BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis dan

advertisement
BAB 5
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan-kesimpulan. Serta dari hasil penelitian dan pembahasan
terhadap analisis perhitungan beban penyusutan aset tetap menurut Standar
Akuntansi Keuangan dan Undang-undang Perpajakan atas Pajak Penghasilan
Badan PT Bagoes Tjipta Karya adalah sebagai berikut:
1.
Bahwa besarnya nilai beban penyusutan berpengaruh pada besarnya pajak
penghasilan perusahaan.
2.
Dalam melaksanakan penyusutan perusahaan belum sepenuhnya sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan, yaitu mengenai dimulainya
penyusutan. Karena PT Bagoes Tjipa Karya memulai penyusutan aset
tetapnya pada saat bulan perolehan, seharusnya penyusutan atas aset tetap
tersebut dimulai pada saat pemanfaatan aset tetap.
3.
Kebijakan perusahaan dalam menggunakan metode penyusutan garis lurus
baik untuk kepentingan akuntansi maupun kepentingan perpajakan. Hal ini
telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan ketentuan Undangundang perpajakan.
4.
Menurut Undang-undang perpajakan PT Bagoes Tjipta Karya belum
sepenuhnya dilakukan sesuai dengan peraturan perpajakan. Perusahaan
dalam melakukan perhitungan penyusutaan fiskal mempunyai kesalahan
59
60
dalam pengelompokan aset tetap, tarif penyusutan dan masa manfaat.
Perusahaan dalam menentukan tarif penyusutan membuat sama semua
tarif penyusutan yaitu 12,5% dan masa manfaat 8 tahun, sedangkan aset
tetap yang dimilki oleh PT Bagoes Tjipta Karya yang sesuai dengan
peraturan seharusnya termasuk kelompok 1 dengan tarif penyusutan 25%
dan masa manfaat 4 tahun.
5.
Besarnya nilai penyusutan aset tetap PT Bagoes Tjipta Karya pada tahun
2013, sampai dengan 2015 berdasarkan perhitungan Standar Akuntansi
Keuangan sebesar Rp77.015.938,- pada tahun 2013, sedangkan pada tahun
2014
sebesar
Rp77.015.938,-
dan
pada
tahun
2015
sebesar
Rp109.248.646,6.
Besarnya nilai penyusutan aset tetap berdasarkan Undang-undang
Perpajakan pada tahun 2013 sampai dengan 2015 adalah sebesar
Rp103.981.875,- pada tahun 2013 sedangkan pada tahun 2014 sebesar
Rp103.981.875,- dan ditahun 2015 sebesar Rp137.552.812,-.
7.
Perbedaan nilai beban penyusutan aset tetap baik berdasarkan perhitungan
menurut Standar Akuntansi Keuangan dan Undang-undang Perpajakan
memiliki selisih bagi perusahaan, selisih perhitungan antara laporan
perhitungan penyusutan aset tetap menurut Standar Akuntansi Keuangan
dan Undang-undang Perpajakan pada setiap tahunnya sehingga memiliki
koreksi fiskal pada tahun 2013 sampai dengan 2015 adalah sebesar
Rp26.965.937,- pada tahun 2013 sedangkan pada tahun 2014 sebesar ,
Rp26.965.937,- dan ditahun 2015 sebesar Rp28.304.166,-.
61
8.
Laba usaha sebelum pajak atau PKP PT Bagoes Tjipta Karya pada saat
beban penyusutan aset tetap dihitung menurut Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) pada tahun 2013 sebesar Rp325.164.574,- pada tahun
2014 sebesar Rp413.134.518,- dan di tahun 2015 sebesar Rp406.533.388,dan perhitungan menurut Undang-undang Perpajakan dari tahun 2013
sampai dengan 2015 sebesar Rp298.198.637,- untuk tahun 2013
sedangkan pada tahun 2014 sebesar Rp386.168.580,- dan untuk tahun
2015 sebesar Rp436.335.421,-. Adanya perbedaan laba diatas dikarenakan
adanya perubahan pada besarnya nilai beban penyusutan aset tetap yang
berpengaruh pada laporan keuangan yaitu pada laporan laba rugi dan
Harga Pokok Penjualan (HPP).
9.
Besarnya Pajak Pengahasilan badan PT Bagoes Tjipta Karya yang
dibayarkan berdasarkan perhitungan SAK dari tahun 2013 sampai dengan
2015 adalah Rp40.903.643,- pada tahun 2013, sedangkan pada tahun 2014
Rp55.166.940,- dan ditahun 2015 sebesar Rp58.076.198,-. Sedangkan
menurut
Undang-undang
Perpajakan
pada
tahun
2013
sebesar
Rp39.218.637,- sedangkan ditahun 2014 sebesar Rp55.166.940,- dan
sebesar Rp54.541.875,- pada tahun 2015.
10.
Berdasarkan perubahan besarnya Pajak Penghasilan terdapat selisih antara
perhitungan menurut SAK dan Undang-undang Perpajakan yaitu sebesar
Rp1.685.381,- pada tahun 2013 sedangkan tahun 2014 sebesar Rp0,- dan
pada tahun 2015 sebear Rp3.534.323. Untuk tahun 2014 Pajak
Penghasilan tidak mengalami perubahan dikarenakan pada tahun 2014
62
untuk pajak penghasilan berdasarkan peredaran bruto dikali 1% atau
kenanya Peraturan Pemerintah No.46 tahun 2013. Berdasarkan jumlah
selisih atas perubahan besarnya nilai Pajak Penghasilan badan perusahaan
dimana dapat dilihat atas selisih jumlah total pajak penghasilan yang
dibayarkan pada tahun 2013, 2014, 2015 sebagai berikut:
Menurut SAK
= Rp154.146.781,-
Menurut Fiskal
= Rp148.927.007,= Rp5.219.774,-
11.
