identifikasi bakteri eschericia coli pada es batu di

advertisement
IDENTIFIKASI BAKTERI Escherichia coli PADA ES
BATU YANG DIJUAL WARUNG NASI DI KELURAHAN
PISANGAN TAHUN 2015
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH:
Naftalena Dwi Putri
NIM: 1112103000012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/ 2015 M
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan nikmat-Nya.
Shalawat serta salam tak lupa kita junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman yang terang
benderang ini. Alhamdulillah berkat rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan
penelitian yang berjudul “Identifikasi Bakteri Escherichia coli pada Es
Batu yang Dijual Warung Nasi di Kelurahan Pisangan Tahun 2015”
Penyusunan laporan penelitian ini dapat terselesaikan karena
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M.Kes. selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Keseharatan UIN Jakarta,
2. dr. Achmad Zaki, S.Ked, M.Epid, SpOT selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Dokter beserta segenap dosen prodi yang selalu membimbing
dan memberikan ilmu kepada saya selama menjalani masa pendidikan di
Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku Penanggung Jawab Modul Riset Program
Studi Pendidikan Dokter 2012.
4. dr. Intan Keumala Dewi, SpMK selaku pembimbing pertama yang selalu
memberikan masukan, arahan dan bimbingan dalam menyusun penelitian
ini. Selalu menerima dengan terbuka saat saya datang bimbingan ke
tempat beliau. Selain itu juga selalu memberikan semangat dan motivasi di
setiap bimbingannya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini
tepat waktu.
5. dr. Nurmila Sari, M.Kes selaku pembimbing kedua saya yang selalu
memberikan masukan dan arahannya dalam menyusun penelitian ini.
Senantiasa
menyemangati
serta
membantu
saya
dalam
menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang saya kurang pahami pada penelitian ini.
6. Ibu Yuliati, S.Si, M.Biomed atas ijin dan bantuanya atas peminjaman lab
mikrobiologi UIN.
v
7. Ibu Novi selaku laboran lab mikrobiologi UIN atas bantuan dan arahanya
selama di lab mikrobiologi.
8. Para
penjaga
lab
mikrobiologi
UIN
dalam
bantuan
peminjaman
laboratorium mikrobiologi.
9. Para satpam kampus 2 Psikologi UIN Jakarta atas bantuanya dalam bentuk
perijinan peminjaman laboratorium mikrobiologi.
10. Kedua orang tua saya tercinta, Dwi Wahyono S.E dan Almh Hj. Eti
Heriwati yang selalu mendukung baik secara materi dan moril serta
mendoakan saya demi kelancaran penelitian ini.
11. Adik-adik saya Saffanah Fauziyah, Nafisa Qolbaini, dan Elok Dwi
Permata atas dukunganya dalam penelitian ini.
12. Anggota keluarga saya lainya, Asri Wahyuningtyas, Irfan Dewanto, dan
Supini yang telah mendukung saya secara moril dan sebagai penyemangat
saya dalam menuntaskan penelitian ini.
13. Saudara sepupu saya Layalia Qodri yang ikut berpartisipasi dalam
penelitian ini saat pengambilan sampel.
14. Teman sekelompok dan seperjuangan penelitian saya yaitu
Octafika H.,
Zulfikar T., Nindya P. yang telah menyemangati, membantu, dan berjuang
bersama di dalam penelitian ini hingga akhir.
15. Teman PSPD 2012 atas dukungan dan doanya kepada saya saat penelitian
ini.
16. Semua pihak yang telah memberi dukungan dan doa kepada saya yang
tidak dapat saya sebutkan satu persatu
Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian ini.
Kritik dan saran yang membangun sangat membantu demi terwujudnya
laporan penelitian yang lebih baik dan bermanfaat untuk masyarakat. Akhir
kata, semoga segala bantuan yang diberikan dalam penelitian ini akan
mendapat balasan, barokah dan ridho dari Allah SWT. Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Ciputat, 9 Oktober 2015
Penulis
vi
Naftalena Dwi Putri. Identifikasi Bakteri Escherichia coli Pada Es Batu
yang Dijual Warung Nasi di Kelurahan Pisangan Tahun 2015
Abstrak
Es batu merupakan produk pangan yang sering dikonsumsi di
Indonesia. Hal tersebut didukung letak geografis Indonesia yang merupakan
negara tropis. Es batu yang dijual di Indonesia hingga saat ini belum
memiliki peraturan mengenai nilai baku mutu. Es batu yang memiliki kualitas
yang rendah dapat menimbulkan penyakit, salah satu penyakitnya adalah
diare. Es batu yang dapat menimbulakn diare adalah es batu yang
mengandung bakteri patogen salah satunya yaitu Escherichia coli (E. coli).
Oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan kualitas es batu berdasarkan segi
mikrobiologi. Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Hasil dari
pengujian adalah 66,7% sampel mengandung E. coli dan 88,9% sampel
memiliki nilai MPN diatas ambang batas. Kesimpulan penelitian ini adalah
88,9% es batu yang dijual warung nasi di Kelurahan Pisangan memiliki
kualitas kurang baik berdasarkan indikator mikrobiologi yaitu koliform 0/100
ml dan E. coli 0 koloni.
Kata kunci: diare, E. coli, es batu, koliform
Naftalena Dwi Putri. Identification Escherichia
Restauran’s Ice Cubes At Pisangan 2015
coli bacteria In
Abstract
Ice cubes were food products which frequently consumed in
Indonesian. It is because the geography of Indonesia was tropic country. Ice
cubes were sold in Indonesia have not regulation about quality of the product
until now and it is make the quality of ice cubes still unclear. Ice cubes which
have low quality can make disease, the one of disease was diarrohea. Ice
cubes that can make diarrohea disease was that have pathogenic bacteriaon it,
the one bacteria is E.coli. This study’design was a descriptive. The result
showed that 66,7% samples positif have E. coli and 88,9% samples have
MPN value above the quality standarts. The conclution of this study was that
88,9% ice cubes in restaurant on Distric Pisangan have not good enough of
standards quality based on microbiological indicators were coliforme 0/100
ml and E. coli 0 colony.
Keywords: diarrhoea , E. coli , ice cubes, coliform
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................. ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ......................................................................... iv
KATA PENGANTAR..............................................................................................v
Abstrak ................................................................................................................... vii
Abstract .................................................................................................................. vii
BAB 1. Pendahuluan ............................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2. Rumusan masalah ......................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3
1.3.1. Tujuan Umum ......................................................................................... 3
1.3.2. Tujuan Khusus ........................................................................................ 3
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 3
1.4.1. Manfaat Bagi Peneliti ............................................................................. 3
1.4.2. Manfaat Bagi Perguruan Tinggi ............................................................. 3
1.4.3. Manfaat Bagi Masyarakat ....................................................................... 3
BAB 2. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 4
2.1. Landasan Teori ............................................................................................. 4
2.1.1. Morfologi dan Klasifikasi Eschericia coli.............................................. 4
2.1.2. Patogenesis E.coli ................................................................................... 4
2.1.3. Es Batu .................................................................................................... 7
2.1.4. Kualitas Air Minum ................................................................................. 10
2.1.5. Uji Identifikasi koliform dan E. coli ........................................................ 11
2.1.5.1. Uji MPN............................................................................................. 11
2.1.5.2. Uji biokimia IMViC dan Gula-gula................................................... 12
2.1.5.3. Pewarnaan Gram................................................................................ 14
2.2. Kerangka Teori ........................................................................................... 15
2.3. Kerangka Konsep........................................................................................ 15
2.4. Definisi Operasional ................................................................................... 16
BAB 3. Metode Penelitian .................................................................................... 17
3.1. Desain Penelitian ........................................................................................ 17
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 17
3.2.1. Lokasi Penelitian .................................................................................. 17
3.2.2. Waktu Penelitian................................................................................... 17
3.3. Populasi dan Sampel ................................................................................... 17
3.4. Kriteria Inklusi dan Ekslusi ........................................................................ 17
3.4.1. Kriteria Inklusi ...................................................................................... 17
3.4.2. Kriteria Ekslusi ..................................................................................... 17
3.5. Variabel....................................................................................................... 18
3.5.1. Variabel Bebas ...................................................................................... 18
3.5.2. Variabel Terikat .................................................................................... 18
3.6. Alat dan Bahan ........................................................................................... 18
3.6.1. Alat Penelitian ...................................................................................... 18
3.6.2. Bahan Penelitian ................................................................................... 18
3.7. Alur Penelitian ............................................................................................ 19
3.8. Cara Kerja Penelitian .................................................................................. 19
3.8.1. Tahap Persiapan .................................................................................... 19
