1 Ika Rahmawati Pembimbing 1

advertisement
PENGGUNAAN MEDIA WÜRFELSPIEL UNTUK PEMBELAJARAN BAHASA
JERMAN DI KELAS XI BAHASA SMA AL-RIFA’IE GONDANGLEGI TAHUN
AJARAN 2011/2012
Ika Rahmawati
Pembimbing 1: Sri Prameswari Indriwardhani, M.Pd.
Pembimbing 2: Desti Nur Aini, S.S., M.Pd.
E-Mail: [email protected]
Abstract: This study aims to describe The Implementation of Würfelspiel in the German
Lesson in the Language Class XI of SMA Al-Rifa’ie Gondanglegi and these learning
outcomes.The design of the study is a qualitative descriptive study and the main data source
is students of Languages Class XI SMA Al-Rifa’ie Gondanglegi. The data shows that the
Würfelspiel helps students speaking easier and get final score on average 80. The research
result also shows that the implementation of the Würfelspiel has run well.
Keywords : Learning media, Würfelspiel, German Lesson.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan medial Würfelspiel
untuk pembelajaran bahasa Jerman di kelas XI Bahasa SMA Al-Rifa’ie beserta hasil
penggunaannya. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif
dengan sumber data penelitian adalah 18 orang siswa kelas XI Bahasa SMA Al-Rifa’ie
Gondanglegi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Würfelspiel dapat membantu siswa untuk
aktiv berbicara bahasa Jerman dan mendapatkan nilai rata-rata 80. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa penerapan model Würfelspiel berjalan dengan baik.
Kata Kunci: media pembelajaran, Würfelspiel, dan pembelajaran bahasa Jerman.
Dalam pembelajaran bahasa asing terdapat empat aspek keterampilan yang
harus dikuasai oleh siswa, yakni: menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Keempat keterampilan tersebut tentunya berlaku pula dalam pembelajaran bahasa
Jerman. Mata pelajaran bahasa Jerman di SMA Al-Rifa’ie diajarkan kepada siswa
yang mengambil program Bahasa pada kelas XI dan kelas XII. Di kelas
sebelumnya yakni kelas X mereka belum mendapatkan mata pelajaran bahasa
Jerman. Pembelajaran bahasa Jerman di kelas XI Bahasa dilaksanakan sebanyak 4
jam pelajaran dalam satu minggu, yang terbagi dalam dua kali pertemuan masingmasing dua jam pelajaran dan tiap jamnya berjumlah 45 menit, sehingga dalam
proses pembelajaran bahasa Jerman di kelas tersebut masih banyak dijumpai
siswa yang kesulitan dalam memahami materi bahasa Jerman, karena mereka
merupakan siswa yang baru mengenal bahasa Jerman.
Berdasarkan hasil wawancara informal dengan guru mata pelajaran bahasa
Jerman SMA Al-Rifa’ie, diperoleh beberapa informasi yang berkaitan dengan
pembelajaran bahasa Jerman, yaitu kesulitan siswa dalam berbicara menggunakan
bahasa Jerman. Siswa kurang aktif berbicara menggunakan bahasa Jerman di
dalam kelas. Kesulitan siswa dalam berbicara bahasa Jerman diperkirakan
disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya (1) siswa kurang aktif dalam
mengemukakan pendapatnya pada saat pelajaran karena siswa merasa kurang
menguasai tata bahasa Jerman dengan baik, dan (2) siswa ragu-ragu, malu dan
takut melakukan kesalahan di depan siswa lainnya, terlebih di hadapan guru.
1
Karena keterbatasan waktu di sekolah dan kurangnya kemampuan siswa dalam
pembelajaran bahasa Jerman terutama pada keterampilan berbicara tersebut, maka
untuk mencapai tujuan pembelajaran bahasa Jerman yang telah ditetapkan dalam
KTSP diperlukan penggunaan media pembelajaran yang efektif dan efisien.
