FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PUTRI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh: Rhunie Septianie Mulyadi 01 320 331 Qurotul Uyun, S.Psi., M.Si PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2007 2 HALAMAN PENGESAHAN Dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi Pada tanggal ____________ Mengesahkan, Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia Dekan Fuad Nashori Suroso, S.Psi, M.Si, Psi Dewan Penguji Tandatangan, 1. Qurotul Uyun, S.Psi., M.Si __________ 2. Uly Gusniarti, S.Psi., M.Si __________ 3. Mira Aliza Rachmawati, S.Psi., M.Psi __________ 3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PUTRI Rhunie Septianie Mulyadi Qurotul Uyun, S.Psi.,M.Si INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja putri serta mengetahui apa saja yang dirasakan atau didapatkan oleh remaja putri dari perilaku merokok tersebut. Subyek dalam penelitian ini adalah remaja putri yang aktif merokok dengan spesifikasi usia 19-22 tahun. Ketiga subyek merupakan mahasiswi yang masih melanjutkan kuliah di Yogyakarta. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja putri dikategorisasikan menjadi 6 (enam) yaitu : a) Keinginan mencoba rasa rokok; b) Sebagai fashion (gaya); c) Menyukai rasa rokok; d) Ketidakpedulian terhadap bahaya rokok; e) Merokok memberikan kepuasan; f) Lingkungan sosial. Sedangkan dari penelitian yang telah dilakukan ditemukan bahwa hal-hal yang didapatkan subyek dari perilaku merokok a) Perasaan rileks; b) Kenikmatan merokok; c) Sebagai pelampiasan (pengalihan). Kata kunci : Perilaku Merokok Remaja Putri 4 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak orang, bahkan telah menjadi sebuah kebutuhan. Di negara berkembang seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk menjanjikan cita rasa dan harga tersendiri. Sasaran dari produk itu mencakup semua lapisan masyarakat baik lapisan masyarakat atas maupun lapisan masyarakat bawah. Meski semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok, perilaku merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku yang masih dapat ditolerir oleh masyarakat. Hal ini dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan rumah, kantor, angkutan umum maupun di jalan-jalan. Kerugian yang ditimbulkan rokok sangat banyak bagi kesehatan, tapi sayangnya masih saja banyak orang yang tetap memilih untuk menikmatinya. Dalam asap rokok terdapat 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan, dua diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik (Asril Bahar, harian umum Republika, Selasa 26 Maret 2002 : 19). Racun dan karsinogen yang timbul akibat pembakaran tembakau dapat memicu terjadinya kanker. Rokok mengandung 8-20 mg nikotin dan setelah di bakar nikotin yang masuk ke dalam sirkulasi darah hanya 25 persen, walau demikian jumlah kecil tersebut memiliki waktu hanya 15 detik untuk sampai ke otak manusia. (http://www.google.com diakses pada tanggal 12 April 2006). 5 Pada beberapa kelompok masyarakat, perempuan merokok bahkan kerap dihubungkan dengan strereotip buruk dan mendeskreditkan “bukan perempuan baik-baik” atu ungkapan-ungkpan sejenis lainnya. Keberanian untuk merokok ini akhirnya menjadi sesuatu yang membanggakan dan memuaskan , baik bagi lakilaki maupun bagi perempuan, karena para orang tua biasanya melarang anak-anak mereka merokok dan memarahi mereka jika ketahuan merokok. Hal-hal diatas jugalah yang membuat pengalaman pertama merokok selalu mengandung kesankesan heroisme tertentu. Rokok dan perempuan, hal ini telah mencakup semua permasalahan tentang gender, feminitas, kesehatan janin, kanker payudara, kanker rahim, penampilan diri, gengsi, gaya hidup, dan juga sampai kode etik. Masih tabunya perempuan merokok merupakan problematika klasik. Dua hal penting masalah perempuan merokok adalah dimulai dengan masalah kesehatan dan diakhiri dengan masalah ketidaketisan (Pikiran Rakyat, 31 Mei 2004). Perilaku merokok pertama-tama dimulai pada masa remaja