Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KURIKULUM 2013 (Studi Deskriptif Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013 Tingkat SMA dan SMK di Kabupaten Blitar) Ayu Novia Hariatiningsih Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga Abstract The purpose of the research is to answer the research problem about policy implementation of curriculum in 2013 related to the implementation of Regulation the Minister of Education and Culture No. 160 in 2014 about Implementation of Curriculum 2006 and Curriculum 2013 level of SMA and SMK in Blitar. The method used in this research in qualitative, with descriptive research type and determination of informants using purposive sampling. Data collecting in this study using indepth interview and accompanied by secondary data such as records and document / archives research. The findings of this study is policy implementation of curriculum in 2013 related to the implementation of Regulation the Minister of Education and Culture No. 160 in 2014 about Implementation of Curriculum 2006 and Curriculum 2013 level of SMA and SMK in Blitar has been running smoothly. It was seen by three variables, namely communication, resources and implementing dispositions. The communication is quite good, because there are inconsistencies for student assessment regulations. The resources of the schools have adequate pilot project only required the mastery of technology for HR and additional learning facilities. Implementor attitude showed a positive attitude, so it's nice disposition implementers. Keywords: Implementation, Policy, Curriculum 2013 Pendahuluan Pendidikan merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas dan kuantitas manusia yang dimiliki suatu bangsa. Salah satu cara menilai pendidikan adalah dengan melihat sistem pendidikan yang diterapkan. Sistem pendidikan adalah komponen pendidikan yang dianggap mampu menentukan kualitas manusia kedepannya. Sistem pendidikan yang diterapkan pemerintah Indonesia adalah berfakus pada pendidikan karakter dengan dilakukannya penilaian dalam semua bidang mata pelajaran yang diampu siswa. Negara Indonesia telah menjamin pendidikan bangsannya, seperti yang telah dirumuskan pada pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yang menyatakan bahwa melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Dari pembukaan UUD 1945 sudah jelas bahwa negara memastikan bahwa penduduknya harus cerdas, sehingga pemerintah akan mengawasi pelaksanaan pembangunan manusia. Pembukaan UUD 1945 itu juga menjelaskan bahwa betapa pentingnya pendidikan untuk pembangunan bangsa Indonesia. Maka dari itu, pemerintah selalu berupaya memajukan pendidikan Indonesia. Disisi lain, pemerintah juga mengharapkan dengan majunya pendidikan Indonesia mampu memajukan bangsa Indonesia. Fakta mengenai kualitas pendidikan yang lebih baik di Indonesia juga dapat dilihat dari data pada Human Develompent Raport tahun 2015 juga menjelaskan bahwa terdapat peningkatan mulai tahun 64 1980-2014, baik untuk kelayakan kehidupan, pendidikan maupun pendapatan perkapita yang diperoleh. Berikut grafik HDI dari UNDP: Grafik 1. komponen indikator HDI Indonesia tahun 1980-2014 Sumber: hdr.undp.org 2015 Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa HDI Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun. Hal itu didukung dengan program-program pemerintah terutama bidang pendidikan. Maka dari itu pendidikan menjadi salah satu indikator dalam melakukan penilaian pembangunan manusia, sebab banyak negara berkembang sering mengalami ketimpangan masalah pendidikan. Kebutuhan akan pendidikan yang baik dan berkarakter serta mampu meningkatkan kualitas bangsa terus menjadi pekerjaan penting bagi pemerintahan. Perbaikan terus dilakukan untuk membenahi struktur pendidikan yang telah ada dari tahun ke tahun. Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016 Pendidikan yang bermutu dan sesuai dengan keadaan Indonesia saat ini masih menjadi pertanyaan besar bagi para ahli pendidikan di negeri ini. Dalam program pendidikan, kurikulum merupakan pedoman mendasar untuk kelangsungan proses belajar mengajar. Sukses tidaknya pendidikan dapat ditinjau dari mampu tidaknya anak didik menyerap pendidikan yang diberikan dan cara pendidik dalam memberikan pengajaran serta berhasil tidaknya tujuan pendidikan, yang dibuktikan dengan adanya ujian akhir untuk mata pelajaran yang telah diikuti. Sedangkan kebijakan ujian akhir ditentukan berdasarkan kurikulum yang digunakan. Perubahan kurikulum pasca revormasi dimulai dari kurikulum 2004atau yang dikenal dengaan KBK berikutnya setelah KBK ialah kurikulum 2006 yang dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Setelah tujuh tahun KTSP dilaksanakan pada tahun 2013 kurikulum baru yang diterapkan dalam sistem pendidikan di Indonesia adalah kurikulum 2013 yang dikenal dengan sebutan K-13. Dengan ini pemerintah mengharapkan ada penyempurnaan pola pikir perumusan kurikulum, sehingga pelaksanaan kurikulum 2013 akan berjalan seperti yang telah diharapkan. Berikut gambaran penyempurnaan pola pikir kurikulum: Tabel 1 Pola pikir perumusan kurikulum KBK 2004 KTSP 2006 Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi Standar Isi dirumuskan berdasarkan Tujuan Mata Pelajaran (Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran) yang dirinci menjadi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Kurikulum 2013 Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Kebutuhan Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk keterampilan dan pembentuk pengetahuan Semua mata pelajaran harus berkontibusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan dan pengetahuan Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap kelas) Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran yang terpisah Sumber: paparan wamendik kemdikbud.go.id pada 22 Maret 2013 diakses di Hasilnya, pemberlakuan kurikulum 2013 ini hanya untuk beberapa sekolah saja. Ditingkat nasional total keseluruhan awal pemberlakuan pasca keluarnya Permendikbud mencapai 16.965 sekolah untuk semua jenjang dengan jumlah untuk tingkat SMA yang langsung keputusan dari pusat sejumlah 3307, yang melaksanakan kurikulum 2013 secara mandiri terdapat 1163 SMA dengan pelaksana kurikulum 2013 terbanyak di DKI Jakarta dan kedua Provinsi Jawa Timur sedangkan SMK dengan jumlah pelaksana mandiri 409 dan pelaksana berdasarkan keputusan pusat sejulah 998 Hingga kini yang jumlah tersebut masih belum ada perbaruan kecuali untuk SMK dengan data Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah No. 305/KEP/D/KR/2016 tanggal 8 Mei 2016 dengan jumlah SMK menjadi bertambah 1631. Sehingga total SMA yang melaksanakan kurikulum 2013 di Indonesia secara keseluruhan menjadi 4470, sedangkan SMK dengan jumlah 3038 sekolah. Sekolah-sekolah pilot project dalam kurikulum 2013 tentu ada beberapa syarat khusus yang harus dipenuhi sebagai sekolah rintisan. Syarat tersebut seperti sekolah yang terakreditasi A, lokasi sekolah yang strategis dan bisa berkembang, sarana dan prasarana yang memenuhi standar kelayakan dan sumber daya manusia yang terampil. Hal ini terlihat pihak sekolah dipaksa memenuhi tuntutan kelengkapan fisik kurikulum 2013 bagi sekolah yang akan melaksanakan kurikulum tersebut. Oleh karena itu, ada kesepakatan dari pusat bahwa yang menjalankan kurikulum 2013 hanyalah sekolah yang telah menggunakan kurikulum 2013 selama tiga semester, untuk yang baru satu semester dikembalikan ke kurikulum 2006. Dengan kata lain sekolah yang memang dari awal ditunjuk pemerintah pusat dijadikan sekolah percontohan penggunaan kurikulum 2013. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013 pada pasal (2) Ayat 1yang berbunyi “Satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang telah melaksanakan Kurikulum 2013 selama 3 (tiga) semester tetap menggunakan Kurikulum 2013”. Jawa timur sejak pemberlakuan kurikulum 2013 menjadi salah satu jumlah sekolah terbanyak seIndoensia yang mengimplementasikan kurikulum 2013. Total keseluruhan sekolah yang melaksanakan kurikulum 2013 provinsi Jawa Timur adalah 2613 sekolah dengan tingkatan sebagai berikut : Tabel 2 Tingkatan sekolah Di Jawa Timur yang menggunakan kurikukulum 2013 Tingkatan Pusat Mandiri 2016 