BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran IPA

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran IPA Terpadu
a. Pengertian Pembelajaran IPA Terpadu
Pembelajaran terpadu merujuk pada dua pengertian yaitu sebagai berikut
(PPPPTK IPA, 2001): 1) pembelajaran terpadu sebagai bentuk aktivitas belajar
mengajar yang secara struktur sama dengan program satuan pembelajaran untuk satu
pokok bahasan/ materi pokok dalam silabus, hanya muatan materinya dan konteknya
berbeda, yaitu berasal dari beberapa pokok bahasan untuk satu mata pelajaran atau
bahkan antar pokok bahasan dari dua atau lebih mata pelajaran; 2) pembelajaran terpadu
berfungsi sebagai wadah, ajang atau muara penyatupaduan konsep-konsep yang
dikandung beberapa pokok bahasan atau beberapa mata pelajaran yang seharusnya
memiliki keterkaitan dan keterpaduan pemahamamnya. Menurut Fogarty (1991),
pembelajaran terpadu meliputi pembelajaran terpadu dalam satu disiplin ilmu, terpadu
antar mata pelajaran serta terpadu dalam dan lintas peserta didik. Trianto (2012:57)
mengungkapkan bahwa pembelajaran terpadu dikatakan sebagai pendekatan belajar
mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman
bermakna untuk siswa. Sugiyanto (2008) berpendapat bahwa pembelajaran terpadu
memngkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali
dan menemukan konsep serta prinsi secara holistik. Pembelajaran ini merupakan model
yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan.
Lain halnya dengan pendapat Beans (Toharudin 2011:79) bahwa istilah
pembelajaran terpadu berasal dari kata “integrated teaching and learning” atau
“integrated curiculum approach”. Konsep ini dikemukakan oleh John Dewey sebagai
usaha untuk mengintegrasikan perkembangan dan pertumbuhan peserta didik dan
kemampuan pengetahuannya. Prabowo (2000) mengatakan bahwa pembelajaran terpadu
merupakan suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang secara sengaja
mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata
pelajaran dan memiliki beberapa ciri: (1) berpusat pada siswa (student centered); (2)
11
12
proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung; dan (3)
pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
terpadu merupakan pembelajaran yang memadukan beberapa pokok bahasan dalam satu
disilin atau antar disiplin ilmu bersifat holistik, bermakna, dan autentik, berpusat pada
peserta didik dan mengutamakan pembelajaran melalui pengalaman langsung. Melalui
pembelajaran terpadu peserta didik akan mempelajari konsep yang diperoleh melalui
pengalaman langsung dan membedakannya dengan konsep lain yang sudah dipahami
yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
b. Karakteristik Pembelajaran IPA Terpadu
Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas (2009), menuliskan beberapa karakteristik
pembelajaran terpadu, antara lain: (1) holistik, yaitu suatu peristiwa yang menjadi pusat
perhatian dalam pembelajaran terpadu dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus untuk
memahami suatu peristiwa dari beberapa sisi; (2) bermakna yaitu keterkaitan antara
konsep yang dipelajari dan diharapkan mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari;
(3) aktif yaitu siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat memotivasi
anak dalam belajar.
c. Landasan Filosofi Pembelajaran IPA Terpadu
Pembelajaran terpadu berlandaskan filosofi progresivisme, kontruktivisme,
Developmentally Aprropriate Practice (DAP), landasan normatif dan landasan praktis
(Trianto, 2012: 69). Progresivisme, menyatakan bahwa pembelajaran seharusnya
berlangsung secara alami dan bukan artifisial. Pembelajaran yang berlangsung di
sekolah pada umumnya tidak seperti keadaan di atas sehingga tidak memberikan makna.
Kontruktivisme, menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh individu dan
pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna.
Berkaitan dengan hakikat belajar dan pembelajaran IPA konstruktivisme memiliki
pandangan dalam kaitannya dengan pengalaman belajar. Pertama, belajar IPA adalah
menyusun pengetahuan dari pengalaman konkret, aktivitas kolaboratif dan reflektif serta
interpretasi. Kedua, mengajar IPA adalah menata lingkungan agar siswa termotivasi
dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan. Ketiga, siswa akan
memiliki
pemahaman
yang
berbeda
terahadap
lingkugan
tergantung
pada
13
pengalamannya
dan
perspektif
yang
dipakai
dalam
menginterprestasikannya
(Slavin,1994: 225).
Landasan Developmentally Aprropriate Practice (DAP) memberikan acuan
bahwa pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan usia dan individu yang
meliputi perkembangan kognisi, emosi, minat dan bakat. Landasan normatif
menghendaki pembelajaran terpadu dilaksanakan beerdasarkan gambaran ideal yang
ingin dicapai oleh tujuan pembelajaran. Landasan praktis mengharapkan bahwa
pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan memperhatikan situasi dan kondisi praktis
yang berpengaruh terhadap hasil yang optimal (Trianto, 2012: 69).
d. Model Pembelajaran IPA Terpadu
Fogarty (1991: xv) mengemukakan ada sepuluh model pembelajaran terpadu,
yaitu: (1) terpisah (fragmented); (2) terhubung (connected); (3) tersarang/ kumpulan
(nested); (4) satu rangkaian (sequenced); (5) terbagi (shared); (6) jaring laba-laba
(webbed); (7) satu alur (threaded); (8) terpadu (integrated); (9) terbenam (immersed);
dan (10) jejaring (networked). Model pembelajaran terpadu 4 diantaranya sesuai untuk
dikembangkan dalam pembelajaran IPA SMP di Indonesia (Dirjendikdas, 2010: 4).
Keempat model yang dimaksud adalah keterpaduan (integrated), terbagi (shared),
jaring laba-laba (webbed), dan keterhubungan (connected). Deskripsi perbandingan
karakteristik, kelebihan dan keterbatasan keempat model tersebut dapat dilihat pada
Tabel 2.1. di bawah ini.
Tabel 2.1. Perbandingan Karakteristik Model Pembelajaran IPA Terpadu.
Model
Karakteristik
Keterpaduan
1. Menbelajarkan
konsep pada KD
yang beririsan
atau tumpang
tindih.
2. Hanya konsep
yang beririsan
yang dibelajarkan
1. Pemahaman
terhadap konsep
lebih utuh (
holistik)
2. Lebih efisien
3. Sangat
konstektual
1. Membelajarkan
semua konsep
dari beberapa KD
dmulai dari
konsep yang
beririsan sebagai
unsur pengikat.
1. Pemahaman
terhadap konsep
utuh
2. Efisien
3. Konstektual
(integrated)
Berbagi (shared)
Kelebihan
Keterbatasan
1. Konsepnya beririsan,
tidak selalu dalam
semester atau kelas
sama.
2. Menuntut wawasan
dan penguasaan
materi yang luas.
3. Sarana
prasarana
misalnya buku belum
mendukung.
1. KD yang konsepnya
beririsan tidak selalu
dalam semester atau
kelas yang sama.
2. Menuntut wawasan
dan penguasan materi
yang luas.
3. Sarana prasana,
14
Lanjuatan Tabel 2.1
Jaring laba-laba
(webbed)
1. Membelajarkan
beberapa KD
yang berkaitan
melalui sebuah
tema
Tema
Keterhubungan
(connected)
1. Membelajarkan
sebuah KD,
konsep- konsep
pada KD tersebut
dipertautkan
dengan konsep
pada KD yang
lain
1. Pemahaman
terhadap konsep
utuh
2. Konstektual
3. Dapat dipilih
tema-tema
menarik yang
dekat dengan
kehidupan.
1. Melihat
permasalah tidak
hanya dari satu
bidang kajian.
2. Pembelajaran
dapat mengikuti
KD dalam SI
misalnya buku belum
mendukung.
1. KD-KD yang
konsepnya berkaitan
tidak selalu dalam
semester atau kelas
yang sama
2. Tidak mudah
menemukan tema
pengait yang tepat
1. Kaitan antara bidang
kajian sudah tampak
tetapi masih
didominasi oleh
bidang kajian tertentu.
e. Klasifikasi Pengintegrasian Tema
Pembelajaran terpadu dibedakan berdasarkan pola pengintegrasian tema. Menurut
Trianto (2012: 17), pola tersebut dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
1. Pengintegrasian dalam satu disiplin ilmu, yaitu model yang mentautkan dua atau
lebih ilmu yang serumpun. Sifat perpaduan model ini hanya dalam satu rumpun
bidang ilmu saja.
2. Pengintegrasian beberapa disiplin ilmu yaitu model yang mentautkan antar disiplin
ilmu yang berbeda. Model ini dapat dikaji dari dua sisi bidang ilmu yang berbeda.
Pengintegrasian dalam satu atau beberapa disiplin ilmu yaitu model yang
mentautkan antar disiplin ilmu yang serumpun sekaligus bidang ilmu yang berbeda.
2. IPA Terpadu
a. Hakikat IPA
Pada hakikatnya IPA dikembangkan atas dasar proses ilmiah, sikap ilmiah dan
produk ilmiah. IPA dapat dilihat pula sebagai proses, sebagai prosedur dan sebagai
produk seperti yang dinyatakan oleh Trianto (2010). Proses diartikan semua kegiatan
ilmiah untuk menyempurnakan tentang pengetahuan alam maupun menemukan
pengetahuan baru. Produk diartikan hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan di
sekolah maupun di luar sekolah ataupun dari bacaan untuk penyebaran atau deseminasi
15
pengetahuan. Prosedur memiliki arti metodologi atau cara yang dipakai untuk
mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut dengan metode ilmiah
(scientific method).
Daud Joesoef (1990) menganjurkan agar IPA dijadikan sebagai suatu
“kebudayaan” atau suatu kelompok atau intitusi sosial dengan tradisi nilai, aspirasi
maupun inspirasi. Produk IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan
konsep dan bagan konsep. Trianto (2010) menyatakan bahwa IPA hakikatnya
merupakan suatu proses, produk dan aplikasi. Sehingga IPA merupakan proses yang
dipergunakan untuk mempelajari obyek studi, menemukan dan mengambangkan
produk-produk sains dan sebagai aplikasi teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yan
dapat memberikan kemudahan bagi kehidupan. Secara umum IPA meliputi 3 bidang
ilmu dasar yaitu biologi, fisika dan kimia, yang muncul dan berkembang melalui
langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian
hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan serta penemuan teori dan konsep.
Hakekat IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui
serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah dibangun atas dasar sikap ilmiah
dan hasilnya berupa produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa
konsep, prinsip dan teori yang berlaku secara universal.
Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum 2013 yang berdasar
kompetensi adalah sebagai berikut: (1) menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa; (2) mengembangkan ketrampilan, sikap dan nilai ilmiah; (3) mempersiapkan
siswa menjadi warga Negara yang melek sains dan teknologi; dan (4) menguasai konsep
sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih
tinggi. Fungsi dan tujuan tersebut jelas bahwa hakikat IPA tidak hanya dari demensi
pengetahuan (keilmuan), tetapi juga demensi keilahian, dimana alam semesta dalam
keteraturan dan keimbangan inilah yang akan meningkatkan keyakinan akan kekuatan
diluar manusia atau boleh dikatakan kekuatan Tuhan Yang Maha Kuasa. IPA pada
hakikatnya mengaitkan antara aspek logika material dengan aspek jiwa spiritual, yang
pada umumnya dianggap cakrawala kosong, dikarenakan anggapan bahwa antara IPA
dan agama merupakan dua sisi yang berbeda dan tidak mungkin dipersatukan satu sama
lain dan satu bidang kajian.
