BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teoretis 2.1.1

advertisement
1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian teoretis
2.1.1. Pengertian penerapan
Penerapan dapat berarti sebagai suatu pemakaian atau aplikasi suatu cara
atau metode suatu yang akan diaplikasikannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian penerapan
adalah perbuatan menerapkan. Sedangkan menurut beberapa ahli berpendapat
bahwa, penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode,
dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang
diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun
sebelumnya.
Zulmar 2013: http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20130121154708AAAVlFy
2.1.2
Pengertian media
Media itu sebenarnya. Kata “madia” berasal dari bahasa Latin dan
merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah berarti
“perantara atau pengantar”. Dengan demikian, media merupakan wahana
penyalur informasi belajar atau penyalur pesan.
Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan
dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik
memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang
cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidak jelasan bahan yang
2
disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara.
Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan
dalam bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru
ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat
dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian, anak didik lebih mudah
mencerna bahan dari pada tanpa bantuan media.
Media pembelajaran sangat beraneka ragam. Berdasarkan hasil penelitian
para ahli, ternyata media yang beraneka ragam itu hampir semua bermanfaat.
Cukup banyak jenis dan bentuk media yang telah dikenal dewasa ini, dari yang
sederhana sampai yang berteknologi tinggi, dari yang mudah dan sudah ada secara
natural sampai kepada media yang harus dirancang sendiri oleh guru. Dari ketiga
jenis media yang ada yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran,
bahwasanya media audio-visual adalah media yang mencakup 2 jenis media yaitu
audio dan visual.
Sadiman (2008:7) mengungkapkan media adalah segala sesuatu yang
digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa
sedemikian rupa terjadinya proses belajar. Media pembelajaran yang digunakan
masih terbatas pada buku. Sedangkan metode yang digunakan juga masih
cenderung ceramah dan penugasan. Apabila pembelajaran tersebut dilakukan
secara terus menerus akan mengakibatkan minat dan keterampilan yang dimiliki
siswa berkurang. Ketepatan penggunaan media sangat menunjang keberhasilan
3
pembelajaran. Sehingga pemilihan dan penggunaan media dapat meningkatkan
keterampilan yang dimiliki siswa.
Ketepatan
penggunaan
media
sangat
menunjang
keberhasilan
pembelajaran. Sehingga pemilihan dan penggunaan media dapat meningkatkan
keterampilan yang dimiliki siswa.
Jika dilihat dari perkembangan Media Pendidikan, pada mulanya media
hanya dianggap sebagai alat bantuguru (teaching aids). Alat bantu yang dipakai
adalah alat bantu visual misalnya gambar, model, objek dan alat-alat lain yang
dapat memberikan pengalaman kongkret, motivasi belajar serta mempertinggi
daya serap dan retensi belajar siswa. Namun sayang, karena terlalu memusatkan
perhatian pada alat bantu visual yang dipakainya orang kurang memperhatikan
aspek desain pengembangan pembelajaran (instruction) produksi dan evaluasinya.
Dengan masuknya pengaruh teknologi audio pada sekitar pertengahan abad ke-20,
alat visual untuk mengkonkretkan ajaran ini dilengkapi dengan alat audio
sehingga kita kenal adanya alat audio-visual atau Audio-Visual Aids (AVA).“Alat
Bantu Dengar” seperti : Video Tape, Televisi dan Gambar Hidup (biocope).
Namun perlu diingat, bahwa peranan media tidak akan terlihat bila
penggunaannya tidak sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran yang telah
dirumuskan. Karena itu, tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan
untuk menggunakan media. Manakala diabaikan, maka media bukan lagi sebagai
alat bantu pengajaran, tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara
efektif dan efisien. Akhirnya, dapat dipahami bahwa media adalah alat bantu apa
4
saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan
pengajaran
Dari uraian-uraian tersebut dapat di simpulkan bahwa media bukan hanya
menjadi alat bantu guru atau seseorang pendidik lainnya, media mempunyai
banyak manfaat bagi semua orang untuk mendapatkan informasi yang sedang
berkembang dan mempermudah manusia menerima pesan dari mana pun.
