frekuensi menyusui dengan keberhasilan kontrasepsi metode

advertisement
FREKUENSI MENYUSUI DENGAN KEBERHASILAN KONTRASEPSI
METODE AMENORHEA LAKTASI (MAL)
DI DESA LEMINGGIR KECAMATAN MOJOSARI
MOJOKERTO
IRMAWATI
11002157
Subject : Ibu Menyusui, Kontrasepsi, Metode Amenorhea Laktasi
DESCRIPTION
Metode amenore laktasi dapat dikatakan sebagai metode keluarga berencana
alamiah, apabila tidak dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain dan ibu hanya
memberikan ASI saja tanpa makanan tambahan. Tujuan penelitian mengetahui
hubungan frekuensi menyusui dengan keberhasilan kontrasepsi MAL di Desa
Leminggir Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto.
Jenis Penelitian analitik observasional dengan rancang bangun cross sectional.
Variebel independen frekuensi menyusui dan Variebel Dependen keberhasilan
kontrasepsi MAL. Populasinya semua ibu menyusui bayinya selama 0-6 bulan dan
belum menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan sebanyak 42 ibu dan di
dapatkan sampel sebanyak 38 responden yang diambil dengan metode Simple Random
Sampling. Tehnik pengumpulan data dengan wawancara, instrumen penelitian adalah
kuesioner. Setelah itu dilakukan pengolahan data yaitu editing, coding, tabulating,
kemudian di analisa dengan menggunakan Chi – square.
Hasil penelitian menunjukkan dari 38 responden, di dapatkan 27(71,1%)
responden menyusui bayinya ≥6 kali sehari, 22 (57,9%) responden berhasil
menggunakan kontrasepsi MAL, dan setengah dari responden yang menyusui ≥6 kali
sehari dan berhasil menggunakan kontrasepsi MAL, yaitu 19 (50%) responden.
Hasil Uji Chi Square didapatkan X2 hitung = 4,32> X2tabel = 3,841 maka H1 diterima
artinya ada hubungan frekuensi menyusui dengan keberhasilan kontrasepsi Metode
Amenore Laktasi.
Simpulan hasil penelitian ada hubungan frekuensi menyusui dengan keberhasilan
kontrasepsi MAL di Desa Leminggir Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto.
Semakin sering ibu menyusui bayinya dalam sehari maka semakin lama tertundanya
ovulasi pada ibu. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi
baru bagi tenaga kesehatan dalam menentukan kebijakan pelayanan kesehatan.
ABSTRACT
Lactation amenorrhea method can be regarded as a natural family planning
method, if it don’t combined with other methods of contraception and breast-feeding
mothers only without extra food. The purpose of the study was to determine the
relationship of the frequency of breasfeeding success MAL contraception in the Village
Leminggir District of Mojosari Mojokerto.
The type of this study was observational analytic with the cross sectional design.
The independent Variebel breastfeeding frequency and the dependent variebel the
success contraceptive MAL. The population was all mothers breastfeed exclusively for
0-6 months and not using contraception at after giving birth as many as 42 mothers and
get sample of 38 respondents and taken by simple random sampling method.
Techniques of data collection is by interview, the research instrument was a
questionnaire. The processed by editing, coding, and tabulating, and analyzed usid Chi –
square test.
The results showed from 38 respondents, obtained 27(71.1%) respondents
breastfeed ≥6 time a day, 22(57,9%) respondents successfully using contraseption
MAL, and half of the respondents who breastfeed ≥6 time a day an manage using MAL
contraseption, it was 19(50%) of respondents.
Results of the Chi Square obtained X2 count = 4.32 > = X2 table 3,84 then H1 is
accepted, it means there was correlation between breastfeeding frequency relationship
to the success of lactation amenorrhea method of contraception.
The results conclusion of this study, there was correlation breastfeeding
frequency relationship to the success MAL in the Village Leminggir District of
Mojosari Mojokerto. The more frequently a mother breastfeeding her baby in a day then
the longer the delay in women ovulation. This study is expeccted to be new information
source for health workers in determining health care policy.
