Jurnal Akuntansi & Keuangan, Oktober 2009 ANALISIS FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM INDUSTRI PERTAMBANGAN DAN PERTANIAN DI BEI Dhita Ayudia Wulandari [email protected] Mahasiswi, Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi – Universitas Gunadarma ABSTRAK Pasar modal merupakan salah satu tempat bagi perusahaan untuk mendapatkan dana demi menunjang kelancaran kegiatan operasinya dan menjaga kelangsungan hidupnya dalam persaingan bisnis yang semakin ketat. Bagi perusahaan yang go public, harga saham yang diperjualbelikan dibursa merupakan indikator nilai perusahaan. Sehingga apabila harga saham meningkat maka nilai perusahaan juga akan meningkat. Apabila nilai perusahaan meningkat maka kemakmuran pemegang saham juga akan meningkat. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh faktor fundamental terhadap harga saham khususnya saham industri pertambangan dan pertanian. Industri pertambangan dan pertanian (agro bisnis) merupakan industri yang menjadi pilihan para calon investor, dikarenakan Indonesia kaya akan Sumber Daya Alam. Metode pengambilan sample dilakukan dengan purposive sampling method. Dari seluruh perusahaan pada industri pertambangan hanya terdapat 10 perusahaan yang sesuai, sedangkan dari industri pertanian ada 8 perusahaan yang sesuai. Hasil Penelitian pada industri pertambangan menunjukkan seluruh variabel independent berpengaruh signifikan terhadap harga saham baik secara parsial maupun simultan. Sedangkan pada industri pertanian hanya variabel EPS, PER, BVS, ROI, PBV, DER, serta Beta yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham baik secara simultan maupun parsial. Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Gunadarma 1 Jurnal Akuntansi & Keuangan, Oktober 2009 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan selalu membutuhkan dana untuk menunjang kelancaran kegiatan operasinya dan menjaga kelangsungan hidupnya dalam persaingan bisnis yang semakin ketat (Husnan & Pudjiastuti, 1996). Salah satu cara untuk memperoleh sumber dana perusahaan adalah dengan cara menarik dana dari luar perusahaan. Dana dari luar ini, salah satunya dapat diperoleh dari pasar modal. Dari pasar modal ini perusahaan harus berusaha agar investor bersedia menanamkan modalnya kedalam perusahaan. Dengan kata lain agar dapat menghimpun dana tersebut maka perusahaan harus dapat meyakinkan pihak investor bahwa mereka akan memperoleh return atas investasinya. Dengan demikian pasar modal merupakan wahana bagi perusahaan untuk memperoleh dana dan memberikan peluang kepada investor untuk memperoleh imbalan ( return ) atas investasi yang telah dilakukannya. Tujuan utama dari investor dalam berinvestasi adalah untuk memperoleh imbalan (return) atas investasinya, berupa deviden dan capital gain, yaitu selisih antara harga pasar saham dengan harga nominalnya. Selanjutnya tujuan perusahaan menerima investasi tersebut adalah untuk memperoleh hasil yang diharapkan (expected return), walaupun ada kemungkinan dihadapinya resiko. Dengan demikian dalam menghimpun dana dari masyarakat atau dana dari para pemegang saham, perusahaan berkewajiban untuk menjaga dan memelihara kondisi keuangan perusahaan dengan baik serta memperhatikan dan menjaga likuiditas, laverage, prospek perusahaan, profitabilitas dan kinerja (performance) perusahaan ( Mulyamah, 2000 ). Bagi perusahaan yang tidak go publik nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Sedangkan bagi perusahaan yang go publik harga saham yang diperjualbelikan dibursa merupakan indikator nilai perusahaan. Sehingga apabila harga saham meningkat maka nilai perusahaan juga akan meningkat. Apabila nilai perusahaan meningkat maka kemakmuran pemegang saham juga akan meningkat. Karena dengan harga saham yang meningkat tersebut maka pemegang saham akan memperoleh tingkat pengembalian yang tinggi Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Gunadarma 2 Jurnal Akuntansi & Keuangan, Oktober 2009 ( Husnan & Pudjiastuty, 1996 ). Harga saham yang diperjual belikan di bursa sangat berkaitan dengan prestasi yang dicapai oleh perusahaan. Prestasi perusahaan dapat dinilai dari besarnya kinerja keuangan selama periode tertentu. Kinerja keuangan perusahaan bisa diamati dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik (Purnomo, 1998). Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengevaluasi saham. Tetapi pada garis besarnya cara tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal menggunakan data perubahan harga dimasa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga sekuritas dimasa yang akan datang, sedangkan analisis fundamental berkaitan dengan penilaian kinerja perusahaan tentang efektifitas dan efisiensi perusahaan mencapai sasaran. Untuk menganalisis kinerja perusahaan dapat digunakan rasio keuangan yang terbagi dalam empat kelompok, rasio likuiditas, leverage, profitabilitas dan aktivitas. Dengan analisis tersebut para analis mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai dari faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menerapkan hubungan faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Disamping analisis teknikal dan analisis fundamental, investor juga harus memperhatikan resiko pasar saham dalam investasi saham tersebut. Resiko saham disebut resiko sistematis, dimana resiko tersebut berhubungan erat dengan perubahan harga saham kelompok tertentu yang disebabkan antisipasi investor terhadap perubahan tingkat pengembalian yang diharapkan. Penulis memilih industri pertambangan dan pertanian sebagai objek penelitian karena industri ini adalah industri yang memiliki kemungkinan terbesar untuk berkembang, sebagaimana fakta bahwa Indonesia memiliki banyak sumber daya alam yang menarik minat para investor untuk menanamkan dananya. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan Co-Chairman Indonesian National Organizing, “Tanri Abeng” pada 02/03/2009, Selain itu, industri ini dapat lebih bertahan dibandingkan dengan industri lainnya, hal ini terbukti saat terjadi krisis keuangan yang sempat melanda Indonesia, namun industri ini tidak terlalu parah terkena imbasnya. Alasan lain adalah untuk melengkapi penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang telah meneliti sektor industri yang lain. Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Gunadarma 3 Jurnal Akuntansi & Keuangan, Oktober 2009 Atas dasar alasan tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Industri Pertambangan dan Pertanian Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ”. 2. LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori Dalam investasi saham para investor harus menganalisis faktor - faktor yang mempengaruhi perubahan harga saham untuk memprediksi harga saham di masa yang akan datang agar memperoleh keuntungan. Analisis fundamental merupakan salah satu cara menilai saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator terkait kondisi ekonomi dan kondisi industri perusahaan termasuk berbagai indikator keuangan dan manajemen perusahaan (Tjiptono dan Handy, 2006). Dalam penilaian saham, terdapat beberapa model teoritis yang dapat digunakan terkait dengan analisis fundamental. Namun secara sederhana variabilitas harga saham tergantung pada earning dan deviden suatu perusahaan (Fuller dan Farrell, 1987). Beberapa variabel independen yang menjadi faktor fundamental dalam penelitian ini adalah EPS, PER, BVS, ROA, ROE, ROI, PBV, DER, dan Beta. Menurut Mainingrum (2005) Earning Per Share berpengaruh positif terhadap saham karena EPS yang tinggi mengindikasikan kinerja perusahaan yang baik, Price Earning Ratio digunakan oleh para investor untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang, Book Value Per Share menunjukkan aktiva bersih yang dimiliki pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham (Jogiyanto, 2003), Return On Total Assets dan Return On Total Equity merupakan rasio keuangan yang banyak digunakan untuk mengukur kinerja keuangan, khususnya menyangkut