Berbicara adalah beromong, bercakap, berbahasa, mengutarakan isi pikiran,
melisankan sesuatu yang dimaksudkan (KBBI, 2005:165). Tarigan (tanpa
tahun:15), menjelaskan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyibunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta
menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Berbicara merupakan suatu sistem
tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang
memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan
tujuan gagasan-gagasan atau ide yang dikombinasikan. Berdasarkan pendapat
tersebut, maka pembelajaran keterampilan berbicara perlu mendapat perhatian
agar siswa mampu berkomunikasi dengan baik. Oleh karena itu, lemahnya siswa
berkomunikasi menggunakan bahasa Jerman merupakan masalah yang harus di
atasi, karena sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD) yang tercantum dalam KTSP bahasa Jerman kelas XI Bahasa, siswa dituntut
untuk mampu mengungkapkan informasi secara lisan dalam bentuk paparan atau
dialog sederhana tentang kehidupan keluarga dan kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “penggunaan media Würfelspiel untuk pembelajaran bahasa Jerman
di kelas XI Bahasa SMA Al-Rifa’ie Gondanglegi”.
Dalam proses pembelajaran guru berusaha menyampaikan informasi atau
bahan ajar kepada siswanya. Agar informasi atau bahan ajar tersebut dapat
diterima siswa dengan baik, maka diperlukan adanya sebuah perantara, yaitu
media pembelajaran. Salah satunya adalah permainan dadu, dalam bahasa Jerman
disebut dengan Würfelspiel. Permainan dadu dalam bahasa Jerman adalah
Würfelspiel. Dadu berasal dari bahasa Latin: datum yang berarti "sesuatu yang
diberikan atau dimainkan" yaitu sebuah objek kecil yang umumnya berbentuk
kubus yang digunakan untuk menghasilkan angka atau simbol acak. Dalam
penelitian ini, peneliti memodifikasi Würfel menjadi sebuah kubus yang
berukuran 7 x 7 cm, di masing-masing sisi Würfel diganti dengan W-Fragen (kata
tanya) yaitu was, wann, wo, wie oft, wer. Dalam permainan ini disediakan pula
kartu yang berisikan Verben (kata kerja) yang berhubungan dengan tema Familie
(keluarga) yang berfungsi sebagai alat bantu untuk menyusun kalimat tanya dalam
permainan tersebut.
Dalam pelaksanaannya, Würfelspiel akan dilakukan dalam kelompok kecil,
masing-masing kelompok terdiri dari lima siswa. Setelah kelompok terbentuk,
siswa diminta untuk membentuk lingkaran dengan kelompok masing-masing dan
permainan dapat dimulai. Untuk menentukan giliran pemain pertama yang akan
melempar dadu ditentukan dengan cara: 1) masing-masing pemain dalam satu
kelompok harus melempar dadu, dan 2) pemain yang melempar dadu dengan
bilangan terendah merupakan pemain pertama yang harus melempar dadu yang
berisi W-Fragen. Setelah melempar dadu yang berisi W-Fragen, pemain harus
mengambil kartu yang telah disediakan dan mencari Verben (kata kerja) yang
sesuai dengan W-Fragen yang muncul setelah ia melempar dadu, guna menyusun
kalimat pertanyaan yang akan diajukan kepada teman dalam satu kelompok yang
dikehendaki. Pemain yang tidak dapat menyusun kalimat, harus mengembalikan
2
kartu ke dalam tumpukan kartu dan dilewati satu kali putaran dalam permainan.
Permainan dianggap berakhir apabila semua siswa telah mendapat giliran untuk
menjawab dan mengajukan pertanyaan. W-Fragen (kata tanya) yang muncul pada
dadu diantaranya adalah was, wann, wie, wie oft, wer, dan diharapkan dengan
menggunakan media Würfel dan kartu yang berisi Verben (kata kerja), siswa dapat
menyusun kalimat tanya seperti berikut: (1) menanyakan dan menjawab tentang
anggota keluarga, “Wie heiβt deine Schwester? - Meine Schwester heiβt Eliana”,
(2) menanyakan dan menjawab kegiatan anggota keluarga, “Wo arbeitet dein
Vater? - Mein Vater arbeitet in der Schule. “Was macht dein Bruder? - Mein
Bruder studiert Medizin.” Jika jawaban atau pertanyaan siswa tidak sesuai atau
kurang sesuai dengan yang diharapkan, maka akan ada koreksi dari peneliti di
akhir permainan. Untuk refleksi di akhir pembelajaran menggunakan media
Würfelspiel siswa diminta untuk menyebutkan Fragesatz (kalimat tanya) apa saja
yang digunakan dalam tema Familie.