Jumlah sekolah Sekolah 463 1.539 2002 Dasar Sekolah 223 590 813 Menengah Pertama Sekolah 198 147 345 Menengah Atas Sekolah 150 102 235 487 Menengah Kejuruan Jumlah 1034 2378 235 3647 Sumber: data olahan 65 Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016 Di wilayah Kabupaten Blitar terdapat 32 sekolah untuk semua tingkatan yang melaksanakan kurikulum 2013. Dengan rincian sebagai berikut: Tabel 3 Tingkatan sekolah Di Jawa Timur yang menggunakan kurikukulum 2013 Tingkatan sekolah Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas Sekolah Menengah Kejuruan Jumlah Sumber : data olahan Jumlah 14 5 3 10 32 Dari total 19 SMA di Kabupaten Blitar hanya ada 3 yang melanjutkan kurikulum 2013 dan 28 SMK hanya 3 yang melanjutkan kembali kurikulum 2013, sisa 7 mereka yang baru menggunakan kurikulum 2013 pada tahun ajaran 2016/2017 berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah No. 305/KEP/D/KR/2016 tanggal 8 Mei 2016, sehingga dalam penelitian ini belum disertakan. Maka dari itu totalnya sekolah SMA dan SMK yang menggunakan kurikulum 2013 se-Kabupaten Blitar berjumlah 6 sekolah. Berikut data sekolah se-Kabupaten Blitar yang melanjutkan K-13: Tabel 4 Daftar sekolah yang menggunakan kurikukulum 2013 No Nama Sekolah No Nama Sekolah 1 SMAN 1 Garum 4 SMKN 1 Kademangan 2 SMAN 1 Talun 5 SMKN 1 Udanawu 3 SMAN 1 6 SMK PGRI Wlingi Kesamben Sumber: SasaranImplementasi PPPPTK VEDC Malang Kurikulum 2013, Kerangka Teori Kebijakan Publik Menurut Charles O. Jones dalam Winarno (2012: 19), kebijakan publik merujuk pada aktifitas sehari-hari namun digunakan untuk menggantikan kegiatan atau keputusan yang sangat berbeda. Sedangkan menurut Anderson, kebijakan publik menunjuk pada perilaku aktor, dijelaskan bahwa kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud dan ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi masalah publik. Namun menurut Wright Mills, kebijakan publik dapat dipandang sebagai nilai-nilai atau pilihan-pilihan dari elite yang memerintah. Dalam proses kebijakan publik terdapat tahapan-tahapan kebijakan untuk mengkaji proses-proses penyusunan. Tahapan-tahapan kebijakan publik menurut William Dunn sebagai berikut: 1. Tahap Penyusunan Agenda adalah tahapan diidentifikasi masalah yang memiliki persoalan dengan dampak luas terhadap masyarakat yang menjadi fokus penyelesaian. 66 2. Tahap Formulasi adalah tahapan masalah yang telah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalahnya. Pemecahan masalah tersebut berasal dari alternatif-alternatif kebijakan yang ada. 3. Tahap Adopsi Kebijakan adalah tahapan dipilihnya satu kebijakan yang kemudian diadobsi dengan dukungan mayoritas egislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan peradilan 4. Tahap Implementasi merupakan kebijakan hanya akan menjadi sebuah aturan jika tanpa implementasi, sehingga keputusan yang telah diambil kemudian menjadi alternatif pemecahan masalah yang harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badanbadan administrasi maupun agen-agen pemerintahan pada tingkatan bawah. 5. Tahap Evaluasi adalah tahapan dimana kebijakan pemerintah yang telah diimplementasikan akan dinilai atau dievaluasi, untuk melihat kebijakan yang dibuat mampu memecahkan masalah publik yang menjadi persoalan kebijakan. (Winarno, 2012) Implementasi Kebijakan Dalam perkembangannya implementasi kebijakan publik pertama kali dikenalkan pada tahun 1970-an oleh Jeffrey Pressman & Aaron Wildavsky (1973) melalui bukunya yang sangat berpengaruh: Implementation, dan Erwin Hargrove (1975) dengan bukunya Misssing link : The Study of Implementation of Social Policy yang mempertanyakan “missing link” antara formulasi kebijakan dan evaluasi dampak kebijakan dalam studi Kebijakan publik. Dalam memahami implementasi kebijakan kurikulum dapat dilihat dari beberapa pandangan atau prespektif. Salah satunya ialah menurut Edwards III yang merumuskan empat variabel dalam implementasi kebijakan publik. Empat variabel tersebut adalah: 1. Komunikasi 2. Sumberdaya 3. Disposisi pelaksana 4. Sturktur organisasi Variabel tersebut sangat berpengaruh terhadap implementasi kebijakan, baik untuk membantu keberhasilan atau menghambat implementasi. Komunikasi berkaitan dengan proses penyampaian informasi, kejelasan dan konsistensi informasi yang disampaikan. Sumberdaya berhubungan dengan ketersediaan empat komponen, yakni sumberdaya manusia, sumberdaya fasilitas, sumberdaya kewenangan dan sumberdaya dana. Disposisi merupakan komitmen dan kemauan pelaksana terhadap program pemerintah. Struktur organisasi didasarkan pada SOP yangmengatur tatanan pekerjaa dan pelaksanaan kebijakan. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian diskriptif kualitatif yakni untuk menggambarkan Implementasi Kebijakan Kurikulum 2013 terkait dengan Permendikbud Nomor 160 Tahun 2014 tentang Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016 Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013 Tingkat SMA dan SMK. Teknik penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan peneliti dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan serta teknik keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi. Implementasi Kebijakan Kurikulum 2013 terhadap Permendikbud Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013 Tingkat SMA dan SMK. Kebijakan kurikulum 2013 merupakan salah satu kebijakan bidang pendidikan yang dicanangkan oleh pemerintah dimana pemerintah menambahkan penilaian sikap dalan struktur kurikulum dalam kebijakan kurikulum 2013. Adanya penilaian inilah yang kemudian menjadi dasar bahwa kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berbasis karakter. Tujuannya agar siswa yang mendapatkan pendidikan kurikukum 2013 tidak hanya mampu menguasai dalam hal kompetensi pengetahuan dan keterampilan. Namun juga didukung oleh sikap perilaku yang berkarakter. Implementasi kurikulum merupakan upaya untuk menjelaskan pelaksanaan kebijakan bidang pendidikan yang dimulai dari proses aktualisasi peraturan, persiapan pelaksanaan dan penerapan langsung kebijakan tersebut. Implementasi kebijakan kurikulum 2013 di Kabupaten Blitar dilakukan dengan mencari tahu dan menganalis karakter daerah dalam proses implementasi kurikulum tersebut. Dari penelitian yang sudah dilakukan mengenai kurikulum 2013 di Kabupaten Blitar diperoleh hasil bahwa implementasi kurikulum 2013 di Kabupaten Blitar jumlah mata pelajarannya lebih banyak dengan adanya lintas minat yang menjadi ketentuan dari pusat dan adanya muatan lokal bahasa Jawa sebagai mulok wajib untuk rpovinsi Jawa Timur. Adanya lintas minat tersebut dimaksudkan untuk mendukung pelaksanaan kurikulum 2013 yang dilakukan atas dasar kebutuhan untuk melanjutkan keperguruan tinggi. Karena program peminatan merupakan hal baru di kurikulum 2013 maka sering dilakukan koordinasi dalam pembuatan RPP bagi sekolah-sekolah yang menjalankan kurikulum 2013, baik koordinasi dengan sekolah dalam satu wilayah maupun dengan wilayah lain. RPP merupakan penjabaran dari silabus. Dengan adanya RPP akan memudahkan kegiatan belajar mengajar di kelas, karena RPP adalah gambaran operasional dari silabus yang menjadikan kegiatan belajar mengajar lebih jelas dan terarah. Hal itu dikarenakan guru harus mengetahui apa yang dilakukan, menggunakan media apa saja dan tujuan apa yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut yang semuanya terdapat dalam RPP. Kebijakan Kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi merupakan tujuan pembelajaran kurikulum. Dalam kurikulum 2013 peranan guru semakin berkurang, guru hanya menjadi mediator pembelajaran yang mengarahkan peserta didik untuk lebih memahami pelajaran yang diajarkan. Karena implementasi kebijakan kurikulum 2013 menggunakan pendekatan scientific dalam proses belajar mengajar. Pendekatan ini menuntun siswa bukan hanya sekedar diberitahu tetapi lebih mencari tahu (discovery learning) dan menuntut siswa untuk memahami pelajaran menggunakan berbagai media, yang diwujudkan dengan metode 5M yaitu mengamati (observing), menanyakan (questioning), menalar (associating), mencoba (experimenting) dan mengkomunikasikan (creating networking communicating implementating). Berikut ilustrasi dari proses pembelejaran scientific tersebut: Tahapan pendekatan