FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA KEHAMILANDI WILAYAH KERJA PUSKESMASPAMULANG KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2014-2015 Skripsi Disusununtuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Oleh: SRI FUJI ASTUTI 1111101000083 PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 ii iii FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN Skripsi, Desember 2015 Sri Fuji Astuti, NIM : 1111101000083 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia Kehamilan di Wilayah Kerja PuskesmasPamulangKota Tangerang Selatan Tahun 2014-2015 Xiv+82 halaman, 6 Tabel, 2 Bagan, 4 Lampiran ABSTRAK Latar Belakang: Preeklampsia merupakan keadaan yang khas pada kehamilan yang ditandai dengan gejala edema, hipertensi, serta proteinuria yang terjadi setelah usia kehamilan 28 minggu dan belum diketahui penyebabnya. Penyebab kematian ibu di Kota Tangerang Selatan disebabkan oleh pre-eklampsia/eklampsia (35,7%). PuskesmasPamulangmerupakan salah satu Puskesmas di Kota Tangerang Selatan yang mempunyai jumlah komplikasi kehamilan yang paling tinggi yaitu sebanyak 710 ibu hamil pada tahun 2014. Tujuan: Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian preeklampsia kehamilan di wilayah kerja PuskesmasPamulang tahun 2014-2015. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi case control. Populasi penelitian adalah ibu yang tinggal di wilayah kerja PuskesmasPamulang dan telah melakukan persalinan dan pemeriksaan antenatal care di fasilitas pelayanan kesehatan wilayah kerja PuskesmasPamulang pada tahun 2014-2015.Sampel penelitian pada kelompok kasus dan kontrol diambil secara acak dengan menggunakan teknik simple random samplingdan menggunakan kreteria inklusi dan eksklusi jumlah sampel diperoleh sebanyak 120 ibu dengan perbandingan kasus kontrol1:2. Medical record dari buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan kuesioner. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara usia ibu(Pvalue=0,017; OR=2,627; 95% CI= 1,171-5,894), status pendidikan ibu (P value=0,002; OR=3,548; 95% CI= 1,584-7,948), dan riwayat penyakit hipertensi (P value=0,000; OR=9,444; 95% CI= 3,891-22,924)dengan kejadian preeklampsia. Sedangkan faktor yang tidak berhubungan yaitu pekerjaan, pemeriksaan Antenatal Care, jumlah paritas, jarak kehamilan, riwayat komplikasi kehamilan dan riwayat penyakit Diabetes mellitus. Oleh karena itu, perlu dilakukannya pemeriksaan antenatal care ke pelayanan kesehatan sehingga apabila terjadi preeklampsia dapat ditangani dengan cepat dan tepat. Kata Kunci: Preeklampsia, antenatal care, karakteristik ibu, riwayat penyakit dan riwayat komplikasi kehamilan Daftar Bacaan: 60 (2001-2015) iv FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE MAYOR OF PUBLIC HEALTH DEPARTEMENT OF HEALTH PROMOTION Undergraduated Thesis, Desember 2015 Sri Fuji Astuti, NIM : 1111101000083 Factors Related With Preeclampsia During Pregnancy In The Work Region Of Pamulang Health Center, South Tangerang 2014-2015 Xiv+82page, 6 Tables, 2 Chart, 4attachments ABSTRACT Background: Preeclampsia is special condition followedby edema, hypertension, and proteinuria, that mostly happens by in 28weeksof pregnancy and still not known the exact causes. In PamulangCommunity Health Center (CHC),pre eclampsia caused35.7% maternal deaths. Pamulang CHC is one of the health centers in SouthTangerangCity that has the highest pregnancy complication that are 710 pregnancy mothers in 2014 Purpose: to know factors related with preeclampsia of pregnancy in the work region of PamulangCHC in the year of 2014-2015. Method:This research used case-control study design. The population are mother who live at the work region of PamulangCHC and have undergone childbirth and antenatal care servicesin health care facilities at PamulangCHC work region in 20142015. The research sample in the case and control group was drawn by using simple random sampling technics by using inclusion and exclusion criteria with the number of sample was 120 mothers with comparison case and control 1:2. The research instruments are medical records of KIA (Mothers and Children Health) book and questionnaires. Result:the results of this research showed that preeclampsia significantly related to maternal age (Pvalue=0,017; OR=2,627; 95% CI= 1,171-5,894), educational status of the mothers (P Value=0,002; OR=3,548; 95% CI= 1,584-7,948), and the history of hypertension (P Value=0,000; OR=9,444; 95% CI= 3,891-22,924). Meanwhile, the factors that has not related are profession, antenatal care, parity, the distance of pregnancy, history of pregnancy complication, and history of Diabetes mellitus diseases.Therefore, it is highly needed to do antenatal care in health services so if detected pre-eclampsia, it could be handled quickly and appropriately Key word: Preeclampsia, antenatal care,characteristics of mothers, diseases, pregnancy of complication Reading List: 60 (2001-2015) history of v vi viii KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim, “Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu” Alhamdulillahirobbil alamin, puji sukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan nikmat yang berlimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia Kehamilan di Wilayah Kerja PuskesmasPamulangKota Tangerang Selatan Tahun 2014-2015”. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Rasulullah SAW, semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di akhirat nanti. Amin. Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini bukan hanya karena usaha penulis semata, namun banyak pihak yang telah membantu menyelesaikan proposal skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulisjuga ingin mengucapkan rasa terimakasih kepada : 1. Bapak DR. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Fajar Ariyanti, S.KM, M.Kes selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat. 3. Ibu Fase Badriah, Ph.D sebagai pembimbing I yang telah banyak memberikan masukan dan saran perbaikan terhadap laporan skripsi ini. ix 4. dr. Yuli Prapanca Satar, MARS sebagai pembimbing II yang telah memberikan masukan dan saran bagi penulis selama penyusunan laporan skripsi. 5. Ibu Hoirun Nisa, M.Kes, Ph.D pembimbing yang telah memberikan masukan dan saran bagi penulis selama penyusunan proposal skripsi. 6. Para dosen-dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat dan dosen-dosen Peminatan Promosi Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat. 7. Mamah, Papah, dan Nenek serta adik-adikku tersayang (Dede, Bagus, dan Anggun) yang selalu memberikan dukungan, nasehat serta doa yang selalu dipanjatkan demi kelancaran penyusunan laporan skripsi ini. 8. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di salah satu Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. 9. Kepala PuskesmasPamulang yang telah memberikan izin penelitian dan pengambilan data di wilayah kerja PuskesmasPamulang. 10. Ika Amalia Putri yang selalu setia menemani turun lapangan 11. Teman – teman Promosi kesehatan dan teman-teman kosan Ballans dan juga semua pihak yang dengan setia memberikan semangat, masukan, dukungan, dan tempat berbagi ilmu dalam penyusunan proposal skripsi. Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih kurang dari sempurna.Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran perbaikan dari pembaca. “Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu” x DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN ........................................................Error! Bookmark not defined. ABSTRAK....................................................................................................................................iii PERNYATAAN PERSETUJUAN .............................................Error! Bookmark not defined. PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI ...................................................................................... v DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................................................. vii KATA PENGANTAR ............................................................................................................ viii DAFTAR ISI ..............................................................................................................................x DAFTAR TABEL................................................................................................................... xiii DAFTAR BAGAN ................................................................................................................. xiv BAB I ........................................................................................................................................ 1 PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1 A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 4 C. Pertanyaan Penelitian .................................................................................................... 5 D. Tujuan penelitian .......................................................................................................... 6 1. Tujuan Umum ........................................................................................................... 6 2. Tujuan Khusus .......................................................................................................... 6 Manfaat penelitian ........................................................................................................ 7 E. F. 1. Manfaat bagi peneliti berikutnya .............................................................................. 7 2. Manfaat bagi Instansi ................................................................................................ 7 3. Manfaat bagi masyarakat .......................................................................................... 7 Ruang Lingkup.............................................................................................................. 7 BAB II....................................................................................................................................... 9 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................... 9 A. Pre-eklampsia ................................................................................................................ 9 B. Gejala-gejala ................................................................................................................. 9 xi C. Macam-macam preeklampsia ..................................................................................... 10 D. Pencegahan Preeklampsia ........................................................................................... 12 E. Penanganan Preeklampsia ........................................................................................... 12 F. Karakteristik penyebab preeklampsia ......................................................................... 14 G. Kerangka Teori ........................................................................................................... 23 BAB III ................................................................................................................................... 29 KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 29 A. Kerangka Konsep ........................................................................................................ 29 a. Definisi Operasional ................................................................................................... 32 b. Uji Hipotesis ............................................................................................................... 34 BAB IV ................................................................................................................................... 35 METODOLOGI PENELITIAN .............................................................................................. 35 A. Desain Penelitian ........................................................................................................ 35 c. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................................... 35 d. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................................. 36 e. Metode Pengumpulan Data ......................................................................................... 39 f. Manajemen Data ......................................................................................................... 40 H. Metode Analisis Data ..................................................................................................... 41 1. Analisis Data Univariat ............................................................................................... 41 5. Analisis Data Bivariat ............................................................................................. 41 BAB V .................................................................................................................................... 43 HASIL ..................................................................................................................................... 43 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................................... 43 B. Analisis Univariat ....................................................................................................... 44 C. Analisis Bivariat.......................................................................................................... 48 1. Distribusi Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelompok Kasus dan Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2014-2015 ............. 48 BAB VI ................................................................................................................................... 53 PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 53 A. Keterbatasan Penelitian ............................................................................................... 53 xii B. Distribusi Frekuensi Kejadian Preeklampsia Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2014-2015........................................................ 54 C. Variabel yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan .................................................................. 55 D. Variabel yang tidak Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan .................................................................. 62 BAB VII .................................................................................................................................. 73 SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................................... 73 A. Simpulan ..................................................................................................................... 73 B. Saran ........................................................................................................................... 74 Daftar Pustaka ......................................................................................................................... 77 xiii DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................. 32 Tabel 4.1 Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................... 38 Tabel 5.1 Wilayah Kerja PuskesmasPamulang..................................................... 43 Tabel 5.2 Distribusi Freekunsi Kejadian Preeklampsia Kehamilan di Wilayah Kerja PuskesmasPamulang Tahun 2014-2015 ................................................................ 44 Tabel 5.3 Distribusi Karakteristik Ibu pada Kelompok Kasus dan Kontrol di Wilayah Kerja PuskesmasPamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2014-2015 .............. 45 Tabel 5.4 Distribusi Karakteristik Ibu pada Kelompok Kasus dan Kontrol di Wilayah Kerja PuskesmasPamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2014-2015 .............. 48 xiv DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Kerangka Teori ............................................................................................... 28 Bagan 3.1 Kerangka Konsep ............................................................................................ 