Keywords
Contributor
Tanggal
Type Material
URL
Right
Summary
: Frequency of Breastfeeding, Contraception, Lactation
Amenorhea Methods
: 1. IkaYuniSusanti, SKM
2. Fitria Edni Wari, S.Keb.Bd
: Mojokerto, 07 Juni 2014
: Laporan Penelitian
:
: Open Document
:
LATAR BELAKANG
Banyak perempuan yang mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan jenis
kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia tetapi juga
oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi
tersebut. Faktor yang mempengaruhi seseorang dalam memilih alat kontrasepsi yaitu
faktor pasangan, faktor kesehatan dan juga faktor dari metode kontrasepsi itu sendiri
(Hartanto, 2004). Salah satu metode kontrasepsi adalah metode amenore laktasi (MAL),
yaitu metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI)
secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan dan
minuman lainnya. Metode amenorrhea laktasi dapat dikatakan sebagai metode keluarga
berencana alamiah, apabila tidak dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain
(Lusa, 2010). Kenyataan yang terjadi di masyrakat banyak ibu menyusui belum
menyadari pentingnya pemberian ASI terutama sebagai alat kontrasepsi alami (Nugra,
2013).
Peserta KB nasional periode Agustus 2012 sebanyak 6.152.231 akseptor.
Sebagaian besar masyrakat Indonesia yang menggunakan alat kontrasepsi memilih yang
metode non kontrasepsi jangka panjang atau dapat dikatakan mereka memilih alat
kontrasepsi yang memiliki reaksi jangka pendek. Total pengguna alat kontrasepsi
jangka pendek (Kondom, Pil, Suntik) mencapai 82.26%, sementara pengguna alat
kontrasepsi jangka panjang (Implan dan IUD) hanya sebesar 17,74%. Metode
kontrasepsi yang mayoritas dipilih oleh masyarakat yaitu metode Suntikan dengan
persentase 47,94% (BKKBN, 2012). Di Indonesia sendiri tepatnya di Binjai Utara
tahun 2010 lalu telah dilakukan penelitian oleh Fitri Kesumanta di dapat hasil penelitian
bahwa mayoritas responden yaitu ibu nifas dapat melakukan MAL dengan benar
walaupun secara pengetahuan masih rendah. Juga penelitian yang dilakukan oleh Heni
Sumastri pada tahun 2012 di dapat hasil dari 97 responden terdapat 55 (55,70%)
responden dengan frekuensi menyusui tinggi, mengalami inisiasi menstruasi lambat
sebanyak 39 (40,20%) responden dan 42 (44,30%) responden yang memiliki riwayat
frekuensi menyusui rendah memiliki inisiasi menstruasi lebih cepat yaitu 58 orang
(59,80%).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Desa Leminggir Kecamatan Mojosari
Kabupaten Mojokerto dengan teknik wawancara terhadap 5 responden diperoleh data
bahwa 3 responden (60%) menyusui bayinya secara eksklusif dan mereka tidak
mengalami kehamilan selama 1 tahun pertama kelahiran bayi, dan 2 responden (20%)
tidak menyusui bayi secara eksklusif ditambahi dengan makanan tambahan lain dan
mereka sudah hamil lagi dalam 1 tahun kelahiran bayi.