dan percobaan itu maju berkembang menjadi penggunaan secara tetap dalam kurun waktu beberapa tahun awal (Perry dalam Smet, 1994). Sejumlah studi menegaskan bahwa kebanyakan merokok mulai antara umur 11 sampai 13 tahun dan 85% dampai 90% sebelum umur 18 tahun (Leventhal, Dhuyvettere dalam Smet, 1994). Ada petunjuk bahwa di Indonesia perilaku merokok dimulai pada usia lanjut (Smet, 1994). Remaja putri biasanya mulai mencoba rokok pada usia 10-14 tahun. Penelitian dari berbagai negara menunjukkan bahwa faktor yang mendorong untuk memulai 6 merokok amat beragam, baik berupa faktor dari dalam dirinya sendiri (personal), sosio cultural dan pengaruh kuat dari lingkungannya. Faktor dari dalam remaja dapat dilihat dari kajian perkembangan remaja. Remaja mulai merokok diakatakan oleh Erikson (Gatchel, 1989) berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika mereka sedang mencari jati dirinya. Dalam masa remaja ini sering dilukiskan sebagai masa badai dan topan karena ketidaksesuaian antara perkembangan fisik yang sudah matang dan belum diimbangi oleh perkembangan psikis dan social. Upaya-upaya untuk menemukan jati diri tersebut, tidak semua dapat berjalan sesuai dengan harapan masyarakat. Beberapa remaja melakukan perilaku merokok sebagai cara kompensatoris. Brigham (1991) mengatakan bahwa perilaku merokok bagi remaja merupakan perilaku simbolisasi. Simbol dari kematangan, kekuatan, kepemimpinan, dan daya tarik terhadap lawan jenis. Selain faktor perkembangan remaja dan kepuasan psikologis,masih banyak faktor dasri luar individu yang berpengaruh pada proses pembentukan perilaku merokok. Pada dasarnya perilaku merokok adalh perilaku yang dipelajari. Hal itu berarti bahwa ada hal-hal lain yang berpenagrih dalam proses sosialisasinya. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja putri. 7 2. Mengetahui hal-hal yang didapatkan atau dirasakan remaja putri dari perilaku merokok. C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Manfaat secara teoritis adalah bahwa penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi dan tambahan wawasan bagi disiplin ilmu khususnya psikologi kesehatan dan psikologi sosial, terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan perilaku merokok. 2. Manfaat Praktis a. Bagi perokok, mengetahui bahaya-bahaya dari perilaku merokok sehingga dapat menghentikan kebiasaan merokok secara bertahap. b. Bagi orang tua, pendidik maupun masyarakat dapat mencari pemecahan yang lebih baik dan efektif untuk mencegah, membatasi dan mengatasi perilaku merokok setelah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok Pengertian Perilaku Merokok Prinsip perilaku merokok pada umumnya adalah memasukkan bahan yang berasal dari dedaunan (tembakau) yang mengandung zat tertentu (khususnya nikotin) sebagai tindakan untuk memperoleh kenikmatan (Suharyono, 1993). Sedangkan tingkah laku merokok adalah tingkah laku yang membahayakan kesehatan, baik bagi perokok sendiri maupun bagi orang lain yang kebetulan menghisap rokok tersebut (Pribadi, 1990). Sebab-sebab perilaku merokok Perilaku merokok merupakan perilaku yang kompleks karena merupakan hasil interaksi kognitif, lingkungan sosial, piskologis, conditioning dan fisiologis. Kognitif dalam artian perokok tidak akan meperlihatkan keyakinan yang tinggi terhadap bahaya merokok (Becker dan Maiman dalam Prabandari, 1994). Perokok juga memandang bahwa dirinya sebagai orang yang telah kecanduan dan sulit untuk berubah dan mereka merasa tidak punya kontrol untuk kesehatan mereka (Prabandari, 1994). Sosial dalam artian perokok merokok karena adanya orang lain atau demi pergaulan. Psikologis karena banyak perokok melakukan perilaku merokok karena ingin mengurangi tegangan. Conditioning karena adanya akibat yang menyenangkan setelah merokok, sehingga ingin mengulang perilaku 9 merokoknya dan fisiologis karena adanya bukti bahwa merokok dapat menyebabkan tubuh tergantung pada nikotin (Prabandari, 1994). Brigham (Cahyani, 1995) mengemukakan