
moral tersebut berupa hak :
1. Untuk menuntut kepada pemegang hak cipta supaya nama pencipta
tetap dicantumkan pada ciptaannya.
2. Memberi persetujuan dalam perubahan pada ciptaannya.
3. Memberi persetujuan terhadap perubahan atau nama samaran
pencipta.
4. Untuk menuntut seseorang yang tanpa persetujuannya meniadakan
nama pencipta yang tercantum pada ciptaannya.
Hak cipta ada atau lahir bersamaan dengan lahirnya suatu karya
cipta dan bagi hak cipta tidak ada keharusan untuk mendaftarkan hak
tersebut.
merupakan
Dengan
perkataan
keharusan,
lain
maksudnya
pendaftaran
hak
ini
hak
tidak
cipta
tidaklah
wajib
didaftar.
Berdasarkan kenyataan ini suatu ciptaan didaftar atau tidak didaftar tetap
diakui dan perlindungan hukum, sebab peraturan perundangan yang
berlaku bagi hak cipta menganut sistem deklaratif. Seandainya pencipta
mendaftarkan ciptaannya dimaksudkan untuk memperoleh sertifaikat
pendaftaran yang merupakan bukti awal di Pengadilan, manakala terjadi
sengketa di kemudian hari. Meskipun ada permintaan pendaftaran hak
cipta dilakukan tidaklah berarti bahwa permintaan itu akan diberi setifikat
pendaftaran, sebab ada beberapa ciptaan yang
tidak dapat dilindungi
secara umum. Ciptaan-ciptaan yang secara umum tidak dilindungi adalah
a. Ciptaan di luar bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra.
b. Ciptaan tersebut tidak orisinal.
c. Ciptaan tersebut sudah menjadi milik umum.
Intelektual (HaKI), Jurnal P & PT, Vol. I No. 9, Hal.368 – 379.
10
d. Ciptaan yang tidak dinyatakan dalam bentuk yang nyata.
Secara garis besar jangka waktu perlindungan atas hak cipta dapat
dikelompokkan :
1. Kelompok pertama :
Jangka waktu perlindungan atas hak cipta apabila dimiliki lebih dari
dua orang jangka waktunya seumur hidup ditambah 50 dihitung dari
pencipta yang terlama hidupnya meninggal.
Apabila kelompok
pertama dan kelompok kedua dimiliki oleh suatu badan hukum, jangka
waktu perlindungan hukumnya berlaku selam 50 tahun sejak pertama
kali ciptaan diumumkan. Termasuk dalam kelompok ini adalah ;
a. Buku, panflet dan semua hasil karya tulis lainnya.
b. Ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lainnya yang diwujudkan
dengan cara diucapkan.
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
d. Ciptaan lagu atau musik dengan atau tidak dengan teks, termasuk
kerawitan.
e. Drama, tari (koreografi), pewayangan, pantomim.
f. Senirupa dalam segala bentuk, seperti seni lukis, gambar, seni ukir,
seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase seni terapan yang
merupakan sei kerajinan tangan.
g. Arsitektur.
h. Peta.
i. Seni batik.
2. Kelompok kedua :
Termasukdalam kelompok kedua ini adalah :
a. Program komputer.
b. Sinematografi.
c. Rekaman suara.
d. Karya pertujukkan.
e. Karya siaran.
11
3. Kelompok ketiga :
Jangka waktu perlindungan hak cipta 25 tahun sejak pertama kali
ciptaan itu diumumkan. Termasuk dalam kelompok ini adalah :
a. Fotografi.
b. Saduran,
bunga
rampai
dan
karya
lainnya
dar
hasil
pengalihwujudan.
c. Susunan perwajahan karya tulis yang diterbitkan sejak pertama kali
diterbitkan.
IV. Penutup.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ;
1. Hak Cipta yang merupakan perwujudan dari suatu ide atau gagasan
harus sudah berbentuk nyata, karena yang dilindungi oleh hak cipta
adalah perwujudan dari gagasan yang dapat dilihat, dibaca atau
didengar dan bukannya gagasan itu sendiri.
2. Tujuan perlindungan hukum atas hak cipta dimaksudkan untuk
memberikan kejelasan hubungan hukum antara ciptaan
dengan si
pencipta atau pemakai yang mempergunakan ciptaan tersebut di
samping imbalan kepada pencipta yang berupa hak khusus dan hak
moral.
3. Perlindungan hukum atas hak cipta hanya diberikan dalam lingkup ilmu
pengetahuan,seni dan sastra dan peraturan perundangan yang
memberikan perlindungan tersebut harus ada terlebih dahulu.
4. Untuk mendapatkan perlindungan hak cipta tidak ada keharusan untuk
mendaftarkannya, namun demi kepentingan pembuktian awal di
Pengadilan
bila
dikelak
kemudian
hari,
sertifikat
pendaftaran
merupakan bukti awal yang menguntungkan bagi pendaftarannya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Mertokusumo, Sudikno, 1996, Mengenal Hukum, Suatu Pengantar,
Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Munaf, Dicky. R, 2000, Kebijakan Strategi Pembangunan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (Fokus Sentra Paten - Oleh
Paten), Dept. Diknas, Dirjen DIKTI, Dir. Binlitabmas,
Jakarta.
Sastrohamidjojo, Hardjono, 2000, Pengembangan Penelitian, Lembaga
Penelitian UGM, Yogyakarta.
Taylor. L.J., 1980, Copyrights for Librarians, Tamarisk Books Hasting,
East Sussex.
Priharniwati, 1997, UU Hak Cipta di Indonesia, Jurnal Hukum Bisnis,
Volume 2, 1997, Jakarta, hal. 48 – 51.
Yusuf, Emawati, 1999, Undang - Undang Dan Informasi Umum
Perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HaKI),
Jurnal P & PT, Vol I, Nomor 9, Tahun 1999, hal. 368-379
13
Download