Kode / Nama Rumpun Ilmu: 772 / Pendidikan Matematika LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DOSEN MUDA Ekperimentasi Model Pembelajaran Cooperative Script dan Reciprocal Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa. TIM PENGUSUL Elis Nurhayati, M. Pd Depi Setialesmana, M. Pd Sinta Verawati Dewi, M. Pd NIDN: 0424098103 NIDN: 0419117705 NIDN: 0008098504 Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Siliwangi 2017 Scanned by CamScanner RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Apakah Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis yang menggunakan model pembelajaran Cooperative Script lebih baik daripada yang menggunakan model Reciprocal Learning pada materi Bangun Ruang Sisi Datar, Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan model pembelajaran Cooperative Script dengan siswa yang memperoleh pembelajaran Reciprocal Learning ditinjau dari tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah dan pada langkah mana siswa mengalami kesulitan terbesar dalam menyelesaikan soal kemampuan pemecahan masalah matematis. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalahmatematis. Populasi penelitian yaitu siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Tasikmalaya. Pengambilan sampel dengan random sampling. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tes kemampuan pemecahan masalah matematis. Analisis data menggunakan uji perbedaan dua rata-rata. Target penelitian yang ingin dicapai adalah publikasi ilmiah dalam jurnal yang memiliki ISSN atau, prosiding pada seminar ilmiah yang berskala local, regional maupun nasional. Kata Kunci: Model Pembelajaran Cooperative Script, model Pembelajaran Reciprocal Learning, Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis, Bangun Ruang Sisi Datar DAFTAR ISI Halaman Pengesahan ........................................................................................ Daftar Isi ........................................................................................................... Daftar Tabel ..................................................................................................... Daftar Lampiran .............................................................................................. Ringkasan ........................................................................................................ i iii iv v vi BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1 1.1.Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1.2.Perumusan Masalah ............................................................................. 1.3.Definisi Operasional………………………………………………… . 1.4.Hipotesis dan Pertanyaan Penelitian…………………………………. 1.5.Batasan Masalah………………………………………………………. 1.6.Tujuan Penelitian .................................................................................. 1.7.Target Luaran Penelitian ..................................................................... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 1 2 2 3 4 4 7 5 2.1 2.2 2.3 2.4 Model Pembelajaran Cooperative Script ........................................... 5 Model Pembelajaran Reciprocal Learning ......................................... 6 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ................................... 8 Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Pemecahan Masalah Matematis ........................................................................................... 10 2.5 Penelitian yang Sudah Dilaksanakan ................................................. 11 BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN.................................... 3.1 Tujuan Penelitian 3.2 Manfaat Penelitian BAB 4 METODE PENELITIAN .................................................................... 4.1 Tahapan-tahapan Penelitian .............................................................. 4.2 Tenpat Penelitian ................................................................................ 4.3 Variabel Penelitian ............................................................................ 4.4 Desain Penelitian.…………………………………………...……….. 4.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ . 4.6 Teknik Analisis Data .......................................................................... 4.1 Anggaran Biaya……………………………………………………… 4.2 Jadwal Penelitian…………………………………………………….. BAB 5. HASIL YANG DICAPAI.............................................................. 