31 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) masih menjadi salah satu masalah kesehatan ibu dan anak di Indonesia. Tingginya AKI di Indonesia yakni mencapai 359 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH), masih jauh dari target Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 yaitu AKI sampai pada 102 per 100.000 KH atau 1,02 per 1000 KH (SDKI, 2012). Data World Health Organization (WHO) tahun 1998-2008, menyatakan bahwa kematian ibu di dunia mencapai 342.900 kematian setiap tahunnya dan diiringi sepertiga kematian neonatal. Laporan kesehatan dunia menyatakan bahwa ada sekitar 287.000 kematian ibu pada tahun 2010 yang terdiri atas Afrika Sub-Sahara (56%) dan Asia Selatan (29%) atau sekitar 85% (245.000 kematian ibu) terjadi di negara berkembang. Sedangkan di negara-negara Asia Tenggara yaitu 150 ibu per 100.000 kelahiran hidup (Christina, 2013). Indonesia berada pada peringkat ke-14 dari 18 negara di Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) dan peringkat ke-5 tertinggi di South East Asia Region (SEARO) (Hukmiah dkk, 2013). Secara global, setiap dua menit di suatu tempat di dunia, seorang perempuan meninggal akibat komplikasi kehamilan dan kemungkinan bayinya yang baru lahir untuk bertahan hidup sangat kecil. Pada setiap perempuan yang meninggal, 20 1 2 sampai 30 menderita masalah yang signifikan dan kadang-kadang seumur hidup karena kehamilan mereka (Unicef, 2012). Komplikasi kehamilan, persalinan,dan nifas merupakan determinan langsung kematian ibu. Semakin tinggi kasus komplikasi maka semakin tinggi kasus kematian ibu. Komplikasi kehamilan berpengaruh terhadap kematian ibu dengan odds ratio (OR) sebesar 12,189 apabila variabel komplikasi persalinan dan riwayat penyakit dibuat konstan (dikontrol), ibu yang mengalami komplikasi kehamilan berisiko mengalami kematian 12,198 kali lebih besar daripada ibu yang tidak mengalami komplikasi kehamilan. Sedangkan komplikasi persalinan berpengaruh terhadap kematian ibu dengan OR sebesar 9,94 (Aeni, 2013). Adapun jenis komplikasi sebagai penyebab langsung terjadinya kematian ibu adalah perdarahan 28%, eklampsia 24%, infeksi 11%, dan komplikasi kehamilan lain 15% (Afdhal dkk, 2012). Ibu yang mengalami komplikasi pada kehamilan cenderung mengalami komplikasi pada persalinannya 2,15 kali dibandingkan ibu yang tidak mengalami komplikasi pada kehamilannya (OR=2,15; 95% CI 1,81-2,54) (Armagustini, 2010). Kota Tangerang Selatan (Tangsel) juga masih terjadi kematian ibu dimana pada tahun 2012 terjadi 12 kasus kematian ibu.Sedangkan pada tahun 2013 terjadi peningkatan menjadi 14 kasus. Penyebab kematian ibu di Kota Tangerang Selatan yaitu pre-eklampsia/eklampsia (35,7%), perdarahan (14,3%), dan sebab lain (50%).Di wilayah Kota Tangerang Selatan jumlah kematian ibu paling banyak terdapat di wilayah PuskesmasPamulang pada tahun 2013 di mana terjadi 3 kasus kematian ibu. Pada wilayah tersebut, memiliki jumlah ibu hamil (bumil) yang 3 berisiko tinggi mengalami komplikasi kebidanan sebanyak 651 orang.Sedangkan pada tahun 2014 terjadi peningkatan jumlah ibu hamil yang berisiko tinggi mengalami komplikasi kehamilan sebanyak 710 orang (Dinkes Tangsel, 2014).Komplikasi kehamilan yang paling banyak dialami ibu hamil yang berkunjung ke PuskesmasPamulang yaitu ibu yang mengalami preeklampsia. Preeklampsia dan eklampsia diperkirakan menjadi penyebab kematian ibu 14% tiap tahun dan dihubungkan dengan angka mortalitas dan morbiditas neonatal serta angaka maternal yang tinggi (Rinawati, 2010).Di beberapa negara maju seperti di Australia dan Inggris, preeklampsia merupakan penyebab utama kematian maternal. Angka kejadian preeklampsia di Australia sebesar 10-25%, di Inggris sebesar 100 per 1 juta kehamilan (Sumarni, 2014). Di Amerika Serikat preeklampsia juga menjadi penyebab 15% kelahiran prematur dan 17,6% kematian maternal (Rinawati, 2010). Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, penyebab langsung AKI di Indonesia antara lain: perdarahan 42%, eklampsia/preeklampsia 13%, abortus 11%, infeksi 10%, partus lama/persalinan macet 9%, dan penyebab lain 15 % (SDKI, 2012). Menurut Djannah (2010),kejadian preeklampsia pada negara berkembang berkisar antara 0,3 persen sampai 0,7 persen, sedangkan pada negara maju angka preeklampsia lebih kecil yaitu berkisar antara 0,05 persen sampai 0,1 persen. Di Indonesia preeklampsia berat dan eklampsia merupakan penyebab kematian ibu 1,5 persen sampai 25 persen, sedangkan kematian bayi antara 45 persen sampai 50 persen (Djannah, 2010). 4 Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan di RSUP Dr.M. Djamil Padang tahun 2013 pada ibu bersalin, didapatkan ibu yang mengalami preeklampsia 83,3% terjadi pada usia berisiko (usia <20 tahun dan >35 tahun), 46,4% terjadi pada paritas berisiko (paritas 1 dan >2), 75% pada kehamilan kembar, 57,1% terjadi pada ibu yang memiliki penyakit obesitas dan 66,7% pada ibu yang memiliki riwayat diabetes (Hanum, 2013). Sedangkan pada penelitian Djannah (2010), faktor terjadinya preeklampsia yaitu sebagian besar dari kelompok 20-30 tahun sebesar 64,4%, ibu yang memiliki paritas primigravida sebesar 69,5%, dan pada ibu yang memiliki kehamilan <4 sebesar 76,3%. Sampai saai ini di Puskesmas Pamulang belum pernah dilakukan penelitian mengenai penyebab preeklampsia kehamilan.Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian preeklampsiakehamilan di wilayah kerja PuskesmasPamulangKota Tangerang Selatan tahun 2014-2015. B. Rumusan Masalah Angka kematian ibu di Indonesia pada 2012 yaitu 359 per 100.000 KH dan masih jauh daritarget MDGs pada tahun 2015 yaitu AKI sampai pada 102 per 100.000 KH. Wilayah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) juga masih memberikan sumbangan kematian ibu dimana pada tahun 2012 terjadi 12 kasus kematian ibu. Sedangkan pada tahun 2013 terjadi peningkatan menjadi 14 kasus. Penyebab kematian ibu di Kota Tangerang Selatan yaitu pre-eklampsia/eklampsia sebesar 35,7%. Di wilayah Kota Tangsel jumlah kematian ibu paling banyak terdapat di wilayah kerja PuskesmasPamulang pada tahun 2013 terjadi 3 kasus kematian ibu. 5 Penyebab kematian langsung kematian ibu salah satunya disebabkan oleh komplikasi kehamilan. Jumlah komplikasi kehamilan paling banyak terjadi di PuskesmasPamulang sebesar 651 orang pada tahun 2013 dan terjadi peningkatan pada tahun 2014 yakni sebesar 710 orang.Jenis komplikasi kehamilan yang paling banyak dialami oleh ibu hamil di wilayah kerja PuskesmasPamulangyaitu preeklampsia.Preeklampsia dapat menjadi penyumbang kematian ibu dan dapat membahayakan janin yang dikandungnya apabila tidak segera ditangani.Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian terkait “faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian preeklampsiakehamilan di wilayah kerja PuskesmasPamulangKota Tangerang Selatan tahun 2014-2015”. C. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimanakah distribusi frekuensi kejadian preeklampsiadi wilayah kerja PuskesmasPamulang tahun 2014-2015? 2. Bagaimanakah hubungan antara status kesehatan (penyakit kronik dan riwayat komplikasi) dengan kejadian preeklampsiadi wilayah kerja PuskesmasPamulang tahun 2014-2015? 3. Bagaimanakah hubungan antara status reproduksi (umur, paritas dan jarak kehamilan) dengan kejadian preeklampsiakehamilan di wilayah kerja PuskesmasPamulang tahun 2014-2015? 4. Bagaimanakah hubungan antara perilaku pemeriksaan antenatal care dengan kejadian preeklampsiakehamilan di wilayah kerja PuskesmasPamulang tahun 2014-2015? 6 5. Bagaimanakah hubungan antara karakteristik ibu hamil (pendidikan dan status pekerjaan ibu) dengan kejadian preeklampsiakehamilan di wilayah kerja PuskesmasPamulang tahun 2014-2015? D. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian preeklampsiakehamilan di wilayah kerja PuskesmasPamulangKota Tangerang Selatan tahun 2014-2015. 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya distribusi frekuensi kejadian preeklampsiakehamilan di wilayah kerja PuskesmasPamulang tahun 2014-2015 b. Diketahuinya hubungan antara status kesehatan (penyakit kronik dan riwayat komplikasi) dengan kejadian preeklampsiakehamilan di wilayah kerja PuskesmasPamulangtahun 2014-2015 c. Diketahuinya hubungan antara status reproduksi (umur, paritas dan jarak kehamilan) dengan kejadian preeklampsiakehamilan di wilayah kerja PuskesmasPamulang tahun 2014-2015 d. Diketahuinya hubungan antara perilaku pemeriksaan antenatal care dengan kejadian preeklampsiakehamilan PuskesmasPamulang tahun 2014-2015 di wilayah kerja 7 e. Diketahuinya hubungan antara karakteristik ibu hamil (pendidikan dan status pekerjaan ibu) dengan kejadian preeklampsia di wilayah kerja PuskesmasPamulang tahun 2014-2015 E. Manfaat penelitian 1. Manfaat bagi peneliti berikutnya Dapat dijadikan sebagai pengetahuan, informasi, dan referensi dalam penelitian selanjutnya terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian preeklampsiakehamilan. 2. Manfaat bagi Instansi a. Hasil penelitian dapat memberikan informasi terkait faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kejadian preeklampsiapada ibu hamil b. Hasil penelitian dapat digunakan instansi untuk evaluasi dan membuat kebijakan dalam menurunkan angka kematian ibu diwilayahnya. 3. Manfaat bagi masyarakat Dapat memberikan informasi terkait faktor-faktor yang dapat berhubungan dengan kejadian preeklampsiapada ibu hamil.sehingga masyarakat khususnya ibu hamil dapat lebih waspadadalam menjaga kehamilan. F. Ruang Lingkup Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja PuskesmasPamulang pada juli sampai november 2015 dengan populasi penelitian yakni semua ibu yang 8 melahirkan pada periode 1 januari 2014 sampai September 2015 sebanyak 843 orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian preeklampsiakehamilan di wilayah kerja PuskesmasPamulangKota Tangerang Selatan tahun 2014-2015. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain penelitian case controldengan pendekatan retrospektif dengan uji analisis statistik menggunakan uji chisquare.Adapun instrumen yang digunakan berupa kuesioner yang mencakup variabel-variabel yang PuskesmasPamulang. diteliti serta telaah dokumen rekam medis BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pre-eklampsia Pre-eklampsia merupakan keadaan yang khas pada kehamilan yang ditandai dengan gejala edema, hipertensi, serta proteinuria yang terjadi setelah usia kehamilan 28 minggu dan belum diketahui penyebabnya. Tetapi ada faktor tertentu sebagai predisposisi yaitu kekhasan pada kehamilan terutama pada primigravida, overdistensi uterus (kehamilan kembar, polihidramnion, abnormalitas janin), penyakit ginjal, hipertensi essensial, diabetes, dan disfungsi plasenta (Armagustini, 2010). Preeklampsia dan eklampsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias: hipertensi, proteinuria dan edema, yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma. Ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya (Puspita, 2013) B. Gejala-gejala Terjadinya peningkatan tekanan sistolik sekurang-kurangnya 30 mm Hg, atau peningkatan tekanan diastolik sekurang-kurangnya 15 mm Hg, atau adanya tekanan sistolik sekurang-kurangnya 140 mmHg, atau tekanan diastolik sekurangkurangnya 90 mm Hg atau lebih atau dengan kenaikan 20 mm Hg atau lebih, ini 9 10 sudah dapat dibuat sebagai diagnosa. Penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat. Tetapi bila diastolik sudah mencapai 100 mmHg atau lebih, ini sebuah indikasi terjadi preeklampsia berat. Berikut ini merupakan tanda-tanda atau gejala preeklampsia: (Rozikhan, 2007) 1. Sakit kepala yang keras karena vasospasmus atau oedema otak. 2. Sakit di ulu hati karena regangan selaput hati oleh haemorrhagia atau edema, atau sakit kerena perubahan pada lambung. 3. Gangguan penglihatan: Penglihatan menjadi kabur malahan kadang-kadang pasien buta. Gangguan ini disebabkan vasospasmus, edema atau ablatio retinae. Perubahan ini dapat dilihat dengan ophtalmoscop. 4. Gangguan pernafasan sampai sianosis 5. Pada keadaan berat akan diikuti gangguan kesadaran C. Macam-macam preeklampsia Preeklampsia ini dibagi dalam preeklampsia ringan dan berat.Preeklampsia ringan masih dapat berobat jalan dengan diet rendah garam dan kontrol setiap minggu.Disamping itu diberikan nasihat bila keluhan makin meningkat disertai gangguan subjektif maka disarankan untuk segera kembali memeriksakan diri.Preeklampsia berat merupakan kelanjutan preeklampsia ringan(Armagustini, 2010). Preeklampsia dibagi menjadi beberapa golongan yaitu: (Indriani, 2012) 1. preeklampsia ringan, bila disetai keadaan sebagai berikut: 11 a. Tekanan darah 140/90mmHg atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih pada usia kehamilan 20 minggu dengan riwayat tekanan darah sebelumnya normal. b. Proteinuria ≥0,3 gr per liter atau kuantitatif 1+ atau 2+ pada urine keteter atau midstream 2. Preeklampsia berat,bila disetai keadaan sebagai berikut: a. tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih b. Proteinuria 5gr per liter atau lebih dalam 24 jam atau kuantitatif 3+ atau 4+ c. Oliguri, yaitu jumlah urine <500 cc per 24 jam d. Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di epigastrium e. Terdapat edema paru dan sianosissi hati f. Pertumbuhan janin terhambat 3. Eklampsia : pada umumnya gejala eclampsia didahului dengan semakin memburuknya preeklampsia. Apabila keadaan ini tidak dikenali dan diobati segera maka akan timbul kejang terutama pada saat persalinan. Eklampsia merupakan keadaan mendadak tanpa terjadinya didahului kejang. Kejang langka yang preeklampsia, biasanya tidak dapat yang terjadi ditandai dengan didahului adanya peningkatan intensitas pre-eklmpsia, gejala majemuk yang bertambah, mata yang berputar-putar, kedutan, dan 2010). pernapasan yang tidak teratur(Retnowati, 12 D. Pencegahan Preeklampsia Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, dapat menemukan tanda-tanda bahaya sedini mungkin, lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat, selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya preeklampsia. Walaupun timbulnya preeklampsia tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi sepenuhnya, namun frekuensi terjadinya masih dapat dikurangi dengan pelaksanaan pengawasan yang baik pada ibu hamil (Indriani, 2012) E. Penanganan Preeklampsia Konsep pengobatannya harus dapat mematahkan mata rantai iskemia regio uteoplasenter sehingga gejala hipertensi dalam kehamilan dapat diturunkan (Manuaba, 2007). Tujuan dasar penatalaksanaan untuk setiap kehamilan dengan penyulit preeklampsia adalah (Cunningham, 2006) : a. Terminasi kehamilan dengan trauma sekecil mungkin bagi ibu dan janinnya b. Lahirnya bayi yang kemudian dapat berkembang c. Pemulihan sempurna kesehatan ibu Berikut merupakan penanganan preeklampsia sesuai dengan jenis preeklampsianya: 1. Preeklampsia ringan Penderita preeklampsia ringan biasanya tidak dirawat dan harus lebih sering melakukan pemeriksaan antenatal dengan memantau tekanan darah, 13 urine (untuk proteinuria), dan kondisi janin.Selain itu Pasien diminta untuk istirahat, dan juga konseling pasien dengan keluarganya tentang tanda-tanda bahaya.Obat anti hipertensi dan diuretik belum direkomendasikan untuk digunakan pada penderita preeklampsia ringan kecuali jika terdapat edema paru, dekompensatio kordis atau gagal ginjal akut (Artikasari, 2009). 2. Preeklampsia berat Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalinan harus berlangsungdalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada eklampsia. Semua kasus preeklampsia berat harus ditangani secara aktif (Artikasari, 2009).Pengelolaan preeklampsia berat mencakup pencegahan kejang, pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan supportif terhadap penyulit organ yang terlibat dan saat yang tepat untuk persalinan.Pengelolaan cairan pada preeklampsia bertujuan untuk mencegah terjadinya edema paru dan oliguria.Diuretikum diberikan jika terjadi edema paru dan payah jantung.Pemberian obat antikejang pada preeklampsia bertujuan untuk mencegah terjadinya kejang (eklampsia).Obat yang digunakan sebagai antikejang antara lain diazepam, fenitoin, dan magnesium sulfat (MgSO4) (Rini, 2010).MgSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan eklampsia (sebagai tatalaksana kejang) dan preeklampsia berat (sebagai pencegahan kejang) (Kemenkes RI, 2013). 14 F. Karakteristik penyebab preeklampsia 1. Umur Kehamilan bagi wanita dengan umur muda maupun umur tua merupakan suatu keadaan yang dapat menimbulkan risiko komplikasi dan kematian ibu.Pada Umur 20-35 tahun adalah periode yang aman untuk melahirkan dengan risiko kesakitan dan kematian ibu yang paling rendah.Penelitian yang dilakukan oleh Langelo, dkk (2013), menunjukan bahwa wanita umur<20 tahun dan >35 tahun memiliki risiko 3,37 kali dibandingkan wanita umur 2035 tahun.Selain itu, hasil penelitian Asrianti (2009)menyimpulkan bahwa umur ibu hamil <20 tahun dan >35 tahun berisiko 3,144 kali mengalami preeklampsia, penelitian Salim (2005) juga menyebutkan usia ibu hamil < 20 tahun atau ≥ 35 tahun berisiko 3,615 kali lebih besar untuk mengalami preeklampsia, serta hasil penelitian Ferida (2007) menyimpulkan, ibu hamil dengan usia yang sama berisiko 3,659 kali lebih besar untuk mengalami preeklampsia. Pada umur kurang dari 20 tahun, rahim dan panggul seringkali belum tumbuh mencapai ukuran dewasa.Akibatnya ibu hamil pada umur itu berisiko mengalami penyulit pada kehamilannya dikarenakan belum matangnya alat reproduksinya.Keadaan tersebut diperparah jika ada tekanan (stress) psikologi saat kehamilan (Sukaesih, 2012). Pada umur 35 tahun atau lebih, kesehatan ibu sudah menurun akibatnya ibu hamil pada usia itu mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mempunyai anak cacat, persalinan lama dan perdarahan. Disamping 15 itu, pada wanita usia>35 tahun sering terjadi kekakuan pada bibir rahim sehingga menimbulkan perdarahan hebat yang bila tidak segera diatasi dapat menyebabkan kematian ibu (Armagustini, 2010). Royston & Armstrong (1994), menyatakan bahwa wanita usia remaja yang hamil untuk pertama kali dan wanita yang hamil pada usia >35 tahun akan mempunyai risiko yang sangat tinggi untuk mengalami preeklampsia (Indriani, 2012) 2. Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Seseorang yang memiliki pendidikan tinggi maka akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.Oleh karena itu, Pendidikan sangat erat hubungannya dengan pengetahuan seseorang.Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akan menentukan sikap dan perilaku seseorang. (Sulistiyani, 2013). Hasil penelitian Supriandono (2001) menyebutkan menyebutkan bahwa 93,9% penderita preeklampsia berpendidikan kurang dari 12 tahun. Menurut hasil penelitian Nuryani, dkk (2012) menunjukan bahwa ibu yang mengalami preeklampsia 63,1% memiliki pendidikan kurang dan ibu 16 yang memiliki pendidikan rendah 2,190 akan mengalami kejadiaan preeklampsia dari pada ibu yang memiliki pendidikan tinggi.Pendidikan seseorang berhubungan dengan kesempatan dalam menyerap informasi mengenai pencegahan dan faktor-faktor pendidikan ini akan dipengaruhi oleh risiko preeklampsia. Tetapi seberapa besar motivasi, atau dukungan lingkungan seseorang untuk menerapkan pencegahan dan faktor risiko preeklampsia/eklampsia (Djannah, 2010) 3. Paritas Persalinan yang berulang-ulang akan mempunyai banyak risiko terhadap kehamilan, telah terbukti bahwa persalinan kedua dan ketiga adalah persalinan yang paling aman. Pada The New England Journal of Medicine tercatat bahwa pada kehamilan pertama risiko terjadi preeklampsia 3,9% , kehamilan kedua 1,7%, dan kehamilan ketiga 1,8%. Paritas yang berisiko mengalami komplikasi yaitu apabila tidak hamil selama 8 tahun atau lebih sejak kehamilan terakhir, mengalami kehamilan dengan durasi sedikitnya 20 minggu sebanyak 5 kali atau lebih, dan kehamilan terjadi dalam waktu 3 bulan dari persalinan terakhir (Lockhart, 2014). Paritas 2 sampai 3 merupakan paritas yang paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal.Paritas 1 dan paritas tinggi >3 mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi, semakin tinggi paritas semakin tinggi kematian maternal. Hal tersebut dikarenakan pada setiap kehamilan terjadi peregangan rahim, jika kehamilan berlangsung terus menerus maka rahim 17 akan semakin melemah sehingga dikhawatirkan akan terjadi gangguan pada saat kehamilan, persalinan, dan nifas (Sukaesih, 2012). 4. Status pekerjaan ibu Faktorpekerjaanibu dapat mempengaruhi terjadinya resiko preeklampsia/eklampsia.Wanita yang bekerja diluar rumah memiliki risiko lebih tinggi mengalami preeklampsia dibandingkan dengan ibu rumah tangga.Pekerjaan dikaitkan dengan adanya aktifitas fisik dan stress yang merupakan faktor resiko terjadinya preeklampsia (Indriani, 2012). Pekerjaan dikaitkan dengan adanya aktifitas fisik dan stress yang merupakan faktor resiko terjadinya preeklampsia. Akan tetapi, pada kelompok ibu yang tidak bekerja dengan tingkat pendapatan yang rendah akan menyebabkan frekuensi ANC berkurang di samping dengan pendapatan yang rendah menyebabkan kualitas gizi juga rendah. Kecuali itu pada kelompok buruh/tani biasanya juga dari kalangan pendidikan rendah kurang sehingga pengetahuan untuk ANC maupun gizi juga berkurang.Sosial ekonomi rendah menyebabkan kemampuan daya beli berkurang sehingga asupan gizi juga berkurang terutama protein.Akibatnya kejadian atau masalahmasalah dalam kehamilan seperti preeklampsia, molahidatidosa, partus prematurus, keguguran dan lain-lain (Djannah, 2010). 5. Jarak kehamilan dengan persalinan sebelumnya Selama kehamilan sumber biologis dalam tubuh ibu secara sistematis terpakai dan untuk kehamilan berikutnya dibutuhkan waktu 2-4 tahun agar kondisi tubuh ibu kembali seperti kondisi sebelumnya. Apabila terjadi 18 kehamilan sebelum 2 tahun, kesehatan ibu akan mundur secara progresif. Jarak yang aman bagi wanita untuk melahirkan kembali paling sedikit 2 tahun.Hal ini agar wanita dapat pulih setelah masa kehamilan dan laktasi.Ibu yang hamil lagi sebelum 2 tahun sejak kelahiran anak terakhir seringkali mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan. Hasi penelitian Rozikhan (2007), menunjukan bahwa ibu dengan jarak kehamilan yang dekat atau kurang dari 24 bulan mempunyai risiko terjadi preeklampsia berat yaitu 0,92 kali dibandingkan dengan seorang ibu dengan jarak kehamilan 24 bulan atau lebih. Wanita dengan jarak kelahiran <2 tahun juga mempunyai risiko dua kali lebih besar mengalami kematian dibandingkan jarak kelahiran yang lebih lama (Armagustini, 2010). 6. Antenatal care Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama kehamilannya dan dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan Antenatal yang diberikan sesuai dengan Standar Asuhan Kebidanan sangat mempengaruhi kondisi ibu dan janin, baik pada saat kehamilan, persalinan, maupun masa nifas (0-42 hari) dan neonatus (0-28 hari).Faktor resiko juga dapat terdeteksi sehingga penanganan dan rujukan dapat dilakukan sedini mungkin (Pritasari dkk, 2012). 19 c. Kunjungan Antenatal care Upaya kesehatan ibu hamil diwujudkan dalam pemberian antenatal care (ANC) atau perawatan antenatal (PAN) sekurangkurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi waktu sebagai berikut (Lockhart, 2014): 1) Trimester I (usia kehamilan 0-12 minggu): 1 kali 2) Trimester II (Usia kehamilan 12-24 minggu): 1 kali 3) Trimester III (Usia kehamilan 24-36 minggu): 2 kali Pelayanan antenatal yang berkualitas (sesuai standar) dapat mendeteksi gejala dan tanda yang berkembang selama kehamilan. Jika ibu tidak memeriksakan diri hingga paruh kedua masa kehamilan, diagnosis hiptertensi kronis akansulit dibuat karena tekanan darah biasanya menurun selama trimester kedua dan ketiga pada wanita dengan hipertensi. Kunjungan antenatal kurang dari 4 kali dengan demikian akan meningkatkan risiko menderita pereklampsia/eklampsia (Djannah, 2010). Pada hasil penelitian Langelo, dkk (2013) ibu yang melakukan pemeriksaan ANC kurang dari 4 kali berisiko 2,72 untuk mengalami preeklampsia, sedangkan pada hasil penelitian yang dilakukan Rozanna (2009) menunjukkan bahwa ibu yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan kejadian yang tidak teratur merupakan faktor risiko terhadap preeklampsia dengan nilai OR 2.66.Rostika (2012), menunjukan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara Antenatal 20 care dengan kejadiaan preeklampsia di RSUD Dr. R. Soedarsono Kota Pesuruan Jawa Timur Tahun 2012 dengan p value 0,004 dan ibu yang memiliki riwayat antenatal care tidak lengkap lebih berisiko mengalami kejadian preeklampsia 5,7 kali dibandingkan dengan ibu yang memiliki riwayat Antenatal care lengkap. d. Pelayanan Standar Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil. Setiap kehamilan dalam perkembangannya mempunyai risiko mengalami penyulit atau komplikasi, oleh karena itu pelayanan antenatal harus dilakukan secara rutin, terpadu, dan sesuai standar pelayanan antenatal yang berkualitas. Pelayanan antenatal terpadu dan berkualitas meliputi hal-hal sebagai berikut: 1) Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan, termasuk gizi, agar kehamilan berlangsung sehat 2) Melakukan deteksi dini masalah, penyakit, dan penyulit/komplikasi kehamilan 3) Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman 4) Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi penyulit/komplikasi 5) Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila diperlukan 21 6) Melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi penyulit/komplikasi. (Pritasari dkk, 2012) Sesuai dengan kebijakan Kementerian Kesehatan, pelayanan antenatal pada ibu hamil diupayakan agar memenuhi standar kualitas “7T”, yaitu: 1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan 2) Pengukuran tekanan darah 3) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri) 4) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai status imunisasi 5) Pemberian tablet tambah darah (tablet Fe) minimal 90 tablet selama kehamilan 6) Pelaksanan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling, termasuk keluarga berencana) 7) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb) dan pemeriksaan golongan darah (jika belum pernah dilakukan sebelumnya) (Lockhart, 2014). 7. Riwayat komplikasi Ibu yang pernah mengalami komplikasi pada waktu kehamilan, persalinan dan nifas sebelumnya akan menghadapi risiko tinggi pada kehamilan dan persalinan berikutnya. Menurut Djaja dan Suwandono (2006), ibu yang mengalami komplikasi pada kehamilan terdahulu berisiko 22 14 kali mengalami komplikasi pada kehamilan berikutnya dibandingkan ibu yang tidak mengalami komplikasi pada kehamilan dahulu.Selain itu, ibu yang mengalami komplikasi pada persalinan terdahulu berisiko 9 kali mengalami komplikasi pada persalinan berikutnya dibandingkan ibu yang tidak mengalami komplikasi pada persalinan terdahulu (Armagustini, 2010). Sedangkan menurut penelitian Diana, dkk (2014), diketahui bahwa ibu yang mempunyai riwayat komplikasi obstetric berisiko untuk mengalami komplikasi obstetri ibu 5,41 kali lebih besar daripada ibu yang tidak mempunyai riwayat komplikasi obstetri sebelumnya. Riwayat obstetric mencakup konsepsi sebelumnya, ada tidaknya infertilitas dan hasil akhir yang tidak normal termasuk keguguran, kehamilan diluar kandungan/kehamilan ektopik terganggu (KET), kematian janin berulang, dan riwayat reproduksi anggota keluarga.Masalah konsepsi pada kehamilan sebelumnya merupakan penentu terkuat hilangnya janin pada kehamilan berikutnya (sukaesih, 2012).Peningkatan resiko preeklampsia/eklampsia dapat terjadi pada ibu yang memiliki riwayat hipertensi kronik, diabetes dan adanya riwayat preeklampsia/eklampsia sebelumnya. 8. Penyakit kronik Riwayat penyakit kronis seperti hipertensi dandiabetes mellitusdapat menyebabkan kesehatan dan pertumbuhan janin terganggu dan dapat terjadi penyulit selama kehamilan. Apabila ibu hamil memiliki hipertensi maka resiko terjadinya lahir mati, retardasi pertumbuhan janin, dan pre eklampsi 23 akan menjadi lebih besar. Sedangkan ibu yang memiliki penyakit diabetes mellitus (DM) akan meningkatkan mortalitas perinatal sebesar 3-5% .sedangkan kejadian anomali kongenital berisiko lebih tinggi 6-12% dibandingkan dengan ibu hamil tanpa DM 2-3 % (Sukaesih, 2012). G. Kerangka Teori Menurut McCarthy dan Maine (1992), mengemukakan peran determinan kematian ibu sebagai keadaan atau hal-hal yang melatarbelakangi dan menjadi penyebab langsung serta tidak langsung dari kematian ibu.Penyebab langsung kematian ibu adalah kejadian kehamilan dan komplikasi kehamilan dan persalinan antara lain perdarahan, infeksi, preeklampsia/eklampsia, persalinan macet, abortus dan ruptur uteri.Penyebab antara adalah status kesehatan, status reproduksi, perilaku sehat, akses terhadap pelayanan kesehatan, dan faktor-faktor lain yang tidak terduga.Sedangkan penyebabmendasar/kontekstual adalah status wanita dalam keluarga dan masyarakat, status keluarga dalam masyarakat, dan status masyarakat.Penyebab kontekstual berkaitan dengan tiga terlambat (3T) yaitu terlambat dalam pengambilan keputusan untuk merujuk, terlambat dalam mencapai fasilitas kesehatan, dan terlambat dalam memperoleh pertolongan di fasilitas kesehatan (Armagustini, 2010). Akses terhadap pelayanan kesehatan yang merupakan penyebab antara dapat dipengaruhi oleh keterjangkauan lokasi tempat pelayanan, jenis dan kualitas pelayanan yang tersedia, dan keterjangkauan informasi.Tempat pelayanan yang sulit dicapai, jenis dan kualitas pelayanan yang kurang memadai, serta informasi 24 yang kurang menyebabkan rendahnya akses ibu hamil terhadap pelayanan kesehatan yang tersedia (Armagustini, 2010). .Determinan kematian ibu tersebut dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu determinan proksi/dekat (proximate determinants), determinan antara (intermediate determinants), dan determinan kontekstual (contextual determinants): (Depkes, 2007) 1. Determinan Proksi a) Kejadian Kehamilan Perempuan yang hamil memiliki risiko untuk mengalami komplikasi sedangkan perempuan yang tidak hamil tidak memiliki risiko tersebut.Dengan demikian program Keluarga Berencana (KB) dapat secara tidak langsung mengurangi risiko kematian ibu. Efek KB terhadap penurunan AKI berkaitan dengan total fertility rate (TFR). Bila TFR tinggi maka penurunan kematian ibu akan sangat dipengaruhi oleh keikutsertaan KB. Sebaliknya bila TFR cukup rendah maka pelayanan KB tidak lagi berpengaruh terhadap penurunan AKI. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa angka total kesuburan (Total Fertility Rate/TFR)ternyata tidak selalu memberikan dampak yang berarti pada penurunan AKI karena kematian ibu berkaitan pula dengan faktor-faktor lain seperti kualitas pelayanan kesehatan. b) Komplikasi Kehamilan dan persalinan Komplikasi obstetri ini merupakan penyebab langsung kematian ibu, yaitu perdarahan, infeksi, preeklampsia/eklampsia, partus lama, abortus, dan ruptura 25 uteri (robekan rahim). Intervensi yang ditujukan untuk mengatasi komplikasi obstetri tersebut merupakan intervensi jangka pendek, yang hasilnya akan dapat segera terlihat dalam bentuk penurunan AKI. Namun intervensi ini tidak akan menyelesaikan masalah kematian ibu secara tuntas dan berkesinambungan. Oleh sebab itu upaya penurunan AKI dalam jangka panjang harus memperhatikan dan dilengkapi dengan intervensi terhadap determinan antara dan kontekstual. 2. Determinan Antara a) Status kesehatan Faktor-faktor status kesehatan ibu antara lain status gizi, penyakit infeksi atau parasit, penyakit menahun seperti tuberkulosis, penyakit jantung, ginjal, dan riwayat komplikasi obstetri.Status kesehatan ibu sebelum maupun pada saat kehamilan berpengaruh besar terhadap kemampuan ibu dalam menghadapi komplikasi. b) Status reproduksi Faktor-faktor status reproduksi antara lainusia ibu hamil (usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun merupakan usia berisiko untuk hamil dan melahirkan), jumlah kelahiran (semakin banyak jumlah kelahiran yang dialami oleh seorang ibu maka semakin tinggi risikonya untuk mengalami komplikasi), status perkawinan (wanita dengan status tidak menikah cenderung kurang memperhatikan kesehatan diri dan janinnya selama kehamilan dengan tidak melakukan pemeriksaan kehamilan yang menyebabkan tidak terdeteksinya kelainan yang dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi). c) Akses terhadap pelayanan kesehatan 26 Hal ini meliputi aspek ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan.Ketersediaan pelayanan kesehatan adalah tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan dengan jumlah dan kualitas yang memadai.Keterjangkauan pelayanan kesehatan mencakup jarak, waktu dan biaya.Tempat pelayanan yang lokasinya tidak strategis atau sulit dicapai oleh para ibu menyebabkan berkurangnya akses ibu hamil terhadap pelayanan kesehatan.Penggunaan pelayanan kesehatan yang tersedia tergantung keterjangkauan masyarakat terhadap informasi. d) Perilaku sehat Hal ini antara lain meliputi penggunaan alat kontrasepsi (ibu ber-KB akan lebih jarang melahirkan dibandingkan dengan ibu yang tidak ber-KB), pemeriksaan kehamilan (ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur akan terdeteksi masalah kesehatan dan komplikasinya), penolong persalinan (ibu yang ditolong oleh dukun berisiko lebih besar untuk mengalami kematian dibandingkan ibu yang melahirkan dibantu oleh tenaga kesehatan), perilaku menggugurkan kandungan (ibu yang berusaha menggugurkan kandungannya berisiko lebih besar untuk mengalami komplikasi). e) Faktor-faktor lain yang tidak diketahui atau tidak diduga Disamping hal-hal diatas terdapat keadaan yang mungkin terjadi secara tibatiba dan tak terduga yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi selama hamil ataumelahirkan.Beberapa keadaan tersebut terjadi pada saat melahirkan, misalnya kontraksi uterus yang tidak adekuat, ketuban pecah dini, dan persalinan kasep. 27 3. Determinan Kontekstual a) Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat Faktor-faktor yang menentukan status perempuan antara lain tingkat pendidikan (perempuan yang berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya), pekerjaan (ibu yang bekerja di sektor formal memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi, termasuk kesehatan), keberdayaan perempuan yang memungkinkan perempuan lebih aktif dalam menentukan sikap dan lebih mandiri dalam memutuskan hal yang terbaik bagi dirinya (termasuk kesehatan dan kehamilannya). Semua variabel tersebutdapat menjadi faktor yang berpengaruh dalam mencegah kematian ibu. b) Status keluarga dalam masyarakat Variabel ini lebih menekankan pada keluarga perempuan, antara lain penghasilan keluarga, kekayaan keluarga, tingkat pendidikan dan status pekerjaan anggota keluarga juga dapat berpengaruh terhadap risiko mengalami kematian ibu. c) Status masyarakat Variabel ini meliputi antara lain tingkat kesejahteraan, ketersediaan sumberdaya (misalnya jumlah tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia), serta ketersediaan dan kemudahan transportasi. 28 Berikut ini merupakan kerangka teori dalam dari McCarthy dan Maine (1992). Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian dan kesakitan ibu berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan komplikasinya dapat digambarkan sebagai berikut: Bagan 2.1 Kerangka Teori Mc Charty dan Maine Determinan Kontekstual Status Wanita dalam Keluarga dan Masyarakat Pendidikan, Pekerjaan, Penghasilan, Keberdayaan Wanita Determinan Antara Determinan Proksi Status Kesehatan Gizi, Infeksi, Penyakit Kronik, Riwayat Komplikasi Kehamilan Status Reproduksi Umur, Paritas, Status Perkawinan Status Keluarga dalam Masyarakat Akses ke Pelayanan Kesehatan Penghasilan, Kepemilikan, Pendidikan dan Pekerjaan Anggota Rumah Tangga Lokasi Pelayanan Kesehatan (KB, Pelayanan Antenatal, Puskesmas, POED), Jangkauan Pelayanan, Kualitas Pelayanan, Akses Informasi tentang Pelayanan Kesehatan Komplikasi Perdarahan Infeksi Preeklampsi/Ek lampsia Partus Macet Status Masyarakat Perilaku Sehat Kesejahteraan, Sumber daya (dokter, klinik) Penggunaan KB, Pemeriksaan Antenatal, Penolong Persalinan Faktor Tak Diketahui / Tak Terduga Sumber: Mc Carthy dan Maine (1992) Kematian / Ruptura Uterus Kecacatan BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep pada penelitian ini mengacu pada kerangka teori Mc Carthy dan Maine (1992). Hal ini dilakukan untuk mengetahui kedua hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.Variabel-variabel tersebut dipilih sesuai dengan teori determinan kematian ibu dan yang dapat berhubungan dengan preeklampsia.Pada kelompok determinan kontekstual, variabel yang diambil adalah status wanita dalam keluarga dan masyarakat berupa pendidikan dan pekerjaan Sedangkan pada determinan antara, variabel yang diambil adalah status kesehatan (penyakit kronik, riwayat komplikasi), status reproduksi (umur, paritas, jarak kehamilan), dan perilaku pemeriksaan ANC. Berikut ini penjelasan pentingnya variabel tersebut diteliti: 1. Status reproduksi : Umur penting untuk diteliti, karena ketika seorang wanita berada pada umur <20 tahun dan >35 tahun maka risiko kesehatan yang dialami akan meningkat, sehingga berbahaya jika terjadi kehamilan. Paritas juga penting untuk diteliti karena persalinan yang berulang-ulang akan memiliki banyak resiko terhadap kehamilannya. Jarak 29 30 kehamilan terakhir ibu apabila kurang dari 2 tahun dapat mengalami preeklampsia atau komplikasi kehamilan lainnya dikarenakan kondisi tubuh ibu belum pulih setelah masa kehamilan dan laktasi. 