3.8.2. Pengambilan Sampel ............................................................................ 20
3.8.3. Uji MPN................................................................................................ 20
3.8.4. Uji Identifikasi E. coli........................................................................... 21
3.9. Managemen Data ........................................................................................ 23
BAB 4. Hasil dan Pembahasan ............................................................................. 24
4.1. Hasil Uji MPN ............................................................................................ 24
4.2. Hasil Pewarnaan Gram LB ......................................................................... 26
4.3. Hasil Uji EMBA ......................................................................................... 27
4.4. Hasil Pewarnaan Gram dari Isolasi EMBA ................................................ 28
4.5. Hasil Uji IMViC ......................................................................................... 29
4.6. Hasil Uji Gula- gula ..................................................................................... 31
4.7. Persentase Hasil .......................................................................................... 34
4.7.1. Persentase Koliform dan E. coli ........................................................... 34
4.7.2. Persentase Kualitas Es Batu.................................................................. 35
4.8. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 36
4.9. Aspek Keislaman ........................................................................................ 36
BAB 5. Kesimpulan dan Saran ............................................................................. 37
5.1. Kesimpulan ................................................................................................. 37
5.2. Saran ........................................................................................................... 37
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Definisi Operasional .............................................................. 16
Tabel 4.1. Hasil Uji MPN ..................................................................... 25
Tabel 4.2. Hasil Pewarnaan Gram LB .................................................. 26
Tabel 4.3. Hasil Inokulasi EMBA.......................................................... 28
Tabel 4.4. Hasil Pewarnaan Gram EMBA ............................................ 29
Tabel 4.5. Hasil Uji IMViC.................................................................... 30
Tabel 4.6. Hasil Uji gula-gula ................................................................. 32
Tabel 4.7. Tabel Rangkuman Keseluruhan Uji ...................................... 33
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Uji MPN sebelum inkubasi ..................................................... 24
Gambar 4.2. Uji MPN setelah inkubasi.......................................................... 24
Gambar 4.3. Hasil Gram LB dengan pembesaran 100x................................ 27
Gambar 4.4. Koloni hasil inokulasi EMBA ................................................. 27
Gambar 4.5. Hasil Gram EMBA degan pembesaran 100x ........................... 28
Gambar 4.6. Hasil uji IMViC setelah inokulasi ............................................. 30
Gambar 4.7. Hasil uji gula-gula setelah inokulasi.......................................... 31
DAFTAR SINGKATAN
cAMP
: Siklik adenosin monofosfat
E.coli
: Eschericia coli
EMBA
: Eosin Methylen Blue Agar
IMViC
: Indol, Methyl red, Vogus proskauer, Citrate
LB
: Lactose broth
ml
: Mili liter
MPN
: Most Probable Number
SEPEC. : Sepsis enteropatogenesis E. coli
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Alat dan Bahan.................................................................... 38
Lampiran 2. Langkah-langkah Uji MPN ............................................... 40
Lampiran 3. Langkah-langkah Pewarnaan Gram................................... 41
Lampiran 4. Tabel MPN Seri 3 Tabung ................................................. 42
Lampiran 5. Persyaratan Kualitas Air Minum........................................ 43
Lampiran 6. Riwayat Hidup ................................................................... 44
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka teori....................................................................... 15
Bagan 2.2. Kerangka Konsep................................................................. 15
Bagan 3.1 Alur penelitian. ...................................................................... 19
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
WHO
(2013) menyatakan bahwa penyakit diare merupakan
penyebab kedua kematian pada anak-anak di dunia. Dengan jumlah 780 juta
anak di dunia, dilaporkan anak dengan umur kurang dari 5 tahun memiliki
angka kejadian diare terbesar yaitu mencapai 760.000 per tahun. Negara
berkembang memiliki angka kejadian diare lebih banyak dibandingkan
dengan negara maju.1
Penyakit
diare
masih
menjadi fokus
masalah
kesehatan di
Indonesia karena angka morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi.
Survei morbiditas yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan dari tahun
2000-2010 memiliki kecenderungan insidensi diare yang meningkat. Pada
tahun 2000, kejadian penyakit diare yaitu 301 /1000 penduduk, tahun 2003
naik menjadi 374 / 1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000
penduduk dan pada tahun 2010 menjadi 411/100 penduduk. 2
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007
prevalensi periode diare yaitu 9,0% di seluruh Indonesia sedangkan mengenai
pola penyebab kematian semua umur, penyakit diare merupakan penyebab
kematian peringkat ke-13 dengan proporsi 3,5%. Berdasarkan data mengenai
penyakit menular maka diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-3
setelah TB dan Pneumonia.
Banten termasuk ke dalam lima provinsi yang memiliki angka
insidensi diare tertinggi di Indonesia. Provinsi Banten memiliki insidensi
diare pada semua umur sebesar 2,4% sedangkan insidensi diare pada balita
sebesar 6,3%.2
Penyebab penularan diare tertinggi berasal dari makanan dan
minuman yang terkontaminasi oleh bakteri. 1 Di Indonesia makanan dan
minuman yang beredar harus sesuai dengan nilai baku mutu yang ditetapkan
oleh Depkes RI. Berdasarkan ketetapan tersebut terdapat indikator-indikator
untuk menilai baku mutu pangan, salah satu indikatornya yaitu dalam hal
mikrobiologi. Dalam indikator mikrobiologi, terdapat bakteri-bakteri tanda
1
2
kontamiansi pangan.
Salmonella,
coliform
Beberapa bakteri tanda kontaminan pangan yaitu
dan Eschericia
coli (E.
coli).3 E.
coli dan
Rotavirus.merupakan agen penyebab tersering terjadinya penyakit diare. 1
Es batu merupakan salah satu produk pangan pelengkap sering
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Hal tersebut didukung oleh kondisi
geografis
Indonesia
yaitu terletak
garis katulistiwa sehingga Indonesia
termasuk negara tropis, negara tropis memiliki suhu lingkungan yang hangat.
Karena hal tersebut masyarakat Indonesia sering menggunakan es batu
sebagai produk pangan pelengkap. Es batu merupakan produk pangan
pelengkap karena cara penyajianya ditambah dengan minuman.
Hingga saat ini di Indonesia, nilai baku mutu untuk produk es batu
masih belum ada karena usaha es batu masih tergolong usaha skala kecil dan
usaha rumah tangga, sehingga kualitasnya belum terjamin. 4,5
Salah satu industri rumah tangga yang menjual es batu adalah
warung nasi. Umumnya warung nasi yang ada adalah warung nasi sederhana
terutama di daerah Kelurahan Pisangan, Tangerang Selatan. Pada kelurahan
Pisangan terdapat Universitas UIN yang memiliki banyak mahasiswa, oleh
karena itu di sekitarnya menjamur warung nasi. Warung nasi yang terdapat di
Kelurahan Pisangan merupakan warung nasi sederhana sehingga higienitas
dan sanitasinya belum diketahui.
Saat ini belum ada penelitian yang meneliliti es batu yang dijual
warung nasi di Kelurahan Pisangan pada tahun 2015, oleh karena latar
belakang tersebut maka peneliti melakukan penelitian Identifikasi
E. coli
pada es batu di warung nasi Kelurahan Pisangan Tahun 2015.
1.2. Rumusan masalah
Apakah es batu yang dijual warung nasi di Kelurahan Pisangan
mengandung E. coli ?
3
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1.Tujuan Umum
Mengetahui kualitas es batu yang dijual warung nasi di
Kelurahan Pisangan secara mikrobiologi.
1.3.2.Tujuan Khusus
Mengetahui es batu yang dijual warung nasi di Kelurahan
Pisangan mengandung bakteri E.coli.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1.Manfaat Bagi Peneliti
a. Melatih
kemampuan
diri
dalam
menyusun
dan
melakukan
penelitian.
b. Melatih kemampuan bekerja di unit laboratorium.
c. Menjawab
pertanyaan peneliti mengenai kualitas es batu di
Kelurahan Pisangan.
d. Sebagai syarat untuk kelulusan pendidikan preklinik Program
Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah.
1.4.2. Manfaat Bagi Perguruan Tinggi
a. Menjadi rujukan bagi penelitian selanjutnya di FKIK UIN yang
terkait.
b. M6bah publikasi ilmiah dalam bidang mikrobiologi klinik bagi
civitas FKIK UIN.
c. M6bah informasi bagi civitas FKIK UIN tentang kualitas es batu di
Kelurahan Pisangan.
1.4.3. Manfaat Bagi Masyarakat
a. Memberikan informasi baru kepada masyarakat tentang kualitas es
batu yang dijual warung nasi di Kelurahan Pisangan.
b. Meningkatkan
kesadaran
masyarakat
pembuatan dan pengolahan es batu yang baik.
mengenai
pentingnya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Morfologi dan Klasifikasi Eschericia coli
E.coli merupakan bakteri Gram negatif yang memiliki
morfologi kokobasil atau batang pendek, tidak membetuk spora,
bermotil dan dapat mengasilkan gas dari glukosa. 6 E.coli meiliki
ukuran
0,4µm
–
0,7µm x
1,4µm dan
memiliki strain
yang
berkapsul.7 E. coli memiliki kompleks antigen yang teridiri dari antigen
O, K, dan H.8
Menurut Melnick Jawetz mengenai klasifikasi bakteri E.
coli yaitu7 :
Kingdom: Bakteria
Fillum: Proteobacteria
Kelas: Gammaproteobacteria
Ordo: Enterobacteriales
Famili: Enterobactericeae
Genus: Eschericia
Spesies: Eschericia coli
2.1.2. Patogenesis E.coli
Bakteri E. coli merupakan flora normal yang ada di dalam
kolon manusia.9
Umumnya
E.
coli tidak menyebabkan suatu
penyakit pada manusia tetapi pada beberapa kondisi tertentu, bakteri
E. coli dapat menimbulkan penyakit yaitu bila jumlah koloni terlalu
banyak, E. coli hidup di luar habitatnya atau keadaan manusia
sebagai pejamu yang lemah karena suatu kondisi seperti mengalami
penyakit imunosupresan.