pembelajaran scientific Gambar 1 Tahapan Pendekatan Kurikulum 2013 Sumber: Paparan wamendik hal. 17 Pembelajaran Pembelajaran scientific yang dilaksanakan dalam kurikulum 2013 mendorong siswa aktif, kreatif dan mandiri. Agar keaktifan, kreativitas dan kemandirian bisa terwujud maka guru harus berusaha menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan dalam setiap pertemuan kelas. Temuan tersebut memperkuat teori Romo Mangun yang menjelaskan prinsip dasar dari pendidikan adalah bahwa proses pendidikan terjadi dalam situasi dialog yang didasarkan pada kasih sayang antar sesama, bukan berupa doktrin, pemaksaan serta penindasan terhadap harkat manusia yang ingin bebas dan bertanggungjawab sendiri. Sebab peserta didik ingin menjadi dirinya sendiri yang mampu menyalurkan aspirasinya tanpa harus ada batasan dari guru sebagai mediator. Namun peendapat ini berbanding terbalik dengan apa yang diungkapkan oleh John Locke yang menyebutkan bahwa tugas pendidik adalah menuangkan air ke dalam cawan kosong yang berarti bahwa guru menjadi pusat pembelajaran dengan hanya ada komunikasi satu arah dalam proses pendidikan, yakni dari guru kepada siswa. (H. A. R. Tilaar dan Riant Nugroho, 2009: 63-60). Selain metode pembelajaran, hal lain yang membantu siswa sekolah pelaksana kurikulum 2013 adalah ketersediaan sumber dan media yang mendukung proses pembelaajaran. Sumber yang digunakan oleh siswa dan guru pada sekolah pelaksana kurikulum 2013 meliputi sumber cetak dan elektronik. Sumber belajar kurikulum 2013 tersebut tidak hanya disediakan oleh pihak sekolah seperti jaringan internet dan buku-buku di perpustakaan, tetapi juga disediakan buku penunjang oleh pemerintah secara gratis kepada 67 Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016 siswa yang melaksanakan kurikulum 2013. Hal lain yang mendukung proses kegiatan belajar mengajar kebijakan kurikulum 2013 adalah media yang digunakan. Media pembelajaran yang digunakan dalam implementasi kurikulum 2013 seperti alat peraga, peralatan prakteek dan peralatan lain yang mendukung pelaksanaan kurikulum 2013 dalam hal teknologi, seperti ketersediaan komputer di laboratorium dan LCD serta perlengkapan audio visual yang terdapat di masing-masing kelas. Dengan adanya media tersebut proses implementasi kebijakan kurikulum dapat berjalan dengan baik dan optimal. Namun dalam hasil penelitian terdapat sedikit kekurangan terkait sumber dan media pembelajaran. Rata-rata sekolah pelaksana kebijakan kurikulum 2013 peralatan di dalam ruang kelas banyak yang tidak berfungsi bahkan sudah seharusnya diganti, seperti LCD yang rusak, hanya ada beberapa kelas yang tidak terdapat LCD, ada sekolah yang perlengkapan audio visualnya tidak berfungsi. Hal-hal itu menjadikan proses implementasi sedikit terhambat. Proses implementasi kurikulum 2013 di Indonesia berbeda-beda tergantung kondisi yang dimiliki masingmasing sekolah. Kebijakan kurikulum yang dilakukan di Kabupaten Blitar dapat dikatakan cukup berhasil. Hal itu dilihat dari variabel seperti komunikasi yang baik antar implementor K-13 di sekolah, ketersediaan sumberdaya yang memadahi dan sikap dari implementor yang positif menanggapi perubahan kurikulum 2013. Komunikasi dikatakan cukup baik dilihat dari indikator transmisi, kejelasan dan konsistensi. Pengetahuan mengenai kurikulum 2013 telah dipahami oleh guru, melalui sosialisasi yang dilakukan melalui workshop dan pelatihan-pelatihan yang diikuti selama ini, baik yang diadakan oleh Dinas Pendidikan dan/ pihak sekolah, maupun lembaga pelatihan lainnnya. Selain itu untuk kejelasan kurikulum 2013 tidak ada masalah yang dialami oleh para guru terkait informasi mengenai kurikulum 2013. Adanya landasan hukum yang jelas, peraturan pelaksana dan adanya komunikasi antar pihak yang terlibat dalam implementasi kurikulum 2013 membuat kurikulum 2013 lebih mudah dipahami. Meskipun terjadi inkonsistensi dalam peraturan penilaian hasil belajar peserta didik yang sering mengalami perubahan. Mulai dari perubahan model penilaian sampai penulisan nilai di rapor siswa. Namun semua perubahan tetap diterima dan dilaksanakan oleh para guru