Artikel Pendidikan 73 PENGARUH PERESAPAN BAKTERI Staphylococcus aureus DALAM MEDIA AGAR TERHADAP DIAMETER ZONA HAMBATAN ANTIBIOTIKA GENTAMISIN METODE DIFUSI CAKRAM KIRBY BAUER Oleh: Hj. Farida Poltekes Kemenkes Mataram Abstrak :Penggunaan antibiotika sebagai obat anti infeksi yang disebabkan oleh berbagai jenis bakteri telah diketahui secara luas oleh masyarakat. Untuk mengetahui jenis antibiotika yang tepat terhadap suatu penyakit, dilakukan uji kepekaan terhadap antibiotika. Uji kepekaan antibiotika yang paling sering dilakukan adalah metode difusi. Pada metode ini, obat yang telah diresapkan ke dalam kertas cakram ditempelkan pada MHA yang telah diinokulasikan suspensi bakteri. Setelah inkubasi, diamter zona hambatan sekitar cakram dipergunakan untuk mengukur kekuatan hambatan obat terhadap bakteri uji. Salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya zona hambatan antibiotika adalah waktu peresapan bakteri dalam media agar. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilaksanakan di laboratorium. Menggunakan rancangan penelitian rancangan acak lengkap dengan tujuh perlakuan dan masing-masing empat kali ulangan. Data hasil pengamatan dengan analisa data statistik Anova dengan bantuan komputer program SPSS versi 11,5 pada tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) dan jika ada pengaruh yang signifikan dilanjutkan dengan uji Tukey pada tingkat kepercayaan yang sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu peresapan bakteri dalam media agar selama 0-30 menit menghasilkan diameter zona hambatan yang berkisar antara 12-19 mm, dimana diameter zona hambatan yang terluas dihasilkan waktu peresapan 15 menit. Dari hasil analisa statistik Anova didapatkan hasil p (0,168) > p α (0,05), artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara waktu peresapan bakteri dalam media agar terhadap diameter zona hambatan antibiotika. Untuk uji kepekaan terhadap antibiotika sebaiknya menggunakan waktu peresapan dalam media agar selama 15 menit. Kata Kunci : waktu peresapan, diameter zona hambatan antibiotika, Staphylococcus aureus LATAR BELAKANG Antibiotika merupakan bahan yang dihasilkan mikroorganisme yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain (Lay W. dan Hastowo, 1994, Entjang I., 2001 ). Menurut hasil penelitian Sujaya (2004) mengenai Pola Kepekaan Infeksi Saluran Kemih dan Kepekaannya terhadap berbagai Antibiotika di RSU Mataram didapatkan bahwa antibiotika Amikasin, Cevradin, Sulperazon, Gentamisin dan Amoxicilin + Clavulanic Acid memiliki daya potensi yang tinggi terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Penentuan pola kepekaan bakteri terhadap antibiotika dapat dilakukan dengan menggunakan metode dilusi dan metode difusi. Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi karena mempunyai keuntungan ekonomis, sederhana (mudah dibuat) dan reproduksibel. Prosedur yang paling sering digunakan dan dianjurkan oleh WHO (World Health Organitation) dan NCCLS (Nation Committee for Clinical Laboratory Standards) adalah metode difusi cakram modifikasi Kirby Bauer (Depkes RI, 1999). Metode difusi cakram Kirby Bauer diperkenalkan oleh William Kirby dan Alfred Bauer pada tahun 1966. pada metode ini, obat yang telah diresapkan ke dalam kertas cakram ditempelkan pada MHA (Mueller Hintor Agar) yang telah diinokulasikan suspensi bakteri. Setelah inkubasi, diameter zona hambatan sekitar cakram dipergunakan mengukur kekuatan hambatan obat terhadap bakteri uji (Lay W. dan Hastowo, 1994: Soemarno, 2000). Waktu peresapan bakteri dalam media agar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ukuran diameter zona hambatan antibiotika. Suspensi bakteri uji yang telah diinokulasikan pada media agar dibiarkan selama beberapa menit untuk memberikan kesempatan pada suspensi bakteri uji menyebar pada permukaan media agar sehingga menjadi homogen. Apabila waktu peresapan bakteri uji tidak optimal dapat menyebabkan diameter zona hambatan yang dihasilkan tidak optimal sehingga akan mempengaruhi hasil uji kepekaan terhadap antibiotika. Hal ini dapat menyebabkan pemberian antibiotika yang salah pada suatu infeksi (Soemarno. 