Manifestasi E. coli pada manusia bergantung dari tempat
infeksi tarjadi, oleh sebab itu patogenesis E. coli dibedakan
berdasarkan letak organnya yaitu menjadi infeksi ekstraintestinal dan
intraintestinal.8
4
5
2.1.2.1. Patogenesis E. coli di ekstraintestinal
Pada patogenesis ekstraintestinal, E. coli dapat
menyebabkan infeksi saluran kemih, sepsis, dan penyakit
lainya. Pada infeksi saluran kemih, E. coli menjadi penyebab
tersering dengan prevalensi mencapai 90% terutama pada
penderita wanita.7 Gejala dan tanda-tandanya infeksi saluran
kemih yaitu sering berkemih, disuria, hematuria, dan piuria.
Pada infeksi saluran kemih yang letaknya dibagian atas
maka akan timbul pula gejala nyeri pinggang dan demam
yang sangat tinggi yaitu mencapai lebih samadengan 39 o C.
antigen yang cukup berperan dalam infeksi saluran kemih
bagian atas yaitu antigen K, sedangkan antigen O hamper
berpran pada seluruh infeksi. Antigen H berperan pada
kejadian nefropatogenik akibat infeksi E. coli.7
Selain infeksi saluran kemih, E. coli juga dapat
menyebabkan sepsis yang dapat mengancam nyawa. E. coli
menjadi penyebab sepsis nosokomial yang cukup tinggi
yaitu prevalensinya mencapai 15%. Sepsis akibat E. coli
sebagain besar diakibatkan oleh endoktoksin kelompok
sepsis enteropatogenesis E. coli (SEPEC) yang rata-rata
menunjukan resistensi.8
Pada infeksi lainya, E. coli dapat pula menyebabkan
infeksi vesica vellea serta duktus,apendisitis dan meningitis
pada bayi prematur.8
2.1.2.2. Patogenesis E. coli di intraintestinal
Pada intestinal, E. coli sering menyebabkan penyakit
diare. Diare yang disebakan oleh E. coli sangat beragam
macamnya, bergantung dari jenis maupun gejala klinis yang
timbul. Perbedaan tersebut terjadi karena E. coli memiliki
6
beberapa
kelompok
dengan
kemampuan
virulensi
yang
berbeda-beda berdasarkan dari endotoksi yang dihasilkan.
Endotoksin dari strain E.coli yang patogen dapat
menyebabkan
diare
berat
pada
semua
kelompok
usia.
Endotoksin strain E. coli yang dihubungkan dengan diare
yaitu:
1. Enteropatogenik E.coli (EPEC): menyebabkan diare pada
bayi dan anak di negara berkembang. 7 Jenis diare yang
ditimbulkan yaitu diare encer yang dapat sembuh sendiri
tetapi dapat menjadi kronik. Mekanisme EPEC dapat
menimbulkan manifestasi yaitu mulanya EPEC menempel
pada mukosa intestinal lalu dibantu dengan kromosom pada
EPEC,
maka perlekatan akan semakin meningkat dan
mengakibatkan
merusaknya
mikrovili
yang
ada
pada
mukosa intestinal.7
2. Enterotoksigenik E.coli (ETEC): ETEC adalah penyebab
umum terjadinya “diare wisatawan” dan juga penyebab diare
yang sangat penting pada bayi di negara berkembang. 7
Strain bakteri ini menghasilkan toksin LT (termolabil) dan
toksin ST (termostabil) saat bakteri ini melekat pada mukosa
usus manusia sehingga menyebabkan secretory diarrhea
seperti pada kolera. Toksin yang dihasilkan akan masuk ke
mukosa intestinal lalu mempengaruhi fungsi sel dengan cara
aktivasi adenilil siklase lalu setelah itu akan meningkatkan
konsentrasi
cAMP
lokal.7
Konsentrasi
cAMP
yang
meningkat akan mengakibatkan hipersekresi air dan klorida
yang banyak dan lama. Akibat hipersekresi tersebut maka
fungsi reabsorpsi natrium dan juga membuat intestinal
teregang, akibat peregangan tersebut maka akan terjadi
hipermotilitas maka terjadilah diare.
3. Enteroinvasif E.coli (EIEC): Menimbulkan penyakit diare
disentri yang mirip eperti shigelosis. EIEC menimbulkan
7
penyakit
dengan
cara
menginvasi
sel
epitel
mukosa
intestinal sehingga menimbukan lesi inflamasi dan juga
ulkus.8 Penyakit ini terjadi paling sering pada anak-anak di
negara berkembang dan pada pengunjung negara-negara
tersebut.
Seperti
memfermentasikan
Shigella,
laktosa
strain
atau
EIEC
tidak
memfermentasi
laktosa
dengan lambat dan nonmotil.
4. Enteroagregatif
E.
coli
(EAEC):
EAEC
dapat
menyebabkan diare akut dan kronik dengan durasi ratarata > 14 hari dan sering terjadi pada masyarakat di negara
berkembang. EAEC juga menyebabkan penyakit yang
ditularkan
melalui
Mekanisme
EAEC
makanan
hingga
di
negara
sampai
industri. 7
menimbulkan
manifestasi yaitu dibantu dengan fimbrea, organism ini
melekat
pada
sel
epitel
mukosa
intestinal
lalu
mengeluarkan toksin yang hampir serupa dangan tipe SL
dan hemolisin. Ciri diare yang ditimbulkanya yaitu watery
diarrhe dan bahkan hingga diare berdarah. 8
5. Enterohemoragik E. coli (EHEC):
strain bakteri ini
menghasilakan ve rotoksin sehingga menyebabkan kolitis
hemoragik (diare berdarah).5 Jumlah koloni O157:H7 yang
dapat menimbulkan gejala penyakit cukup rendah yaitu
101 /g – 102 /g dan umumnya menyerang kelompok balita,
manula, dan orang yang memiliki kekebalan tubuh rendah.
Sanitasi yang baik, memasak daging sapi sampai suhu
65o C dan menyimpan panganan di lemari es pada suhu 4 o C
atau kurang adalah cara untuk mengontrol E.coli.5
2.1.3. Es Batu
Es batu merupakan salah satu jenis produk pangan
yang terbuat dari air yang dibekukan hingga
Es batu
merupakan hasil pembekuan air minum mencapai suhu 0 o C
8
sehingga menjadi massa yang padat dan berbentuk seperti
kristal.10 Terbentuknya massa yang padat dikarenakan salah
satu molekul air yaitu hidrogen akan bergerak lambat pada
suhu 0o C sehingga molekul hidrogen yang satu tidak mampu
memutuskan
Kerapatan
ikatanya
ikatan
dengan
antar
molekul hidrogen
molekul
hidrogen
lainya.
tersebut
mengakibatkan air berubah wujud menjadi padat, dan karena
air berwarna jernih sehingga gambaran warnanya seperti
kristal.10
Umumnya
es
batu
memiliki
berbagai
macam
manfaat, salah satu manfaatnya yaitu sebagai pelengkap
yang disajikan bersamaan dengan air minum, oleh sebab itu
es batu termasuk jenis produk pangan pelengkap. Tujuan
ditambahkanya
es
batu
dalam
dingin
minuman
dan
segar,
yaitu
hal
untuk
menimbulkan
sensasi
tersebut
berhubungan
dengan suhu rerata di Indonesia dimana
Indonesia merupakan negara tropis sehingga memiliki suhu
yang hangat. Karena hal tersebut masyarakat Indonesia
cukup sering mengkonsumsi es batu.
Es
batu
memiliki suhu
yang rendah sehingga
aktivitas bakteri termasuk bakteri patogen dapat menurun
atau berhenti. Hal tersebut disebabkan karena metabolisme
bakteri membutuhkan bantuan enzim dimana aktivitas kerja
enzim sangat dipengaruhi oleh suhu. Karena hal tersebut es
batu dianggap relatif aman, tetapi pada beberapa penelitian
terdahulu mengenai es batu, masih terdapat bakteri patogen
pada es batu yang beredar di pasaran.
4
2.1.3.1. Bakteri dalam Es Batu
Berdasarkan
penelitian
di
Hongkong,
adanya bakteri patogen pada es batu dikarenakan
permukaan pembungkus es batu yang digunakan
9
kemungkinan
telah
tercemar,
selain
itu
saat
pendistribusian es batu yang kurang baik dan bersih
pun memungkinkan bakteri patogen terdapat pada
es batu. Air yang digunakan sebagai bahan baku es
batu pun memegang peranan penting adanya bakteri
patogen pada es batu, jika air bahan baku yang
digunakan tidak higienis dan baik maka bakteri
patogen dapat terdapat di dalam es batu tersebut.
