PAKIS HAJI DAN PINUS

advertisement
Kelompok 1
Tumbuhan berbiji terbuka tersebar luas di
hutan-hutan dan pegunungan, berupa pohon
berkayu yang tingginya dapat mencapai lebih
dari 30 meter.
Pernahkah kamu melihat pohon pinus?
Pohon yang selalu hijau sepanjang masa, kini
banyak ditanam di halaman rumah. Disebut
tumbuhan berbiji terbuka karena bijinya tidak
dilindungi daun buah (tidak memiliki ruangan
pembungkus).
Bunga sesungguhnya tidak ada, alat
perkembangbiakan berupa badan yang disebut
strobilus (runjung). Strobilus jantan merupakan
kumpulan kantung-kantung sari yang berisi
serbuk sari yang mengandung sel sperma.
Pakis haji adalah salah satu jenis pakis
yang umum ditemukan di Nusantara.
Tumbuhan ini biasa ditanam orang sebagai
penghias pekarangan rumah dan batangnya
mengandung pati yang dapat dimakan.
Nama "rumphii" diambil dari nama seorang
peneliti berkebangsaan Jerman dari abad ke18 yang pernah meneliti tumbuhan di
Kepulauan Maluku, Georg Eberhard Rumpf
(Rumphius) (Anonim, 2010).

Cycadophyta terdiri dari sekitar 185 spesies.
Batangnya Cycadophyta tidak bercabang, daundaun majemuk tersusun sebagai tajuk di pucuk
batang yang memanjang. Habitus (perawakan)
Cycadophyta
menyerupai
pohon
palem.
Beberapa jenis Cycadophyta memiliki pohon
amat pendek, jenis yang lain dapat mencapai
tinggi 9 meter, tetapi kebanyakan tingginya
sekitar
2
meter.
Semua
anggota
Cycadophyta berumah dua. Strobilus yang
dihasilkan berukuran besar namun rata-rata
reproduksinya
rendah.
Penyerbukan
sering dibantu oleh serangga yang tertarik
dengan aroma yang dihasilkan strobilus jantan
dan betina.
 Tumbuhan
Cycadophyta ini merupakan
tumbuhan biji yang primitif, hidup di daerah
tropis dan subtropis. Di Indonesia kita kenal
pakis haji (Cycas rumphii) merupakan
tanaman hias, akarnya bersimbiosis dengan
ganggang biru (Anabaena) yang dapat
mengikat
nitrogen
(Anabaena
cycadae).
Daunnya tersusun dalam roset batang,
menyirip atau berbagi menyirip. Strobilus
jantan dan betina terdapat di ujung batang
pada pohon yang berbeda (berumah dua).
Morfologi pakis haji, (Tjirosoepomo, 1985;
Van Steenis, 2002; Memey, 2008) adalah :
 Pohon bercabang atau tidak; dengan tinggi 1-6
m.
 Batang dengan pangkal tangkai daun yang tetap
tingal.
 Daunnya majemuk, berbagi menyirip, tersusun
roset batang, sebagai tajuk di puncak pohon,
panjangnya sampai 2.5 m lebar 20-30 cm dan 50150 pasang helai daun, tangkai daun berduri
tajam, daun muda menggulung ukurannya 1-2
cm.
 Strobilus
terminalis, berumah dua, stobilus
jantan berbentuk kerucut dan bertangkai
pendek, berwarna kuning cerah, dengan
panjang 30-70 cm. Benang sari tersusun spiral,
berbentuk baji, berakhir pada ujung yang
membengkok, panjangnya 3-12 mm. Stobilus
betina berbentuk kerucut; daun buah
panjangnya 25-40 cm, bergerigi, berakhir
dengan ujung yang panjang, tepi rata dan
lancip
 Bakal
biji terletak pada daun-daun buah, yang
tetap terbuka (tidak membentuk bakal buah
yang menyelubungi bakal biji, daun-daun biji
masih tampak sifatnya seperti daun, dan
bakal-bakal bijinya terdapat pada tepinya.
 Biji bulat memanjang, panjangnya 4-6 cm,
berwarna hijau, oranye sampai cokelat.
 Habitatnya di tepi pantai, dengan substrat
berpasir, dan tanah dengan batuan kapur.
 Pohon
bentuknya seperti palem, tinggi
sampai 6 m, kadang-kadang bercabang.
Akar pakis haji merupakan akar serabut,
dan berwarna kuning.
 Batang
berbentuk bulat, permukaan kasar,
coklat hehitaman .
 Daun
penuh melingkar di ujung, .
 Tipe daun Majemuk, menyirip, lanset,
mengkilat.
 Panjang sampai 2.5 m, lebar 20-30 cm, dan 50150 pasang daun pinak, tangkai berduri
tajam, hijau.
 Bunga
pakis haji merupakan bunga majemuk.
 Berbentuk bulir menyatu dalam cone, cone
betina pada ujung dengan banyak karpofil.
 Panjang mencapai 50 cm, tangkai pendek,
kuning kecoklatan.
 Buah
berbentuk elips,.
 Berwarna cokelat
 Biji
berbentuk membulat telur-menjorong.
 Diameter buah 3-5 cm .
 Berwarna coklat.
Semua
Gymnospermae
adalah
heterostrop, artinya mempunyai dua macam
spora, yaitu mikrospora dan megaspore.
Mikrospora
atau
polen
menghasilkan
gametofit jantan, sedang megaspore yang
tunggal menghasilkan gametofit betina, dan
pada gametofit ini terbentuk arkegonia.
Kedua macam spora yang dihasilkan di
dalam sporangia yang terdapat pada sporofil
yang tersusun spiral pada aksis strobilus
(Kimball, 1987).
Pada
tumbuhan
berbiji,
istilah
mikrospora
merupakan
serbuk
sari,
mikrosporangium
merupakan
kantung
serbuk sari, dan mikrosporofil merupakan
benagsari. Istilah megaspora merupakan
kandung
lembaga
(kantung
embrio),
megasporangium merupakan bakal biji, dan
megasporofil merupakan daun buah (karpela)
(Kimball, 1987).
Sporofit
yang
menghasilkan
mikrosporofil dengan mikrospongia disebut
mikrosporangiat
atau
strobilus
jantan
(staminate
cones),
sedangkan
yang
menghasilkan megasprofil dengan ovulum
(bersama
mengasporangia)
disebut
mengasporangiat
atau
strobili
betina
(pistillate cones). Mokrospora dan megaspore
bersifat haploid, dan berkembang sebagai
sebagai hasil pembelahan miosis sel induk
spora. Ukuran dan letak strobili pada
tanaman bervarasi (Kimball, 1987).
Strobilus jantan tersusun atas mikrosporofil.
Setiap
mikrosporofil
mengandung
dua
mikrospora
yang
masing-masing
akan
mengahasilkan 4 mikrospora haploid (n).
mikrospora ini akan menjadi setelah menjantan
atau serbuk sari atau pollen (Kimball, 1987).
 Strobilus betina tersusun atas daun buah
(makrosporofil). Setiap makrosporofil tersebut
berbentuk sisik dan mengandung dua ovolum.
Makrosporofil
tersebut
dilindungi
oleh
makrosporangium
yang
didalamnya
mengandung sel induk makrospora. Sel induk
membela secara miosis mengahasilkan empat
maskropora. Tiga makrospora akakn tereduksi.
Akibatnya, hanya satu makrospora yang akan
berkembang menjadi sel telur (Kimball, 1987).