2.1.3 Media Sebagai Alat Bantu
Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu
kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Karena memang gurulah yang
menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan
dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru-guru kepada anak didik. Guru sadar
bahwa tanpa bantuan media, maka bahan pelajaran sukar untuk dicerna dan
dipahami oleh setiap anak didik, terutama bahan pelajaran yang rumit atau
kompleks.
Setiap materi pelajaran tentu memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi.
Pada satu sisi ada bahan pelajaran yang tidak memerlukan alat bantu, tetapi dilain
pihak ada bahan pelajaran yang sangat memerlukan alat bantu berupa media
pengajaran seperti globe, grafik, gambar dan sebagainya. Bahan pelajaran dengan
tingkat kesukaran yang tinggi tentu sukar diproses oleh anak didik. Apalagi bagi
anak didik yang kurang menyukai bahan pelajaran yang disampaikan itu.
Anak didik cepat merasa bosan dan kelelahan tentu tidak dapat mereka
hindari, disebabkan penjelasan guru yang sukar dicerna dan dipahami. Guru yang
bijaksana tentu sadar bahwa kebosanan dan kelelahan anak didik adalah
5
berpangkal dari penjelasan yang diberikan guru bersimpang siur, tidak ada fokus
masalahnya. Hal ini tentu saja harus dicarikan jalan keluarnya. Jika guru tidak
memiliki kemampuan untuk menjelaskan suatu bahan dengan baik. Apa salahnya
jika menghadirkan media sebagai alat bantu pengajran guna mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sebelum pelaksanaan pengajaran.
Sebagai alat bantu, media menpunyai fungsi melicinkan jalan menuju
tercapinya tujuan pengajaran. Hal ini dilandaskan dengan keyakinan bahwa proses
belajar mengajar dengan bantuan media mempertinggi kegiatan belajar anak didik
dalam tenggang waktu yang cukup lama. Itu berarti kegiatan belajar anak didik
dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik
dari pada tanpa bantuan media. Walaupun begitu, penggunaan media sebagai alat
bantu tidak bisa sembarangan menurut sekehendak hati guru. Tetapi harus
memperhatikan dan mempertimbangkan tujuan. Media yang dapat menunjang
tercapainya tujuan pengajaran tentu lebih diperhatikan. Sedangkan media yang
tidak dapat menunjang tentu saja harus disingkirkan jauh-jauh untuk sementara.
Kompetensi guru sendiri patut dijadikan perhitungan. Apakah mampu atau tidak
untuk
mempergunakan
media
tersebut.
Juka
tidak,
maka
jangan
mempergunakannya, sebab hal itu akan sia-sia. Malahan bisa mengacaukan
jalannya proses belajar mengajar.
Akhirnya, dapat dipahami bahwa media adalah alat bantu dalam proses
belajar mengajar. Dan gurulah yang memperginakannya untuk membelajarkan
anak didik demi tercapainya tujuan pengajaran.
6
2.1.4 Media Sebagai Sumber Belajar
Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengolah sejumlah nilai untuk
dikonsumsi oleh setiap anak didik. Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya,
tetapi terambil dari berbagai sumber. Sumber belajar yang sesungguhnya banyak
sekali terdapat di mana-mana; di sekolah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan,
dan sebagainya. Udin Saripuddin dan Winataputra (199: 65) mengelompokkan
sumber-sumber belajar menadi lima kategori, yaitu manusia, buku/perpustakaan,
mdia massa, alam lingkungan, dan media pendidikan. Karena itu, sumber belajar
adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat di mana bahan
pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang.
Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu guru
memperkaya wawasan anak didik. Aneka macam bentuk dan jenis media
pendidikan yang digunakan oleh guru menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi
anak didik. Dalam menerangkan suatu benda, guru dapat membawa bendanya
secara langsung kehadapan anak didik di kelas. Dengan menghadirkan bendanya
seiring dengan penjelasan mengenai benda itu, maka benda itu dijadikan sebagai
sumber belajar. Ternyata teknologi, yang disepakati sebagai media itu, tidak hanya
sebagai alat bantu, tatapi juga sebagai sumber belajar dalam proses belajar
mengajar.
