PEDOMAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL

advertisement
PEDOMAN
PERLINDUNGAN LINGKUNGAN
DAN SOSIAL (ENVIRONMENTAL
AND SOCIAL SAFEGUARDS / ESS)
PROYEK MULTILATERAL
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero)
2016
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
Tanggal Ditetapkan:
DAFTAR ISI
BAB I - PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
2. Maksud dan Tujuan ...................................................................................................... 1
3. Ruang Lingkup ............................................................................................................. 2
4. Landasan Hukum .......................................................................................................... 2
5. Pernyataan Kebijakan Perlindungan Lingkungan dan Sosial Perseroan ...................... 5
6. Pengecualian ................................................................................................................. 5
7. Definisi ......................................................................................................................... 6
BAB II – TUJUAN DAN ETIKA PENGELOLAAN ESS PROYEK MULTILATERAL 9
1. Tujuan Pengelolaan ...................................................................................................... 9
2. Etika Pengelolaan ......................................................................................................... 9
3. Risiko Pengelolaan ESS Proyek Multilateral ............................................................... 9
BAB III – ORGANISASI DAN TANGGUNG JAWAB ..................................................... 11
1. Direksi ........................................................................................................................ 11
2. Divisi Environmental Social Safeguards and Business Continuity Management
(ESSBCM).................................................................................................................. 11
3. Divisi Bisnis ............................................................................................................... 12
4. Divisi Pengendalian Fasilitas Pembiayaan (DPFP) .................................................... 12
5. Divisi Dukungan Pengembangan Proyek dan Advisory (DDPPA) ............................ 12
BAB IV – KEBIJAKAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL ................ 13
1. Penilaian dan Pengelolaan Dampak Lingkungan dan Sosial ..................................... 13
2. Ketenagakerjaan dan Lingkungan Kerja .................................................................... 14
3. Pencegahan dan Pengurangan Polusi ......................................................................... 16
4. Keselamatan, Kesehatan, dan Keamanan ................................................................... 18
5. Pembebasan Lahan dan Pemindahan Penduduk ........................................................ 20
6. Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Pengelolaan Sumber Daya Alam ............. 23
7. Masyarakat Adat dan Masyarakat Tempatan ............................................................. 25
8. Warisan Budaya ......................................................................................................... 27
9. Konservasi Energi dan Energi Ramah Lingkungan ................................................... 29
10. Konsultasi dan Penanganan Keluhan ......................................................................... 30
BAB V – PENUTUP............................................................................................................... 33
BAB VI - LAMPIRAN........................................................................................................... 34
Lampiran I - Daftar Peraturan Republik Indonesia terkait Lingkungan, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja serta Sosial ........................................................................................ 34
Lampiran II - Outline Laporan Environmental and Social Due Diligence ...................... 41
Pedoman ESS Proyek Multilateral
i
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
Tanggal Ditetapkan:
DAFTAR ISI
Lampiran III – Exclusion List ........................................................................................... 43
Lampiran IV – Environmental and Social Assessment Checklist .................................... 44
Pedoman ESS Proyek Multilateral
ii
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
PENDAHULUAN
Tanggal Ditetapkan:
BAB - I
BAB I - PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) yang untuk selanjutnya disebut “Perseroan” adalah Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang didirikan untuk mendorong percepatan pembiayaan
infrastruktur nasional melalui kemitraan dengan pihak swasta dan/atau lembaga keuangan
multilateral.
Untuk mewujudkan maksud di atas, Perseroan berkomitmen untuk mengelola aktivitas bisnisnya
yang berwawasan lingkungan dan memiliki pertanggungjawaban sosial.
Untuk memberikan acuan agar aktivitas pembiayaan dan investasi, pengembangan proyek, serta
pemberian jasa konsultasi untuk proyek infrastruktur memenuhi ketentuan dan persyaratan
lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja, serta sosial yang berlaku di Indonesia, Perseroan
perlu menyusun serta menerbitkan Pedoman Perlindungan Lingkungan dan Sosial
(Environmental and Social Safeguards / ESS) Proyek Multilateral (“Pedoman ESS Proyek
Multilateral”).
2.
Maksud dan Tujuan
Pedoman ESS Proyek Multilateral dimaksudkan sebagai acuan Perseroan dalam melaksanakan
aktivitas pembiayaan dan investasi, pengembangan proyek, serta pemberian jasa konsultasi yang
menggunakan Dana Multilateral dan/atau berdasarkan Kerjasama Multilateral dengan tujuan
sebagai berikut:
a.
Menerapkan prinsip kehati-hatian (prudent) sehingga risiko lingkungan, keselamatan dan
kesehatan kerja serta sosial dapat dinilai, diukur, dipantau, dikendalikan, dan dimitigasi
secara memadai.
b.
Memberikan kejelasan wewenang dan tanggung jawab, serta peran dan fungsi tiap-tiap unit
kerja terkait.
c.
Menjaga konsistensi dan tingkat kinerja Perseroan dalam melaksanakan dan mengelola
risiko lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja, serta sosial sebagai bagian dari aktivitas
pembiayaan dan investasi, pengembangan proyek, serta pemberian jasa konsultasi, sehingga
tercipta proses kerja yang efektif dan efisien.
d.
Sebagai pedoman penerapan International Best Practice dalam menjalankan green and
sustainability infrastructure projects di Indonesia.
e.
Mengidentifikasi bahaya dan risiko sedini mungkin dalam pengembangan fasilitas
pembiayaan dan/atau siklus proyek, termasuk penggabungan dan pertimbangan ke dalam
proses seleksi lokasi, proses desain produk, proses perencanaan rekayasa (engineering)
untuk permintaan modal, permintaan pekerjaan rekayasa (engineering), otorisasi modifikasi
fasilitas, atau perencanaan tata letak dan perubahan proses.
f.
Melibatkan profesional yang memiliki pengalaman, kompetensi, dan kebutuhan pelatihan
untuk menilai dan mengelola dampak dan risiko dan melakukan fungsi pengelolaan
Pedoman ESS Proyek Multilateral
1
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
PENDAHULUAN
Tanggal Ditetapkan:
BAB - I
lingkungan khusus, termasuk persiapan proyek atau perencanaan aktivitas yang spesifik dan
prosedur yang di dalamnya terdapat rekomendasi teknis yang disajikan dalam dokumen
yang relevan dengan proyeknya.
g.
Memahami kemungkinan dan besaran risiko berdasarkan:
i.
Sifat kegiatan proyek, seperti: apakah proyek akan menimbulkan sejumlah emisi atau
effluent yang signifikan, atau melibatkan bahan atau proses Bahan Berbahaya Beracun
(B3).
ii. Konsekuensi potensial terhadap pekerja, komunitas, atau lingkungan jika bahaya tidak
dikelola secara memadai.
3.
4.
h.
Memprioritaskan strategi manajemen risiko dengan tujuan untuk mencapai pengurangan
risiko keseluruhan terhadap kesehatan dan lingkungan, berfokus pada pencegahan dampak
yang signifikan dan/atau tidak dapat diubah.
i.
Strategi yang mengeliminasi penyebab bahaya di sumbernya.
j.
Melakukan penggabungan rekayasa (engineering) dan kontrol manajemen untuk
mengurangi atau minimalisasi kemungkinan dan besarnya konsekuensi yang tidak
diharapkan, ketika dampak tidak dapat dihindari. Sebagai contoh dengan penerapan kontrol
polusi untuk mengurangi tingkat kontaminan yang diemisikan ke pekerja atau lingkungan.
k.
Melakukan sosialisasi dan menyiapkan pekerja dan masyarakat terdekat dalam menanggapi
kecelakaan, termasuk menyediakan sumber daya teknis dan finansial sehingga secara efektif
dan aman dapat mengendalikan setiap kejadian, dan mengembalikan lingkungan tempat
kerja dan komunitas ke kondisi yang aman dan sehat.
l.
Meningkatkan kinerja melalui kombinasi pemantauan kinerja fasilitas pendanaan untuk
proyek yang sedang berlangsung dan akuntabilitas yang efektif.
Ruang Lingkup
a.
Pedoman ESS Proyek Multilateral ini berisi panduan dalam melaksanakan pengelolaan
risiko lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja, serta sosial yang terkait dengan aktivitas
pembiayaan dan investasi, pengembangan proyek, serta pemberian jasa konsultasi dengan
menggunakan Dana Multilateral dan/atau berdasarkan Kerjasama Multilateral.
b.
Terkait dengan kategori risiko pengelolaan lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja,
serta sosial, pelaksanaan Environmental and Social Due Diligence (ESDD), administrasi dan
pemantauan, tetap mengacu kepada Pedoman Environmental and Social Management
System (ESMS) Proyek.
Landasan Hukum
Pedoman ESS Proyek Multilateral disusun dengan mengacu kepada ketentuan-ketentuan sebagai
berikut:
Pedoman ESS Proyek Multilateral
2
Tanggal Ditetapkan:
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
PENDAHULUAN
BAB - I
-
Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
-
Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
-
Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
-
Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
-
Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
-
Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita (Convension on The Elimination
of All Forms of Discrimination Againts Women).
-
Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations
Framework Convention on Climate Change.
-
Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2004 tentang Ratifikasi Kyoto Protocol
to the United Nations Framework Convention on Climate Change.
-
Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial.
-
Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejaheraan Sosial.
-
Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 tahun 2000 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No.
182 Tahun 1999 mengenai Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk
Pekerjaan Terburuk untuk Anak.
-
Undang-Undang Republik Indonesia No.
menyampaikan Pendapat di Muka Umum.
-
Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1992 tentang Kependudukan dan
Keluarga Sejahtera.
-
Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang.
-
Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi
Internasional mengenai Keanekaragaman Hayati (United Nation Convention on Biological
Diversity).
-
Undang-Undang Republik Indonesia No. 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air.
-
Undang-Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
-
Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya.
-
Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2014 tentang Kelautan.
-
Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
-
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi.
-
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah
Pedoman ESS Proyek Multilateral
9
Tahun
1998
tentang
Kemerdekaan
3
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
Tanggal Ditetapkan:
PENDAHULUAN
BAB - I
Berbahaya Beracun (B3).
-
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2001 tentang Bahan Berbahaya
Beracun (B3).
-
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
-
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
-
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana
Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup.
-
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 16 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.
-
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2012 tentang Pedoman
Keterlibatan Masyarakat dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup dan Izin
Lingkungan.
-
Peraturan Menteri Keuangan No. 100/PMK.010/2009 tentang Perseroan
Infrastruktur.
-
Peraturan Menteri Kehutanan No. P.16/Menhut-II/2014 tentang Pedoman Pinjam Pakai
Kawasan Hutan.
-
Peta Jalan Program Keuangan Berkelanjutan (Sustainable Finance Roadmap), Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) dan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tanggal 5
Desember 2015.
-
Peraturan Republik Indonesia terkait Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan serta Sosial
untuk spesifik sektor, sebagaimana disebutkan dalam Lampiran I.
-
Anggaran Dasar PT Sarana Multi Infrastruktur.
-
Pedoman Environmental and Social Management System (ESMS) Proyek.
-
Pedoman Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance).
-
Pedoman Etika Usaha dan Tata Perilaku (Code of Conduct).
-
Pedoman Manajemen Risiko.
-
Pedoman Penyusunan Kebijakan Perseroan.
-
Peraturan Direksi mengenai Tugas Pokok dan Fungsi Divisi Perseroan.
-
Peraturan dan/atau standar Internasional, seperti; IFC Performance Standards, The World
Bank Safeguard Policies, ADB Safeguard Policy Statements (SPS), serta lembaga
internasional lainnya.
Pedoman ESS Proyek Multilateral
Pembiayaan
4
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
Tanggal Ditetapkan:
PENDAHULUAN
5.
BAB - I
Pernyataan Kebijakan Perlindungan Lingkungan dan Sosial Perseroan
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara yang melaksanakan
aktivitas pembiayaan dan investasi, pengembangan proyek, serta pemberian jasa konsultasi pada
sektor infrastruktur berkomitmen untuk:
a. Mengembangkan dan menerapkan sistem perlindungan lingkungan dan sosial yang mengacu
pada peraturan perundangan dan standar yang berlaku.
b. Mengutamakan pembiayaan pembangunan yang memiliki dampak negatif yang minimal bagi
lingkungan dan sosial.
c. Mendukung konservasi sumber daya alam dan energi secara optimal.
d. Memiliki, melaksanakan dan memenuhi ketentuan dokumen lingkungan dan sosial dalam
setiap kegiatan operasional.
e. Mengidentifikasi dan mengelola dampak risiko lingkungan dan sosial
f.
Melakukan evaluasi untuk meningkatkan kinerja lingkungan dan sosial.
Untuk mewujudkannya, maka Perseroan akan melakukan:
6.

Penilaian aspek lingkungan dan sosial serta mendorong pembangunan yang ramah lingkungan
dan meminimalisasi risiko sosial.

Pengawasan secara berkala untuk memastikan efektivitas kebijakan Perseroan.

Advokasi perlindungan lingkungan dan konservasi sumber daya alam serta perlindungan
sosial dan budaya pada proyek Perseroan.
Pengecualian
Dalam hal terdapat keadaan-keadaan tertentu yang mengharuskan terjadinya pengecualian
terhadap Pedoman ini, maka wajib mendapatkan persetujuan dari Direksi. Apabila diperlukan,
Direksi dapat meminta review terlebih dahulu dari Divisi ESSBCM.
Pengecualian dimaksud harus didasarkan pada hasil analisis atas transaksi atau kegiatan usaha,
memperhatikan faktor risiko yang dapat terjadi, dan pertimbangan manajerial yang seksama
terkait kepentingan Perseroan.
Pedoman ESS Proyek Multilateral
5
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
PENDAHULUAN
7.
Tanggal Ditetapkan:
BAB - I
Definisi
a.
AMDAL
:
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, merupakan dokumen
yang diharuskan berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun
2009 dan pelaksanaannya sesuai dengan Peraturan Pemerintah
No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan dan Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2012 tentang
Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. AMDAL terdiri
dari 4 (empat) dokumen yang tidak terpisahkan, yaitu:
• Kerangka Acuan (KA ANDAL), berisi rencana ruang
lingkup analisis dampak lingkungan.
• Analisis Dampak
dampak penting
proyek/aktivitas.
Lingkungan (ANDAL), identifikasi
positif dan negatif dari suatu
• Rencana
Pengelolaan
Lingkungan
(RKL),
mendokumentasikan upaya rencana pengelolaan dampak
penting.
