FREKUENSI MENYUSUI DENGAN KEBERHASILAN KONTRASEPSI METODE AMENORHEA LAKTASI (MAL) DI DESA LEMINGGIR KECAMATAN MOJOSARI MOJOKERTO IRMAWATI 11002157 Subject : Ibu Menyusui, Kontrasepsi, Metode Amenorhea Laktasi DESCRIPTION Metode amenore laktasi dapat dikatakan sebagai metode keluarga berencana alamiah, apabila tidak dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain dan ibu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan tambahan. Tujuan penelitian mengetahui hubungan frekuensi menyusui dengan keberhasilan kontrasepsi MAL di Desa Leminggir Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto. Jenis Penelitian analitik observasional dengan rancang bangun cross sectional. Variebel independen frekuensi menyusui dan Variebel Dependen keberhasilan kontrasepsi MAL. Populasinya semua ibu menyusui bayinya selama 0-6 bulan dan belum menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan sebanyak 42 ibu dan di dapatkan sampel sebanyak 38 responden yang diambil dengan metode Simple Random Sampling. Tehnik pengumpulan data dengan wawancara, instrumen penelitian adalah kuesioner. Setelah itu dilakukan pengolahan data yaitu editing, coding, tabulating, kemudian di analisa dengan menggunakan Chi – square. Hasil penelitian menunjukkan dari 38 responden, di dapatkan 27(71,1%) responden menyusui bayinya ≥6 kali sehari, 22 (57,9%) responden berhasil menggunakan kontrasepsi MAL, dan setengah dari responden yang menyusui ≥6 kali sehari dan berhasil menggunakan kontrasepsi MAL, yaitu 19 (50%) responden. Hasil Uji Chi Square didapatkan X2 hitung = 4,32> X2tabel = 3,841 maka H1 diterima artinya ada hubungan frekuensi menyusui dengan keberhasilan kontrasepsi Metode Amenore Laktasi. Simpulan hasil penelitian ada hubungan frekuensi menyusui dengan keberhasilan kontrasepsi MAL di Desa Leminggir Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto. Semakin sering ibu menyusui bayinya dalam sehari maka semakin lama tertundanya ovulasi pada ibu. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi baru bagi tenaga kesehatan dalam menentukan kebijakan pelayanan kesehatan. ABSTRACT Lactation amenorrhea method can be regarded as a natural family planning method, if it don’t combined with other methods of contraception and breast-feeding mothers only without extra food. The purpose of the study was to determine the relationship of the frequency of breasfeeding success MAL contraception in the Village Leminggir District of Mojosari Mojokerto. The type of this study was observational analytic with the cross sectional design. The independent Variebel breastfeeding frequency and the dependent variebel the success contraceptive MAL. The population was all mothers breastfeed exclusively for 0-6 months and not using contraception at after giving birth as many as 42 mothers and get sample of 38 respondents and taken by simple random sampling method. Techniques of data collection is by interview, the research instrument was a questionnaire. The processed by editing, coding, and tabulating, and analyzed usid Chi – square test. The results showed from 38 respondents, obtained 27(71.1%) respondents breastfeed ≥6 time a day, 22(57,9%) respondents successfully using contraseption MAL, and half of the respondents who breastfeed ≥6 time a day an manage using MAL contraseption, it was 19(50%) of respondents. Results of the Chi Square obtained X2 count = 4.32 > = X2 table 3,84 then H1 is accepted, it means there was correlation between breastfeeding frequency relationship to the success of lactation amenorrhea method of contraception. The results conclusion of this study, there was correlation breastfeeding frequency relationship to the success MAL in the Village Leminggir District of Mojosari Mojokerto. The more frequently a mother breastfeeding her baby in a day then the longer the delay in women ovulation. This study is expeccted to be new information source for health workers in determining health care policy. Keywords Contributor Tanggal Type Material URL Right Summary : Frequency of Breastfeeding, Contraception, Lactation