Media sebagai sumber belajar diakui sebagai alat bantu auditif, visual, dan
audiovisual. Penggunaan ketiga jenis sumber belajar ini tidak sembarangan, tetapi
harus disesuaikan dengan perumusan tujuan instruksional, dan tentu saja dengan
kompetensi guru itu sendiri, dan sebagainya. Untuk tecapainya tujuan pengajaran
7
tidak mesti dilihat dari kemahalan suatu media, yang sederhana juga bisa
mencapinya, asalkan guru pandai menggunakannya. Maka guru yang pandai
menggunakan media adalah guru yang bisa manipulasi media sebagi sumber
balajar dan sebagi sumber penyalur informasi dan bahan yang disampaikan
kepada anak didik dalam proses belajar mengajar.
2.1.5 Macam-macam Media
Media yang telah dikenal dewasa ini tidak hanya terdiri dari dua jenis,
tetapi sudah lebih dari itu. Klasifikasinya bisa dilihat dari jenisnya, daya liputnya,
dan dari bahan serta cara pembuatannya. Semua ini akan dijelaskan pada
pembahasan berikut.
1. Dilhat dari Jenisnya, Media Dibagi ke Dalam:
a. Media Auditif
Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara
saja, seperti radio, casstte recorder, piringan hitam. Media ini tidak cocok
untuk orang tuli atau mempunyai kelainan dalam pendengaran.
b. Media Visual
Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan.
Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip
( film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan, dan
cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol
yang bergerak seperti film bisu, dan film kartun.
c. Media Audiovisual
Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur
gambar.
2. Dilihat dari Daya Liputnya, Media Dibagi Dalam:
a. Media dengan Daya Liput luas dan Serentak
8
Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat
menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama.
b. Media dengan Daya Liput yang Terbatas oleh Ruang dan Tempat
Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang
khusus seperti film, sound slide, film rangkai, yang harus menggunakan
tempat yang tertutup dan gelap.
c. Media untuk Pengajaran Individual
Media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri termasuk media ini
adalah modul berprogram dan pengajaran melalui kompute.
3. Dilihat dari Bahan Pembuatannya, Media Dibagi Dalam:
a. Media Sederhana
Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara
pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit.
b. Media Kompleks
Media ini adalah media yang bahan dan alat pembuatannya sulit diperoleh
serta
mahal
harganya,
sulit
pembuatannya,
dan
penggunaannya
memerlukan keterampilan yang memadai.
2.1.6 Prinsip-prinsip Pemilihan dan Penggunaan Media
Setiap media pengajaran memiliki keampuhan masing-masing, maka
diharapkan kepada guru agar menentukan pilihannya sesuai dengan kebutuhan
pada saat suatu kali pertemuan. Hal ini dimaksudkan jangan sampai penggunaan
media menjadi penghalang proses belajar mengajar yang akan guru lakukan di
kelas. Harapan yang besar tentu saja agar media menjadi alat bantu yang dapat
mempercepat/mempermudah pencapaian tujuan pengajaran.
Ketika suatu media akan dipilih, ketika suatu media akan dipergunakan,
ketika itulah beberapa prinsip perlu guru perhatikan dan dipertimbangkan. Drs.
9
Sudirman N. (1991) mengemukaka beberapa prinsip pemilihan media pengajaran
yang dibaginya kedalam tiga kategori, sebagai berikut:
1. Tujuan Pemilihan
Memilih media yang akan digunakan harus berdasarkan maksud dan tujuan
pemilihan yang jelas.
2. Karakteristik Media Pengajaran
Setiap media mempunyai karakteristik tertentu, baik dilihat dari segi
keampuhannya, cara pembuatannya, maupun cara penggunaanya.
3. Alternatif Pemilihan
Memilih pada hakikatnya adalah proses membuat keputusan dari berbagai
alternatif pilihan. Guru bisa menentukan pilihan media mana yang akan
digunakan apabila terdapat beberapa media yang dapat dipertimbangkan.
2.1.7 Pengertian Media Audio Visual
Dalam Djamarah ( 2010: 124 ) mengemukakan Media Audio-Visual
adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis Media ini
mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang
pertama adalah media Audio Visual diam, yaitu media yang menampilkan suara
dan gambar diam seperti film bingkai suara, film rangkai suara, dan cetak suara.
Media yang kedua adalah Audio Visual gerak, yaitu media yang dapat
menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan
video-cassette.