12 12 12 12 13 15 17 17 BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA......................................... BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… LAMPIRAN……………………………………………………………….. ... DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Rencana Target Capaian …………………………………………… Tabel 3.1 Pretest-Posttest control Group Design……………………………… Tabel 3.2 Rubrik penskoran tes KPMM………………………………………. Tabel 3.3 Pedoaman Penafsiran Data………………………………………… Tabel 4.1 Anggaran Biaya…………………………………………………….. BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Faktor penyebab belum optimalnya aktivitas kemampuan pemecahan masalah siswa adalah bahwa pada pembelajaran matematika, siswa selalu diarahkan untuk menghafal informasi sebanyak-banyakya kemudian digunakan dalam menyelesaikan soal yang berkaitan. Tetapi pada kenyataannya hanya sedikit siswa yang mampu mengingat informasi tersebut karena dalam pembelajaran sering sekali tidak melibatkan siswa belajar secara aktif. Dalam aktivitas memecahkan masalah diketahui siswa belum optimal dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah. Siswa cenderung langsung mengerjakan soal untuk mencari jawaban tanpa mencoba melakukan kegiatan memahami soal, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana, melakukan pengecekan kembali terhadap langkah-langkah yang telah dikerjakan. sehingga hasil belajar belum optimal. Pemilihan strategi pembelajaran merupakan salah satu cara dalam memudahkan siswa menerima materi pelajaran. Oleh Karena itu guru harus memfasilitasi aktivitas siswa dalam mengembangkan kemampuannya dengan melibatkan siswa secara aktif. Yaitu dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bebas berekspresi dalam belajar. Siswa membaca wacana, merangkum materi yang sudah dipelajari, dan bisa menyimpulkan materi dengan mejelaskan kemabli materi yang sudah dipelajari. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah adalah pembelajaran Cooperative Script yang diharuskan adanya kesepakatan tentang aturan-aturan dalam berkolaborasi sehingga masalah dapat dipecahkan dan disimpulkan secara bersama. Model pembelajaran ini lebih memberikan keuntungan kepada siswa karena lebih mengarah kepada terbentuknya kemandirian belajar siswa dan masih dibawah bimbingan dan arahan guru dalam mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan, namun tetep memberikan kebebasan berekspresi dalam belajar. Sedangkan untuk model pembelajaran Reciprocal Learning didesain untuk mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari. siswa mengidentifikasi hal-hal yang penting dalam bacaan yang sedang dipelajari, membuat pertanyaan setelah membaca materi sehingga dapat membantu siswa untuk mengeluarkan ide dari hal yang tidak dipahaminya dan dapat mendorong siswa untuk mampu bisa meyeleaikan masalah. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “EKSPERIMENTASI MODEL PEMBEAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DAN RECIPROCAL LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA” 1.2 Rumusan Masalah Masalah yang dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah kemampuan pemecahan masalah matematis yang mendapat pembelajaran Cooperative Script lebih baik daripada Reciproval Learning? 2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan model pembelajaran Cooperative Script dengan siswa yang memperoleh pembelajaran Reciprocal Learning ditinjau dari tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah? 3. Pada langkah manakah siswa mengalami kesulitan terbesar dalam menyelesaikan soal kemampuan pemecahan masalah matematis ? 1.3 Definisi Operasional Definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Model pembelajaran Cooperative Script Model pembelajaran Cooperative Script dalam penelitian ini adalah merupakan metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari dan dalam proses pembelajaran lebih menekankan kepada proses kerjasama dalam kelompok. 2. Model Reciprocal Learning Model pembelajaran berbalik (Reciprocal learning) adalah kegiatan pembelajaran mandiri yang mencangkup empat aspek yaitu merangkum, membuat pertanyaan, menjelaskan kembali dan memprediksi. 3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Kemampuan pemecahan masalah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa menggunakan pengetahuan-pengetahuan dan konsepkonsep kubus dan balok yang dipelajarinya untuk memecahkan berbagai masalah yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian ini terdiri dari beberapa langkah yaitu: memahami masalah, membuat rencana pemecahan, melakukan perhitungan, dan memeriksa kembali hasil yang diperoleh. 4. Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah matematis Siswa dianggap mengalami kesulitan pada langkah tertentu jika pada tahap itu siswa memperoleh nilai kurang dari atau tidak memberikan jawaban dan siswa dianggap tidak mengalami kesulitan jika siswa memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan. 1.4 Hipotesis dan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan dan kajian pustaka dirumuskan maka, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kemampuan pemecahan masalah matematis yang mendapat pembelajaran Cooperative Script lebih baik daripada pembelajaran Reciprocal Learning. 2. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan model pembelajaran Cooperative Script dengan siswa yang memperoleh pembelajaran Reciprocal Learning ditinjau dari tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Sedangkan pertanyaan penelitiannya pada langkah manakah siswa mengalami kesulitan terbesar dalam menyelesaikan soal kemampuan pemecahan masalah matematis. 1.5 Batasan Penelitian Penelitian ini dibatasi hanya membahas materi pada bangun ruang sisi datar yang sedang ditempuh oleh siswa kelas 8, serta kemampuan yang diukur adalah kemampuan pemecahan masalah matematis. 