tiga faktor utama yang mempengaruhi seseorang untuk merokok, yaitu: (1) sikap dan kepercayaan terhadap merokok, (2) pengaruh proses sosial, (3) proses konsep diri. Dikatakan oleh Leventhal dan Cleary (Cahyani, 1995) bahwa seseorang akan berperilaku merokok karena sebelumnya ia telah memiliki persepsitertentu mengenai merokok. Adanya kepuasan terhadap kebutuhan-kebutuhan psikologis yang dapat dipenuhi melalui merokok merupakan motivator kuat seseorang untuk terus merokok (D’Hondt dalam Cahyani, 1995). Menurut Grinder (Aritonang, 1997) ketika para remaja ditanya mengapa mereka merokok, keingintahuan adalah jawaban yang paling sering diberikan. Para remaja seringkali tertarik untuk turut serta berbagi kenikmatan, karena melihat perilaku merokok pada orang tua, saudara yang lebih tua, teman-teman dan public figure. Kemudian mereka merokok beberapa batang rokok dan memutuskan apakah mereka akan meneruskan perilaku tersebut atau tidak. Mereka memberikan alasan keputusannya meneruskan untuk merokok dengan mengatakan bahwa mereka menyukai rasa dan bau dari rokok, merokok adalah pengalaman yang menyenangkan, merokok untuk santai atau merokok memberikan satu pekerjaan bagi tangan mereka. Merokok juga dijadikan satu alternatif pemecahan untuk keluar dari masalah-masalah sehari-hari yang dirasakan sebagai sesuatu yang berat dan menegangkan. Efek santai adalah suatu hal yang dicari dari rokok ketika dalam keadaan tegang. Rokok menjadi teman 10 yang baik menurut para perokok, untuk berbagai ketegangan ataupun emosi-emosi negatif lainnya. Epstein dan Perkins (Suhariyono, 1993) mengatakan bahwa merokok mempengaruhi performansi dalam pengaturan stress psikologis. Nikotin dapat berperan dalam meningkatkan performansi dan sebagai simultan ketika menghadapi stress. Tahap-tahap Perilaku Merokok Seperti yang diungkapkan oleh Leventhal & Clearly (Cahyani, 1995) terdapat empat tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi seorang perokok: 1. Tahap preparatory. Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat atau dai hasil bacaan. Hal ini menimbulkan minat untuk merokok. 2. Tahap invitation. Merupakan tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok. 3. Tahap becoming a smoker. Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang rokok perhari, maka ia mempunyai kecenderungan untuk menjadi seorang perokok. 4. Tahap maintenance of smoking. Tahap ini sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk efek psikologis yang menyenangkan. 11 B. Perilaku Merokok Pada Remaja Putri Pengertian Remaja Remaja dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan sebagai : mulai dewasa, sudah sampai umur untuk kawin. Weinner (1975) membagi masa remaja menjadi tiga kelompok umur yaitu: remaja muda (10-14 tahun), remaja pertengahan (15-17 tahun), dan remaja menjelang dewasa ( 18-20 tahun). Menurut Hurlock (1988) ada dua istilah yang seringkali dipakai dalam pembahasan masalah remaja, yaitu Pubertas dan Adolescen. Pubertas berasal dari kata Pubertiet, yaitu berarti usia kedewasaan, kata ini lebih menunjuk pada perubahan fisik daripada perubahan perilaku yang terjadi pada saat individu menjadi matang dan mampu memberikan keturunan. Sedangkan istilah Adolescen berasal dari kata latin Adolescere yang berarti tumbuh yaitu tumbuh menjadi dewasa. Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja Putri 1. Pengaruh 0rangtua Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson, Pengantar psikologi, 1999:294). Perilaku merokok lebih banyak di dapati pada mereka yang tinggal dengan satu orang tua (single parent). Remaja akan lebih 12 cepat berperilaku sebagai perokok bila ibu mereka merokok dari pada ayah yang merokok, hal ini lebih terlihat pada remaja putri (Al Bachri, Buletin RSKO, tahun IX, 1991). 2. Pengaruh teman. Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok (Al Bachri, 1991). 3. Faktor Kepribadian Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah (Atkinson, 1999). 