Mekanisme Pelaksanaan Saham Syariah MEKANISME PELAKSANAAN SAHAM SYARIAH Oleh: Abdul Wadud Nafis Dosen Pascasarjana IAIN Jember Abstrak Saham menurut Fatwa DSN MUI adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan dan tidak termasuk saham yang memiliki hak-hak istimewa. Saham adalah surat berharga yang dijadikan bukti bahwa pemilik surat tersebut ikut serta atas suatu kepemilikan perusahaan. Sedangkan saham syariah adalah saham yang kegiatan usaha, jenis produk atau jasa serta cara pengelolaannya sejalan dengan prinsip syariah. Saham saat ini tidak lagi berupa surat akan tetapi lebih praktis dan berbentuk account. Melalui makalah ini, penulis berusaha untuk menjelaskan gambaran saham syariah, berupa pengertian, manfaat, faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham, karateristik dan perkembangannya. Secara khusus penulis membahas lebih dalam tentang saham syariah di Indonesia dan saham syariah di negara lain. Kata Kunci: Saham, Syariah PENDAHULUAN Saham disebut “aandeel” dalam bahasa Belanda, dalam bahasa Inggris “share”, dalam bahasa Jerman “aktie” dan dalam bahasa Prancis dengan "action”. Semua istilah ini mempunyai arti surat berharga yang mencantumkan kata “saham”. Di dalamnya sebagai tanda bukti pemilikan sebagian dari modal perseroan.1 Secara sederhana, saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam satu perusahaan. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut merupakan pemilik perusahaan.2 1Abdul 2Buku Manan, Hukum Ekonomi, hal. 282 tebal Al-Iqtishadi Vol. 2 No. 1 Oktober 2015 | 67 Abdul Wadud Nafis Menurut Subagyo, saham merupakan tanda penyertaan modal pada suatu perseroan terbatas. Menurut Alma saham sebagai tanda surat keterangan turut serta dalam perseroan.3 Sedangkan saham menurut Fatwa DSN MUI adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan dan tidak termasuk saham yang memiliki hak-hak istimewa.4 Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa saham adalah surat berharga yang dijadikan sebagai bukti bahwa pemilik surat tersebut ikut serta atas suatu kepemilikan perusahaan. Sedangkan saham syariah adalah saham yang kegiatan usaha, jenis produk atau jasa serta cara pengelolaannya sejalan dengan prinsip syariah. Wujud saham yang kita ketahui berupa selembar kertas yang menerangkan siapa pemiliknya, tetapi sekarang menggunakan sistem tanpa warkat berupa account atas nama pemilik. Dengan cara ini penyelesaian transaksi semakin cepat, tanpa melalui prosedur yang rumit dan menyulitkan.5 Untung Rugi Membeli Saham Adanya pasar modal dengan salah satu mekanismenya menjual saham telah menarik minat para investor. Para investor yang menyetorkan atau menginvestasikan modalnya di pasar modal untuk pembelian suatu saham memiliki beberapa keuntungan, di antarnya ialah: (1) Dividen yang merupakan bagi hasil atas keuntungan yang di bagikan dari laba yang dihasilkan emiten, baik dibayarkan dalam bentuk tunai maupun dalam bentuk saham; (2) Rights yang merupakan hak untuk memesan efek lebih dahulu yang diberikan oleh emiten; dan (3) Capital Again yang merupakan 3Nurul Huda, Musthafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2008), 60 4 Sri Nur Hayati, Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2008), 322 5 Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah (Jakarta; Kencana Prenada Media Grup, 2012), 282 68 | Al-Iqtishadi Vol. 2 No. 1 Oktober 2015 Mekanisme Pelaksanaan Saham Syariah keuntungan yang diperoleh dari jual beli saham di pasar modal (selisih harga jual dan harga beli saham).6 Selain mendapatkan keuntungan seperti yang telah disebutkan di atas pemegang saham juga memiliki beberapa resiko, di antaranya: (1) Credit risk atau ownership risk adalah resiko yang terjadi bila emiten tidak mampu mempertahankan usahanya atau bangkrut; (2) Market risk, yaitu resiko harga pasar dari saham yang dibeli; dan (3) Likuiditas risk merupakan resiko akibat sulitnya penjual saham ketika memerlukan dana.