16
b. Pembelajaran IPA Terpadu
Tim IPA Terpadu (2009) menjelaskan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan
dengan upaya memahami berbagai fenomena alam secara sistematis. Pada hakekatnya
pembelajaran IPA memiliki empat demensi yaitu sikap, proses, produk dan aplikasi.
Sejalan dengan prinsip pengembangan Kurikulum 2013 yaitu berpusat pada potensi,
perkembangan dan kebutuhan peserta didik dan lingkungannya, maka pembelajaran IPA
SMP dilaksanakan secara terpadu. Berdasarkan tahap perkembangan kognitif Piaget,
berarti anak SMP berada pada peralihan antara tahap operasional konkret menuju tahap
operasional formal. Pada tahap operasional konkret peserta didik bernalar secara logis
berdasarkan kejadian-kejadian konkret, sedangkan dalam tahap operasional formal
peserta didik sudah mulai memikirkan pengalaman di luar pengalaman konkret dan
memikirkannya secara abstrak, idealis dan logis. Membelajarkan IPA kepada peserta
didik, guru hendaknya mengetahui tentang hakikat IPA terlebih dahulu. Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja akan tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Pembelajaran IPA di SMP diajarkan secara terpadu sejalan dengan
hakikat IPA.
Pembelajaran IPA diajarkan secara terpadu berkaitan dengan kenyataan bahwa
gejala-gejala yang terjadi pada alam selalu berhubungan dan saling mempengaruhi satu
sama lain. Trefil& Hazen (2000:2) mengemukakan: ” As you can see, all of the earth’s
systems an interrelated. A change in another system, which may cause more systems to
change and so on. All things depend on all other things”. Alam semesta muncul sebagai
satu kesatuan di dunia ini yang saling berhubungan tidak dapat dipisah saling
ketergantungan satu dengan lainnya. Oleh karena itu, pendidikan IPA diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar
secara menyeluruh, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk menemukan
dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik memperoleh pemahaman yang
lebih mendalam tentang alam sekitar.
17
c. Karakteristik Bidang Kajian IPA
IPA didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpula data
dengan pengamatan, eksperimen, dan deduksi untuk menghasilkan penjelasan tentang
gejala yang dapat dipercaya. Pembelajaran IPA memiliki beberapa kemampuan yaitu:
(1) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati; (2) kemampuan untuk
memprediksi apa yang belum diamati dan kemampuan untk menguji tindak lanjut hasil
eksperimen, serta (3) dikembangkannya sikap ilmiah (Trianto, 2012: 151).
Puskur Balitbang Depdiknas (2006: 6) menyatakan bahwa pembelajaran IPA di
sekolah sebaiknya: (1) memberikan pengalaman pada siswa; (2) menanamkan pada
siswa pentingnya pengamatan empiris dalam menguji suatu pernyataan ilmiah
(hipotesis); (3) latihan berpikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar berhitung
yaitu sebagai penerapan berhitung pada masalah nyata yang berkaitan dengan peristiwa
alam; (4) memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan
perancangan dan pembuatan alat-alat sederhana maupun penjelasan berbagai gejala dan
kemampuan sains dalam menjawab berbagai masalah.
d. Hakikat Pembelajaran IPA Terpadu
Hakikat IPA meliputi empat unsur utama: (1) sikap, adalah rasa ingin tahu tentang
benda, fenomena alam, mahkluk hidup serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan
masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; (2) proses, adalah
prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; (3) produk yang berupa fakta,
prinsip, teori dan hukum; (4) aplikasi adalah penerapan metode ilmiah dan konsep IPA
dalam kehidupan sehari-hari (Muharram et al. 2010).
Keempat unsur tersebut merupakan ciri IPA terpadu yang utuh dan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Proses pembelajaran IPA diharapkan keempat unsur tersebut
dapat muncul sehingga peserta didik dapat mengalami pembelajaran secara utuh, yang
dimulai dari mengetahui melalui sikap, memahami fenomena alam melalui pemecahan
masalaah, menghasilkan produk dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
e. Tujuan Pembelajaran IPA Terpadu
Puskur Balitbang Depdiknas (2007: 7), menuliskan bahwa pembelajaran IPA
terpadu dilaksanakan untuk beberapa tujuan yang ingin dicapai antara lain: (1)
18
Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Pembelajaran yang disajikan
terpisah-pisah dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar memungkinkan adanya
tumpang tindih dan pengulangan, sehingga membutuhkan waktu dan energi yang lebih
bayak, dan membosankan bagi peserta didik. Bila konsep yang tumpang tindih dan
pengulangan dapat dipadukan, maka pembelajaran akan lebih efektif dan efisien; (2)
Meningkatkan minat dan motivasi. Pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah dan
memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap dan memahami
keterkaitan atau hubungan antar konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan yang
termuat dalam tema tersebut. Model pembelajaran terpadu sesuai dengan kehidupan
sehari-hari dapat menggiring peserta didik untuk berpikir lebih luas dan mendalam,
sehingga dapat menangkap dan memahami hubungan konseptual yang disajikan guru;
(3) Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus. Model pembelajaran IPA
Terpadu dapat menghemat waktu, tenaga, sarana serta biaya karena pembelajaran
beberapa kompetensi dasar dapat diajarkan sekaligus. Pembelajaran terpadu juga
menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran. Hal ini terjadi karena adanya proses
pemaduan dan penyatuan sejumlah standar kompetensi, kompetensi dasar dan langkah
pembelajaran yang dipandang memiliki kesamaan dan keterkaitan.
f. Pengorganisasian Materi IPA Secara Terpadu
Sesuai dengan Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Isi, substansi
mata pelajaran IPA pada SMP/ MTs merupakan IPA terpadu. Dengan kata lain IPA
sebagai mata pelajaran hendaknya diajarkan secara terpadu, tidak dipisah-pisahkan
antara Biologi, Fisika, Kimia dan Bumi Antariksa.
Pembelajaran IPA terpadu, peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung
sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan dan menerapkan
konsep yang telah dipelajarinya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran IPA Terpadu merupakan perpaduan objek dan fenomena cabang-cabang
materi IPA yang dipelajari secara menyeluruh, bermakna, otentik dan aktif sehingga
efektivitas pembelajaran dan motivasi peserta didik akan mengalami peningkatan, serta
beberapa kompetensi dapat dicapai dalam satu kurun waktu.
19
3. Berpikir Kritis
a. Pengertian Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah aktifitas terampil yang bisa dilakukan dengan lebih baik
dan memenuhi beragam standar pola berpikir. Berpikir kritis dengan jelas menuntut
interpretasi dan evaluasi terhadap observasi, komunikasi dan sumber-sumber informasi
lainnya (Fisher, 2007). Proses berpikir kritis berlangsung kejadian yang seksama.
Pemikiran kritis didefinisikan mencakup kemampuan dan kecenderungan seseorang
untuk membuat dan melakukan asesmen terhadap kesimpulan yan didasarkan pada
bukti (Eggen dan Kauchak, 2012).
Berdasarkan pendapat di atas, maka yang dimaksud berpikir kritis pada
penelitian ini adalah kemampuan dalam memecahkan masalah dan memberikan solusi
terbaik terhadap masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, mampu
mengevaluasi dengan alasan-alasannya, menyimpulkan dan menerapkan konsep-konsep
berdasarkan hasil pengamatan.
b. Ciri-ciri Kemampuan Berpikir Kritis
Keterkaitan berpikir kritis dalam proses pembelajaran adalah perlunya
mempersiapkan peserta didik agar dapat memecahkan masalah, membuat keputusan
yang matang dan terus belajar. Dalam hal ini guru berperan sebagai motivator dalam
mengembangkan potensi peserta didik memecahkan masalah dan memberikan solusi
terbaik terhadap masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik
merasa tertantang untuk melakukan proses pembelajaran yang bermakna bagi peserta
didik. Berpikir kritis pada peserta didik ditunjukkan dalam bentuk keaktifan, selalu
berusaha mempertimbangkan alternative pemecahan alternatif masalah, mampu
mengevaluasi dengan alasan-alasannya. Di dalam proses pembelajaran IPA sangat
diperlukan kemampuan berpikir kritis, karena didalam memecahkan masalah
membutuhkan kemampuan menguasai materi dalam kompetensi dasar, mampu
menganalisis data, bertanya dan menjawab pertanyaan pada saat diskusi hingga menarik
kesimpulan.
4. Kemampuan Analisis
Kemampuan analisis merupakan bagian dari kemampuan berpikir kritis (critical
thingking skills). Wilson (2000) menyatakan bahwa berpikir merupakan inti pengaturan
20
tindakan seseorang, sehingga semakin baik ketrampilan seseorang, semakin baik
kemampuannya menyusun strategi, dan taktik meraih peluang. Setiap tindakan manusia
akan berpikir terlebih dahulu, dipertimbangkan hal positif dan negatif yang akan
diterima, semakin tinggi kemampuan atau kecakapan dalam berpikir semakin cermat
dalam mengambil keputusan.
Kemampuan berpikir dapat didefinisikan sebagai proses kognitif yang dipecahpecah ke dalam langkah-langkah nyata yang digunakan sebagai pedoman berpikir.
Kemampuan berpikir dalam menarik kesimpulan (inference), yang didefinisikan sebagai
kemampuan untuk menghubungkan berbagai petunjuk dan fakta atau informasi dengan
pengetahuan yang telah dimiliki untuk membuat suatu hipotesis. Mengajarkan
kemampuan berpikir untuk menarik kesimpulan memerlukan langkah-langkah, yaitu:
mengidentifikasi pertanyaan, mengidentifikasi fakta yang diketahui, mengidentifikasi
pengetahuan yang relevan yang telah diketahui sebelumnya, dan membuat perumusan
prediksi akhir. Menurut Harjasujana (1987) kemampuan analisis merupakan suatu
keterampilan menguraikan suatun struktur ke dalam komponen-komponen agar
mengetahui pengorganisasian struktur tersebut. Ketrampilan tersebut tujuan pokoknya
adalah memahami sebuah konsep global dengan cara mengurai atau memerinci
globalitas ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan terperinci.
Surya (2011) mengemukakan bahwa ketrampilan berpikir analisis merupakan
bagian dasar berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis dapat dinyatakan sebagai suatu
keterampilan untuk mengurai (indentifikasi) sebuah struktur atau suatu pokok masalah
menjadi bagian-bagian atau komponen-komponen dan melakukan penelaahan atas
bagian-bagian tersebut,
serta mencari hubungan antar bagian untuk memperoleh
pengertian dan pemahaman yang tepat. Ketrampilan berpikir analisis tujuan pokoknya
adalah memahami sebuah konsep global (keseluruhan) dari suatu masalah dengan cara
mengurai atau memerinci menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan terperinci.
Pertanyaan analisis menghendaki agar pemikir kritis mengidentifikasi urutan langkahlangkah logis yang digunakan dalam menarik kesimpulan.
Facione (2011) menyatakan bahwa kemampuan berpikir analisis merupakan
bagian dari kemampuan berpikir kritis yang ditekankan untuk dikembangkan dalam
memahami
konsep-konsep.
Kemampuan
analisis
merupakan
kemampuan
mengidentifikasi hubungan-hubungan nyata yang diharapkan dan dipercaya diantaranya
21
pernyataan, konsep, diskripsi atau bentuk lain dari perwakilan untuk mengungkapkan
keyakinan, penilaian, pengalaman, alasan, informasi atau opini. Komponen kemampuan
analisis mencakup mengidentifikasi pernyataan dan informasi yang disajikan,
menginterpretasikan informasi dan ide, membangun hipotesis, mengurai hubungan dari
kalimat atau bagian-bagian suatu konsep untuk menarik kesimpulan.