• Rencana
Pemantauan
Lingkungan
(RPL),
mendokumentasikan upaya rencana pemantauan untuk
melengkapi upaya pemantauan dampak penting.
b.
Bahan Berbahaya dan :
Beracun (B3)
Zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat,
konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak
lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk
hidup lain.
c.
Dana Multilateral
:
Dana yang berasal dari Lembaga Keuangan Multilateral.
d.
Divisi Bisnis
:
Divisi pelaksana aktivitas yang melakukan kegiatan usaha
Perseroan yaitu kegiatan pembiayaan dan investasi atau
pengembangan proyek atau jasa konsultasi.
e.
Environmental and
Social Due Diligence
(ESDD)
:
Proses untuk menginvestigasi/audit, yang dilakukan oleh
Perseroan, terhadap potensi investasi secara rinci, seperti
identifikasi proses operasional dan manajemen, verifikasi data
di lapangan, terutama terkait sudut pandang lingkungan dan
sosial.
f.
Environmental and
Social Management
System (“ESMS”)
:
Sebuah sistem pengelolaan proses dan prosedur perlindungan
dimana sebuah organisasi menganalisa, mengontrol dan
mengurangi dampak lingkungan dan sosial yang dihasilkan dari
aktivitas, produk, dan jasanya.
Pedoman ESS Proyek Multilateral
6
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
PENDAHULUAN
Tanggal Ditetapkan:
BAB - I
g.
Perlindungan
Lingkungan dan
Sosial
(Environmental and
Social Safeguards) /
(“ESS”)
:
Sebuah dokumen pengelolaan dan perlindungan lingkungan dan
sosial untuk menganalisis, mengontrol dan mengurangi dampak
lingkungan dan sosial yang dihasilkan dari aktivitas proyek,
produk dan jasanya.
h.
Exclusion List
:
Daftar proyek yang tidak diperkenankan mendapat jasa layanan
Perseroan, terkait aktivitas pembiayaan dan investasi,
pengembangan proyek, serta pemberian jasa konsultasi.
i.
Jasa Konsultasi
:
Pemberian jasa keahlian profesional yang diberikan Perseroan
dalam bidang infrastruktur kepada pengguna jasa berdasarkan
perjanjian pemberian jasa konsultasi antara Perseroan dengan
pengguna jasa.
j.
Kerjasama
Multilateral
:
Skema kerjasama Perseroan dengan lembaga keuangan dan/atau
lembaga pembangunan internasional, terkait aktivitas
pembiayaan dan investasi, pengembangan proyek, serta
pemberian jasa konsultasi.
k.
Lembaga Keuangan
Multilateral
:
Lembaga keuangan dan/atau lembaga pembangunan
internasional yang hubungan kerjasama anggotanya tidak
dibatasi oleh kawasan tertentu, misalnya Bank Dunia (World
Bank), IFC (International Finance Corporation), ADB (Asian
Development Bank), GCF (Green Climate Fund), AFD (Agence
Frainçaise de Développement).
l.
Pembiayaan
:
Penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara Perseroan dan debitur yang mewajibkan
debitur untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga.
m. Pengembangan
Proyek
:
Pemberian jasa penyiapan dan pengembangan
infrastruktur yang diberikan Perseroan.
n.
Pejabat Berwenang
Memutus
:
Pejabat Perseroan yang berdasarkan Peraturan Direksi memiliki
kewenangan untuk membuat keputusan atas aktivitas tertentu.
o.
Proyek Multilateral
:
Aktivitas Perseroan terkait pembiayaan proyek, pengembangan
proyek, dan jasa konsultasi yang bekerjasama dengan lembaga
keuangan multilateral.
p.
Regulasi
:
Kondisi atau kemampuan yang harus dipenuhi atau dimiliki
oleh seluruh aktivitas, produk, dan layanan terkait ketentuan
lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja, serta sosial.
Pedoman ESS Proyek Multilateral
proyek
7
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
PENDAHULUAN
Tanggal Ditetapkan:
BAB - I
q.
Risiko
:
Potensi terjadinya suatu peristiwa, baik yang dapat diperkirakan
maupun tidak dapat diperkirakan yang dapat menimbulkan
dampak negatif bagi pencapaian visi, misi, tujuan/sasaran
Perseroan.
r.
Surat Pernyataan
Kesanggupan
Pengelolaan dan
Pemantauan
Lingkungan Hidup
(SPPL)
:
Pernyataan kesanggupan dari penanggung jawab usaha dan/atau
pemilik kegiatan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup atas dampak lingkungan hidup dari usaha
dan/atau kegiatan diluar usaha dan/atau kegiatan yang wajib
AMDAL atau UKL-UPL.
s.
Upaya Pengelolaan :
Lingkungan – Upaya
Pemantauan
Lingkungan
Merupakan dokumen yang diharuskan untuk disiapkan
berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 dan
pelaksanaan penyiapannya sesuai dengan Peraturan Pemerintah
No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan. Dokumen UKLUPL disiapkan untuk proyek-proyek dimana dampak
lingkungan dan sosialnya tidak signifikan, serta tidak termasuk
ke dalam proyek/aktivitas seperti yang terdapat dalam Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2012 tentang
Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
(UKL –UPL)
Pedoman ESS Proyek Multilateral
8
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
TUJUAN DAN ETIKA PENGELOLAAN
ESS PROYEK MULTILATERAL
Tanggal Ditetapkan:
BAB - II
BAB II – TUJUAN DAN ETIKA PENGELOLAAN ESS PROYEK MULTILATERAL
1.
Tujuan Pengelolaan
Perseroan berkomitmen untuk mengelola aktivitas bisnisnya untuk senantiasa berwawasan
lingkungan dan memiliki tanggung jawab sosial dengan tujuan sebagai berikut:
a. Memastikan bahwa manajemen dan para pemangku kepentingan (stakeholders) dari
perusahaan yang dibiayai memahami komitmen Pedoman ESS Proyek Multilateral yang
dibuat oleh Perseroan.
b. Memastikan bahwa seluruh pembiayaan dan investasi proyek multilateral, pengembangan
proyek, serta pemberian jasa konsultasi terkait dengan proyek multilateral yang dilakukan oleh
Perseroan telah mematuhi seluruh regulasi nasional dan internasional yang telah diratifikasi
terkait dengan lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja, dan sosial.
c. Memastikan bahwa proses review, monitoring, dan surveillance terkait butir b. di atas
dilakukan secara berkala dan memenuhi ketentuan peraturan yang berlaku.
2.
Etika Pengelolaan
Pelaksana dan para pihak yang terkait dalam pengelolaan ESS Proyek Multilateral harus
mematuhi kode etik Perseroan yang berlaku sebagaimana diatur pada Pedoman Etika Usaha dan
Tata Perilaku (code of conduct).
3.
Risiko Pengelolaan ESS Proyek Multilateral
Dalam melakukan pengelolaan ESS Proyek Multilateral harus memperhatikan dan
mempertimbangkan potensi risiko-risiko yang dapat terjadi dan berupaya melakukan tindakan
mitigasi atas risiko tersebut:
a.
Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan counterparty/debitur memenuhi
kewajibannya sesuai dengan persyaratan yang disepakati, termasuk dalam perjanjian
pembiayaan.
Mitigasi risiko kredit antara lain dengan melakukan pengidentifikasian, penilaian,
pemantauan, dan pengendalian atas pengelolaan ESS terhadap proyek yang dibiayai.
b.
Risiko Operasional
Risiko yang disebabkan ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal,
kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya permasalahan eksternal yang
mempengaruhi aktivitas usaha Perseroan, seperti kesalahan prosedural dalam melakukan
pengelolaan ESS Proyek Multilateral atas aktivitas pembiayaan dan investasi,
pengembangan proyek, serta pemberian jasa konsultasi.
Pedoman ESS Proyek Multilateral
9
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
TUJUAN DAN ETIKA PENGELOLAAN
ESS PROYEK MULTILATERAL
Tanggal Ditetapkan:
BAB - II
Mitigasi risiko operasional dititikberatkan pada kecukupan pedoman, prosedur dan
manual/petunjuk teknis yang mengatur mengenai pengelolaan ESS Proyek, ketersediaan
budaya kontrol (dual control) dan pemisahan tugas yang jelas (segregation of duties).
c.
Risiko Reputasi
Risiko reputasi adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya publikasi negatif yang
terkait dengan aktivitas usaha Perseroan atau persepsi negatif terhadap Perseroan terkait
dengan tidak memadainya pengelolaan ESS Proyek Multilateral yang dilakukan oleh
Perseroan.
Mitigasi risiko reputasi antara lain melalui pengelolaan komunikasi baik secara internal
maupun eksternal dengan para pemangku kepentingan termasuk dengan media, melalui
aktivitas-aktivitas yang dapat menciptakan citra perusahaan yang baik (positive corporate
image).
Pedoman ESS Proyek Multilateral
10
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
Tanggal Ditetapkan:
ORGANISASI DAN TANGGUNG JAWAB
BAB - III
BAB III – ORGANISASI DAN TANGGUNG JAWAB
1.
2.
Direksi
a.
Menetapkan kebijakan dan risk appetite pelaksanaan ESS Proyek Multilateral pada aktivitas
Perseroan.
b.
Menetapkan struktur organisasi termasuk kewenangan dan tanggung jawab yang jelas terkait
pelaksanaan ESS Proyek Multilateral pada aktivitas Perseroan.
c.
Memantau kepatuhan pelaksanaan pengelolaan ESS Proyek Multilateral dan memberikan
arahan perbaikan pelaksanaan pengelolaan ESS Proyek Multilateral pada aktivitas Perseroan.
Divisi Environmental Social Safeguards and Business Continuity Management (ESSBCM)
a.
Kepala Divisi ESSBCM dengan tanggung jawab sebagai berikut:
i.
Memastikan aktivitas pembiayaan dan investasi, pengembangan proyek, dan pemberian
jasa konsultasi telah memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam regulasi, sesuai
dengan lingkup ESS Proyek Multilateral.
ii.
Menetapkan kategori risiko pengelolaan ESS Proyek Multilateral.
iii. Menyetujui hasil laporan Environmental and Social Due Diligence (ESDD) dan hasil
review atas laporan ESDD yang dipersiapkan oleh ESS Specialist.
iv. Menyampaikan laporan ESDD kepada DPI, DPPIPL, DPPA, serta Komite Pembiayaan
dan Komite Penyertaan Modal sebagai bahan pertimbangan keputusan pembiayaan dan
penyertaan modal.
v.
b.
Memastikan kecukupan atas sumber daya terkait pelaksanaan ESS Proyek Multilateral
pada Divisi ESSBCM.
ESS Specialist dengan tanggung jawab sebagai berikut:
i.
Mengevaluasi aktivitas pembiayaan dan investasi, pengembangan proyek, dan
pemberian jasa konsultasi telah memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam regulasi,
sesuai dengan lingkup ESS Proyek Multilateral.
ii.
Mengusulkan kategori risiko dan laporan pengelolaan ESS Proyek.
iii. Melakukan dan menyiapkan laporan site visit proyek.
iv. Melakukan ESDD dan menyusun Laporan ESDD termasuk merekomendasikan
Corrective Action Plan (CAP).
v.
Melakukan review atas laporan ESDD bila disusun oleh Tenaga Ahli (Pool of Expert) DDPPA atau Konsultan.
vi. Melakukan koordinasi dengan Divisi Bisnis atas pemenuhan dan pengelolaan ESS
selama Proyek berlangsung.
Pedoman ESS Proyek Multilateral
11
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
ORGANISASI DAN TANGGUNG JAWAB
Tanggal Ditetapkan:
BAB - III
vii. Melakukan monitoring proyek secara berkala sesuai dengan yang disepakati bersama
antara pihak Proyek dan Perseroan.
viii. Menyimpan dan memelihara salinan dokumen ESS Proyek Multilateral dalam bentuk
hardcopy atau softcopy.
3.
4.
5.
Divisi Bisnis
a.
Memastikan proyek tidak termasuk ke dalam Daftar Pengecualian (Exclusion List).
b.
Melakukan koordinasi dengan counterparty/debitur atas pemenuhan dokumen yang
diperlukan dalam pengelolaan ESS Proyek.
c.
Melakukan koordinasi dengan Divisi ESSBCM atas pemenuhan dan pengelolaan ESS selama
Proyek berlangsung.
d.
Melakukan koordinasi dengan Divisi ESSBCM untuk melakukan pemantauan lingkungan
dan sosial atas fasilitas pembiayaan dan investasi atau pengembangan proyek atau jasa
konsultasi.
e.
Menyimpan dan memelihara salinan dokumen ESS Proyek Multilateral dalam bentuk
hardcopy atau softcopy.
Divisi Pengendalian Fasilitas Pembiayaan (DPFP)
a.
Memantau pemenuhan kepatuhan atas kewajiban-kewajiban para pihak termasuk pemenuhan
Corrective Action Plan, sesuai dengan perjanjian pembiayaan dan investasi.
b.
Penyimpanan dan pengelolaan fisik dokumen asli ESS Proyek Multilateral sebagai bagian
dari dokumen pembiayaan dan investasi.
Divisi Dukungan Pengembangan Proyek dan Advisory (DDPPA)
a.
Memantau atas pelaksanaan pengelolaan ESS Proyek Multilateral oleh Tenaga Ahli (Pool of
Expert) - DDPPA / Konsultan.
b.
Penyimpanan dan pengelolaan fisik dokumen asli ESS Proyek Multilateral sebagai bagian
dari dokumen aktivitas pengembangan proyek atau pemberian jasa konsultasi.
c.
Melakukan koordinasi dengan Divisi ESSBCM atas pemenuhan dan pengelolaan ESS
selama Proyek berlangsung.
Pedoman ESS Proyek Multilateral
12
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN
LINGKUNGAN DAN SOSIAL
Tanggal Ditetapkan:
BAB - IV
BAB IV – KEBIJAKAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
Perseroan menerapkan Elemen-Elemen Perlindungan Lingkungan dan Sosial Proyek Multilateral
sebagai upaya mengelola risiko dampak lingkungan dan sosial dalam memberikan pembiayaan,
pengembangan proyek, dan konsultasi (advisory) kepada sektor swasta, pemerintah, dan calon debitur
yang layak untuk dibiayai.
