BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Hasil Belajar Siswa

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
2.1 Hasil Belajar Siswa
Belajar
adalah
suatu
perubahan
perilaku,
akibat
interaksi
dengan
lingkungannya". Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi
dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian
belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Hasil belajar
merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah ia memperoleh pelajaran. Hasil belajar
dapat berupa nilai, sikap dan keterampilan. Penilaian berfungsi sebagai alat untuk
mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa.
Menurut Sudjana (2006:23) Penilaian hasil belajar hendaknya dirancang
sedemikian rupa sehingga jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat
penilaian dan interpretasi hasil penilaian. Penilaian dilaksanakan setiap saat proses
belajar- mengajar sehingga pelaksanaannya berkesinambungan. Hasil belajar siswa
juga bisa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor
dari luar siswa.
Dalam proses memperoleh hasil belajar yang baik itu diperlukan metode
pembelajaran yang tepat artinya yang sesuai dengan kondisi dan keadaan kehidupan
sehari-hari yang akrab dengan kita atau istilahnya kontekstual, sehingga apa yang
menjadi hasil belajar dapat terpenuhi dengan jumlah pengukuran hasil belajar di atas
standar yang ada, selain metode ada juga yang menggunakan lembar kerja siswa
(LKS) dalam proses pembelajaran di sekolah.
Ada beberapa langkah yang dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan
proses penilaian hasil belajar yaitu:
1. Merumuskan atau mempertegas tujuan-tujuan pembelajaran.
2. Mengkaji kembali maateri pengajaran berdasarkan kurikulum dan silabus
mata pelajaran.
3. Menyusun alat-alat penilaian baik tes maupun nontes, yang cocok digunakan
dalam menilai jenis-jenis tingkah laku yang tergambar dalam tujuan
pengajaran.
4. Menggunakan hasil-hasil penilaian sesuai dengan tujuan penilaian.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang
ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan
materi pelajaran pada satu pokok bahasan. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh
kamampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud
adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di
bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku
(psikomotorik).
2.2 Kriteria Dalam Menilai Proses Belajar Mengajar
Menurut Sudjana (2006:25) ada beberapa kriteria yang biasa digunakan dalam
menilai proses belajar-mengajar antara lain adalah sebagai berikut:
2.2.1 Konsistensi Kegiatan Belajar Mengajar dengan Kurikulum
Kurikulum adalah program belajar mengajar yang telah ditentukan sebagai acuan
apa yang seharusnya dilaksanakan. Keberhasilan proses belajar mengajar dilihat
sejauh mana acuan tersebut dilaksanakan secara nyata dalam bentuk dan aspek-aspek:
1) Tujuan-tujuan pengajaran
2) Bahan pengajaran yang diberikan
3) Jenis kegiatan yang dilaksanakan
4) Cara melaksanakan setiap jenis kegiatan
5) Peralatan yang digunakan masing-masing kegiatan dan
6) Penilaian yang digunakan untuk setiap tujuan
2.2.2
Keterlaksananya oleh Guru
Dalam hal ini sejauh mana kegiatan dan program yang telah direncakan dapat
dilasanakan oleh guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan. Dengan demikian ,
apa yang direncanakan dapat diwujudkan sebagaimana seharusnya. Hal ini dapat
dilihat dari:
1) Mengondisikan kegiatan belajar siswa
2) Menyiapkan alat, sumber dan perlengkapan belajar
3) Waktu yang disediakan untuk kegiatan belajar-mengajar
4) Memberikan bantuan dan bimbingan belajar kepada siswa
2.2.3
Keterlaksanaannya oleh Siswa
Dalam hal ini dinilai sejauh mana siswa melakukan kegiatan belajar sesuai
dengan program yang telah ditentukan guru tanpa mengalami hambatan dan
kesulitan. Keterlaksanaanya oleh siswa dapat dilihat sebagai berikut:
1) Memahami dan mengikuti petunjuk yang diberikan guru
2) Semua siswa turut serta melakukan kegiatan belajar
3) Tugas-tugas belajar dapat diselesaikan sebagaimana mestinya
4) Memanfaatkan semua sumber belajar yang disediakan guru
2.2.4
Motifasi Belajar Siswa
Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dalam motivasi belajar yang
ditunjukan oleh para siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. Hal ini
dapat dilihat dalam hal:
1) Minat dan perhatian siswa dalam pelajaran
2) Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya
3) Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya
4) Reaksi yang ditunjukan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru
5) Rasa senang dan puas dalam mmengerjakan tugas yang diberikan.