2000). Waktu peresapan yang digunakan bervariasi, yakni menurut Lay W. dan Hastowo (1994) selama 5 menit, Soemarno (2000) selama 5-15 menit dan Gupte (1990) selama 30 menit, pada keadaan darurat cakram antibiotika dapat langsung ditempelkan pada media agar yang telah diinokulasi dengan suspensi bakteri uji. 74 Media Bina Ilmiah Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh waktu peresapan bakteri dalam media agar terhadap diameter zona hambatan antibiotika metode cakram Kirby Bauer. METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimen yaitu mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul akibat dari adanya perlakuan tertentu (Notoatmodjo, 2002). Penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Riset Biomedik Rumah Sakit Umum Mataram pada tanggal 25-26 Mei 2006. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan waktu peresapan bakteri (Hanafi, 1997). Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Isolat murni Staphylococcus aureus ATCC 25923 (dari media NAP) yang diperoleh dari Unit Riset Biomedik RSU Mataram 2. Cakram antibiotika Gentamisin 10 µg sebanyak 28 buah untuk 28 unit percobaan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah diameter zona hambatan antibiotika gentamisin terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada media MHA dengan waktu peresapan suspensi bakteri selama 0 menit, 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit, 25 menit dan 30 menit. Hasil pengukuran diameter zona hambatan dinyatakan dalam satuan mm (millimeter) dan dibandingkan dengan standard untuk memperoleh kepastian laporannya : Resistent, Intermdiate, atau Sensitive (Soemarno, 2000) HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian pengaruh waktu peresapan bakteri Staphylococcus aureus dalam media agar terhadap diameter zona hambatan antibiotika gentamisin metode difusi cakram Kirby Beuer, dari tiap-tiap perlakuan didapatkan diameter zona hambatan antibiotika seperti pada tabel 1 di bawah ini : Tabel 1. Pengaruh waktu peresapan bakteri Staphylococcus aureus terhadap diameter zona hambatan antibiotika gentamisin. Waktu Peresapan 0 menit 5 menit 10 menit 15 menit 20 menit 25 menit 30 menit Diameter zona hambatan (mm) Replikasi 1 2 3 4 15 12 14 15 15 15 16 13 13 14 15 15 19 15 15 17 14 14 16 15 15 12 14 14 12 14 16 15 Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa waktu peresapan bakteri Staphylococcus aureus dalam media agar yang memberikan zona hambatan terbesar adalah waktu peresapan 15 menit yaitu sebesar 15-19 mm, sedangkan zona hambatan terendah dihasilkan waktu peresapan 25 menit yaitu sebesar 12-15 mm. Dari hasil penelitian pengaruh waktu peresapan bakteri Staphylococcus aureus dalam media agar terhadap diameter zona hambatan antibiotika gentamisin dimasukkan dalam tabel Anova seperti pada tabel 2 di bawah ini : Tabel 2. Tabel RAL pengaruh waktu peresapan bakteri Staphylococcus aureus dalam media agar terhadap diameter zona hambatan antibiotika gentamisin. Perlakuan 0 menit 5 menit 10 menit 15 menit 20 menit 25 menit 30 menit Grand Total Grand Mean Replikasi 1 15 15 13 19 14 15 12 2 12 15 14 15 14 12 14 3 14 16 15 15 16 14 16 4 15 13 15 17 15 14 15 Total Perlakuan Rata-rata Perlakuan 56 59 57 66 59 55 57 14,00 