2. Status kesehatan: penyakit kronik dan riwayat komplikasi kehamilan juga penting diteliti dikarenakan ibu yang mengalami komplikasi pada waktu kehamilan akan menghadapi resiko tinggi pada kehamilan dan persalinan selanjutnya dan penyakit kronik seperti diabetes mellitus dapat menyebabkan terganggunya kesehatan dan pertumbuhan janin dan dapat terjadi penyulit saat kehamilan. 3. Perilaku pemeriksaan antenatal care penting untuk diteliti karena ibu yang melakukan kunjungan antenatal kurang dari 4 kali dengan demikian akan meningkatkan risiko menderita pereklampsia/eclampsia. Hal tersebut dikarenakan tidak terdeteksinya faktor risiko preeklampsia dan apabila tidak diberikan penanganan secara tepat oleh tenaga kesehatan dapat menyebabkan eclampsia atau kematian ibu. 4. Karakteristik ibu: Tingkat pendidikan juga penting untuk diteliti karena tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam menerima informasi yang diberikan, salah satunya informasi mengenaikomplikasi kehamilan seperti kejadiaan preeklampsia. Hal ini dapat mempengaruhi pengambilan keputusan bila terjadi preeklampsia kehamilan. Selain itu, status pekerjaan ibu juga penting untuk diteliti karenapekerjaan dikaitkan dengan adanya aktifitas fisik dan stress yang merupakan faktor risiko terjadinya preeklampsia. 31 Berdasarkan kerangka teori yang ada, terdapat variabel yang tidak diteliti yaitu akses pelayanan kesehatan dan status masyarakat. Variabel ini tidak diteliti bagi akses pelayanan kesehatan dikarenakan penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas dan mengambil data rekam medis Puskesmas sehingga ibu yang menjadi responden penelitian sudah dapat menjangkau pelayanan kesehatan sedangkan pada status masyarakat, wilayah Pamulang yang paling dekat dengan pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, klinik, RSUD Tangsel, dan Rumah sakit serta tersedianya tenaga kesehatan seperti dokter, bidan, dan sebagainya. Bagan 3.1 Kerangka konsep Penelitian Status Kesehatan Penyakit kronik, riwayat komplikasi Status Reproduksi Umur, paritas, jarak kehamilan Preeklampsia Perilaku Pemeriksaan antenatal care Karakteristik Ibu Hamil Pendidikan, status pekerjaan ibu 32 a. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian No Variabel 1 Preeklampsia 2 Penyakit kronik 3 Riwayat komplikasi Pengertian Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Ibu hamil yang memiliki Tekanan darah ≥140/90mmHg dandisertai proteinuria (di atas positif 1) dan atau edema menyeluruhyang didiagnosis oleh tenaga kesehatan. Responden yang memiliki salah satu atau beberapa penyakit kronik seperti hipertensi, diabetes mellitusyang di telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan Responden yang pernah mengalami kompikasi kehamilan pada kehamilan sebelumnya Telaah Dokumen Rekam Medis 0. Preeklampsia PuskesmasPa 1. Tidak preeklampsia mulang Ordinal Wawancara Kuesioner 0. Ya 1. Tidak Ordinal Wawancara Kuesioner 0. Ya 1. Tidak Ordinal 0. Tidak berisko (umur ibu 20-35 tahun) 1. Berisiko (umur ibu <20 tahun dan >35 tahun (Puspitasari, 2009) 0. Sedikit (≤2) 1. Banyak (>2) (Priani, 2012) Ordinal 4 Umur Ibu Hamil Umur terakhir ibu pada saat kehamilan yang dinyatakan dalam tahun Telaah Dokumen Rekam Medis PuskesmasPa mulang 5 Paritas Jumlah kelahiran yang pernah dialami responden Wawancara Kuesioner Ordinal 33 6 Jarak kehamilan Rentang waktu antara kehamilan terakhir dengan kehamilan sebelumnya Wawancara Kuesioner 0. Dekat (<24 bulan) 1. Jauh (≥24 bulan) (Armagustini, 2010) Ordinal 7 Perilaku Pemeriksaan Antenatal care Wawancara Kuesioner 0. Tidak lengkap (<4 kali) 1. Lengkap (≥4 kali) (Sarminah, 2012) Ordinal 8 Pendidikan Ibu Hamil Suatu tindakan ibu hamil ke pelayanan kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya, sesuai standar yang telah di tetapkan yaitu minimal frekuensi 4 kali, minimal 1 kali pada triwulan pertama, minimal 1 kali pada triwulan kedua, dan 2 kali pada triwulan ketiga. Jenjang pendidikan terakhir ibu yang pernah diperoleh oleh ibu Wawancara Kuesioner 0. Rendah : ≤SMP 1. Tinggi: >SMP (sukaesih, 2012) Ordinal 9 Status Pekerjaan ibu kegiatan yang dilakukan selain Wawancara sebagai ibu rumah tangga dalam kurun waktu kehamilan Kuesioner 1. Bekerja 2. Tidak bekerja Ordinal 34 b. Uji Hipotesis 1. Adanya hubungan antara status kesehatan (penyakit kronik dan riwayat komplikasi) dengan kejadian preeklampsia 2. Adanya hubungan antara status reproduksi (umur, paritas dan jarak kehamilan) dengan kejadian preeklampsia 3. Adanya hubungan antara perilaku pemeriksaan antenatal care dengan kejadian preeklampsia 4. Adanya hubungan antara karakteristik ibu hamil (pendidikan dan status pekerjaan ibu) dengankejadian preeklampsia. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi Case control dengan pendekatan retrospektif. Desain studi case controldalam penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen seperti status kesehatan (penyakit kronik, dan riwayat kehamilan), status reproduksi (umur, paritas dan jarak kehamilan), perilaku pemeriksaan antenatal care, dan karakteristik ibu hamil (pendidikan dan status pekerjaan ibu)dengan variabel dependen yaitu kejadian preeklampsia kehamilan. c. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian iniakan dilakukan pada bulan juli hingga november 2015. Pengambilan data dilakukan diwilayah kerja PuskesmasPamulangKota Tangerang Selatan dan pengambilan data sekunder PuskesmasPamulang Kota Tangerang Selatan. Hal tersebut dikarenakan terjadinya peningkatan komplikasi kebidanan pada tahun 2014 sebanyak 710 orang, dengan kejadian preeklampsia kehamilan yang paling besar sebanyak 54 ibu hamil. 35 36 d. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan pada periode 1 jamuari 2014 sampai September 2015 yang berada di wilayah kerja PuskesmasPamulangKotaTangerang Selatan yang berjumlah843 orang. Dengan kelompok kasus yaitu ibu yang mengalami kejadian preeklampsia selama kehamilannya dan kelompok kontrol yaitu ibu yang tidak mengalami kejadian preeklampsia selama kehamilan.Berikut ini merupakan kriteria inklusi dan eksklusi pada masing-masing kelompok kasus dan kelompok kontrol.Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada kelompok kasus adalah sebagai berikut: 1. Kriteria InklusiKasus a. Ibu yang telah melahirkan pada tahun 2014-2015 yang berada di wilayah kerja PuskesmasPamulang atau yang bertempat tinggal di wilayah Pamulang Barat, Pamulang Timur, Pondok Cabe Udik, Pondok Cabe Ilir. b. Ibu yang tercatat di rekam medis pemeriksaan kehamilanPuskesmasPamulangdengan catatan memiliki tekanan darah ≥140/90 mmHg pada tahun 2014 tercatat 54 ibu hamil yang mengalami preeklampsia, sedangkan pada 1 januari 2015 sampai september 2015 tercatat sebesar 43 orang yang mengalami preeklampsia. c. Ibu yang memiliki buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). d. Ibu yang bersedia menjadi responden penelitian ini 37 2. KriteriaEksklusiKasus a. Ibu yang bertempat tinggal di luar wilayah kerja PuskesmasPamulang b. Ibu yang meninggal saat kehamilan atau persalinan yang dilakukan di Puskesmas Pamulang atau Bidan Praktik Swasta (BPS) di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2014-2015 c. Ibu yang tidak memiliki buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Sedangan kriteria inklusi dan eksklusi pada kelompok kontrol adalah sebagai berikut : 3. Kriteria Inklusi Kontrol a. Ibu yang telah melahirkan pada tahun 2014-2015 yang berada di wilayah kerja PuskesmasPamulang atau yang bertempat tinggal di wilayah Pamulang Barat, Pamulang Timur, Pondok Cabe Udik, Pondok Cabe Ilir. b. Ibu yang tercatat di rekam medis pemeriksaan kehamilanPuskesmasPamulangdengan catatan memiliki tekanan darah normal (100/80 sampai <140/90 mmHg) berjumlah 746 orang. c. Ibu yang memiliki buku kesehatan ibu dan anak (KIA). d. Ibu yang bersedia menjadi responden penelititian ini 4. Kriteria Eksklusi a. Ibu yang bertempat tinggal di luar wilayah kerja PuskesmasPamulang. d. Ibu yang meninggal saat kehamilan atau persalinan yang dilakukan di 38 Puskesmas Pamulang atau Bidan Praktik Swasta (BPS) di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2014-2015 b. Ibu yang tidak memiliki buku KIA Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan, maka sampel yang akan dibutuhkan pada penelitian ini adalah: ( n= Keterangan: ) √( ( ( ( ) ) ( ) √ ) ) n : Jumlah sampel Q : 1-P Z : derajat kemaknaan 5% (1,96) P2 : proporsi kontrol Z : kekuatan uji 80% (0,84) Q1 : 1-P1 Q2 : 1-P2 P : rata-rata P1 dan P2 (P1+P2/2) Tabel 4.1 Hasil Penelitian Terdahulu (Langelo dkk, 2013) Faktor yang berhubungan P1 P2 OR n dengan preeklampsia Usia 0,676 0,359 3,73 38 Paritas 0,617 0,321 3,42 44 Berdasarkan penelitian terdahulu didapatkan jumlah Besar sampel untuk kelompok kasus yang diambil pada penelitian ini yaitu 38 orang dan 39 sebagai kelompok kontrolnya sebesar 38 x 2= 76 kontrol. Peneliti memperkirakan adanya partisipan yang tidak mau berpartisipasi dalam penelitian (non respon) sebesar 5% pada masing-masing kelompok kasus dan kontrol, 38 x 5%= 1,9=2 dan 76 x 5%= 3,8=4. Sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan pada : a. Kelompok kasus menjadi 38+2= 40 kasus b. Kelompok kontrol menjadi 76+4= 80 kontrol. Sampel pada kelompok kasus dan kelompok kontrol diperoleh dengan menggunakan teknik simple random sampling. Dari masing- data yang didapat dari pusksmas baik dari kelompok kasus maupun kelompok kontrol dipisahkan datanya yakni kelompok kasus (97 orang) dan kelompok kontrol (746 orang), kemudian melakukan pengundian terhadap kelompok kasus dan kontrol melalui nama ibu yang didapatkan dari frame sampling rekam medis pasien antenatal care di wilayah kerja PuskesmasPamulang tahun 2014-2015 sebanyak sampel yang dibutuhkan dalam penelitian yakni kelompok kasus sebanyak 40 oranr dan kelompok kontrol sebanyak 80 orang. e. Metode Pengumpulan Data 1. Data primer Data primer pada penelitian ini diperoleh langsung dari responden dengan wawancara menggunakan kuesioner untuk variabel status kesehatan (penyakit kronik, dan riwayat kehamilan), status reproduksi (umur, paritas dan jarak 40 kehamilan), perilaku pemeriksaan antenatal care, dan karakteristik ibu hamil (pendidikan dan status pekerjaan ibu). 2. Data sekunder Data sekunder penelitian ini diperoleh dari data profil Dinas kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2013 dan data rekam medisibu hamil di wilayah PuskesmasPamulang tahun 2014-2015. f. Manajemen Data Manajemen data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut 1. Peneliti melakukan pemeriksaan data (dataediting), yakni melakukan pemeriksaan dan klarifikasi terhadap partisipan yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi pada kelompok kasus dan kontrol saat penelitian berlangsung. Pemeriksaan tersebut bertujuan agar partisipan yang masuk dalam penelitian dapat dipastikan telah sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan peneliti, sehingga kemungkinan bias seleksi dan bias informasi sangat kecil. 2. Peneliti melakukan pengkodean (coding), yakni menetapkan kode pada masing-masing variabel untuk memudahkan dalam proses entri data. 3. Peneliti melakukan pemasukkan data (entry data), yakni melakukan entri data pada kuesioner yang telah di coding ke dalam komputer untuk dianalisis secara statistik. Proses pemasukkan data dilakukan dengan bantuan software analisis data (SPSS). 41 4. Peneliti melakukan pembersihan data (datacleaning), yakni peneliti memeriksa kembali kelengkapan data yang sudah di entry kedalam computer. Jika data belum terisi lengkap, maka data tersebut tidak dilanjutkan untuk dianalisis. H. Metode Analisis Data 1. Analisis Data Univariat Analisis ini untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian preeklampsia pada ibu hamil.Selain itu, analisis univariat juga bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel independen pada penelitian ini yakni status kesehatan (penyakit kronik dan riwayat komplikasi), status reproduksi (umur, paritas dan jarak kehamilan), perilaku pemeriksaan antenatal care, dan karakteristik ibu hamil (pendidikan dan status pekerjaan ibu).Hasil analisis univariat telah disajikan dalam bentuk tabel distribusi. 5. Analisis Data Bivariat Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan kejadian preeklampsia pada ibu hamil dengan variabel independen yaitu hamil dengan status kesehatan (penyakit kronik, dan riwayat kehamilan), status reproduksi (umur, paritas dan jarak kehamilan), perilaku pemeriksaan antenatal care, dan karakteristik ibu hamil (pendidikan dan status pekerjaan ibu) yang dilakukan dengan menggunakan uji chi square. Hasil analisis bivariat berupa nilai P value dan 42 nilai Odd Ratio (OR). Jika dalam penelitian ini dihasilkan nilai P value <0,05 maka dapat dinyatakan variabel independen memiliki hubungan yang signifikan dengan variabel dependen. Nilai p Value ditentukan dengan cara: 1. Bila tabel 2×2 dijumpai sell expected (harapan) <5 maka tabel yang digunakan adalah Fisher’s Exact Test 2. Bila tabel 2×2 dijumpai sell expected <5 maka tabel yang digunakan adalah Pearson Chi-Square/Continuity Correction 3. Bila tabel 2×2 atau lebih, misalnya 3×2, 3×3, dsb maka tabel yang digunakan adalah Pearson Chi-Square Nilai OR pada penelitian untuk menentukan besaran paparan (faktor risiko) dengan kejadian preeklampsia.Nilai OR dengan rentang Confident interval (CI) yang tidak mencakup nilai 1,0 maka bisa dinyatakan signifikan pada α 5% atau merupakan faktor risiko penyebab preeklampsia. Namun jika rentang nilai CI mencakup 1,0 maka hasil penelitian dinyatakan tidak signifikan secara statistik pada nilai α 5%. BAB V HASIL A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian UPT (Unit Pelaksana Teknis) PuskesmasPamulang adalah pusat pelayanan kesehatan masyarakat di Kota Tangerang Selatan, yang menyediakan pelayanan rawat jalan dan rawat inap. PuskesmasPamulang mempunyai 4 wilayah kerja atau mencakup 4 Kelurahan, yaitu Kelurahan Pamulang Barat, Kelurahan Pamulang Timur, Kelurahan Pondok Cabe Udik dan Kelurahan Pondok Cabe Ilir. Adapun Jumlah penduduk per Kelurahan adalah sebagai berikut: Tabel 5.1 Wilayah Kerja PuskesmasPamulang No Nama Kelurahan Jumlah Penduduk 1 Pamulang Barat 56.458 2 Pamulang Timur 37.664 3 Pondok Cabe Ilir 23.944 4 Pondok Cabe Udik 36.951 Jumlah 155.017 (Sumber: Data Kecamatan Pamulang Tahun 2014) Selain itu PuskesmasPamulang adalah Puskesmas tertua di Kota Tangerang Selatan. PuskesmasPamulang menempati tanah seluas ± 2400 m2 di Jalan Surya Kencana No. 1, RT 01, RW 22, Kecamatan Pamulang , Kota Tangerang Selatan. PuskesmasPamulang secara administrasi berbatasan dengan Kecamatan Ciputat, Kecamatan Setu dan Kota Depok, hal ini yang menyebabkan banyak 43 44 masyarakat yang bukan cakupan wilayah kerja PuskesmasPamulang berobat ke PuskesmasPamulang, karena secara administrasi lebih dekat ke PuskesmasPamulang dibandingkan dengan Puskesmas yang yang ada di wilayahnya. Jenis pelayanan yang dilakukan di PuskesmasPamulang meliputi:pengobatan umum, pengobatan anak, pengobatan gigi, pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak, pelayanan KB, pelayanan BPJS dan rujukan, konsultan gizi dan ASI eksklusif, klinik TB paru, klinik MTBS dan Poli anak, klinik konsultasi remaja, klinik kansia, laboratorium, treadmill dan fisioterapi. PuskesmasPamulang mempunyai 1 buah ambulans (Pusling) dalam kondisi baik, 7 buah sepeda motor dalam keadaan baik serta 1 buah kendaraan roda tiga. B. Analisis Univariat 1. Distribusi frekuensi kejadian preeklampsia kehamilan di wilayah kerja PuskesmasPamulangKota Tangerang Selatan tahun 2014-2015 Distribusi frekuensi kejadian preeklampsia kehamilan di wilayah Kerja Puskesmas tahun 2014-2015 disajikan pada tabel 5.2 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Kejadian Preeklampsia Kehamilan di Wilayah Kerja PuskesmasPamulangKota Tangerang SelatanTahun 2014-2015 Kategori Kejadian Preeklampsia Preeklampsia Tidak Preeklampsia Jumlah Frekuensi (n) Presentase (%) 40 80 120 33,3 66,7 100,0 45 Berdasarkan table 5.2 di atas, menunjukan distribusi frekuensi jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Kelompok kasus yaitu berjumlah 40 orang ibu yang pada masa kehamilannya mengalami kejadian preeklampsia. Sedangkan sampel pada kelompok kontrol yang terdiri dari ibu yang pada masa kehamilannya tidak mengalami kejadian preeklampsia berjumlah 80 orang (66,7%) dengan perbandingan kasus:kontrol dalam penelitian ini adalah 1:2. 