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Di pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham sehari-hari, harga saham mengalami fluktuasi baik berupa kenaikan maupun penurunan. Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas saham tersebut (supply and demand). Permintaan dan penawaran tersebut juga terjadi atas beberapa faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut maupun faktor yang sifatnya makro seperti tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar dan faktor-faktor non ekonomi/kondisi sosial, politik dan lainnya.8 Menurut Francis, kebanyakan analisa surat berharga yang menggunakan fundamental mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi price earning ratio adalah: (1) Resiko surat berhaga yang ditentukan oleh tingkat kapitalisasi; (2) Tingkat pertumbuhan deviden; (3) Durasi dari tingkat pertumbuhan yang diharapkan; (4) Dividend payout ratio.9 6Andri Soemetra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakart: Kencana prenada Media Grup, 2012), 138 7Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2014), 165 8Andri Soemitra, Bank dan Lembaga), 137-138 9Khamdan Rifa’I, Pasar Modal dan Harga Saham (Jember: STAIN Jember Press, 2013), 43-44 Al-Iqtishadi Vol. 2 No. 1 Oktober 2015 | 69 Abdul Wadud Nafis Syarat Saham Syariah Syarat suatu saham yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat dikatakan syariah adalah sebagai berikut: pertama, Jenis usaha, produk barang/jasa yang diberikan dan akad serta cara pengelolaan perusahaan yang mengeluarkan saham (emiten) atau perusahaan publik yang menerbitkan saham syariah tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah; kedua, Emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan saham syariah wajib untuk menandatangani dan memenuhi ketentuan akad yang sesuai dengan syariah atas saham syariah yang dikeluarkan; ketiga, Emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan saham syariah wajib menjamin bahwa kegiatan usahanya memenuhi prinsip-prinsip syariah dan memiliki Syariah Compliance Officer (fatwa DSN No. 40/2003) dalam menjelaskan identifikasi perusahaan yang dapat ikut dalam saham islami mengajukan beberapa syarat yaitu: (1) Emiten/perusahaan tersebut tidak berkaitan dengan riba; (2) Perusahaan tersebut tidak memuat atau memproduksi barang atau jasa yang dilarang oleh syariah; (3) Perusahaan tidak bertindak secara berlebihan terhadap faktor-faktor produksi alam yang diberikan Allah (4) Perusahaan tidak mempermainkan harga sekehendaknya, perusahaan tersebut tidak menghalangi terjadinya free market; (5) Perusahaan tersebut mempunyai sosial responsibility yang tinggi sehingga punya kepedulian terhadap umat. Adapun kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsipprinsip syariah antara lain: (1) Perjudian dan kegiatan lain yang tergolong judi (2) Perdagangan yang dilarang syariah, antara lain: (a) Perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang atau jasa; (b) Perdagangan dengan penawaran atau permintaan palsu (bai’ najasy). (3) Jasa keuangan ribawi, antara lain: (a) Bank berbasis bunga; (b) Perusahaan pembiayaan berbasis bunga; (4) Jual beli yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar) atau judi (maysir), seperti asuransi konvensional; (5) Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan, atau menyediakan: (a) Barang atau jasa yang haram zatnya (haram li dzatihi); (b) Barang atau jasa yang haram 70 | Al-Iqtishadi Vol. 2 No. 1 Oktober 2015 Mekanisme Pelaksanaan Saham Syariah bukan karena zatnya (haram li ghairihi) yang ditetapkan oleh DSNMUI; (6) Melakukan transaksi yang mengandung unsur suap.10 Saham-saham dalam syariah dapat diperjualbelikan dalam pasar modal dengan syarat yang telah disebutkan di atas, selain itu ada pula sebuah lembaga yang menyeleksi emiten saham agar dapat masuk ke dalam pasar modal syariah. Adapun seleksi emiten saham syariah dengan ketentuan sebagai berikut: (1) emiten tidak menjalankan usaha perjudian atau permainan yang tergolong judi, dan perdagangan yang dilarang; (2) Bukan merupakan lembaga keuangan konvensional; (3) Tidak memproduksi, mendistribusikan, dan memperdagangkan makanan dan minuman haram; (4) Bukan usaha yang memproduksi, mendistribusikan, dan menyediakan barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat; (5) Seleksi kapitalisasi; (6) Proses ini menyaring 60 saham dengan kapitalisasi pasar tertinggi di BEJ; (7) Seleksi nilaivolume transaksi; (8) Proses ini menyaring 30 saham dengan nilai transaksi rata-rata tertinggi di harian BEJ; (9) Proses evaluasi emiten setiap 6 bulan sekali. 11 Jenis-Jenis Saham Pada umumnya saham yang diterbitkan oleh sebuah perusahaan (emiten) yang melakukan penawaran umum (Initial Public Offering) ada dua macam, yaitu saham biasa (common stock) dan saham istimewa (preferred stock). Perbedaan saham ini berdasarkan pada hak yang melekat pada saham tersebut. Selain itu ada pula jenis saham berdasarkan bentuk dan kepemilikannya. Yakni saham atas tunjuk dan saham atas nama. Berikut adalah penjelasan tentang saham yang dilihat dari segi hak dan keistimewaannya. Saham Biasa, Saham biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling junior, atau akhir terhadap pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan 10Wiku Suryomurti, Super Cerdas Investasi Syariah; Hidup Kaya Raya, Mati Masuk Surga, (Jakarta: Qultum Media. 2011), 129 11Ahmad Rodoni, Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Dzikrul Hakim. 2008), 145-146 Al-Iqtishadi Vol. 2 No. 1 Oktober 2015 | 71 Abdul Wadud Nafis perusahaan. Karakteristik lainnya dari saham biasa adalah dividen dibayarkan selama perusahaan memperoleh laba. Saham Preferer, Saham Preferer adalah saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena dapat menghasilkan pendapatan tetap. Saham preferer lebih aman dibandingkan dengan saham biasa karena memiliki hak klaim terhadap kekayaan perusahaan dan pembagian dividen lebih dahulu.12 Saham yang ditinjau dari bentuk dan kepemilikannya ialah Saham Atas Nama, Saham atas nama ialah saham yang menyebut nama pemiliknya. Pencatatan saham ini dicatat dalam daftar khusus dan Saham Atas Unjuk, Saham atas unjuk adalah saham yang tidak menyebut nama pemiliknya. Saham memiliki berbagai jenis yang cukup beragam. Selain beberapa jenis saham diatas, adapula berbagai ragam jenis saham diantaranya sebagai berikut: (1) Saham yang dicap (assented shares), penyetempelan saham dapat terjadi dalam hal perseroan mengalami kerugian besar, yang tidak dapat dihapuskan dari cadangan perseroan. Jika terjadi hal demikian perseroan harus mengadakan perubahan pada anggaran dasar perseroan, dengan menurunkan nilai nominal dari sahamnya menjadi sama dengan kekayaan (equity) dan dari nilai nominal sahamnya diturunkan secara proporsional; (2) Saham tukar, yaitu jenis saham yang dapat ditukar oleh pemiliknya dengan jenis saham lain, biasanya saham preferen dengan saham biasa; (3) Saham tanpa suara, yaitu jenis saham yang pemiliknya tidak diberi hak suara pada RUPS; (4) Saham tanpa pari, yaitu saham yang tidak memiliki nilai nominal atau pari, tetapi hak pemilikannya dapat diketahui dengan cara menjumlahkan seluruh kekayaan dan kemudian dibagi dengan jumlah saham yang dikeluarkan; (5) Saham preferen unggul, yaitu saham preferen yang hak prioritasnya lebih besar dari preferen; (6) Saham preferen tukar, yaitu saham preferen yang dapat ditukar oleh pemiliknya dengan saham biasa; (7) Saham preferen partisipasi, yaitu saham yang disamping hak prioritasnya masih dapat turut serta dalam pembagian dividen selanjutnya; (8) 12Abdul Manan, Hukum Ekonomi, 284 72 | Al-Iqtishadi Vol. 2 No. 1 Oktober 2015 Mekanisme Pelaksanaan Saham Syariah Saham preferen kumulatif, yaitu saham preferen yang memberikan hak untuk mendapatkan dividen yang belum dibayarkan pada tahun-tahun yang lalu secara kumulatif; (9) Saham pendiri, yaitu