Konsumsi
patogen
es
dapat
batu
yang
mengandung
menimbulkan
bakteri
penyakit
pada
manusia, terutama penyakit enterik. 11
Bakteri yang
dijadikan
indikator dalam
pencemaran es batu adalah koliform dan E.coli.5,
11
menurut hasil penelitian, E.coli yang terkandung
dalam es tidak akan mati dalam proses pembekuan,
sehingga
saat
es
tersebut
mencair
memungkinkan E.coli hidup kembali.10,
Hingga
saat
ini,
dapat
11.
belum ada
peraturan
pemberian izin atau rekomendasi kelayakan usaha
es batu yang baku ditinjau dari segi higienis dan
sanitasi. Hal tersebut dikarenakan usaha es batu
masih dalam skala kecil dan merupakan usaha
rumah tangga,
sehingga higienis dan sanitasinya
masih diragukan. Kualitas es batu yang baik ditinjau
dari bahan baku, cara distribusi, dan penyajian yang
higienis dan memenuhi standar sanitasi. 10 Pada
beberapa penelitian es batu, indikator mikrobiologi
yang digunakan adalah indikator nilai baku mutu air
minum karena dianggap setara.11
10
2.1.4. Kualitas Air Minum
Hingga saat ini air merupakan zat yang sangat
krusial bagi keberlangsungan kehidupan mahkluk hidup.
Karena pentingnya air bagi mahkluk hidup maka pasoka air
memadai dan aman. 12 Sehingga
harus mudah diakses,
manusia harus melakukan upaya untuk mendapatkan air
yang aman tersebut. Salah satu air yang dianggap aman
adalah air bersih, air bersih dapat dimanfaatkan oleh
manusia dalam berbagai macam hal yaitu untuk memasak,
mencuci, mandi, dan juga minum.
Definisi
air
minum
berdasarkan
Permenkes
01/PRT/M/2009 Pasal 1 menyatakan bahwa air minum
adalah air yang memalui proses pengolahan ataupun tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung diminum.
Sumber
air
adalah
salah
satu
faktor
yang
menentukan bhwa air tersebut layak minum atau tidak.
Sumber air minum dibedakan menjadi dua jenis yaitu air
tanah dan air permukaan.13 Air tanah adalah air yang berada
di dalam tanah dan untuk mengabilnya harus dilakukan
pemboran dahulu. air permukaan adalah air berada di atas
permukaan tanah dan sering dijumpai, salah satu contoh air
permukaan adalah air sungai, waduk, ataupun danau.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 736
tahun 2010 maka sumber air minum dapat diperoleh dari air
minm kemasan, air minum yang didistribusikan melalui pipa
dan air yang didistribusikan melalui tanki air. Jenis-jenis air
minum tersebut harus memenuhi syarat nilai baku mutu
yang telah ditetapkan.3
Di Indonesia air minum memiliki nilai baku mutu
tersendiri dalam dalam menentukan kelayakannya. Nilai
baku mutu dari air minum diatur oleh Permenkes RI Nomor
11
492/PERMENKES/PER/IV/2010.3 Salah satu aspek yang
dilihat pada nilai baku mutu adalah indikator mikrobiologi.
Pada indikator tersebut dinyatakan bahwa APM koliform
0/100 ml dan E. coli 0 kolon/ ml sehingga bila bakteri pada
air minum leih dari nilai baku mutu maka dapat dinyatakan
air minum tersebt tidak layak minum. 5
2.1.5. Uji Identifikasi Koliform dan E. coli
2.1.5.1.Uji MPN
Metode yang digunakan dalam identifikasi
kolifom pada air minum umumnya menggunakan
metode uji Most Probable Number (MPN). Pada
metode tersebut terdiri dari presumtif test (uji
praduga) dan confirmed test (uji peneguhan).14 Pada
uji MPN dapat mendeteksi keberadaan bakteri
koliform, bakteri gram negatif, dan bakteri basil
non-spora yang dapat menfermentasi laktosa dengan
inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0 C.15
Presumtif test media yang digunakan pada
uji ini adalah LB(LB). LB adalah media untuk
penanaman Salmonella dan bakteri koliform yang
berasal dari makanan dan minuman. LB merupakan
media pre-enrichmen bagi Salmonella dan koliform,
dimana umumnya bakteri tersebut jumlahnya sedikit
pada sampel sehingga sulit dideteksi. Hasil dari
tahap presumtif test adalah nilai MPN dimana nilai
MPN merupakan jumlah perkiraan unit tumbuh
(growth unit) atau unit pembentuk-koloni (colony
formin unit) dalam sampel.14 Namun pada umunya
nilai MPN juga diartikan sebagai jumlah inividu
bakteri yang ada pada sampel dengan satuan yang
digunakan adalah per 100 ml atau per gram.
12
Salmonella
dan
koliform
memilki
kemampuan untuk menfermentasi laktosa.16 Adanya
bakteri koliorm pada uji ini ditunjukan yaitu media
menjadi keruh dan terdapat gas pada tabung durham
sebab bakteri koliform dapat menfermentasi laktosa
(beberapa bakteri enterik tidak dapat menfermentasi
laktosa) dan menghasilkan gas.
Pada Presumtif test dilakukan dengan tiga
tingkat pengenceran dengan seri tiga tabung yaitu
10 ml, 1 ml, dan 0,1 ml lalu diinkubasi selama ± 48
jam dalam suhu 35o C.14
Confirmed
test
bertujuan
untuk
memastikan hasil dari uji sebelumnya bahwa bakteri
yang tumbuh bukanlah bakteri nonkoliform yang
bukan merupana indikator dari pencemaran fekal.
Sehingga pada confirmed test dibutuhkan media
yang selektif dan diferensiasi. Terdapat dua jenis
media yang memenuhi kriteria tersebut yaitu media
Endo
Agar
dan Eosin
Methylen
Blue Agar
(EMBA).16
EMBA memiliki kandungan metilen biru
dimana
zat
tersebut
dapat
menghambat
pertumbuhan bakteri Gram positif sehingga yang
tumbuh hanya bakteri Gram negatif saja. Selain itu
EMBA memiliki kondisi yang asam sehingga hal
tersebut
membuat
kompleks
presipitat
dan
menimbulkan warna hijau kilap logam pada E. coli
dimana bakteri E. coli indikator coliform fekal.16
2.1.5.2. Uji Biokimia IMViC dan Gula-gula
Pada bakteri E. coli uji biokimia yang
umunya dilakukan adalah uji gula-gula dan uji
13
IMViC.
Uji
biokimia
ini
bertujuan
untuk
mengetahui sifat dari bakteri karena setiap bakteri
memiliki
sifat
yang
bermacam-macam
sehingga
dapat ditentukan hingga tingkatan spesies.
Pada uji gula-gula digunakan 5 jenis yaitua
glukosa, laktosa, maltose, manitol dan sukrosa. Pada
uji gula-gula akan didapatkan hasil positif karena E.
coli
dapat
menfermentasikan
gual-gula sehingga
hasil fermentasi tersebut adalah asam dan gas. Asam
dapat terlihat dengan adanya perubahan warna pada
media yaitu dari ungu menjadi kuning keruh dan
adanya gas dapat dilihat di tabung durham.
Pada uji IMViC pada E. coli terdapat lima
rangkaian uji yaitu uji indol, motil, merah metal,
VP, dan sitrat. Pada uji indol E. coli dapat
membentuk
indol
sebab
dapat
menfermentasi
triptofan sebagai sumber karbonya. Pada uji indol
maka
akan
didapatkan
hasil
positif
yaitu
terentuknya cincin merah jika ditambahkan reagen
kovac. Pada uji motil, menggunakan media yang
sama yaitu indol, E. coli memiliki fimbrae sebagai
alat gerak sehingga pada uji ini akan didaptkan hasil
yang postif dengan ditandai gambaran mnjalar pada
media.
Uji methyl red (MR), E. coli dapat
menghasilkan
asam metilen
glikon
dari proses
fermentasi glukosa yang terkandung dalam media
MR sehingga hasilnya akan positif dimana hal
tersebut akan ditunjukan dengan perubahan warna
media menjadi merah saat ditetekan indikator MR.
Pada uji VP maka bakteri E. coli akan
menunjukan hasil yang negatif sebab bakteri tidak
14
menghasilkan
produk
netral seperti asetil metil
karbinol (asetoin) dari hasil metabolisme glukosa
melainkan
ditetekan
menghasilkan
alfanaftol
dan
asam
KOH
sehingga
tidak
saat
terjadi
perubahan warna media menjadi merah.
Uji sitrat jika yang diduga adalah bakteri
E. coli maka akan didapatka hasil yang negatif
sebab E. coli tidak dapat menggunakan sitrat
sebagai sumber karbon maka medianya akan tetap
berwarna hijau.
Sehingga pada keseluruhan uji IMViC
akan didapatkan hasil Indol akan positif, motil
positif,
Uji Merah metal akan positif, Voges-
proskauer
akan negatif dan uji Citrate
akan
negatif.15
2.1.5.3. Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram merupakan pewarnaan
diferensiasi sebab pewarnaan ini dapat membedakan
sifat bakteri berdasarkan Gram menggunakan dua
zat warna. Pada pewarnaan Gram maka akan
tampak sifat Gram yaitu positif apabila warna
bakteri ungu dan negatif apabila warna bakteri
adalah merah. Selain sifat, pewarnaan Gram juga
dapat
menunjukan morfologi dari bakteri yaitu
basil, kokus, kokobasil, diplokukos dan spora. 15,17
15
2.2. Kerangka Teori
Bagan 2.1. Kerangka Teori
2.3.Kerangka Konsep
Bagan 2.2. Kerangka Konsep
16
2.4. Definisi Operasional
Tabel 2.1. Definisi Operasional
Varia
bel
Es
batu
E.coli
Definisi
Air yang didinginkan
dengan suhu dibawah
0o C hingga menjadi
beku.
Bakteri
dengan
morfologi
batang
pendek
Gram
(-).