2. Distribusi Karakteristik ibu pada kelompok kasus dan kontrol di wilayah kerja PuskesmasPamulang Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015 Karakteristik ibu dalam penelitian ini terdiri dari usia, pendidikan, pekerjaan, jarak kehamilan, paritas, antenatal care, riwayat komplikasi kehamilan, dan riwayat penyakit kronik. Distribusi karakteristik ibu pada kelompok kasus maupun kontrol di wilayah kerja PuskesmasPamulang tahun 2014-2015 disajikan pada Tabel 5.3. Tabel 5.3 Distribusi Karakteristik Ibu pada Kelompok Kasus dan Kontrol di Wilayah Kerja PuskesmasPamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2014-2015 Kategori Kasus (Preeklampsia) n (%) Usia Ibu Berisiko (usia <20 tahun dan >35 tahun) Tidak berisiko (usia 20-35 tahun) Jumlah Pendidikan Rendah (≤Tamat SMP) Tinggi (>Tamat SMP) Jumlah Pekerjaan 18 (45,0) 22 (55,0) Kontrol (tidak preeklampsia) n (%) 19 (23,8) 61 Total n (%) 37 (30,8) (76,2) 83 (69,2) 40 (100,0) 80 (100,0) 120 (100,0) 21 (52,5) 19 (47,5) 40 (100,0) 19 (47,5) 61 (52,5) 80 (100,0) 40 (33,3) 80 (66,7) 120 (100,0) 46 Kategori n (%) 4 (10,0) 36 (90,0) 40 (100,0) Kontrol (tidak preeklampsia) n (%) 16 (20,0) 64 (80,0) 80 (100,0) n (%) 20 (16,7) 100 (83,3) 120 (100,0) Antenatal Care Lengkap (≥4 Kali) Tidak Lengkap (<4 Kali) Jumlah 30 (75,0) 10 (25,0) 40 (100,0) 51 (63,8) 29 (36,8) 80 (100,0) 81 (67,5%) 39 (32,5%) 120 (100,0) Jumlah Paritas Berisiko (1 &>3) Tidak berisiko (2-3) Jumlah 16 (40,0) 24 (60,0) 40 (100,0) 34 (42,5) 46 (57,5) 80 (100,0) 50 (41,7) 70 (58,3) 120 (100,0) Jarak kehamilan Dekat (<24 bulan) Jauh (≥24 bulan) Jumlah 18 (45,0) 22 (55,0) 40 (100,0) 39 (48,8) 41 (51,2) 80 (100,0) 57 (47,5) 63 (52,5) 120 (100,0) Riwayat komplikasi kehamilan Ya (komplikasi) Tidak (tidak komplikasi) Jumlah 21 (52,5) 19 (47,5) 40 (100,0) 35 (43,8) 45 (56,2) 80 (100,0) 56 (46,7) 64 (53,3) 120 (100,0) 5 (12,5) 35 (87,5) 40 (100,0) 9 (11,2) 71 (88,8) 80 (100,0) 14 (11,7) 106 (88,3) 120 (100,0) 25 (62,5) 15 (37,5) 40 (100,0) 12 (15,0) 68 (85,0) 80 (100,0) 37 (30,8) 83 (69,2) 120 (100,0) Bekerja Tidak bekerja Jumlah Riwayat Penyakit kronik a. Penyakit Diabetes Mellitus Ya Tidak Jumlah b. Penyakit Hipertensi Ya Tidak Jumlah Kasus (Preeklampsia) Total Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa mayoritas kedua kelompok usia ibu saat hamil yaitu memiliki usia yang tidak berisiko yakni 55% pada kelompok kasus dan 76,2% pada kelompok kontrol. Variabel pendidikan ibu, mayoritas kelompok kasus (52,5%) berpendidikan rendah dan kelompok kontrol (76,2%) telah menjalani pendidikan lebih dari 9 tahun. Variabel 47 pekerjaan ibu mayoritas kedua kelompok yakni 90% pada kelompok kasus dan 80% pada kelompok kontrol terjadi pada ibu yang tidak bekerja (ibu rumah tangga). Variabel kunjungan ANC kehamilan, mayoritas ibu hamil melakukan kunjungan lengkap ANC ≥ 4 kali, baik kelompok kasus (75,0%) dan kontrol (63,8%). Pada variabel jumlah paritas sebagian besar pada kedua kelompok yaitu memiliki jumlah paritas yang tidak berisiko (2-3 kali) yakni 60% pada kelompok kasus dan 57,5% pada kelompok kontrol. Pada variabel jarak kehamilan, mayoritas kedua kelompok memiliki jarak kehamilan ≥ 24 bulan atau ≥2 tahun yakni 55% pada kelompok kasus dan 51,2% pada kelompok kontrol. Variabel riwayat komplikasi kehamilan sebagian besar ibu pada kelompok kasus memiliki riwayat komplikasi sebesar 52,5% sedangkan kelompok kontrol yakni 56,2% tidak memiliki riwayat komplikasi. Variabel riwayat penyakit kronik yang dimiliki ibu seperti penyakit diabetes mellitus kedua kelompok sebagian besar tidak memiliki penyakit diabetes mellitus sebesar 87,5% pada kelompok kasus dan 88,8% pada kelompok kontrol. Sedangkan riwayat penyakit hipertensi sebagian besar kelompok kasus 62,5% memiliki penyakit hipertensi dan 85,0% pada kelompok kontrol tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi. 48 C. Analisis Bivariat 1. Distribusi Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelompok Kasus dan Kontrol di Wilayah KerjaPuskesmasPamulangKota Tangerang Selatan Tahun 2014-2015 Distribusi faktor-faktor yang berhubungan dengan kelompok kasus dan kelompok kontrol di wilayah kerja PuskesmasPamulang tahun 2014-2015 disajikan pada tabel 5.4 sebagai berikut: Tabel 5.4 Distribusi Karakteristik Ibu pada Kelompok Kasus dan Kontrol di Wilayah Kerja PuskesmasPamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2014-2015 Kategori Kasus (Preeklampsia) n (%) Usia Ibu Berisiko (usia <20 tahun dan >35 tahun) Tidak berisiko (usia 20-35 tahun) Jumlah 18 (45,0) 22 (55,0) Kontrol (tidak preeklampsia) n (%) 19 (23,8) 61 P value OR 95%CI 0,017 2,627 (1,171-5,894) (76,2) 40 (100,0) 80 (100,0) Pendidikan Rendah (≤Tamat SMP) Tinggi (>Tamat SMP) Jumlah 21 (52,5) 19 (47,5) 40 (100,0) 19 (47,5) 61 (52,5) 80 (100,0) 0,002 3,548 (1,584-7,948) Pekerjaan Bekerja Tidak bekerja Jumlah 4 (10,0) 36 (90,0) 40 (100,0) 16 (20,0) 64 (80,0) 80 (100,0) 0,166 0.444 (0,138-1,1431) 30 (75,0) 10 (25,0) 51 (63,8) 29 (36,8) 0,215 1,706 (0,730-3,985) 40 (100,0) 80 (100,0) 16 (40,0) 34 (42,5) 0,793 0,902 (0.417-1,953) Antenatal Care Lengkap (≥4 Kali) Tidak Lengkap (<4 Kali) Jumlah Jumlah Paritas Berisiko (1 &>3) 49 Kategori Kasus (Preeklampsia) Tidak berisiko (2-3) Jumlah Jarak kehamilan Dekat (<24 bulan) Jauh (≥24 bulan) Jumlah n (%) 24 (60,0) 40 (100,0) Kontrol (tidak preeklampsia) n (%) 46 (57,5) 80 (100,0) 18 (45,0) 22 (55,0) 40 (100,0) 39 (48,8) 41 (51,2) 80 (100,0) 0,698 1,163 (0,543-2,490) 35 (43,8) 45 (56,2) 0,365 1,421 (0,663-3,044) Riwayat komplikasi kehamilan Ya (komplikasi) 21 (52,5) Tidak (tidak 19 (47,5) komplikasi) Jumlah 40 (100,0) Riwayat Penyakit kronik a. Penyakit Diabetes Mellitus Ya Tidak Jumlah b. Penyakit Hipertensi Ya Tidak Jumlah Tabel 5.4 P value OR 95%CI 80 (100,0) 5 (12,5) 35 (87,5) 40 (100,0) 9 (11,2) 71 (88,8) 80 (100,0) 0,841 1,127 (0,351-3,616) 25 (62,5) 15 (37,5) 40 (100,0) 12 (15,0) 68 (85,0) 80 (100,0) 0,000 9,444 (3,891-22,924) menunjukan hubungan antara masing-masing variabel independen dengan variabel dependen.Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian preeklampsia antara lain variabel usia, pendidikan, pekerjaan, jarak kehamilan, paritas, antenatal care, riwayat komplikasi kehamilan, dan riwayat penyakit kronik (Diabetes Mellitus dan Hipertensi). 1) Hubungan antara variabel usia dengan preeklampsia Pada tabel 5.4 menunjukan bahwa baik kelompok kasus maupun kelompok kontrol sebagian besar ibu memiliki usia yang tidak berisiko yaitu usia 20-35 tahun dengan 55% pada kelompok kasus dan 76,2% pada kelompok kontrol. Berdasarkan hasil uji chi square, nilai P pada variabel usia adalah 0,017. Hal 50 ini menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara faktor usia dengan kejadiaan preeklampsia. Nilai OR pada variabel ini sebesar 2,627 sehingga dapat diartikan untuk kelompok usia <20 tahun dan >35 tahun (usia berisiko) berisiko 2,627 kali lebih besar untuk mengalami preeklampsia dibandingkan dengan usia yang tidak berisiko (usia 20-35 tahun). 2) Hubungan antara variabel pendidikan dengan preeklampsia Hasil uji chi square pada variabel pendidikan bernilai P sebesar 0,002. Hal ini menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara faktor pendidikan dengan kejadian preeklampsia.Nilai OR variabel ini yaitu sebesar 3,548 yang menyatakan bahwa pendidikan ibu yang rendah mempunyai risiko 3,548 kali lebih besar mengalami preeklampsia dari pada ibu yang berpendidikan tinggi (≥SMA). 3) Hubungan antara variabel pekerjaan dengan preeklampsia P value untuk satus pekerjaan dalam hasil uji chi square adalah 0,166 menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara status pekerjaan dengan kejadian preeklampsia. Nilai OR untuk status pekerjaan yang diperoleh pada CI 95% yaitu sebesar 0,444 (0,138-1,1431). 4) Hubungan Antenatal Care dengan kejadian Preeklampsia Tidak adanya hubungan yang signifikan antara variabel antenatal caredengan kejadiaan preeklampsia. Hal tersebut dikarenakan variabel antenatal care memiliki nilai P sebesar 0,215, nilai OR pada variabel ini yaitu sebesar 1,706 dengan nilai CI 95% (0,730-3,985). 5) Hubungan antara variabel paritas dengan preeklampsia 51 Berdasarkan tabel 5.4 menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara variabel jumlah paritas dengan kejadiaan preeklampsia dikarenakan nilai P>0,05 yaitu 0,793 dan nilai OR untuk variabel jumlah paritas yang diperoleh pada CI 95% yaitu sebesar 0,902(0,417-1,953). 6) Hubungan antara variabel jarak kehamilan sebelumnya dengan preeklampsia Jarak kehamilan memilki nilai P yang didapat melalui uji statistik adalah 0,698.Nilai tersebut menunjukan tidak ada hubungan signifikan antara jarak kehamilan dengan kejadiaan preeklampsia. Nilai OR yang didapat adalah 1,163 dengan CI 95%(0,543-2,490). 7) Hubungan antara variabel riwayat komplikasi kehamilan dengan preeklampsia Nilai P yang didapat melalui uji chi square adalah 0,365.Sehingga tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel riwayat komplikasi kehamilan dengan kejadian preeklampsia. Nilai OR yang didapat adalah 1,421 (0,6633,044). 8) Hubungan antara variabel riwayat penyakit kronik dengan preeklampsia Riwayat penyakit kronik pada penelitian ini adalah penyakit hipertensi dan diabetes mellitus. Pada penyakit Diabetes mellitus diketahui nilai P adalah 0,841 sehingga penyakit diabetes mellitus tidak ada hubungan yang signifikan dengan kejadiaan preeklampsia dan memiliki nilai OR sebesar 1,127 (0,3513,616). Sedangkan pada riwayat penyakit hipertensi yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit hipertensi dengan kejadiaan preeklampsia dengan nilai P value sebesar 0,000. Nilai OR penyakit hipertensi sebesar 9,444 hal tersebut menunjukan bahwa ibu yang memiliki 52 riwayat penyakit hipertensi akan berisiko 9,444 kali lebih besar mengalami preeklampsia dibandingkan dengan ibu yang tidak memiliki riwayat hipertensi. BAB VI PEMBAHASAN A. Keterbatasan Penelitian Hasil penelitian ini menampilkan distribusi Kejadian Preeklampsia Kehamilan dan karakteristik ibu pada kelompok kasus maupun kontrol tahun 2014-2015, yang mana pada tahun 2015 data diambil sampai bulan September. Namun, dalam proses pelaksanaan penelitian terdapat beberapa kelemahan yang menjadi keterbatasan penelitian dan berpengaruh terhadap hasil penelitian. Keterbatasan penelitian tersebut adalah: 1. Adanya data persalinan bulan september 2015 yang belum dilaporkan oleh Bidan Praktik Swasta (BPS) ke PuskesmasPamulang, sehingga kemungkinan masih adanya kasus yang tidak masuk dalam penelitian. 2. Adanya ibu yang mengalami preeklampsia diwilayah kerja Puskesmas, tetapi tidak tercatat dalam rekam medik PuskesmasPamulang. Hal tersebut dikarenakan ibu hamil tersebut memeriksakan kandungannnya di Rumah Sakit atau pelayanan kesehatan diluar wilayah kerja PuskesmasPamulang 3. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang didapatkan dari dalam rekam medis pasien, sehingga validitas data dalam penelitian ini sangat bergantung pada validitas data yang terdapat di dalam rekam medis tersebut. 53 54 4. Ibu yang terdaftar menjadi kelompok kasus banyak yang tidak memiliki buku KIA sehingga peneliti harus mencari kelompok kasus yang lain. B. Distribusi Frekuensi Kejadian Preeklampsia Kehamilan di Wilayah Kerja PuskesmasPamulangKota Tangerang Selatan Tahun 2014-2015 Pre-eklampsia merupakan keadaan yang khas pada kehamilan yang ditandai dengan gejala edema, hipertensi, serta proteinuria yang terjadi setelah usia kehamilan 28 (Armagustini, Kejadian 2010). minggu dan belum preeklampsia diketahui penyebabnya di wilayah kerja PuskesmasPamulangKota Tangerang Selatan tahun 2014-2015 sebanyak 40 kasus dari 843 persalinan yang ada atau 4,74%. Hal ini sesuai yang disebutkan oleh Triatmojo (2003) bahwa frekuensi kejadiaan preeklampsia di Indonesia sekitar 3%-10% kehamilanyang mengalami preeklampsia. Pada negara yang sedang berkembang kejadian preeklampsia dilaporkan berkisar antara 0,3% sampai 0,7%, sedang di negara-negara maju angka kejadian diketahui lebih kecil, yaitu 0,05% sampai 0,1% (Quedarusman, 2013). Penelitian lain yang dilakukan oleh Agudelo (2000) dibeberapa rumah sakit di Amerika Latin juga menemukan bahwa 4,8% dari subjek penelitiaannya berkembang menjadi preeklampsia (Indriani, 2012). Kejadian preeklampsia di wilayah kerja Puskesmas ditangani oleh tenaga kesehatan dengan cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya eklampsia dan kematian ibu dan janinnya. Hal tersebut dilakukan dengancaramelakukan pemeriksaan antenatal dengan memantau tekanan darah, urine (untuk 55 proteinuria), dan kondisi janin setiap bulannya. Selain itu Pasien diminta untuk istirahat, dan juga konseling pasien dengan keluarganya tentang tanda-tanda bahaya sehingga apabila terjadi komplikasi yang membahayakan ibu dan janinnya, keluarga dapat mengetahui apa yang harus dilakukannya. Obat anti hipertensi dan diuretik belum direkomendasikan untuk digunakan pada penderita preeklampsia ringan kecuali jika terdapat edema paru, dekompensatio kordis atau gagal ginjal akut. Sedangkan pada preeklampsia berat,penanganannya sama dengan eklamspia yaitu dengan cara pemberian obat antikejang pada preeklampsia bertujuan untuk mencegah terjadinya kejang (eklampsia). Obat yang digunakan sebagai antikejang antara lain diazepam, fenitoin, dan magnesium sulfat (MgSO4).MgSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan eklampsia (sebagai tatalaksana kejang) dan preeklampsia berat (sebagai pencegahan kejang). C. Variabel yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia di Wilayah Kerja PuskesmasPamulang Kota Tangerang Selatan 1. Faktor Usia Usia merupakan bagian dari status reproduksi yang penting. Umur berkaitan dengan peningkatan atau penurunan fungsi tubuh sehingga mempengaruhi status kesehatan seseorang.Usiayang baik untuk hamil adalah 20 sampai 35 tahun (Depkes RI, 2000). Royston dan Armstrong (1994) juga menyatakan bahwa wanita usia remaja yang hamil untuk pertama kali dan wanita yang hamil pada usia >35 tahu akan mempunyai resiko yang sangat 56 tinggi untuk mengalami preeklampsia (Indriani, 2012). Hasil penelitian di wilayah kerja PuskesmasPamulang menunjukan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki usia yang tidak berisiko yaitu usia 20-35 tahun sebesar 55,0% pada kelompok kasus dan 76,2% pada kelompok kontrol. Hasil penelitian ini didukung sesuai dengan hasil penelitian terdahulu Sumarni (2014) menunjukan bahwa sebagian besar responden berumur 28-35 tahun sebanyak 57,6%. Hal tersebut sesuai dengan teori Bobak (2005), usia 20-35 tahun merupakan termasuk usia reproduksi yang sehat untuk hamil dan melahirkan. Sedangkan usia yang beresiko terkena preeklampsia adalah usia < 20 tahun dan > 35 tahun. Berbeda dengan penelitian Sutrimah (2014) yang menunjukkan bahwa presentase pada kelompok kontrol umur ibu dengan kejadian preeklampsia padaumur ibu 20-35 tahun lebih banyak yaitu 51% dibandingkan dengan umur ekstrim (<20 dan>35 tahun) yaitu sebanyak 46,7% sedangkan pada kelompok kasus umur ibu dengan kejadian preeklampsia pada umur 20 sampai 35 tahun yaitu sebanyak 49% dibandingkan dengan umur ekstrim (< 20 tahun atau > 35 tahun) yaitu sebesar 53,3%. Pada kehamilan <20 tahun, keadaan reproduksi yang belum siap untuk menerima kehamilan akan meningkatkan keracunan kehamilan dalam bentuk preeklampsia atau toksemia gravidarum. Sedangkan pada usia 35 tahun atau lebih akan terjadi perubahan pada jaringan dan alat reproduksi serta jalan lahir tidak lentur lagi. Pada usia tersebut cenderung 57 didapatkan penyakit lain dalam tubuh ibu, salah satunya hipertensi dan preeklampsia (Manuaba, 2007). Usia ibu yang terlalu muda saat hamil akan memicu resiko kegawatan perinatal karena ketidaksiapan anatomi, fisiologi, dan status mental ibu dalam menerima kehamilan. Usia ibu yang terlalu tua saat hamil mengakibatkan gangguan fungsi organ general karena proses degenerasi salah satunya organ reproduksi. Proses degenerasi organ reproduksi karena usia akan berdampak langsung pada kondisi ibu saat menjalani proses kehamilan dan persalinan yang salah satunya adalah preeklampsia (Sumarni, 2014). Berdasarkan hasil uji chi square, nilai P pada variabel usia adalah 0,017. Hal ini menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara faktor usia dengan kejadiaan preeklampsia. Nilai OR pada variabel ini sebesar 2,627 dengan batas bawah 1,171 dan batas atas 5,894 pada interval confidence 95%. Sehingga dapat diartikan untuk kelompok usia<20 tahun dan >35 tahun (usia berisiko) berisiko 2,627 kali lebih besar untuk mengalami preeklampsia dibandingkan dengan usia yang tidak berisiko (usia 20-35 tahun). Hasil penelitianini didukung dengan hasil penelitian Asrianti (2009)menyimpulkan bahwa umur ibu hamil <20 tahun dan >35 tahun berisiko 3,144 kali mengalami preeklampsia. Penelitian Salim (2005) juga menyebutkan usia ibu hamil < 20 tahun atau ≥ 35 tahun berisiko 3,615 kali lebih besar untuk mengalami preeklampsia, serta hasil penelitian Ferida (2007)menyimpulkan, ibu hamil dengan usia 58 yang sama berisiko 3,659 kali lebih besar untuk mengalami preeklampsia. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Langelo, dkk (2013), menunjukan bahwa wanita usia <20 tahun dan >35 tahun memiliki risiko 3,37 kali dibandingkan wanita usia 20-35 tahun dengan nilai P value sebesar 0,000 yang secara statistik dikatakan adanya hubungan yang bermakna/signifikan antara umur ibu dengan kejadian preeklampsia. Oleh karena itu, apabila usia ibu saat hamil termasuk usia yang berisiko maka ibu harus melakukan pemeriksaan antenatal dan konseling kesehatan ke pelayanan kesehatan. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah dan melakukan penanganan yang tepat apabila terjadi preeklampsia kehamilan. 