2.2.5
Keaktifan Para Siswa Dalam Kegiatan Belajar
Penilaian proses belajar mengajar terutama adalah melihat sejauh mana keaktifan
siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Keaktifan siswa dapat dilihat dalam
hal:
1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
2) Terlibat dalam pemecahan masalah
3) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami
persoalan yang dihadapi
4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan
masalah
5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru
2.2.6 Interaksi Guru-Siswa
Interaksi guru siswa berkenaan dengan komunikasi atau hubungan timbal balik
atau hubungan dua arah antara siswa dan guru dan atau siswa dengan siswa dalam
melakukan kegiatan belajar-mengajar. Hal ini dapat dilihat dalam:
1) Tanya jawab atau dialog antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan
siswa
2) Bantuan guru terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar, baaik secara
individu maupun secara kelompok
3) Dapatnya guru dan siswa tertentu dijadikan sumber belajar
4) Senantiasa beradanya guru dalam situasi belajar-mengajar sebagai fasilitator
belajar.
2.2.7
Kemampuan atau Keterampilan Guru Mengajar
Keterampilan atau kemampuan guru mengajar merupakan puncak keahlian guru
yang profesional sebab merupakan penerapan semua kemampuan yang telah
dimilikinya dalam hal pengajaran, komunikasi dengan siswa, metode mengajar, dan
lain-lain. Beberapa indikator dalam menilai kemampuan ini antara lain adalah:
1) Menguasai bahan pengajaran yang disaampaikan kepada siswa
2) Terampil berkomunikasi dengan siswa
3) Menguasai kelas sehingga dapat mengendalikan kegiatan siswa
4) Terampil menggunakan berbagai alat dan sumber belajar
5) Terampil mengajukan pertanyaan, baik lisan maupun tulisan
2.2.8
Kualitas Hasil Belajar Yang Dicapai oleh Siswa
Salah satu keberhasilan proses belajar mengajar dilihat dari hasil belajar yang
dicapai oleh siswa. Dalam hal ini aspek yang dilihat antara lain adalah:
1) Perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa setelah menyelesaikan
pengalaman belajarnya
2) Kualitas dan kuantitas penguasaan tujuan instruksional oleh para siswa
3) Jumlah siswa yang dapat mencapai tujuan instruksional minimal 75 dan
jumlah instruksional yang harus dicapai
4) Hasil belajar tahan lama diingat dan dapat digunakan sebagai dasar dalam
mempelajari bahan berikutnya.
2.3 Motivasi
Kata motivasi diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motif dapat di katakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di
dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu
tujuan. Bahkan motif dapat di artikan sebagai suatu kondisi interen (kesiapsiagaan).
Berawal dari kata Motif itu, maka Motivasi dapat di artikan sebagai daya penggerak
yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila
kebuutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak.
Menurut Uno (2007 :1) Menjelaskan bahwa motivasi adalah kekuatan baik dalam
diri maupun luar diri yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang
telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu dalam motivasi tercakup konsep-konsep
seperti
kebutuhan
untuk
berpretasi,
kebutuhan
berafiliasi,
kebiasaan
dan
keingintahuan seseorang terhadap sesuatu. Dari berbagai teori motivasi dapat
disimpulkan bahwa, motivasi didasarkan atas dorongan pencapain kepuasan dan juga
kebutuhan.
2.4 Model Pembelajaran Cooperative
Pembelajaran
cooperative adalah pembelajaran dimana siswa bekerja dan
belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil, saling menyumbangkan pikiran
dan bertanggung jawab terhadap pancapaian hasil belajar secara individu maupun
kelompok. Dalam sistem belajar yang cooperative siswa belajar bekerja sama dengan
anggota lainnya. Model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar
untuk dirinya sendiri dan membatu sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa
belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya
seorang diri.
Tabel 2.1 Langkah–Langkah Model Pembelajaran Cooperative
Tahap
Tahap 1. Menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa
Tingkah laku guru
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang
akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan
menekankan pentingnya topik yang akan
dipelajari dan memotivasi siswa belajar.
Tahap 2. Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi atau materi
kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau
melalui bahan bacaan
Tahap 3. Mengorganisasikan
siswa ke dalam kelompok –
kelompok belajar.