Umunya sebagai flora
normal
di
kolon
manusia.
Uji
yang
bertujuan
mengetahui
jumah
bakteri koliform dan
keberadaan E.coli pada
sampel air. Terdiri dari
tiga tahap yaitu:
Uji
1. Presumtive
test
MPN
dengan media LB
2. Confirmed
test
dengan media EMBA
3. Completed
test:
Pewarnaan Gram, uji
IMViC, uji gula-gula.
Cara ukur
Alat
Ukur
Hasil ukur
Skala
Kategorik
(-)
(-)
1.Pewarnaan Gram
2. Uji IMViC
3. Uji gula-gula
1. Bentuk batang pendek
sifat Gram (-) 2. Uji
Indol akan positif, Uji
Merah
metal
akan
positif, Voges-proskauer
akan negatif dan uji
Citrate akan negatif.14
3. Uji gula-gula positif
mengandung gas.
Kategorik
1. Media LB menjadi
keruh dan terdapat gas
pada tabung durham.
2. Tumbuh koloni dengan
warna hijau dengan
kilap logam.
3. Bentuk batang pendek
(-)
sifat Gram (-) pada
pewarnaan, Uji Indol +,
uji MR +, VP -, Sitrat -.
Uji gula-gula positif
mengandung gas.
Kategorik
(-)
1. Presumtive
test:
melihat
kekeruhan
pada media dan gas
pada tabung durham.
2. Confirmed
test:
tumbuh koloni bakteri
pada media EMBA
3. Completed
test:
pewarnaan
Gram
diamati
dengan
mikroskop
Oympus
Japan,
perubahan
warna pada media
(-)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan yaitu deskriptif.18 Penelitian ini
menggunakan beberapa metode
identifikasi bakteri.
Metode identifikasi
bakteri dengan teknik Most Probable Number (MPN), pewarnaan Gram,
kultur media spesifik, uji Indol, Metil merah, Vogus Proskauer, Sitrat
(IMViC), dan uji gula-gula.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan pada Bulan Juli-September 2015.
3.3. Populasi dan Sampel
Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah es batu dengan
populasi warung nasi di Kelurahan Pisangan. Metode pengambilan sampel
yaitu dengan purposive sampling.19 Jumlah sampel yang diambil adalah 9
sampel.
3.4. Kriteria Inklusi dan Ekslusi
3.4.1. Kriteria Inklusi
Semua jenis es batu yang dijual warung nasi di wilayah
Kelurahan Pisangan.
3.4.2. Kriteria Ekslusi
a. Es batu yang telah tercampur dengan minuman.
b. Es batu yang cairkan lebih dari 24 jam sebelum diuji.
17
18
3.5. Variabel
3.5.1. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah es batu yang dijual
warung nasi di Kelurahan Pisangan.
3.5.2. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah bakteri E.coli yang tumbuh
pada media.
3.6. Alat dan Bahan
3.6.1. Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian yaitu :
Tabung reaksi; Ose; Bunsen; Mikro pipet; Pinset; Cawan petri Korek
api; Spatula kaca; Kapas; Tisu; Kamera; Pengukur waktu; Baki;
Autoclave; Alat tulis; Label; Incubator; Pot steril; Gelas objek;
Mikroskop; Vortex mixer; Kapas lidi steril; Tabung durham; Lemari
steril; Lemari pendingin (refrigerator); Freezer; Stomacher; Timbangan;
Magnetic stire.
3.6.2. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu:
Es batu yang dijual di warung nasi Kelurahan Pisangan; Eosin Metylen
Blue Agar; Alkohol 70%; Gentian violet; Lugol; Alkohol 95%;
Safranin; NaCl fisiologis steril; Lactose Broth, uji gula-gula (gukosa,
laktosa, latosa, sukrosa,maltosa), uji Indol, Metil merah, Vogus
proskauer, Sitrat (IMViC).
19
3.7.
Alur Penelitian
Bagan 3.1. Alur Penelitian
3.8. Cara Kerja Penelitian
3.8.1. Tahap Persiapan
3.8.1.1.Persiapan Alat dan Bahan
Peneliti memersiapkan alat dan bahan yang telah
disebutkan sebelumnya untuk melakukan penelitian ini.
3.8.1.2. Sterilisasi Alat dan Bahan
Seluruh alat dan bahan yang telah dipersiapkan dicuci
hingga bersih, lalu dikeringkan. Siapkan
tabung reaksi lalu
masukan LB 10 ml pada semua tabung dan masukan tabung
20
durham dan pastikan tidak ada udara setelah itu tutup dengan
kapas.
Sterilkan
alat-alat
dan
tabung
reaksi
dengan
menggunakan autoclave yang bertekanan 15dyne/cm3 (1 atm)
dengan suhu 121o C.
3.8.2. Pengambilan Sampel
Warung nasi yang dipilih oleh penelitian adalah warung nasi
sederhana yang berada di Kelurahan Pisangan. Keadaan warung nasi
berdasarkan
kebersihanya yaitu ada beberapa yang kurang dan juga
cukup baik. Kebersihan warung nasi dinilai dari sumber air yang
digunakan untuk mencuci alat makan dan cara penyajian makanan.
Es batu yang telah diambil, selanjutnya
dipindahkan di
wadah plastik anti panas yang sudah di sterilkan dengan autoclave.
Setelah itu es batu diletakan hingga mencair pada suhu ruangan.
Pencairan es batu harus kurang dari 24 jam sebelum dilakukan uji
MPN.
3.8.3. Uji MPN
Pada sampel air, digunakan teknik Most Probable Number
(MPN) dalam pengujian untuk mendeteksi bakteri koliform. Terdapat
dua langkah dalam teknik MPN yaitu presumtive test dan confirmed
test.14 Pengujian presumtive test menggunakan seri tiga tabung dan tiga
tingkat pengenceran.
3.8.3.1. Presumtive Test
Siapkan 9 tabung pyrex steril untuk satu sampel
yang masing-masing diberi label. Panaskan mulut tabung lalu
masukan 10 ml Lactose Broth (LB) dengan menggunakan
pipet ke dalam tabung lalu masukan 10 ml sampel larutan
pengenceran 10-1 dan kocok perlahan. Panaskan mulut tabung
lalu masukan 10 ml LB dengan menggunakan pipet ke dalam
tabung lalu masukan 1 ml sampel larutan pengenceran 10-2 dan
21
kocok perlahan. Panaskan mulut tabung lalu masukan 10 ml
LB dengan menggunakan pipet ke dalam tabung lalu masukan
0,1 ml sampel larutan pengenceran 10-3 dan kocok perlahan.
Inkubasi tabung selama 24-48 jam dengan suhu 350 C. Hasil
presumtive test dikatakan positif apalabila terdapat gas pada
tabung durham.
Pengujian selalu disertai dengan kontrol
positif yaitu koloni E. coli dan control negatif yaitu aquades
steril.14
3.8.3.2.Confirmed Test
Dari tabung yang positif gas pada presumtive test
dipindahkan menggunakan jarum inokulasi ke dalam media
EMBA secara aseptik. Inkubasikan pada suhu 35-37 ± 0,50 C
selama 24±2jam. Uji dikatakan positif bila terdapat koloni
kehijauan dengan kilap logam.15
3.8.4. Uji Identifikasi E. coli
3.8.4.1. Uji Biokimia IMViC
Dalam
menentukan
jenis
bakteri
E.coli
maka
dilakukan uji biokimia IMViC (Indol, Metil merah, Voges
Praskauer dan Sitrat).
1. Uji Indol akan terbentuk lapisan (cincin) berwarna merah
muda pada permukaan biakan setelah p6bahan reagen
erlich.
Hal
tersebut
menunjukan
hasil
positif
dan
menguatkan kemungkinan adanya bakteri E. coli karena E.
coli merupakan bakteri yang dapat membentuk indol dari
triptofan sebagai sumber karbonnya.
2. Uji methyl red, jika diduga terdapat E. coli maka hasilnya
akan positif karena terjadi perubahan warna menjadi merah
setelah ditambahkan indikator methyl red. Artinya, bakteri
ini mengahasilkan asam campuran dari proses fermentasi
glukosa yang terkandung dalam medium MR-VP.
22
3. Uji VP, jika diduga pada sampel terdapat E. coli maka
hasilnya akan negatif, karena tidak terbentuk warna merah
pada medium setelah ditambahkan alfanaftol dan KOH, hal
ini disebabkan karena bakteri tidak menghasilkan produk
netral seperti asetil metil karbinol (asetoin) dari hasil
metabolisme glukosa melainkan menghasilkan asam. Uji
PV ini negatif untuk Escherichia coli karena Escherichia
coli memfermentasikan karbohidrat menjadi produk asam
dan tidak menghasilkan produk netral seperti asetoin.
4. Uji
Sitrat,
uji ini dilihat
kemampuan
bakteri untuk
menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon.
Uji ini negatif untuk Escherichia coli karena Escherichia
coli tidak dapat menggunakan sitrat sebagai sumber karbon
Pernyataan hasil dari uji deteksi Escherichia coli
pada uji IMViC memberikan hasil yaitu uji Indol akan
positif, Uji Merah metal akan positif, Voges-proskauer
akan negatif dan uji Citrate akan negatif.14,17
3.8.4.2. Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram dilakukan dengan cara yaitu buat
preparat apus bakteri dengan cara apuskan satu ose NaCl
fisiologis steril pada gelas objek, lalu ambil satu ose biak
bakteri dari Agar Darah, kemudian dibuat apus setipis
mungkin, dikeringkan dan difiksasi di atas
api bunsen.