Harmawan, (2007) mengemukakan bahwa “ Media Audio Visual adalah
Media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan
ilmu pengetahuan, dan teknologi) meliputi media yang dapat dilihat dan
didengar). “
Konsep pengajaran visual kemudian berkembang menjadi Audio-Visual
aids pada tahun 1940. Istilah ini bermakna sejumlah peralatan yang dipakai oleh
10
para guru dalam menyampaikan konsep, gagasan, dan pengalaman yang ditangkap
oleh indera pandang dan pendengaran. Penekanan utama dalam pengajaran
audio-visual adalah pada nilai belajar yang diperoleh melalui pengalaman
kongkret, tidak hanya didasarkan atas kata-kata belaka. Perkembangan berikutnya
adalah munculnya gerakan audiovisual communication yang terjadi pada tahun
1950-an.
Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan
alat Bantu audiovisual, sehingga selain sebagai alat bantu media juga berfungsi
sebagai penyalur pesan atau informasi belajar. Sejak saat itu alat audiovisual
bukan hanya dipandang sebagai alat bantu guru saja, melainkan juga sebagai alat
penyalur pesan atau media. Teori ini sangat penting dalam penggunaan media
untuk kegiatan program-program pembelajaran.
Menurut seorang ahli komunikasi dan media pendidikan Rudy Breatz
media pendidikan mempunyai ciri utama dan memiliki 3 unsur pokok yaitu :
Suara, Visual dan gerak.
Teknologi yang paling tua yang dimanfaatkan dalam proses belajar adalah
percetakan yang bekerja atas dasar prinsip mekanis, kemudian lahir teknologi
Audio-Visual yang menggabungkan penemuan mekanis dan elektronis untuk
tujuan pembelajaran.
Sebagai media pembelajaran dalam pendidikan dan pengajaran, media
audio- visual mempunyai sifat sebagai berikut:
1. Kemampuan untuk meningkatkan persepsi
2. Kemampuan untuk meningkatkan pengertian
3. Kemampuan untuk meningkatkan transfer (pengalihan) belajar.
11
4. Kemampuan
untuk
memberikan
penguatan
(reinforcement)
atau
pengetahuan hasil yang dicapai
5. Kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan).
2.1.8 Karakteristik Media Audio- Visual
Karakteristik media Audio-Visual adalah memiliki unsur suara dan unsur
gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi
kedua jenis media yang pertama dan kedua yaitu media audio dan visual.
Media Audio-Visual terdiri atas :
1. Audiovisual Diam Yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam
seperti
a. Film bingkai suara (sound slide)
Adalah suatu film berukuran 35 mm, yang biasanya dibungkus bingkai
berukuran 2x2 inci tersebut dari karton atau plastik. Sebagai suatu program film
bingkai sangat bervariasi. Panjang pendek film bingkai tergantung pada tujuan
yang ingin dicapai dan materi yang ingin disajikan. Ada program yang selesai
dalam satu menit, tapi ada pula yang hingga satu jam atau lebih. Namun yang
lazim, satu film bingkai bersuara (sound slide) lamanya berkisar antara 10-30
menit.
Dilihat dari ada tidaknya rekaman suara yang menyertainya, program film
bingkai bersuara termasuk dalam kelompok media Audio-Visual sedangkan
program tanpa suara termasuk dalam kelompok media visual. Gabungan slide
(film bingkai) dengan tape audio adalah jenis system multimedia yang paling
mudah diproduksi. System multimedia ini serba guna, mudah digunakan dan
cukup efektif untuk pembelajaran perorangan dan belajar mandiri. Jika didesain
12
dengan baik, system multimedia gabungan slide dan tape dapat membawa dampak
yang dramatis dan tentu saja dapat meningkatkan hasil belajar. Media
pembelajaran gabungan slide dan tape dapat digunakan pada berbagai lokasi dan
untuk berbagai tujuan pembelajaran yang melibatkan gambar-gambar guna
menginformasikan atau mendorong lahirnya respon emosional.
Slide bersuara merupakan suatu inovasi dalam pembelajaran yang dapat
digunakan sebagai media pembelajaran dan efektif membantu siswa dalam
memahami konsep yang abstrak menjadi lebih konkrit (mengkonkritkan suatu
yang bersifat abstrak). Dengan menggunakan slide bersuara sebagai media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat menyebabkan semakin banyak
indra siswa yang terlibat ( visual, audio). Dengan semakin banyaknya indra yang
terlibat maka siswa lebih mudah memahami suatu konsep (pemahaman konsep
semakin baik). Slide bersuara dapat dibuat dengan menggunakan gabungan dari
berbagai aplikasi komputer seperti: power point, camtasia, dan windows movie
maker.