Cepat atau lambatnya untuk kembali mendapatkan menstruasi lagi dipengaruhi
oleh hormon prolaktin dan progesteron. Prolaktin sendiri adalah hormone yang dapat
merangsang kelenjar susu memproduksi ASI. Jika ibu menyusui secara efektif, maka
akan meningkatkan produksi hormon prolaktin,dimana peningkatan hormon prolaktin
ini dapat menekan hormon progesteron dan estrogen yang berperan dalam proses
terjadinya menstruasi. Artinya jika ibu menyusui secara efektif dan kontinyu, tanpa
di selangsusu formula, maka untuk terjadinya haid akan lebih lama,bisa sampai 1
tahun, bahkanhampir 2tahun, sehingga ini bisa dijadikan sebagai kontrasepsi alami
(Intan, 2011). Menyusui eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang
cukup efektif, selama klien belum mendapat haid dan waktunya kurang dari enam bulan
pasca persalinan. Efektifnya dapat mencapai 98%. MAL efektif bila menyusui lebih
dari delapan kali sehari dan bayi mendapat cukup asupan per laktasi (Saifuddin,
2006). Makin lama ibu menyusui bayinya, makin cenderung bahwa haid akan terjadi
kembali selama masa menyusui tersebut dan makin cenderung timbul ovulasi yang
mendahului haid pertama postpartum. Makin sering bayi menghisap asi,maka makin
lama kembalinya haid ibu.Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa laktasi dapat
memberikan perlindungan yang bermakna terhadap kahamilannya. Antara lain bahwa
hanya 5% dari ibu yang menyusui menjadi hamil lagi dalam waktu 9 bulan setelah
melahirkan dibandingkan dengan 75% ibu yang tidak menyusui (Hartanto,2004).
AmericanAcademyof Pediatrics/AAP (1997) merekomendasikan frekuensi menyusui
perhari(24 jam) sebanyak 8-12 kali dengan durasi menyusui selama 10-15 menit untuk
tiap payudara. Pada minggu pertama pasca kelahiran,meskipun bayi tidak memberi
tanda ingin menyusu, bayi tetap rutin diberi ASI setiap 4 jam setelah menyusui
terakhir (Dr. Seno Adjie, 2010)
Pemberian ASI eksklusif mengharuskan bayi disusui secara on demand (menurut
kebutuhan bayi) dengan bayi di biarkan mengisap sampai bayi sendiri yang melepaskan
isapannya. Saat menyusui, bayi dibiarkan menyelesaikan mengisap dari satu payudara
sebelum memberikan payudara lain,supaya bayi mendapat cukup banyak susu akhir
(hind milk). Bayi hanya membutuhkan sedikit ASI dari payudara berikut atau sama
sekali tidak memerlukan lagi. Ibu dapat memulai dengan memberikan payudara lain saat
menyusui berikutnya sehingga kedua payudara memproduksi banyak ASI. Waktu antara
2 pengosongan payudara tidak lebih dari 4 jam (Saifuddin, 2006).
METODOLOGI
Penelitian ini menurut prosesnya merupakan jenis penelitian analitik
observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional, Mempunyai dua
variabel yaitu variable independen (Frekuensi Menyusui) dan Variabel Dependen
(Kberhasilan Kontrasepsi MAL). Subjek pada penelitian ini adalah 42 responden ibu
hamil trimester III dengan menggunakan tehnik Simple Random sampling, data yang
digunakan yaitu data primer dengan istrumen kuesioner dengan uji Chi Square. Tempat
dan waktu penelitian di Desa Leminggir Kecamatan Mojosari Mojokerto, dan Waktu
penelitian pada tanggal 18 s/d 26 Mei 2014.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan frekuensi menyusui di Desa Leminggir Kecamatan Mojosari
Kabupaten Mojokerto didapat hasil dari 38 responden, didapatkan sebagian besar
responden menyusui bayinya ≥6 kali sehari sebanyak 27 (71,1%) responden dan hampir
setengah dari responden menyusui bayinya <6 kali sehari sebanyak 11 (28,9%)
responden.
Frekuensi menyusui merupakan berapa sering dan lama ibu saat menyusui
bayinya dalam sehari semalam. Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal,
sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena
bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi
menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/ kedinginan) atau ibu sudah
merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara
sekitar 5–7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada
awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai
pola tertentu setelah 1–2 minggu kemudian (Ayu, 2012)
Penelitian Howie dan kawan–kawan (1981) menemukan bahwa bayi dapat
menghisap ASI sebanyak 6 kali atau lebih dalam 24 jam, dengan lama menyusui >60
menit per 24 jam, serta menyusu pada malam hari (Hidayati, 2009).