Preparat apus ditetesi pewarna pertama dengan gentian
violet selama 5 menit, warna dibuang dan bilas dengan air,
ditetesi lugol selama 1 menit lalu dibuang dan dibilas,
kemudian preparat apus diteteskan dengan alkohol 95%
secepatnya.
Selanjutnya
alkohol
dibuang
dan
dibilas
dengan air, dan diberi pewarna kedua dengan safranin
selama
2
menit
dan
warna
kemudian
dibuang dan
dibersihkan dengan air. Keringkan preparat dengan tisu lalu
23
beri 1 tetes imersi oil dan diamati morfologi sel, serta
warnanya di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 x.15
3.9. Managemen Data
Data diperoleh dari hasil pemeriksaan es batu yang dijual warung
nasi
di
Kelurahan
Pisangan.
Berdasarkan
mikrobiologi diketahui jumlah koliform dan
hasil
pemeriksaan
secara
ada atau tidaknya E. coli pada
sampel. Data hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel, gambar dan
narasi.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Uji MPN
Uji MPN
merupakan
uji untuk
mengetahui jumlah bakteri
koliform baik fekal oral maupun non-fekal oral yang terkandung dalam suatu
sampel yang diuji dan dinyatakan per 100ml. Uji MPN menggunakan media
LB dengan tiga tingkat pengenceran yaitu 10 ml, 1 ml, dan 0,1 ml dan tiga
seri tabung per sampelnya. Tabung yang telah berisikan sampel dan LB
selanjutnya diinkubasi selama ± 48 jam dalam suhu 35 o C.
Gambar 4.1. Uji MPN sebelum diinkubasi
Gambar 4.2. Uji MPN setelah inkubasi
Uji MPN dinyatakan positif bila setelah inkubasi terjadi perubahan
kekeruhan cairan dan juga terbentuk gas pada tabung durham sedangkan uji
MPN dinyatakan negatif apabila tidak terjadi kekeruhan dan atau tidak
terdapat gas pada tabung durham.5 Media LB dapat positif karena bakteri
yang tumbuh adalah bakteri yang dapat menfermentasi laktosa dan juga
menghasilkan gas.
24
25
Pengujian MPN pada 9 sampel yang diperiksa memiliki hasil yang
beragam yang ditunjukan pada tabel 4.1.Hasil uji MPN akan dianalisis
menggunakan tabel MPN seri 3 tabung yang dikeluarkan oleh Badan Standar
Nasional (BSN) tahun 2009 untuk melihat jumlah koliform. Karena sampel
yang digunakan adalah es batu
dimana es batu belum memiliki nilai baku
mutu tersendiri di Indonesia maka peneliti beracuan pada nilai baku mutu air
minum
yang
layak
konsumsi
berdasarkan
492/PERMENKES/PER/IV/2010.3,
Permenkes
RI
Nomor
11
Tabel 4.1. Hasil Uji MPN
Lactose Broth 48 jam suhu 35C
Batas
Tabung
No
10 ml
1ml
0,1ml
Positf
Indeks
MPN
kepercayaan
Per
95%
100ml
A
B
C
A
B
C
A
B
C
Bawah
1
+
+
+
-
-
+
-
-
-
3-1-0
43
9
180
2
+
+
+
+
+
-
-
-
-
3-2-0
93
18
420
3
+
+
+
+
-
+
+
-
-
3-2-1
150
37
420
4
+
+
+
+
+
+
-
-
-
3-3-0
240
42
1000
5
+
+
+
+
+
+
+
+
-
3-3-2
1100
180
4100
6
+
+
+
+
+
+
+
-
+
3-3-2
1100
180
4100
7
+
+
+
-
-
-
+
-
+
3-0-2
64
17
180
8
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0-0-0
<3.6
0
9,5
9
+
+
+
+
+
-
+
-
+
3-2-2
210
40
430
Hasil analisis dengan tabel MPN maka dapat dilihat bahwa sampel
yang memiliki jumlah koliform terbanyak yaitu sampel nomor 5 dan 6
dengan nilai 1100/100 ml, sedangkan sampel yang memiliki jumlah koliform
paling sedikit yaitu sampel nomor 8 dengan nilai <3.6/100 ml. Sedangkan
hasil analisis mengenai kelayakan es batu tersebut, maka dari 9 sampel yang
diperiksa hanya satu sampel yang memenuhi kriteria kelayakan secara
mikrobiologi yaitu sampel nomor 8 dengan nilai <3.6/100ml. Pada kriteria
tersebut dinyatakan bahwa jumlah koliform 0 MPN/100 ml. Sampel nomor 8
memiliki nilai jumlah koliform yaitu <3.6/100ml dengan batas bawah 0/100
ml dan batas atas 9,5/100 ml (batas kepercayaan 95%) sehingga sampel
nomor 8 masih masuk dalam kisaran nilai baku mutu yaitu 0/100 ml. Pada
Atas
26
sampel yang lainya (kecuali sampel nomor 8) dinyatakan tidak layak sebab
hasilnya melebihi dari kisaran nilai baku mutu yang ditetapkan.
Pada penelitian lainya,
hasil dari uji MPN pada es batu
menunjukan hasil bahwa 88,9% sampel tidak layak berdasarkan nilai baku
mutu yang telah ditetapkan. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan hal
tersebut yaitu air bahan baku es batu yang diolah kurang baik seperti tidak
direbus dengan baik sehingga masih mengandung bakteri, cara distribusi
hingga ke tangan konsumen yang kurang bersih, dan cara penyajian es batu
yang pada umumnya di warung akan dicuci kembali menggunakan air yang
tidak layak minum.4
4.2. Hasil Pewarnaan Gram LB
Pewarnaan Gram dilakukan pada tabung uji MPN dengan hasil
positif. Peneliti menetapkan kriteria pewarnaan Gram yaitu pada satu sampel
diambil 2 tabung yang positif dengan gas terbanyak. Setelah pewarnaan
Gram maka hasil diamati menggunakan mikroskop dengan pembesaran 100x
dengan minyak imersi.
Tabel 4.2. Hasil Pewarnaan Gram pada LB
Pewarnaan Gram LB
No
Sifat
Kokobasil
Kokus
Batang
panjang
Diplokokus
Kokus
berantai
1
Gram -
+
+
-
-
+
2
Gram -
+
+
+
-
-
3
Gram -
+
-
+
+
-
4
Gram -
+
+
-
-
-
5
Gram -
+
+
-
-
-
6
Gram -
+
+
-
-
-
7
Gram -
+
+
+
-
-
8
Gram -
+
+
-
+
-
Gram -
+
+
+
-
-
9
Berdasarkan hasil yang terdapat di tabel 4.2. dapat dilihat bahwa
jenis bakteri yang ada cukup bervariatif berdasarkan morfologinya yaitu ada
bentuk seperti kokobasil, kokus, batang panjang, diplokokus, dan kokus
27
berantai. Ke9 sampel yang diperiksa semuanya tampak mangandung bakteri
lebih dari satu jenis. Dari 9 sampel yang ada, keseluruhanya mengandung
bakteri Gram negatif karena tampak bakteri berwarna merah, dan bentuknya
kokobasil. Pada semua sampel tidak tampak bakteri Gram positif karena
media LB merupakan media spesifik untuk Gram negatif.
Gambar 4.3. Hasil Gram LB tampak dengan mikroskop pembesaran 100x.
Tampak bakteri dengan bentuk beragam.
4.3. Hasil Uji EMBA
Hasil inoklasi pada media EMBA menghasilkan koloni berwarna
kehijauan dengan bintik hitam ditengah koloni dan kilap logam dikarenakan
EMBA mengandung eosin dan metilen biru yang menghambat pertumbuhan
bakteri Gram positif sehingga bakteri yang tumbuh terseleksi hanya bakteri
bersifat Gram negatif. EMBA pun memiliki kandungan laktosa sehingga
bakteri Gram negatif yang tumbuh pun akan terdiferensiasi berdasarkan
sifatnya yang dapat meragi laktosa.20, 21
Pada uji EMBA hanya 8 sampel yang diuji
didapatkan koloni
bakteri yang bervariatif berdasarkan warnanya, yaitu ada koloni bakteri
dengan warna kilap logam, koloni ungu dengan inti hitam yang merupakan
koloni dari bakteri Enterobacter aerogenes dengan batang Gram negatif, dan
koloni yang takberwarna merupakan bakteri Pseudomonas aeruginosa yang
memiliki sifat Gram negatif bentuk batang.7, 22
Gambar 4.4. koloni hasil inokulasi pada EMBA
28
Tabel 4.3. Uji Inokulasi EMBA
No
Kilap
logam
Ungu inti
hitam
Tak
Berwarna
1
+
+
+
2
-
-
+
3
-
+
-
4
+
+
+
5
+
+
-
6
+
-
+
7
+
+
-
8
Tidak dilakukan
9
+
+
-
TOTAL
POSITIF
6
6
4
Pada tabel 4.3. diketahui bahwa sebanyak 6 sampel yang
menghasilkan koloni bakteri kilap logam dari 8 sampel yang diuji, koloni
kilap logam diduga bahwa sampel tersebut mengandung bakteri E.coli.