Sepuluh Elemen Perlindungan Lingkungan dan Sosial Proyek Multilateral yang digunakan sebagai
standar umum pemenuhan pembiayaan, pengembangan proyek, dan konsultasi (advisory) Perseroan
adalah:
1.
Penilaian dan Pengelolaan Dampak Lingkungan dan Sosial
Elemen pertama menekankan pentingnya pengelolaan aspek lingkungan dan sosial dalam
pelaksanaan proyek. Pemenuhan aturan lingkungan dan sosial merupakan proses yang dinamis
dan berkelanjutan yang dimulai oleh manajemen yang melibatkan perusahaan, pemerintah, dan
masyarakat. Pemenuhan aturan lingkungan dan sosial adalah hal utama sebelum proyek dimulai.
Hal ini menyangkut perizinan lingkungan, izin lokasi, izin pemanfaatan lahan, maupun izin- izin
lain yang diwajibkan sesuai dengan aturan perundangan Negara Republik Indonesia. Pemenuhan
ini bersifat compliance yang meliputi unsur-unsur proses bisnis dari “perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan perbaikan”, yang pelaksanaannya telah melalui kajian dan penilaian terhadap
dampak dan risiko lingkungan dan sosial, serta menyiapkan mitigasi dan mengelola risiko yang
ditemukan.
a.
b.
Tujuan
i.
Pemenuhan izin dilakukan sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk
mengidentifikasi dan menilai dampak lingkungan dan sosial baik dampak positif
maupun negatif sebelum proyek dilaksanakan.
ii.
Untuk mencegah, atau bila pencegahan tidak memungkinkan, meminimalisasi, mitigasi,
atau kompensasi dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat setempat.
Lingkup Penerapan
Elemen ini diterapkan untuk proyek dengan risiko rendah, menengah, dan tinggi, di mana
seharusnya izin – izin yang ditetapkan telah didapatkan sebelum proyek dilaksanakan. Hal
ini dimaksudkan agar dampak lingkungan dan sosial dapat dikelola secara berkelanjutan.
c.
Ketentuan
i.
Proyek harus memiliki izin – izin yang telah diatur oleh aturan perundangan Negara
Republik Indonesia sebelum proyek dilaksanakan dan melaporkan secara berkala
kepada instansi yang berwenang. Proyek juga wajib untuk memperpanjang masa
berlakunya bila izin – izin yang dimaksud telah habis masa berlakunya.
ii.
Jika proyek telah beroperasi dan diperlukan izin-izin tertentu sesuai dengan aturan
perundangan, maka proyek wajib mendapatkan izin tersebut.
Pedoman ESS Proyek Multilateral
13
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN
LINGKUNGAN DAN SOSIAL
Tanggal Ditetapkan:
BAB - IV
iii. Dalam proses due diligence ataupun monitoring yang dilakukan oleh Environmental
and Sosial Safeguards Specialists maupun Pool of Expert direkomendasikan untuk
mendapatkan izin tertentu, maka proyek diwajibkan untuk mendapatkan izin tersebut.
iv. Jika proyek belum mempunyai izin-izin yang berkaitan dengan Izin Lingkungan
maupun Izin Lokasi, maka proyek tidak bisa dibiayai oleh Perseroan dengan
menggunakan Dana Multilateral dan/atau berdasarkan Kerjasama Multilateral.
v.
2.
Selain daripada itu, proyek diminta untuk memperhatikan hal-hal sebagai berikut,
sebagai bagian dari Pemenuhan Aturan Lingkungan dan Sosial:

Melakukan asesmen lingkungan dan sosial

Program manajemen

Kapasitas dan kompetensi organisasi

Pelatihan

Respon dan kesiapan dalam menghadapi situasi darurat

Keterlibatan masyarakat

Pemantauan, peninjauan, dan pelaporan
Ketenagakerjaan dan Lingkungan Kerja
Elemen kedua menekankan upaya pertumbuhan ekonomi melalui ketenagakerjaan dan
pendapatan yang seimbang sebagai hak dasar pekerja. Untuk semua proyek, tenaga kerja
merupakan aset yang berharga dan hubungan yang baik antara pekerja dan manajemen adalah
salah satu kunci kemajuan dan produktifitas perusahaan. Kegagalan dalam menjaga hubungan
baik antara pekerja dan manajemen dapat menurunkan komitmen dan retensi pekerja dan dapat
membahayakan proyek. Jika hubungan pekerja dan manajemen konstruktif dimana manajemen
memperlakukan pekerja secara adil dan menyediakan kondisi kerja yang aman dan sehat, maka
proyek akan mendapatkan keuntungan seperti pencapaian efisiensi dan produktivitas operasional.
a.
Tujuan
i.
Meningkatkan dan memelihara hubungan antara pekerja dan manajemen;
ii.
Mendorong perlakuan yang adil tanpa diskriminasi dan kesempatan yang sama terhadap
pekerja serta upaya kepatuhan terhadap Undang – Undang Ketenagakerjaan;
iii. Melindungi tenaga kerja dengan mencegah tenaga kerja anak-anak dan tenaga kerja
paksa; dan
iv. Mendorong kondisi kerja yang aman dan sehat, serta untuk melindungi dan mendorong
kesehatan pekerja.
Pedoman ESS Proyek Multilateral
14
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN
LINGKUNGAN DAN SOSIAL
b.
Tanggal Ditetapkan:
BAB - IV
Lingkup Penerapan
Elemen kedua adalah salah satu persyaratan yang ditetapkan oleh Perseroan dalam
melakukan penilaian Lingkungan dan Sosial sebagai bagian dalam memitigasi risiko
lingkungan dan sosial, baik yang dilakukan selama proyek dalam tahap konstruksi dan saat
proyek beroperasi. Implementasi ini sebagai pemenuhan Undang-undang Ketenagakerjaan.
Kewajiban manajemen proyek adalah memperlakukan pekerja dengan adil, baik kepada
Pekerja Kontrak Waktu Tidak Tertentu (PKWTT), Pekerja Kontrak Waktu Tertentu
(PKWT), dan Pekerja Alih Daya (outsource) dengan memperhatikan aturan pengupahan dan
Upah Minimum yang ditetapkan oleh pemerintah.
c.
Ketentuan
i.
Kebijakan Sumber Daya Manusia
Proyek akan mengadopsi kebijakan sumber daya manusia yang sesuai dengan aturan
dengan menggunakan pendekatan yang humanis untuk mengelola pekerja secara baik
sesuai hak dan kewajiban termasuk hak mendapatkan remunerasi dan kompensasi
sesuai dengan aturan perundangan yang berlaku.
ii.
Kondisi Kerja dan Syarat Kepegawaian
Proyek akan menyediakan kondisi kerja yang baik sesuai dengan aturan perundangan
dalam hal administrasi dan tata aturan kepegawaian seperti jam kerja, lembur, izin
meninggalkan kantor karena sakit, melahirkan, perlindungan asuransi sosial dan
asuransi kesehatan.
Proyek akan menyediakan lingkungan kerja yang sehat, dan aman untuk pekerja dengan
mempertimbangkan risiko pada sektor tekait, termasuk bahaya fisika, kimia, biologi,
dan radiologi. Manajemen Proyek harus mengambil langkah-langkah untuk pencegahan
kecelakaan kerja dan panyakit akibat kerja.
iii. Organisasi Pekerja
Manajemen Proyek tidak diperkenankan untuk melarang pekerja mengorganisasikan
dirinya dalam organisasi pekerja dan pekerja berhak menyuarakan pendapat sesuai
dengan undang-undang kebebasan berserikat dan mengungkapkan pendapatnya di muka
umum. Namun demikian pekerja juga harus mematuhi batasan-batasan yang diatur
dalam perundangan yang berlaku, dalam berserikat dan menyuarakan pendapat di muka
umum.
iv. Non-Diskriminasi dan Kesempatan yang Adil
Proyek tidak boleh membuat keputusan kepegawaian berdasarkan karakteristik di luar
persyaratan pekerjaan yang melekat. Manajemen proyek harus menetapkan kesetaraan
kesempatan dan keadilan sesuai aturan perundangan negara dalam memperlakukan
pekerjanya tanpa mendiskriminasikan gender, suku, agama, pilihan politik, termasuk
dalam proses perekrutan, pemberian kompensasi (termasuk gaji dan tunjangan), kondisi
Pedoman ESS Proyek Multilateral
15
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN
LINGKUNGAN DAN SOSIAL
Tanggal Ditetapkan:
BAB - IV
kerja dan syarat kepegawaian, akses pelatihan, promosi, pemberhentian atau pensiun
dan tindakan disiplin.
v.
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Manajemen proyek harus menyusun rencana untuk memitigasi dampak merugikan dari
PHK terhadap pekerja.Bila karena sesuatu hal PHK terpaksa dilakukan, maka sedapat
mungkin dilakukan sesuai dengan aturan perundangan yang berlaku dan harus
dikonsultasikan dengan dinas ketenagakerjaan setempat.
vi. Tenaga Kerja Anak-anak dan Tenaga Kerja Paksa
Proyek tidak boleh mempekerjakan anak-anak dalam konteks kepentingan ekonomi
atau yang dapat membahayakan atau mengganggu pendidikan anak-anak tersebut atau
melakukan kekerasan terhadap kesehatan atau fisik, mental, spiritual, moral, atau
perkembangan sosial anak. Semua Pekerja harus berumur minimal 18 tahun. Proyek
tidak boleh mempekerjakan tenaga kerja secara paksa atau mempekerjaan seseorang
tidak dilakukan secara sukarela atau di bawah ancaman dengan pemaksaan atau
hukuman.
3.
Pencegahan dan Pengurangan Polusi
Elemen ketiga menekan upaya pencegahan dan pengurangan polusi pada kegiatan proyek dan
industri terhadap polusi, air, tanah, dan udara termasuk emisi gas rumah kaca yang mengancam
orang dan lingkungan. Elemen ini menggarisbawahi pendekatan ramah lingkungan dengan cara
mengintegrasikan metode atau teknologi sejauh penggunaannya layak secara teknik dan finansial
serta efektif secara biaya dalam konteks proyek bergantung pada keahlian dan sumber daya yang
tersedia secara komersial.
a.
b.
Tujuan
i.
Untuk mencegah atau meminimalisasi dampak merugikan terhadap kesehatan manusia
dan kualitas lingkungan dengan menghindari atau meminimalisasi polusi dari kegiatan
proyek.
ii.
Untuk mendorong penurunan emisi gas rumah kaca yang berkontribusi pada fenomena
perubahan iklim global.
Lingkup Penerapan
Penerapan Elemen ini dilakukan dalam Penilaian Lingkungan dan Sosial, baik sebelum
proyek berlangsung maupun dalam penilaian berkala dan bila ditemukan suatu temuan,
maka rekomendasi perbaikan segera dilakukan sebagai upaya perbaikan, dan dikelola
melalui Sistem Manajemen lingkungan dan sosial pada proyek tersebut.
Pedoman ESS Proyek Multilateral
16
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN
LINGKUNGAN DAN SOSIAL
c.
Tanggal Ditetapkan:
BAB - IV
Ketentuan
i.
Ketentuan Umum
Selama desain, konstruksi, operasi, dan commissioning, proyek harus memperhatikan
kondisi ambien dan sumber daya yang layak, baik secara teknik maupun operasi.
Proyek akan melakukan pencegahan dan pengendalian polusi yang paling sesuai untuk
dihindari, atau bila tidak mungkin untuk dihindari maka perlu dilakukan upaya
meminimalisasi atau mengurangi dampak merugikan pada kesehatan manusia dan
lingkungan selama layak secara teknik dan finansial dan efektif secara biaya.
ii.
Pencegahan dan Pengurangan Polusi
Proyek akan menghindari terlepasnya kontaminan atau polutan ke tanah, air, dan udara.
Bila tidak mungkin dihindari, minimalisasi dan pengendalian intensitas atau besaran
polutan yang terlepas perlu dijalankan. Penilaian risiko perlu dilakukan dalam kegiatan
rutin, non-rutin, atau dalam kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak negatif
pada orang dan lingkungan, dengan melakukan langkah-langkah yang terukur dalam
kegiatan operasional yang konsisten dengan prinsip-prinsip operasi ramah lingkungan.
iii. Limbah
Proyek sedapat mungkin meminimalisasi limbah Berbahaya dan Beracun (B3) dan nonB3 dengan menggunakan metode Reduce atau mengurangi produksi limbah, Recycle
atau mendaur ulang limbah dan Reuse atau menggunakan kembali limbah untuk suatu
proses yang bermanfaat. Bila tidak bisa, proyek harus mengolah, memusnahkan, dan
menimbun dengan cara-cara yang ramah lingkungan sesuai dengan aturan perundangan.
Bila limbah yang ditimbulkan termasuk B3, maka proyek harus mengolah,
memanfaatkan atau membuang sesuai dengan aturan dari Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan. Bila pembuangan limbah dilakukan oleh pihak ketiga, Proyek
harus menggunakan kontraktor yang bereputasi baik dan disahkan oleh instansi
berwenang.
iv. Bahan B3
Proyek harus menghindari atau, bila pencegahan tidak dapat dilakukan, meminimalisasi
penggunaan atau mengendalikan terlepasnya bahan B3 yang digunakan dan dihasilkan
dari kegiatan produksi, transportasi, penanganan, penyimpanan, dan penggunaan untuk
kegiatan proyek. Proyek harus menghindari pembuatan, perdagangan, dan penggunaan
bahan kimia dan B3 yang dilarang oleh pemerintah, atau disepakati untuk dikurangi
oleh pemerintah, karena toksisitasnya yang tinggi terhadap organisme hidup, ketahanan
lingkungan, atau potensi penipisan lapisan ozon.
v.
Pestisida
Proyek harus menghindari penggunaan pestisida yang berlebihan. Bila penggunaan
tidak dapat dihindarkan maka proyek harus meminimalkan penggunaan pestisida atau
menggunakan alternatif lain yang lebih ramah lingkunganan. Proyek juga harus
menghindari penggunaan pestisida yang dilarang oleh pemerintah.