Pemberdayaan kemampuan analisis perlu dikembangkan untuk memperoleh
hasil belajar yang optimal seperti yang ditekankan oleh Welingsky cit. Allen (2004),
yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan mengutamakan kemampuan analisis
mampu mendukung tercapainya prestasi belajar yang lebih tinggi. Demikian juga King
(2004), mengungkapkan “analical skills are identifying attributes and components,
relationship, relevant information to form hypothesis, pattern, main idea and error.
Menurut Yamin (2007) menyatakan bahwa kemampuan analisis pada dasarnya
merupakan kemampuan untuk memahami konsep atas dasar sifat, hubungan dan
peranan masing-masing unsur dalam kesatuan konsep tersebut. Analisis merupakan hal
yang sangat diperlukan dalam penalaran ilmiah untuk membuktikan konsep yang
dibangun tersebut, betul-betul didukung oleh bagian-bagian konsep tersebut. Menurut
Watson dan Glaser (Sofyan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, 2010: 62) bahwa kemampuan
analisis juga memiliki peranan penting terhadap tujuan pembelajaran. Kemampuan
analisis merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik.
Kemampuan analisis adalah ketrampilan menguraikan sebuah struktur ke dalam
komponen-komponen agar mengetahui pengorganisasian struktur tersebut. Kemampuan
analisis sangat diperlukan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar
yang diharapkan. Pada umumnya kemampuan analisis peserta didik kurang diperhatikan
sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan belajar. Peserta didik dalam mempelajari
tema Ekosistem diperlukan kemampuan analisis dikarenakan dalam tema ini mencakup
informasi, data, fakta yang harus dianalisis untuk memperoleh kesimpulan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
kemampuan analisis adalah kemampuan peserta didik untuk mengurai atau memisahkan
sesuatu hal ke dalam bagian-bagiannya dan dapat mencari keterkaitan antara bagianbagian tersebut. Menganalisis adalah kemampuan memisahkan materi (informasi) ke
dalam bagian-bagiannya yang perlu mencari hubungan antara bagian-bagian tersebut,
mampu melihat (mengenal) komponen-komponennya, bagaimana komponen-komponen
22
tersebut berhubungan dan terorganisasikan. Komponen kemampuan analisis diantaranya
menginterprestasikan data, memilah informasi untuk menyelesaikan masalah dan
memilih alternatif berdasarkan kajian yang diberikan.
5. Modul
a. Pengertian Modul
Modul merupakan bagian dari media pembelajaran. Menurut Arsyad (2007)
mengutip pendapat Kemp & Dayton yang mengelompokkan media ke dalam delapan
jenis yaitu: 1) media cetakan; 2) media pajang; 3) Overhead proyektor transparancies;
4) rekaman audiotape ; 5) seri slide dan film strips; 6) penyajian multi-image; 7)
rekaman video dan film hidup; dan 8) computer. Berdasarkan kutipan tersebut di atas
modul merupakan media pembelajaran dalam bentuk cetakan.
Modul merupakan sebuah komponen perangkat pembelajaran dalam standar
proses. Modul dapat digunakan untuk belajar mandiri maupun klasikal di dalam kelas.
Menurut Gandasari (2010), modul adalah suatu unit desain pembelajaran yang isinya
relatif singkat dan spesifik, yang disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran. Modul
adalah suatu unit desain pembelajaran yang isinya relative singkat dan spesifik disusun
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Modul biasanya memiliki suatu rangkaian
kegiatan yang berkoordinasi dengan baik berkaitan dengan materi dan media serta
evaluasi. Modul dapat digunakan secara individual dan dapat pula digunakan secara
kelompok atau klasikal.
Modul merupakan suatu paket yang disusun dalam bentuk satuan tertentu yang
dipergunakan untuk keperluan belajar. Pada kenyataannya modul merupakan jenis
kesatuan kegiatan belajar mengajar yang terencana, dirancang untuk membantu peserta
didik secara individual dalam mencapai tujuan-tujuan belajar (Sukiman 2012: 131).
Modul mempunyai banyak manfaat, sesuai dengan penelitian yang dilakukan Oroh
(2011: 2). Keuntungan yang diperoleh melalui modul ajar antara lain: pola belajar
peserta didik menjadi lebih terfokus, cara belajar peserta didik lebih efisien dan efektif,
peserta didik akan lebih termotivasi untuk belajar karena materi disajikan lebih menarik,
mengembangkan sikap kemandirian peserta didik untuk belajar sendiri, dan
mengembangkan pemahaman dan kreatifitas belajar peserta didik.
23
b. Karakteristik Modul
Karakteristik untuk pengembangan modul (Depdiknas: 3) antara lain: (1)
Pembelajaran mandiri (self instructional), yaitu peserta didik mampu membelajarkan
diri sendiri tidak bergantung pada pihak lain; (2) Kesatuan yang utuh (self contained);
yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub unit kompetensi
yang dipelajari terdapat satu modul secara utuh. Tujaunnya adalah memberikan
kesempatan peserta didik mempelajri materi pembelajaran sampai tuntas, karena materi
dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh; (3) Berdiri sendiri (stand alone); yaitu
modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan
bersama-sama dengan media pembelajran lain; (4) Adaptif yaitu modul dapat
disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dapat digunakan
sampai dengan kurun waktu tertentu serta fleksibel digunakan. Memperhatikan
percepatan perkembangan ilmu dan teknologi pengembangan modul multimedia
hendaknya tetap “up to date”; (5) Bersahabat dengan pemakainya (user friendly). Setiap
paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya.
c. Tahapan Pengembangan Modul
Secara garis besar penyusunan modul atau pengembangan modul menurut
Nasution (1987) dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: (1) Perumusan
sejumlah tujuan secara jelas, spesifik dalam bentuk kelakuan peserta didik yang dapat
diamati dan diukur; (2) Pengurutan tujuan yang menentukan langkah-langkah yang
diikuti dalam modul itu; (3) Pengukuran latar belakang peserta didik, pengetahuan dan
kemampuan yang telah dimilikinya sebagai pra-syarat untuk menempuh modul itu
(entry behavior atau entering behavior) dengan tes diagnostic; (4) Penyusunan alasan
atau rasional pentingnya modul ini bagi peserta didik akan mempelajari dengan sepenuh
tenaga; (5) Perencanaan kegiatan-kegiatan belajar untuk membantu dan membimbing
peserta didik agar mencapai kompetensi-kompetensi seperti dirumuskan dalam tujuan.
Kegiatan itu dapat berupa mendengarkan rekaman, melihat film, mengadakan
percobaan dalam laboratorium, mengadakan bacaan membuat soal dan sebagainya; (6)
Penyusunan post test untuk mengukur hasil belajar peseta didik. Butir-butir tes harus
bertalian erat dengan tujuan-tujuan modul; (7) Penyiapan pusat sumber-sumber berupa
bacaan yang terbuka bagi peserta didik setiap waktu ia memerlukannya.
24
Selain itu dalam mengembangkan modul, Mulyono (2001: 5) berpendapat bahwa
perlu ditempuh tahap-tahap sebagai berikut: (1) Menyusun garis-garis besar program
pengajaran; (2) Menulis materi yang mencakup komponen-komponen dalam modul; (3)
Mereview, melakukan validitas dan merevisi model.
Kegiatan-kegaitan di atas sebaiknya dilakukan sebelum modul tersebut digunakan.
Bagan pengembangan modul dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Menulis modul/
bahan cetak
Review, uji
validitas, revisi
Menulis garis besar
bahan cetak
Kelengkapan modul
berupa alat peraga/ kit
sains
Implementasi
Gambar 2.1. Bagan Pengembangan Modul
Secara teoritis penyusunan modul dimulai dengan perumusan tujuan, akan tetapi
dalam prakteknya sering dimulai dengan penentuan topik dan bahan pelajarannya dapat
dipecahkan dalam bagian-bagian yang lebih kecil untuk dikembangkan dalam modul.
Sebagai langkah kedua, dirumuskan tujuan-tujuan modul yang berkenaan dengan bahan
yang dikuasai itu.
d. Struktur Modul
Struktur modul yang disarikan dari Depdiknas (2008) yaitu memuat komponen
sebagai berikut:
1) Bagian Pembuka terdiri dari judul, daftar isi, daftar gambar dan daftar tabel.
2) Bagian inti terdiri dari:
a) Pendahuluan atau tinjauan umum materi yang meliputi deskripsi pembelajaran,
prasyarat menggunakan modul, petunjuk menggunakan modul, tujuan akhir,
standar kompetensi dan kompetensi dasar.
b) Hubungan dengan materi yang lain atau peta konsep,
25
c) Uraian materi yang sistematikanya adalah kegiatan belajar, tujuan kompetensi,
uraian materi, tes formatif, tugas, rangkuman, umpan balik atas penilaian.
d) Bagian Penutup, bisa terdiri atas glossary atau daftar istilah, tes akhir dan
indeks.
6. Sikap Peduli Lingkungan
a. Sikap
Sikap berarti pendirian, pendapat atau keyakinan. Sri Partini Suhardiman (1987)
mengatakan bahwa sikap sebagai suatu kesiapan merespon yang sifatnya positif atau
negatif suatu obyek atau situasi secara konsisten. Dalam sikap positif kecenderungan
tindakan individu adalah mendekati, menyenangi atau mengharapkan obyek tersebut.
Sebaliknya sikap negatif kencederungan tindakan individu menjauhi, membenci,
menolak atau menghindar dari obyek tersebut. Sikap mempunyai peran yang sangat
penting dalam kehidupan manusia, apabila sikap sudah terbentuk dalam diri manusia,
maka sikap akan banyak mempengaruhi dalam bertingkah laku terhadap suatu obyek.
Kesesuaian atau ketidaksesuaian dapat dinyatakan dengan skala, sikap seseorang
terhadap suatu obyek dapat diukur arah dan intensitasnya dengan jalan memperhatikan
perilaku individu tersebut.
Menurut Allport dalam Mar’at (1984) sikap dapat dirumuskan menjadi 11
(sebelas) pengertian yaitu: (1) Attitude are learned, yang berarti sikap bukanlah sistem
fisiologis ataupun diturunkan. Akan tetapi sikap diperoleh dari hasil belajar melalui
pengalaman dan interaksi secara terus menerus dengan lingkungannya; (2) Attitute have
referent, yang berarti sikap selalu dihubungkan dengan obyek seperti manusia,
wawasan, peristiwa dan ide; (3) Attitute are social learning, yang berarti sikap diperoleh
dalam bentuk interaksi dengan manusia lain baik dirumah, di sekolah tempat ibadah
ataupun tempat lain melalui nasehat, percakapan dan teladan; (4) Attitute have readiness
to respond, yang berarti adanya kesiapan untuk bertindak dengan cara-cara tertentu
terhadap obyek; (5) Attitute or affective, yang berarti bahwa perasaan dan afeksi bagian
dari sikap akan tampak pada pilihan yang bersangkutan apakah positif, negative atau
ragu; (6) Attitude or very intensive, yang berarti tingkat intensitas sikap terhadap obyek
tertentu kuat atau lemah; (7) Attitude have a time dimension, yang berarti sikap tersebut
hanya cocok pada situasi yang sedang berlangsung, akan tetapi belum tentu sesuai pada
26
saat yang lain, karena itu dapat berubah sesuai dengan situasi; (8) Attitude have
duration, yang berarti bahwa sikap dapat bersikap relatif “consistent” dalam sejarah
hidup individu; (9) Attitude are complex, yang artinya bahwa sikap merupakan bagian
dari konteks perseksi atau kognisi individu; (10) Attitude are evaluation, yang berarti
bahwa sikap merupakan penilaian terhadap sesuatu yang mungkin mempunyai
konsekuensi tertentu bagi yang bersangkutan; (11) Attitude are inferred, yang berarti
bahwa sikap merupakan penafsiran dan tingkah laku yang mungkin menjadi indikator
yang sempurna atau bahkan tidak menandai.
b. Peduli Lingkungan
Kepedulian lingkungan adalah sikap mengindahkan atau memperhatikan terhadap
lingkungan di sekitarnya. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan benda,
daya, keadaan dan mahkluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahkluk
hidup lainnya (Moerdiono, 1997: 1). Emil Salim (1979) menyatakan bahwa lingkungan
hidup adalah segala kondisi atau keadaan dan pengaruh lingkungan yang terdapat dalam
ruang yang ditempati manusia dan mempengaruhi hal-hal yang hidup termasuk
kehidupan manusia.