Amenorhea Methods : 1. IkaYuniSusanti, SKM 2. Fitria Edni Wari, S.Keb.Bd : Mojokerto, 07 Juni 2014 : Laporan Penelitian : : Open Document : LATAR BELAKANG Banyak perempuan yang mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut. Faktor yang mempengaruhi seseorang dalam memilih alat kontrasepsi yaitu faktor pasangan, faktor kesehatan dan juga faktor dari metode kontrasepsi itu sendiri (Hartanto, 2004). Salah satu metode kontrasepsi adalah metode amenore laktasi (MAL), yaitu metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya. Metode amenorrhea laktasi dapat dikatakan sebagai metode keluarga berencana alamiah, apabila tidak dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain (Lusa, 2010). Kenyataan yang terjadi di masyrakat banyak ibu menyusui belum menyadari pentingnya pemberian ASI terutama sebagai alat kontrasepsi alami (Nugra, 2013). Peserta KB nasional periode Agustus 2012 sebanyak 6.152.231 akseptor. Sebagaian besar masyrakat Indonesia yang menggunakan alat kontrasepsi memilih yang metode non kontrasepsi jangka panjang atau dapat dikatakan mereka memilih alat kontrasepsi yang memiliki reaksi jangka pendek. Total pengguna alat kontrasepsi jangka pendek (Kondom, Pil, Suntik) mencapai 82.26%, sementara pengguna alat kontrasepsi jangka panjang (Implan dan IUD) hanya sebesar 17,74%. Metode kontrasepsi yang mayoritas dipilih oleh masyarakat yaitu metode Suntikan dengan persentase 47,94% (BKKBN, 2012). Di Indonesia sendiri tepatnya di Binjai Utara tahun 2010 lalu telah dilakukan penelitian oleh Fitri Kesumanta di dapat hasil penelitian bahwa mayoritas responden yaitu ibu nifas dapat melakukan MAL dengan benar walaupun secara pengetahuan masih rendah. Juga penelitian yang dilakukan oleh Heni Sumastri pada tahun 2012 di dapat hasil dari 97 responden terdapat 55 (55,70%) responden dengan frekuensi menyusui tinggi, mengalami inisiasi menstruasi lambat sebanyak 39 (40,20%) responden dan 42 (44,30%) responden yang memiliki riwayat frekuensi menyusui rendah memiliki inisiasi menstruasi lebih cepat yaitu 58 orang (59,80%). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Desa Leminggir Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto dengan teknik wawancara terhadap 5 responden diperoleh data bahwa 3 responden (60%) menyusui bayinya secara eksklusif dan mereka tidak mengalami kehamilan selama 1 tahun pertama kelahiran bayi, dan 2 responden (20%) tidak menyusui bayi secara eksklusif ditambahi dengan makanan tambahan lain dan mereka sudah hamil lagi dalam 1 tahun kelahiran bayi. Cepat atau lambatnya untuk kembali mendapatkan menstruasi lagi dipengaruhi oleh hormon prolaktin dan progesteron. Prolaktin sendiri adalah hormone yang dapat merangsang kelenjar susu memproduksi ASI. Jika ibu menyusui secara efektif, maka akan meningkatkan produksi hormon prolaktin,dimana peningkatan hormon prolaktin ini dapat menekan hormon progesteron dan estrogen yang berperan dalam proses terjadinya menstruasi. Artinya jika ibu menyusui secara efektif dan kontinyu, tanpa di selangsusu formula, maka untuk terjadinya haid akan lebih lama,bisa sampai 1 tahun, bahkanhampir 2tahun, sehingga ini bisa dijadikan sebagai kontrasepsi alami (Intan, 2011). Menyusui eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif, selama klien belum mendapat haid dan waktunya kurang dari enam bulan pasca persalinan. Efektifnya dapat mencapai 98%. MAL efektif bila menyusui lebih dari delapan kali sehari dan bayi mendapat cukup asupan per laktasi (Saifuddin, 2006). Makin lama ibu menyusui bayinya, makin cenderung bahwa haid akan terjadi kembali selama masa menyusui tersebut dan makin cenderung timbul ovulasi yang mendahului haid pertama postpartum. Makin sering bayi menghisap asi,maka makin lama kembalinya haid ibu.Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa laktasi dapat memberikan perlindungan yang bermakna terhadap kahamilannya. Antara lain bahwa hanya 5% dari ibu yang menyusui menjadi hamil lagi dalam waktu 9 bulan setelah melahirkan dibandingkan dengan 75% ibu yang tidak menyusui (Hartanto,2004). AmericanAcademyof Pediatrics/AAP (1997) merekomendasikan frekuensi menyusui perhari(24 jam) sebanyak 8-12 kali dengan durasi menyusui selama 10-15 menit untuk tiap payudara. Pada minggu pertama pasca kelahiran,meskipun bayi tidak memberi tanda ingin menyusu, bayi tetap rutin diberi ASI setiap 4 jam setelah menyusui terakhir (Dr. Seno Adjie, 2010) Pemberian ASI eksklusif mengharuskan bayi disusui secara on demand (menurut kebutuhan bayi) dengan bayi di biarkan mengisap sampai bayi sendiri yang melepaskan isapannya. Saat menyusui, bayi dibiarkan menyelesaikan mengisap dari satu payudara sebelum memberikan payudara lain,supaya bayi mendapat cukup banyak susu akhir (hind milk). Bayi hanya membutuhkan sedikit ASI dari payudara berikut atau sama sekali tidak memerlukan lagi. Ibu dapat memulai dengan memberikan payudara lain saat menyusui berikutnya sehingga kedua payudara memproduksi banyak ASI. Waktu antara 2 pengosongan payudara tidak lebih dari 4 jam (Saifuddin, 2006). METODOLOGI Penelitian ini menurut prosesnya merupakan jenis penelitian analitik observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional, Mempunyai dua variabel yaitu variable independen (Frekuensi Menyusui) dan Variabel Dependen (Kberhasilan Kontrasepsi MAL). Subjek pada penelitian ini adalah 42 responden ibu hamil trimester III dengan menggunakan tehnik Simple Random sampling, data yang digunakan yaitu data primer dengan istrumen kuesioner dengan uji Chi Square. Tempat dan waktu penelitian di Desa Leminggir Kecamatan Mojosari Mojokerto, dan Waktu penelitian pada tanggal 18 s/d 26 Mei 2014. HASIL PENELITIAN Berdasarkan frekuensi menyusui di Desa Leminggir Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto didapat hasil dari 38 responden, didapatkan sebagian besar responden menyusui bayinya ≥6 kali sehari sebanyak 27 (71,1%) responden dan hampir setengah dari responden menyusui bayinya <6 kali sehari sebanyak 11 (28,9%) responden. Frekuensi menyusui merupakan berapa sering dan lama ibu saat menyusui bayinya dalam sehari semalam. Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/ kedinginan) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5–7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1–2 minggu kemudian (Ayu, 2012) Penelitian Howie dan kawan–kawan (1981) menemukan bahwa bayi dapat menghisap ASI sebanyak 6 kali atau lebih dalam 24 jam, dengan lama menyusui >60 menit per 24 jam, serta menyusu pada malam hari (Hidayati, 2009). Ketika ibu mulai memberikan makanan dan minuman tambahan lain bayi akan menghisap kurang sering dan akibatnya menyusui tidak lagi efektif sebagai metode kontrasepsi. Faktor yang mempengaruhi kenapa ibu tidak menyusui atau jarang menyusui adalah ibu yang bekerja, ibu yang bekerja tidak perlu menghentikan pemberian ASI, ibu dapat menyusui bayinya sebelum berangkat kerja atau bila tempat kerja dekat dari rumah ibu dapat pulang untuk menyusui bayinya pada waktu istirahat (Ayu, 2012). Berdasarkan penelitian, diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden menyusui bayinya ≥6 kali dalam sehari, hal ini sangat baik karena pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tidak teratur, dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1–2 minggu kemudian. Seringnya ibu menyusui bayinya juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya ibu belum memberikan makanan dan minuman tambahan kepada bayi sehingga ibu lebih sering menyusui siang dan malam dengan jarak antara dua waktu menyusui tidak lebih dari 4 jam sesuai dengan kebutuhan bayi. Sementara itu responden yang menyusui bayinya <6 kali sehari, hal ini dikarenakan beberapa faktor di antaranya pengaruh geografis, budaya dan sosial ekonomi dari pengaruh ini didapatkan bahwa pendidikan, ibu yang bekerja dan lain-lain dapat berpengaruh terhadap frekuensi menyusui bayi. Berdasarkan Keberhasilan Kontrasepsi MAL di Desa Leminggir Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto diketahui bahwa dari 38 responden, didapatkan sebagian besar dari responden berhasil menggunakan kontrasepsi metode