Pedoman ESS Proyek Multilateral
17
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN
LINGKUNGAN DAN SOSIAL
Tanggal Ditetapkan:
BAB - IV
vi. Kondisi Ambien
Untuk mengatasi dampak negatif proyek pada kondisi ambien, maka proyek harus
mencatat rona awal dan membandingkan dengan pengukuran kondisi ambien secara
berkala. Bila diketemukan ada peningkatan secara signifikan, maka proyek harus
mencari penyebabnya dan membuat action plan yang diperlukan. Meminimalisasi atau
mengurangi terlepasnya polutan adalah salah satu cara yang dianjurkan dalam menjaga
kondisi ambien sebagai cara mengurangi risiko yang berpotensi terhadap perubahan
kondisi ambien.
vii. Emisi Gas Rumah Kaca
Proyek akan mendorong pengurangan emisi GRK (Gas Rumah Kaca) yang terkait
dengan aktivitas proyek. Proyek akan menerapkan tindakan mitigasi gas rumah kaca
dan langkah-langkah perkiraan potensi emisi gas rumah kaca dalam siklus proyek yang
berbeda dari pra - konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi serta tahap operasional.
Kuantifikasi dan pemantauan emisi GRK dilakukan setiap tahun mengacu pada
metodologi yang diatur oleh pemerintah. Pengurangan emisi menggunakan cara ini
termasuk pada peningkatan efisiensi energi, penggunaan sumber energi terbarukan,
proses perubahan desain proyek, dan adopsi langkah-langkah mitigasi lainnya yang
secara finansial dan enjiniring memungkinkan.
4.
Keselamatan, Kesehatan, dan Keamanan
Elemen keempat menekankan upaya kegiatan dalam pembangunan infrastruktur proyek yang
membawa keuntungan terhadap masyarakat dalam perkembangan ekonomi. Namun demikian
proyek juga dapat meningkatkan potensi paparan risiko dan dampak terhadap masyarakat yang
timbul dari kecelakaan kerja karena kegagalan peralatan, kegagalan struktur, dan penyebaran
bahan berbahaya dan beracun (B3), limbah B3, serta gangguan keamanan. Elemen ini digunakan
sebagai tanggung jawab proyek dalam mencegah atau meminimalisasi risiko dan dampak
terhadap keselamatan, kesehatan, dan keamanan yang timbul dari kegiatan proyek.
a.
b.
Tujuan
i.
Untuk mencegah atau meminimalisasi risiko dan dampak terhadap keselamatan,
kesehatan, dan keamanan pekerja dan penduduk sekitar selama proyek berlangsung,
baik dalam kegiatan rutin maupun non-rutin.
ii.
Untuk memastikan perlindungan terhadap personil dan properti dilakukan dengan baik
sehingga dapat mencegah atau meminimalisasi risiko keselamatan dan keamanan
masyarakat.
Lingkup Penerapan
Penerapan elemen ini dilakukan sebagai bagian dalam proses Penilaian Lingkungan dan
Sosial. Elemen ini menggunakan Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja dan
Lingkungan pada proyek yang meliputi tata cara perlindungan keselamatan kerja, kesehatan
Pedoman ESS Proyek Multilateral
18
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN
LINGKUNGAN DAN SOSIAL
Tanggal Ditetapkan:
BAB - IV
dan lingkungan untuk menghindari dampak pada kesehatan manusia serta keamanan proyek
untruk mengantisipasi gangguan keamanan.
c.
Ketentuan
i.
Keselamatan dan Kesehatan kerja
Proyek akan mengevaluasi risiko dan dampak terhadap keselamatan dan kesehatan
pekerja dan masyarakat yang terkena dampak mulai tahap desain, konstruksi, operasi,
dan commissioning proyek, dan menyusun langkah-langkah pencegahan untuk
mengatasi hal tersebut sesuai dengan risiko dan dampak yang teridentifikasi. Langkahlangkah tersebut dapat mendukung pencegahan risiko dan dampak melalui minimalisasi
dan pengurangan bahaya.
ii.
Keselamatan Infrastruktur dan Peralatan
Proyek akan mengikuti unsur-unsur atau komponen proyek secara struktural dan harus
sesuai dengan aturan perundangan yang berlaku, dimulai pada tahap menyiapkan
desain, konstruksi, operasional, dan commissioning. Proyek harus mempertimbangan
potensi risiko terhadap bahaya, khususnya bila dapat diakses oleh masyarakat atau bila
kegagalan dalam masa konstruksi dan operasi dapat menyebabkan masyarakat
mengalami cedera. Unsur-unsur yang penting dalam proyek harus didesain dan
dibangun oleh tenaga profesional yang berkualitas dan berpengalaman, serta
tersertifikasi atau disetujui oleh instansi pemerintah atau tenaga profesional yang
kompeten. Pada proyek yang mengoperasikan peralatan bergerak di jalan umum dan
proyek infrastruktur lainnya, manajemen proyek harus mengusahakan untuk mencegah
terjadinya insiden dan kecelakaan.
iii. Masalah Lingkungan dan Sumber Daya Alam
Proyek akan menghindari atau meminimalisasi potensi bencana alam seperti longsor
atau banjir yang mungkin terjadi akibat perubahan fungsi lahan terkait kegiatan proyek.
Proyek akan menghindari atau meminimalisasi dampak merugikan akibat kegiatan
proyek yang terkait dengan tanah, air dan sumber daya alam lainnya yang digunakan
oleh masyarakat sekitar.
iv. Adaptasi pada Dampak Perubahan Iklim
Proyek akan mempromosikan langkah-langkah yang berbeda terkait adaptasi dari
dampak perubahan iklim. Langkah-langkah ini bertujuan untuk meminimalkan dampak
perubahan iklim kepada masyarakat dan mengurangi kerentanan serta meningkatkan
ketahanan masyarakat menghadapi risiko terkait perubahan iklim di berbagai sektor
yang berbeda
v.
Masyarakat Terpapar Penyakit
Proyek akan menghindari atau meminimalisasi potensi paparan terhadap penyakit yang
diakibatkan oleh aktivitas proyek. Bila penyakit di masyarakat yang terpengaruh proyek
bersifat endemis, proyek sedapat mungkin melakukan pemantauan dan mendorong
Pedoman ESS Proyek Multilateral
19
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN
LINGKUNGAN DAN SOSIAL
Tanggal Ditetapkan:
BAB - IV
terciptanya peluang-peluang untuk meningkatkan kondisi lingkungan yang sehat selama
proyek, sehingga dapat mengurangi jumlah paparan.
vi. Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat
Proyek akan menilai risiko dan dampak potensial dari kegiatan proyek dan
menginformasikan masyarakat sekitar mengenai bahaya yang signifikan dengan caracara yang sesuai dengan budaya setempat. Proyek dapat bekerjasama dengan tokoh
masyarakat dan pemerintah daerah dalam persiapan tanggap darurat agar dalam
keadaan darurat penanganan berjalan dengan efektif. Proyek sebaiknya
mendokumentasikan kegiatan kesiapsiagaan tanggap darurat, alat dan peralatan, tim
tanggap darurat, dan penanggung jawab dalam kondisi darurat, serta menyampaikan
informasi yang sesuai pada rencana tindakan atau dokumen lain yang relevan kepada
pekerja dan masyarakat sekitar serta instansi pemerintah setempat.
vii. Personil Keamanan
Proyek akan mempekerjakan karyawan atau kontraktor sebagai tenaga keamanan yang
akan bertanggung jawab terhadap personil dan propertinya. Proyek akan menilai risiko
di dalam dan luar lokasi proyek yang diajukan oleh perusahaan pengamanan. Dalam
menyusun pengaturan tersebut, proyek akan mengikuti prinsip-prinsip yang diatur oleh
Kepolisian Republik Indonesia dalam hal perekrutan, pelatihan, dan pelaksanaan pola
pengamanan. Manajemen tidak boleh memerintahkan petugas keamanan untuk
melakukan tindakan represif. Satuan Pengamanan digunakan untuk tindakan
pencegahan dan pengamanan sesuai dengan aturan Kepolisian sesuai dengan sifat dan
jangkauan ancaman keamanan proyek.
5.
Pembebasan Lahan dan Pemindahan Penduduk
Elemen kelima menjelaskan tentang pembebasan lahan dan pemindahan penduduk yang
mencakup pemindahan secara fisik (relokasi) dan pemindahan secara ekonomi (kehilangan aset
atau akses yang mengakibatkan kehilangan sumber pendapatan dan/hal-hal lain terkait taraf hidup
penduduk ), sebagai akibat dari pembebasan lahan terkait proyek. Pemindahan penduduk menjadi
tidak sukarela bila individu atau masyarakat terkena dampak tidak memiliki hak untuk menolak
pembebasan lahan yang berakibat pada pemindahan paksa.
Pemindahan permukiman secara tidak sukarela dapat mengakibatkan kondisi yang sulit dan
kemiskinan jangka panjang pada orang dan masyarakat yang terkena dampak, serta kerusakan
lingkungan dan tekanan sosial pada area dimana mereka dipindahkan, bila tidak ditangani dengan
benar. Pemindahan permukiman secara tidak sukarela harus dihindari atau setidaknya
diminimalisasi. Bila tidak dapat dihindari, proses dan tahapan pemindahan penduduk harus
dimitigasi untuk mengurangi dampak merugikan terhadap orang-orang yang dipindahkan. Proses
dan tahapan pemindahan penduduk harus direncanakan dan diimplementasikan dengan hati-hati.
Pedoman ESS Proyek Multilateral
20
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN
LINGKUNGAN DAN SOSIAL
a.
Tanggal Ditetapkan:
BAB - IV
Tujuan
i.
Untuk menghindari dampak negatif atau setidaknya meminimalisasi risiko perpindahan
permukiman secara tidak sukarela sebaik mungkin.
ii.
Untuk memitigasi dampak sosial dan ekonomi yang merugikan dari pembebasan lahan
pada orang-orang yang terkena dampak dari penggunaan lahan dengan: (a)
menyediakan kompensasi untuk penduduk yang kehilangan aset dengan biaya
penggantian; dan (b) memastikan kegiatan pemindahan permukiman dilakukan dengan
membuka informasi, konsultasi, dan partisipasi yang disampaikan secara benar kepada
mereka yang terkena dampak.
iii. Untuk meningkatkan atau setidaknya mengembalikan sesuai dengan kondisi awal
penghidupan, dan standar kehidupan orang-orang yang dipindahkan.
b.
Lingkup Penerapan
Penerapan Elemen ini dilakukan dalam proses Penilaian Lingkungan dan Sosial sebagai
pemenuhan ketentuan-ketentuan yang dikelola melalui Sistem Manajemen Lingkungan dan
Sosial yang diatur dalam Peraturan Perundang-undangan Negara yang berkaitan dengan
pembebasan lahan dari kegiatan proyek yang berdampak merugikan terhadap aspek
ekonomi, sosial, atau lingkungan. Pembebasan lahan yang menimbulkan kehilangan akses
kepada aset atau sumber daya atau pembatasan penggunaan lahan, maka dampak tersebut
harus dihindari, diminimalisasi, dimitigasi, atau dikompensasi melalui proses yang adil
sesuai dengan asas saling menguntungkan.
Elemen ini tidak diterapkan untuk pemindahan permukiman secara sukarela berdasarkan
transaksi jual beli lahan secara menguntungkan.
c.
Ketentuan
i.
Desain Proyek
Proyek akan mempertimbangkan desain proyek alternatif yang layak secara teknis dan
finansial untuk menghindari atau setidaknya meminimalisasi pemindahan fisik atau
ekonomi dengan paksa.
ii.
Kompensasi dan Tunjangan untuk Orang-Orang yang Dipindahkan dengan Paksa
Jika pemindahan paksa tidak dapat dihindari, proyek harus menawarkan kepada
penduduk atau masyarakat yang dipindahkan secara paksa berupa ganti rugi lahan dan
kompensasi karena kehilangan aset dengan biaya penggantian tanah dan bangunan,
bantuan biaya pemindahan, dan pendampingan lain untuk membantu mereka
meningkatkan atau setidaknya mengembalikan harkat kehidupan dan penghidupan
mereka.
iii. Konsultasi
Manajemen proyek akan memfasilitasi mekanisme keluhan, membuka kesempatan
berpartisipasi dalam proyek bagi masyarakat yang terkena pembebasan lahan dan
masyarakat yang terkena dampak, dengan melibatkan pemerintah setempat dalam
Pedoman ESS Proyek Multilateral
21
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN
LINGKUNGAN DAN SOSIAL
Tanggal Ditetapkan:
BAB - IV
proses pengambilan keputusan terkait pemindahan pemukiman, termasuk pengawasan
dan evaluasi pembayaran ganti rugi serta kompensasi lainnya.
iv. Mekanisme Keluhan
Proyek akan menyusun mekanisme pertemuan dan menampung keluhan untuk
menerima dan membahas masalah spesifik tentang kompensasi dan relokasi yang
muncul dari penduduk yang dipindahkan secara paksa atau anggota masyarakat
setempat, termasuk mekanisme penyelesaiannya sebagai bantuan untuk menyelesaikan
permasalahan.
v.
Perencanaan dan Implementasi Pemindahan Permukiman
Bila pemindahan permukian secara tidak sukarela tidak dapat dihindari maka proyek
akan melakukan sensus dengan data awal/baseline untuk mengidentifikasi orang-orang
yang harus dipindahkan, untuk menentukan siapa yang berhak menerima kompensasi
dan orang-orang yang tidak berhak. Pemerintah setempat harus dilibatkan sebagai
bagian dalam panitia pembebasan lahan. Orang-orang yang dipindahkan dengan paksa
dapat diklasifikasikan sebagai orang-orang yang: (i) memiliki hak-hak legal formal
terhadap lahan yang ditempati; (ii) tidak memiliki hak-hak legal formal, namun
mengklaim lahan tersebut dan diakui atau dapat diakui oleh hukum negaraa atau (iii)
tidak memiliki hak legal atau klaim terhadap lahan yang ditempati.
vi. Perpindahan Fisik
Jika penduduk yang tinggal di area proyek harus pindah ke lokasi lain, Proyek akan :
1)
Menawarkan pilihan diantara pilihan-pilihan yang memungkinkan kepada orang
yang dipindah, termasuk tempat tinggal pengganti yang layak atau kompensasi
ganti rugi yang sesuai.
2)
Menyediakan pendampingan relokasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan setiap
kelompok orang-orang yang dipindah, dengan perhatian khusus diberikan pada
orang yang tidak mampu.