Slide bersuara memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Gambar yang diproyeksikan secara jelas akan lebih menarik perhatian.
Dapat digunakan secara klasikal maupun individu.
Isi gambar berurutan, dapat dilihat berulang- ulang serta dapat diputar
kembali, sesuai dengan gambar yang diinginkan.
Pemakaian tidak terikat oleh waktu.
Gambar dapat didiskusikan tanpa terikat waktu serta dapat dibandingkan satu
dengan yang lain tanpa melepas film dari proyektor.
7. Dapat dipergunakan bagi orang yang memerlukan sesuai dengan isi dan tujuan
pemakai.
8. Sangat praktis dan menyenangkan.
9. Relatif tidak mahal, karena dapat dipakai berulang kali.
10. Pertunjukan gambar dapat dipercepat atau diperlambat.
13
2. Audiovisual Gerak Yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan
gambar yang bergerak seperti :
a. Film suara
Film sebagai media audio-visual adalah film yang bersuara. Slide atau
filmstrip yang ditambah dengan suara bukan alat audio-visual yang lengkap,
karena suara dan rupa berada terpisah, oleh sebab itu slide atau film strip termasuk
media audio-visual saja atau media visual diam plus suara.
Film yang dimaksud disni adalah film sebagai alat audio-visual untuk
pelajaran, penerangan atau penyuluhan. Banyak hal-hal yang dapat dijelaskan
melalui film, antara lain tentang : proses yang terjadi dalam tubuh kita atau yang
terjadi dalam suatu industri, kejadian2 dalam alam, tatacara kehidupan di Negara
asing, berbagai industri dan pertambangan, mengajarkan sesuatu keterampilan,
sejarah kehidupan orang-orang besar dan sebagainya.
Film merupakan media yang amat besar kemampuannya dalam membantu
proses belajar mengajar. Ada 3 macam ukuran film yaitu 8 mm, 16 mm dan 35
mm.
Jenis pertama biasanya untuk keluarga, tipe 16 mm tepat untuk dipakai di
sekolah sedang yang terakhir biasanya untuk komersial. Bentuk yang lama
biasanya bisu. Suara disiapkan tersendiri dalam rekaman yang bisanya
terpisah.Sebuah film terdiri dari ribuan gambar.
Film yang baik adalah film yang dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam
hubungannya dengan apa yang dipelajari. Hamalik (1985:104) mengemukakan
14
prinsip pokok yang berpegang kepada 4-R yaitu :“ The right film in the right place
at the right time used in the right way”.
b. Video / VCD
Video sebagai media Audio-Visual yang menampilkan gerak, semakin
lama semakin populer dalam masyarakat kita. Pesan yang disajikan bias bersifat
fakta maupun fiktif, biasa bersifat informative, edukatif maupun instruksional.
Sebagian besar tugas film dapat digantikan oleh video. Tapi tidak berarti bahwa
video akan menggantikan kedudukan film.
Media video Merupakan salah satu jenis media audio visual, selain
film.Yang banyak dikembangkan untuk keperluan pembelajaran, biasa dikemas
dalam bentuk VCD.
Kelebihan video :
1. Dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singka.
2. Dengan alat perekam pita video sejumlah besar penonton memperoleh
informasi dari ahli-ahli/spesialis
3. Menghemat waktu
4. Bisa mengamati lebih dekat objek yang sedang bergerak
c. Film Televisi
Selain film, televisi adalah media yang menyampaikan pesan-pesan
pembelajaran secara Audio-Visual dengan disertai unsure gerak. Dilihat dari sudut
jumlah penerima pesannya, televisi tergolong ke dalam media massa.
Selain sebagai media massa, kita mengenal adanya program Televisi
Siaran Terbatas (TVST) atau Closed Circuit Television. Pada TVST sebagai suatu
system distribusi TV, alat pengirim dan alat penerima secara fisik dihubungkan
dengan kabel. Hubungan itu bisa antara sebuah kamera dan alat penerima di
dalam ruang yang sama, bisa pula beberapa kelas dihubungkan dengan satu
15
sumber ruang yang sama, sehingga penonton serentak dapat mengikuti program
yang disiarkan.