profitabilitas (Tjiptono dan Handy, 2006), Return On Total Investment, berguna untuk mengukur keuntungan investasi dan sebagai evaluasi akhir untuk menentukan keputusan investasi dalam perusahaan (Gill dan Charton, 2003), Price To Book Value menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham perusahaan, Debt To Equitty Ratio, merupakan ratio yang mengukur sejauh mana besarnya hutang dapat ditutupi dengan modal sendiri, sedangkan Beta merupakan resiko yang tidak dapat Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Gunadarma 4 Jurnal Akuntansi & Keuangan, Oktober 2009 dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi resiko ini dipengaruhi faktor - faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan, seperti perubahan tingkat bunga, kurs valuta asing, kebijakan pemerintah. Rumus EPS Rumus : Laba Bersih/ Jumlah lembaran Saham Umum Rumus PER Rumus : Harga pasar saham per lembar saham/ Earnings Per Share Rumus BVS Rumus : Total Ekuitas/ Jumlah Saham Rumus ROA Rumus : (Laba Bersih Sebelum Pajak / Total Assets) x 100% Rumus ROE Rumus : ( Laba Bersih Sebelum Pajak / Total Ekuitas ) x 100% Rumus ROI Rumus : ( Laba Usaha Setelah Pajak / Total Rata rata Aktiva ) x 100% Rumus PBV Rumus : Harga Saham/ BVS Rumus DER Rumus : Total Hutang/ Total Ekuitas Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Gunadarma 5 Jurnal Akuntansi & Keuangan, Oktober 2009 Rumus Beta Rumus Beta : (∑data ∑ Return Pasar * Return Saham i – ∑ Return Pasar ∑ Return Saham i) (∑data ∑ Return Pasar ² – (∑Return Pasar)²) 2.2 Hipotesis • Ha1 : Faktor fundamental (EPS, PER, BVS, ROA, ROE, ROI, PBV, DER, resiko sistematik BETA (β) ) mempengaruhi harga saham secara simultan. • Ha2 : Faktor fundamental (EPS, PER, BVS, ROA, ROE, ROI, PBV, DER, resiko sistematik BETA (β) ) mempengaruhi harga saham secara parsial. 3. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data dan Sampel Penelitian Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode purposive sampling. Sampel yang diambil adalah seluruh perusahaan industri pertambangan dan pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memiliki laporan keuangan lengkap selama lima tahun terakhir dari tahun 2004 sampai 2008. Berdasarkan kriteria di atas maka, ada 10 sampel yang dapat mewakili populasi dari industri pertambangan dan 8 sampel yang dapat mewakili populasi dari industri pertanian. Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Gunadarma 6 Jurnal Akuntansi & Keuangan, Oktober 2009 Tabel 3.1A Perusahaan Industri Pertambangan yang terdaftar di BEI Singkatan Nama Perusahaan Terdaftar Di Kategori BEI ATPK ATPK Resources Tbk 17 Apr 2002 Batu bara BUMI BUMI Resources Tbk 30 Jul 1990 Batu bara PTBA Tambang Batu Bara Bukit Asam 23 Des 2002 Batu bara APEX Apexindo Pratama Duta Tbk 10 Jul 2002 Minyak & Gas Bumi MEDC MEDCO Energi Internasional Tbk 12 Okt 1994 Minyak & Gas Bumi CITA CITA Mineral Investindo Tbk 20 Mar 2002 Logam & Mineral Lainnya INCO Internasional Nickel Ind. Tbk 16 Mei 1990 Logam & Mineral Lainnya TINS Timah Tbk 19 Okt 1995 Logam & Mineral Lainnya CNKO Central Korporindo Intl Tbk 21 Nov 2001 Batu batuan CTTH Citatah Industri Marmer Tbk 30 Jul 1996 Batu batuan Tabel 3.1B Perusahaan Industri Pertanian yang terdaftar di BEI Singkatan Nama Perusahaan Terdaftar Di Kategori BEI AALI Astra Agro Lestari Tbk 09 Des 1997 Perkebunan LSIP PP London Sumatera Tbk 05 Jul 1996 Perkebunan TBLA Tunas Baru Lampung Tbk 14 Feb 2000 Perkebunan UNSP Bakrie Sumatera Plantation Tbk 06 Mar 1990 Perkebunan CPDW Cipendawa AgroIndustri Tbk 18 Jun 1990 Perternakan MBAI Multibreeder Adirama Ind Tbk 28 Feb 1994 Perternakan DSFI Dharma Samudera Fishing Intl Tbk 24 Mar 2000 Perikanan BTEK BUMI Teknokultural Unggul Tbk 14 May 2003 Lainnya Sumber : http://hn-technical.blogspot.com Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Gunadarma 7 Jurnal Akuntansi & Keuangan, Oktober 2009 3.2 Metode Analisis Data Analisis Regresi Untuk mengetahui pengaruh Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Book