Organ reproduksi pada gymnospermae disebut konus atau
strobilus. Tumbuhan berbiji terbuka tidak memiliki bunga,
sporofil terpisah-pisah atau membentuk srobilus jantan dan
betina. Makrosporofil dan makrosporangium yang tampak
menempel pada strobilus betina. Letak makrosporofil dan
mikrosporofil terpisah. Sel kelamin jantan berupa
spermatozoid yang masih bergerak aktif.
Di dalam strobilus jantan terdapat banyak anteridium yang
mengandung sel-sel induk butir serbuk. Sel-sel tersebut
bermeiosis dari setiap sel induk terbentuk 4 butir serbuk
yang bersayap. Pada strobilus betina terdapat banyak
arkegonium. Pada tiap-tiap arkegonium terdapat satu sel
induk lembaga yang bermeiosis sehingga terbentuk 4 sel
yang haploid. Tiga mati, dan satu sel hidup sebagai sel
telur. Arkegonium ini bermuara pada satu ruang
arkegonium (Sukmawati, 2008).


Pada Gymnospermae sering terjadi poliembrioni,
walaupun hanya ada satu embrio yang terus
berkembang karena adanya pembelahan beberapa
arkegonia. Air sudah tidak digunakan sebagai media
fertilisasi karena adanya pembentukan buluh serbuk
pada serbuk sari yang berkecambah (Sukmawati,
2008).
Pada Coniferophyta dan Gnetophyta spermanya tidak
mempunyai
flagel,
sehingga
buluh
serbuk
menghantarkannya langsung ke mulut arkegonia.
Serta pada Cycas dan Gingko fertilisasinya
merupakan bentuk antara kondisi pada paku-pakuan
dan tumbuhan tanpa biji lainnya, yaitu spermanya
mampu berenang bebas dan bentuk pada tumbuhan
berbiji yaitu spermanya tidak mampu bergerak bebas
(Sukmawati, 2008).

Gametofit jantan umumnya bersifat haustorial,
yaitu menyerap makanan dari ovulum ketika
tumbuh, walaupun dibutuhkan buluh serbuk
tetapi tidak langsung masuk ke arkegonium.
Buluh serbuk tersebut tumbuh dan menetap di
dalam nuselus selama berbulan-bulan sebelum
menuju gametofit betina. Setelah sampai di mulut
gametofit betina, buluh serbuk robek dan
melepaskan sel sperma yang berflagel banyak.
Sperma
tersebut
kemudian
menuju
ke
arkegonium dan membuahi telur. Dengan adanya
buluh sperma tersebut maka tumbuhan berbiji
tidak ada lagi yang bergantung pada ketersediaan
air pada fertilisasinya (Sukmawati, 2008).
 Regnum
 Divisi
 Class
 Ordo
 Familia
 Genus
 Spesies
 Sumber
: Plantae
: Spermatophyta.
: Cycadopsida
: Cycadales
: Cycadaceae
: Cycas
: Cycas rumphii
:
 Jawa
: Paku haji (Sunda), pakis haji
(Jawa Tengah), pako haji (Madura)
 Sumatera : Pakis haji (Minangkabau), paku
hayok (Lampung)
 Bali
:Paku lemputu
 Maluku
: Uta nimel (Ambon), siku-siku
(Ternate), sarima gunyutu (Tidore)
 Sulawesi
: Baloko (Minahasa), patuku
(Gorontalo), potugu (Bugis)
 Nusa Tenggara : Paku haji.
Bijinya dapat dimakan, diolah menjadi tepung.
 Daun yang paling muda dapat dijadikan sebagai
sayur.
 Batangnya dapat menghasilkan semacam sagu.
 Rambut batangnya untuk mengobati luka baru
dan daunnya untuk pembersih darah sehabis
melahirkan.
 Getah Cycas rumphii berkhasiat sebagai obat
disentri.
 Dapat
digunakan
sebagai
tanaman
hias.(Wikipedia, 2011).

Download