13 C. Dinamika Psikologis Perilaku Merokok pada Remaja Putri Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain di luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak. Faktor dari dalam remaja dapat pula dilihat dari kajian perkembangan remaja. Remaja mulai merokok diakatakan Erikson (Gatchel, 1989) berkaitan dengan adalanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangan yaitu masa ketika mereka sedang mencari jati dirinya, Teori social cognitive learning dari Bandura menyatakan bahwa perilaku individu disebabkan oleh pengaruh dari luar yaitu lingkungan dan dari dalam yaitu individu itu sendiri. Jadi 14 lingkungan dan teman mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam munculnya perilaku merokok. Jadi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok dapat dirangkum dalam dua faktor yaitu faktor dari luar atau faktor eksternal dan faktor dari dalam yaitu faktor internal. Faktor eksternal meliputi lingkungan, tempat tinggal, pergaulan, teman sebaya, keluarga dan lain sebagainya. Sedangkan faktor dari dalam merupakan faktor-faktor yang muncul dari dalam individu tersebut misalnya kebutuhan akan self image atau citra diri atau adanya proses modeling yaitu keinginan untuk meniru atau mencotek perilaku orang lain. 15 BAB III METODE PENELITIAN A. Fokus Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian yaitu faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja putri. B. Subyek Penelitian Kriteria utama dari subyek penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah empat remaja putri dengan rentang usia antara 19 sampai 22 tahun yang aktif merokok. C. Metode Pengumpulan Data Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Metode Observasi Observasi dalam peneltiian ini menggunakan observasi participant, jadi observer ikut serta secara langsung dalam kegiatan yang dilakukan oleh subjek yang diobservasi, namun hanya mengamati dan mencatat hasil observasi tersebut baik dengan catatan lapangan maupun dengan metode chek list. 2. Metode Wawancara Pada penelitian ini wawancara dilakukan untuk menggali data-data yang berkaitan dengan perilaku merokok subyek. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini peneliti langsung berhadapan dan 16 mewawancarai subyek penelitian. Agar data yang diperoleh sesuai dengan apa yang disampaikan oleh subyek, maka pembicaraan selama wawancara direkam. D. Metode Analisis Data Adapun langkah-langkah penulis dalam melakukan analisis data adalah sebagai berikut: (1) Membuat transkrip wawancara, laporan hasil observasi, dan skala kecemasan; (2) Mencari kategori; (3) Mendeskripsikan kategori; (4) Pembahasan hasil penelitian. 17 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Orientasi lapangan menyangkut kondisi sampel penelitian dan lokasi penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah remaja putri dengan rentang usia antara 20 sampai 22 tahun yang hingga saat ini masih aktif merokok. Pada penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak tiga orang subyek dengan perbedaan rentang usia dimana ketiga subyek tersebut merupakan mahasiswi yang masih melanjutkan studi di Yogyakarta. 2. Persiapan Tahap persiapan penelitian merupakan tahap yang dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian. Tahap ini meliputi : (a) Orientasi lapangan, (b) Menyusun pedoman wawancara, (c) Menyusun pedoman observasi B. Laporan Pelaksanaan Pada bagian ini akan diuraikan langkah-langkah yang ditempuh penulis dalam pengumpulan data. Langkah-langkah tesebut meliputi : (a) penentuan subyek penelitian, (b) prosedur pelaksanaan pengumpulan data, dan (c) jadual pengumpulan data. C. Hasil Pengumpulan Data 18 Hasil Analisis Data Dari seluruh hasil observasi dan wawancara didapatkan pengkategorisasisan sebagai berikut: 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja putri Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja putri kebanyakan memiliki persamaan, yaitu: a. Keinginan mencoba rasa rokok. “Kalo dulu, awal pertama