amenore laktasi, yaitu sebanyak 22 (57,9%) responden. Metode Amenorea Laktasi merupakan kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apapun lainnya (Saifuddin, 2006). Menstruasi yang didapat setelah melahirkan waktunya relatif, ada yang 1 tahun setelah melahirkan, 6 bulan setelah melahirkan dan ada yang 3 bulan setelah melahirkan. Cepat atau lambatnya untuk kembali lagi haid salah satunya dipengaruhi oleh hormon prolaktin dan progesteron. Prolaktin sendiri adalah hormon yang dapat merangsang kelenjar susu memproduksi ASI. Jika ibu menyusui secara efektif, maka akan meningkatkan produksi hormon prolaktin, dimana peningkatan hormon prolaktin ini dapat menekan hormon progesteron dan estrogen yang terlibat dalam terjadinya haid. Artinya, jika ibu menyusui bayi secara efektif dan kontinyu tanpa diselang oleh susu formula, maka untuk terjadinya kembali haid akan lebih lama, bisa sampai satu tahun bahkan ada yang dua tahun. Ini yang dinamakan kontrasepsi alami (Intan, 2011). Semakin lama ibu tidak menyusui bayinya, menstruasi akan cenderung cepat kembali selama masa menyusui tersebut, dan makin cenderung timbul ovulasi yang mendahului menstruasi pertama postpartum. Sebaliknya, semakin sering bayi menghisap ASI maka semakin lama kembalinya atau tertundanya menstruasi (Hidayati, 2009) Menyusui sebagai aspek KB yang dapat menjarangkan kehamilan, ditemukan rata-rata jarak kehamilan ibu yang menyusui adalah 24 bulan, sedangkan yang tidak menyusui 11 bulan. Hormon yang mempertahankan laktasi bekerja menekan hormon untuk ovulasi, sehingga dapat menunda kembali kesuburan (Roesli, 2005) Berdasarkan penelitian, diperoleh hasil bahwa sebagian besar respoden berhasil menggukan kontrasepsi metode amenore laktasi hal ini dikarenakan MAL lebih efektif yaitu 98%, tidak memerlukan prosedur khusus seperti alat dan obat, tidak memerlukan pengawasan tenaga medis, mudah digunakan hanya dengan menyusui, tidak memerlukan biaya serta tidak menimbulkan efek samping secara sistemik sehingga responden lebih memilih menyusui sebagai metode kontrasepsi. Namun hampir setengah dari responden tidak berhasil menggunakan kontrasepsi metode amenore laktasi hal ini dikarenakan tidak ada persiapan sejak awal kehamilan agar ibu seger menyusui bayinya dalam 30 menit pasca persalinan Berdasarkan hasil tabulasi silang analisa hubungan frekuensi menyusui dengan keberhasilan kontrasepsi metode amenore laktasi dapat diketahui dari 38 responden, didapatkan setengah dari responden yang menyusui bayinya ≥6 kali sehari dan berhasil menggunakan kontrasepsi metode amenore laktasi, yaitu sebanyak 19 (50%) responden, dan sebagian kecil dari responden menyusui bayinya <6 kali dalam sehari dan tidak berhasil menggunakan kontrasepsi metode amenore laktasi sebanyak 8 (21,1%) responden. Setelah dilakukan uji statistik chi square mengenai hubungan frekuensi menyusui dengan keberhasilan kontrasepsi Metode Amenorhea Laktasi di Desa Leminggir Kecamatan Mojosari Kabupeten Mojokerto di dapatkan nilai X2 hitung = 4,32 > X2tabel = 3,841 sehingga H1 diterima yang artinya adahubungan frekuensi menyusui dengan keberhasilan kontrasepsi Metode Amenore Lakyasi. Menyusui menyebabkan penundaan pemulihan kesuburan setelah persalinan dan dapat digunakan sebagai salah satu metode kontrasepsi alami. Pola menyusui yang dapat dipercaya menimbulkan infertilitas dikaitkan dengan amenore dan yang bersifat kontraseptif adalah terjadinya penekanan ovulasi (yang menyebabkan tidak adanya menstruasi) (Glasier, 2005). Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Hidayati (2009) bahwa bayi yang menghisap ASI sebanyak 6 kali atau lebih dalam 24 jam, dengan lama menyusui >60 menit per 24 jam, serta menyusu pada malam hari, merupakan faktor–faktor penting dalam penundaan ovulasi yang tentunya berhubungan dengan datangnya menstruasi awal setelah melahirkan. Ovulasi akan tertunda lebih dari 10 minggu selama masa laktasi, asal frekuensi, intensitas dan kebutuhan bayi diperhatikan. (Hatanto, 2004). Pada wanita postpartum yang menyusui, konsentrasi hormon prolaktin tetap meninggi selama penghisapan sering terjadi dan pada setiap kali menyusui terjdi peningkatan prolaktin secara akut. Walaupun konsentrasi FSH kembali ke normal dalam beberapa minggu pascapartum, namun konsentrasi LH dalam darah tetap tertekan sepanjang periode menyusui. Yang penting pola pulsasi normal pelepasan LH mengalami gangguan dan hal inilah yang diperkirakan merupakan penyebab mendasar terjadinya penekanan fungsi normal ovarium. (Glasier, 2005) Efek menyusui dalam kesuburan tergantung dengan lama dan frekuensi menyusui dan usia ketika bayi mulai mendapatkan makanan tambahan. Peningkatan hormone prolactin melalui seringnya menyusui dan cara yang akan mempengaruhi kerja hipotalamus untuk menghambat ovulasi dengan demikian juga mempunyai fungsi kontrasepsi (Nindya, 2009) Sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, dsb) atau ibu sudah perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan Asi dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam (Soetjiningsih, 2006). Salah satu kontrasepsi yang dapat digunakan pasca persalinan yaitu Metode Amenorea Laktasi (MAL) yaitu kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif, artinya dengan metode ini haid tidak muncul teratur selama 24 minggu atau 6 bulan. Namun kehamilan jarang terjadi dalam 20 minggu pertama puerperium. Ibu yang tidak menyusui bayinya selama lebih dari 3 bulan, mereka lebih mempunyai resiko hamil lebih besar, karena lebih dari 80 % mengalami haid dan ovulasi pada minggu ke-10 setelah melahirkan (Nindya, 2009). Berdasarkan penelitian, sebagian besar responden yang menyusui bayinya ≥ 6 kali dalam sehari berhasil menggunakan kontrasepsi metode amenore laktasi hal ini dikarenakan saat ibu menyusui isapan bayi pada payudara ibu akan menimbulkan ransangan pada puting. Ransangan ini membuat kelenjar pituitari di otak memerintahkan pengeluaran hormon–hormon penghambat ovulasi. Makin sering dan makin lama laktasi dilakukan serta mengurangi pemakaian susu botol, maka ovulasi akan dapat di tunda dan ini memberikn proteksi alami terhadap terjadinya kehamilan. Sedangkan pada ibu yang tidak menyusui bayinya atau menyusui < 6 kali dalam sehari efek kontrasepsi dari laktasi akan berkurang efektifitasnya karena hormone LH dan FSH akan menurun sensitivitasnya terhadap Gonadrotopin Releasing Hormone (GnRH) sehingga ibu akan mengalami amenore setidaknya 3 sampai 4 minggu setelah melahirkan. SIMPULAN 1. Sebagian besar ibuyang menyusui bayinya >6 kali dalam sehari yaitu sebanyak 27 (71,05%) ibu. 2. Sebagian besar ibu yangberhasil menggunakan kontrasepsi Metode Amenore Laktasi, yaitu sebanyak 22 (57,9%) ibu. 3. Ada hubungan frekuensi menyusui dengan keberhasilan kontrasepsi Metode Amenore Laktasi REKOMENDASI 1. Bagi Masyarakat / Responden Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan responden tentang pentingnya pemberian ASI terutama secara eksklusif. Selain memberikan keuntungan bagi bayi, ASI juga memberikan keuntungan bagi ibu termasuk keuntungan dalam hal efek kontrasepsi. 2. Bagi Profesi Kebidanan Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi baru bagi tenaga kesehatan dalam menentukan kebijakan pelayanan kesehatan. 3. Bagi Instansi Kesehatan Tenaga kesehatan diharapkan lebih meningkatkan progam – progam yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif yang bermanfaat sebagai kontrasepsi alamiah. 4. Bagi Instansi Pendidikan Institusi pendidikan perlu melakukan pengayakan/pematangan cara melakukan penelitian yang lebih baik dan benar kepada mahasiswa Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto Program studi kebidanan, khususnya mengenai hubungan frekuensi menyusui dengan keberhasilan kontrasepsi metode amenorrhea laktasi. 5. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang kontrasepsi metode amenorrhea laktasi khususnya faktor yang mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi MAL seperti haid, lama amenore serta status gizi pada ibu. ALAMAT KORESPONDENSI Email : [email protected] No telp : 085851376607 Alamat : Dsn. Kluncing Legi Ds. Kenep Kec. Beji Kab. Pasuruan