1.6 Target Luaran Penelitian Target penelitian yang ingin dicapai adalah publikasi ilmiah dalam jurnal yang memiliki ISSN atau jurnal nasional terskreditasi, prosiding pada seminar ilmiah yang berskala local, regionl maupun nasional. No 1. 2. 3. 4. 5. Tabel 1.1 Rencana Target Capaian Jenis Luaran Indikator Pencapaian Publikasi Ilmiah di Jurnal (berISSN) Draft Nasional Pemakalah Draft Lokal Bahan Ajar Tidak Ada Luaran lainnya jika ada (Teknologi Tepat Guna, Model/Purwarupa/Desain/Karya Tidak Ada seni/Rekayasa social. Tingkat kesiapan teknologi BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Cooperative Scrift Model pembelajaran Cooperative Script merupakan salah satu model belajar yang dikemukanan oleh Danserau dkk tahun 1985 (Riyanto, 2009) yaitu diamana Pembelajaran ini merupakan suatu cara bekerjasama secara berkelompok kemudian kelompok tersebut bergantian secara lisan mengintisarikan materi-materi yang dipelajari. Sedangkan menurut Slavin bahwa Cooperative Sript adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian peran sebagai pembaca atau pendengar dalam mengintisarikan bagian-bagian yang dipelajari. Pada pembelajaran Cooperative Script diharuskan adanya kesepakatan tentang aturan-aturan dalam berkolaborasi sehingga masalah dapat dipecahkan dan disimpulkan secara bersama. Model pembelajaran ini lebih memberikan keuntungan kepada siswa karena lebih mengarah kepada terbentuknya kemandirian belajar siswa dan masih dibawah bimbingan dan arahan guru dalam mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan, namun tetep memberikan kebebasan berekspresi dalam belajar. Langkah-langkah pembelajaran Cooperative Script diambil dari Saudagar dan Idris (2009) adalah sebagai berikut: 1. Guru membagi siswa untuk berpasangan 2. Guru membagikan wacana/materi kepada setiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan 3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar. 4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin dengnan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasan, sementara pendengar: a. Menyimak/mengorak/melengkapi ide-ide pkok yang kurang lengkap. b. Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lain. 5. Bertukar peran, semula berperan sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Kemudian lakukan seperti kegiatan tersebut kembali. 6. Merumuskan kesimpulan bersama siswa dan guru. 7. Penutup. Dari uraian tersebut dan pendapat yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Cooperative Script bisa menumbuhkan ide-ide atau gagasan baru, daya berpikir kritis serta mengembangkan jiwa keberanian dalam menyampaikan hal-hal yang diyakini benar. 2.2 Model Pembelajaran Reciprocal Learning Model pembelajaran berbalik (Reciprocal learning) adalah kegiatan pembelajaran mandiri yang mencangkup empat aspek yaitu merangkum, membuat pertanyaan, menjelaskan kembali dan memprediksi. Hal tersebut sejalan dengan pendapat kalangan ahli di antaranya Nur dan Wikandari yang dikutip Trianto (2011) bahwa, “pembelajaran berbalik adalah pendekatan konstruktivis yang berdasarkan pada prinsip-prinsip pembuatan atau pengajuan pertanyaan”. Kemudian menurut Ann Brown dan Annemarie yang dikutip Trianto (2011) yaitu, “dengan pembelajaran berbalik guru mengajarkan siswa keterampilan-keterampilan kognitif penting dengan menciptakan pengalaman belajar, melalui pemodelan perilaku tertentu kemudian membantu siswa mengembangkan keterampilan tersebut atas usaha mereka sendiri dengan pemberian semangat, dukungan dan suatu sistem scaffolding”. Menurut Weintein & Meyer ( Suherman, 2008) mengemukakan bahwa pembelajaran Reciprocal Learning harus memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat, berpikir dan memotivasi diri. Sedangkan resnik mengemukakan bahwa belajar efektf dengan cara membaca bermakna, merangkum, bertanya, representasi dan hipotesis. Untuk mewujudkan belajar efektif menurut Meyer (Suherman, 2008) mengemukakan cara pembelajaran Reciprocal yaitu: Informasi, pengarahan, berkelompok mengerjakan LKSD-modul, membacamerangkum. Dalam penerapan reciprocal learning kita akan menemukan strategi pembelajaran reciprocal learning sebagai rujukan dalam melakukan langkahlangkah pengaplikasian metode reciprocal learning ini dalam kegitan belajar mengajar (KMB) berlangsung, yaitu: 1. Strategi pembelajaran Reciprocal Menurut Palinscar dan Brown (1987) setidaknya terdapat empat strategi dasar yang terlibat dalam proses pembelajaran reciprocal yaitu, melakukan klarifikasi, membuat prediksi, bertanya dan membuat kesimpulan. Adapun penjelasan untuk masing-masing strategi adalah sebagai berikut; a. Klarifikasi Dalam suatu aktifitas membaca mungkin saja seorang siswa menganggap pengucapan kata yang benar adalah hal yang terpenting walaupun mereka tidak memahami makna dari kata-kata yang diucapkan tersebut. Siswa diminta untuk mencerna makna dari kata-kata atau kalimat-kalimat yang tidak familier, apakah meraka dapat memaknai maksud dari suatu paragraph. b. Membuat Rangkuman Dalam membuat