kali merokok itu faktor dari internal, dari diri aku sendiri… ” (Subyek 1, W1 225-330) “Mempengaruhi aku? Tidak ada yang mempengaruhi. Memang dari akunya sendiri” (Subyek 2, W1 170-175) b. Sebagai fashion (gaya) “… Awalnya sih mang bener-bener iseng aja, buat gaya-gayaan doang. Biar keliatan gaya aja gitu aku ngerokok awalnya. Ternyata setelah nyobain aku suka, Jadinya keterusan diulang lagi deh” ( Subyek 1, W1, 35-45) c. Menyukai rasa rokok. “Awalnya sih ngerokok itu karna iseng, nyoba, pengen buat gaya-gayaan aja awalnya waktu SMA itu buat gaya-gayaan aja aku ngerokok, tapi pas nyoba ngerokok ternyata aku suka. Jadi… keterusan“ (Subyek 1, W1 30-35) Rokok itu kayak gimana yah… kayak kita bisa menghilangkan penat, atau menghilangkan rasa sebah di mulut, karna mulut tidak melakukan kegiatan… ” (Subyek 2, W1 x-y) “wow enak banget itu mbak rasanya, luar biasa… ” (Subyek 3, W1 30-35) d. Ketidakpedulian terhadap bahaya rokok. “Kalo ke..eh kepengen, kalo kepengen berhenti jelas pengen, Cuma aku gak, gak mau yang maksain aku harus berhenti, aku harus mentargetkan. Misalnya umur 19 sekian aku mau berhenti merokok. Gak sih aku… liat nanti ajalah...” (Sunyek 1, W1, 260-265) “..rokok itu sendiri sudah menjadi suatu kebutuhan saya, mungkin saya kurang peduli aja..Jadi lebih..lebih cenderung ke… lebih baik saya merokok untuk memberikan kepuasaan, dari pada saya tidak merokok untuk menjaga kesehatan saya sendiri, itu aja..” (Subyek 2, W1, 290-300) e. Merokok memberikan kepuasan “Eee… kenikmatannya itu sendiri gimana yah, eee… .kayak apa yang ee..kita asupan apa yang kita masukkan ke dalam tubuh itu jadi lebih lengkap gitu aja kalo misalnya kayak… kayak pecandu kopi gitu, dia minum kopi barang satu atau dua hari gak minum tuh rasanya kurang, ada yang kurang, ya… sama, sama kayak saya. Saya juga kalo misalnya ngerokok gitu, kalo dalam sehari gak ngerokok yah… ada yang kurang” (Subyek 2, W1, 90-100), “… gimana yah… namanya juga sekarang rokok itu sudah menjadi satu kebutuhan saya. Jadi mau gak mau bisa dibilang, kalo melakukan terapi untuk tidak melakukan… ee… tidak merokok, itu adalah satu hal yang, mungkin tidak bisa saya lakukan langsung tiba-tiba. Jadi harus bertahap. Mungkin dengan cara ngurangi asupan rokok perharinya, atau gimana gitu” (Subyek 2, W1, 280-290), f. Lingkungan sosial. “… Ditambahin lagi setelah aku kuliah, aku ngekos, aku tinggal sama tementemen yang rata-rata semua juga perokok. Jadinya yah… makin makin. Makin makin jadi keterusan merokok” (Subyek 1, W1 150-160) “Temen-temen saya jelas. Eee..bukannya karna mereka mengajarkan saya, gak, bukan gitu yah. Cuman masalahnya temen-temen k… saya sekarang itu, saya datang ke mereka, mereka datang ke saya, itu kita sudah sebagai sama-sama perokok gitu. L… jadi lebih ke temen ngumpul ajalah… ” (Subyek 2 W1 x-y) “Awalnya… karna ajakan temen, terus jadi nyoba-nyoba sendiri, akhirnya malah jadi kess… keseringan” (Subyek 3, W1 25-30) 2. Hal-hal yang dirasakan subyek dari perilaku merokok. a. Perasaan rileks. “Kalo kepuasaan… kalo kepuasaan sih standar yah. Aku sih ngerasa kalo dengan merokok aku ngerasa lebih rileks aja, ngerasa lebih santai. Jadi misal kalo aku 20 lagi ada masalah gitu memang dengan merokok gak menyelesaikan masalah, gak ngebantu apa-apa, cuma aku jadi ngerasa lebih enteng aja pikiranku. Awalnya aku ngerasa punya beban, kalo aku udah ngerokok sambil ngelamun gitu jadi ngerasa lebih ringan aja, lebih rileks aja gitu” (Subyek 1, W1, 95-105) b. Kenikmatan merokok “Eee… kenikmatannya itu sendiri gimana yah, eee… .kayak apa yang ee..kita asupan apa yang kita masukkan ke dalam tubuh itu jadi lebih lengkap gitu aja kalo misalnya kayak… kayak pecandu kopi gitu, dia minum kopi barang satu atau dua hari gak minum tuh rasanya kurang, ada yang kurang, ya… sama, sama kayak saya. Saya juga kalo misalnya ngerokok gitu, kalo dalam sehari gak ngerokok yah… ada yang kurang” (Subyek 2, W1, 90-100), c. Sebagai pelampiasan (pengalihan) “Nikmat banget… apalagi kalo lagi banyak pikiran. Itu pelampiasan yang menurutku bisa jadi tempat pelampiasan, apalagi kalo aku lagi banyak pikiran, lagi stress mikirin apa, itu menurutku… nikmat. Lumayanlah untuk mengurangu rasa pusingnya” (Subyek 3, W1, 155-165 D. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data dan kategorisasi maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja putri serta apa saja yang dirasakan atau didapatkan dari perilaku merokok adalah beragam. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data sebagai berikut: 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja putri. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja putri dikategorisasikan menjadi 6 (enam) yaitu : a) Keinginan mencoba rasa rokok; b) 21 Sebagai fashion (gaya); c) Menyukai rasa rokok; d) Ketidakpedulian terhadap bahaya rokok; e) Merokok memberikan kepuasan; f) Lingkungan sosial. 2. Hal-hal yang dirasakan atau didapatkan dari perilaku merokok. Hal-hal yang dirasakan seseorang dari perilaku merokok yaitu: a) Perasaan rileks; b) Kenikmatan merokok; c) Sebagai pelampiasan (pengalihan) Tabel 1 Faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja putri No Subyek 1 PS 2 PC Yang didapat atau dirasakan Faktor-faktor yang mempengaruhi dari perilaku merokok perilaku merokok Saat merokok subyek merasa rileks dan ketika sedang ada masalah subyek merasa bebannya berkurang pada saat merokok -Keinginan mencoba rasa rokok. Rasa ingin tahu subyek yang menyebabkan subyek mencoba-coba untuk merokok. -Sebagai fashion. Alasan subyek pertama kali merokok agar terlihat gaya. -Suka dengan rasa rokok. Setelah mencoba rokok berkali-kali subyek merasa suka dengan rasa rokok dan mendapatkan kenikmatan tersendiri dari merokok. -Merokok memberikan kepuasan. Dari merokok subyek mendapatkan perasaan rileks. -Ketidakperdulian terhadap bahaya rokok. Meskipun sedikit banyak subyek mengetahui resiko dari perilaku merokok tapi subyek tetap berperilaku merokok karena subyek tidak peduli terhadap bahaya rokok. -Lingkungan sosial. Tinggal dengan teman-teman komunitas perokok menyebabkan subyek merasa kesulitan untuk menghentikan perilaku merokoknya. Pada saat merokok subyek -Keinginan mencoba rasa rokok. merasa santai, rileks dan Alasan coba-coba adalah fakor yang sangat enjoy. Bagi subyek muncul dari dalam diri subyek 22 rokok adalah sebuah kebutuhan karena dari merokok subyek mendapatkan rasa nikmat dan sejenak mampu menghilangkan rasa penat. 3 ON Dengan merokok subyek merasa memiliki pelampiasan di saat subyek merasa stress, pusing dan memiliki masalah (internal). -Menyukai rasa rokok. Setelah mencoba merokok subyek mengaku menyukai rasa rokok. -Ketidakpedulian terhadap bahaya rokok. Subyek tidak peduli terhadap bahaya rokok sehingga belum ada niat untuk menghentikan kebiasaan merokok. -Merokok memberi kepuasan. Bagi subyek merokok adalah kebutuhan primer dan menjadi sebuah candu karena rokok memberikan kepuasan tersendiri bagi subyek. -Lingkungan sosial. Walaupun keluarga tidak mengetahui perilaku merokok subyek namun teman-teman yang rata-rata adalah perokok aktif memberikan pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan perilaku merokok subyek, bahkan perilaku merokok pertama subyek karena ajakan teman. -Keinginan mencoba rasa rokok. Rasa penasaran akan rasa rokok mendorong subyek mencoba untuk merokok. -Menyukai rasa rokok. Setelah mencoba merokok subyek merasa suka dengan rasa rokok. -Merokok memberikan kepuasan. Dengan merokok subyek merasa mendapatkan kepuasan terutama pada saat merasa stress dan punya masalah. -Lingkungan sosial. Pengaruh temanteman perokok dan lingkungan memberikan pengaruh yang besar bagi subyek. 23 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian pada remaja putri yang merokok, maka dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja putri ada dua macam yaitu faktor internal dan faktor eksternal, dimana kedua faktor ini memberikan pengaruh yang berbeda-beda bagi perilaku merokok pada remaja putri. Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja putri antara lain: 1. Keinginan mencoba rasa rokok. 2. Sebagai fashion. 3. Menyukai rasa rokok. 4. Ketidakpedulian terhadap bahaya rokok. 5. Rokok memberikan kepuasan. 6. Lingkungan sosial. Adapun hal-hal yang dirasakan atau didapatkan seseorang dari perilaku merokok dapat dikategorikan dalam tiga hal yaitu : 1) Perasaan rileks. Pada saat merokok kebanyakan subyek merasa rileks dan enjoy dengan menghisap serta menghembuskan asap rokok. 2) Kenikmatan merokok. Batasan nikmat bagi masing-masing orang berbeda namun kebanyakan dari para perokok mengaku bahwa rokok memberikan kenikmatan tersendiri baik secara fisik (mulut) maupun 24 secara psikis. 3) Pelampiasan (pengalihan). Perilaku merokok dilakukan pada saat stress, pusing atau punya banyak masalah dan bagi mereka ini dianggap sebagai pelampiasan yang cukup memberikan pengaruh. B. Saran-saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka penulis akan memberikan sumbangan saran yang diharapkan dapat bermanfaat, yaitu: a. Bagi subyek penelitian, melihat resiko dari bahaya merokok maka para subyek penelitian yang keseluruhannya adalah remaja putri yang merokok aktif sebaiknya mulai mengendalikan diri dan mampu mengurangi kuantitas merokok agar terhindar dari kecanduan terhadap zat-zat yang terkandung dalam rokok. Kontrol terhadap kuantitas rokok yang dikonsumsi diharapkan dapat membantu subyek untuk secara bertahap berhenti mengkonsumsi rokok. Selain itu, subyek peneliti bisa lebih menyadari akan pentingnya kesehatan, terutama untuk jangka panjang. b. Bagi masyarakat pada umumnya dan remaja putri pada khususnya sebaiknya menghindari perilaku merokok sebisa mungkin agar tidak kecanduan terhadap zat-zat yang terkandung di dalam rokok. Jika berada di dalam komunitas perokok sebaiknya memiliki pengendalian diri yang tinggi agar tidak terpengaruh untuk mencoba rokok. Ada baiknya masyarakat mencari tahu dan mencermati bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh rokok untuk menambah pengetahuan mengenai bahaya-bahaya rokok. 25 c. Bagi peneliti selanjutnya agar menyempurnakan hasil penelitian dan mengupas lebih dalam perilaku merokok pada remaja putri, dengan memperhatikan dan mempertimbangkan aspek-aspek lain yang belum tersentuh dalam penelitian ini. Untuk itu bisa dilakukan penelitian lain dengan memakai faktor-faktor yang berhubungan misalnya dari konsep diri, strategi koping, atau pengendalian diri. 26 DAFTAR PUSTAKA Atkinson, dkk. 1997. Pengantar Psikologi. Diterjemahkan Dr. Widjaja Kusuma Batam: Interaksara. Chaplin, J.P. 2001. Kamus Psikologi Lengkap. Diterjemahkan oleh Dr. Kartini Kartono. Jakarta: Rajawali Press. Corbin dan Strauss.1987. Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Hamidah, Ida. 2003. Studi Deskriptif Tentang Latar Belakang Remaja Putri Merokok. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Juliastuti, R. Tubuh Yang Mendua, Newsletter KUNCI No. 6-7, Mei-Juni 2000. Kompas. 2001. Udara Bebas Asap Rokok adalah HAM; Jakarta; Kompas-cetak; 1 Juni 2001; h.25. Moleong, J. Dr. M.A. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mu’tadin, Z. 5 Juni 2002. Remaja dan Rokok, (Online), (http://www.epsikologi.com, diakses 2 November 2006). Nasution, S. 1992. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung; Penerbit Tarsito. Pradono, J, Kristianti, M. Perokok Pasif Bencana Yang Terlupakan, (Online), (http://www.e-psikologi.com , diakses 2 November 2006) Pribadi. 2004. Konsep Diri Perokok. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala. 27 Poerwandari, E. 1998. Pemdekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Republika, 02 Juni 2004. Bahaya Rokok, Mari Kita Pikirkan Lagi! (Online, www.republika.com diakses tanggal 24 Mei 2006). Setiono, Lily. Beberapa Permasalahan Remaja, (Online), psikologi.com , diakses 2 November 2006). (http://www.e- Triyanti. 2006. Hubungan Antara Rasa Empati dengan Kebiasaan Merokok di Tempat Umum.