14,75 14,25 16,50 14,75 13,75 14,25 409 102,25 Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa waktu peresapan 25 menit menghasilkan nilai ratarata diameter zona hambatan tersempit yaitu 13,75 mm, sedangkan waktu peresapan 15 menit menghasilkan nilai rata-rata diameter zona hambatan terluas yaitu 16,50 mm. Dari hasil pengamatan tersebut kemudian dilakukan analisa statistik Anova dengan menggunakan program SPSS versi 11,5 pada tingkat kepercayaan 95%. Adapun hasil analisa Anova dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini : Tabel 3. Analisa data pengaruh waktu peresapan bakteri Staphylococcus aureus dalam media agar terhadap diameter zona hambatan antibiotika gentamisin Sum of Squares df Mean Square F Sig Between groups 19,929 6 3,321 1,712 168 Within groups 40,750 21 1,940 Total 60,679 27 Sumber : Data Out Put SPSS versi 11,5 Artikel Pendidikan 75 Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa nilai p (0,168) > p α 0,05 yang berarti bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara waktu peresapan bakteri Staphylococcus aureus dalam media agar terhadap diameter zona hambatan antibiotika gentamisin. Dengan demikian Ha yang menyatakan ada pengaruh waktu peresapan bakteri dalam media agar terhadap diametern zona hambatan antibiotika ditolak. Dan Ho yang menyatakan tidak ada pengaruh waktu peresapan bakteri dalam media agar terhadap diameter zona hambatan antibiotika diterima. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian pengaruh waktu peresapan bakteri Staphylococcus aureus dalam media agar terhadap diameter zona hambatan antibiotika gentamisin metode cakram Kirby Beuer yang dilakukan pada tanggal 25 dan 26 Mei 2006 di Laboratorium Unit Riset Biomedik, didapatkan diameter zona hambatan yang berbeda dari tiap perlakuan. Berdasarkan data pada tabel 2 terlihat bahwa tiap-tiap perlakuan yakni tanpa waktu peresapan, peresapan selama 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit, 25 menit dan 30 menit dengan masingmasing 4 ulangan menghasilkan diameter zona hambatan rat-rata yang berbeda-beda. Penempelan cakram antibiotika tanpa waktu peresapan menghasilkan diameter zona hambatan rat-rata 14,0 mm. Penempelan cakram antibiotika setelah waktu peresapan 5 menit, 10 menit, 20 menit, 25 menit dan 30 menit masing-masing menghasilkan diameter zona hambatan rata-rata 14,75 mm, 14,25 mm, 16,50 mm, 14,75 mm, 13,75 mm, dan 14,25 mm. Dimana diameter zona hambatan rata-rat terbesar adalah 16,50 mm yang dihasilkan waktu peresapan 15 menit dan diameter zona hambatan rata-rata terkecil adalah 13,75 mm yang dihasilkan waktu peresapan 25 menit. Diameter zona hambatan dihasilkan waktu peresapan 15 menit, dimana pada waktu peresapan kurang dari 15 menit dan lebih dari 15 menit diameter zona hambatan yang dihasilkan lebih sempit. Hal ini disebabkan karena bakteri pada permukaan media agar pada waktu peresapan kurang dari 15 menit bakteri masih beradaptasi dan belum homogen sedangkan pada waktu peresapan lebih dari 15 menit bakteri sudah beradaptasi dan berkembang biak sehingga daya tahannya terhadap antibiotika bertambah. Dari hasil pengamatan diameter zona hambatan yang terbentuk dari masing-masing perlakuan bersifat intermediate dan sensitive, dengan diameter zona hambatan rata-rata 13,75 mm sampai dengan 16,50 mm. Hal ini sesuai dengan pendapat Soemarno (2000) yakni diameter zona hambatan yang dibentuk oleh antibiotik gentamisin bersifat sensitive bila diameter zona hambatan sama dengan atau lebih besar dari 15 mm, bersifat intermediate bila diameter zona hambatan 13-14 mm dan bersifat resistant bila diameter zona hambatan sama dengan atau kurang dari 12 mm. Gentamisin yang merupakan