Berdasarkan perbedaan hasil perhitungan antara Standar Akuntansi
Keuangan dan Undang-undang Perpajakan perusahaan mengalami
perubahan yang tentu berdampak pada Pajak Penghasilan badan yang
mana dalam perhitungan menurut Undang- undang Perpajakan memiliki
selisih antara perhitungan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Koreksi
fiskal yang terjadi antara perhitungan perusahaan dengan UU perpajakan
adalah sebesar Rp5.219.774,- terjadi koreksi fiskal negatif dikarenakan
jumlah yang dibayarkan menurut perhitungan perusahaan lebih bayar.
12.
Sedangkan
perhitungann
besarnya
laba
bersih
perusahaan
berdasarkan
hasil
menurut Standar Akuntansi Keuangan pada tahun 2013
sampai dengan 2015 adalah sebesar Rp284.260.931,- untuk laba bersih
tahun 2013 sedangkan pada tahun 2014 laba bersih adalah sebesar
Rp357.967.578,- dan pada tahun 2015 adalah sebesar Rp406.533.388,-.
Sedangkan menurut Undang-undang Perpajakan pada tahun 2013 sebesar
63
Rp258.980.357,- sedangkan di tahun 2014 sebesar Rp331.001.640,- dan
di tahun 2015 sebesar Rp381.793.546,-.
13.
Adanya selisih dari laba bersih perusahaan yang diperhitungkan secara
Standar Akuntansi dan Undang-undang Perpajakan dengan laba bersih
memperoleh selisih pada tahun 2013 sampai dengan 2015 adalah sebesar
Rp25.280.556,- untuk tahun 2013 sedangkan untuk tahun 2014 sebesar
Rp26.966.300,- sedangkan pada tahun 2015 sebesar Rp24.739.842,- selisih
yang signifikan ini menunjukan bahwa laba bersih yang diperoleh
berdasarkan perhitungan menurut UU Perpajakan lebih kecil dari pada
perhitungan menurut SAK atau perusahan PT Bagoes Tjipta Karya, hal ini
disebabakan karena adanya perubahan nilai beban penyusutan setiap
tahunnya yang dihitung berdasarkan tarif yang berlaku sesuai dengan
peraturan Undang-undang Perpajakan dan Peratuan Menteri Keuangan.
5.2
Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka peneliti memberikan saran sebagai
berikut:
1.
Bagi PT Bagoes Tjipta Karya hendaknya tetap memperhatikan peraturan
yang berlaku baik secara Standar Akunansi Keuangan maupun Undangundang perpajakan agar tidak terjadi kesalahan dalam melaporkan Pajak
Penghasilan, karena berdampak pada lebih besarnya Pajak Penghasilan
yang akan ditanggung.
2.
Untuk mempermudah perusahaan dalam membuat laporan keuangan
sebaiknya perusahaan menggunakan laporan keuangan sesuai peratuan
64
Perpajakan karena pada dasarnya laporan keuangan secara perpajakanlah
yang sering digunakan.
3.
Lebih memperhatikan setiap peratuan Undang-undang perpajakan dan
Peraturan Pemerintah yang berlaku di Indonesia, karena selalu adanya
perubahaan dalam mementukan kebijakan perpajakan.
4.
Perusahaan dapat menggunakan laporan keuangan baik menurut Standar
Akuntansi Keuangan dan menurut Undang-undang Perpajakan, sehingga
keduanya berjalan beriringan sehingga perusahaan tidak mendapat koreksi
pada laporan keuangan menurut Undang-undang Perpajakan.
5.
Perusahaan untuk selanjutnya harus memperhatikan juga tanggal
perolehan dan tanggal pemakaian aset tetap jika perusahaan menginginkan
menggunakan dua laporan keuangan baik secara Standar Akuntansi
Keuangan maupun Undang-undang Perpajakan, agar semua laporan sesuai
dengan prinsip yang berlaku.
6.
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar menambah objek lainnya karena
pada penelitian ini hanya mengkaji salah faktor dalam laporan keuangan
yaitu beban penyusutan aset tetap dengan cara menganalisis metode
penyusutan aset tetap menurut Standar Akuntansi Keuangan dan Undangundang perpajakan. Peneliti selanjutnya bisa mengganti objek yang dapat
berpengaruh pada laporan keuangan dan pajak penghasilan bagi
perusahaan karena masih banyak faktor yang berpengaruh.
7.
Bagi pemerintah sebaiknya mengkaji ulang tentang Peraturan Pemerintah
No. 46 tahun 2013 karena bagi UMKM atau perusahaan kecil aturan ini
65
merugikan dan menghambat perkembangan usahanya yang masih
mendapat laba kecil. Memang benar aturan ini dapat memberikan
pemasukan untuk negara, namun untuk jangka panjang pelaku usaha akan
semakin banyak yang gulung tikar diakibatkan usahanya yang tidak
mendapatkan kompensasi kerugian atas kerugian usaha yang dialaminya
dan justru perusahaan masih harus dibebani dengan pajak penghasilan
badan.
Download