Definisi tersebut menjelaskan bahwa televisi sesungguhnya adalah
perlengkapan elektronik yang pada dasarnya sama dengan gambar hidup yang
meliputi gambar dan suara. Maka televisi sebenarnya sama dengan film, yakni
dapat didengar dan dilihat. Media ini berperan sebagai gambar hidup dan juga
sebagai radio yang dapat dilihat dan didengar secara bersamaan.
d. Film Gelang (Loop Film)
1. Dilihat
dari segi keadaannya, media audiovisual dibagi menjadi :
Audiovisual Murni yaitu unsur suara maupun unsur gambar berasal dari suatu
sumber seperti film/video audio cassette.
2. Audiovisual tidak murni yaitu unsur suara dan gambarnya berasal dari sumber
yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber
dari slide proyektor dan unsur suaranya bersumber dari tape recorder.
Dan dilihat dari daya liputnya, media dibagi menjadi, Pertama, media
dengan daya liput luas dan serentak. Penggunaan media ini tidak terbatas oleh
tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah siswa yang banyak dalam waktu
yang sama. Kedua, media dengan daya liput yang terbatasoleh ruang dan tempat.
Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus
seperti, film, sound slide, film rangkai, yang harus menggunakan tempat tertutup
dan gelap.
2.1.9 Kelebihan & Kelemahan Media Audio-Visual
Kelebihan atau kegunaan media Audio-Visual pembelajaran sama dengan
pengajaran Audio & visual yaitu:
16
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam
bentuk kata-kata, tertulis atau lisan belaka
2. Mengatasi perbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti:
a. Objek yang terlalu besar digantikan dengan realitas, gambar, filmbingkai,
film atau model
b. Obyek yang kecil dibantu dengan proyektor micro, film bingkai, film atau
gambar.
c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan tame
lapse atau high speed photografi
d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat
rekaman film,video, film bingkai, foto maupun secara verbal.
e. Obyek yang terlalu kompleks (mesin-mesin) dapat disajikan dengan
f.
model, diagram, dll
Konsep yang terlalu luas (gunung ber api, gempa bumi, iklim dll) dapat di
visualkan dalam bentuk film,film bingkai, gambar,dll.
g. Media audio visual bisa berperan dalam pembelajaran tutorial.
Kelemahan yang sama dengan pengajaran audio visual yaitu:
a. Terlalu
menekankan
pentingnya
materi
ketimbang
proses
pengembangannya dan tetap memandang materi audio-visual sebagai
alat Bantu guru dalam mengajar.
b. Terlalu menekankan pada penguasaan materi dari pada proses
pengembangannya dan tetap memandang materi audio visual sebagai
alat Bantu guru dalam proses pembelajaran. Media yang beoriantsi
pada guru sebernarnya.
c. Media audio visual cenderung menggunakan model komunikasi satu
arah.
d. Media audio-visual tidak dapat digunakan dimana saja dan kapan saja,
karna media audio-visual cenderung tetap di tempat.
2.1.10 Pengertian Drama
17
Menurut Ozdemir (2008:14) Drama adalah suatu aksi atau perbuatan
(bahasa yunani). Sedangkan dramatik adalah jenis karangan yang dipertunjukkan
dalan suatu tingkah laku, mimik dan perbuatan. Sandiwara adalah sebutan lain
dari drama di mana sandi adalah rahasia dan wara adalah pelajaran. Orang yang
memainkan drama disebut aktor atau lakon.