Sekolah menjadi lembaga pendidikan sebagai media berbenah diri dan
membentuk karakter nalar berpikir yang kuat dengan membentuk karakter peserta didik
dengan nilai-nilai luhur. Sekolah menjadi tempat bagi peserta didik dalam tahap
perkembangannya dan merupakan sebuah lingkungan sosial yang berpengaruh bagi
kehidupan mereka. Sehubungan dengan hal tersebut, penanaman kepedulian terhadap
kelestarian lingkungan dilingkungan sekolah perlu dilaukan sejak dini agar terbentuk
rasa menghargai, memiliki dan memelihara lingkungan pada diri peserta didik.
Perilaku peduli lingkungan hidup atau dikenal dengan peduli lingkungan saja
merupakan perilaku atau tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan
lingkungan alam sekitanya dan mengembangkan upaya untuk memperbaiki kerusakan
lingkungan yang telah terjadi. Kementerian Negara Lingkungan Hidup Tahun 2005,
mendefinisikan bahwa “perilaku ramah lingkungan atau peduli lingkungan sudah
menjadi komitmen kita semua, mengingat adanya korelasi yang sangat jelas antara
keberlanjutan dan kesejahteraan hidup manusia dengan kualitas lingkungannya”.
27
Dengan kata lain bahwa semakin baik kualitas lingkungan maka semakin baik pula
kesejahteraannya yang berimplikasi pada semakin panjang pula angka harapan hidup
manusia. Komitmen tersebut perlu ditanamkan pada peserta didik. Pengetahuan dan
kepedulian dapat ditanamkan pada peserta didik diharapkan ketika mereka dewasa akan
menjadi bekal sikap dan perilaku dalam dirinya terhadap lingkungan akan berdampak
posistif. Terlebih lagi dengan isu-isu pemanasan global yang merupakan akibat dari
kerusakan lingkungan pada zaman sekarang. Sekolah merupakan tempat pendidikan
dalam pembentukan karakter dan salah satunya dalam pembentukan perilaku peduli
lingkungan.
Perilaku peduli lingkungan merupakan hal yang harus ditanamkan secara terus
menerus melalui pembiasaan. Aspek-aspek peduli lingkungan yang dikembangkan di
sekolah meliputi pembiasaan memelihara kebersihan dan kelestarian lingkungan
sekolah, tersedia tempat pembuangan sampah, melakukan pembiasaan memisahkan
jenis sampah orgnik dan anorganik, menyediakan peralatan kebersihan, serta
memprogramkan cinta kebersihan lingkungan.
7. Pembelajaran Dengan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS)
Belajar menurut kamus besar Bahasa Indonesia mempunyai arti “ berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu. Menurut definisi ini memiliki pengertian bahwa
belajar merupakan kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu, sehingga dengan
belajar manusia tahu, memahami, mengerti dapat melaksanakan dan memiliki tentang
sesuatu (Baharudin, 2008:13). Definisi etimologis di atas masih sangat dan sederhana
sehingga perlu penjelasan terminologis tentang definisi belajar yang lebih mendalam.
Beberapa ahli mengemukakan pengertian belajar. Cronbach (1954) dalam Badarudin
(2008) mengatakan bahwa “learning is shown by change in behavior as result of
experience”. Belajar ditunjukkan oleh perubahan sikap sebagai hasil dari perolehan
pengalaman. Menurut Hamalik (1992), ”belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau
perubahan pada diri seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku yang baru
berkat pengalaman dan latihan”.
Belajar berdasarkan beberapa definisi belajar di atas adalah sebagai suatu proses
yang kompleks terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup sejak masih
bayi sampai liang lahat. Pembelajaran adalah proses seseorang dalam kegiatan belajar.
28
Sebagai tanda seseorang telah mengalami pembelajaran adalah perubahan tingkah laku
dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut berkaitan dengan perubahan yang
bersifat pengetahuan (kognitif),
ketrampilan (psikomotor) dan sikap (afektif).
Perubahan yang terjadi melalui proses belajar bisa kearah yang lebih baik atau
sebaliknya. Kualitas hasil pembelajaran seseorang ditentukan oleh pengalamanpengalaman yang diperolehnya saat berinteraksi dengn lingkungan sekitarnya.
a. Pengertian Jelajah Alam Sekitar (JAS)
Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) merupakan salah satu inovasi pendekatan
pembelajaran IPA dan maupun kajian ilmu lain yang bercirikan memanfaatkan
lingkungan sekitar dan simulasinya sebagai sumber belajar melalui kerja ilmiah, serta
diikuti pelaksanaan belajar yang berpusat pada peserta didik (Mulyani et al., 2008).
Pendekatan ini memberi keleluasaan kepada peserta didik untuk membangun dan
mengembangkan gagasan dan menciptakan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi
dan tanggungjawab peserta didik untuk belajar sepanjang hayat.
Konsep alam sekitar dalam pembelajaran IPA sama dengan lingkungan yaitu
segala sesuatu yang terdapat di sekitar mahkluk hidup. Lingkungan merupakan tempat
peserta didik untuk mendapatkan pengalaman belajar melalui penemuan fakta dan
akhirnya
perumusan tentang sebuah konsep. Didapatkan hasil pembelajaaran yang
tidak hanya teoritis saja, tetapi merupakan sebuah kenyataan.
b. Latar Belakang Pendekatan JAS
Menurut Mulyani (2008), pendekatan JAS sebagai pendekatan pembelajaran
yang dianggap mampu menciptakan peserta didik yang produktif dan inovatif dengan
alasan-alasan sebagai berikut: (1) Pembelajaran IPA masih berfokus pada guru sebagai
sumber utama pengetahuan, ceramah menjadi pilihan utama guru dalam proses
pembelajaran. Proses sains belum dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran masih menekankan pada hasil belajar dan bukan kegiatan untuk
menguasai proses; (2) Pendekatan pembelajaran JAS mengutamakan peserta didik
mengalami dan menemukan sendiri dengan memanfaatkan lingkungan sekitarnya; (3)
Tuntutan kurikulum bahwa hasil belajar peserta didik berupa perpaduan anatara aspek
29
kognitif, afektif dan psikomotor menuntut suatu pembelajaran yang menekankan
keaktifan peserta didik.
c. Komponen JAS
Pendekatan JAS dalam Mulyani (2008) terdiri atas beberapa komponen yang
sebaiknya dilaksanakan secara terpadu, antara lain: (1) Eksplorasi, pada tahapan ini
peserta didik melakukan eksplorasi yaitu mencari fakta di lingkungan sekitar sehingga
menemukan sesuatu yang menimbulkan pertanyaan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar
untuk melakukan proses sains; (2) Kontruktivisme, pengetahuan diperoleh dalam proses
pembelajaran merupakan sutu pembentukan (kontruksi) yang secara terus menerus,
terus berubah dan berkembang. Peserta didik mendapatkan pengetahuan dengan cara
menyusun pengetahuan yang didapatkan dari eksperimen maupun diskusi; (3) Proses
Sains, kegiatan peserta didik dalam komponen ini yaitu mengamati sesuatu yang
menarik perhatian sehingga akan memunculkan permasalahan. Permasalahan ini
dipecahkan melalui langkah-langkah metode ilmiah sehingga bersifat rasional dan
teruji; (4) Masyarakat belajar (learning community), komponen ini menyarankan bahwa
hasil pembelajaran didapatkan dari kerjasama dengan orang lain, sehingga prosesnya
dilakukan secara kelompok. Selain itu peserta didik dapat berkolaborasi dengan “ahli”
yang didatangkan guru sebagai nara sumber, sehingga peserta didik mendapatkan
pengalaman langsung dari ahlinya. Pelaksanaan komponen ini tidak hanya pada saat
pembelajaran di kelas saja. Peserta didik dapat melaksanakan komponen ini dalam
bentuk interaksi dengan masyarakat; (5) Bioedutainment, unsur utama dalam komponen
ini melibatkan unsur utama ketrampilan berkarya, kerjasama, kompetisi, tantangan dan
sportivitas. Peserta didik menghasilkan produk melalui kerjasama dan produk ini dapat
diterapkan dalam dunia nyata. Produk ini dapat berupa poster, artikel maupun leaflet.
Penerapan komponen ini, aspek kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik dapat
diamati; (6) Penilaian autentik (assessment authentic), komponen ini dilakukan selama
proses pembelajaran yang terintegrasi dalam pembelajaran, bukan hanya pada akhir
pembelajaran saja. Pembelajaran yang benar ditekankan pada upaya membantu siswa
agar mampu mempelajari. Assesment ini menekankan pada prosesnya bukan data yang
harus diperoleh dari kegiatan nyata pada saat melakukan proses pembelajaran.
30
Contoh penerapan JAS dalam pembelajaran IPA terlihat dalam Tabel 2.2.
dibawah ini.
Tabel 2.2. Contoh Kegiatan Siswa Dalam Penerapan Pendekatan JAS
No
Komponen JAS
Contoh kegiatan siswa
1
Eksplorasi
Siswa mencari fakta di lingkungan sekitar tentang
mahkluk hidup (biotik) dan benda mati (abiotik).
2
Proses sains
Siswa melakukan eksperimen interaksi mahkluk hidup
dengan lingkungan.
3
Kontruktivisme
Siswa merumuskan hasil eksperimen dan menyimpulkan
semua fakta yang ada.
4
Masyarakat Belajar
Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk menyimpulkan
hasil proses sains.
5
Bioedutainment
Siswa berkompetisi melalui proses kerjasama untuk
menghasilkan sebuah karya, contohnya poster.
6
Penilaian autentik
Kuis, karya siswa, presentasi atau penampilan siswa,
hasil tes tertulis digunakan sebagai dasar penilaian.
Menurut Ridlo (2005: 7), pendekatan JAS dilihat dari berbagai aspek diantaranya:
(1) Aspek Ontologi adalah pendekatan JAS secara ontologi dicirikan dengan siswa
belajar melakukan pembelajaran secara nyata dan ilmiah, bentuk kegiatan lebih utama
dari pada hasil, berpusat pada siswa, terbentuknya masyarakat belajar, memecahkan
masalah dan menanamkan sikap ilmiah, hasil belajar diukur dengan berbagai cara; (2)
Aspek
Epistemologi
adalah
pendekatan
JAS
secara
epistemologi
adalah
konstruktivisme, proses sains, inquiri, eksplorasi alam sekitar; (3) Aspek Aksiologi
adalah pendekatan JAS secara aksiologi adalah tertanamnya sikap ilmiah yang berupa
kejujuran, ketelitian, menghargai pedapat orang lain, disiplin, toleransi, objektif dan
bertanggung jawab.
d. Kelebihan dan Kekurangan JAS
Menurut Marianti (2006: 19) kelebihan-kelebihan yang dapat diperoleh melalui
pembelajaran Jelajah Alam Sekitar (JAS) antara lain: (1) Siswa diajak secara langsung
berhubungan dengan lingkungan sehingga mereka memperoleh pengalaman tentang
masalah yang dipelajarinya; (2) Pengetahuan bisa diperoleh sendiri melalui hasil
31
pengamatan, diskusi, belajar mandiri dari buku atau sumber lain; (3) Evaluasi tidak
hanya dari aspek kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotor; (4) Kerja kelompok lebih
nyata; (5) Dapat membentuk rasa sayang pada diri siswa terhadap lingkungan sehingga
dapat menimbulkan minat untuk memelihara dan melestarikannya.