Ketika ibu mulai memberikan makanan dan minuman tambahan lain bayi akan
menghisap kurang sering dan akibatnya menyusui tidak lagi efektif sebagai metode
kontrasepsi. Faktor yang mempengaruhi kenapa ibu tidak menyusui atau jarang
menyusui adalah ibu yang bekerja, ibu yang bekerja tidak perlu menghentikan
pemberian ASI, ibu dapat menyusui bayinya sebelum berangkat kerja atau bila tempat
kerja dekat dari rumah ibu dapat pulang untuk menyusui bayinya pada waktu istirahat
(Ayu, 2012).
Berdasarkan penelitian, diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden menyusui
bayinya ≥6 kali dalam sehari, hal ini sangat baik karena pada awalnya bayi akan
menyusu dengan jadwal yang tidak teratur, dan akan mempunyai pola tertentu setelah
1–2 minggu kemudian. Seringnya ibu menyusui bayinya juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya ibu belum memberikan makanan dan minuman tambahan
kepada bayi sehingga ibu lebih sering menyusui siang dan malam dengan jarak antara
dua waktu menyusui tidak lebih dari 4 jam sesuai dengan kebutuhan bayi. Sementara itu
responden yang menyusui bayinya <6 kali sehari, hal ini dikarenakan beberapa faktor
di antaranya pengaruh geografis, budaya dan sosial ekonomi dari pengaruh ini
didapatkan bahwa pendidikan, ibu yang bekerja dan lain-lain dapat berpengaruh
terhadap frekuensi menyusui bayi.
Berdasarkan Keberhasilan Kontrasepsi MAL di Desa Leminggir Kecamatan
Mojosari Kabupaten Mojokerto diketahui bahwa dari 38 responden, didapatkan
sebagian besar dari responden berhasil menggunakan kontrasepsi metode amenore
laktasi, yaitu sebanyak 22 (57,9%) responden.
Metode Amenorea Laktasi merupakan kontrasepsi yang mengandalkan pemberian
Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan
makanan atau minuman apapun lainnya (Saifuddin, 2006). Menstruasi yang didapat
setelah melahirkan waktunya relatif, ada yang 1 tahun setelah melahirkan, 6 bulan
setelah melahirkan dan ada yang 3 bulan setelah melahirkan. Cepat atau lambatnya
untuk kembali lagi haid salah satunya dipengaruhi oleh hormon prolaktin dan
progesteron. Prolaktin sendiri adalah hormon yang dapat merangsang kelenjar susu
memproduksi ASI. Jika ibu menyusui secara efektif, maka akan meningkatkan produksi
hormon prolaktin, dimana peningkatan hormon prolaktin ini dapat menekan hormon
progesteron dan estrogen yang terlibat dalam terjadinya haid. Artinya, jika ibu
menyusui bayi secara efektif dan kontinyu tanpa diselang oleh susu formula, maka
untuk terjadinya kembali haid akan lebih lama, bisa sampai satu tahun bahkan ada yang
dua tahun. Ini yang dinamakan kontrasepsi alami (Intan, 2011).