Metode
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang bermaksud untuk membuat deskripsi mengenai situasi-situasi atau
kejadian-kejadian (Suryabrata, 2003: 26). Sebagai penelitian deskriptif, penelitian
ini akan mendeskripsikan tentang penggunaan media Würfelspiel untuk
keterampilan berbicara dalam proses pembelajaran bahasa Jerman di kelas XI
Bahasa SMA Al-Rifa’ie.
Data dalam penelitian ini diambil dari hasil observasi, angket, dan tes yang
diberikan kepada siswa saat penerapan media. Sedangkan sumber data dalam
penelitian ini adalah siswa kelas XI Bahasa SMA Al-Rifa’ie Gondanglegi yang
berjumlah 18 orang.
Pada penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama pengumpul
data. Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mengobservasi proses
pembelajaran dari awal hingga akhir, menyebarkan angket, dan memberikan tes
kepada siswa. Data hasil penelitian yang terkumpul terdiri dari data hasil
observasi, angket, dan tes.
Hasil
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa (1) pada saat awal pelajaran situasi
kelas nyaman dan kondusif, (2) siswa bersemangat mengikuti kegiatan apersepsi,
(3) siswa memperhatikan dengan baik saat peneliti menyampaikan maksud dan
tujuan pembelajaran, (4) siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan peneliti
tentang langkah-langkah penggunaan media Würfelspiel, (5) siswa
memperhatikan saat guru memberikan contoh penggunaan media Würfelspiel, (6)
siswa berani bertanya apabila ada hal yang kurang jelas atau tidak dimengerti, (7)
siswa memahami penggunaan media Würfelspiel, (8) siswa aktif berbicara dalam
bahasa Jerman dengan menggunakan media Würfelspiel, (9) beberapa siswa masih
mengalami kesulitan dalam mengajukan maupun menjawab pertanyaan dalam
permainan, (10) pembelajaran dengan menggunakan media Würfelspiel berjalan
lancar dan sesuai dengan yang direncanakan, (11) siswa mampu menyimpulkan
hasil belajar dengan baik, (12) siswa aktif dalam menyimpulkan hasil belajar.
3
Dari pernyataan-pernyataan yang terdapat pada angket tertutup yang
disebarkan kepada siswa, dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan media
Würfelspiel dalam pembelajaran bahasa Jerman menyenangkan. Meskipun
beberapa siswa terlihat kesulitan dalam menyusun kalimat pertanyaan maupun
jawaban, namun hal itu tidak mengurangi keaktifan mereka dalam pelaksanaan
pembelajaran. Sebagian besar siswa berpendapat bahwa media Würfelspiel dapat
membantu mereka dalam berbicara bahasa Jerman, terlebih bila media tersebut
dapat dikembangkan dengan lebih baik lagi. Salah satunya dengan mengganti
Verben (kata kerja) pada kartu dengan tema pembelajaran yang lain.
Penilaian keterampilan berbicara pada permainan ini menggunakan dua
aspek, yaitu (1) kemampuan menyelesaikan tugas (Aufgabenbewältigung) dan (2)
pelafalan (Aussprache). Penilaian dilakukan oleh peneliti pada saat siswa
berbicara bahasa Jerman menggunakan media Würfelspiel. Adapun kriteria
penilaian keterampilan berbicara siswa dideskripsikan sebagai berikut:
I
Penyelesaian Tugas (Aufgabenbewältigung)
Ditetapkan tiga kategori penilaian dengan rentang skor 2-0.
Skor 2 : Siswa mampu menjawab soal dengan benar dan lancar.
Skor 1 : Siswa mampu menjawab soal dengan benar, namun kurang lancar.