rangkuman dibutuhkan kemampuan untuk dapat membedakan hal-hal yang penting dan hal-hal yang tidak penting. Menentukan intisari dari teks bacaan tersebut. c. Bertanya Strategi bertanya ini digunakan untuk memonitor dan mengevalusi sejauhmana pemahaman pembaca terhadap bahan bacaan. Pembaca dalam hal ini siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada dirinya sendiri. d. Membuat prediksi Pada tahap ini pembaca diajak untuk melibatkan pengetahuan yang sudah diperolehnya dahulu untuk digabungkan dengan informasi yang diperoleh dari teks yang dibaca untuk kemudian digunakan dalam mengimajinasikan kemungkinan yang akan terjadi berdasar atas gabungan informasi yang sudah dimilikinya. Setidaknya siswa diharapkan dapat membuat dugaan tentang topik dari paragraph selanjutnya. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan secara teknis adalah sebagai berikut; 2. Langkah penerapan Reciprocal Learning Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh guru untuk dapat melaksanakan metode reciprocal learning adalah sebagai berikut: a. Siswa mempelajari materi yang ditugaskan guru secara mandiri, selanjutnya merangkum/meringkas materi tersebut. b. Siswa membuat pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang diringkasnya. Dengan pertanyaan ini diharapkan mampu mengungkap penguasaan atas materi yang bersangkutan. c. Siswa mampu menjelaskan kembali isi materi tersebut kepada pihak lain. d. Siswa dapat memprediksi kemungkinan pengembangan materi yang dipelajarinya saat itu. Menurut Palinscar (1987) mengemukakan bahwa Reciprocal Learning tersebut di atas didesain untuk mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari. Kegiatan merangkum membantu siswa untuk mengidentifikasi hal-hal yang penting dalam bacaan yang sedang dipelajari. Pada tahapan berikutnya yaitu membuat pertanyaan setelah membaca materi dapat membantu siswa untuk mengeluarkan ide dari hal yang tidak dipahaminya sehingga mendorong siswa untuk mampu berpikir kritis. Adapun pada kegiatan menjelaskan diharapkan dapat membantu mengembangkan kemampuan siswa dalam berbicara mengenai apa yang telah dipahami. Tahapan selanjutnya yaitu kegiatan memprediksi berguna untuk membantu siswa menentukan ide-ide penting pada sebuah teks. 2.3 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Pengajaran matematika harus digunakan untuk memperkaya, memperdalam, dan memperluas kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah matematik. Kemampuan pemecahan masalah tergolong pada kemampuan berpikir tingkat tinggi. Suprijono (2010) menyatakan “Kegiatan belajar memecahkan masalah merupakan kegiatan belajar dalam usaha mengembangkan kemampuan berpikir. Berpikir adalah aktivitas kognitif tingkat tinggi”. Hal yang sama juga di ungkapkan oleh Wardani (2011), ”Pemecahan masalah (problem solving) adalah suatu proses untuk mengatasi kesulitan/hambatan yang ditemui dalam mencapai tujuan yang diharapkan”. Pentingnya kemampuan pemecahan masalah dikemukakan oleh Branca yaitu: (1) kemapuan pemecahan masalah merupakan matematika, bahkan bagian umum pembelajaran menjadi jantungnya matematika, (2) pemecahan masalah dapat meliputi, metode, prosedur dan strategi atau cara yang digunakan merupakan proses inti utama dalam kurikulum matematika, dan (3) pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar dalam matematika. Berdasarkan pendapat diatas dapat dikatakan kemapuan pemecahan masalah merupakan hal yang sangat penting untuk dimiliki seorang siswa dan juga merupakan salah satu faktor yang menentukan hasil belajar matematika siswa. Menurut Polya (1985) mengemukakan empat langkah pemecahan masalah yaitu: memahami masalah, membuat atau menyusun rencana penyelesaian, melakukan perhitungan, dan memeriksa kembali hasil perhitungan yang telah diperoleh sebelumnya. Lebih lanjut dikatakan bahwa proses yang dapat dilakukan pada tiap langkah pemecahan masalah melalui beberapa pertanyaan berikut: 1. Langkah memahami masalah. Untuk mamahami masalah yang dihadapi, siswa harus membaca/memahami secara verbal. Lebih lanjut perlu dilihat lebih rinci lagi tentang : (a) Apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan?, (b) Data apa yang dimiliki?, (c) Mencari hubungan tentang apa yang diketahui, data yang dimiliki dan yang ditanyakan dengan memperhatikan kondisi awal. Mungkinkah kondisi dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan atau yang lainnya?Apakah kondisi yang dinyatakan cukup untuk mencari yang ditanyakan? 2. Langkah menyelesaiakan pemecahan masalah. Yang perlu diperhatikan dalamlangkah ini yaitu : (a) Mempertanyakan kembali hubungan semua yang diketahui dan ditanyakan, (b) Periksalah ada soal yang serupa?, (c) Teori mana yang dapat digunakan dalam masalah ini, (d) Perhatikan yang dipertanyakan!. Coba pikirkan soal yang pernah diketahui dengan pertanyaan yang sama atau serupa, (e) Jika ada soal yang serupa, dapatkah pengalaman yang lama digunakan dalam masalah sekarang?. Dapatkah hasil dan metode yang lalu digunakan?. Apakah harus dicari unsur lain agar memanfaatkan soal semula?. Dapatkah menyatakannya dalam bentuklain? (f) Andaikan soal biasa belum dapat menyelesaikan, cobalah pikirkan berbagai kemungkinan cara penyelesaian yang mungkin dilakukan. 