Tahap 4. Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan
membimbing
setiap
kelompok
agar
melakukan transisi secara efektif dan efisien.
Guru membimbing kelompok – kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
mereka.
Lanjutan
Tahap
Tahap 5. Evaluasi
Tingkah laku guru
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing –
masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.
Tahap 6. Memberikan
penghargaan
Guru mencari cara – cara untuk menghargai
baik upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok.
Sumber: Rusman (2012: 211)
Menurut Nurulhayati, (dalam Rusman 2012:25-28), mengemukakan lima unsur
dasar pembelajaran cooperative yaitu:
1. Saling ketergantungan positif.
Keberhasilan kelompok sangat bergantung usaha tiap anggotanya.Dengan
demikian siswa harus merasa bahwa mereka saling bergantung secara positif
dalam kelompok.
2. Tanggung jawab individu
Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari materi dan
bertanggung jawab terhadap hasil belajar kelompok.
3. Interaksi tatap muka.
Hasil belajar yang terbaik dapat diperoleh dengan cara adanya komunikasi
verbal antar siswa yang didukung oleh saling ketergantungan positif. Siswa
harus saling berhadapan dan saling membantu dalam pencapaian tujuan
belajar.
4. Kemampuan bersosialisasi
Keterampilan sosial sangatlah penting dalam belajar cooperative dan harus
diajarkan kepada siswa. Keberhasilan tiap kelompok bergantung pada
keaktifan tiap anggota mengutarakan pendapatnya.
5. Evaluasi proses kelompok.
Siswa memproses keefektifan kelompok belajar mereka dengan cara
menjelaskan tindakan mana yang bermanfaat dan mana yang tidak, serta
membuat keputusan terhadap tindakan yang bisa dilanjutkan atau yang perlu
diubah.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran cooperative
merupakan model pembelajaran yang dilandaskan atas kerja kelompok yang
dilakukan untuk mencapai tujuan khusus. Para ahli telah menunjukkan bahwa
pembelajaran cooperative dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit dan
menumbuhkan kemampuan
berfikir kritis. Pembelajaran
cooperative dapat
memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas
yang bekerja menyelesaikan tugas-tugas akademik.
Mengingat pentingnya kreativitas siswa, maka di sekolah perlu disusun suatu
strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan daya ingat siswa sehingga kreativitas
bisa muncul. Pemilihan strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran harus berorientasi pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dan
disesuaikan dengan jenis materi, karakteristik peserta didik serta situasi atau kondisi
dimana proses pembelajaran tersebut akan berlangsung.
2.5 Model Pembelajaran Cooperative Script
Menurut Brosseau yang dikutip oleh Hadi (2007:18) pembelajaran cooperative
script adalah kontrak belajar yang eksplisit antara guru dengan siswa dan siswa
dengan siswa mengenai cara-cara berkolaborasi. Siswa bersama dengan pesangannya
memecahkan masalah secara bersama-sama. Siswa dituntut untuk beraktivitas sendiri,
Siswa menemukan sendiri suatu konsep atau mampu memecahkan masalah sendiri.
Berdasarkan pengertian tersebut, dalam pembelajaran cooperative script terjadi suatu
kesepakatan untuk berkolaborasi memecahkan suatu masalah dengan mandiri.
Pada pembelajaran cooperative script masalah yang dipecahkan bersama akan
disimpulkan bersama. Peran guru sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk
mencapai tujuan belajar. Selain itu, guru mengontrol siswa selama pembelajaran
berlangsung dan guru memberikan pengarahan jika siswa merasa kesulitan. Pada
interaksi siswa selama pembelajaran berlangsung terjadi kesepakatan, diskusi,
menyampaikan pendapat dari ide-ide pokok materi, saling mengingatkan dari
kesalahan konsep yang disimpulkan, membuat kesimpulan bersama. Dalam aktivitas
siswa selama pembelajaran cooperative script benar-benar memberdayakan potensi
siswa untuk mengaktualisasikan pengetahuan yang telah didapatkan dan juga
keterampilannya, jadi
2.5.1 Langkah- Langkah Pembelajaran Cooperative Tipe Script
Dansereau (dalam Hadi 2007:22) menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam
pembelajaran cooperative script sebagai berikut:
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan
2. Guru membagikan wacana/materi kepada masing-masing siswa untuk dibaca
dan membuat ringkasan
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara
dan siapa yang berperan sebagai pendengar Sesuai kesepakatan siswa yang
menjadi pembicara membacakan ringkasan atau prosedur pemecahan masalah
selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasan dan
pemecahan masalahnya. Sementara pendengar: (a) Menyimak /mengoreksi
/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap; (b) Membantu
mengingat/menghafal
ide-ide
pokok
dengan
menghubungkan
materi
sebelumnya atau dengan materi lainnya Bertukar peran, semula sebagai
pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti
diatas
4. Guru bersama siswa membuat kesimpulan.
2.5.1
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Cooperative Tipe Script
a) Kelebihan Model Pembelajaran Cooperative Script:
1. Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
2. Setiap siswa mendapat peran dalam diskusi, setiap siswa
3. mendapatkan kesempatan untuk mengungkapkan ide atau pendapatnya.
4. Melatih siswa mengevaluasi hasil diskusi untuk diselesaikan bersama
b) Kekurangan Model Pembelajaran Cooperative Script:
1. Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
2. Membutuhkan waktu yang relatif lama
2.6 Pelestarian Lingkungan Hidup
2.6.1 Defenisi Lingkungan Hidup
Menurut Samadi (2010:146) Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya yang memengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lainnya.
Secara umum lingkungan hidup dapat di bagi 2, yaitu sebagai berikut:
1. Lingkungan biotik meliputi seluruh makhluk hidup, dari mikroorganisme,
tumbuhan, hewan termasuk juga manusia. Lingkungan ini disebut juga
lingkungan organik.
2. Lingkungan abiotik adalah segala kondisi yang terdapat di sekitar makhluk
hidup yang bukan organisme hidup, antara lain adalah batuan, tanah, mineral
dan sinar matahari, lingkungan ini disebut juga lingkungan anorganik.
2.6.2 Ekosistem
llmu tentang lingkungan hidup disebut ekologi. Ekologi mempelajari hubungan
makhluk hidup dengan lingkungannya. Sedang kesatuan daerah atau lingkungan
abiotik dan makhluk hidup yang menjalin hubungan bersama disebut ekosistem.
Berikut adalah salah satu contoh ekosistem yang terbentuk dari komponen biotik dan
abiotik.
Menurut Sumardi (2009:115) Ekosistem adalah satu kesatuan daerah antara
lingkungan biotik dan abiotik. Kedua lingkungan ini saling berinteraksi dan saling
memengaruhi. Dapat disimpulkan bahwa ekosistem dicirikan dengan berlangsungnya
pertukaran materi atau transformasi energi yang sepenuhnya berlangsung diantara
unsur-unsur dalam ekosistem.
Komponen-komponen yang ada di dalam lingkungan hidup merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan membentuk suatu system kehidupan yang
disebut ekosistem. Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa ada tiga unsur
dalam ekosistem, diantaranya adalah sebagai berikut.
a
Abiotik merupakan semua makhluk hidup yang menempati bumi, yang terdiri
atas tumbuhan, hewan dan manusia.
b
Biotik adalah benda-benda mati yang ada di bumi tetapi mempunyai pengaruh
pada kehidupa mahkluk hidup yang ada di dalamnya.
c
Cultural, seperti sumber daya manusia dan sumber daya buatan sebagai hasil
karya dan karsa manusia sehingga disebut lingkungan budaya.
2.6.3 Pembangunan Berkelanjutan
Menurut Sumardi (2009: 119) Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar
dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam
proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup
generasi masa kini dan generasi masa depan. Pembangunan diartikan sebagai upaya
sadar dalam mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam untuk meningkatkan
kemakmuran rakyat, baik untuk mencapai
kemakmuran lahir maupun untuk
mencapai kepuasan batin. Pemanfaatan sumber daya alam harus selaras, serasi, dan
seimbang dengan fungsi lingkungan hidup. Pada intinya, pembangunan adalah proses
pertumbuhan, perkembangan, dan peningkatan yang dilakukan dalam berbagai
kegiatan. Sebagai contoh, di bidang pertanian, penggunaan insektisida dan pupuk
kimia mampu meningkatkan hasil panen padi. Program industrialisasi mampu
menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan.
Lingkungan hidup dengan segala sumber dayanya dimanfaatkan sebagai modal
pembangunan. Manfaat lingkungan hidup antara lain sebagai berikut.
a) Tempat hidup manusia dan melakukan kegiatannya.
b) Tempat hidup hewan dan tumbuhan.
c) Sumber bahan pangan.
d) Sumber bahan baku atau bahan mentah.
e) Sumber bahan tambang dan mineral.
f) Sumber energi atau bahan bakar.