Bila penduduk adat harus dipindahkan secara fisik dari tanah adat mereka, proyek harus
memenuhi ketentuan-ketentuan yang dijelaskan pada elemen masyarakat adat dan
masyarakat tempatan.
vii. Pemindahan Ekonomi
Bila pembebasan lahan untuk proyek menyebabkan kehilangan pendapatan atau
penghidupan, proyek akan memenuhi ketentuan-ketentuan berikut:
-
Memberikan kompensasi kepada orang yang dipindah secara ekonomi atas
kehilangan aset atau akses terhadap aset dengan biaya penggantian penuh.
-
Dalam kasus pembebasan lahan yang berdampak pada struktur komersial,
kompensasi diberikan kepada pemilik usaha atas biaya pembangunan ulang
kegiatan komersial di tempat lain, dan biaya pemindahan peralatan dan re-instalasi
pabrik, mesin, atau perlengkapan lainnya
Pedoman ESS Proyek Multilateral
22
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
Tanggal Ditetapkan:
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN
LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BAB - IV
-
Memberikan ganti rugi lahan berdasarkan acuan pada Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP) atau lebih besar atau kompensasi biaya penggantian penuh bila
memungkinkan kepada orang-orang yang berhak atas tanah tersebut yang
dibuktikan dengan legalitas terhadap lahan yang diakui atau dapat diakui oleh
hukum Negara.
-
Kompensasi untuk orang-orang yang dipindahkan secara ekonomi namun tidak
memiliki klaim legal terhadap lahan seperti pertanian, infrastruktur, dan irigasi
dengan biaya penggantian penuh sesuai aturan perundangan yang berlaku
-
Menyediakan pendampingan tambahan seperti pelatihan atau peluang kerja dan
peluang-peluang lainnya untuk meningkatkan atau mengembalikan kemampuan
penduduk yang dipindahkan dalam memperoleh penghasilan.
6. Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Pengelolaan Sumber Daya Alam
Elemen keenam menjelaskan tentang perlindungan dan konservasi keanekaragaman hayati,
variasi kehidupan hewan dan tumbuhan dalam berbagai bentuk, termasuk genetik, spesies, dan
keanekaragaman ekosistem adalah hal penting untuk pembangunan berkelanjutan. Komponen
keanekaragaman hayati termasuk ekosistem dan habitat, spesies, dan komunitas. Proyek akan
menghindari atau memitigasi ancaman terhadap keanekaragaman hayati yang mungkin muncul
sejak masa konstruksi hingga operasional. Selain itu proyek akan mengelola sumber daya alam
yang bertujuan untuk mengkonservasi keanekaragaman hayati dan mendorong penggunaan
sumber daya alam secara terencana dan terarah secara berkelanjutan.
a.
b.
Tujuan
i.
Melindungi dan mengkonservasi keanekaragaman hayati.
ii.
Mendorong pembangunan berkelanjutan dan penggunaan sumber daya alam melalui
penerapan-penerapan konservasi yang terintegrasi.
Lingkup Penerapan
Penerapan Elemen ini dilakukan dalam proses Penilaian Lingkungan dan Sosial sebagai
pemenuhan ketentuan-ketentuan dalam standar yang dikelola melalui Sistem Manajemen
Lingkungan dan Sosial yang diatur dalam Peraturan Perundang-undangan Negara yang
berkaitan dengan keanekaragaman hayati dan konservasi sumber daya alam.
c.
Ketentuan
i.
Habitat
Perusakan habitat merupakan ancaman utama terhadap keanekaragaman hayati. Habitat
dapat dibedakan menjadi habitat alami yaitu tanah dan air, yang merupakan komunitas
biologi yang dibentuk oleh lingkungan tumbuhan dan hewan asli (tanpa campur tangan
kegiatan manusia) dan habitat modifikasi, yaitu habitat yang mengalami perubahan
dengan munculnya spesies tumbuhan dan hewan asing. Kedua jenis habitat tersebut
dapat mendukung keanekaragaman pada semua tingkatan kehidupan tumbuhan dan
hewan, termasuk spesies endemik atau yang terancam kelangsungan hidupnya.
Pedoman ESS Proyek Multilateral
23
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN
LINGKUNGAN DAN SOSIAL
ii.
Tanggal Ditetapkan:
BAB - IV
Habitat Kritis
Habitat kritis merupakan bagian dari habitat alam dan modifikasi yang layak
diperhatikan secara khusus. Habitat kritis meliputi area dengan nilai keanekaragaman
hayati yang tinggi termasuk habitat yang diperlukan untuk kelangsungan hidup spesies
yang terancam punah atau hampir punah, serta berdampak pada aspek sosial, ekonomi,
atau budaya terhadap masyarakat lokal.
Dalam area habitat kritis, proyek dapat diimplementasikan dengan mempertimbangkan :
-
Tidak ada dampak merugikan yang terukur pada kemampuan habitat kritis untuk
mendukung populasi spesies tumbuhan dan hewan yang dilindungi.
-
Tidak ada penurunan populasi spesies tumbuhan dan hewan yang dilindungi yang
terancam punah atau hampir punah.
-
Dampak negatif dan merugikan spesies tumbuhan dan hewan yang dilindungi telah
dimitigasi.
iii. Area yang Dilindungi oleh Hukum
Jika proyek berlokasi di area yang dilindungi oleh hukum, maka Manajemen Proyek
akan memenuhi ketentuan-ketentuan berikut:
-
Bertindak konsisten dengan rencana pengelolaan area yang dilindungi.
-
Membuka forum komunikasi dan konsultasi antara pemangku kepentingan dan
masyarakat pada wilayah tersebut.
-
Mengimplementasikan program tambahan untuk mendorong dan mencapai tujuan
konservasi area yang dilindungi.
-
Proyek tidak boleh dengan sengaja memasukkan spesies baru yang tidak terdapat
di wilayah proyek tersebut kecuali mendapatkan izin dari yang berwenang.
iv. Hutan Alam dan Hutan Lindung
Jika proyek berada di area hutan alam atau hutan lindung maka proyek wajib
mendapatkan ijin dari yang berwenang, serta proyek tidak boleh menyebabkan konversi
atau degradasi terhadap habitat kritis. Sebagai tambahan, proyek harus memastikan
semua hutan alam dan hutan lindung tidak terganggu ekosistemnya, kecuali pada
tempat yang telah mendapatkan izin lokasi proyek dari instansi yang berwenang.
v.
Penggunaan Air Permukaan dan Air Tanah
Jika proyek memerlukan penggunaan air permukaan dan air tanah maka proyek wajib
melakukan penilaian lingkungan dan sosial serta memitigasi risiko yang mungkin
timbul. Semua penggunaan air permukaan dan air tanah wajib mendapatkan izin dari
yang berwenang sebelum menggunakannya.
Pedoman ESS Proyek Multilateral
24
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN
LINGKUNGAN DAN SOSIAL
7.
Tanggal Ditetapkan:
BAB - IV
Masyarakat Adat dan Masyarakat Tempatan
Elemen ketujuh menjelaskan tentang masyarakat adat dan masyarakat tempatan sebagai
kelompok sosial dengan identitas yang mungkin berbeda dengan kelompok dominan dalam
masyarakat. Masyarakat ini memiliki status ekonomi, sosial, dan hukum yang terbatas dalam
mempertahankan kepentingan dan hak mereka terhadap tanah serta sumber daya alam dan
budayanya, serta mempunyai keterbatasan dalam berpartisipasi dan mendapat keuntungan dari
pembangunan.
Selain daripada itu, masyarakat tersebut di atas rentan terutama saat tanah dan sumber daya
mereka digunakan oleh pihak luar dan terdegradasi secara signifikan. Bahasa, budaya, dan
sumber daya alam sebagai penopang utama kehidupan mereka dapat terancam serta terpapar
perubahan oleh masyarakat luar.
Proyek dapat membuka peluang bagi masyarakat adat dan masayarakat tempatan untuk
berpartisipasi dan mengambil keuntungan dari kegiatan-kegiatan terkait proyek sehingga dapat
membantu memenuhi aspirasi mereka dalam pembangunan ekonomi dan sosial. Disamping itu
proyek dapat mengambil peran dalam pembangunan berkelanjutan dengan mendorong dan
mengelola kegiatan dan bisnis sebagai rekan pembangunan.
a.
b.
Tujuan
i.
Untuk melindungi dan membantu masyarakat adat dan masyarakat tempatan dari
pengaruh-pengaruh pembangunan yang tidak sesuai dengan tingkat pendidikan, sosial
dan budayanya.
ii.
Untuk mendorong masyarakat adat dan masyarakat tempatan sebagai rekan
pembangunan dan mendapatkan manfaat proyek secara sosial dan ekonomi.
Lingkup Penerapan
Penerapan elemen ini dilakukan dalam proses Penilaian Lingkungan dan Sosial sebagai
pemenuhan ketentuan-ketentuan dalam standar yang dikelola melalui Sistem Manajemen
Lingkungan dan Sosial yang diatur dalam Peraturan Perundang-undangan Negara yang
berkaitan dengan masyarakat adat dan masyarakat tempatan.
Tidak ada definisi masyarakat adat yang baku. Masyarakat adat dan masyarakat tempatan
dapat berbeda penyebutannya pada berbagai daerah. Istilah “masyarakat adat” digunakan
secara umum untuk menunjuk kelompok sosial dan budaya yang berbeda dengan
karanteristik sebagai berikut:
i.
Identifikasi diri sebagai bagian dari kelompok budaya yang berbeda dan penunjukan
identitas ini pada orang lain.
ii.
Bagian dari komunitas yang berbeda secara geografi atau wilayah leluhur dalam area
proyek dan sumber daya alam dalam wilayah tersebut.
iii. Institusi budaya, ekonomi, sosial yang secara tradisional terpisah dari masyarakat atau
budaya yang dominan.
iv. Bahasa yang berbeda, seringkali berbeda dari bahasa resmi negara atau wilayah.
Pedoman ESS Proyek Multilateral
25
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
Tanggal Ditetapkan:
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN
LINGKUNGAN DAN SOSIAL
v.
c.
BAB - IV
Masyarakat yang secara turun temurun mendiami daerah tertentu.
Ketentuan
i.
Pencegahan Dampak Merugikan
Proyek akan mengidentifikasi melalui proses Penilaian Lingkungan dan Sosial
terhadap semua komunitas masyarakat adat dan/atau masyarakat tempatan yang
mungkin terkena dampak di dalam area proyek, serta sifat dan tingkatan dampak sosial,
budaya, dan lingkungan yang diperkirakan terhadap mereka, dan mencegah dampak
merugikan sebisa mungkin.
Bila pencegahan tidak mungkin dilakukan, Manajemen proyek harus meminimalisasi,
memitigasi, atau memberi kompensasi pada dampak-dampak tersebut sesuai dengan
kearifan lokal budaya yang ada.
ii.
Pemberitahuan Informasi, Konsultasi, dan Partisipasi
Proyek akan membangun hubungan yang berkelanjutan dengan masyarakat adat
dan/atau masyarakat tempatan yang terkena dampak sedini mungkin dalam perencanaan
proyek dan selama proyek berjalan. Proses keterlibatan masyarakat harus sesuai dengan
budaya serta risiko dan dampak potensial terhadap masyarakat adat. Proses tersebut
meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
-
Melibatkan badan perwakilan masyarakat adat yaitu perhimpunan ketua adat atau
kelompok desa, kepala suku, dan pemuka adat.
-
Menyediakan waktu khusus yang cukup untuk masyarakat adat dapat melakukan
proses musyawarah dan mufakat dalam mengambil keputusan.
-
Memfasilitasi masyarakat adat dalam mengekspresikan pandangan dalam tata cara
budaya dan bahasa yang mereka sendiri tanpa campur tangan, atau pemaksaan
dan/atau intimidasi.
iii. Dampak pada Lahan Tradisional atau Tanah Adat yang Digunakan
Masyarakat adat dan/atau masyarakat tempatan seringkali terikat dengan lahan
tradisional atau tanah adat. Bila lahan tersebut tidak dimiliki secara legal berdasarkan
hukum negara, penggunaan lahan ini termasuk penggunaan secara musiman oleh
komunitas masyarakat adat untuk kehidupan mereka atau dengan tujuan budaya,
upacara adat atau spiritual, dengan menunjukkan identitas dan komunitas mereka, maka
dapat dibenarkan sebagai bukti dan dokumentasi atas tanah tersebut.
Jika proyek berada di lahan dimana terdapat sumber daya alam di dalamnya,
penggunaan lahan tradisional atau tanah adat oleh masyarakat adat dan/atau masyarakat
tempatan maka Manajemen proyek harus menghargai penggunaannya dengan
melakukan langkah-langkah berikut:
-
Proyek melakukan upaya-upaya untuk menghindari
meminimalisasi ukuran lahan yang diajukan untuk proyek
Pedoman ESS Proyek Multilateral
atau
setidaknya
26
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
Tanggal Ditetapkan:
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN
LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BAB - IV
-
Penggunaan lahan masyarakat adat harus dirumuskan oleh pemerintah bersama
dengan tokoh masyarakat adat yang terkena dampak.
-
Masyarakat adat dan/atau masyarakat tempatan yang terkena dampak harus
diberitahukan hak-haknya atas tanah di bawah hukum negara, termasuk hukum
negara yang mengakui hak atau penggunaan tanah adat.
-
Proyek harus menawarkan kepada masyarakat adat dan/atau masyarakat tempatan
yang terkena dampak setidaknya kompensasi berbentuk lahan pengganti atau
tunjangan tambahan jika memungkinkan.
iv. Relokasi Masyarakat Adat dari Lahan Tradisional atau Tanah Leluhur
Proyek akan mempertimbangkan desain proyek alternatif yang layak untuk mencegah
relokasi masyarakat adat dari lahan tradisional atau tanah adatnya. Jika relokasi tidak
dapat dihindari maka proyek dilaksanakan setelah mendapatkan izin dari pemuka adat.
8. Warisan Budaya
Elemen kedelapan menjelaskan tentang warisan budaya untuk generasi saat ini dan yang akan
datang. Konsisten dengan Undang-undang mengenai Cagar Budaya yang bertujuan melindungi
warisan budaya nasional, maka Perseroan menekankan tanggung jawab sosial agar proyekproyek tetap melindungi warisan budaya dalam operasional bisnis.
a.
b.
Tujuan
i.
Untuk melindungi warisan budaya dari dampak merugikan kegiatan proyek dan
mendukung kelestarianya.
ii.
Untuk mendorong tanggung jawab Manajemen proyek dalam kegiatan bisnisnya tetap
melindungi warisan budaya di sekitar area proyek.