Skor 0 : Siswa tidak mampu menjawab soal dengan benar dan lancar.
II
Pelafalan (Aussprache)
Ditetapkan tiga kategori penilaian dengan rentang skor 2-0.
Skor 2 : Siswa mampu berbicara dengan lafal yang tepat, sehingga kalimat yang
diungkapkan dapat dipahami dengan jelas.
Skor 1 : Siswa berbicara dengan lafal yang kurang tepat, namun kalimat yang
diungkapkan masih dapat dipahami.
Skor 0 : Siswa berbicara dengan banuak terdapat kesalahan pelafalan.
Berdasarkan tabel penilaian hasil tes siswa, dari 25 siswa kelas XI Bahasa,
7 siswa tidak mengikuti pembelajaran, sehingga hanya 18 siswa yang
mendapatkan nilai keterampilan berbicara bahasa Jerman menggunakan media
Würfelspiel. Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa nilai siswa yang tertinggi
adalah 100, dan nilai terendah adalah 70. Nilai tertinggi diperoleh 1 siswa.
Sebanyak 2 siswa mendapat nilai 90, 11 siswa mendapat nilai 80, dan 4 siswa
lainnya mendapat nilai 70. Sedangkan nilai rata-rata siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan media Würfelspiel adalah 80, rata-rata
tersebut diperoleh dari penjumlahan nilai seluruh siswa dibagi dengan jumlah
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media ini. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa berbicara bahasa Jerman
dalam kaitannya dengan tema Kehidupan Keluarga (Familie) adalah baik, karena
sudah berada di atas SKM (Standar Ketuntasan Minimum). SKM untuk mata
pelajaran bahasa Jerman di SMA Al-Rifa’ie adalah 75.
Pembahasan
Setiap materi pembelajaran memiliki tingkat kesukaran yang berbeda. Ada
bahan pembelajaran yang tidak memerlukan media pembelajaran, adapula bahan
pembelajaran yang memerlukan media pembelajaran. Materi pembelajaran yang
sulit dan tidak mudah dipahami oleh siswa akan membutuhkan suatu perantara
4
untuk memudahkan penyampaian isi atau materi pembelajaran dan tercipta pula
suasana pembelajaran yang menyenangkan dan inovatif. Perantara yang
dibutuhkan dalam suatu pembelajaran adalah media
pembelajaran.
Media pembelajaran merupakan alat yang digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh guru dalam membantu
siswa untuk mengembangkan kemampuannya, salah satunya dengan
menggunakan media permainan, yakni Würfelspiel. Secara keseluruhan,
pembelajaran bahasa Jerman dengan menggunakan media Würfelspiel di kelas XI
Bahasa berjalan lancar sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang telah dibuat oleh peneliti. Semua langkah-langkah pembelajaran mulai dari
kegiatan awal, kegiatan inti, sampai dengan kegiatan penutup terlaksana dengan
baik. Lancarnya kegiatan pembelajaran menggunakan media Würfelspiel tentu
saja tidak terlepas dari beberapa faktor, di antaranya yaitu persiapan RPP dan
media Würfelspiel yang baik oleh peneliti, minat dan motivasi siswa dalam
mengikuti pembelajaran, serta kondisi kelas yang nyaman dan kondusif.
Siswa tertarik dengan media Würfelspiel karena media ini merupakan
media permainan yang belum pernah mereka gunakan dalam proses pembelajaran
bahasa Jerman sebelumnya. Media Würfelspiel memberikan suatu proses
pembelajaran yang menyenangkan dan melibatkan siswa secara aktif. Hal ini
sesuai dengan manfaat media yang diungkapkan oleh Sadiman dkk (2008:17) dan
Sudjana dan Rivai (dalam Arsyad, 2005:24), yaitu dengan media permainan,
pembelajaran akan menjadi lebih menarik minat dan perhatian siswa. Permainan
dapat membuat suasana kelas menjadi menyenangkan dan santai, namun tetap
menciptakan suasana belajar yang nyaman dan materi pembelajaran tetap dapat
tersampaikan dengan baik. Penggunaan media Würfelspiel dalam pembelajaran
dapat membuat semua siswa terlibat aktif berbicara bahasa Jerman. Siswa yang
tadinya pasif dan takut melakukan kesalahan di depan teman atau gurunya
menjadi berani berbicara untuk menjawab dan mengajukan pertanyaan dalam
permainan saat ia mendapat giliran main.