di sekolah-sekolah dengan seringnya dilakukan pertemuan baik antar sekolah maupun antar wilayah untuk membahas kendala-kendala yang dialami. Temuan mengennai komunikasi menguatkan teori dari Van Meter dan Van Horn yang menyatakan bahwa variabel komunikasi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan. Semakin baik komunikasi yang dilakukan oleh para pelaksana kebijakan, maka semakin meminimalisir kesalahan-kesalahn yang terjadi dalam proses implementasi. Hal yang sama dinyatakan oleh Briand W. Hogwood dan Lewis a. Gunn yang mengemukakan bahwa pentingnya komunikasi dan 68 koordinasi yang sempurna anatar berbagai elemenyang terlibat dalam kebijakan sebagai salah satu proporsi untuk mencapai implementasi yang sempurna bagi pembuat kebijakan. Sumberdaya juga membantu keberhasilan implementasi kebijakan kurikulum 2013 di Kabupaten Blitar. Sumberdaya tersebut antara lain, sumberdaya manusia, fasilitas, kewenangan serta dana dan waktu. SDM di sekolah pelaksana kurikulum 2013 di Kabupaten Blitar bisa dikatakan kurang memadahi, terlihat dalam beberapa hal seperti penguasaan teknologi yang masih minim, penguasaan kelas yang masih menerapkan metode motivator atau ceramah dan penggunaan media yang masih manual. Jika kekurangan tersebut dibiarkan saja, maka masalah SDM ini dapat mengganggu proses implementasi kurikulum 2013 di sekolah-sekolah Kabupaten Blitar dalam mencapai tujuannya. Selain SDM, sumberdaya fasilitas juga mempengaruhi implementasi kebijakan kurikulum 2013. Fasilitas dalam implementasi kurikulum 2013 menyangkut fasilitas fisik yang dimiliki sekolah yang mendukung pelaksanaan pembelajaran. Terkait fasilitas, sekolah-sekolah pelaksana kurikulum 2013 memiliki fasilitas yang cukup lengkap, mulai dari ruang kelas yang memadai, sarana prasarana belajar mengajar seperti laboratorium, alat peraga, buku bacaan, ruang praktek siswa (RPS) dan sebagainya. Dengan fasilitas yang dimiliki, maka implementasi kurikulum 2013 dapat berjalan dengan baik. Selanjutnya sumberdaya kewenangan. Dalam kurikulum 2013 guru memiliki kewenangan untuk melakukan penilaian secara objektif mengenai ssikap dari peserta didik. Kewenangan tersebut merupakan salah satu proses penilaian yang dilakukan oleh implementor dalam mencapai kompetensi pendidikan terkait penilaian. Penilaian yang dilakukan ini akan menjadi tolak ukur keberhasilan kurikulum 2013 yang disebut sebagai kurikulum berbasis karakter. Implementasi program kurikulum 2013 di sekolah-sekolah Kabupaten Blitar didukung dengan ketersediaan dana yang cukup. Dana tersebut diperoleh dari bantuan pemerintah dan wali murid yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasioanl sekolah serta menyediakan sarana prasarana bagi para siswa untuk kegiatan belajar mengajar. Selama 3 tahun pelaksanaan kurikulum 2013 telah memberikan pengalaman bagi sekolah-sekolah tersebut. Meski diawal pelaksanaan mengalami hambatan yang cukup besar dalam pengimplementasian kurikulum 2013 namun sekarang sekolah-sekolah tersebut dapat mengatasinya. Dengan adanya dana dan waktu yang cukup maka sekolah-sekolah yanng ditunjuk melaksanakan kurikulum 2013 dapat memaksimalkan implementasi kurikulum 2013 di sekolah mereka. Temuan adanya dukungan variabel sumberdaya dalam implementasi kurikulum 2013 di sekolahsekolah pelaksana memperkuat teori dari beberapa tokoh yang memasukkan variabel sumberdaya dalam implementasi kebijakan kurikulum 2013. Mereka antara lain seperti Daniel Mazmanian dan Paul Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016 Sabatier, Merilee S. Grindle, Van Meter dan van Horn, Eugene Bardach dan George C. Edward III. Khusus Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier serta Van Meter dan van Horn lebih memberatkan pada variabel sumberdaya dana dan waktu. Jika dalam impelementasi kebijakan sumebrdaya manusia memadahi baik dalam kulitas maupun kuantitas yang kemudian disertai dengan kewenangan yang dimilik dan tersdianya fasilitas pendukung serta informasi yag lengkap tetapi jika tidak ada dukungan dan dan terbentur dengan waktu yang terlalu singkat, maka implementasi kebijakan bisa berakhir dengan