Lingkup Penerapan
Penerapan Elemen ini dilakukan dalam proses Penilaian Lingkungan dan Sosial sebagai
pemenuhan ketentuan-ketentuan dalam standar yang dikelola melalui Sistem Manajemen
Lingkungan dan Sosial yang diatur dalam Peraturan Perundang-undangan Negara yang
berkaitan dengan Cagar Budaya.
Warisan budaya mengacu pada bentuk terukur dari warisan budaya, seperti properti dan
lokasi yang memiliki sisi arkeologi (prasejarah), paleontologi, historis, budaya, artistik, dan
nilai-nilai agama, serta bagian lingkungan alam yang unik yang mengandung nilai-nilai
budaya, seperti hutan yang disakralkan, termasuk juga gaya hidup tradisional yang
diamalkan oleh masyarakat adat dan/atau masyarakat tempatan sekitar proyek.
Pedoman ESS Proyek Multilateral
27
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN
LINGKUNGAN DAN SOSIAL
c.
Tanggal Ditetapkan:
BAB - IV
Ketentuan
i.
Perlindungan situs budaya
Ketika lokasi proyek yang diajukan diperkirakan terdapat situs warisan budaya, sedapat
mungkin proyek mengalihkan lokasi ke tempat yang sesuai secara teknis dan finansial.
Jika tidak dapat, maka Manajemen Proyek harus mengimplementasikan prosedur kerja
yang tidak akan merusak dan menggangu situs budaya tersebut. Penilaian oleh tenaga
ahli yang kompeten atau rekomendasi dari pemerintah setempat sebaiknya didapatkan
bila masih ada keraguan dalam melakukan upaya-upaya perlindungan ini.
ii.
Warisan Budaya Daerah
Sebagian besar warisan budaya paling baik dilindungi kelestariannya di lokasi aslinya.
Proyek sedapat mungkin tidak memindahkan atau menghilangkan segala bentuk
warisan budaya, kecuali tidak ada alternatif teknis atau finansial lain yang layak. Hal ini
bisa dilakukan stelah ada kajian dari tenaga ahli, konsultasi dengan pemangku budaya
masyarakat adat setempat, dan juga pemerintah daerah.
iii. Warisan Budaya Kritis
Warisan budaya yang kritis terdiri dari:
1)
Praktik – praktik budaya yang dilakukan oleh masyarakat adat secara turun
temurun.
2)
Cagar Budaya yang dilindungi hukum.
Proyek tidak mengubah secara signifikan, merusak, atau menghapus berbagai bentuk
warisan budaya. Warisan budaya yang dilindungi hukum adalah bagian penting untuk
perlindungan dan konservasi warisan budaya. Jika proyek dibangun di areah sekitar
Cagar Budaya, maka diperlukan adanya langkah-langkah tambahan, termasuk perizinan
dari pemerintah, konsultasi dengan masyarakat adat, dan juga langkah-langkah
perlindungan berdasarkan rekomendasi tenaga ahli yang berkompeten dan
mengimplementasikan program tambahan yang sesuai untuk mendorong dan mencapai
tujuan area yang dilindungi.
iv. Penggunaan Warisan Budaya secara Komersial
Ketika proyek menggunakan sumber daya budaya, wawasan, atau praktik-praktik
masyarakat lokal yang mengandung gaya hidup tradisional untuk tujuan komersial,
proyek harus menginformasikan masyarakat tersebut tentang:
-
Hak-hak mereka yang dilindungi hukum negara; serta
-
Lingkup dan sifat komersialisasi yang diajukan.
Proyek tidak boleh memproses komersialisasi tersebut kecuali:
1)
Melalui negosiasi yang baik dengan masyarakat lokal terkena dampak.
Pedoman ESS Proyek Multilateral
28
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN
LINGKUNGAN DAN SOSIAL
9.
Tanggal Ditetapkan:
BAB - IV
2)
Mendapatkan persetujuan secara tertulis dari masyarakat adat dan pemerintah
daerah setempat.
3)
Membagi hasil yang adil dan merata dari komersialisasi pengetahuan, inovasi, atau
praktik-praktik kebiasaan dan tradisi budaya tersebut.
Konservasi Energi dan Energi Ramah Lingkungan
Elemen kesembilan menjelaskan tentang konservasi energi sebagai salah satu elemen penting
dalam upaya Perlindungan Lingkungan dan Sosial. Penggunaan energi yang efisien akan
menghasilkan keuntungan secara fisik dan finansial. Perseroan juga sangat mendorong
penggunaan energi hijau yang ramah lingkungan dan mendorong proyek energi baru dan
terbarukan sebagai bagian tanggungjawab terhadap lingkungan dan sosial Energi ramah
lingkungan yang merupakan aspek penting dalam pembangunan berkelanjutan yang juga menjadi
salah satu hal penting dalam kampanye perubahan iklim dan pengurangan karbon sesuai dengan
yang ditetapkan oleh pemerintah.
Proyek sebaiknya mempunyai kebijakan penghematan energi dengan melakukan penilaian
lingkungan dan sosial yang dapat dilakukan sendiri atau melalui pihak ketiga yang berkompeten
sebagai upaya meningkatkan efisiensi dan keuntungan dengan melakukan penghemaan secara
menyeluruh pada aktivitas proyek. Jika tidak memungkinkan adanya konservasi energi pada
aktivitas proyek, maka penggunaan alat-alat hemat energi dan upaya meminimalisasi penggunaan
energi adalah hal penting yang bisa dilakukan sebagai bagian dari pengurangan emisi yang
dihasilkan oleh aktivitas proyek. Penghematan energi merupakan bagian penting dari mencegah
atau mengurangi perubahan iklim.
a.
Tujuan
i.
Mendorong konservasi energi sebagai upaya penghematan dalam pemakaian sumber
daya dalam upaya perlindungan sumber daya alam dan mendorong penggunaan sumber
daya secara terencana dan terarah secara berkelanjutan.
ii.
Mendorong pembangunan berkelanjutan dan penggunaan energi melalui penerapanpenerapan konservasi yang terintegrasi dengan prioritas pembangunan.
iii. Mendorong pembangunan fasilitas energi hijau yang ramah lingkungan dalam upaya
peningkatan energi baru dan terbarukan.
b.
Lingkup Penerapan
Penerapan elemen ini dilakukan dalam proses Penilaian Lingkungan dan Sosial sebagai
pemenuhan ketentuan-ketentuan dalam standar yang dikelola melalui Sistem Manajemen
Lingkungan dan Sosial yang diatur dalam Peraturan Perundang-undangan Negara yang
berkaitan dengan konservasi energi dan energi hijau ramah lingkungan serta energi baru dan
terbarukan.
Pedoman ESS Proyek Multilateral
29
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
Tanggal Ditetapkan:
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN
LINGKUNGAN DAN SOSIAL
c.
BAB - IV
Ketentuan
i.
Konservasi Energi
Konservasi (penghematan) energi adalah tindakan mengurangi jumlah penggunaan
energi atau penggunaan energi yang optimal sesuai dengan kebutuhan, sehingga akan
menurunkan biaya energi yang dikeluarkan. Penghematan energi dapat dicapai dengan
penggunaan energi secara efisien dimana manfaat yang sama diperoleh dengan
menggunakan energi lebih sedikit, ataupun dengan mengurangi konsumsi dan kegiatan
proyek yang menggunakan energi. Penghematan energi dapat menyebabkan
berkurangnya biaya serta meningkatnya nilai lingkungan dan sosial.
ii.
Energi Ramah Lingkungan
Penghematan energi juga memudahkan digantinya sumber-sumber tak dapat
diperbaharui dengan sumber-sumber yang dapat diperbaharui. Penghematan energi
sering merupakan cara paling ekonomis dalam menghadapi kekurangan energi dan
merupakan cara yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan meningkatkan
produksi energi. Semakin terbatasnya sumber daya alam, krisis energi, dan menurunnya
daya dukung lingkungan, maka tuntutan untuk mengembangkan industri yang ramah
lingkungan atau yang dikenal dengan istilah energi hijau yang ramah lingkungan telah
menjadi isu penting sebagai upaya kebijakan untuk mengatasi kelangkaan energi yang
semakin parah dan pertumbuhan energi yang sangat tinggi. Pengembangan sumbersumber energi alternatif yang tentunya bersifat baru dan terbarukan dan ramah
lingkungan juga mutlak didorong untuk digalakkan.
10. Konsultasi dan Penanganan Keluhan
Elemen kesepuluh menjelaskan tentang konsultasi dan penanganan keluhan, sesuai dengan
tatacara yang didasari oleh pemberian informasi kepada stakeholders suatu proyek dalam:
-
Perancangan, pelaksanaan, dan pemantauan langkah-langkah untuk menghindari dampak
merugikan pada mereka, atau, jika penghindaran tidak memungkinkan, untuk
meminimalkan, meredam dan memberikan ganti rugi atas dampak-dampak seperti itu;
-
Menginformasikan manfaat proyek pada mereka dengan cara yang sesuai dengan adat dan
budaya masyarakat;
-
Memberikan pengungkapan informasi yang relevan dan memadai, tepat pada waktunya, bisa
dipahami, dan langsung bisa dijangkau oleh penduduk yang terkena dampak;
-
Dilakukan dalam suasana yang bebas dari intimidasi atau pemaksaaan;
-
Terbuka dan tidak mendiskriminasikan gender, serta disesuaikan dengan adat budaya
setempat.
Pedoman ESS Proyek Multilateral
30
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN
LINGKUNGAN DAN SOSIAL
a.
Tanggal Ditetapkan:
BAB - IV
Tujuan
i.
Medorong keterbukaan informasi dan mendorong peran serta masyarakat serta
stakeholders lainnya sebagai upaya konsultasi dalam kesetaran yang saling
menguntungkan.
ii.
Mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan berkelanjutan di wilayah yang
terkena dampak.
iii. Sebagai upaya yang memfasilitasi budaya musyawarah untuk mufakat pada proyek dan
masyarakat yang terkena dampak sebagai mekanisme penanganan keluhan.
b.
Lingkup Penerapan
Penerapan Elemen ini dilakukan dalam proses Penilaian Lingkungan dan Sosial sebagai
pemenuhan ketentuan-ketentuan dalam standar yang dikelola melalui Sistem Manajemen
Lingkungan dan Sosial yang diatur dalam Peraturan Perundang-undangan Negara yang
berkaitan dengan keterbukaan informasi, musyawarah dan mufakat, serta aturan kebebasan
mengungkapkan pendapat.
c.
Ketentuan
i.
Mekanisme Konsultasi
Proyek membentuk suatu mekanisme konsultasi dengan pemerintah daerah dan keluhan
Penduduk atau Masyarakat tempatan yang terkena dampak. Mekanisme konsultasi
tersebut tidak boleh menghambat akses ke penyelesaian secara hukum atau
administratif di suatu daerah. Penduduk dan/atau Masyarakat tempatan yang terkena
dampak akan diberi informasi tentang mekanisme tersebut dengan semestinya. Jika
Penduduk atau Masyarakat yang terkena dampak mempunyai perbedaan pendapat dan
ketidaksepakatan tentang proyek, maka Manajemen Proyek melakukan perundingan
dengan baik untuk memecahkan perbedaan dan ketidaksepakatan tersebut melalui
upaya konsultasi yang dibentuk yang bisa difasilitasi oleh pemerintah daerah setempat.
ii.
Mekanisme Penanganan Keluhan
Proyek membentuk suatu mekanisme untuk menerima dan memfasilitasi pemecahan
permasalahan, komplain, dan keluhan Penduduk atau Masyarakat tempatan yang
terkena dampak. Mekanisme penanganan keluhan harus mempunyai skala yang
sebanding dengan dampak yang ditimbulkan proyek dan bisa menjawab permasalahan
dan keluhan dengan cepat dengan menggunakan satu proses yang bisa dipahami dan
transparan yang selaras dengan budaya, peka gender, dan langsung bisa dijangkau oleh
Penduduk dan/atau Masyarakat tempatan yang terkena dampak tanpa mengeluarkan
biaya. Mekanisme tersebut tidak boleh menghambat akses ke penyelesaian secara
hukum atau administratif di suatu daerah. Penduduk dan/atau Masyarakat tempatan
yang terkena dampak akan diberi informasi tentang mekanisme tersebut dengan
semestinya.
Pedoman ESS Proyek Multilateral
31
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN
LINGKUNGAN DAN SOSIAL
Tanggal Ditetapkan:
BAB - IV
iii. Pengungkapan Informasi
Proyek akan memberikan informasi yang relevan, termasuk informasi dari dokumendokumen proyek pengelolaan Lingkungan dan sosial sesuai dengan aturan perundangan
yang berlaku ke tempat-tempat yang telah ditentukan. Jika penduduk atau Masyarakat
tempatan yang terkena dampak dan para pemangku kepentingan lainnya tidak
mempunyai kemampuan baca tulis, metode-metode komunikasi lain yang tepat akan
digunakan.
iv. Monitoring dan Pelaporan
Proyek harus menyusun laporan-laporan pemantauan berkala tentang pengelolaan
lingkungan dan sosial sesuai dengan aturan perundangan yang berlaku serta memasukan
masalah-masalah kepatuhan dan tindakan-tindakan perbaikan secara transparan.
Pedoman ESS Proyek Multilateral
32
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
PENUTUP
Tanggal Ditetapkan:
BAB - V
BAB V – PENUTUP
Pedoman ini berlaku efektif sejak tanggal penetapan Peraturan Direksinya. Hal-hal yang belum diatur
dalam Pedoman ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam manual/petunjuk teknis pelaksanaan.
Pada saat Pedoman ini berlaku, ketentuan-ketentuan yang bertentangan dengan ketentuan dalam
pedoman ini dinyatakan tidak berlaku lagi.
Diusulkan Oleh
Diperiksa Oleh
Farida Zaituni
Divisi ESSBCM
Muhammad Oriza
Plt. Kepala Divisi ESSBCM
Pedoman ESS Proyek Multilateral
33
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
LAMPIRAN I – DAFTAR PERATURAN
REPUBLIK INDONESIA TERKAIT
LINGKUNGAN, KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA SERTA SOSIAL
Tanggal Ditetapkan:
BAB - VI
BAB VI - LAMPIRAN
Lampiran I - Daftar Peraturan Republik Indonesia terkait Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta Sosial
Daftar Peraturan – Berlaku untuk semua sektor
1.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
3.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
4.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
5.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
6.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita (Convension on The Elimination
of All Forms of Discrimination Againts Women).