2. Faktor Pendidikan Pendidikan ibu yang tinggi didapat seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi serta adanya emansipasi wanita di Indonesia untuk mendapatkan kesamaan hak dan kewajiban di segala bidang terutama pendidikan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan gambaran populasi di wilayah perkotaan dengan fasilitas pendidikan yang memadai. Pendidikan seseorang berhubungan dengan kesempatan dalam menyerap informasi mengenai pencegahan dan faktor-faktor risiko preeklampsia. Akan tetapi pendidikan ini akan dipengaruhi oleh seberapa besar motivasi, atau dukungan lingkungan seseorang untuk menerapkan pencegahan dan faktor risiko preeklampsia/eklampsia (Djannah, 2010). Hasil penelitian di wilayah kerja PuskesmasPamulang menunjukan bahwa adanya perbedaan atara status pendidikan pada kelompok kasus yang 59 mayoritas ibu memiliki status pendidikan rendah sebesar 52,5% dengan kelompok kontrol yang mayoritas ibu memiliki status pendidikan terakhir lebih dari 9 tahun sebesar 52,5%. Penelitian ini didukung dengan hasil penelitian Nuryani, dkk (2012), yang memiliki tingkat status pendidikan yang berbeda antara kelompok kasus (63,1%) pada pendidikan kurang dan kelompok kontrol sebesar (56,1%) ibu yang memiliki status pendidikan cukup. Pada hasil penelitian Langelo (2013) juga didapatkan bahwa tingkat pendidikan ibu pada kelompok kasus paling banyak terdapat pada ibu dengan tingkat pendidikan sekolah dasar (SD) yaitu 39,0% dan pada kelompok kontrol yang paling banyak pada ibu dengan tingkat pendidikan SMA yaitu 39,7%. Berdasarkan hasil uji chi square diketahui jumlah P value sebesar 0,002 sehingga memiliki pengertian bahwa adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan kejadian preeklampsia. Nilai OR pada variabel ini juga yaitu sebesar 3,548 dengan batas bawah 1,584 dan batas atas 7,948 pada interval confidence 95%. Sehingga dapat diartikan bahwa ibu yang memiliki pendidikan yang rendah dapat mengalami kejadian preeklampsia sebesar 3,548 kali lebih besar dibandingkan ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Sehingga perlu adanya dukungan dari tenaga kesehatan untuk melakukan penyuluhan atau edukasi baik personal maupun kelompok kepada wanita usiasubur (WUS), pasangan usia subur dan keluarga ibu hamil terkait bahaya preeklampsia dan pencegahannya serta penyakit lain yang disebabkan oleh kehamilan. Hal tersebut dikarenakan pendidikan bagi kaum wanita 60 sangatlah penting terlebih bagi ibu hamil. Dengan pendidikan yang baik maka sangat membantu ibu hamil dalam mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya dan janinnya sehingga kehamilan akan lebih aman. Sikap dan tingkah laku dapat berubah seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan dimana ini merupakan salah satu indikator sosial dalam suatu masyarakat (Langelo,dkk, 2013). 3. Faktor Riwayat Penyakit Hipertensi Status kesehatan wanita sebelum dan selama kehamilan adalah faktor penting yang mempengaruhi timbul dan berkembangnya komplikasi.Riwayat penyakit hipertensi merupakan salah satu faktor yang dihubungkan dengan preeklampsia (Djannah, 2010).Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mengakibatkan kesakitan yang tinggi.Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan darah yang tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap penyakit-penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskuler seperti stroke, gagal ginjal, serangan jantung, dan kerusakan ginjal (Widyaningrum, 2012). Riwayat penyakit hipertensi sebagian besar kelompok kasus 62,5% memiliki penyakit hipertensi dan 85,0% pada kelompok kontrol tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi. pada riwayat penyakit hipertensi yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara penyakit hipertensi dengan 61 kejadiaan preeklampsia dengan nilai P value sebesar 0,000. Nilai OR penyakit hipertensi sebesar 9,444 hal tersebut menunjukan bahwa ibu yang memiliki riwayat penyakit hipertensi akan berisiko 9,444 kali lebih besar mengalami preeklampsia dibandingkan dengan ibu yang tidak memiliki riwayat hipertensi. Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Puspitasari (2009) yang menunjukan bahwa dari hasil analisis uji statistik menggunakan uji chi square dan perhitungan nilai OR dengan derajat kepercayaan (CI) 95% dapat diketahui ada hubungan yang signifikan antara kejadian ibu yang memiliki riwayat hipertensi dengan kejadian preeklampsia pada ibu hamil (p=0,013). Nilai OR-4,125 (CI=1,432-11,881) menunjukan bahwa ibu hamil yang mengalami hipertensi sebelum kehamilannya mempunyai risiko 4,125 kali lebih besar untuk mengalami kejadian preeklampsia dibandingkan dengan ibu yang sebelum kehamilannya tidak mengalami kejadian hipertensi. Penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian Djannah (2010), yang terdapat angka kejadian preeklampsia/eklampsia di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2007–2009 berdasarkan riwayat hipertensi yang paling besar adalah ibu yang tidak memiliki riwayat hipertensi yaitu sebesar 83,9%. Selain itu didukung oleh penelitian Astuti (2013), yang menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara riwayat hipertensi dengan terjadinya preeklampsia dengan p value=0,031 dan nilai OR=5,000 (1,270-19,685). Angka kejadian preeklampsia/eklampsia akan meningkat pada hipertensi kronis, karena pembuluh darah plasenta sudah mengalami gangguan. Faktor 62 predisposisi terjadinya preeklampsia adalah hipertensi kronik dan riwayat keluarga dengan preeklampsia/eklampsia. Bila ibu sebelumnya sudah menderita hipertensi maka keadaan ini akan memperberat keadaan ibu. Sehingga bagi ibu yang hamil dengan memiliki riwayat hipertensi harus mewaspadai kemungkinan terjadinya preeklampsia dengan cara melakukan antenatal care yang optimal. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya preeklampsia dan menjaga kesehatan ibu dan janin, baik pada saat kehamilan, persalinan, maupun masa nifas (0-42 hari) dan neonatus (0-28 hari).Faktor resiko juga dapat terdeteksi sehingga penanganan dapat dilakukan dengan cepat dan tepatdan rujukan dapat dilakukan sedini mungkin. D. Variabel yang tidak Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan 1. Faktor Pekerjaan Klonoff (1989) menyatakan bahwa wanita yang bekerja di luar rumah memiliki risiko lebih tinggi mengalami preeklampsia/eklampsia bila dibandingkan dengan ibu ibu rumah tangga. Pekerjaan dikaitkan dengan adanya aktifitas fisik dan stress yang merupakan faktor resiko terjadinya preeklampsia. Variabel pekerjaan ibu mayoritas pada kedua kelompok yakni 90% pada kelompok kasus dan 80% pada kelompok kontrol terjadi pada ibu yang tidak bekerja. P value untuk status pekerjaan dalam hasil uji chi square adalah 0,166 menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara status 63 pekerjaan dengan kejadian preeklampsia. Nilai OR untuk status pekerjaan yang diperoleh pada CI 95% yaitu sebesar 0,444 (0,138-1,1431). Penelitian ini didukung oleh penelitian Djannah (2010) yang menunjukan bahwa kejadian preeklampsia didominasi oleh kelompok ibu yang tidak bekerja sebesar 63,5%. Sedangkan berbeda dengan hasil penelitian Indriani (2012) yang menyatakan status pekerjaan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kejadian preeklampsia dengan nilai P value sebesar 0,000 dan nilai OR sebesar 4,580 yang berarti bahwa ibu yang bekerja mempunyai resiko 4,580 lebih besar mengalami preeklampsia daripada ibu yang tidak bekerja. 2. Faktor Paritas Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup atau jumlah anak yang dimiliki oleh seorang wanita. Faktor paritas memiliki pengaruh terhadap persalinan dikarenakan Ibu hamil memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan selama masa kehamilannya terlebih pada ibu yang pertama kali mengalami masa kehamilan (Langelo, 2013).Variabel jumlah paritas yang berisko (1 kali dan >3 kali) pada penelitian ini yaitu terdapat40% kelompok kasus dan42,5% pada kelompok kontrol. Hasil uji chi square menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara variabel jumlah paritas dengan kejadiaan preeklampsia dikarenakan nilai P>0,05 yaitu 0,793 dan nilai OR untuk variabel jumlah paritas yang diperoleh pada CI 95% yaitu sebesar 0,902 (0,417-1,953). 64 Penelitian ini didukung oleh penelitian Resmi (2013), yang menyatakan bahwa ibu yang memiliki jumlah paritas berisiko sebesar 56,8% pada kelompok kasus dan pada kelompok kontrol yaitu sebagian besar terjadi pada ibu yang jumlah paritas tidak berisko (2-3 kali) yaitu sebesar 55,3% dengan hasil uji statistik dengan uji chi-square menunjukan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian preeklampsia (P value= 0,076, OR=1,628). Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati (2010) yang menyatakan paritas tidak mempunyai hubungan yang bermakna terhadap kejadian preeklampsia dengan hasil uji statistik (p= 0.194 >0.05) dengan nilai Odds Ratio1.34. Selain itu menurut penelitian Indriani (2012), menunjukan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara faktor paritas terhadap kejadiaan preeklampsiayaitu 0,325. Paritas 2 sampai 3 merupakan paritas yang paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal.Paritas 1 dan paritas tinggi >3 mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi, semakin tinggi paritas semakin tinggi kematian maternal. Hal tersebut dikarenakan pada setiap kehamilan terjadi peregangan rahim, jika kehamilan berlangsung terus menerus maka rahim akan semakin melemah sehingga dikhawatirkan akan terjadi gangguan pada saat kehamilan, persalinan, dan nifas (Sukaesih, 2012). Kehamilan dengan preeklampsia lebih umum terjadi pada primigravida, keadaan ini disebabkan secara imunologik pada kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna sehingga timbul respon 65 imun yang tidak menguntungkan terhadap histoincompability placenta (Djannah, 2010). 3. Faktor Jarak Kehamilan Pada variabel jarak kehamilan, mayoritas kedua kelompok memiliki jarak kehamilan ≥ 24 bulan atau ≥2 tahun yakni 55% pada kelompok kasus dan 51,2% pada kelompok kontrol. Jarak kehamilan memilki nilai P yang didapat melalui uji statistik adalah 0,698.Nilai tersebut menunjukan tidak ada hubungan signifikan antara jarak kehamilan dengan kejadiaan preeklampsia.Nilai OR yang didapat adalah 1,163(0,543-2,490). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rozikhan (2007), menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara jarak kehamilan < 2 tahun dengan kejadian preeklampsia (p value = 0,841, OR = 0,92, 95% CI:0,4–2,07). Jarak antar kehamilan yang terlalu dekat (kurang dari 2 tahun) dapat meningkatkan risiko untuk terjadinya kematian maternal. Jarak antar kehamilan yang disarankan pada umumnya adalah paling sedikit dua tahun. Secara nasional, pemerintah Indonesia memberikan aturan kepada pasangan suami istri bahwa 2 anak pada masing-masing pasangan suami istri sudah cukup (BKKBN, 2012). Hal ini merupakan salah satu upaya untuk pemerataan jumlah penduduk Indoensia. Jumlah paritas yang terlalu banyak dapat memberikan dampak kesehatan baik pada ibu dan bayi.Selama kehamilan sumber biologis dalam tubuh ibu secara sistematis terpakai dan untuk kehamilan berikutnya dibutuhkan waktu 2-4 tahun agar kondisi tubuh 66 ibu kembali seperti kondisi sebelumnya. Apabila terjadi kehamilan sebelum 2 tahun, kesehatan ibu akan mundur secara progresif. Jarak yang aman bagi wanita untuk melahirkan kembali paling sedikit 2 tahun.Hal ini agar wanita dapat pulih setelah masa kehamilan dan laktasi.Ibu yang hamil lagi sebelum 2 tahun sejak kelahiran anak terakhir seringkali mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan.Wanita dengan jarak kelahiran <2 tahun mempunyai risiko dua kali lebih besar mengalami kematian dibandingkan jarak kelahiran yang lebih lama (Armagustini, 2010). 4. Faktor Antenatal care Antenatal care merupakan pemeriksaan kehamilan secara rutin yang terdiri dari penimbangan berat badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran tinggi fundus uteri (TFU), pemberian imunisasi tetanus toxoid lengkap, pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan serta konseling kesehatan. Kunjungan ANC selama kehamilan dapat memberikan manfat yang sangat besar terhadap kondisi kesehatan ibu hamil dan janin. Dilakukannya kunjungan ANC selama masa kehamilan secara teratur, maka ibu hamil telah memperoleh tindakan medis secara langsung yakni screening kesehatan ibu, saran pola makan dan aktivitas fisik yang sesuai dan dukungan psikologis (Ernawati.,dkk, 2011). Perkembangan janin dan komplikasi kehamilan dapat terdeteksi secara dini, sehingga tatalaksana dan penanganan dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. Selain itu, Ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC secara teratur dapat meningkatkan kewaspadaan dan menjaga kondisi kesehatan kehamilan 67 dengan cara mengatur aktivitas fisik dan memperhatikan kebutuhan energi dan zat gizi selama masa kehamilan, sehingga kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan pada janin sangat kecil (Kemenkes, 2010). Variabel kunjungan ANC kehamilan, mayoritas ibu hamil melakukan kunjungan lengkap ANC ≥ 4 kali, baik kelompok kasus (75,0%) dan kontrol (63,8%).Variabel antenatal care tidak ada hubungan yang signifikan dengan kejadiaan preeklampsia. Hal tersebut dikarenakan variabel antenatal care memiliki nilai P sebesar 0,215, nilai OR pada variabel ini yaitu sebesar 1,706 (0,730-3,985). Pada penelitian Nuryani, dkk (2012) hasil analisisnya menunjukkan pada kelompok kasus sebanyak 56,6% dengan antenatal care lengkap, sedangkan pada kelompok kontrol hanya sebanyak 43,4%. Berdasarkan analisis bivariat, diperoleh p value= 0,01 yang berarti antenatal care berhubungan dengan kejadian preeklampsia. Sedangkan pada penelitian Djannah (2010) diketahui bahwa Kejadian preeklampsia/eklampsia di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 2007–2009 berdasarkan tingkat ANC ibu didominasi oleh kelompok penderita yang melakukan ANC kurang dari 4 kali (< 4 kali) yaitu sebesar 76,3%, sedangkan 23,7% terjadi pada kelompok penderita yang melakukan ANC lebih dari dan sama dengan kali (≥4) kali. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Langelo (2013) yaitu responden yang melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) pada kategori risiko tinggi lebih banyak pada kelompok kasus (61,8%) dibandingkan pada kelompok kontrol (37,2%), dengan nilai OR 2,72 (1,39-5,33) dengan nilai p value 0,03 (p<0,05). 68 Secara statistik, terdapat hubungan antara pemeriksaan kehamilan dengan kejadian preeklampsia. Hasil ini sesuai dengan teori faktor penyebab preeklampsia/eklampsia. Pelayanan antenatal yang berkualitas (sesuai standar) dapat mendeteksi gejala dan tanda yang berkembang selama kehamilan. Jika ibu tidak memeriksakan diri hingga paruh kedua masa kehamilan, diagnosis hiptertensi kronis akan sulit dibuat karena tekanan darah biasanya menurun selama trimester kedua dan ketiga pada wanita dengan hipertensi. Kunjungan antenatal kurang dari 4 kali dengan demikian akan meningkatkan risiko menderita preeklampsia/eklampsia (Djannah, 2010). Sedangkan pada penelitian Rostika (2012), menunjukan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara Antenatal care dengan kejadiaan preeklampsia di RSUD Dr. R. Soedarsono Kota Pesuruan Jawa Timur Tahun 2012 dengan p value 0,004 dan nilai OR=5,700 sehingga ibu yang memiliki riwayat antenatal care tidak lengkap lebih berisiko mengalami kejadian preeklampsia 5,7 kali dibandingkan dengan ibu yang memiliki riwayat Antenatal care lengkap. 5. Faktor Riwayat komplikasi kehamilan Menurut penelitian Diana, dkk (2014), diketahui bahwa ibu yang mempunyai riwayat komplikasi obstetric berisiko untuk mengalami komplikasi obstetric ibu 5,41 kali lebih besar daripada ibu yang tidak mempunyai riwayat komplikasi obstetric sebelumnya. Ibu yang pernah mengalami komplikasi pada waktu kehamilan, persalinan dan nifas 69 sebelumnya akan menghadapi risiko tinggi pada kehamilan dan persalinan berikutnya. Variabel riwayat komplikasi kehamilan sebagian besar ibu pada kelompok kasus memiliki riwayat komplikasi sebesar 52,5% sedangkan kelompok kontrol yakni 56,2% tidak memiliki riwayat komplikasi. Nilai P yang didapat melalui uji chi square adalah 0,365.Sehingga tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel riwayat komplikasi kehamilan dengan kejadian preeklampsia. Nilai OR yang didapat adalah 1,421 (0,663-3,044). Hal ini didukung dengan penelitian Resmi (2013), hasil uji statistik dengan ujichi square menunjukan bahwa nilai p= 0.632 > α = 0.05 hal ini berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara Bad Obstetric History dengan kejadian preeklampsia dengan nilai Odds Rasio sebesar 1.275 yang berarti ibu hamil yang memiliki Bad Obstetric History memiliki risiko 1.275 kali dibandingkan yang tidak memiliki Bad Obstetric History terhadap kejadian preeklampsia. Pada penelitian Rozikhan (2007), menunjukan bahwa dari 42 responden yang sebelumnya ada riwayat preeklampsia mengalami preeklampsia berat sebesar 36,0%, dan yang tidak mengalami preeklampsia hanya berat 6,0%. Sedangkan pada responden yang tidak ada riwayat preeklampsia yang tidak mengalami preeklampsia berat yaitu 94,0% sedangkan yang mengalami preeklampsia berat sebanyak 64,0%. Ini menunjukkan bahwa seorang ibu hamil yang mempunyai riwayat preeklampsia mempunyai kecenderungan untuk mengalami preeklampsia berat. Hasil uji chi square diperoleh bahwa 70 ada hubungan yang signifikan antara ibu yang mempunyai riwayat preeklampsia dengan terjadinya preeklampsia berat (p=0,001). Bila dilihat dari nilai OR nya dapat disimpulkan bahwa ibu yang mengalami hamil preeklampsia mempunyai risiko 8,81 kali untuk terjadi terjadi preeklampsia berat dibandingkan dengan seorang ibu hamil yang tidak ada riwayat preeklampsia. 6. Faktor Riwayat Penyakit Diabetes Mellitus Diabetes merupakan suatu penyakit dimana tubuh tidak menghasilkan insulin dalam jumlah yang cukup atau sebaliknya, tubuh kurang mampu menggunakan insulin secara maksimal (walaupun jumlah insulin sudah cukup), Insulin adalah hormone yang dihasilkan pankreas, yang berfungsi mensuplai glukosa dari darah ke sel-sel tubuh untuk dipergunakan sebagai bahan bakar tubuh.Kehamilan dapat mempengaruhi timbulnya penyakit diabetes pada seseorang.Sejak kehamilan terjadilah perubahan tingkat karbohidrat dalam tubuh ibu yang diperlukan untuk energi lebih dari biasanya bagi pertumbuhan janin.Namun asupan karbohidrat yang meningkat dapat membuat hormone insulin dalam tubuh tidak mencukupi. Peran hormone ini yaitu untuk mengendalikan kadar gula dalam darah yang diubah dari karbohidrat. Akibatnya terjadilah penimbunan kadar gula yang menyebabkan kenaikan kadar gula darah. Diabetes bawaan maupun diabetes yang didapat selama hamil bisa berakibat buruk bagi kehamilan dan berisko terjadinya preeklampsia (Inchtiari: 2005, Puspitasari:2009) 71 Variabel riwayat penyakit kronik yang dimiliki ibu seperti penyakit diabetes mellitus kedua kelompok sebagian besar tidak memiliki penyakit diabetes mellitus sebesar 87,5% pada kelompok kasus dan 88,8% pada kelompok kontrol. Riwayat penyakit kronik pada penelitian ini adalah penyakit hipertensi dan diabetes mellitus. Pada penyakit Diabetes mellitus diketahui nilai P adalah 0,841 sehingga penyakit diabetes mellitus tidak ada hubungan yang signifikan dengan kejadiaan preeklampsia dan memiliki nilai OR sebesar 1,127 dengan confident interval 95% sebesar 0,351-3,616. Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Puspitasari (2009) menunjukan bahwa sebagian besar ibu yang tidak mengalami diabetes mellitus yaitu sebesar 85,7% pada kelompok kasus dan sebesar 94,29% pada kelompok kontrol, hasil uji chi-square juga menunjukan tidak adanya hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit diabetes mellitus dengan kejadian preeklampsia (p=0,841). Nilai OR=0,894 (CI 95%=0,285-2,809) menunjukan bahwa ibu yang mengalami kejadian diabetes belum merupakan faktor risiko terjadinya preeklampsia pada kehamilannya. Selain itu, penelitian ini juga didukung dengan penelitian Rostika (2012), yang menunjukan tidak terdapat hubungan signifikan antara riwayat diabetes mellitus dengan kejadian preeklampsia dengan nilai p=0,907, OR=4,622 (0,413-3,842). Hal tersebut dikarenakan ibu hamil yang preeklampsia yang memiliki riwayat diabetes mellitus hanya 4% dari 148 ibu hamil yang diteliti. Pada penelitian Nurmalichatun (2013), menunjukan bahwa ibu hamil dengan diabetes mellitus yang mengalami kejadian preeklampsia sebanyak 72 59,3% lebih besar dibandingkan yang tidak mengalami kejadian preeklampsia sebanyak 40,7%. Dari hasil uji chi square menunjukkan bahwa pada nilai continuity correction didapatkan nilai p = 0,000, artinya ada hubungan antara penyakit diabetes mellitus pada kehamilan dengan kejadian preeklampsia pada ibu hamil di RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal. Pada penelitian ini didapatkan nilai OR 12,460 artinya responden yang mempunyai penyakit diabetes mellitus pada kehamilan mempunyai peluang 12,46 kali untuk mengalami kejadian preeklampsia dibandingkan responden yang tidak preeklampsia. 73 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan Hasil Penelitian mengenai Faktor-faktor yang Berhubungan dengan kejadian Preeklampsia Kehamilan di Wilayah Kerja PuskesmasPamulangKota Tangerang Selatan Tahun 2014-2015 diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Kejadian preeklampsia di wilayah kerja PuskesmasPamulangKota Tangerang Selatan tahun 2014-2015 yaitu sebanyak 4,74% kehamilan yang mengalami preeklampsia. 2. Terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit hipertensi dengan kejadian preeklampsia (P value=0,000; OR=9,444; 95% CI= 3,891-22,924) dan tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit Diabetes mellitus dengan kejadian preeklampsia (P value=0,841; OR=1,127; 95% CI= 0,351-3,616) serta tidak adanya hubungan yang signifikan antara riwayat komplikasi kehamilan dengan kejadian preeklampsia (P value=0,365; OR=1,421; 95% CI= 0,663-3,044). 3. Adanya hubungan yang signifikan antara usia ibu dengan kejadian preeklampsia (P value=0,017; OR=2,627; 95% CI= 1,171-5,894). Sedangkan pada variabel paritas dan jarak kehamilan menunjukan tidak adanya hubungan yang signifikan dengan kejadian preeklampsia. 74 4. Sebagian besar responden melakukan kunjungan ANC ≥ 4 kali selama kehamilannya, baik pada kelompok kasus (75,0%) dan kelompok kontrol (63,8%). Melalui uji chi-square maka diketahui tidak ada hubungan yang signifikan antara status pemeriksaan Antenatal Care dengan kejadian preeklampsia (P value=0,215; OR=1,706; 95% CI= 0,730-3,985). 5. Terdapat hubungan yang signifikan antara status pendidikan ibu dengan kejadian preeklampsia (P value=0,002; OR=3,548; 95% CI= 1,584-7,948). Sedangkan pada variabel status pekerjaan menunjukan tidak adanya hubungan yang signifikan antara status pekerjaan ibu dengan kejadian preeklampsia (P value=0,166; OR=0,444; 95% CI= 0,138-1,431). B. Saran 1. Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan a. Memberikan informasi terkait faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kejadian preeklampsiapada ibu hamil melalui pemberian leaflet atau poster di setiap fasilitas pelayanan kesehatan wilayah kerja PuskesmasPamulang (Puskesmas maupun Bidan Praktik Swasta). b. Dinas Kesehatan juga memberikan obat preeklampsia seperti obat anti hipertensi, diazepam, fenitoin, dan magnesium sulfat (MgSO4) kepada Puskesmas maupun BPS. c. Melakukan pembinaan kepada Bidan Praktik Swasta (BPS) dan kader kesehatan Posyandu untuk melakukan penyuluhan atau konseling terkait preeklampsia 75 2. Petugas Kesehatan PuskesmasPamulang a. Meningkatkan frekuensi pemberian penyuluhan baik secara personal maupun kelompok terkait dampak preeklampsia bagi ibu dan janin, faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya preeklampsia. Sehingga dapat menambah pengetahuan ibu tentang preeklampsia. Pemberian penyuluhan seharusnya tidak hanya dilakukan pada ibu hamil, melainkan pada Wanita Usia Subur, Pasangan Usia Subur dan keluarga ibu hamil. Kegiatan penyuluhan pada semua sasaran tersebut, diharapkan dapat meminimalisir frekuensi kejadian preeklampsia di wilayah kerja PuskesmasPamulang khususnya bagi ibu yang berpendidikan rendah. b. Pemberian penyuluhan terkait bahaya masalah kesehatan ibu dan anak pada remaja dalam program Pelayanan Kesehatan Peduli remaja (PKPR) yang ada di sekolah. c. Melakukan screeninghipertensi terhadap pasien hamil yang mempunyai faktor risiko terhadap kejadian preeklampsia seperti ibu yang hamil pada usia<20 tahun dan ≥35 tahun dan ibu yang memiliki riwayat penyakit hipertensi. d. Melakukan perawatan antenatal yang optimal terhadap ibu hamil dengan faktor risiko tersebut e. Pemberian obat antikejang pada preeklampsia berat bertujuan untuk mencegah terjadinya kejang (eklampsia). Obat yang digunakan sebagai antikejang antara lain diazepam, fenitoin, dan magnesium sulfat (MgSO4). 76 3. Ibu hamil di Wilayah Kerja PuskesmasPamulang Selalu menjaga kehamilannya dengan caramemeriksakan kehamilan secara rutin ke tempat pelayanan kesehatanatau sesuai standar (≥4 kali) untuk mendeteksi dan mencegah terjadinya preeklampsia, sehingga jika terjadi preeklampsia saat kehamilan dapat ditangani secara cepat dan tepat oleh tenaga kesehatan. Selain itu, ibu juga harus menjaga status gizi selama kehamilannya dengan cara mengkonsumsi makanan yang bergizi, istirahat yang cukup dan olah raga untuk ibu hamil. 4. Peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan peelitian lanjutan terkait kejadian preeklampsia bisa menggunakan faktor-faktor lain yang belum diteliti seperti kehamilan ganda/kembar, status gizi, selama kehamilan, dan sebagainya. 77 Daftar Pustaka Aeni, Nurul. 2013. Faktor Risiko Kematian Ibu. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Volume 7 Nomor 10. Halaman 453-459 Afdhal, Muh dkk.2012. Faktor Risiko Perencanaan Persalinan Terhadap Kejadian Komplikasi Persalinan di Kabupaten Pinrang Tahun 2012. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Armagustini, Yetti. 2010. Determinan Kejadian Komplikasi Persalinan Di Indonesia (Analisis Data Sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007). Skripsi. Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Artikasari, Kurniawati. 2009. Hubungan Antara Primigravida dengan Angka Kejadian Preeklampsia/Eklampsia di RSUD Dr. Moewadi Surakarta Periode 1 Januari-31 Desember 2008. Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Asrianti, Tanti. 2009. Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia pada Ibu Melahirkan di RSIA Siti Fatimah Makassar. Skripsi. Universitas Hasanuddin Makassar Astuti, Sri Lestari Dwi. dkk. 2013. Analisis Faktor Risiko yang Terjadinya Preeklampsia Berat Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan. Volume 2.Nomor 2, Nopember 2013. Halaman 41-115 Bobak, Lowdermik dan Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC Christina, Dilla. 2013. Hubungan Kualitas Pelayanan Antenatal dengan Komplikasi Persalinan Wilayah Perdesaan di Indonesia (Analisis Data Sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007). Tesis. Universtas Indonesia; Depok 78 Cunningham F. G., 2005.Hypertensive Disorders In Pregnancy. In Williams Obstetri.22nd Ed. New York :Medical Publishing Division Depkes, 2007.Materi Ajar Penurunan Kematian Ibu Dan Bayi Baru Lahir. Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Diana. dkk,. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Komplikasi Obstetri Ibu dan Bayi di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Jurnal Universitas Padjadjaran Dinas Kesehatan Provinsi Banten. 2013. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Banten. Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. 2014. Profil kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2013. Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. 2013. Profil kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2012. Djannah, Sitti nur dan Ika Sukma Arianti. 2010. Gambaran Epidemiologi Kejadian Preeklampsia/Eklampsia di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2001-2009. Jurnal. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Volume 13.Nomor 4. Oktober 2010:378-385 Ernawati, Fitrah., dkk. 2013. Hubungan Antenatal Care dengan Berat Badan Lahir di Indonesia. Jurnal Gizi Indonesia, Vol.1, No.34 Ferida, Dewi,R.,S. 2007. Faktor Preeklampsia–Eklampsia – di Faktor RSUD yang Mempengaruhi Syekh Yusuf Kejadian Kabupaten Gowa. Skripsi.Universitas Hasanuddin Makassar Grag, Bishan Swarup. 2006. Safe Motherhood: Social, Economic, and Medical Determinants of Maternal Mortality. Women and Health Learning Package Modules. Diakses pada 19 November 2015 dari http://www.the- networktufh.org/sites/default/files/attachments/basic_pages/WHLP%20Safe %20Motherhood.pdf Hanum, Huda dan Faridah BD. 2013.Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia pada Ibu Bersalin di RSUP DR. M Djamil Padang 79 Tahun 2013.Jurnal. Poltekkes Kementerian Kesehatan Jurusan Kebidanan Padang Hukmiah, dkk. 2013. Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Antenatal Care Di Wilayah Pesisir Kecamatan Mandalle. Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Indriani, Nanien. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Preeklampsia/Eklampsia Pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Kota Tegal Tahun 2011.Skripsi.Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Kebidanan Komunitas. Depok Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat 2010. Kementerian Kesehatan RI. 2010.Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak. Direktorat Bina Kesehatan Ibu : Jakarta Kementerian Kesehatan RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010 Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 Kementerian Kesehatan RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Kementerian Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013 Langelo, Wahyuny. dkk. 2013. Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia di RSKD Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar Tahun 2011-2012.Jurnal. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Lockhart, Anita dan Lyndon Saputra.2014. Asuhan Kebidanan Kehamilan Fisiolologis & Patologis.Binapura Aksara Publisher. Halaman 13- 15 dan 226 Manuaba, Ida Bagus Gde. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta. EGC Nugroho, Antonius Joko. 2008. Sosial Ekonomi Rendah Merupakan Salah Satu Predisposisi Kejadian Preeklampsia. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Skripsi. Fakultas Kedokteran, 80 Nurmalichatun.2013. Hubungan Antara Primipara dan Penyakit Diabetes Mellitus Pada Kehamilan dengan Kejadian Preeklampsia pada Ibu Hamil di RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal. Program Studi DIV Kebidanan, STIKES Ngudi Waluyo Nuryani., dkk. 2012. Hubungan Pola Makan, Sosial Ekonomi, Antenatal Care dan Karakteristik Ibu Hamil dengan Kasus Preeklampsia di Kota Makassar. Artikel Penelitian. Program Studi Ilmu Gizi, Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Makassar. Priani, Ika Fauziah. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keteraturan Ibu Hamil Melakukan Antenatal Care di Puskesmas Cimanggis Kota Depok. Skripsi Program Keperawatan Universitas Indonesia Pritasari, dkk. 2012. Petunjuk Kerja Pelayanan Antenatal Terpadu, Persalinan, dan Paska Persalinan Terpadu. Maternal and Child Health Integrated Program USAID. Halaman 1-2 PuskesmasPamulang. 2013. Laporan Tahunan.UPT PuskesmasPamulang. PuskesmasPamulang. 2014. Jumlah Penduduk tahun.UPT PuskesmasPamulang. Puspita, Dita. 2013. Studi Fenomenologi Kualitas Pemeriksaan Antenatal dalam Mendeteksi Preeklampsia di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Puspitasari, Apriliani Asmara. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia pada Ibu Hamil (Studi di RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2007).Skripsi. Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Resmi, Afni Sucita., dkk. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Preeklampsia pada Kehamilan di RSU Muhammadiyah Sumatera Utara Medan Tahun 2011-2012. Jurnal.Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. 81 Retnowati, Indah dan Asid Dwi Astuti. 2010. Hubungan penerapan program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) oleh ibu hamil dengan upaya pencegahan komplikasi kehamilan di Puskesmas Sidorejo Kidul Salatiga. Jurnal Kebidanan. Volume II Nomor 02, 2010. Halaman 3951 Rinawati, Silvia. 2010. Hubungan Antara Preeklampsia dengan Persalinan Prematur di RSUD Dr. Soesilo Kabupaten Tegal.Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian kesehatan RI tahun 2013 Riskesdas. 2013. KuesionerRiset Kesehatan Dasar 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian kesehatan RI tahun 2013 Ritonga, Fatimah Jahra. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil dalam Melakukan pemeriksaan Antenatal Care Di Desa Tanjung Rejo Kec. Percut Sei Tuan Kab.Deli serdang Tahun 2012.Skripsi. Universitas Sumatera Utara Rostika, Asri Deny. 2012. Kejadian Preeklampsia dan Hubungan Konsumsi Kalsium serta Faktor-Faktor Terkait pada Ibu Hamil Trimester II dan III di RSUD Dr.R. Soedarsono Kota Pasuruan Jawa Timur Tahun 2012.Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok Rozanna. F. R., dkk. (2009). Risk Factors of Early and Late Onset Preeclampsia among Thai Women, Journal Medical Assocciation Rozikhan. 2007. Faktor-faktor Risiko Terjadinya Preeklampsia Berat di Rumah Sakit Dr. H. Soewondo Kendal. Tesis. Program Studi Magister Epidemiologi Universitas Diponegoro Semarang Sa’adah, Niswatus. 2013. Hubungan Antara Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil dengan Angka Kejadiaan Preeklampsia di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Naskah Publikasi. Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Salim, Adriani, R. 2005. Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia di Rumah Sakit Ibu dan Anak St. Fatimah Makassar. Skripsi. Universitas Hasanuddin Makassar 82 Sari, Puti., dkk. 2014. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap risiko kehamilan “4 terlalu (4T)” pada wanita usia 10-59 tahun (Analisis Riskesdas 2010)”.Jurnal Media Litbangkes.Volume 24 nomor 3, 2014. Halaman 143152 Sarminah. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Antenatal Care di Provinsi Papua Tahun 2010.Skripsi. Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia SDKI.2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Kementerian Kesehatan SDKI.2012. Kuesioner Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Kementerian Kesehatan Sukaesih, Sri. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu Hamil Mengenai Tanda Bahaya dalam Kehamilan di Puskesmas Tegal Selatan Kota Tegal Tahun 2012. Skripsi. Program sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Sulistiyani, Dwi. 2013. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Mengnai Perubahan Fisik Saat Kehamilan di BPM Anik Suroso Mojosongo Surakarta Tahun 2013. Karya Tulis Ilmiah. Surakarta: STIKes Kusuma Husada Sumarni, Sri. 2014. Hubungan Gravida Ibu dengan Kejadian Preeklampsia. Jurnal Kesehatan Wiraraja Medika Supriandono, Agung. 2001. Faktor Risiko Terjadinya Preeklampsia Berat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Skripsi Sutrimah., dkk. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang Quedarusman, Hermanto. Dkk. 2013.Hubungan Indeks Massa Tubuh Ibu dan Peningkatan Berat Badan Saat Kehamilan dengan Preeklampsia.Jurnal eBiomedik (eBM). Volume 1, Nomor 1, Maret 2013, halaman 305-311 83 Unicef. 2012. Resiko Kematian Ibu dan Anak Indonesia Masih Tinggi Walaupun Angka Kematian Sudah Menurun. Diakses pada 23 September 2014 dari http://www.unicef.org/indonesia/id/media_18818.html Widyaningrum, Siti. 2012.Hubungan Antara Konsumsi Makanan dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia. Skripsi.Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember. Lampiran 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Assalamu’alaikum Wr. Wb. Perkenalkan nama saya Sri Fuji Astuti mahasiswa peminatan Promosi Kesehatan, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saat ini saya sedang melakukan pengumpulan data tentang “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2014-2015”. Dalam lampiran ini terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian. Untuk itu saya harap dengan segala kerendahan hati agar kiranya anda bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan. Kerahasiaan jawaban anda akan dijaga dan hanya diketahui oleh peneliti. Kuesioner ini saya harap diisi dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan apa yang dipertanyakan. Sehingga hasilnya dapat memberikan manfaat yang baik untuk penelitian ini. Dengan demikian apabila anda bersedia untuk menjadi responden penelitian ini, maka diharapkan untuk menandatangani Surat Pernyataan Persetujuan untuk ikut serta dalam penelitian (Informed Concent). Atas perhatian dan kerjasama anda saya ucapkan terima kasih. Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Usia : Alamat : No. HP : Bersedia menjadi responden dalam penelitian yang berjudul “Faktorfaktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2014-2015” Jakarta, ...................................2015 (.....................................................) Lampiran 2 Lembar Kuesioner Kode Daftar Pertanyaan A. Identitas Responden A1 Nama A2 Usia saat hamil A3 Alamat B. Pendidikan Ibu B1 Apakah pendidikan terakhir ibu? C. Pekerjaan Ibu C1 Apakah pekerjaan ibu saat ini? D. Perilaku Antenatal Care D1 Apakah ibu pernah hamil yang berakhir pada periode 1 Januari 2014 sampai dengan sekarang (termasuk yg sekarang sedang hamil) D2 Bagaimana hasil kehamilan tersebut? D3 D4 Pada saat Ibu mengandung, apakah Ibu memeriksakan kehamilan? Dimana Ibu memeriksakan kehamilan tersebut? D5 Siapakah yang memeriksa kandungan ibu? D6 Berapa bulan umur kandungan ketika Ibu pertama kali memeriksakan kehamilan? Selama Ibu mengandung, berapa kali Ibu memeriksakan kehamilan? D7 Jawaban ……….Tahun 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tidak Sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat Perguruan Tinggi 1. PNS 2. Wiraswasta 3. Ibu rumah tangga 1. Ya 2. Tidak 1. 2. 3. 4. Lahir hidup Lahir mati Keguguran Sedang hamil 1. Ya 2. Tidak (Lanjut ke-E1) 1. Rumah sakit 2. Puskesmas/Pustu 3. Posyandu 1. Dokter kandungan 2. Dokter umum 3. Perawat 4. Bidan 5. Dukun ……….Bulan ……Kali (Jumlah Pemeriksaan) Diisi peneliti D8 Ibu mengatakan memeriksakan kehamilan (NAMA) ____ kali. Berapa kali Ibu memeriksakan kehamilan Jumlah Pemeriksaan kehamilan a. Dalam 3 bulan pertama? ….. kali b. Antara 4 - 6 bulan? ….. kali c. Antara 7 bulan sampai melahirkan? ….. kali D9 Berapa bulan umur kandungan ketika …….Bulan Ibu terakhir kali memeriksakan kehamilan E. Preeklampsia E1 Pada saat pemeriksaan kehamilan, 1. Ya apakah Ibu diukur tekanan darahnya? 2. Tidak E2 Berapakah tekanan darah ibu saat itu? ……/…...mmHg E3 Pada saat kehamilan apakah ibu di 1. Ya periksa protein dalam urine nya oleh 2. Tidak tenaga kesehatan? E4 Berapakah jumlah proteinuria dalam …… urine tersebut? E5 Apakah selama kehamilan ibu 1. Ya mengalami edema (bengkak) pada 2. Tidak bagian tubuh? E6 Apakah ibu selama pemeriksaan 1. Ya kehamilan dinyatakan mengalami atau 2. Tidak berisiko terjadinya preeklampsia? F. Jarak Kehamilan F1 Sebelum kehamilan terakhir apakah 1. Ya ibu pernah hamil sebelumnya? 2. Tidak pernah (Lanjut ke-F1) Berapa jarak antara kehamilan terakhir …….Bulan/Tahun dengan kehamilan sebelumnya? G. Paritas G1 Berapa jumlah kehamilan (termasuk yg sedang hamil), jumlah keguguran, jumlah lahir hidup, dan jumlah lahir a. Jumlah seluruh kehamilan …….Kali b. Jumlah lahir hidup …….Orang c. Jumlah lahir mati …….Orang d. Jumlah keguguran …….Orang H. Riwayat Komplikasi H1 Apakah selama kehamilan, saat persalinan dan masa nifas sebelumnya ibu mengalami gangguan-gangguan/ komplikasi sbb: F2 Ya a. Pernafasan sesak b. Kejang c. Demam/Panas d. Anemia Tidak H2 H3 e. Nyeri kepala hebat f. Nyeri perut hebat g. Pendarahan (>2 kain) h. Masalah pada janin i. Bengkak kaki/badan j. Keluhan pecah dini k. Persalinan >24 jam l. Hipertensi m. Lainnya n. Tidak ada komplikasi Pada kehamilan sebelumnya apakah ibu pernah mengalami komplikasi persalinan? 1. Ya 2. Tidak Pernah Apakah ibu selama kehamilan mengalami gejala seperti Ya Tidak a. Pucat b. Sering pusing c. Cepat capek/lelah I. Riwayat Penyakit Penyakit Diabetes Mellitus/Kencing Manis I1 Apakah ibu pernah didiagnosis 1. Ya menderita kencing manis oleh dokter? 2. Tidak (Lanjut ke H3) I2 apakah ibu saat ini melakukan hal-hal dibawah ini untuk mengendalikan penyakit kencing manis Ya Tidak a. Diet b. Olah Raga c. Minum obat Anti diabetic d. Injeksi insulin I3 Apakah ibu dalam 1 bulan terakhir mengalami gejala: Ya Tidak a. Sering lapar b. Sering haus c. Sering buang air kecil & jumlah banyak d. Berat badan turun Penyakit Hipertensi/ Darah Tinggi I4 Apakah ibu pernah didiagnosis menderita 1. Ya hipertensi/ penyakit tekanan darah tinggi 2. Tidak (selesai) oleh tenaga kesehatan (dokter/ perawat/ bidan)? I5 Kapan didiagnosis pertama kali Tahun …. I6 Apakah saat ini [NAMA] sedang minum 1. Ya obat medis untuk tekanan darah tinggi 2. Tidak Terimakasih atas partisipasi anda, saya ucapkan terimakasih Lampiran 2 Hasil SPSS A. Analisis Univariat 1. Kejadian Preeklampsia kejadian_preeklampsia Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent tidak preeklampsia 80 66.7 66.7 66.7 preeklampsia 40 33.3 33.3 100.0 120 100.0 100.0 Total 2. Usia usia_ok Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent tidak berisiko 83 69.2 69.2 69.2 berisiko 37 30.8 30.8 100.0 120 100.0 100.0 Total 3. Pendidikan Pendidikan Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent rendah 61 50.8 50.8 50.8 tinggi 59 49.2 49.2 100.0 Total 120 100.0 100.0 4. Pekerjaan Pekerjaan Cumulative Frequency Valid tidak bekerja bekerja Total Percent Valid Percent Percent 100 83.3 83.3 83.3 20 16.7 16.7 100.0 120 100.0 100.0 5. paritas paritas_baru Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent tidak berisko 70 58.3 58.3 58.3 berisiko 50 41.7 41.7 100.0 120 100.0 100.0 Total Ajumlahsel Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent 1 33 27.5 27.5 27.5 2 40 33.3 33.3 60.8 3 30 25.0 25.0 85.8 4 14 11.7 11.7 97.5 5 3 2.5 2.5 100.0 120 100.0 100.0 Total 6. Jarak Kehamilan jarak_kehamilan Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent dekat 57 47.5 47.5 47.5 jauh 63 52.5 52.5 100.0 Total 120 100.0 100.0 7. Antenatal Care antenatal_care Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent tidak lengkap 39 32.5 32.5 32.5 lengkap 81 67.5 67.5 100.0 120 100.0 100.0 Total 8. Riwayat komplikasi Riwayatkomplikasi Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent tidak 64 53.3 53.3 53.3 ya 56 46.7 46.7 100.0 120 100.0 100.0 Total 9. Riwayat Penyakit Kronik a. Diabetes Mellitus riwayat_DM Cumulative Frequency Valid tidak ya Total Percent Valid Percent Percent 106 88.3 88.3 88.3 14 11.7 11.7 100.0 120 100.0 100.0 b. Penyakit Hipertensi riwayat_hipertensi Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent tidak 83 69.2 69.2 69.2 ya 37 30.8 30.8 100.0 120 100.0 100.0 Total B. Analisis Bivariat Case Processing Summary Cases Valid N antenatal_care * kejadian_preeklampsia riwayat_DM * kejadian_preeklampsia riwayat_hipertensi * kejadian_preeklampsia jarak_kehamilan * kejadian_preeklampsia paritas * kejadian_preeklampsia tk_pend * kejadian_preeklampsia pekerjaan * kejadian_preeklampsia riwayatkomplikasi * kejadian_preeklampsia usia_ok * kejadian_preeklampsia Missing Percent N Total Percent N Percent 120 100.0% 0 .0% 120 100.0% 120 100.0% 0 .0% 120 100.0% 120 100.0% 0 .0% 120 100.0% 120 100.0% 0 .0% 120 100.0% 120 100.0% 0 .0% 120 100.0% 120 100.0% 0 .0% 120 100.0% 120 100.0% 0 .0% 120 100.0% 120 100.0% 0 .0% 120 100.0% 120 100.0% 0 .0% 120 100.0% 1. Usia Crosstab kejadian_preeklampsia tidak preeklampsia usia_ok tidak berisiko Count 22 83 76.2% 55.0% 69.2% 19 18 37 23.8% 45.0% 30.8% 80 40 120 100.0% 100.0% 100.0% kejadian_preeklampsia Count % within kejadian_preeklampsia Total Count % within kejadian_preeklampsia Total 61 % within berisiko preeklampsia Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- sided) sided) sided) Df a 1 .017 4.694 1 .030 5.502 1 .019 5.646 b Asymp. Sig. (2- Fisher's Exact Test .022 Linear-by-Linear Association b N of Valid Cases 5.599 1 .018 120 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,33. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for usia_ok (tidak berisiko / berisiko) 2.627 Lower 1.171 Upper 5.894 .016 For cohort kejadian_preeklampsia = 1.431 1.020 2.009 .545 .335 .887 tidak preeklampsia For cohort kejadian_preeklampsia = preeklampsia N of Valid Cases 120 2. Pendidikan Crosstab kejadian_preeklampsia tidak preeklampsia pendidikan tinggi Count 19 80 76.2% 47.5% 66.7% 19 21 40 23.8% 52.5% 33.3% 80 40 120 100.0% 100.0% 100.0% kejadian_preeklampsia Count % within kejadian_preeklampsia Total Count % within kejadian_preeklampsia Total 61 % within rendah preeklampsia Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- sided) sided) sided) a 1 .002 8.667 1 .003 9.703 1 .002 9.919 b df Asymp. Sig. (2- Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b N of Valid Cases .002 9.836 120 1 .002 .002 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,33. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for pendidikan (tinggi / rendah) Lower Upper 3.548 1.584 7.948 1.605 1.133 2.273 .452 .277 .739 For cohort kejadian_preeklampsia = tidak preeklampsia For cohort kejadian_preeklampsia = preeklampsia N of Valid Cases 120 3. Pekerjaan Crosstab kejadian_preeklampsia tidak preeklampsia pekerjaan tidak bekerja Count 36 100 80.0% 90.0% 83.3% 16 4 20 20.0% 10.0% 16.7% 80 40 120 100.0% 100.0% 100.0% kejadian_preeklampsia Count % within kejadian_preeklampsia Total Count % within kejadian_preeklampsia Total 64 % within bekerja preeklampsia Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- sided) sided) sided) Pearson Chi-Square Continuity Correction a 1 .166 1.268 1 .260 2.064 1 .151 1.920 b Likelihood Ratio Fisher's Exact Test .201 Linear-by-Linear Association b N of Valid Cases 1.904 1 .129 .168 120 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,67. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for pekerjaan (tidak bekerja / bekerja) Lower Upper .444 .138 1.431 .800 .614 1.042 1.800 .721 4.493 For cohort kejadian_preeklampsia = tidak preeklampsia For cohort kejadian_preeklampsia = preeklampsia N of Valid Cases 120 4. Antenatal care Crosstab kejadian_preeklampsia tidak preeklampsia antenatal_care tidak lengkap Count % within kejadian_preeklampsia lengkap Count % within kejadian_preeklampsia Total Count preeklampsia Total 29 10 39 36.2% 25.0% 32.5% 51 30 81 63.8% 75.0% 67.5% 80 40 120 Crosstab kejadian_preeklampsia tidak preeklampsia antenatal_care tidak lengkap Count % within kejadian_preeklampsia lengkap Count % within kejadian_preeklampsia Total Count % within kejadian_preeklampsia preeklampsia Total 29 10 39 36.2% 25.0% 32.5% 51 30 81 63.8% 75.0% 67.5% 80 40 120 100.0% 100.0% 100.0% Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- sided) sided) sided) df a 1 .215 1.068 1 .301 1.578 1 .209 1.538 b Asymp. Sig. (2- Fisher's Exact Test .301 Linear-by-Linear Association b N of Valid Cases 1.526 1 .217 120 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,00. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Lower Upper Odds Ratio for antenatal_care (tidak lengkap / lengkap) 1.706 .730 3.985 .151 For cohort kejadian_preeklampsia = 1.181 .921 1.514 .692 .378 1.268 tidak preeklampsia For cohort kejadian_preeklampsia = preeklampsia N of Valid Cases 120 5. Paritas paritas_baru * kejadian_preeklampsia Crosstabulation kejadian_preeklampsia tidak preeklampsia paritas_baru tidak berisko Count % within kejadian_preeklampsia berisiko Count % within kejadian_preeklampsia Total Count % within kejadian_preeklampsia preeklampsia Total 46 24 70 57.5% 60.0% 58.3% 34 16 50 42.5% 40.0% 41.7% 80 40 120 100.0% 100.0% 100.0% Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- sided) sided) sided) a 1 .793 .004 1 .948 .069 1 .793 .069 b df Asymp. Sig. (2- Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b N of Valid Cases .846 .068 1 .794 120 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,67. b. Computed only for a 2x2 table .475 Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for paritas_baru (tidak berisko / berisiko) Lower Upper .902 .417 1.953 .966 .749 1.247 1.071 .638 1.799 For cohort kejadian_preeklampsia = tidak preeklampsia For cohort kejadian_preeklampsia = preeklampsia N of Valid Cases 120 6. Jarak kehamilan Crosstab kejadian_preeklampsia tidak preeklampsia jarak_kehamilan dekat Count % within kejadian_preeklampsia jauh kejadian_preeklampsia Total 18 57 48.8% 45.0% 47.5% 41 22 63 51.2% 55.0% 52.5% 80 40 120 100.0% 100.0% 100.0% Count % within kejadian_preeklampsia Total 39 Count % within preeklampsia Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square .150 df a 1 Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- sided) sided) sided) .698 Continuity Correction b Likelihood Ratio .038 1 .846 .151 1 .698 Fisher's Exact Test .846 Linear-by-Linear Association .149 b N of Valid Cases 1 .424 .699 120 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19,00. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Lower Upper Odds Ratio for jarak_kehamilan (dekat / 1.163 .543 2.490 1.051 .817 1.354 .904 .543 1.505 jauh) For cohort kejadian_preeklampsia = tidak preeklampsia For cohort kejadian_preeklampsia = preeklampsia N of Valid Cases 120 7. Riwayat komplikasi Crosstab kejadian_preeklampsia tidak preeklampsia riwayatkomplikasi tidak Count % within kejadian_preeklampsia ya Count % within kejadian_preeklampsia Total Count preeklampsia Total 45 19 64 56.2% 47.5% 53.3% 35 21 56 43.8% 52.5% 46.7% 80 40 120 Crosstab kejadian_preeklampsia tidak preeklampsia riwayatkomplikasi tidak Count 19 64 56.2% 47.5% 53.3% 35 21 56 43.8% 52.5% 46.7% 80 40 120 100.0% 100.0% 100.0% kejadian_preeklampsia Count % within kejadian_preeklampsia Total Count % within kejadian_preeklampsia Total 45 % within ya preeklampsia Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- sided) sided) sided) df a 1 .365 .506 1 .477 .820 1 .365 .820 b Asymp. Sig. (2- Fisher's Exact Test .439 Linear-by-Linear Association b N of Valid Cases .813 1 .367 120 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,67. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for riwayatkomplikasi (tidak / ya) Lower Upper 1.421 .663 3.044 1.125 .869 1.456 For cohort kejadian_preeklampsia = tidak preeklampsia .238 For cohort kejadian_preeklampsia = .792 .477 1.314 preeklampsia N of Valid Cases 120 8. Riwayat penyakit kronik a. Diabetes Mellitus Crosstab kejadian_preeklampsia tidak preeklampsia riwayat_DM tidak Count % within kejadian_preeklampsia ya kejadian_preeklampsia Total 35 106 88.8% 87.5% 88.3% 9 5 14 11.2% 12.5% 11.7% 80 40 120 100.0% 100.0% 100.0% Count % within kejadian_preeklampsia Total 71 Count % within preeklampsia Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- sided) sided) sided) a 1 .841 .000 1 1.000 .040 1 .841 .040 b df Asymp. Sig. (2- Fisher's Exact Test 1.000 Linear-by-Linear Association b N of Valid Cases .040 1 .841 120 a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,67. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate .529 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for riwayat_DM (tidak / ya) Lower Upper 1.127 .351 3.616 1.042 .690 1.574 .925 .435 1.964 For cohort kejadian_preeklampsia = tidak preeklampsia For cohort kejadian_preeklampsia = preeklampsia N of Valid Cases 120 b. Penyakit Hipertensi Crosstab kejadian_preeklampsia tidak preeklampsia riwayat_hipertensi tidak Count 15 83 85.0% 37.5% 69.2% 12 25 37 15.0% 62.5% 30.8% 80 40 120 100.0% 100.0% 100.0% kejadian_preeklampsia Count % within kejadian_preeklampsia Total Count % within kejadian_preeklampsia Total 68 % within ya preeklampsia Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- sided) sided) sided) a 1 .000 26.029 1 .000 27.704 1 .000 28.212 b df Asymp. Sig. (2- .000 .000 Linear-by-Linear Association b N of Valid Cases 27.977 1 .000 120 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,33. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for riwayat_hipertensi (tidak / ya) Lower Upper 9.444 3.891 22.924 2.526 1.569 4.066 .267 .161 .445 For cohort kejadian_preeklampsia = tidak preeklampsia For cohort kejadian_preeklampsia = preeklampsia N of Valid Cases 120 KEMENTERIAN AGAMA ' TINTVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN ) SYARIF HIDAYATT]LLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTBRAN DAN ILMU KESEHATAN Telp. Nomor : : (62-21)747167t8 F'ax : (62-21) 7404985 ; E-nail : fkik(a)uin j kt.ac. id Website : u,ww. uin jkt.ac.id Jl, Kefiamukti No. 5 Pisangan Ciputat 15,119 Un.01/F10lTL.00l 278$ .lakarta. 12015 Lampiran : I'Ial : Permohonan lzin Penelitian dan Pengambilan Data ?l AgLrstLrs 20I Kcpacla Ytlr. Kcpala Pusk csnras l)anrlrlanq L'! i 'l-cmpat ,lssu |um u' u I u i k um ll/r. ll'h. I)cngan Itornu.tt katri sanrpaikan. lrahn a nrahasisrl i I)nrgrarr Str-rcli Kesehatan l\4asvarakat lrakLrltas Kecioktcran clan ilnrr-r Kcschatan (ltKIK) t.llN 201 ,rl20l (r akan rrclakukun -l'ahun S1'arif Hic'lavatullah .lakart:r Akaclcnrik penelitian. N4ahasisrva tersebut adalah: : Sri lru.ii Astuli ( I 1 I I 101000083) Nanra S e nr cster :IX WaktLr .lr-rch-rl Skripsi : nrbcr Oktobcr 201 5 liakto-laktor ) ang be rhLrbLuruan ciengan ke jadian preeklarnpsia pada ihu h:rrnil di u ilar ah kcria puskesmas l)an-nrlang taltun 20 I -5 : Scpte Schubun-{:rn dengzrn itu. kanri nrohon dibcrikan izin kcpacla nrahasisu,i tcrscbttt t-tt-ttuk rnclakukan pcnclitian clan pcn-gambilan data di ',vilavah kerja rlutr: llli',rrk Ihtr pilrl,rrr tr'...._.t.-----,. ,, al3-rallatrlt.t ^r._:!., -itrltir.titli t:)t, t. tE,t. i, lr- ang Akadenrik. 'jana" Sp. OG 198709 I 00r 'l'cnrbusar-r : Dekarr I"KIK UIN Svaril' Hidavatullah .lakarta V -5