Ozdemir (2008:14) drama provide lots of opportunities for revealing,
supporting and developing creativity. Dengan bermain drama sikap yang dapat
menumbuhkan kreativitas, sikap budi pekerti, percaya diri, keberanian
menghadapi banyak orang, bertanggung jawab, dan memiliki jiwa seni.Sedangkan
keterampilan yang dapat dikembangkan, antara lain memahami, menghayati,
menghafal, berkomunikasi, berperan, kemampuan mengaktualisasikan diri
kedalam situasi sosial yang dihadapi. Drama dapat digunakan sebagai sarana
dalam menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan dalam berbahasa. Dalam
kehidupan sehari - hari siswa sekolah dasar sudah mengaktualisasikan diri dengan
teman sebaya. Hal yang sering terlihat pada siswa sekolah dasar, misalnya
bermain dengan teman sebaya, bekerjasama, bercakap-cakap dan menirukan
adegan di televisi. Dengan demikian pembelajaran drama merupakan wadah
mengekspresikan dan menanamkan rasa sosial di diri siswa. Melalui pembelajaran
drama diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan komunikasi,
kepekaan sosial yang tinggi dan dapat memerankan tokoh drama sesui dengan
perwatakannya. Keterampilan bermain drama siswa dapat dikuasai setelah
mendapatkan
bimbingan.
Adanya
latihan
yang
terarah,
berencana,
berkesinambungan siswa serta pengalaman yang nyata, maka keterampilan
18
bermain drama siswa akan lebih baik. Tetapi guru tidak mengajarkan pengalaman
yang nyata pada siswa, sehingga keterampilan bermain drama siswa sangat
rendah.Melalui penggunakan media dapat merangsang ide dan ekspresi siswa
bermain drama sesuai dengan karakter yang dimainkan siswa. Melalui
pemahaman intonasi, pelafalan, ekspresi, blocking, maupun teknik-teknik lain
yang harus diterapkan saat memerankan tokoh yang ada dalam drama. Sehingga
media yang dianggap tepat untuk pembelajaran drama adalah media video drama.
Ketepatan pemilihan dan penggunaan media video drama dapat meningkatkan
kemampuan bermain drama. Hal ini ditegaskan oleh Basuki (2001:73)
menyatakan pendapatnya bahwa media ini dapat menyampaikan pesan
audio-visual-gerak. Kegiatan bermain drama siswa akan lebih terarah dan sesuai
dengan karakter siswa. Media audio visual berupa video drama yang berisi contoh
memerankan tokoh drama yang dapat diterapkan dalam pembelajaran. Diharapkan
dengan adanya video drama, mampu memberikan inspirasi serta gambaran yang
nyata bagi siswa untuk memerankan watak dan tokoh drama secara baik, sesuai
dengan kurikulum yang berlaku. Dengan lain upaya untuk meningkatkan
keterampilan bermain drama siswa melalui penggunakan media audio visual
sebagai media pembelajaran.
Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama
baru dan drama lama.
1. Drama Baru / Drama Modern
Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan
kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.
19
2. Drama Lama / Drama Klasik
Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang
kesaktian, kehidupan istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar
biasa, dan lain sebagainya.
2.1.11Macam-Macam Drama Berdasarkan Isi Kandungan Cerita :
1. Drama Komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.
2. Drama Tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.
3. Drama Tragedi Komedi adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya.
4. Opera adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian.
5. Lelucon / Dagelan adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka
merangsang gelak tawa penonton.
6. Operet / Operette adalah opera yang ceritanya lebih pendek.
7. Pantomim adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau
bahasa isyarat tanpa pembicaraan.
8. Tablau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik
anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya.
9. Passie adalah drama yang mengandung unsur agama / relijius.
10. Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang. Dan
lain sebagainya.
2.1.12 Unsur-unsur dalam Drama
Unsur paling pokok dalam sebuah drama ada empat, yaitu lakon
(naskahdrama atau text play), pemain (aktor atau aktris), tempat (gedung
20
pertunjukan),dan penonton.Unsur lakon memegang peranan penting karena
pemain tanpalakon jelas tidak dapat membuat drama. Begitu pun tempat saja
tanpa lakontidak akan menghasilkan drama. Tetapi, sebaliknya kalau hanya ada
lakon saja,
maka kita masih bisa mengikuti drama-drama bacaan, misalnya “closed
drama.”Lakon drama disusun atas unsur-unsur yang sama dengan novel atau
roman,yaitu:
a. Tema, merupakan pikiran pokok yang mendasari lakon drama. Pikiran
pokokini dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi cerita yang
menarik.
b. Amanat, adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca
naskah atau pendengar (dalam hal ini) dan juga penonton drama. Artinya
penonton dapat menyimpulkan pesan moral yang telah ia dengar,baca atau
saksikan.
c. Plot. Lakon drama yang baik selalu mengandung konflik. Sebab, roh
dramaadalah konflik. Drama memang selalu menggambarkan konflik
ataupertentangan. Adanya pertentangan menimbulkan rangkaian peristiwa
yang menjadisebab-akibat dandisebut alur/plot.