Sebanyak 6 sampel dari 8 sampel yang diuji memiliki koloni bakteri bewarna
ungu dengan inti kehitaman dan 4 sampel memiliki koloni bakteri tak
berwarna. Pada tahap pengujian ini dapat dinyatakan bahwa 6 sampel dari 8
sampel yang diuji terindikasi kuat mengandung E.coli.
4.4. Hasil Pewarnaan Gram dari Isolasi EMBA
Hasil dari pewarnaan Gram dari isolasi EMBA menunjukan
dominasi bakteri bentuk kokobasil dengan sifat Gram negatif.
Gambar 4.5. Hasil Gram EMBA dari koloni bakteri kilap logam yang tampak
pada mikroskop pembesaran 100x terlihat dominai bakteri kokobasil Gram
negatif.
29
Tabel 4.4. Hasil Pewarnaan Gram EMBA
No
Sifat
Pewarnaan Gram EMBA
Batang
Kokobasil Kokus
panjang
Kokus
berantai
1
Gram -
+
+
-
+
2
Gram -
+
+
-
-
3
Gram -
+
+
+
-
4
Gram -
+
+
+
-
5
Gram -
+
+
+
-
6
Gram -
+
-
-
-
7
Gram -
+
-
+
-
+
-
8
9
Tidak dilakukan
Gram -
Berdasarkan
+
+
tabel 4.4. hasil yang di dapat yaitu 8 sampel
menunjukan sifat bakteri Gram negatif ditandai dengan warna bakteri yang
merah. Bakteri dengan sifat Gram negatif menunjukan warna merah karena
bakteri tersebut memiliki dinding sel yang tipis sehingga warna yang
terserap adalah warna sekunder yaitu saffranin. 7 Setiap sampel memiliki
bermacam-macam jenis
bakteri secara morfologi dan semua sampe
memiliki bakteri dengan bentuk kokobasil, ciri tersebut merupakan ciri
bakteri E.coli dan jenis tersebut mendominasi pada 8 sampel yang
dianalisis.
Menurut Apriana dkk (2014) pada jurnal ilmiah yang membahas
tentang identifikasi bakteri enterik pada es batu didapatkan hasil dari
pewarnaan Gram pada koloni hijau dengan kilap logam adalah Gram negatif
dengan bentuk batang pendek bakteri tersebut adalah E. coli.10
4.5. Hasil Uji IMViC
Berdasarkan uji sebelumnya maka uji IMViC dilakukan pada 6
sampel dari total 9 sampel, hal tersebut dikarenakan hanya 6 sampel yang
memenuhi kriteria dari uji IMViC pada penelitian ini. Kriteria uji IMViC
pada penelitian ini yaitu koloni kilap logam pada EMBA dan bakteri
bersifat Gram negatif bentuk kokobasil. Uji IMViC terdiri dari 5 rangkain
uji yaitu uji indol dan motil, uji methyl red (MR), uji vogus proskaur (VP),
30
dan uji sitrat. Pada uji ini, fokus identifikasinya yaitu bakteri E. coli. Hasil
dari uji IMViC di presentasikan pada tabel 4.5
Gambar 4.6. Hasil Uji IMViC setalah inkubasi
Tabel 4.5. Hasil Uji IMViC
No
1
Indol
Motil
MR
+
+
-
2
Uji IMViC
VP Sitrat Interpretasi Suspek Bakteri
Proteus vulgaris, Escherichia
+
coli, Enterobacter aerogenes
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
3
4
+
+
-
-
+
Proteus vulgaris, Escherichia
coli, Enterobacter aerogenes
5
+
+
+
-
+
Escherichia coli
6
+
+
-
-
+
Proteus vulgaris, Escherichia
coli, Enterobacter aerogenes
7
+
+
-
-
+
+
-
8
9
Berdasarkan
Proteus vulgaris, Escherichia
coli, Enterobacter aerogenes
Tidak dilakukan
Proteus vulgaris, Escherichia
+
coli, Enterobacter aerogenes
+
tabel 4.5. menyatakan bahwa hasil uji IMViC pada
kelima sampel memiliki hasil yang sama yaitu Indol positif, motil positif,
MR negatif, VP negatif dan sitrat positif kecuali pada sampel nomor 5
dimana hasil uji MR positif. Hasil uji IMViC dan juga uji sebelumnya pada
kelima sampel yang hasilnya sama (sampel nomor 1-9 kecuali sampel
nomor 2, 3, 5, 8) maka selanjutnya dianalisis bakterinya, yaitu Proteus
31
vulgaris, Escherichia coli, Enterobacter aerogenes. Pada sampel nomor 5
maka hasil analisis kemungkinan bakterinya yaitu Escherichia coli.22
Pada uji IMViC ini,terdapat 5 sampel yang hasilnya tidak spesifik
menunjukan bakteri E. coli, kemungkinanya hal tersebut dapat terjadi
karena bakteri yang tumbuh di media EMBA bukan dalam bentuk koloni E.
coli saja sehingga saat dilakukan uji IMViC yang tumbuh hasilnya bervarasi
dikarenakan bakteri yang tumbuh tercampur dengan bakteri koliform.
4.6. Hasil Uji Gula-gula
Uji
gula-gula
merupakan
salah
satu
mengidentifikasi bakteri koliform dengan cara
uji
bokimia
untuk
mengetahui kemampuan
bakteri tersebut menfermentasi karbohidrat. Uji gula-gula yang digunakan
dalam penelitian ini
adalah glukosa, laktosa, maltosa, manitol, dan
sukrosa..15
Gambar 4.7. Hasil Uji gula-gula setelah inkubasi
Pada uji gula-gula, kriteria sampel yang diuji pada penelitian ini
sama dengan uji IMViC yaitu koloni bakteri yang memiliki warna kilap
logam pada media EMBA. Dari 9 sampel yang ada maka hanya diambil 6
sampel yang diuji gula-gula karena hanya ke6 sampel tersebut yang
memenuhi kriteria uji gula-gula. Hasil uji gula-gula ditampilkan pada tabel
4.6. beserta analisis bakteri.
32
Tabel 4.6. Uji Gula-gula
Uji Gula-gula
No
1
Glukosa
(kuning)
Laktosa
(ungu)
+/gas
+/gas
Maltosa
(merah)
Manitol
(hijau)
2
+/gas
+/gas
Tidak dilakukan
3
Tidak dilakukan
Sukros
(biru)
Bakteri
+/gas
E. coli
4
+/gas
+/gas
+/gas
+/gas
+/gas
E. coli
5
+/gas
+/gas
+/gas
+/gas
+/gas
E. coli
6
+/gas
+/gas
+/gas
+/gas
+/gas
E. coli
7
+/gas
+/gas
+/gas
+/gas
Tidak dilakukan
+/gas
E. coli
+/gas
+/gas
+/gas
E. coli
8
9
+/gas
+/gas
Hasil uji gula-gula yang terlihat pada tabel 4.6. yaitu 6 sampel
yang diuji semuanya positif ditandai dengan terjadinya perubahan warna
media dari ungu menjadi kuning keruh dan adanya gas pada tabung
durham, hal tersebut merupakan ciri-ciri bakteri E.coli pada uji gula-gula.
33
Tabel 4.7. Tabel Rangkuman Keseluruhan Uji
34
4.7.Persentase Hasil
4.7.1. Persentase Koliform dan E. coli
Berdasarkan
hasil
yang
didapatkan
setelah
dilakukan
berbagai uji pada sampel maka dapat diketahui bahwa beberapa
sampel mengandung koliform dan ada pula yang tidak.
Untuk mengetahui jumlah koliform yang ada maka diambil
dari hasil uji MPN dinama fungsi dari uji MPN adalah untuk
mendeteksi adanya bakteri koliform baik yang fekal maupun nonfekal
yang ada pada sampel.
Hasil dari uji MPN dikelompokan oleh peneliti menjadi dua
yaitu, kelompok sampel yang mengandung koliform 0/ 100ml dan
kelompok sampel yang mengandung koliform > 0/ 100ml. Hal
tersebut didasari oleh syarat nilai baku mutu yang telah ditetapkan
Permenkes RI dimana kualitas air minum yang baik adalah air yang
mengandung koliorm 0/ 100ml.
Persentase Koliform 0/100 ml = Jumlah sampel dengan hasil MPN
0/100 ml x 100% / Total jumlah sampel
Persentase Koliform 0/100 ml = 1 sampel x 100% /9 sampel = 11,1%
Persentase Koliform>0/100 ml = Jumlah sampel dengan hasil
MPN>0/100 ml x100% / Total jumlah sampel
Presentase Koliform > 0/100 ml = 8 sampel x 100% / 9 sampel =
88,9%
Berdasarkan persentase di atas maka sampel yang memiliki
jumlah koliform pada uji MPN 0/ 100ml adalah 11,1% dan sampel
yang memiliki jumlah koliform > 0/100 ml adalah 88,9%. Pada
penelitian lainya, didapatkan hasil yang serupa yaitu 88,9% sampel
yang diperiksa memiliki jumlah koliform melebihi nilai baku mutu
yang ditetapkan.10
Berdasarkan hasil dari seluruh rangkaian uji maka dapat
diketahui jumlah sampel yang positif mengandung E. coli dan yang
tidak. Hasil akhirnya selanjutnya disajikan dalam bentuk persentase.