Kekurangan-kekurangan pembelajaran dengan pendekatan JAS antara lain: (1) Tidak
terkonrolnya proses pembelajaran; (2) Menghabiskan waktu; (3) Proses pembelajaran
kurang efektif.
e. Kaitan Pendekatan JAS Dengan Pendekatan Konstektual
Menurut Johnson (2002), berpendapat bahwa, pembelajaran konstektual adalah
pembelajaran yang berusaha mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia
nyata dan memotivasi peserta didik menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan
kehidupan sehari-hari. Mewujudkan pembelajaran yang memiliki karakteristik seperti di
atas, proses pembelajaran harus menekankan pada: making meanigful connection,
constructivism, inquiry, critical and creative thinking, learning community, dan using
authentic assesment.
Pendekatan konstektual atau yang disebut CTL (Contextual Teaching and
Learning) adalah konsep belajar dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa
membuat hubungan antar pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari (Muslich, 2007). Pengetahuan dan ketrampilan peserta didik
diperoleh dari mengontruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan ketika peserta didik
belajar. (Nurhadi, 2007), ada tujuh komponen utama dalam pembelajaran CTL yaitu:
konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menyelidiki (inquiry),
masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection),
dan penilaian autentik (authentic assesment).
Pendekatan
konstektual dan JAS mempunyai kekhususan yaitu mengaitkan
materi pembelajaran dengan konteks dunia nyata yang dihadapi peserta didik sehari-hari
baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar dan dunia kerja, sehingga
peserta didik mampu membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
32
8. Lingkungan
a.
Pengertian Lingkungan
Secara umum lingkungan hidup menunjuk pada berbagai macam organisme di
sekitar yang melangsungkan kehidupannya. Lingkungan diartikan segala benda hidup
dan tidak hidup yang berperan dalam mendukung keberadaan mahkluk hidup. Segala
sesuatu di luar individu merupakan sistem yang komplek sehingga dapat mempengaruhi
satu sama lain. Kondisi yang saling mempengaruhi membuat lingkungan selalu dinamis
dan dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi. Mahkluk hidup memerlukan lingkungan
tertentu sebagai tempat hidupnya. Tahukah kamu bahwa tempat yang di tempati suatu
mahkluk hidup dikatakan dengan habitat. Habitat terdapat berbagai jenis mahkluk hidup
(biotik) dan benda tak hidup (abiotik). Di tempat tersebut terjadi interaksi antara
mahkuk hidup dan benda tak hidup.
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan
sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang
tumbuh di atas dan di dalam lautan. Lingkungan juga dapat diartikan segala sesuatu
yang ada di sekitar manusia dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia.
Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah segala
yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi.
Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan,
hewan, manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri).
b. Interaksi Dalam Ekosistem
1. Pengertian Ekosistem
Ekosistem merupakan kesatuan struktural dan
fungsional yang terbentuk oleh hubungan timbal
balik antara mahkluk hidup dengan lingkungnya.
Ekosistem dibentuk oleh kumpulan berbagai
macam mahkluk hidup besarta benda-benda tak
Gambar 2.1. Interaksi dalam
ekosistem membentuk suatu Pola
Sumber: www.rideralam.com
hidup. Semua mahkluk hidup yang menyusun
suatu ekosistem disebut komponen biotik.
Benda-benda tak hidup dalam ekosistem disebut komponen aboitik. Ekosistem
hubungan antar komponen berlangsung sangat erat dan saling mempengaruhi. Oleh
33
karena itu gangguan atau kerusakan pada salah satu komponen dapat menyebabkan
kerusakan seluruh ekosistem.
Gambar 2.2. Interaksi dalam
ekosistem laut
Sumber: www.anneahira.com
Ilmu yang mempelajari ekosistem disebut Ekologi. Ekologi berasal dari dua kata
dalam bahasa Yunani, yaitu oikos dan logos. Oikos berarti rumah atau tempat
tinggal, dan logos artinya ilmu.
Gambar 2.3. Ekosistem Sawah
Sumber: www.anneahira.com
Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (Campbell, 2002),
Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, muncul sekitar tahun 70an. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar mahkluk
hidup maupun interaksi antara mahkluk hidup dengan lingkungannya.
Ruang lingkup ekologi meliputi dalam ekologi antara lain: (a) Perpindahan energi
dan materi dari mahkluk hidup yang satu ke mahkluk hidup yang lain ke dalam
lingkungan dan faktor-faktor penyebabnya; (b) Perubahan populasi atau spesies
pada waktu yang berbeda dan faktor-faktor yang meyebabkannya; (c) Interaksi
antara spesies mahkluk hidup dan hubungan antara mahkluk hidup dengan
lingkungannya.
2. Komponen Penyusun Ekosistem
a. Komponen Biotik
34
Komponen biotik meliputi semua mahkluk hidup dalam ekosistem, berdasarkan
fungsinya mahkluk hidup dibagi 3, yaitu: (1) Produsen adalah semua mahkluk hidup
yang dapat membuat makanan sendiri. Yang termasuk produsen adalah tumbuhan yang
berhijau daun atau klorofil serta organisme autotrof. Ekosistem perairan komponen
biotik berperan sebagai produsen adalah alga dan fitoplankton; (2) Konsumen adalah
mahkluk hidup yang memperoleh energi dari bahan makanan yang dibuat oleh produsen.
Yang termasuk dalam produsen adalah manusia dan hewan, karena tidak dapat
membuat makanan sendiri dan selalu bergantung pada mahkluk hidup lain, maka
konsumen bersifat heterotrof; (3) Dekomposer atau pengurai adalah komponen biotik
yang berperan menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme yang telah mati
atau hasil pembuangan sisa pencernaan. Mahkluk hidup yang berperan sebagai
dekomposer adalah bakteri dan jamur saprofit. Organisme dekomposer mengurai
mahkluk hidup yang telah mati atau sisa pencernaan menjadi mineral dan unsur hara
yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan dapat meresap ke dalam tanah.
b. Komponen Abiotik
Abiotik adalah komponen yang tidak hidup. Komponen abiotik menyediakan
tempat hidup, makanan dan kondisi yang diperlukan oleh komponen biotik, sehingga
komposisi komponen abiotik sangat mempengaruhi jenis komponen yang dapat hidup.
Komponen abiotik yang mempengaruhi komponen biotik antara lain air, tanah, suhu,
cahaya matahari dan udara. 1) Air berfungsi sebagai pelarut zat-zat dalam tubuh, sistem
pengangkut dan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi biokimia di dalam tubuh.
Keberadaan air pada ekosistem sangat mempengaruhi mahkluk hidup. Hewan dan
tumbuhan beradaptasi untuk menyesuaikan keadaan air di lingkungannya; 2) Keadaan
tanah tanah menentukan jenis tumbuhan yang dapat hidup dan jenis tumbuhan yang
hidup menentukan hewan yang dapat hidup; 3) Suhu, suhu mempengaruhi reaksi
biokimia di dalam tubuh. Suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat
mengganggu reaksi biokimia di dalam tubuh. Oleh karena itu setiap mahkluk hidup
membutuhkan suhu optimum untuk pertumbuhan dan perkembangannya; 4) Cahaya
Matahari, cahaya Matahari diperlukan untuk fotosintesis pada tumbuhan hijau. Cahaya
matahari juga mempengaruhi suhu permukaan bumi menjadi sesuai untuk kehidupan
mahkluk hidup; 5) Udara, udara merupakan campuran berbagai macam gas. Gas-gas
35
tersebut memiliki fungsi berbeda pada ekosistem. Misalnya Oksigen diperlukan oleh
mahkluk hidup untuk respirasi/ bernapas.
3. Tingkat Organisasi Dalam Ekosistem
Mahkluk hidup dalam ekosistem membentuk tatanan atau organisasi tertentu yaitu:
a) Individu merupakan satuan fungsional terkecil penyusun ekosistem (mahkluk hidup
tunggal) yang dapat hidup secara fisiologis. Misalnya seekor rusa yang dapat mencari
rumput sendiri sebagai kebutuhan makanannya; b) Populasi merupakan kumpulan
indivisu sejenis pada suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Misalnya sekumpulan
penduduk dalam satu kelurahan. Kehidupan suatu populasi dipengaruhi oleh populasi
mahkluk hidup yang lain. Jumlah individu sejenis dalam satuan luas tertentu pada
jangka waktu tertentu disebut kepadatan populasi; c) Komunitas merupakan kumpulan
beberapa populasi yang berbeda yang saling berinteraksi pada daerah dan waktu tertentu.
Pada komunitas terjadi interaksi antara berbagai populasi dan dalam interaksi itu terjadi
perpindahan materi dan energi. Misalnya kolam populasi ikan berinteraksi dengan
populasi plankton ( yaitu ikan memakan plankton ), maka terjadi perpindahan bahan
makanan ( materi ) dari plankton ke tubuh ikan; d) Ekosistem merupakan interaksi
antara mahkluk hidup dengan lingkungan abiotiknya. Interaksi mahkluk hidup dengan
lingkungan pada suatu ekosistem bersifat khusus. Setiap ekosistem memiliki ekosistem
yang berbeda. Komunitas yang dipengaruhi oleh lingkungan abiotik yang spesifik
menghasilkan ekosistem yang spesifik pula. Berdasarkan proses terbentuknya ekosistem
dibedakan menjadi 2, yaitu: 1) Ekosistem alami, yaitu ekosistem yang terbentuk secara
alami. Misalnya hutan, laut, sungai dan rawa; 2) Ekosistem buatan yaitu ekosistem yang
dibentuk secara sengaja oleh manusia. Misalnya ekosistem sawah, kolam, perkebunan
dan hutan budidaya; e) Bioma adalah ekosistem-ekosistem yang terbentuk karena
perbedaan letak geografis dan astronomis. Bioma terbagi menjadi beberapa jenis,
ditentukan oleh curah hujan dan intensitas cahaya mataharinya. Bioma dibedakan
menjadi: 1) Tundra adalah suatu area dimana pertumbuhan pohon terhambat dengan
rendahnya suhu lingkungan sekitar. Bioma ini terletak di kawasan lingkungan Kutub
Utara sehingga iklimnya adalah iklim kutub. Istilah tundra berarti dataran tanpa pohon,
vegetasinya didominasi oleh lumut dan lumut kerak, vegetasi lainnya adalah rumputrumputan dan sedikit tumbuhan berbunga berukuran kecil.
36
Ciri-ciri tundra: a) Mendapat sedikit energi matahari, musim dingin sangat panjang
dapat berlangsung selama 9 bulan dengan suasana gelap; b) Fauna khas bioma tundra
Bison berbulu tebal dan Rusa kutub.
Gambar 2.4. Tundra
Sumber: www.polarfield.com
2) Taiga, Bioma ini kebanyakan terdapat di daerah antara subtropika dengan daerah
kutub, sepreti Skandinavia, Rusia, Siberia, Alaska, Kanada. Ciri-ciri Taiga: a)
Perbedaan antara suhu musim panas dan musim dingin cukup tinggi; b) Pertumbuhan
tanaman terjadi pada musim panas yang berlangasung antara 3 sampai 6 bulan; c) Flora
hkas dalah pohon berdaun jarum/ pohon konifer. Keanekaragman tumbuhan di bioma
taiga rendah, vegetasinya hampir seragam, di dominasi pohon-pohon konifer; d) Fauna
yang terdapat di daerah ini adalah beruang hitam, srigala dan burung-burung yang
bermigrasi ke daerah tropis jika musim dingin tiba.