jasa yang diberikan oleh perusahaan, baik berupa penyertaan modal yang bersumberkan dari penarikan beberapa peserta lainnya atau dari relasi penting lain, biasanya dihargai perseroan dengan memberikan kepada yang bersangkutan (memiliki saham); (10) Saham pegawai, yaitu kesempatan yang diberikan oleh perseroan kepada para pegawainya untuk memiliki saham perusahaan; (11) Saham bonus, pada saat perbandingan antara cadangan dan saham modal yang tidak berimbang pada suatu perseroan dapat dihilangkan dengan jalan memberikan saham bonus kepada para pemegang saham dengan cuma-cuma.13 Pandangan Islam Tentang Jenis-Jenis Saham Para ahli hukum Islam berbeda pendapat dalam hal jual beli saham, khususnya aspek hukumnya. Sebagian dari mereka memperbolehkan transaksi jual beli saham, dan sebagian lain tidak memperbolehkan melakukan transaksi jual beli saham dalam sistem ekonomi syariah. Para ahli hukum Islam memperbolehkan jual beli saham dikarenakan saham tersebut merupakan suatu asset. Aturan dan norma jual beli saham tetap mengacu pada pedoman jual beli barang pada umumnya, yaitu terpenuhinya rukun, syarat, serta terhindar dari unsur maysir, gharar, riba, haram, dhalim, najasy dan lain-lain.14 Berikut beberapa pendapat dan pandangan Islam mengenai beberapa jenis-jenis saham yang telah dijabarkan diatas: (1) Saham Biasa, menurut ahli fiqih kontemporer memandang saham biasa boleh, karena tidak memiliki keistimewaan dari yang lain, baik hak maupun kewajibannya; (2) Saham preferen, para ahli fiqih kontemporer memandang saham ini harus dihindari, karena tidak sesuai dengan ketentuan syariah. Pemilik saham preferen ini 13Nurul Huda dan Musthafa Edwin Nasution. Investasi Pasar Modal Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2008), 62-63 14Abdul Mannan, Hukum Ekonomi Syariah, 294-295 Al-Iqtishadi Vol. 2 No. 1 Oktober 2015 | 73 Abdul Wadud Nafis mempunyai hak mendapatkan bagian dari kelebihan yang dibagikan sebelum yang lainnya; (3) Saham atas nama, ahli fiqih kontemporer menghalalkan saham jenis ini karena terteranya nama pemilik saham dalam dokumen saham. Dan memberikan perlindungan atas haknya; (4) Saham atas unjuk, ahli fiqih kontemporer memandang saham ini batal karena ketidaktahuan siapa pembelinya. Ketidaktahuan ini akan melenyapkan hak pembelinya. Sedangkan para fuqaha yang tidak memperbolehkan jual beli saham beralasan karena dalam jual beli saham terdapat banyak praktik jual beli secara najasy, harga saham selalu berubah, adanya unsure ketidatahuan dan lain-lain.15 MEKANISME PELAKSANAAN SAHAM SYARIAH Setelah kita mengetahui pengertian saham, akan lebih baik jika kita juga mengetahui bagaimana mekanisme saham syariah. Secara singkat dan sederhana mekanisme saham syariah sebagai berikut: Saham syariah dapat diperjualbelikan juga bisa dengan akad kerja sama. Saham dapat diperjualbelikan karena saham sesuai dengan terminologi yang melekat padanya yang dapat diartikan dengan kepemilikan asset dalam perusahaan tersebut.16 Para pembeli saham membayarkan uang pada perusahaan dan mereka menerima sebuah sertifikat saham sebagai tanda bukti kepemilikan mereka atas saham-saham. Kepemilikan mereka dicatat dalam daftar saham perusahaan.17 Melalui pembelian saham dalam jumlah tertentu tersebut, pihak pemegang saham (shareholder) memiliki hak dan kewajiban untuk berbagi hasil dan resiko (profit and loss sharing) dengan para pengusaha, menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), dan bahkan mengambil alih kepemilikan perusahaan.18 15Nurul Huda, Musthafa Edwin, Investasi, 64-66 Manan, Hukum Ekonomi Syariah, 295 17Ibid, 283 18Ade Arthesa dan Edia Handiman, Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank, (Jakarta: Indeks. 