Secara rinci perkembangan plot drama ada 6 tahap, yaitu:
1. Eksposisi,
tahap ini disebut tahap perkenalan, karena penonton
mulaidiperkenalkan dengan lakon drama.
2. Konflik, tahap ini adalah tahap kejadian. Insiden inilah mulai plot
dramasebenarnya, karena insiden merupakan konflik yang menjadi
dasarsebuah drama.
21
3. Komplikasi,
konflik-konflik
yang
semakin
berkembang
dan
semakinbanyak, kait-mengkait dan masih menimbulkan tanda tanya.
4. Krisis, tahap ini berbagai konflik mencapai puncaknya.
5. Resolusi, Pada tahap ini dilakukan penyelesaian konflik.
6. Keputusan, tahap terkhir ini semua konflik berakhir dan cerita sebentarlagi
selesai.
d. Karakter atau perwatakan, yaitu keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokohdalam
lakon drama.
e. Dialog, meupakan perwujudan dari jalan cerita lakon drama. Dialog yang
f.
dilakukan harus mendukung karakter tokoh yang dimainkan.
Setting, adalah tempat, rung, waktu, suasana terjadinya adegan. Karenasemua
adegan dimainkan di panggung, panggung harus bisa menggambarkantempat
adegan yang sedang terjadi.
g. Bahasa, naskah drama diwujudkan dari bahan dasar bahasa dan penulisdrama
sebenarnya menggunakan bahasa untuk menuangkan ide dramanya.
h. Interpretasi, adalah penafsiran terhadap lakon drama yang dimainkan
yangbiasanya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat yang diangkat
keatas panggung oleh para seniman.
Malin
Batuah2012:
http://bahasaindonesiayh.blogspot.com/2012/05/pengertian-drama.html
(Terampil Bermain Drama, 2007: 23-30)
2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan
Untuk mendukung penelitian ini berikut dikemukakan hasil penelitian
terlebih dahulu yang berhubungan dengan penelitian ini.
Anel Lisa Rindani, 2012. Dalam penelitiannya tentang “ Meningkatkan
Kemampuan Bermain Drama Melalui Model Pembelajaran Bermain Peran Pada
Siswa SDN 176/III Siulak Kecil Kecamatan Siulak Kabupaten Kerinci. Dalam
22
penelitian ini, peneliti sama-sama meneliti tentang kemampuan bermain drama di
kelas V, tetapi dalam skripsi Anel Lisa Rindani menggunakan pendekatan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk meningkatkan kemampuan siswa bermain
drama melalui model pembelajaran bermain peran.
Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus pembelajaran dengan hasil
penelitian pada siklus I siswa yang tuntas adalah 11 orang yaitu 52% dari jumlah
siswa dan yang tidak tuntas berjumlah 10 orang atau sekitar 48%. Dengan
rata-rata kelas yaitu dengan nilai 60. Selanjutnya siklus II, siswa yang tuntas
adalah 15 orang yaitu 71% dari jumlah siswa dan yang tidak tuntas adalah 6 orang
siswa sekitar 29%. Dengan rata-rata kelas yang meningkat dari 60 menjadi 72.
Adapun hasil dari kemampuan bermain drama siswa pada siklus III ini dari ketiga
aspek lafal, intonasi dan ekspresi, maka siswa yang tuntas adalah 21 orang siswa
yaitu 100% dari jumlah siswa dengan rata-rata kelas 80. Artinya semua siswa
dapat dikatakan sudah tuntas kemampuannya dalam bermain drama.
Adapun perbedaan dari penelitian sebelumnya dengan penelitian yang
peneliti lakukan sekarang terdiri dari beberapa hal, diantaranya waktu pelaksanaan
penelitian yang dilakukan dan materi yang diajarkan. Pada penelitian ini yang
menjadi subyek penelitian kelas V SDN I Buko Kecamatan Pinogaluman dengan
melalui media audio visual terhadap penerapan bermain drama siswa.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan yang
telah dilakukan peneliti, dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan media
audio visual dapat membantu siswa dalam bermain drama.
Download