Gambar 2.5. Taiga
Sumber: www.polarfield.com
3) Gurun, gurun adalah suatu daerah yang menerima curah hujan yang sedikit. Gurun
dianggap memiliki kemampuan kecail untuk mendukung kehidupan, gurun banyak
terdapat di Amerika Utara, Afrika Utara, Australia dan Asia Barat. Ciri-ciri gurun: a)
Curah hujan rendah; b) Kecepatan penguapan air lebih cepat; c) Kelembaban udara
37
sangat rendah; d) Perbedaan suhu siang dan malam hari sangat tinggi; e) Tanah sangat
tandus karena tidak mampu menyimpan air.
Gambar 2.6. Gurun Pasir
Sumber: www.infohewana.com
4) Padang Rumput, padang rumput merupakan area yang dipenuhi oleh rumput dan
tanaman tak berkayu. Bioma padang rumput membentang mulai dari daerah tropis
sampai dengan daerah beriklim sedang, seperti Hongaria, Rusia Selatan, Amerika
Selatan, Australia. Ciri-ciri padang rumput: a) Curah hujan antara 25 – 50 cm/ tahun, di
beberapa daerah padang rumput curah hujannya dapat mencapai 100 cm/ tahun; b)
Curah hujan yang relatif rendah turun secara tidak teratur; c) Turunnya hujan yang tidak
teratur tersebut menyebabkan porositas dan drainase kurang baik sehingga tumbuhtumbuhan sukar mengambil air.
Gambar 2.7. Padang Rumput
Sumber: www.digaleri.com
5) Hutan Gugur, ciri khas bioma hutan gugur adalah tumbuhannya sewaktu musim
dingin daun-daunnya meranggas. Bioma ini dapat dijumpai di Amerika Serikat, Eropa
Barat, Asia Timur dan Chili. Ciri-ciri hutan gugur: a) Curah hujan merata sepanjang
tahun 75 – 100 cm/ tahun; b) Mempunyai 4 musim: musim panas, musim dingin, musim
38
gugur, dan musim semi; c) Keanekaragaman jenis tumbuhan lebih rendah daripada
bioma hutan tropis.
Gambar 2.8. Hutan Gugur
Sumber: www.pixabay.com
6) Hutan Hujan Tropis, hutan hujan tropis adalah ekosistem yang dapat ditemui di
wilayah khatulistiwa ( Asia, Australia, Amerika Tengah, Meksiko dan kepulauan
Pasifik). Hutan hujan tropis merupakan rumah untuk setengah spesies flora dan fauna.
Hutan hujan tropis juga dijuluki sebagai “farmasi terbesar dunia” hampir 25 % obat
modern berasal dari tumbuhan di hutan hujan tropis. Ciri-ciri hutan hujan tropis: a)
Curah hujan sangat tinggi, lebih dari 2000 mm/ tahun; b) Pohon-pohon utama memiliki
ketinggian antara 20 – 40 m; c) Cabang pohon berdaun lebat dan lebar serta selalu hijau
sepangjang tahun; d) Mendapat sinar matahari yang cukup tetapi sinar matatahari
tersebut tidak mampu menembus dasar hutan; e) Mempunyai iklim mikro di lingkungan
sekitar permukaan tanah/ di bawah kanopi (daun pada pohon-pohon besar yang
membentuk tudung).
Gambar 2.9. Hutan Hujan Tropis
Sumber: www.belajarbiologi.com
39
6) Biosfer
Biosfer adalah sistem ekologis global yang menyatukan seluruh mahkluk hidup
dan hubungan antara mereka termasuk interaksinya dengan unsur litosfer, hidrosfer dan
atmosfer Bumi. Biosfer merupakan keseluruhan ekosistem bioma yang ada di bumi.
4. Hubungan Saling Ketergantungan
Hubungan saling ketergantungan antara komponen biotik dan komponen abiotik:
a) Komponen biotik mempengaruhi komponen abiotik; b) Komponen abiotik
mempengaruhi komponen biotik. Hubungan saling ketergantungan antara komponen
biotik dengan sesama komponen biotik: a) Saling ketergantungan intraspesies ( mahkluk
hidup sejenis ); b) Saling ketergantungan antarspesies ( mahkluk hidup tidak sejenis ).
Saling ketergantungan antarspesies yang berbeda jenis juga terjadi dalam
peristiwa makan dan dimakan. Peristiwa makan dan dimakan menimbulkan perpindahan
materi dan energi. Hal ini akan membentuk jaring-jaring kehidupan yang terdiri dari: 1)
Rantai makanan adalah peristiwa makan dan dimakan yang digambarkan secara
skematis dalam bentuk garis lurus searah dan tidak bercabang.
Misalnya:
rumput
produsen
belalang
ayam
konsumen I
ular, maka terjadi perpindahan energi dari
konsumen II
konsumen III.
Gambar 2.10. Rantai Makanan
Sumber: www.ridwanaz.com
2) Jaring-jaring makanan adalah beberapa rantai makanan dengan pola yang rumit dari
contoh rantai makanan di atas dan saling berkaitan membentuk sebuah jaring-jaring
makanan. Misalnya ular tidak hanya makan ayam dan ayam tidak hanya makan belalang.
Jaring-jaring makanan selalu berawal dari produsen dan diakhiri oleh pengurai. Bahan-
40
bahan yang diuraikan itu akan kembali digunakan oleh produsen sehingga daur materi
dan energi tidak pernah putus.
Gambar 2.12. Jaring-Jaring Makanan
Sumber: www.ridwanaz.com
1). Piramida Makanan
Piramida makanan adalah suatu piramida
yang
menggambarkan
perbanadingan
komposisi jumlah biomassa dan energi
dari produsen sampai konsumen puncak
dalam
suatu
ekosistem.
Komposisi
biomassa terbesar terdapat pada dasar
Gambar 2.13. Piramida Makanan
Sumber: www.ridwanaz.com
produsen yang menempati dasar piramida.
Demikian pula jumlah energi terbesar terdapat pada dasar piramida. Komposisi
biomassa dan energi ini semakin ke atas semakin kecil karena selama proses
perpindahan energi terjadi penyusutan jumlah energi pada setiap tingkat trofik.
5. Jenis-Jenis Interaksi Antarorganisme
a. Hubungan Netral
Hubungan netral yaitu hubungan yang tidak saling mempengaruhi. Namun
sesungguhnya hubungan yang benar-benar netral tidak ada, sebab setiap organisme
memerlukan komponen abiotik ( udara, ruangan, air, dan cahaya ) yang sama, sehingga
timbul persaingan.
b. Hubungan Simbiosis
Hubungan simbiosis yaitu hubungan saling mempengaruhi antara dua organisme.
Hubungan simbiosis ada tiga jenis:
41
1). Simbiosis mutualisme yaitu hubungan antara dua jenis yang saling menguntungkan.
2). Simbiosis Komensalisme, yaitu antara dua jenis organisme dimana yang satu
diuntungkan dan yang lain tidak dirugikan saat saling berinteraksi.
3). Simbiosis Parasitisme yaitu antara dua jenis organisme yang merugikan salah satu
pihak, sedangkan pihak yang lain diuntungkan saat berinteraksi.
c. Hubungan Kompetisi
Hubungan kompetisi terjadi jika dalam suatu ekosistem terjadi ketidakseimbangan,
misalnya kekurangan air, makanan dan ruang. Hubungan kompetisi dapat terjadi antara
individu-individu dalam satu spesies maupun individu-individu yang berbeda spesies.
d. Hubungan Predasi
Hubungan predasi yaitu hubungan antara organisme yang memangsa dan
organisme yang dimangsa.
9. Pencemaran Dan Dampaknya Terhadap Lingkungan
Ekosistem yang seimbang adalah
ekosistem yang komponen penyusunnya
memiliki
Komposisi
komposisi
seimbang
yang
bukan
seimbang.
berarti
jumlahnya sama. Misalnya pada waktu
musim hujan, jumlah rumput (produsen) di
suatu padang rumput meningkat sehingga
Gambar 2.14. Pencemaran Udara Oleh Industri
Sumber: www.wedaran.com
dapat mencukupi kebutuhan makan populasi
rusa. Ketika musim kemarau, jumlah rumput
berkurang sehingga menyebabkan jumlah
rusa juga menurun.
Apabila perubahan komposisi itu terjadi secara seimbang dari waktu ke waktu,
maka ekosistem itu dikatakan seimbang dan dapat bertahan lama. Dalam suatu
ekosistem, terdapat suatu keseimbangan yang disebut dengan homeostatis, yaitu
kemampuan ekosistem untuk menahan berbagai perubahan dalam sistem secara
keseluruhan. Perubahan ekosistem karena perubahan jumlah populasi komponen
biotiknya sangat berpengaruh terhadap suatu ekosistem. Biasanya, batas mekanisme
42
homeostatis dapat dengan mudah diterobos oleh kegiatan manusia. Misalnya,
pembuangan sampah beracun yang terlalu banyak di dalam perairan sungai sehingga
melampaui batas homeostatis alami sungai yang mengakibatkan kerusakan yang parah
terhadap ekosistem sungai.
a.
Pencemaran Udara
Pencemaran udara biasanya terjadi
akibat pembakaran bahan bakar pada
kendaraan bermotor dan gas buangan
pabrik. Beberapa jenis polutan yang
sering mencemari udara, antara lain
karbon
Gambar 2.15. Polusi Udara
Sumber: www.wedaran.com
nitrogen,
monoksida
(CO),
senyawa
senyawa
belerang,
klorofluorokarbon (CFC) dan partikel
debu.
1) Karbon monoksida (CO)
Gas CO merupakan hasil pembakaran tidak sempurna oleh mesin kendaraan
bermotor. Apabila gas CO terhirup oleh pernapasan manusia maka akan ikut
beredar dalam darah manusia sehingga mengganggu daya ikat darah terhadap
oksigen. Keracunan gas CO dapat menyebabkan pusing-pusing, gangguan saraf dan
pingsan.
2) Karbon dioksida (CO2)
Gas CO2 dihasilkan dari proses pernapasan makhluk hidup, pembusukan bahan
organik dan pelapukan batuan. Bila kadar CO2 di atmosfer meningkat akan
menyebabkan peningkatan suhu bumi.
3) Senyawa Nitrogen
Gas Nitrogen dibutuhkan oleh makhluk hidup sebagai bahan pembangun protein.
Apabila nitrogen oksida bereaksi dengan air maka akan membentuk senyawa asam.
4) Senyawa Belerang
Gas sulfur dioksida (SO2) berasal dari pabrik yang menggunakan belerang dan
hasil pembakaran bahan bakar fosil (batu bara dan minyak bumi). Gas SO2 bila
bereaksi dengan air akan membentuk senyawa asam. Jika senyawa tersebut turun
bersama hujan, terjadilah hujan asam.
43
5) Klorofluorokarbon (CFC)
CFC biasa digunakan sebagai bahan pendingin pada AC dan kulkas. Selain itu,
dipergunakan pada penyemprot rambut dan obat nyamuk semprot. CFC dapat
merusak lapisan ozon di atmosfer. Akibatnya perlindungan bumi dari radiasi sinar
ultraviolet matahari berkurang.
b.
Hujan Asam
Udara yang tercemar oleh gas sulfur dioksida (SO2), sulfur trioksida (SO3),
nitrogen monoksida (NO), dan nitrogen dioksida (NO2) dapat menyebabkan hujan
asam. Apabila gas-gas tersebut larut dalam air hujan, maka pembentukan senyawasenyawa asam tidak dapat dihindari. Hujan asam yang turun ke permukaan bumi
dapat menyebabkan pengikisan kesuburan tanah, kematian tanaman pertanian,
perkaratan logam, dan kerusakan bangunan.
c.