Terdapat dua kelompok persentase yaitu persentase sampel yang
35
mengandung E. coli dan sampel yang tidak mengandung E. coli.
Hasil persentase sampel yang positif mengandung E. coli adalah
66,7% dan sampel yang negatif mengandung E. coli adalah 33,3%.
Persentase positif E. coli = Jumlah sampel dengan hasil positif E.
coli x 100% / Total jumlah sampel
Persentase positif E. coli = 6 sampel x 100% / 9 sampel = 66,7%
Persentase negatif E. coli = Jumlah sampel dengan hasil negatif E.
coli x 100% / Total jumlah sampel
Persentase negatif E. coli = 3 sampel x 100% / 9 sampel = 33,3%
4.7.2. Persentase Kualitas Es Batu
Setalah semua rangkaian uji telah dilakukan maka dapat
diketahui kualitas dari sampel yaitu dalam penelitian ini adalah es
batu. Kualitas es batu pada penelitian ini dilihat dari indikator secara
mikrobiologi. Pada peraturan yang dikeluarkan oleh Permenkes RI
2010 bahwa indikator mikrobiologi meliputi jumlah koliform dan E.
coli yang terkandung. Dinyatakan dalam peraturan tersebut bahwa
koliform haruslah 0/100 ml dan E. coli 0 baru dinyatakan kualitas air
minum tersebut baik atau layak konsumsi. Hasil dari persentase yaitu
kualitas es batu yang kurang baik sebesar 88,9% dan persentase
kualitas es batu yang baik adalah 11,1%.
Presentase es batu kualitas kurang baik = Jumlah sampel dengan
koliform > 0/100 ml dan positif E. coli x 100% /Total jumlah
sampel.
Presentase es batu kualitas kurang baik = 8 sampel x 100% / 9
sampel = 88,9 %
Presentase es batu kualitas baik = Jumlah sampel es batu dengan
koliform 0/100 ml dan negatif E. coli x 100% / Total jumlah sampel
Presentase es batu kualitas kurang baik = 1 sampel x 100% /9
sampel = 11,1 %
36
4.8. Keterbatasan Penelitian
1. Keterbatasan alat yang ada di Laboratorium Mikrobiologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Keterbatasan biaya penelitian.
3. Keterbatasan data warung nasi yang ada di Kelurahan Pisangan.
4.9. Aspek Keislaman
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat
di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” QS Al-Baqarah
2: 168
Pada ayat ini menerangkan tentang makanan yang halal dan baik.
Kita sebagai umat islam diperintahkan memakan makanan yang halal, baik
dari sumber makanannya ataupun cara mendapatkan makanan tersebut.
Selain ditinjau dari aspek kehalalan, kita pun diperintahkan untuk memakan
makanan yang baik karena tidak semua makanan yang halal itu baik, salah
satu contohnya yaitu es batu yang kualitasnya kurang baik. Kualitas es batu
yang kurang baik tersebut dapat menimbulkan penyakit bagi orang yang
mengkonsumsinya. Oleh sebab itu penting sekali bagi kita selaku umat islam
meninjau makanan yang kita makan tidak hanya dari aspek kehalalan tapi
juga aspek tayyiban.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah didapat dari uji-uji yang telah
dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan berupa:
1. Es batu yang dijual warung nasi di Kelurahan Pisangan
66,7%
positif mengandung E. coli.
2. Kualitas es batu yang dijual warung nasi di Kelurahan Pisangan
berdasarkan indikator mikrobiologi, maka 88,9% kurang baik dan
tidak layak konsumsi sedangkan 11,1% memiliki kualitas yang baik
dan layak konsumsi.
5.2. Saran
1. Dapat lebih lanjut menganalisi lebih dalam mengenai air bahan baku
es, proses pembuatan es, cara pendistribusian dan cara penyajain es
batu.
2. Dapat lebih lanjut mengidentifikasi bakteri-bakteri lain yang ada
selain dari E. coli.
3. Dapat menggunakan media yang lebih spesifik untuk E. coli pada
penelitian selanjutnya.
37
38
DAFTAR PUSTAKA
1. World
Health
Organization.
disease.Geneva:
Articel
Journal.
Dalam:
Diarrhea
WHO; 2013. Diakses pada tanggal 1 Maret 2015 dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/
2. Kemenkes RI. Situasi Diare di Indonesia. Dalam: Buletin
Data dan
Informasi Kesehatan. Jakarta: Depkes RI; 2011. p 1-9
3. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Persyaratan Kualitas Air Minum.
Dalam: Permenkes RI Nomor 492/PERMENKES/PER/IV/2010. Jakarta:
Menkes
RI;
2010.
Diakses
pada
tanggal 1
Maret
2015
dari
http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/53_Permenkes%20492.pdf
4. Hadi B, Elizabeth B. Uji Bakteriologis Es Batu Rumah Tangga yang
digunakan Penjual Minuman di Pasar Lubuk Buaya Kota Padang [Skripsi].
Padang: Jurnal Kesehatan Andalas; 2014
5. Standar Nasional Indonesia. Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dalam
Pangan. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional; 2009.
6. Seputro D. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: EGC; 2005
7. Jawetz M, Melnick R, Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : EGC;
2008. p 199-200
8. Keyser F, Kurt A. Medical Microbiology. London: Thieme; 2005. p 292295
9. FKUI.
Buku
Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi.
Jakarta:
Binarupa Aksara Publisher; 2010. p 195-198
10. Apriana N, Agus S, Tri N. Analisis Bakteri Patogen Enterik Pada Produk
Es Batu Yang Dipasarkan Di Kota Surabaya. Dalam Jurnal Ilmiah Biologi.
Surabaya: Universitas Airlangga; 2014
11. Food
and
Quality Of
Businesses
Environmental Hygiene
Department.
The Microbiological
Edible Ice from Ice Manufacturing Plants and Retail
in Hong Kong. Queensway: The Government of the Hong
Kong Special Administrative Region; 2005
12. World Health Organization. Guideline for Drinkin Water Quality 4th
Edition. Geneva: WHO; 2005
39
13. Moeller DW. Enviromental Health. England: Harvard University Press;
2005
14. Standar Nasional Indonesia. Metode Pengujian Cemaran Mikroba dalam
Daging, Telur, dan Susu, Serta hasil Olahanya. Jakarat: Badan Standarisasi
Nasional; 2008.
15. Cappuccino JG, Natahlie Sherman. Microbiology A Laboratory Manual
Edition 9th . California: The Benjamin Cummings Publishing Company;
2012. p 323-327
16. Anonimus.
Media Lactose Broth.
2006.diakses
pada
Washington DC: Acumedia Inc;
Tanggal
7
April
2015
dari
http://www.neogen.com/Acumedia/pdf/ProdInfo/7141_PI.pdf
17. Anathanarayan R,
Paniker CKJ.
of Microbiologi 7 th .
Text Book
Himayatnagar: Orient Longman Private Ltd; 2006. p 35-46
18. Sopiyudin M. Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan
Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika; 2009. p 45-53
19. Sopiyudin M. Besar Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika; 2009. p 74-79
20. Cheeptham N. Eosin Methylene Blue Agar. Canada: Thompson Rivers
University;
2012.
Diakses
pada
tanggal
8
April
2015
dari
http://www.microbelibrary.org/library/laboratory-test/2871eosinmethylene-blue
21. BPOM RI. Info POM. Dalam Pengujian Mikrobiologi Pangan. Jakarta:
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia; 2008
22. Tille PM, Endrew A, Ellen WC, dkk. Bailey & Scotts Diagnostic
Microbiology 13th Edition. Washington DC: Elsevier; 2010. p 605-611
23. Leboffe MJ, Pierce BE. Brief Microbiology Laboratory Theory &
Application. Morton: Ebnglewood; 2012
38
LAMPIRAN 1
Alat dan Bahan
Kulkas penyimpanan
Luminar Air Flow Alcohol 70% dan NaCl Reagen erlich
bahan uji
steril
Alat-alat untuk uji MPN
Mikropipet
Oven dan Inkubator
Kulkas
Kaca objek
Minyak imersi
39
Besi sangga
Tabung reaksi
Media uji gula-gula dan
IMViC
Timbangan digital
Magnetic stirer
Mikroskop
Media EMBA
Autoklaf
40
LAMPIRAN 2
Langkah-langkah Uji MPN
Langkah-langkah uji MPN
41
LAMPIRAN 3
Langkah-langkah Pewarnaan Gram
Langkah-langkah prewarnaan Gram
42
LAMPIRAN 4
Tabel MPN Seri Tiga Tabung
43
LAMPIRAN 5
Persyaratan Kualitas Air Minum
44
LAMPIRAN 6
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
PERSONAL DATA
Nama
: Naftalena Dwi Putri
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir
: Semarang, 02 Oktober 1993
Status
: Belum Menikah
Agama
: Islam
Alamat
: Cimanggu Permai II jl. Tarumanegara blok C2
No. 8
No. Telepon/ HP
: 0813-8772-7233
Email
: [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
1998 - 2000
: TK Kartini, Cirebon
2000 - 2006
: SDIT As-salam, Bogor
2006 - 2009
: SMP Bina Insani, Bogor
2009 - 2012
: SMA Bina Insani, Bogor
2012 - sekarang
:Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran
dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
38
Download