3. Melakukan perhitungan. Yang dilakukan dalam langkah ini adalah melaksanakan rencana pemecahan masalah dengan melakukan perhitungan yang diperlukan untuk mendukung jawaban suatu masalah. Periksalah tiap langkah perhitungan dengan benar dan tunjukkan bahwa langkah yang dipilih sudah benar. 4. Memeriksa kembali hasil dan menyimpulkan jawaban. Langkah yang terakhir adalah memeriksa kebenaran hasil yang diperoleh, kemudian menyimpulkan jawaban dari permasalahan. Dalam penelitian ini kemampuan pemecahan masalah matematika dimaksud mengacu pada kemampuan pemecahan masalah seperti dikemukakan Polya yaitu : kemapuan memecahkan soal-soal masalah matematik rutin atau tidak rutin yang tidak dapat segera dipecahkan, dengan mengikuti langkah-langkah : memahami masalah, membuat atau menyusun rencana penyelesaian, melakukan perhitungan, dan memeriksa kembali hasil perhitungan yang telah diperoleh sebelumnya. 2.4 Kesulitan Siswa dalam Melaksanakan Soal Pemecahan Masalah Matematis Kesulitan belajar Matematika sering dialami oleh siswa dalam proses pembelajaran. Kesulitan-kesulitan tersebut terlihat dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam mengerjakan soal-soal sehingga menyebabkan prestasi belajar siswa rendah. Kesulitan belajar siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah matematis dikaitkan dengan langkah-langkah polya sebagai berikut:a a. Kesulitan dalam memahami masalah b. Kesulitan merencanakan penyelesaian c. Kesulitan melakukan perhitungan d. Kesulitan memeriksa kembali hasil Siswa dikatakan mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah matematis menurut tahapan Polya apabila skor kurang atau sama dengan X min imum batas penguasaan ideal. 2.5 Penelitian yang Sudah Dilaksanakan Penelitian ini relevan dengan hasil penelitian Ira Oktaviani dengan judul Upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pembuatan pola Blazer dengan model pembelajaran Cooperative Script, dari hasil penelitiannya menyatakan bahwa pembelajaran Cooperative Script dapat meningkatkan hasil belajar siswa. BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 3.1 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menelaah tentang ada tidaknya perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis antara yang mendapat pembelajaran Cooperative Script dan pembelajaran Reciprocal Learning. 2. Menelaah tentang perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan model pembelajaran Cooperative Script dengan siswa yang memperoleh pembelajaran Reciprocal Learning ditinjau dari tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah 3. Menelaah tentang pada langkah manakah siswa mengalami kesulitan terbesar dalam menyelesaikan soal kemampuan pemecahan masalah matematis. 3.2 Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk memperoleh gambaran mengenai kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan model pembelajaran Cooperative Script dan Reciprocal Learning. Selanjutnya dengan gambaran ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk melakukan perbaikan perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran berikutnya. BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1 Tahapan-tahapan Penelitian Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu tahapan persiapan yang meliputi: membuat instrument tes kemampuan pemecahan masalah matemati; menguji instrument tes pada siswa yang telah menempuh materi bangun ruang sisi datar; melakukan uji validitas dan reliabilitas soal yang akan diujicobakan; membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), melengkapi buku ajar dan lembar kerja siswa. Selanjutnya tahap pelaksanaan meliputi: memberikan pretest kepada kelas eksperimen dan kelas control; melaksanakan pembelajaran Cooperative Script pada kelas eksperimen dan pembelajaran langsung pada kelas kontrol; memberikan posttest kemampuan pemecahan masalah matematis baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Kemudian tahap penyelesaian meliputi: mengumpulkan data hasil tes dari masing-masing kelas, mengolah dan menganalisis data hasil tes dari asing-masing kelas; tahapan terakhir yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan. Data hasil analisis diinterpretasikan kemudian disimpulkan berdsarkan hipotesis penelitian yang dibuat. 4.2 Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 12 Tasikmalaya pada siswa kelas VIII 4.3 Variabel Penelitian Penelitian ini melibatkan variabel bebas dan variabel terikat. Adapun variabel bebasnya adalah pembelajaran Cooperative Script dan Reciprocal Learning sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan pemecahan masalah matematis 4.4 Desain Penelitian Penelitian ini melibatkan dua kelompok pembelajaran, sehingga desainnya seperti berikut: Tabel 4.1 Pretest-Posttest control Group Design Kelompok Pretes Perlakuan Postes A O X1 O A O X2 O Keterangan: O= Pretest dan Posttest kemampuan pemecahan masalah matematis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol X1 = Perlakuan (Treatment) pada kelas eksperimen dengan pembelajaran Cooperative Script. X2 = Perlakuan (Treatment) pada kelas eksperimen dengan pembelajaran Reciprocal Learning. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Tasikmalaya. Sedangkan sampel penelitian terdiri dari dua kelompok siswa kelas VIII yang dipilih secara purposif. Pengambilan sampel secara purposif yang dimaksud adalah pengambilan kelompok yang didasarkan kepada pertimbangan tertentu. Adapun kelas VIII dipilih karena dianggap telah memenuhi materi prasyarat dari kelas sebelumnya. 4.5 Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan instrumen tes berupa tes uraian untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis yang diberikan Sebelum pembelajaran (pretest) yaitu untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis pada materi yang akan dipelajari sedangkan setelah pembelajaran (posttest) dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Penskoran tes tertulis yang digunakan untuk tes kemampuan pemecahan masalah matematik mengadopsi dari pedoman penskoran pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Schoen dan Ochmke (Wardani, 2002:16), penskoran tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2. Adapun kriterianya sebagai berikut: Tabel 4.2 Rubrik penskoran tes KPMM Skor 0 Memahami Membuat Rencana Masalah pemecahan Masalah Melakukan Perhitungan Salah Tidak ada rencana Tidak menginterpre yang tidak relevan. melakukan tasi atau perhitungan. salah sama sekali. Memeriksa kembali hasil Tidak ada pemeriksaan atau tidak ada keterangan lain. 1 2 Salah menginterpre tasi sebagian soal, mengabaikan kondisi awal. Membuat rencana pemecahan yang tidak dapat dilaksanakan Melaksanakan prosedur yang benar dan mungkin menghasilkan jawaban yang benar tetapi salahperhitung an. Ada pemeriksaan tetapi tidak tuntas. Memahami masalah selengkapnya Membuat rencana yang benar tetapi sudah dalam hasil/ tidak ada hasil. Melakukan proses yang benar dan mendapatkan hasil yang benar. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat kebenaran hasil dan proses. 2 2 3 Membuat rencana yang benar tetapi belum lengkap 4 Membuat rencana sesuai dengan prosedur dan mengarah pada solusi yang benar. Skor Ideal 2 4 4.6 Teknik Analisis Data Data yang diperoleh untuk mendeskripsikan hasil penelitian tentang peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis diolah menggunakan analais indeks gain dari Meltzer dengan rumus sebagai berikut: g postest score pretest score maksimum possible score pretest score Perhitungan uji dua rata-rata dilakukan, yang sebelumnya menguji normalitas untuk menguji apakah data berditribusi normal atau tidak. Perhitungannya menggunakan SPSS 22 . Jika data berdistribusi normal selanjutnya diuji homogenitas. Tetapi jika salah satu atau keduanya tidak berdistribusi normal , maka uji selanjutnya adalah dengan uji Mann Whitney. Analisi skor kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal tes kemampuan pemecahan maslah matematis dimaksudkan untuk menentukan apakah siswa termsuk kategori yang mengalami kesulitan atau tidak pada tahap kemmampuan pemecahan maslah menurut polya. Kriteria pengelompokkan siswa menjadi kelompok yang mengalami kesulitan atau tidak mengalami kesulitan pada tahap tertentu adalah batas kelulusan dari tiap tahap yang dinyatakan sebagai batas minimum. Batas kelulusan yang digunakan adalah batas lulus ideal menurut Musiri(Rosita, Ricca Cambera Nur. 2004:12) dengan rumus: X min imum X ideal 0,25.SDideal 1 4 Batas penguasaan ideal = X ideal SDideal Keterangan: X ideal = Nilai rata-rata ideal, yaitu 1 2 dari skor maksimal tiap tahap. SDideal = Simpangan baku ideal (Standar deviasi), yaitu 1 3 dari nilai rata- rata ideal Untuk menghitung persentase siswa yang mengalami kesulitan pada tiap langkah kemampuan pemecahan masalah matematis menggunakan rumus: Pi Ti 100% N i = 1,2,3,4 Keterangan: Pi = presentase siswa yang mengalami kesulitan pada tahap ke-i Ti = jumlah peserta didik yang mengalami kesulitan pada tahap ke-i N = jumlah total siswa Pedoman penafsiran data menurut Koendjaraningrat ( Rosita, Ricca Cambera Nur. 2004:14) disajikan dalam tabel 4.3 Persentase Tabel 4.3 Pedoaman Penafsiran Data Kriteria 0% Tidak ada kesulitan 1% - 25% Sebagian kecil mengalami kesulitan 26% - 49% Hamper setengahnya mengalami kesulitan 50% Setengahnya mengalami kesulitan 51% - 75% Sebagian besar menalami kesulitan 76% - 99% Pada umumnya mengalami kesulitan 100% Seluruhnya mengalami kesulitan BAB 5. HASIL YANG DICAPAI Hasil yang sudah dicapai dalam penelitian ini melakukan pembuatan instrumen berupa soal uraian, LKPD, Bahan ajar. Soal diujicobakan terlebih dahulu untuk menyatakan bahwa soal tersebut layak digunakan atau tidak. Setelah uji coba maka peneliti melakukan penelitian ke lapangan melakukan pembelajaran sebanyak 6 kali pertemuan. Diawal pembelajaran dilakukan pretes dan diakhir prmbelajaran dilakukan postest. Dan di dapat data berupa nilai. BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA Rencana tahapan berikutnya pada penelitian adalah melakukan pengolahan data dan analisis data dan di lakukan pembahasan akhir dari penelitian ini. BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA Brown, Ann L., and Annemarie Sullivan Palincsar (1987). Reciprocal teaching of comprehension strategies: A natural history of one program for enhancing learning. Ablex Publishing,. Meltzer, D. E. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible “ Hidden Variable” in Diagnostic Pretet Scores. American Journal of . Physics. V70 n12 p1259-68 Dec 2002. [Online]. Tersedia: www.physics.iastate.edu/-per/doc/AJP-Dec-2002Vol.70-1259-1268.pdf. [20 Nopember 2013] Polya (1985) How to Slove It. Ithaca: princeton University Press Riyanto, Yatim (2009). Pradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Pendidikan dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana Rosita, Ricca Cambera Nur (2004). Analisis Kesulitan Siswa dalam Memecahkan Masalah Soal Cerita Menurut Polya. [Online]. Tersedia:http//mcdens13.files.wordpress.com/2010/03/bab-i-polya.doc [6 Januari 2012]. Saudagar, Fachrudin dan Idris, Ali (2009). Pengembangan Profesionalitas Guru. Jakarta; GP press Suherman, Erman (2008) Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa. Educare Jurnal Pendidikan dan Budaya. Volume 5 No. 2 Suprijono, A. (2010). Cooperative learning teori dan aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Trianto (2011). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik Konsep, Lamdasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka Wardani (2002) Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika Melalui Model Kooperatif Tipe Jigsaw. Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Tidak diterbitkan. Wardani, S. (2011). Pendalaman materi matematika pemecahan masalah matematik (methematical problem solving). Tasikmalaya: Pendidikan dan Latihan Profesionalisme Guru (PLPG) mata pelajaran matematika rayon 136 LPTK Universitas Siliwangi. LAMPIRAN EKSPERIMENTASI MODEL PEMBEAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DAN RECIPROCAL LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA Elis Nurhayati, M. Pd.1 Depi Setialesmana, M. Pd.2 FKIP, Pendidikan Matematika Universitas Siliwangi Tasikmalaya Email: [email protected], [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Apakah Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis yang menggunakan model pembelajaran Cooperative Script lebih baik daripada yang menggunakan model Reciprocal Learning pada materi Bangun Ruang Sisi Datar, Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan model pembelajaran Cooperative Script dengan siswa yang memperoleh pembelajaran Reciprocal Learning ditinjau dari tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah dan pada langkah mana siswa mengalami kesulitan terbesar dalam menyelesaikan soal kemampuan pemecahan masalah matematis. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalahmatematis. Populasi penelitian yaitu siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Tasikmalaya. Pengambilan sampel dengan random sampling. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tes kemampuan pemecahan masalah matematis. Analisis data menggunakan uji perbedaan dua rata-rata. Target penelitian yang ingin dicapai adalah publikasi ilmiah dalam jurnal yang memiliki ISSN atau, prosiding pada seminar ilmiah yang berskala local, regional maupun nasional. Kata Kunci: Model Pembelajaran Cooperative Script, model Pembelajaran Reciprocal Learning, Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis, Bangun Ruang Sisi Datar PENDAHULUAN Faktor penyebab belum optimalnya aktivitas kemampuan pemecahan masalah siswa adalah bahwa pada pembelajaran matematika, siswa selalu diarahkan untuk menghafal informasi sebanyak-banyakya kemudian digunakan dalam menyelesaikan soal yang berkaitan. Tetapi pada kenyataannya hanya sedikit siswa yang mampu mengingat informasi tersebut karena dalam pembelajaran sering sekali tidak melibatkan siswa belajar secara aktif. Dalam aktivitas memecahkan masalah diketahui siswa belum optimal dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah. Siswa cenderung langsung mengerjakan soal untuk mencari jawaban tanpa mencoba melakukan kegiatan memahami soal, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana, melakukan pengecekan kembali terhadap langkah-langkah yang telah dikerjakan. sehingga hasil belajar belum optimal. Pemilihan strategi pembelajaran merupakan salah satu cara dalam memudahkan siswa menerima materi pelajaran. Oleh Karena itu guru harus memfasilitasi aktivitas siswa dalam mengembangkan kemampuannya dengan melibatkan siswa secara aktif. Yaitu dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bebas berekspresi dalam belajar. Siswa membaca wacana, merangkum materi yang sudah dipelajari, dan bisa menyimpulkan materi dengan mejelaskan kemabli materi yang sudah dipelajari. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah adalah pembelajaran Cooperative Script yang diharuskan adanya kesepakatan tentang aturan-aturan dalam berkolaborasi sehingga masalah dapat dipecahkan dan disimpulkan secara bersama. Model pembelajaran ini lebih memberikan keuntungan kepada siswa karena lebih mengarah kepada terbentuknya kemandirian belajar siswa dan masih dibawah bimbingan dan arahan guru dalam mengerjakan atau menyelesaikan tugastugas yang diberikan, namun tetep memberikan kebebasan berekspresi dalam belajar. Sedangkan untuk model pembelajaran Reciprocal Learning didesain untuk mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari. siswa mengidentifikasi hal-hal yang penting dalam bacaan yang sedang dipelajari, membuat pertanyaan setelah membaca materi sehingga dapat membantu siswa untuk mengeluarkan ide dari hal yang tidak dipahaminya dan dapat mendorong siswa untuk mampu bisa meyeleaikan masalah. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Eksperimenasi model pembelajaran cooperative Script dan Reciprocal Learning terhadap Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa METODE PENELITIAN Penelitian ini melibatkan dua kelompok pembelajaran, sehingga desainnya seperti berikut: A: O X1 O A: O X2 O Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Tasikmalaya. Sedangkan sampel penelitian terdiri dari dua kelompok siswa kelas VIII yang dipilih secara purposif. Pengambilan sampel secara purposif yang dimaksud adalah pengambilan kelompok yang didasarkan kepada pertimbangan tertentu. Adapun kelas VIII dipilih karena dianggap telah memenuhi materi prasyarat dari kelas sebelumnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Skor pretest dihitung untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Selanjutnya dihitung nilai posttest untuk mengetahui kemampuan siswa setelah pembelajaran selesai untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Rerata yang diperoleh pemecahan dari masalah perhitungan merupakan matematis yang gambaran belajar dengan kemampuan pembelajaran Cooperative Script dan siswa yang belajar dengan pembelajaran Reciprocal Learning. Juga di lihat pada tahap mana siswa mengalami kesuitan dilihat pada langkah-langkah polya. Kesimpulan dan saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab sebelumnya diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Kemampuan pemecahan masalah matematis yang mendapat pembelajaran Cooperative Script lebih baik daripada Reciproval Learning. pemecahan masalah 2. Terdapat matematis perbedaan siswa yang peningkatan memperoleh kemampuan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Cooperative Script dengan siswa yang memperoleh pembelajaran Reciprocal Learning ditinjau dari tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. 3. Pada Langkah ke 4 padalangkah-langkah Polya siswa mengalami kesulitan terbesar dalam menyelesaikan soal kemampuan pemecahan masalah matematis Berdasarkan simpulan di atas, maka penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi para guru matematika, pembelajaran yang menerapkan Cooperative Script dapat menjadi alternatif diantara banyak pilihan pembelajaran matematika yang mencapai kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemandirian belajar siswa. 2. Untuk menerapkan pembelajaran yang menerapkan Cooperative Script, sebaiknya guru membuat sebuah skenario dan perencanaan yang matang, sehingga pembelajaran dapat terjadi secara sistematis sesuai dengan rencana, dan pemanfaatan waktu yang efektif dan tidak banyak waktu yang terbuang oleh hal-hal yang tidak relevan. DAFTAR PUSTAKA Brown, Ann L., and Annemarie Sullivan Palincsar (1987). Reciprocal teaching of comprehension strategies: A natural history of one program for enhancing learning. Ablex Publishing,. Meltzer, D. E. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible “ Hidden Variable” in Diagnostic Pretet Scores. American Journal of . Physics. V70 n12 p125968 Dec 2002. [Online]. Tersedia: www.physics.iastate.edu/-per/doc/AJPDec-2002-Vol.70-1259-1268.pdf. [20 Nopember 2013] Polya (1985) How to Slove It. Ithaca: princeton University Press Riyanto, Yatim (2009). Pradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Pendidikan dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana Rosita, Ricca Cambera Nur (2004). Analisis Kesulitan Siswa dalam Memecahkan Masalah Soal Cerita Menurut Polya. [Online]. Tersedia:http//mcdens13.files.wordpress.com/2010/03/bab-i-polya.doc [6 Januari 2012]. Saudagar, Fachrudin dan Idris, Ali (2009). Pengembangan Profesionalitas Guru. Jakarta; GP press Suherman, Erman (2008) Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa. Educare Jurnal Pendidikan dan Budaya. Volume 5 No. 2 Suprijono, A. (2010). Cooperative learning teori dan aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Trianto (2011). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik Konsep, Lamdasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka Wardani (2002) Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika Melalui Model Kooperatif Tipe Jigsaw. Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Tidak diterbitkan. Wardani, S. (2011). Pendalaman materi matematika pemecahan masalah matematik (methematical problem solving). Tasikmalaya: Pendidikan dan Latihan Profesionalisme Guru (PLPG) mata pelajaran matematika rayon 136 LPTK Universitas Siliwangi.