7.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations
Framework Convention on Climate Change.
8.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2004 tentang Ratifikasi Kyoto Protocol to
the United Nations Framework Convention on Climate Change.
9.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial.
10. Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejaheraan Sosial.
11. Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 tahun 2000 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No.
182 Tahun 1999 mengenai Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk
Pekerjaan Terburuk untuk Anak.
12. Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan menyampaikan
Pendapat di Muka Umum.
13. Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1992 tentang Kependudukan dan Keluarga
Sejahtera.
14. Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang.
15. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi
Internasional mengenai Keanekaragaman Hayati (United Nation Convention on Biological
Diversity).
16. Undang-Undang Republik Indonesia No. 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air.
17. Undang-Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
18. Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
19. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Pedoman ESS Proyek Multilateral
34
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
LAMPIRAN I – DAFTAR PERATURAN
REPUBLIK INDONESIA TERKAIT
LINGKUNGAN, KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA SERTA SOSIAL
Tanggal Ditetapkan:
BAB - VI
Daftar Peraturan – Berlaku untuk semua sektor
Alam Hayati dan Ekosistemnya.
20. Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UndangUndang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
21. Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
22. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi.
23. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah
Berbahaya dan Beracun (B3).
24. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2001 tentang Bahan Berbahaya
Beracun (B3).
25. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
26. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
27. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
28. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.
29. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan
Berbahaya Beracun.
30. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 61 Tahun 2012 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan.
31. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan
Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
32. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan
dan/atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan/atau
Lahan.
33. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional.
34. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 38 Tahun 2011 tentang Sungai.
35. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha
dan/atau Aktivitas Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
36. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 16 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.
37. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pedoman ESS Proyek Multilateral
35
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
LAMPIRAN I – DAFTAR PERATURAN
REPUBLIK INDONESIA TERKAIT
LINGKUNGAN, KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA SERTA SOSIAL
Tanggal Ditetapkan:
BAB - VI
Daftar Peraturan – Berlaku untuk semua sektor
Keterlibatan Masyarakat dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup dan Izin
Lingkungan.
38. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 18 Tahun 2009 tentang Tata Cara Perizinan
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
39. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2015 tentang Baku Mutu Air
Limbah.
40. Peraturan Menteri Kehutanan P.16/Menhut-II/2014 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan
Hutan.
41. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 2 Tahun 1992 tentang Tata Cara Penunjukan, Kewajiban
dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
42. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 3 Tahun 1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan
Pemeriksaan Kecelakaan.
43. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 75 Tahun 2002 tentang Pemberlakuan ELEMEN
Nasional Indonesia (SNI) No SNI-04-0225-2000 Mengenai Persyaratan Umum Instalasi
Listrik 2000 (PUIL 2000) di Tempat Kerja.
44. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja.
45. Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
46. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996 tentang Baku
Tingkat Kebisingan.
47. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-49/MENLH/11/1996 tentang Baku
Tingkat Getaran.
48. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-50/MENLH/11/1996 tentang Baku
Tingkat Kebauan.
49. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum RI No 174 Tahun
1986 No 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Aktivitas
Konstruksi.
50. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan
Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL).
51. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2000 tentang Panduan
Penyusunan Dokumen AMDAL Kegiatan Pembangunan di Daerah Lahan Basah.
Pedoman ESS Proyek Multilateral
36
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
Tanggal Ditetapkan:
LAMPIRAN I – DAFTAR PERATURAN
REPUBLIK INDONESIA TERKAIT
LINGKUNGAN, KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA SERTA SOSIAL
BAB - VI
Daftar Peraturan – Berlaku khusus untuk sektor Kelistrikan
1.
Undang-Undang No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan.
2.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik juncto Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 23 Tahun
2014 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan
Usaha Penyediaan Tenaga Listrik.
3.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 8 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Usaha dan/atau Aktivitas Pembangkit Listrik Tenaga Termal.
4.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 21 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Emisi
Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha dan/atau Aktivitas Pembangkit Tenaga Listrik Termal
5.
Peraturan Menteri Kehutanan No. P.64/Menhut-II/2013 tentang Pemanfaatan Air dan Energi
Air di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam.
6.
Peraturan Menteri Kehutanan No. P.85/Menhut-II/2014 tentang Tata Cara Kerjasama
Penyelenggaraan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
7.
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No. 35 Tahun 2013 tentang
Tata Cara Perizinan Usaha Ketenagalistrikan.
8.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) No. 27/PRT/M/2015
tentang Bendungan.
9.
Peraturan Menteri ESDM No. 27 Tahun 2014 tentang Pembelian Tenaga Listrik dari
Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa dan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas oleh PT PLN
(Persero).
10. Peraturan Menteri ESDM No. 19 Tahun 2015 tentang Pembelian Tenaga Listrik dari
Pembangkit Listrik Tenaga Air dengan Kapasitas sampai dengan 10 MW oleh PT PLN
(Persero).
Daftar Peraturan – Berlaku khusus untuk sektor Minyak dan Gas Bumi serta Panas Bumi
1.
Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.
2.
Undang-Undang No. 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi.
3.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 19 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air
Limbah bagi Usaha dan/atau Aktivitas Minyak dan Gas serta Panas Bumi.
4.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Emisi
Sumber Tidak Bergerak bagi Usaha dan/atau Aktivitas Minyak dan Gas Bumi.
5.
Peraturan Menteri ESDM No. 45 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Lumpur Bor, Limbah
Lumpur dan Serbuk Bor pada Kegiatan Pengeboran Minyak dan Gas Bumi.
Pedoman ESS Proyek Multilateral
37
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
Tanggal Ditetapkan:
LAMPIRAN I – DAFTAR PERATURAN
REPUBLIK INDONESIA TERKAIT
LINGKUNGAN, KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA SERTA SOSIAL
BAB - VI
6.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2007 tentang Persyaratan dan
Tata Cara Pengelolaan Air Limbah bagi Usaha dan/atau Aktivitas Hulu Minyak dan Gas
serta Panas Bumi dengan Cara Injeksi.
7.
Peraturan Menteri ESDM No. 20 Tahun 2008 tentang Pemberlakuan ELEMEN Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia di Bidang Usaha Minyak dan Gas Bumi Secara Wajib.
8.
Peraturan Menteri ESDM No. 11 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kegiatan
Panas Bumi.
9.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air
Laut.
Daftar Peraturan – Berlaku khusus untuk sektor Transportasi
1.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan
Perkeretaapian.
2.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan
Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara.
3.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Limbah
di Pelabuhan.
4.
Peraturan Menteri Kehutanan No. P.85/Menhut-II/2014 tentang Tata Cara Kerjasama
Penyelenggaraan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
5.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air
Laut.
Daftar Peraturan – Berlaku khusus untuk sektor Air Minum
1.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 12 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air
Minum.
2.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas
Air Minum.
3.
Peraturan Menteri PUPR No. 27/PRT/M/2015 tentang Bendungan.
4.
Peraturan Menteri Kehutanan No. P.64/Menhut-II/2013 tentang Pemanfaatan Air dan Energi
Air di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam.
Daftar Peraturan – Berlaku khusus untuk sektor Jalan
1.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan.
2.
Peraturan Menteri Kehutanan No. P.85/Menhut-II/2014 tentang Tata Cara Kerjasama
Penyelenggaraan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
Pedoman ESS Proyek Multilateral
38
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
LAMPIRAN I – DAFTAR PERATURAN
REPUBLIK INDONESIA TERKAIT
LINGKUNGAN, KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA SERTA SOSIAL
Tanggal Ditetapkan:
BAB - VI
Daftar Peraturan – Berlaku khusus untuk sektor Telekomunikasi
1.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi.
2.
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 02/PER/M.KOMINFO/3/2008 tentang
Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi.
3.
Peraturan Menteri Kehutanan No. P.85/Menhut-II/2014 tentang Tata Cara Kerjasama
Penyelenggaraan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
Daftar Peraturan – Berlaku khusus untuk sektor Bendungan
1.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 37 Tahun 2010 tentang Bendungan.
2.
Peraturan Menteri PUPR No. 27/PRT/M/2015 tentang Bendungan.
Daftar Peraturan – Berlaku khusus untuk sektor Pengairan/Irigasi
1.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi.
2.
Peraturan Menteri PUPR No. 30/PRT/M/2015 tentang Pengembangan dan Pengelolaan
Sistem Irigasi.
3.
Peraturan Menteri Pertanian No. 79/PERMENTAN/OT.140/12/2012 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air.
Daftar Peraturan – Berlaku khusus untuk sektor Air Limbah
1.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik.
Daftar Peraturan – Berlaku khusus untuk sektor Kawasan Industri, Permukiman,
Perkantoran, dan Perniagaan
1.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri.
2.
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan
Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern.
3.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 3 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Kawasan Industri.
4.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 2000 tentang Panduan
Penyusunan AMDAL Kegiatan Pembangunan Permukiman Terpadu.
5.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik.
Pedoman ESS Proyek Multilateral
39
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
LAMPIRAN I – DAFTAR PERATURAN
REPUBLIK INDONESIA TERKAIT
LINGKUNGAN, KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA SERTA SOSIAL
Tanggal Ditetapkan:
BAB - VI
Daftar Peraturan – Berlaku khusus untuk sektor Rumah Sakit
1.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah
Sakit.
2.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
3.
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Pedoman ESS Proyek Multilateral
40
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
Tanggal Ditetapkan:
LAMPIRAN II – OUTLINE
LAPORAN ESDD
BAB - VI
Lampiran II - Outline Laporan Environmental and Social Due Diligence
Outline Laporan ESDD
1.
Latar Belakang
2.
Tujuan
3.
Deskripsi Proyek
4.
Status Perizinan Lingkungan, dan Sosial
5.
Pengelolaan Isu Lingkungan:
a. Pengelolaan Emisi
b. Pengelolaan Air
c. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
d. Pengelolaan Limbah Cair
e. Pengelolaan Limbah Domestik
f.
Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun
g. Pengelolaan Keanekaragaman Hayati
h. Program Konservasi Energi
6.
Pengelolaan Potensi Bencana Alam:
a. Potensi Longsor
b. Potensi Banjir
c. Potensi Gempa Bumi
d. Potensi Bencana Alam Lainnya
7.
Pengelolaan Keselamatan, Kesehatan dan Keamanan:
a. Kebijakan dan Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja
b. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
8.
Pengelolaan Isu Sosial:
a. Program Konsultasi dan Komunikasi dengan Masyarakat dan Pemerintah
b. Penanganan keluhan dan Penyelesaian keluhan
c. Pengelolaan Masyarakat Adat / Masyarakat Tempatan
d. Pengelolaan Cagar Budaya
e. Program Bina Lingkungan Corporate Social Responsibility
Pedoman ESS Proyek Multilateral
41
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
Tanggal Ditetapkan:
LAMPIRAN II – OUTLINE
LAPORAN ESDD
9.
BAB - VI
Pengelolaan Ketenagakerjaan
a. Penanganan Ketenagakerjaan
b. Pengeloaan Lingkungan Kerja
10. Pengelolaan Pengadaan Lahan:
a. Persoalan Pengadaan Lahan
b. Pemindahan Penduduk
11. Kesimpulan Status Pengelolaan Perlindungan Lingkungan dan Sosial
12. Corrective Action Plan
Pedoman ESS Proyek Multilateral
42
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
Tanggal Ditetapkan:
LAMPIRAN III – EXCLUSION LIST
BAB - VI
Lampiran III – Exclusion List
Daftar Pengecualian (Exclusion List) Pembiayaan dan Investasi, Pengembangan Proyek, dan Pemberian
Jasa Konsultasi adalah sebagai berikut:
1.
Produksi atau jual beli segala jenis produk atau aktivitas yang dianggap ilegal berdasarkan undangundang dan peraturan Negara atau konvensi dan perjanjian internasional atau subyek yang dilarang
secara internasional, seperti obat-obatan terlarang, pestisida/herbisida, zat perusak ozon,
polychlorinated biphenyls (PCBs), margasatwa atau produk yang diatur dalam Convention on
International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES).
2.
Produksi atau jual beli senjata dan amunisi.
3.
Produksi atau jual beli minuman beralkohol (tidak termasuk bir dan anggur).
4.
Produksi atau jual beli tembakau.
5.
Judi, Kasino dan perusahaan sejenis.
6.
Produksi atau jual beli bahan radioaktif. Tidak termasuk produksi atau jual beli untuk alat medis,
alat quality control (pengukuran) dan peralatan lainya dalam jumlah yang sangat kecil dan/atau
cukup terlindungi.
7.
Produksi atau jual beli serat asbestos yang tidak terikat. Tidak termasuk pembelian atau
penggunaan lembaran asbestos semen yang terikat dengan konsentrasi asbestos kurang dari 20%.
8.
Drift net fishing di dalam lingkungan perairan menggunakan jaring yang panjangnya lebih dari 2.5
km.
9.
Produksi atau aktivitas yang terkait dengan eksploitasi dan pekerjaan berbahaya oleh pekerja
paksa1/ pekerja anak2.
10. Perdagangan hasil operasional penebangan hutan untuk digunakan yang berasal dari hutan hujan
tropis.
11. Produksi atau jual beli kayu atau hasil produksi hutan lainnya selain dari hutan yang dikelola secara
berkesinambungan.
12. Aktivitas bisnis yang berhubungan dengan pornografi dan prostitusi.
13. Perusakan terhadap habitat yang kritis.
14. Perdagangan lintas-batas untuk limbah dan produknya, kecuali sesuai dengan Konvensi Bassel dan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
15. Produksi dan distribusi barang dan media yang bersifat rasis, anti demokrasi dan/atau sentimen
kelompok tertentu.