Semakin lama ibu tidak menyusui bayinya, menstruasi akan cenderung cepat
kembali selama masa menyusui tersebut, dan makin cenderung timbul ovulasi yang
mendahului menstruasi pertama postpartum. Sebaliknya, semakin sering bayi
menghisap ASI maka semakin lama kembalinya atau tertundanya menstruasi (Hidayati,
2009)
Menyusui sebagai aspek KB yang dapat menjarangkan kehamilan, ditemukan rata-rata
jarak kehamilan ibu yang menyusui adalah 24 bulan, sedangkan yang tidak menyusui 11
bulan. Hormon yang mempertahankan laktasi bekerja menekan hormon untuk ovulasi,
sehingga dapat menunda kembali kesuburan (Roesli, 2005)
Berdasarkan penelitian, diperoleh hasil bahwa sebagian besar respoden berhasil
menggukan kontrasepsi metode amenore laktasi hal ini dikarenakan MAL lebih efektif
yaitu 98%, tidak memerlukan prosedur khusus seperti alat dan obat, tidak memerlukan
pengawasan tenaga medis, mudah digunakan hanya dengan menyusui, tidak
memerlukan biaya serta tidak menimbulkan efek samping secara sistemik sehingga
responden lebih memilih menyusui sebagai metode kontrasepsi. Namun hampir
setengah dari responden tidak berhasil menggunakan kontrasepsi metode amenore
laktasi hal ini dikarenakan tidak ada persiapan sejak awal kehamilan agar ibu seger
menyusui bayinya dalam 30 menit pasca persalinan
Berdasarkan hasil tabulasi silang analisa hubungan frekuensi menyusui dengan
keberhasilan kontrasepsi metode amenore laktasi dapat diketahui dari 38 responden,
didapatkan setengah dari responden yang menyusui bayinya ≥6 kali sehari dan berhasil
menggunakan kontrasepsi metode amenore laktasi, yaitu sebanyak 19 (50%) responden,
dan sebagian kecil dari responden menyusui bayinya <6 kali dalam sehari dan tidak
berhasil menggunakan kontrasepsi metode amenore laktasi sebanyak 8 (21,1%)
responden.
Setelah dilakukan uji statistik chi square mengenai hubungan frekuensi menyusui
dengan keberhasilan kontrasepsi Metode Amenorhea Laktasi di Desa Leminggir
Kecamatan Mojosari Kabupeten Mojokerto di dapatkan nilai X2 hitung = 4,32 > X2tabel =
3,841 sehingga H1 diterima yang artinya adahubungan frekuensi menyusui dengan
keberhasilan kontrasepsi Metode Amenore Lakyasi.
Menyusui menyebabkan penundaan pemulihan kesuburan setelah persalinan dan
dapat digunakan sebagai salah satu metode kontrasepsi alami. Pola menyusui yang
dapat dipercaya menimbulkan infertilitas dikaitkan dengan amenore dan yang bersifat
kontraseptif adalah terjadinya penekanan ovulasi (yang menyebabkan tidak adanya
menstruasi) (Glasier, 2005).
Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Hidayati (2009) bahwa bayi yang
menghisap ASI sebanyak 6 kali atau lebih dalam 24 jam, dengan lama menyusui >60
menit per 24 jam, serta menyusu pada malam hari, merupakan faktor–faktor penting
dalam penundaan ovulasi yang tentunya berhubungan dengan datangnya menstruasi
awal setelah melahirkan. Ovulasi akan tertunda lebih dari 10 minggu selama masa
laktasi, asal frekuensi, intensitas dan kebutuhan bayi diperhatikan. (Hatanto, 2004).
Pada wanita postpartum yang menyusui, konsentrasi hormon prolaktin tetap meninggi
selama penghisapan sering terjadi dan pada setiap kali menyusui terjdi peningkatan
prolaktin secara akut. Walaupun konsentrasi FSH kembali ke normal dalam beberapa
minggu pascapartum, namun konsentrasi LH dalam darah tetap tertekan sepanjang
periode menyusui. Yang penting pola pulsasi normal pelepasan LH mengalami
gangguan dan hal inilah yang diperkirakan merupakan penyebab mendasar terjadinya
penekanan fungsi normal ovarium. (Glasier, 2005)
Efek menyusui dalam kesuburan tergantung dengan lama dan frekuensi menyusui
dan usia ketika bayi mulai mendapatkan makanan tambahan. Peningkatan hormone
prolactin melalui seringnya menyusui dan cara yang akan mempengaruhi kerja
hipotalamus untuk menghambat ovulasi dengan demikian juga mempunyai fungsi
kontrasepsi (Nindya, 2009)
Sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal, karena bayi akan menentukan sendiri
kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain
(kencing, dsb) atau ibu sudah perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat
mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan Asi dalam lambung bayi akan
kosong dalam waktu 2 jam (Soetjiningsih, 2006). Salah satu kontrasepsi yang dapat
digunakan pasca persalinan yaitu Metode Amenorea Laktasi (MAL) yaitu kontrasepsi
yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif, artinya dengan metode ini haid
tidak muncul teratur selama 24 minggu atau 6 bulan. Namun kehamilan jarang terjadi
dalam 20 minggu pertama puerperium. Ibu yang tidak menyusui bayinya selama lebih
dari 3 bulan, mereka lebih mempunyai resiko hamil lebih besar, karena lebih dari 80 %
mengalami haid dan ovulasi pada minggu ke-10 setelah melahirkan (Nindya, 2009).