Value Per Share (BVS), Return on Asset (ROA), Return On Total Equity (ROE), Return On Investment (ROI), Price To Book Value (PBV), Debt To Equitty Ratio(DER), dan resiko sistematis (BETA) terhadap harga saham pada perusahaan industri pertambangan dan pertanian digunakan analisis regresi berganda. Adapun model yang akan di uji dalam penelitian ini adalah : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 + e Penjelasan : Y = Harga Saham X6 = ROI a = Konstanta X7 = PBV X1= EPS X8 = DER X2= PER X9 = Resiko Sistematis X3 = BVS e X4 = ROA b1 – b9 = Tingkat Kesalahan = Koefisien Korelasi X5 = ROE Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Gunadarma 8 Jurnal Akuntansi & Keuangan, Oktober 2009 4. PEMBAHASAN Tabel 4.1 Tabel Hasil Pembahasan Industri Pertambangan Industri Pertanian EPS Nilai tertinggi diperoleh pada tahun 2006 Nilai tertinggi diperoleh pada tahun 2008 sebesar Rp.561.99 dan nilai terendah pada sebesar Rp. 458.15, sedangkan terendah tahun 2004 sebesar Rp. 323.85 pada tahun 2004 sebesar Rp. 133.29. PER Nilai tertinggi diperoleh tahun 2005 Nilai tertinggi diperoleh tahun 2007 sebesar Rp. 337.6, sedangkan terendah sebesar Rp.33.29 sedangkan terendah pada tahun 2004 sebesar Rp.-62.11 pada tahun 2008 sebesar Rp.-5.13 BVS Nilai tertinggi diperoleh tahun 2006 Nilai tertinggi diperoleh tahun 2008 sebesar Rp.2240,01, sedangkan terendah sebesar Rp. 1365.77, sedangkan terendah pada tahun 2004 sebesar Rp1264,82. pada tahun 2004 sebesar Rp.502.42 ROA Nilai tertinggi diperoleh tahun 2007 Nilai tertinggi diperoleh tahun 2004 sebesar 20.33% , sedangkan terendah pada sebesar 22.59%, sedangkan terendah tahun 2004 sebesar 5.59%. pada tahun 2006 sebesar 4.63%. ROE Nilai tertinggi diperoleh tahun 2006 Nilai tertinggi diperoleh tahun 2005 sebesar 99.09% sedangkan terendah terjadi sebesar 74.92% sedangkan yang terendah pada tahun 2005 sebesar 4.33%. terjadi pada tahun 2005 sebesar 13.19%. ROI Nilai tertinggi diperoleh tahun 2007 Nilai tertinggi diperoleh tahun 2004 sebesar 11.88% sedangkan terendah terjadi sebesar 15.86% sedangkan yang terendah pada tahun 2006 sebesar 2.69%. terjadi pada tahun 2006 sebesar 2.59%. PBV Nilai tertinggi diperoleh pada tahun 2004 Nilai tertinggi diperoleh tahun 2006 sebesar 4.38 sedangkan terendah terjadi sebesar 3.75 sedangkan yang terendah pada tahun 2006 sebesar 1.69 terjadi pada tahun 2004 sebesar 0.96. DER Nilai tertinggi diperoleh tahun 2005 Nilai tertinggi diperoleh tahun 2005 sebesar 3.66 sedangkan terendah terjadi sebesar 58.25 sedangkan yang terendah pada tahun 2006 sebesar -3.06 terjadi pada tahun 2004 sebesar 0.96. H.Shm Nilai tertinggi diperoleh tahun 2006 sebesar Rp.9440.1 sedangkan terendah terjadi pada tahun 2004 sebesar Rp.2289.25 Nilai tertinggi diperoleh tahun 2006 sebesar 7.23 sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 2005 sebesar -4.24 Beta Nilai tertinggi diperoleh tahun 2005 sebesar 58.25 sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 2004 sebesar 0.96. Nilai tertinggi diperoleh tahun 2004 sebesar 8.52 sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 2005 sebesar -13.69 Sumber : Data Laporan Keuangan Tahunan yang telah diolah Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Gunadarma 9 Jurnal Akuntansi & Keuangan, Oktober 2009 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Kinerja manajemen kedua industri baik pertambangan maupun pertanian menunjukkan pertumbuhan dari tahun ke tahun yang ditandai dengan meningkatnya jumlah laba bersih, jumlah ekuitas, jumlah asset dan jumlah harga saham rata - rata bila dibandingkan dengan jumlah saham umum yang beredar, jumlah hutang, dan jumlah pajak per tahun. 2. Pada tahun 2004 hingga tahun 2008 terdapat beberapa saham yang selalu memiliki beta lebih dari 1 yaitu saham PTBA, APEX, LSIP, UNSP, BTEK.dan BUMI. 3. Pada industri pertambangan dan pertanian diperoleh Angka R Square adalah 1.00. Hal ini berarti 100% dari variasi harga saham bisa dijelaskan oleh variabel independen. 