2009), 229 16Abdul 74 | Al-Iqtishadi Vol. 2 No. 1 Oktober 2015 Mekanisme Pelaksanaan Saham Syariah Sedangkan untuk lebih rincinya tentang mekanisme saham syariah adalah sebagai berikut: Suatu emiten yang akan melakukan jual beli sahamnya di pasar modal, sebelumnya harus melalui beberapa proses yang diantaranya ialah sebagai berikut: Pertama, Emiten mengajukan permohonan pencatatan ke bursa dan bursa akan menilai permohonan tersebut apakah sesuai dengan ketentuan pencatatan. Setelah itu emiten diminta mempresentasikan kinerja perusahaannya. Kedua, Jika memenuhi syarat, bursa akan memberikan surat persetujuan prinsip pencatatan yang dikenal dengan istilah “Perjanjian Pendahuluan”. Ketiga, Selanjutnya emiten mengajukan Pernyataan Pendaftaran ke Bapepam. Dalam mengajukan pernyataan pendaftaran, emiten harus menghubungi perantara emisi yang terdiri atas: Penjamin Emisi, Akuntan, dan Perusahaan Penilai yang akan memberikan layanan sesuai dengan tugasnya masing-masing. Keempat, Bila telah mendapatkan pernyataan efektif dari Bapepam, emiten bisa melakukan proses penawaran umum IPO (Initial Publik Offering) agar nanti efeknya bisa dijual. Kelima, Emiten membayar biaya pencatatan. Keenam, Bursa efek mengumumkan pencatatan efek tersebut di bursa. Dengan adanya pengumuman ini berarti emiten bisa langsung memulai penjualan efek. Setelah melakukan beberapa proses tersebut barulah suatu emiten dapat memperjualbelikan sahamnya/efeknya di bursa efek dengan runtutan yang dapat dijelaskan oleh bagan dibawah ini: Al-Iqtishadi Vol. 2 No. 1 Oktober 2015 | 75 Abdul Wadud Nafis Penjelasan: Transaksi perdagangan efek (saham) di bursa efek/ pasar modal adalah sebagai berikut: Satu, Pemodal beli (pemodal yang ingin membeli efek) memesan (mengorder) saham yang akan di beli kepada perusahaan efek. Pesanan tersebut dapat disampaikan secara tertulis atau lewat telepon kepada sales/dealer yang berada di perusahaan efek. Dua, Pesanan harus jelas menyebutkan; efek apa yang dibeli, berapa jumlahnya, dan berapa harga yang diinginkan. Sebagai contoh, seorang pemodal menelepon ke dealer yang menyampaikan keinginan untuk membeli saham ABC sebanyak 3 lot = 1500 saham (1 lot = 500 saham, pembelian saham minimal 1 lot), dengan harga Rp3.000,- per saham. Tiga, Kemudian, pesanan tersebut akan diteliti oleh perusahaan efek, apakah saham yang dibeli ada, bagaimana dengan batas limit perdagangan, dan lain-lain. Empat, Setelah selesai, barulah pesanan tersebut disampaikan kepada pialang beli di lantai bursa (floor trader) untuk dilaksanakan. Di lantai bursa ada Wakil Perantara Perdagangan Efek (WPPE) yang akan memasukkan semua pesanan ke terminal (sambungan) yang sesuai. Dengan menggunakan sistem komputerisasi perdagangan yang disebut JATS, semua pesanan diolah oleh komputer yang akan 76 | Al-Iqtishadi Vol. 2 No. 1 Oktober 2015 Mekanisme Pelaksanaan Saham Syariah melakukan matching (pencocokan) dengan mempertimbangkan prioritas harga atau waktu. Lima, Ini berarti sistem perdagangan di bursa adalah sistem lelang secara terbuka yang berlangsung terusmenerus selama jam bursa. Dan dalam kegiatan lelang ini terjadilah tawar-menawar. Enam, selanjutnya penyelesaian transaksi dilakukan oleh dua lembaga lain selain bursa; yaitu Lembaga Kliring dan Penjamin (LKP) serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP). Di Indonesia, peran dua lembaga tersebut dijalankan oleh PT KPEI (Kliring Pinjaman Efek Indonesia) dan PT KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia). Di pasar modal Indonesia, penyelesaian transaksi menggunakan skema T + 3 yang berarti penyerahan efek dan pembayarannya dilakukan tiga hari setelah terjadinya transaksi. Transaksi di Bursa Efek dilakukan pada hari Senin sampai dengan Jumat yang disebut dengan hari bursa Perbedaan dan Persamaan Saham Syariah dan Konvensional Saham Syari’ah: 1) Investasi terbatas pada sektor tertentu (sesuai dengan syariah), dan tidak atas dasar utang. 2) Didasarkan pada prinsip syari’ah (penerapan loss-profit sharing). 3) Melarang berbagai bentuk bunga, spekulasi dan judi. 4) Adanya syari’ah guidline yang mengatur berbagai aspek seperti alokasi aset, praktek investasi, perdagangan dan distribusi pendapatan. 