Pencemaran Air
Pencemaran air berarti terdapat kerusakan air dari batas normal. Air yang
terpolusi disebabkan oleh adanya racun atau polutan yang masuk ke lingkungan air.
Polutan air di antaranya minyak, limbah industri, limbah rumah tangga.
Gambar 2.16. Pencemaran Air
Sumber: www.artikelbiologi.com
Limbah industri yang mengandung logam berat seperti raksa, timbal dan kadmium
biasanya dialirkan ke sungai. Logam tersebut berbahaya bila masuk ke dalam tubuh
manusia karena dapat menimbulkan panyakit kanker. Berbagai limbah rumah
tangga, seperti detergen dan sampah dapat menyebabkan penurunan kandungan
oksigen di perairan. Limbah pertanian seperti pupuk, insektisida (DDT) dan
44
herbisida berbahaya bagi kesehatan manusia juga organisme lainnya, dan dapat
mengganggu keseimbangan ekosistem. Semua jenis limbah tersebut dapat
menyebabkan kamatian bagi organisme air, terutama ikan.
d. Pencemaran Tanah
"Buanglah sampah pada tempatnya." Ungkapan itu menunjukkan adanya usaha
untuk tidak mencemari tanah yang berlebihan. Apabila kamu meminum minuman
yang berbotol kemudian botol atau plastiknya dibuang begitu saja, berarti kamu
berperan dalam pencemaran tanah.
Pencemaran tanah dapat diakibatkan oleh aktivitas pembuangan sampah yang tidak
dikelola dengan baik, kebocoran limbah cair dari industri dan rumah sakit, serta
tumpahan minyak, zat kimia dan limbah. Apabila tanah telah tercemar oleh suatu
polutan, maka polutan tersebut akan mengendap dalam tanah sebagai zat yang
beracun.
Berdasarkan sifatnya, polutan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai
berikut.
1. Polutan yang dapat diuraikan oleh proses alam (biodegradable). Contoh kayu,
kertas, bahan atau sisa makanan serta sampah-sampah dedaunan.
2. Polutan yang tidak dapat diuraikan oleh proses alam (nonbiodegradable).
Contohnya plastik, kaleng dan logam.
10. Pemanasan Global
a.
Pengertian Pemanasan Global
Pemanasan Global (Global Warming) adalah peristiwa meningkatnya suhu rata-
rata pada lapisan atmosfer dan permukaan bumi. Menurut berbagai penelitian, pada saat
ini suhu di permukaan bumi sudah menunjukkan peningkatan yang sangat drastis yaitu
sekitar 0,6°C yang terjadi dalam satu abad terakhir. Peningkatan yang terbilang dan
terlihat kecil, namun dampak pemanasan global sangat besar bagi Bumi dan kehidupan
di Bumi. Dalam gejala-gejala atau tanda-tanda terjadinya pemanasan global dapat kita
amati dan rasakan. Gejala-gejala pemanasan global adalah pergantian musim yang sulit
kita prediksi, sering terjadinya angin puting beliung, terumbu karang yang memutih, dan
banjir dan kekeringan di wilayah yang tidak biasa mengalaminya.
45
Suhu rata-rata global pada permukaan bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18°C (1.33
± 0.32°F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change
(IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global
sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya
konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca.197
Ilmu Pengetahuan Alam Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan
perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya
intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi
(turunnya air dari atmosfer, misal hujan, salju). Akibat-akibat pemanasan global yang
lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai
jenis hewan. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani
dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas
rumah kaca.
b. Penyebab Pemanasan Global
Penyebab Pemanasan Global (Global Warming) - Banyak para ahli yang
mengemukakan pendapat mengenai penyebab atau faktor-faktor terjadinya pemanasan
global. Menurut para ahli bahwa pemanasan permukaan Bumi terjadi karena
meningkatnya gas rumah kaca di atmosfer yang merangkap panas, tidak hanya itu, ada
banyak lagi penyebab terjadinya pemanasan global yang perlu teman-teman ketahui
dalam memperbaiki dan menanggulangi hal tersebut. Penyebab Pemanasan Global
adalah sebagai berikut..
1.
Efek Rumah Kaca : efek rumah kaca adalah proses atmosfer menghangatkan
planet. efek rumah kaca terjadi akibat panas yang dipantulkan ke permukaan bumi
terperangkap oleh gas-gas di atmosfer, sehingga tidak dapat diteruskan ke luar
angkasa, melainkan dipantulkan kembali ke permukaan Bumi. Efek rumah kaca
memiliki manfaat bagi makhluk hidup di Bumi, namun jika berlebihan berbahaya
bagi kehidupan di Bumi karena dapat mempengaruhi dan mengganggu iklim.
2.
Meningkatnya Gas Rumah Kaca :
Gas-gas memiliki sifat yang memerangkap panas, sehingga panas yang terpantul
dari permukaan bumi tidak dapat diteruskan ke cahaya akibat dari gas tersebut, gasgas tersebut adalah gas rumah kaca. Gas yang paling berperan adalah karbon
46
dioksida (CO2). penyebab meningkatnya karbon dioksida adalah pembakaran
bahan bakar batu bara, pembakaran minyak bumi, pembakaran gas alam.
3.
Penggunaan CFC yang Tidak Terkontrol : CFC atau Cloro Flour Carbon adalah
bahan kimia yang digabungkan menjadi sebuah bahan untuk memproduksi
peralatan, terkhusus pada peralatan rumah tangga. CFC terdapat pada kulkas dan
AC.
4.
Polusi Kendaraan berbahan bakar bensin : Kendaraan memberikan penyebab
terbesar dalam terjadi pemanasan global.
Polusi yang dihasilkan kendaraan berbahan bakar bensin seperti motor, mobil dan
kendaraan lainnya dimana dari hasil pembuangannya menghasilkan gas karbon
dioksida yang berlebihan. Gas karbon dioksida merupakan penyebab utama
terjadinya pemanasan global karena karbon dioksida adalah gas yang memerangkap
panas sehingga tidak dapat keluar ke angkasa.
5.
Polusi Metana oleh Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan : Gas metana
menempati urutan kedua sebagai penyebab utama terjadinya pemanasan global. Gas
metana dapat berasal dari bahan-bahan organik yang kekurangan oksigen dari hasil
pemecahan bakteri seperti di persawahan, sedangkan pada peternakan, seperti usus
hewan ternak, meningkatnya produksi hewan ternak maka meningkatnya pula gas
metana yang dilepaskan ke permukaan bumi.
6.
Pengrusakan Hutan : Hutan berfungsi dalam menyerap karbon dioksida dan
mengeluarkan oksigen, jika hutan rusak akibat dari penebangan dan pembakaran,
maka yang terjadi adalah jumlah karbon dioksida yang diserap oleh hutan sedikit,
dan semakin banyak karbon yang berkumpul di atmosfer yang menyebabkan
terjadinya pemanasan global.
7.
Pemboroson Energi Listrik :Energi listrik sebagian besar kita gunakan adalah
hasil pembakaran dari pembakaran minyak bumi dan batu bara, dimana hasil
pembakaran tersebut menghasilkan karbon dioksida
8.
Populasi Kendaraan yang Terus Meningkat : Meningkatnya jumlah kendaraan
maka karbon dioksida pun yang dihasilkan dari kendaraan tersebut akan bertambah
banyak dan tentu saja menimbulkan pemanasan global.
9.
Pembakaran Sampah Secara Berlebihan : Pembakaran sampah berlebihan yang
dilakukan secara massal akan menyebabkan terjadinya pemanasan global karena
47
dari hasil pembakaran sampah tersebut adalah gas metana, yang dapat
memerangkap panas.
Tabel 2.3. Jenis-jenis Gas Rumas Kaca dan Sumbernya
Gas Rumah Kaca
Sumber
Karbondioksida (CO2)
Pembakaran bahan bakar fosil di sektor energi,
industri, transportasi, deforestasi, pertanian
Metana (CH4)
Pertanian, perubahan tata lahan, pembakaran
biomassa, tempat pembuangan akhir sampah
Nitroksida (N2O)
Pembakaran bahan bakar fosil, industri, pertanian
Hidrofluorokarbon (HFC) Industri manufaktur, industri pendingin (freon),
penggunaan aerosol
Perfluorokarbon (PFC)
Industri manufaktur, industri pendingin (freon),
penggunaan aerosol
Sulfurheksafluorida (SF6) Transmisi listrik, manufaktur, industri pendingan
(freon), penggunaan aerosol
c.
Dampak Pemanasan Global
Dampak Pemanasan Global (Global Warming) - Pemanasan global mempunyai
dampak/ akibat yang sangat luas yang tentunya memberikan pengaruh bagi kehidupan
di bumi, terutama kehidupan manusia. Dampak pemanasan global adalah sebagai
berikut.
1.
Gunung-gunung es akan mencair
2.
Curah hujan akan meningkat dan badai akan sering terjadi
3.
Air tanah cepat menguap yang akan menyebabkan kekeringan
4.
Angin akan bertiup lebih kencang dengan pola yang berbeda-beda yang dapat
membentuk angin puting beliung.
5.
Cuaca menjadi sulit diprediksi dan lebih ekstrem, baik itu hujan ekstrem atau
kekeringan ekstrem
6.
Kenaikan permukaan laut yang sangat banyak akan menyebabkan Tsunami, banjir
dan pulau-pulau akan tenggelam.
7.
Menyebabkan kekeringan di wilayah pertanian sehingga tanaman akan rusak
8.
Dapat mengakibatkan gagal panen akibat dari cuaca yang ekstem dengan terjadi
banjir yang mengakibatkan tanaman pertanian akan terendam
9.
Meningkatnya hama pangan akibat dari perubahan iklim
10. Populasi hewan dan tumbuhan akan menurun
11. Meluasnya berbagai penyakit yang dapat menyerang manusia seperti DBD,
malaria.
48
12. Meningkatnya kasus orang meninggal akibat dari cuaca yang panas seperti jantung,
stroke, dehidrasi, dan stress.
B. Penelitian Relevan
Penelitian ini relevan dengan beberapa penelitian sebagai berikut:
1. Suwarno dan Hidayat (2012) hasil penelitiannya mengatakan bahwa implementasi
pembelajaran IPA Terpadu di SMP Kota Banda Aceh mengalami banyak kendala,
antara lain: 1) latar belakang pendidikan Fisika dan Biologi yang kemudian
mengajar sesuai dengan latar belakangnya; guru merasa bahwa pengetahuan tentang
IPA Terpadu masih minim; 3) kurangnya sosialisasi tentang pembelajaran IPA
Terpadu; 4) pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri Kota Banda Aceh belum
terlaksana sebagaimana tuntutan KTSP. Hasil jurnal penelitian tersebut digunakan
penulis sebagai salah satu kesamaan penelitian implementasi IPA Terpadu.
2. Sungkono (2009) menyimpulkan bahwa pengembangan bahan ajar penting
dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi pembelajaran karena
bahan ajar mempunyai arti penting bagi guru maupun peserta didik.
3. Listyawati (2012) menyatakan bahwa: (1) perangkat pembelajaran IPA Terpadu
berbasis lingkungan yang telah dikembangkan dapaat digunakan dengan hasil baik;
(2) perangkat pembelajaran IPA Terpadu yang telah dikembangkan ini dapat
meningkatkan kemampuan-kemampuan peserta didik yang terdiri kemampuan
kerjasama, rasa percaya diri, kemampuan berpikir kritis, rasa ingin tahu intelektual,
mengembangkan respons yang tepat dan jujur, terlibat dalam diskusi dan presentasi
lisan secara aktif dan kemampuan berpikir kreatif dan inovatif dengan baik; (3)
pembelajaran
dengan
menggunakan
perangkat
IPA
terpadu
yang
telah
dikembangkan berbasis lingkungan dapat meningkatkan penguasaan konsep peserta
didik secara efektif.