antibiotika golongan aminoglikosida bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Sifat bakterisidal ini terjadi melalui mekanisme kerja dengan car menghambat sisntesis protein dari bakteri. Bakteri mempunyai 70S ribosom, dimana tiap submit masing-masing tipe ribosom, komposisi kimia dan spesifikasi fungsinya berbeda (Jawetz, 2001). Dari tabel 8 diameter zona hambatan yang dihasilkan bersifat intermediate dan sensitive, tetapi dari hasil uji statistik one way anova didapatkan p (0,168) > p α (0,05) yang berarti Ho yang menyatakan tidak ada pengaruh waktu peresapan bakteri dalam media agar terhadap diameter zona hambatan antibiotika diterima, sedangkan Ha yang menyatakan ada pengaruh waktu peresapan bakteri dalam media agar terhadap diameter zona hambatan antibiotika ditolak. Hasil uji One Way Anova tidak dilanjutkan dengan uji Tukey untuk menentukan perlakuan yang berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), hal ini disebabkan karena pada uji One Way Anova didapatkan hasil yang tidak signifikan. Untuk pemeriksaan uji sensitivity metode difusi cakram Kirby Beuer di laboratorium sebaiknya menggunakan waktu peresapan bakteri dalam media agar selama 15 menit. SIMPULAN Berdasarkan pada hasil analisa dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai Berikut : 1. Diameter zona hambatan rata-rata yang dihasilkan tanpa waktu peresapan bakteri dalam media agar 14,00 mm. 2. Diameter zona hambatan rata-rata yang dihasilkan waktu peresapan bakteri dalam media agar selama 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit, 25 menit, dan 30 menit masing-masing 14,75 mm, 14,25 mm, 16,50 mm, 14,75 mm, 13,75 mm dan 14,25 mm. 3. Tidak terdapat pengaruh yang bermakna antara waktu peresapan bakteri dalam media agar terhadap diameter zona hambatan yang dibentuk antibiotika. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2003. Short Course in SPSS. Jurusan Statistika FMIPA UII. Yogyakarta. 76 Media Bina Ilmiah Bridson, E. Y. 1990. Oxoid the Manual 6th edition. Unipad Limited. England. Hanafiah, K. A. 1997. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi Edisi Revisi. PT. Grafindo Persada. Jakarta. Brooks, G. F; Janets, B; Stephen, A. M. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi I. Salemba Medika. Jakarta. Jawetz, E; Melnick, J. L.; Adelberg, E. A. 1986. Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan Edisi XVI. EGC. Jakarta. Dep Kes RI. 1999. Good Laboratory Practices. Dep Kes RI. Jakarta. Johnson, Depkes. 2003. Prosedur Pemeriksaan Laboratorium Mikrobiologi. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Direktorat Laboratorium Kesehatan. Jakarta. Entjang, I. 2001. Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Akademi Keperawatan dan Sekolah Tenaga Kesehatan yang Sederajat. Citra Aditya Bakti. Bandung. FKUI. 1993. Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Binarupa Aksara. Jakarta. Ganiswara, S.G. dan Ganiswara Vincent, H. S. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Universitas Indonesia. Jakarta. Gibson, J. M. 1990. Mikrobiologi Dasar Edisi III. Binarupa Aksara. Jakarta. G. A.; Ziegler, R; Fitzgerald, T; Lukasewycz, O; Hawley, L. 1993. Mikrobiologi dan Imunologi. Binarupa Aksara. Jakarta. Lay, W. B dan Hastowo, S. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium Edisi I. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Pelczar, J. M. dan Chan, E. C. S. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi 2. Universitas Indonesia (UI Press). Jakarta. Wattimena, J. R; Sugiarso, N. C; Widianto, M. B; Sukandar, E. Y.; Soemardji, A. A.; Setiadi, A. R. 1991. Farmakodinami dan Terapi Antibiotik. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.