Pembelajaran dengan menggunakan media Würfelspiel juga membuat
interaksi antara guru dengan siswa menjadi lebih efektif. Keefektifan interaksi
antara guru dengan siswa, juga antara siswa satu dengan siswa yang lain
ditunjukkan pada saat media Würfelspiel digunakan dalam pembelajaran.
Ketertarikan siswa terhadap media permainan membuat siswa menjadi lebih
antusias dalam belajar. Siswa aktif bertanya apabila ada hal yang tidak dimengerti
atau belum mereka pahami.
Media Würfelspiel termasuk media visual berbasis permainan. Sesuai
dengan pendapat Levie dan Lentz (dalam Arsyad, 2009:16), pembelajaran dengan
menggunakan media visual dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa
untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual
yang ditampilkan atau menyertai teks materi dan pelajaran. Dengan demikian,
tujuan pembelajaran yang ingin disampaikan dapat dicapai dan diterima oleh
siswa dengan baik.
Penggunaan media Würfelspiel dapat memberikan stimulus kepada
siswa untuk berani berbicara bahasa Jerman dalam proses pembelajaran.
Sesuai dengan yang telah dipaparkan pada kajian teori, penggunaan media
Würfelspiel tidak dinilai dari segi kecanggihan medianya, akan tetapi yang lebih
5
utama adalah fungsi dan peranannya dalam membantu meningkatkan
pembelajaran menjadi lebih berkualitas. Seperti yang telah dikemukakan oleh
Sudjana dan Rivai (2005:2), media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar
siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi
hasil belajar yang dicapainya. Selain itu, media Würfelspiel juga membuat siswa
semangat sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menarik. Pendapat tersebut
sejalan dengan hasil angket dan tes siswa, yaitu sebanyak 33,3% siswa
menyatakan sangat setuju, 50% siswa menyatakan setuju bahwa media
Würfelspiel membuat mereka bersemangat dalam belajar bahasa Jerman. Hanya
terdapat 16,6% siswa yang menyatakan kurang setuju bahwa media Würfelspiel
membuat mereka bersemangat dalam belajar bahasa Jerman.
Hasil penelitian pada penelitian dengan menggunakan media Würfelspiel
ini juga dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini
didukung oleh pendapat yang diungkapkan oleh Hamalik (1986), bahwa media
pembelajaran yang tepat dapat membangkitkan motivasi, keinginan, minat, dan
rangsangan kepada siswa, sehingga dapat membantu pemahaman, menyajikan
data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data dan
memadatkan informasi”. Dengan adanya media pembelajaran, siswa dapat
mengulangi apa yang telah mereka pelajari, sehingga membuat siswa lebih cepat
untuk merespon.
Secara praktis, penyusunan kalimat tanya yang ada pada media
Würfelspiel sesuai dengan kemampuan siswa kelas XI Bahasa SMA Al-Rifa’ie
yang sudah mempelajari tema Familie (Kehidupan Keluarga). Di samping itu,
media Würfelspiel juga membantu siswa, terutama siswa yang pasif, untuk
mendapatkan kesempatan berbicara bahasa Jerman di kelas. Melalui media ini,
siswa yang tadinya ragu-ragu, malu dan takut melakukan kesalahan di depan guru
maupun di depan siswa lain, menjadi berani dan percaya diri untuk berbicara
bahasa Jerman. 94,4% siswa setuju bahwa penggunaan media Würfelspiel dalam
pembelajaran bahasa Jerman perlu dikembangkan untuk pembelajaran
selanjutnya. Hal ini didukung dengan pernyataan butir ke 10 yang tertera pada
angket bahwa media Würfelspiel perlu dikembangkan untuk digunakan pada
pembelajaran bahasa Jerman selanjutnya. Salah satunya adalah dengan mengganti
Verben (kata kerja) pada kartu dengan tema yang lain agar siswa lebih mudah
mengingat dan memahami Fragesatz (kalimat tanya) pada tema lainnya.