1) Ciri-ciri Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan yang berkelanjutan harus mencerminkan tindakan yang mampu
melestarikan lingkungan alamnya. Pembangunan berkelanjutan mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut :
a) Memberi kemungkinan pada kelangsungan hidup dengan jalan melestarikan
fungsi dan kemampuan ekosistem yang mendukungnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
b) Memanfaatkan sumber daya alam dengan memanfaatkan tekhnologi yang tidak
merusak lingkungan.
c) Memberikan kesempatan kepada sektor dan kegiatan lainnya untuk berkembang
bersama-sama disetiap daerah, baik dalam kurun waktu yang sama, maupun
kurun waktu yang berbeda secara berkesinambungan.
d) Meningkatkan dan melestarikan kemampuan dan fungsi ekosistem untuk
melindungi, memasok serta mendukung sember alam bagi kehidupan secara
berkesinambungan.
e) Menggunakan prosedur dan tata cara yang memperhatikan kelestarian fungsi
dan kemampuan ekosistem untuk mendukung kehidupan, baik masa kini
maupun masa yang akan datang.
2) Aspek Lingkungan Menentukan Pembangunan Berkelanjutan
Untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, yaitu memenuhi kebutuhan
generasi sekarang dan generasi yang akan datang, diperlukan dua syarat. Pertama,
peningkatan potensi produksi dengan pengelolaan yang ramah lingkungan. Kedua,
menjamin kesempatan yang adil dan merata bagi semua orang. Berdasarkan syarat ini
maka pembangunan berkelanjutan dilaksanakan dengan pembangunan ekonomi yang
berwawasan lingkungan dan sekaligus mengusahakan pemerataan. Hal ini sesuai
dengan tiga pilar pembangunan berkelanjutan dalam Deklarasi Johannesburg, yaitu
ekonomi, lingkungan hidup, sosial dan teknologi.
Pembangunan dilaksanakan dengan cara menjaga fungsi ekosistem, melestarikan
komponen ekosistem, dan menjaga interaksi antarkomponen ekosistem. Selain itu,
pembangunan dilaksanakan dengan memerhatikan daya dukung lingkungan,
menghemat sumber daya alam tidak terbarui, dan tidak merusak sumber daya alam
terbarui. Keberlanjutan pembangunan ditentukan oleh lima aspek, yaitu lingkungan,
ekonomi, sosial, budaya, dan politik.
2.7 Kajian Penelitian Yang Relevan
Berikut ini akan disajikan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini.
Penelitian yang dimaksud adalah penelitian yang relevan dengan penerapan
pembelajaran kooperatif model cooperative script.
1. Verina (2009), dengan penelitiannya menunjukan bahwa langkah-langkah
pembelajaran kooperatif dengan model cooperative script yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII-B SMP Muhammadiyah 1
Malang, peningkatan tersebut meliputi: (1) pengerjaan masalah secara
individu, (2) penyampaian kesimpulan oleh pembicara kepada pendengar, (3)
pertukaran peran. Hasil tes setiap siklusnya mengalami peningkatan yaitu dari
56,6% pada siklus I menjadi 86,67% pada siklus II.
2. Shofiana
(2009),
dalam
penelitiannya
menunjukkan
bahwa
dengan
pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan keaktifan belajar dan
kreativitas dalam pemecahan masalah matematika. Keaktifan belajar pada
siklus I dengan rata-rata 69,96% meningkat menjadi 72,12% pada siklus II,
dan kreativitas dalam pemecahan masalah matematika meningkat dari 65,61%
pada siklus I menjadi 67,22% pada siklus II.
Dari kedua hasil penelitian yang dilakukan Verina dan Shofiana jika
dibandingkan dengan penelitian saya keduanya ini sama-sama menggunakan model
pembelajaran Cooperative Script dan dilihat dari nilai rata-rata siswa mengalami
peningkatan, yang membedakan disini hanya penelitian PTK dan penelitian
Eksperimen.
2.8 Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut “Terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa pada kelas yang menggunakan model
pembelajaran Cooperative tipe script dengan kelas yang menggunakan model
pembelajaran Convensional pada topik materi Lingkungan Hidup di kelas XI SMA
Negeri 2 Gorontalo”.
Download