kegagalan. Berbeda dengan pendapat George C. Edward III yang memilah variabel sumberdaya menjadi sumberdaya manusia, fasilitas, kewenangan dan informasi. Terutama sumberdaya manusia yang menjadi faktor keberhasilan menurut Edward. Karena sikap kuantitas SDM tidak selalu berdampak positif terhadap impelemntasi kebijakan tanpa dukungan kuallitas yang memadahi. Dalam implementasi kebijakan kurikulum 2013 di sekolah-sekolah pelaksana kurikulum 2013 di Kabupaten Blitar, para implementor menunjukkan sikap positif terkait penerapan kurikulum 2013. Sikap tersebut tercermin dari pemahaman dan pengertian yang baik dari para implementor, respon terhadap kebiajkan kurikulum 2013 juga bagus yaitu sebagai bentuk usaha pemerintah untuk meningatkan kualitas pendidikan serta menyertakan keterlibatan masingmasing sekolah sebagai pihak first line yang langsung berhadapan dengan sasaran implementasi kurikulum 2013. Hal ini mendorong terlaksananya kebijakan kurikulum dengan baik, sehingga dapat dikatakan sikap implementor di Kabupaten Blitar dalam pelaksanaan kurikulum 2013 mendukung terlaksananya implementasi kurikulum tersebut. Temuan ini memperkuat teroi yang dikemukakan oleh Edward II bahwa jika pelaksanaan kebijakan ingin efektif, maka pelaksana kebijakan tidak harus mengetahui apa yang akan dilakukan, akan tetapi harus memiliki komitmen untuk melaksanakannya. Sebagaimana yang diterangkan oleh Van Meter dan van Horn, yang menyatakan bahwa proses implementasi akan dipengaruhi oleh sikap dari pelaksana kebijakan yang akan dilaksanakan. Perubahan, kontrol dan kepatuhan bertindak menurut kedua ahli ini sebagai konsep penting dalam prosedur implementasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kesimpulan Berdasarkan rumusan permasalahan mengenai bagaimana implementasi kebijakan kurikulum 2013 dengan keluarnya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013 di SMA dan SMK Kabupaten Blitar dapat disimpulkan melalui tiga aspek, yaitu komunikasi, sumberdaya dan disposisi pelaksana. 1. 2. 3. Komunikasi terkait implementasi kebijakan kurikulum 2013 berjalan cukup baik. Hal itu dapat dilihat dari informasi yang diterima implementor mengenai transmisi, kejelasan dan konsistensi peraturan yang menjadi dasar pemberlakuan kurikulum 2013. Transmisi dalam komunikasi ini berupa implementor memiliki pengetahuan dan mampu memahami hakikat kurikulum 2013 sosialisasi. Kejelasan peraturan yang digunakan dalam proses implementasi kurikulum 2013 sudah jelas semua berdasarkan pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Inkonsistensi terjadi saat standar penilaian untuk siswa sering berubah. Sumberdaya terkait implementasi kebijakan kurikulum 2013 berjalan cukup baik. Penilaian cukup baik bisa dilihat dari sumberdaya manusia yang dimiliki cukup memadahi, meskipun masih terdapat kendala dalam pengoperasian kurikulum 2013 untuk sebagian guru pengajar. Dilihat dari sumberdaya fasilitas, sarana fisik yang dimiliki cukup lengkap dengan adanya ruang kelas yang memadai, peralatan yang dimiliki seperti LCD, komputer dsb. juga memdai, hanya saja diperlukan pemeliharaan. Implementasi kebijakan kurikulum 2013 akan berjalan lancar dengan adanya dukungan dari sumberdaya dana. Dalam kurikulum 2013, sumberdaya dana berasal dari bantuan pemerintah dan dana bantuan dari wali murid/orang tua. Sumberdaya waktu, implementasi kurikulum 2013 membutuhkan waktu untuk diterapkan agar implementasi kebijakan tersebut dapat dimaksimalkan. Disposisi pelaksana, merupakan sikap positif yang ditunjukkan oleh implementor terhadap kebijakan kurikulum 2013. Sikap tersebut meliputi, pemahaman terhadap isi kurikulum 2013 yang sudah baik, respon terhadap kebijakan kurikulum yang baik, yakni melihat kebijakan kurikulum 2013 merupakan upaya pemerintah dalam memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Daftar Pustaka Buku Agustino, Leo. (2009). Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta Abidin Said Zaenal. (2012). Kebijakan Publik. Jakarta: Salemba Humanika Anggara, Sahya. (2012). Kebijakan Publik. Bandung: CV. Pustaka Setia Dwijowojoto, Riant Nugroho. (2004).Kebijakan Publik Foemulasi, Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta: PT. Gramedia Effendi, Sofian dan Tukiran. (2012). Metode Penelitian Survai (Edisi Revisi). Jakarta: LP3ES Hamidi (2008) Metode Penelitian Kualitatif Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Lapporan Penelitian. Malang: UMM Press 69 Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016 Idi, Abdullah (2007)Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Jogjakarta: Ar-Ruzz K, Septiawan Santana. (2010) Menulis Ilmiah Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi kedua). Jakarta: yayasan Obor Indonesia Moleong, J. Lexy. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdyakarya Mulyasa, E. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, Implementasi dan Inovasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Straus, Anselm dan Juliet Corbin. (1997). Dasar-dasar Penelitian Kualitatif Prosedur, Teknik, dan Teori Grounded, Surabaya: PT. Bina Ilmu Ofset Subandijah (1993) Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: Raja Grafindo Persada Sugiyono. (2010) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabet Sukmadinata, Nana Syaodih.(2002).Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Tilaar, H. A. R, dan Riant Nugroho. (2009). Kebijakan Pendidikan: Pengantar Untuk Memahami Kebijakan Pendidikan dan Kebijakan sebagai Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Wahab, Solichin Abdul. (2008). Analisis Kebijaksanaan Dari Formulasi Ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Ed. 2 Cet. 6. Jakarta: Bumi Aksara Wahyuni, Rochyati Triana. (2011). Implementasi dan Evaluasi Kebijakan Publik. Surabaya: PT. Revka Petra Medika Widodo, Joko. (2009). Analisi Kebijakan Publik Konsep dan Aplikasi Analisis Proses Kebijakan Publik. Malang : Bayumedia Publishing Winarno, Budi. (2012). Kebijakan Publik (Teori, Proses, dan Studi Kasus). Yogyakarta: CAPS Bramantyo(2015) SMA di Solo Sepakat Gunakan Kurikulum 2013 [diakses 30 Maret 2015] http://news.okezone.com/read/2015/02/14/65/11 05885/sma-di-solo-sepakat-gunakan-kurikulum2013. Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar Rekomendasikan Kurikulum 2013 Dilanjutkan (2014) [diakses 30 Maret 2015] Http://Www.Blitarkab.Go.Id/2014/12/12898.Ht ml. Harahap, Rachmad Faisal (2015) Kurikulum ganda itu mitos [diakses 4 Maret 2015] http://news.okezone.com/read/2015/01/28/65/10 98159/kurikulum-ganda-itu-mitos. Mistar (2014) Implementasi Kurikulum 2013 Konsep Dasar Dalam Proses Pembelajaran Di Madrasah. Medan: Widyaiswara BDK diakses dari http://sumut.kemenag.go.id/ pada tanggal 5 Desember 2015 Prasetyo, Budi (2014) Indonesia Menempati Urutan ke 108 Indeks Pembangunan Manusia. [diakses 25 November 2015]. http://www.tribunnews.com/internasional. Tuwo ,Andreas Gerry (2014) 6000 Sekolah Masih Menggunakan Kurikulum 2006, [diakses 6 November 2015] http://news.liputan6.com/read/2147017/6000sekolah-masih-gunakan-kurikulum-2013. Wardhani, Indah Surya, Antonius Purwanto dan Litbang Kompas (2013) Kurikulum 2006, Pupus Sebelum Berkembang [diakses 25 Maret 2015]. http://edukasi.kompas.com/read/2013/05/07/093 22791/Kurikulum.2006.Pupus.Sebelum.Berkem bang. Wardhani, Indah Surya, Antonius Purwanto dan Litbang Kompas (2014) Pencabutan Kurikulum 2013 Dinilai Diskriminasi Pendidikan [diakses 30 Maret 2015] http://edukasi.kompas.com/read/2014/12/17/161 74001/Pencabutan.Kurikulum.2013.Dinilai.Disk riminasi.Pendidikan. Jurnal Peraturan perundang-undangan Rachmad, Hidayat dkk. 2014. Implementasi Kebijakan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin PNS Pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Berau. Dalam e-Journal Administrasi Reform, vol. 2, no. 2 hal. 1238-1250 Website Akbarwati, Ika (2014) Debat Dua Mendikbud tentang Kurikulum 2013 [diakses 20 Maret 2015] https://www.selasar.com/politik/debat-duamendikbud-tentang-kurikulum-2013. 70 Pemerintah Kabupaten Blitar. Peraturan Bupati Blitar Nomor 36 Tahun 2011 tentang Penjabaran Tugas dan Fungsi Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar. Blitar: Pemda Kabupaten Blitar Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013