Melalui penelitian ini, peneliti juga mendapatkan nilai keterampilan
berbicara bahasa Jerman siswa. Apabila ditinjau dari lembar penilaian
keterampilan berbicara siswa, dapat dilihat bahwa kemampuan siswa dalam
menyelesaikan tugas, dan dalam pengucapan bahasa Jerman sudah baik. Akan
tetapi, dari 18 siswa yang mengikuti pembelajaran, terdapat 22,2% siswa (4 siswa)
yang mendapat nilai 70, sehingga belum memenuhi SKM (Standar Ketuntasan
Minimum). SKM bahasa Jerman yang ditetapkan di SMA Al-Rifa’ie adalah 75.
Sementara 78% siswa lainnya sudah mencapai SKM. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kemampuan berbicara bahasa Jerman siswa kelas XI Bahasa
SMA Al-Rifa’ie Gondanglegi adalah (B) baik jika diinterpretasikan dalam bentuk
abjad.
6
Kesimpulan dan Saran
1.
Penggunaan media Würfelspiel dalam pembelajaran keterampilan bahasa
Jerman di kelas XI Bahasa SMA Al-Rifa’ie Gondanglegi telah dilakukan
dengan baik pada materi Possesivpronomen. Media yang berbasis
permainan ini, sesuai untuk tema Familie (Kehidupan Keluarga). Karena
pada materi ini terdapat Fragesatz (kalimat Tanya) yang harus diingat
dengan baik oleh siswa dan media ini dapat membantu siswa dalam
mengingat kalimat tanya pada materi tersebut dengan adanya pengulangan
pertanyaan dan jawaban dalam permainan. Pertanyaan dan jawaban yang
dihasilkan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan media ini
dapat dikategorikan (B) baik, karena rata-rata nilai siswa adalah 80 dan
sudah melampaui batas SKM yang ditentukan di SMA Al-Rifa’ie pada
mata pelajaran bahasa Jerman, yaitu 75.
2.
Hasil penggunaan media Würfelspiel untuk pembelajaran keterampilan
berbicara bahasa Jerman di kelas XI Bahasa SMA Al-Rifa’ie Gondanglegi
ditunjukkan melalui data hasil observasi, angket, dan tes yang diberikan
kepada siswa. Berdasarkan hasil observasi, pada saat peneliti memberikan
contoh pembentukan Possesivpronomen dan pengkonjugasian Verben
(kata kerja), siswa memperhatikan dengan baik. Selain itu, siswa diminta
untuk melengkapi konjugasi Verben (kata kerja), karena pembelajaran
harus melibatkan partisipasi aktif siswa. Dengan demikian siswa dapat
dengan seksama memperhatikan penjelasan guru tentang materi, media,
dan cara bermain Würfelspiel yang akan diberikan. Selain itu pada saat
refleksi atau kegiatan akhir pembelajaran, siswa bisa menyimpulkan hasil
belajar dengan baik. Siswa dapat menyebutkan ujaran yang telah mereka
gunakan dalam permainan dengan menggunakan media Würfelspiel.
Kesimpulan dari hasil angket menunjukkan bahwa, media Würfelspiel
dapat melatih dan mempermudah siswa dalam mengingat ujaran yang
berupa Fragesatz (kalimat tanya) untuk tema (Familie) Kehidupan
Keluarga. Selain itu, penggunaan media Würfelspiel dalam pembelajaran
keterampilan berbicara bahasa Jerman mampu mendorong siswa untuk
dapat belajar mandiri. Penggunaan media ini dalam pembelajaran bukan
untuk menerangkan materi struktur atau gramatika baru, melainkan
sebagai suatu teknik agar materi yang telah disampaikan kepada siswa
lebih mudah untuk diingat. Berdasarkan hasil tes yang diberikan oleh
peneliti, rata-rata nilai keterampilan berbicara yang diperoleh siswa kelas
XI Bahasa adalah 80 dan sudah melampaui SKM. Hanya 22% siswa yang
mendapat nilai 70, yang berarti tidak memenuhi kriteria SKM. Dengan
demikian, disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Jerman dengan
menggunakan media Würfelspiel bagi sebagian besar siswa dapat berhasil
diterapkan.