Berdasarkan penelitian, sebagian besar responden yang menyusui bayinya ≥ 6
kali dalam sehari berhasil menggunakan kontrasepsi metode amenore laktasi hal ini
dikarenakan saat ibu menyusui isapan bayi pada payudara ibu akan menimbulkan
ransangan pada puting. Ransangan ini membuat kelenjar pituitari di otak
memerintahkan pengeluaran hormon–hormon penghambat ovulasi. Makin sering dan
makin lama laktasi dilakukan serta mengurangi pemakaian susu botol, maka ovulasi
akan dapat di tunda dan ini memberikn proteksi alami terhadap terjadinya kehamilan.
Sedangkan pada ibu yang tidak menyusui bayinya atau menyusui < 6 kali dalam sehari
efek kontrasepsi dari laktasi akan berkurang efektifitasnya karena hormone LH dan FSH
akan menurun sensitivitasnya terhadap Gonadrotopin Releasing Hormone (GnRH)
sehingga ibu akan mengalami amenore setidaknya 3 sampai 4 minggu setelah
melahirkan.
SIMPULAN
1. Sebagian besar ibuyang menyusui bayinya >6 kali dalam sehari yaitu sebanyak 27
(71,05%) ibu.
2. Sebagian besar ibu yangberhasil menggunakan kontrasepsi Metode Amenore
Laktasi, yaitu sebanyak 22 (57,9%) ibu.
3. Ada hubungan frekuensi menyusui dengan keberhasilan kontrasepsi Metode
Amenore Laktasi
REKOMENDASI
1. Bagi Masyarakat / Responden
Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan responden tentang pentingnya
pemberian ASI terutama secara eksklusif. Selain memberikan keuntungan bagi bayi,
ASI juga memberikan keuntungan bagi ibu termasuk keuntungan dalam hal efek
kontrasepsi.
2. Bagi Profesi Kebidanan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi baru bagi
tenaga kesehatan dalam menentukan kebijakan pelayanan kesehatan.
3. Bagi Instansi Kesehatan
Tenaga kesehatan diharapkan lebih meningkatkan progam – progam yang
berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif yang bermanfaat sebagai kontrasepsi
alamiah.
4. Bagi Instansi Pendidikan
Institusi pendidikan perlu melakukan pengayakan/pematangan cara melakukan
penelitian yang lebih baik dan benar kepada mahasiswa Politeknik Kesehatan
Majapahit Mojokerto Program studi kebidanan, khususnya mengenai hubungan
frekuensi menyusui dengan keberhasilan kontrasepsi metode amenorrhea laktasi.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang
kontrasepsi metode amenorrhea laktasi khususnya faktor yang mempengaruhi
keberhasilan kontrasepsi MAL seperti haid, lama amenore serta status gizi pada ibu.
ALAMAT KORESPONDENSI
Email
: [email protected]
No telp
: 085851376607
Alamat
: Dsn. Kluncing Legi Ds. Kenep Kec. Beji Kab. Pasuruan
Download