5) Terdapat mekanisme screening perusahaan yang harus mengikuti prinsip syari’ah. Konvensional : 1) Investasi bebas pada seluruh sektor. 2) Didasarkan pada prinsip bunga. 3) Membolehkan spekulasi dan judi yang pada gilirannya akan mendorong fluktuasi pasar yang tidak terkendali. 4) Guidline investasi secara umum pada produk hukum pasar modal.19 19https://affgani.wordpress.com/ekonomi-islam/pasar-modal-syariah- indonesia-saham-syariah. 05-03-2015.10.42 Al-Iqtishadi Vol. 2 No. 1 Oktober 2015 | 77 Abdul Wadud Nafis KESIMPULAN Saham menurut Fatwa DSN MUI adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan dan tidak termasuk saham yang memiliki hak-hak istimewa. Setelah mengetahui beberapa definisi tentang saham maka dapat disimpulkan bahwa saham adalah surat berharga yang dijadikan sebagai bukti bahwa pemilik surat tersebut ikut serta atas suatu kepemilikan perusahaan. Sedangkan saham syariah adalah saham yang kegiatan usaha, jenis produk atau jasa serta cara pengelolaannya sejalan dengan prinsip syariah. Saham saat ini tidak lagi berupa surat akan tetapi lebih praktis dan berbentuk account Terdapat beberapa keuntungan dan resiko membeli saham sebagai berikut. Keuntungan: (1) Dividen yang merupakan bagi hasil atas keuntungan yang di bagikan dari laba yang dihasilkan emiten; (2) Rights yang merupakan hak untuk memesan efek lebih dahulu yang diberikan oleh emiten; (3) Capital Again yang merupakan selisih harga jual dan harga beli saham. Sedangkan resiko membeli saham: (1) Credit risk atau ownership risk adalah resiko yang terjadibila emiten tidak mampu mempertahankan usahanya atau bangkrut; (2) Market risk, yaitu resiko harga pasar dari saham yang dibeli; (3) Likuiditas risk merupakan sulitnya menjual saham ketika butuh dana. Adapun perbedaan saham syariah dan konvensional adalah sebagai berikut. Saham Syari’ah: (1) Investasi terbatas, tidak atas dasar utang; (2) Didasarkan pada prinsip syari’ah; (3) Melarang berbagai bentuk bunga, spekulasi dan judi; (4) Adanya syari’ah guidline; (5) Terdapat mekanisme screening perusahaan yang harus mengikuti prinsip syari’ah. Sedangkan Saham Konvensional memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) Investasi bebas pada seluruh sektor; (2) Didasarkan pada prinsip bunga; (3) Membolehkan spekulasi dan judi; (4) Guidline investasi secara umum pada produk hukum pasar modal. 78 | Al-Iqtishadi Vol. 2 No. 1 Oktober 2015 Mekanisme Pelaksanaan Saham Syariah DAFTAR PUSTAKA Arthesa, Ade, Edia Handiman. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. Jakarta: Indeks. Huda, Nurul, Mustafa Edwin Nasution. 2008. Investasi Pada Pasar Modal Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Ikatan Bankir Indonesia. 2014. Memahami Bisnis Bank Syariah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Manan, Abdul. 2012. Hukum Ekonomi Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Nurhayati, Sri, Wasilah. 2008. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Rifa’I, Khamdan. 2013. Pasar Modal dan Harga Saham. Jember: STAIN Jember Press. Rodoni, Ahmad, Abdul Hamid. 2008. Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Dzikrul Hakim. Soemitra, Andri. 2012. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Suryomurti, Wiku. 2011. Super Cerdas Investasi Syariah; Hidup Kaya Raya, Mati Masuk Surga. Jakarta: Qultum Media. Veithsal, Rival. 2007. Bank and Financial Instution Management. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. https://affgani.wordpress.com/ekonomi-islam/pasar-modalsyariah-indonesiasaham-syariah. 05-03-2015.10.42 http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/11/mekanismetransaksi-p perdagangan-di-pasar-modal.html. 12-03-2015 http://pusatis.com/investasi-saham/daftar-saham/indekskonstituen/jakarta- Islamic-index-jii.html. diakses pada tanggal 1503-2015, Jam 10.42 WIB Al-Iqtishadi Vol. 2 No. 1 Oktober 2015 | 79 Abdul Wadud Nafis 80 | Al-Iqtishadi Vol. 2 No. 1 Oktober 2015