Sesuai dengan hasil penelitian tentang penerapan media Würfelspiel dalam
pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jerman di kelas XI Bahasa SMA AlRifa’ie, peneliti memiliki beberapa saran. Adapun saran tersebut disampaikan
bagi:
7
1) Siswa
Siswa dapat menggunakan media ini dalam mempelajari dan
mempraktekkan ujaran (Redemittel) bahasa Jerman dengan lebih mudah.
Melalui penerapan media ini, siswa juga dapat mempraktekkan
penguasaan kosakata bahasa Jerman dengan temannya. Oleh karena itu
siswa diharapkan untuk lebih aktif dan meningkatkan motivasi belajar
bahasa Jerman, agar materi yang disampaikan oleh guru dapat diterima
secara maksimal.
2) Guru
Materi pembelajaran yang sesuai digunakan dalam media ini antara lain
pengulangan dan pemantapan ujaran atau kosakata, struktur dan tata
bahasa. Untuk menggunakan media ini, guru harus memiliki persiapan
yang matang. Hal ini dikarenakan agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru sebelum
menggunakan media ini antara lain:
 Guru harus menjelaskan tujuan pembelajaran menggunakan media
Würfelspiel kepada siswa. Hal ini dilakukan agar siswa dapat
mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran menggunakan
media permainan ini.
 Guru perlu menjelaskan langkah-langkah dan aturan main media
Würfelspiel sejelas mungkin sampai semua siswa memahami
langkah-langkah dan aturan main dalam media ini.
 Guru sebaiknya memberikan contoh permainan atau simulasi, agar
semua siswa memahami dengan baik bagaimana media Würfelspiel
ini digunakan.
 Guru juga harus memperhatikan alokasi waktu yang digunakan,
sebelum menerapkan media ini. Karena dibutuhkan waktu lebih
dari satu kali pertemuan dalam menggunakan media ini.
3) Peneliti Selanjutnya
Kepada peneliti selanjutnya, disarankan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan media pembelajaran. Di
samping itu, diharapkan agar peneliti selanjutnya dapat mengaplikasikan
teori yang telah diperoleh dengan melakukan penelitian langsung di
sekolah, yaitu berkolaborasi dengan guru untuk memecahkan
permasalahan dalam pembelajaran di sekolah, sekaligus memberikan
pemecahan bagi peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran.
Disarankan pula agar media permainan ini dapat disempurnakan pada
materi atau tema yang lain.
Daftar Rujukan
Funk, dkk. 2008. Studio d A2 Deutsch als Fremdsprache. Berlin: Cornelsen
Verlag GmbH.
Glaboniat. Müller. Rusch. Schmitz. 2005. Profile Deutsch. Berlin und München:
Langenscheidt KG
Johanes, Gerbes. 2004. Fit in Deutsch 1. München: Goethe Institut.
Sudjana, Nana, dkk. 2007. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Suryabrata, Sumadi. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
8
Tarigan, Henry Guntur. Tanpa Tahun. Berbicara: Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
(online), http://www.uni-due.de/imperia/md/content/foerderunterricht/spiele zu
grammatischen schwierigkeitsbereichen.pdf, diakses tanggal 30 April
2012).
9
Artikel oleh Ika Rahmawati ini
telah diperiksa dan disetujui.
Malang, 19 Juli 2012
Pembimbing I
Sri Prameswari Indriwardhani, M.Pd.
NIP 19770417 200501 2001
Malang, Juli 2012
Pembimbing II
Desti Nur Aini, S.S., M.Pd
NIP 19761217 200212 2 002
Malang, 19 Juli 2012
Mahasiswa
Ika Rahmawati
NIM 108241416361
10
Download