4. Pada industri pertambangan uji Anova atau F.test menunjukkan Fhitung dengan tingkat signifikansi 0.00, maka model regresi bisa dipakai untuk memprediksi harga saham. Atau bisa dikatakan semua variabel independen secara bersama sama berpengaruh terhadap harga saham. Pada industri pertanian hanya variabel EPS, PER, BVS, ROI, PBV, DER, serta Beta yang secara bersama sama berpengaruh terhadap harga saham. 5. Pada industri pertambangan, Uji t menunjukkan angka SIG berada jauh di bawah 0.025. Dapat dikatakan bahwa semua variabel independen secara individu berpengaruh terhadap harga saham. Sedangkan pada industri pertanian,hanya variabel EPS, PER, BVS, ROI, PBV, DER, serta Beta yang secara individu berpengaruh terhadap harga saham. Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Gunadarma 10 Jurnal Akuntansi & Keuangan, Oktober 2009 5.2 Saran Saran yang dapat dikemukakan melalui penelitian ini adalah : 1. Investor yang ingin investasi di sektor pertambangan dan pertanian, hendaknya mempertimbangkan faktor fundamental dan psikologi pasar saham secara umum. 2. Perusahaan harus mewaspadai jumlah hutang/ Leverage yang dimiliki karena bila terlalu banyak maka hal tersebut akan mendatangkan resiko tidak terbayarnya hutang dan membuat calon investor ragu untuk menanamkan dananya. 3. Perusahaan diharapkan mampu meningkatkan laba untuk tiap lembar sahamnya karena investor menganggap bahwa perusahaan tersebut dapat memberikan keuntungan yang besar, hal ini akan berdampak pada kenaikan harga saham. 4. Perusahaan diharapkan dapat meningkatkan nilai bukunya karena nilai buku tersebut mewakili aktiva fisik perusahaan, berarti perusahaan yang memiliki aset yang banyak dan dikelola dengan baik akan cenderung memiliki nilai pasar sama bahkan lebih besar dari nilai bukunya. DAFTAR PUSTAKA Darmadji, Tjiptono dan Hendy M.F. 2006. Pasar Modal di Indonesia. Jakarta: Salemba Halim, Abdul. Drs. MM. AK. 2005. Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat Hendricksen, Eldon dan Michael F. Van Breda. 2004. Accounting Theory. USA: Mc Grow. Hill Kurniawati, Restu. 2005. Pengaruh Publikasi Laporan Keuangan Terhadap Pelaporan Perusahaan Sekuritas di BEJ. Jakarta: Universitas Gunadarma Margaretha, Dra. Farah, M. E. 2004. Teori dan Aplikasi Manajemen Keuangan: Investasi dan Sumber Dana Jangka Panjang. Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Gunadarma 11 Jurnal Akuntansi & Keuangan, Oktober 2009 Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia Martin, John D. Et. Al. 1999. Dasar – dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Med Press Teamwork. 1998. Kiat Investasi dan Penyelamatan Assets. Jakarta: Gramedia Njo Anastasia, 2001. Analisis Faktor Fundamental dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham Properti di BEJ. Universitas Kristen Petra. http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/ Prastito, Arif . 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan Dengan SPSS 12. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Priyatno, Dwi . 2008. Mandiri Belajar SPSS. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Redaksi Sinar Grafika. 2003. Himpunan Peraturan Pasar Modal. Jakarta: Sinar Grafika Saptahadi, Anung. 2007. Pengaruh Return On Investment, Price Earning Ratio, dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Yang Terdaftar di BEJ. Semarang : Universitas Negeri Semarang Sharpe, F William dan Gordon J. Alexander. 2005. Investasi. Jakarta: Index Sutyanto, Merziu Ribkah. 2005. Analisa Hubungan antara Financial Leverage dengan Harga Saham PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Jakarta: Universitas Gunadarma Tim Pusat Pembinaan Pengembangan Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Gunadarma 12 Jurnal Akuntansi & Keuangan, Oktober 2009 William F. Sharpe, Gordon J, Jeffery V. Bailey. 1997. Investasi. Jakarta: PT. Prenhallindo http://www.yahoofinance.com http://www.idx.com Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Gunadarma 13