4. Winarsih dan Mulyani (2012) menyimpulkan bahwa pengembangan modul
pembelajaran PBI dengan pendekatan JAS melalui kegiatan pendefinisian,
perancangan, pengembangan telah menghasilkan perangkat pembelajaran meliputi
silabus, RPP, LKS dan evaluasi/ penilaian. Penerapan modul pembelajaran PBI
dengan pendekatan JAS melalui kegiatan Lesson Study, dapat menigkatkan hasil
belajar siswa dan meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
49
5. Susi Prasetyaningtyas (2014), menyimpulkan bahwa (1). Modul zat adiktif dan
kesehatan dengan pendekatan JAS memiliki efektifitas lebih tinggi dibandingkan
dengan bahan ajar di sekolah, (2). Siswa yang menggunakan modul zat adiktif dan
kesehatan dengan pendekatan JAS mempunyai ketrampilan proses psikomotorik
lebih baik dibandingkan dengan kelas baseline konvensional.
6. Oroh (2011) menyimpulkan bahwa pola belajar dengan menggunakan modul ajar,
relatif dapat meningkatkan sikap kemandirian dan efektifitas belajar siswa.
Penerapan pola belajar dengan menggunakan modul ajar, relatif dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa. Penelitian tersebut menggunakan modul tidak hanya
dikembangkan silabus saja namun juga mengembangkan modul dari perangkat
pembelajaran berupa silabus dan RPP.
7. Nisak (2013) yang dalam penelitiannya mengembangkan perangkat pembelajaran
tipe connected pada materi pokok sistem ekskresi. Penelitian tersebut berfokus pada
pengembangan perangkat, dalam penelitian ini tidak hanya dikembangkan modul
dengan menggunakan pendekatan pembelajaran tetapi perangkat pembelajarannya
juga. Perangkat sebagai dasar utama pengembangan modul.
8. Sugiyo et al. (2008) menyimpulkan pendekatan JAS dalam pembelajaran Team
Game Tournament (TGT) dan penilaian portofolio secara klasikal dapat
meningkatkan hasil belajar kimia siswa. Hasil dari penelitian tersebut adalah
keaktifan siswa semakin meningkat dengan adanya treatment (demontrasi, diskusi,
turnamen). Penelitian tersebut menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan JAS
dan tidak menggunakan modul, sedangkan pada penelitian tersebut menggunakan
modul hasil pengembangan dengan JAS tetapi tidak digabungkan dengan kooperatif
learning.
9. Hendrik Pratama (2014) menyimpulkan bahwa pengembangan modul berbasis
Pendekatan JAS yang terintegrasi budaya Jawa pada Materi Gerakan Bumi dan
Bulan menggunakan modul 4D (four-D model) yaitu pendefinisian, perancangan,
pengembangan dan penyebaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
10. Ismartoyo (2011: 254-266) hasil penelitiannya menyimpulkan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran IPA dengan pendekatan JAS menunjukkan bahwa keaktifan
siswa pada pembelajaran mempunyai pengaruh cukup besar terhadap hasil belajar.
Hasil kontribusi pengaruh ketrampilan proses siswa dalam pembelajaran teerhadap
50
hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA dengan pendekatan JAS menunjukkan
pengaruh yang cukup besar.
11. Sari et al. (2012) menyimpulkan bahwa pemanfaatan kebun wisata sebagai sumber
belajar materi klasifikasi mahkluk hidup dengan menerapkan pendekatan JAS dapat
mengoptimalkan aktivitas dan hasil belajar siswa SMP Teuku
Umar. Namun
penelitian tersebut terdapat kelemahan yaitu ada beberapa siswa yang kurang aktif
dalam pembelajaran, disebabkan karena suasana belajar yang melibatkan secara
aktif seluruh siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran di luar kelas, guru
harus lebih tegas dan seksama mengawasi kegaiatan siswa. Disarankan guru dapat
menggunakan metode talking stick pada kegiatan diskusi.
12. Ereckson dan Shumway (2006) dalam jurnal hasil penelitiannya mengutip
pernyataan Palmer (1995) bahwa integrasi kurikulum dapat meningkatkan
efektivitas pendidikan dan penyajian pembelajaran terpadu dapat meningkatkan
pemahaman, ingatan dan aplikasi. Selain ini kutipan LaPorte & Sanders (1995)
menyatakan mengintegrasikan mata pelajaran di sekolah-sekolah memberikan rasa
keterhubungan antar mata pelajaran dan memberikan solusi tentang keterbatasan
pengajaran.
13. Neo dan Neo (2008) mengatakan dalam pembelajaran web berbasis masalah
lingkungan sekitar didapatkan hasil bahwa: (1) siswa berpartisipasi aktif dalam
proses belajr mereka sendiri dan memecahkan masalah dengan menggunakan
kemampuan kreatif dan analitis mereka sendiri, (2) kesempatan yang cukup untuk
interaksi sosial antara siswa dan guru serta siswa dengan siswa, (3) siswa dilatih
untuk menemukan masalah kemudian memecahkan masalah sendiri, (4) siswa
menyukai pembelajaran berbasis masalah di lingkungan sekitar karena masalah
otentik dan berhubungan dengan pengalaman kehidupan nyata. Persamaan dengan
penelitian ini adalah menggunakan pendekatan JAS yang menekankan pada
pembelajaran berbasis lingkungan sekitar. Perbedaannya penelitian tersebut
menggunakan pembelajaran web berbasis masalah lingkungan sedangkan penelitian
ini menggunakan pembelajaran modul berbasis JAS yang menekankan pada fakta
yang ada di lingkungan dan kemampuan analisis.
14. Winarsih dan Mulyani (2012) menyimpulkan bahwa pengembangan model
pembelajaran PBI dengan pendekatan JAS melalui kegiatan pendefinisian (define),
51
perancangan (design), pengembangan (develop) telah menghasilkan perangkat
pembelajaran meliputi silabus, RPP, LKS dan evaluasi/ penilaian. Penerapan model
pembelajaran PBI dengan pendekatan JAS melalui kegiatan Lesson Study, dapat
meningkatkan hasil belajar siswa (dibuktikan dengan analisis N- gain) dan
meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Penelitian tersebut tidak
memfokuskan pada materi tertentu untuk pembuatan modul sedangkan penelitian
tersebut menghasilkan perangkat pembelajaran dan modul dengan pendekatan JAS
yang diuji efektifitasnya.
15. Warlan Sugiyo, Latifa, Zaenal Abidin (2008: 237-243) menyimpulkan bahwa
pembelajaran Team Game Tournament (TGT) melalui pendekatan jelajah alam
sekitar dan penilaian portofolio secara klasikal dapat meningkatkan hasil belajar
kimia siswa. Hasil dari penelitian tersebut adalah keaktifan siswa semakin
meningkat dengan adanya treathment (demonstrasi, diskusi, turnamen). Pendekatan
JAS menekankan pada kegiatan pembelajaran yang dikaitkan dengan dunia nyata.
Melalui pendekatan tersebut, selain dapat meningkatkan hasil belajar siswa, namun
juga hasil belajarnya akan lebih berdaya guna bagi kehidupan.
16. Yuniastuti (2013: 31-38), mengungkapkan dalam penelitiannya dalam upaya
meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar biologi dengan pendekatan
pembelajaran JAS pada siswa kelas VII. Penerapan pendekatan pembelajaran JAS
dapat meningkatkan keterampilan proses siswa dalam melakukan praktikum biologi,
khususnya mengenai dampak pencemaran lingkungan. Sedangkan dalam penelitian
yang akan dilakukan menggunakan materi fisika. Perbedaan kedua materi ini bukan
sebuah masalah karena pola pendekatan JAS menekankan pada kehidupan nyata dan
ada dalam kehidupan sehari-hari. Tentu saja hal ini cocok pada materi fisika yang di
dalamnya memuat semua fenomena yang ada dalam kehidupan.
17. Zapatero et al. (2012) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kelas yang berbasis
lingkungan menjadi lebih interaktif, interaksi kualitas kelas meningkat dan siswa
memiliki pemahaman yang lebih baik dari materi pelajaran, dibandingkan dengan
kelas konvensional. Penelitian tersebut menekankan pada proses penilaian
sedangkan penelitian ini menggunakan nilai akhir untuk menguji efektivitas modul
berbasis JAS.
52
C. Kerangka Berpikir
Hakikat IPA yang terdiri dari empat unsur yaitu: proses, produk, sikap, dan
aplikasi. Pembelajaran IPA di SMP secara terpadu sesuai dengan Permendiknas 58
Tahun 2014, bahwa tujuan Kurikulum 2013 untuk mempersiapkan manusia Indonesia
agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
Pelaksanaan di lapangan pembelajaran IPA belum terpadu. Hal ini disebabkan
antara lain latar belakang pendidikan guru berasal dari bidang keilmuan fisika, biologi,
kimia ataupun selain IPA, keterbatasan waktu dan kemampuan guru. Bidang kajian IPA
di SMP harus diajarkan secara terpadu sesuai amanah dari Lampiran Standar Isi, namun,
kenyataanya pembelajaran IPA selama ini dibelajarkan secara terpisah, ilmu fisika,
ilmu kimia dan ilmu biologi. Salah satu alasannya guru belum mempunyai bahan ajar
IPA terpadu.
Pembelajaran IPA terpadu mempunyai banyak keuntungan diantaranya dengan
menggabungkan berbagai bidang kajian akan terjadi penghematan waktu, karena ketiga
bidang kajian tersebut dapat dibelajarkan sekaligus. Tumpang tindih materi juga dapat
dikurangi bahkan dihilangkan. Meningkatkan ketrampilan memecahkan masalah, serta
dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar.
Pembelajaran IPA terpadu sangat dibutuhkan bahan ajar yang berupa modul IPA
terpadu. Bahan ajar yang berupa modul sangat dibutuhkan siswa karena dengan modul
siswa dapat belajar mandiri sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing siswa.
Modul dengan basis kontekstual sangat sesuai karena materi tersebut berhubungan
dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Hasil beberapa penelitian yang relevan
memberikan kesimpulan bahwa
penelitian pengembangan modul IPA terpadu dapat menghasilkan bahan ajar yang dapat
meningkatkan siswa belajar mandiri. Berpijak dari beberapa alasan di atas maka
pengembangan modul IPA terpadu modul IPA terpadu tema ekosistem dengan
pendekatan JAS akan dikembangkan, dan diuji cobakan di SMP Negeri 1 Sragen
Kabupaten Sragen.
Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan penelitian pengembangan modul
IPA terpadu tema ekosistem dengan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) untuk
53
meningkatkan kepedulian lingkungan dan kemampuan analisis. Bagan kerangka
Bahan Ajar Mandiri yang mampu
mengembangkan Kemampuan Analisis dan
Kepedulian ingkungan
Modul IPA Terpadu Materi Ekosistem dengan
Pendekatan JAS
Kemampuan Analisis
Kepedulian Lingkungan
Gambar 2.17. Kerangka Berpikir.
Kepedulian Lingkunganan
Kemampuan Analisas
Analisa Bahan Ajar
Analisa Proses Peemlajaran
Analisa Kurikulum
Analisa UN
Analisa 8 SNP
Analisa PISA
berpikir dapat dilihat pada gambar 2.17. Kerangka Berpikir.
Download