16. Produksi dan distribusi barang dan media yang bersifat radikalisme keagamaan.
1
2
Pekerja paksa adalah suatu pekerjaan atau jasa yang dikerjakan secara tidak sukarela dari seseorang dibawah ancaman kekuatan atau finalti
Pekerja anak adalah mempekerjakan anak yang secara ekonomi diekploitasi ataupun membahayakan anak tersebut atau mengganggu pendidikan anak atau
berbahaya untuk kesehatan anak ataupun perkembangan fisik, mental, spiritual, moral dan sosial anak
Pedoman ESS Proyek Multilateral
43
Tanggal Ditetapkan:
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
LAMPIRAN IV – ENVIRONMENTAL AND
SOCIAL ASSESSMENT CHECKLIST
Lampiran IV – Environmental
BAB - VI
and Social Assessment Checklist
ENVIRONMENTAL AND SOCIAL ASSESSMENT CHECKLIST
Nama Proyek/Counterparty
Nama Pemerintah Daerah/
Counterparty
Deskripsi Proyek/Counterparty
:
:
Alamat Proyek/Counterparty
:
:
ENVIRONMENTAL ASSESSMENT CHECKLIST
PERIZINAN PROYEK
Keterangan
No.
Jenis Perizinan
1.
AMDAL / UKL – UPL / SPPL
2.
Izin Lokasi
3.
Izin Pembuangan Limbah B3
4.
Izin Penyimpanan Bahan B3
5.
Izin Pemanfaatan Air Tanah
6.
Izin Lainnya
Ya
Tidak
N/A
MITIGASI DAMPAK LINGKUNGAN
Komponen
Ya
Tidak
N/A
No.
1.
Hutan Lindung
2.
Area Resapan Air
3.
Pantai
4.
Sungai
5.
Danau
6.
Habitat Alam
7.
Cagar Alam
8.
Hutan Bakau
Pedoman ESS Proyek Multilateral
(Nomor, Tanggal
Penerbitan, Masa
Berlaku, dan Instansi
Penerbit Izin)
Keterangan
44
Tanggal Ditetapkan:
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
LAMPIRAN IV – ENVIRONMENTAL AND
SOCIAL ASSESSMENT CHECKLIST
9.
BAB - VI
MITIGASI DAMPAK LINGKUNGAN
Taman Nasional
10. Hutan Rakyat
11. Area Perlindungan Plasma Nutfah
12. Batu karang
13. Lainnya
SOCIAL ASSESSMENT CHECKLIST
Penggunaan Lahan, Pembebasan Lahan - Pemindahan Penduduk
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Komponen
Apakah
proyek
termasuk
pembebasan lahan hak milik
masyarakat?
Apakah
proyek
termasuk
pembebasan lahan hak milik
pemerintah?
Apakah ada rumah dan fasilitas
umum
masyarakat
yang
dipindahkan?
Apakah ada penduduk yang
dipindahkan?
Apakah penduduk kehilangan akses
ke mata pencahariannya?
Apakah
proyek
menyediakan
kesempatan
kerja
kepada
masyarakat
lokal,
termasuk
kesempatan
kerja
untuk
perempuan?
Apakah proyek memiliki perhatian
yang cukup untuk pengurangan
kemiskinan masyarakat setempat?
Jumlah keluarga di bawah garis
kemiskinan
yang
diajukan
memperoleh keuntungan dari
proyek
Apakah terdapat kelompok sosialbudaya tertentu di dalam area
proyek (kelompok suku, minoritas,
Pedoman ESS Proyek Multilateral
Ya
Tidak
N/A
Keterangan
45
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
LAMPIRAN IV – ENVIRONMENTAL AND
SOCIAL ASSESSMENT CHECKLIST
Tanggal Ditetapkan:
BAB - VI
Penggunaan Lahan, Pembebasan Lahan - Pemindahan Penduduk
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
atau masyarakat adat)?
Apakah
kelompok
tersebut
mengidentifikasikan dirinya sebagai
bagian dari kelompok sosial dan
budaya yang berbeda?
Apakah
kelompok
tersebut
memelihara
institusi
budaya,
ekonomi, sosial, dan politik yang
berbeda dengan masyarakat dan
budaya umumnya?
Apakah
kelompok
tersebut
berbicara dalam bahasa atau dialek
yang berbeda?
Apakah kelompok tersebut pernah
termarginalkan,
dilemahkan,
dikecualikan,
dan/atau
didiskriminasikan
secara
latar
belakang sejarah, sosial, dan
ekonomi?
Apakah proyek bermanfaat secara
langsung atau tidak langsung untuk
masyarakat adat dan masyarakat
tempatan?
Apakah proyek secara langsung atau
tidak langsung mempengaruhi
pelaksanaan
sosial-budaya
tradisional
dan
kepercayaan?
(Misalnya membesarkan anak,
kesehatan, pendidikan, kesenian,
dan pemerintahan)
Apakah proyek mempengaruhi
sistem penghidupan masyarakat
adat dan masyarakat tempatan?
(Misalnya
sistem
produksi
makanan, pengelolaan sumber
daya
alam,
kerajinan
dan
perdagangan, status tenaga kerja)
Apakah proyek berada di dalam
lahan yang ditempati, dimiliki, atau
digunakan oleh masyarakat adat
Pedoman ESS Proyek Multilateral
46
Tanggal Ditetapkan:
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
LAMPIRAN IV – ENVIRONMENTAL AND
SOCIAL ASSESSMENT CHECKLIST
BAB - VI
Penggunaan Lahan, Pembebasan Lahan - Pemindahan Penduduk
dan
masyarakat
tempatan,
dan/atau diklaim sebagai tanah
leluhur?
Suplai Air
No.
Proses
1.
Pengambilan
Air
2.
Pengolahan
Air
Deskripsi
Apakah
pengaruh
negatif
dari
pengambilan
air
permukaan
sudah
dievaluasi?
Apakah
penilaian
alur
lingkungan
yang sesuai sudah
dilakukan
untuk
menentukan
debit
pengambilan
air
yang sesuai?
Apakah suplai air
baku
memiliki
sumber polusi pada
hulunya
seperti
industri, pertanian,
air limbah domestik,
dan erosi tanah?
Apakah
sudah
dilakukan langkahlangkah antisipasi?
Apakah
proyek
menyebabkan
bahaya penurunan
tanah
akibat
pemompaan
air
tanah
secara
berlebihan?
Apakah air olahan
memenuhi standar
nasional?
Apakah
sudah
dilakukan langkahlangkah yang sesuai
Pedoman ESS Proyek Multilateral
Ya
Tidak
N/A
Keterangan
47
Tanggal Ditetapkan:
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
LAMPIRAN IV – ENVIRONMENTAL AND
SOCIAL ASSESSMENT CHECKLIST
No.
Proses
Deskripsi
untuk mengurangi
timbulan
residu
limbah padat dari
proses pengolahan
air?
Apakah efluen dari
proses pengolahan
air seperti filter
backwash,
reject
streams dari proses
filtrasi
membran,
dan brine streams
dari ion exchange
atau
proses
demineralisasi
memenuhi standar
nasional?
Apakah
sudah
dilakukan langkahlangkah
untuk
mencegah
dan
mengendalikan
bahaya
selama
penyimpanan
dan
penggunaan bahan
kimia berbahaya?
Apakah
terdapat
emisi cerobong dari
proses pengolahan
air? Apakah sudah
dilakukan langkahlangkah
mitigasi
terhadap
dampak
tersebut?
Apakah
fasilitas
pengolahan
air
berlokasi dalam area
yang
dilindungi?
Apakah
kegiatan
proyek
menyebabkan
kerusakan?
Apakah
fasilitas
pengolahan
air
Pedoman ESS Proyek Multilateral
Ya
Tidak
N/A
BAB - VI
Keterangan
48
Tanggal Ditetapkan:
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
LAMPIRAN IV – ENVIRONMENTAL AND
SOCIAL ASSESSMENT CHECKLIST
No.
Proses
3.
Distribusi Air
4.
Fasilitas
Pendukung
5.
Keselamatan
dan
Kesehatan
Deskripsi
berlokasi di dalam
area padat penduduk
atau
pada
area
dengan
kegiatan
pembangunan yang
tinggi?
Ya
Tidak
N/A
BAB - VI
Keterangan
Apakah
sudah
dibuat desain sistem
distribusi termasuk
pengecekan
dan
langkah-langkah
untuk
meminimalisasi
kebocoran
dan
kehilangan tekanan?
Apakah
air
pembuangan telah
memenuhi ketentuan
nasional?
Apakah
fasilitas
suplai air didukung
oleh jaringan air
yang cukup?
Apakah
potensi
gangguan
terkait
jalur transmisi dan
jalan akses sudah
dikelola
dengan
baik?
Apakah
kenaikan
suplai air didukung
oleh jaringan dan
fasilitas pengolahan
air limbah domestik
yang cukup?
Apakah
sudah
dilakukan langkahlangkah yang sesuai
untuk
mencegah,
meminimalisasi, dan
mitigasi
terhadap
bahaya keselamatan
Pedoman ESS Proyek Multilateral
49
Tanggal Ditetapkan:
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
LAMPIRAN IV – ENVIRONMENTAL AND
SOCIAL ASSESSMENT CHECKLIST
No.
Proses
Deskripsi
dan kesehatan kerja
pada proyek?
Air Limbah Domestik dan Sanitasi
No.
Proses
Deskripsi
Apakah disediakan
fasilitas
yang
memadai
untuk
Sistem On1.
penyimpanan,
site
penanganan,
dan
pengolahan
air
limbah domestik?
Apakah desain sistem
penyaluran air limbah
domestik memenuhi
standar nasional?
Apakah
sudah
Sistem
dilakukan
langkahSaluran Air
2.
langkah yang cukup
Limbah
untuk mencegah dan
Domestik
meminimalisasi
kebocoran dari sistem
penyaluran air limbah
domestik ke dalam
tanah?
Apakah air limbah
domestik
diolah
dengan
sesuai
sebelum dibuang ke
sistem
perairan?
Apakah
memenuhi
standar nasional?
Apakah lumpur yang
Pengolahan
ditimbulkan
dari
3.
Air Limbah
lokasi
pengolahan
Domestik
dibuang
sesuai
spesifikasi nasional?
Apakah
langkahlangkah yang cukup
telah dilakukan untuk
meminimalisasi bau
dari
fasilitas
pengolahan?
Pedoman ESS Proyek Multilateral
BAB - VI
Ya
Tidak
N/A
Keterangan
Ya
Tidak
N/A
Keterangan
50
Tanggal Ditetapkan:
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
LAMPIRAN IV – ENVIRONMENTAL AND
SOCIAL ASSESSMENT CHECKLIST
No.
4.
Proses
Air Limbah
Industri
Deskripsi
Apakah efluen dari
fasilitas pengolahan
memenuhi
standar
nasional
untuk
pembuangan
ke
dalam
sistem
perairan?
Apakah
telah
dilakukan langkahlangkah yang cukup
untuk
menghindari
dan mengendalikan
bahaya
selama
penyimpanan
dan
penggunaan
bahan
kimia berbahaya?
Apakah
langkahlangkah yang cukup
telah dilakukan untuk
menghindari overflow
dan banjir air limbah
yang belum diolah ke
properti masyarakat
sekitar?
Apakah
fasilitas
pengolahan
air
berlokasi di area yang
dilindungi? Apakah
kegiatan
proyek
menyebabkan
kerusakan terhadap
area tersebut?
Apakah
fasilitas
pengolahan
air
berlokasi di area
padat penduduk atau
area dengan kegiatan
pembangunan yang
tinggi?
Apakah air limbah
industri
diolah
dengan
memadai
sebelum dilepaskan
ke sistem penyaluran
Pedoman ESS Proyek Multilateral
Ya
Tidak
N/A
BAB - VI
Keterangan
51
Tanggal Ditetapkan:
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
LAMPIRAN IV – ENVIRONMENTAL AND
SOCIAL ASSESSMENT CHECKLIST
No.
5.
Proses
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja
Pengelolaan Limbah
No.
Proses
1.
Pengumpulan dan
Pengangkutan
2.
Penerimaan
Sampah,
BAB - VI
Deskripsi
air limbah atau sistem
perairan?
Apakah
efluen
memenuhi
standar nasional?
Apakah
telah
dilakukan langkahlangkah yang cukup
untuk
mencegah
kecelakaan
dan
cedera
terhadap
pekerja
ketika
bekerja?
Apakah
telah
dilakukan langkahlangkah
untuk
mencegah
bahaya
kimia
selama
penanganan
dan
penyimpanan bahan
kimia berbahaya?
Apakah disediakan
APD (Alat Pelindung
Diri) dan pelatihan
untuk pekerja dalam
menghindari bahaya?
Ya
Tidak
N/A
Keterangan
Deskripsi
Apakah
tempat
sampah dan layanan
pengumpulan sampah
tersedia
untuk
menghindari
pembuangan sampah
sembarangan
dan
secara
sembunyisembunyi?
Apakah
telah
dilakukan langkahlangkah
mitigasi
terhadap emisi udara?
Apakah
telah
dilakukan langkah-
Ya
Tidak
N/A
Keterangan
Pedoman ESS Proyek Multilateral
52
Tanggal Ditetapkan:
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
LAMPIRAN IV – ENVIRONMENTAL AND
SOCIAL ASSESSMENT CHECKLIST
No.
Proses
Bongkar
Muat,
Pemrosesan,
dan
Penyimpanan
3.
Pengolahan
Biologi
4.
Landfilling
Deskripsi
langkah
untuk
mencegah
perpindahan lindi ke
dalam tanah, air
permukaan, dan air
tanah?
Apakah
telah
dilakukan langkahlangkah
untuk
mencegah,
meminimalisasi, dan
mengendalikan
limbah proyek?
Apakah
telah
dilakukan langkahlangkah
untuk
mengendalikan lindi
dan air limpasan dari
area
penyimpanan
dan
pemrosesan
sampah?
Apakah
telah
dilakukan langkahlangkah
untuk
menghindari
pembakaran sampah?
Apakah
lokasi
landfill sesuai dengan
ketentuan nasional?
Apakah
sudah
dilakukan
pengumpulan,
pengolahan,
dan
pembuangan
lindi
dari landfill dengan
tepat?
Apakah
kuantitas
timbulan
lindi
dipantau
secara
periodik?
Apakah
sistem
pengumpulan
gas
landfill didesain dan
Pedoman ESS Proyek Multilateral
Ya
Tidak
N/A
BAB - VI
Keterangan
53
Tanggal Ditetapkan:
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
LAMPIRAN IV – ENVIRONMENTAL AND
SOCIAL ASSESSMENT CHECKLIST
No.
Proses
5.
Fasilitas
Insinerasi
6.
Kesehatan
dan
keselamatan
Deskripsi
dioperasikan sesuai
dengan
ketentuan
nasional?
Apakah
telah
dilakukan langkahlangkah
untuk
mencegah,
meminimalisasi, dan
mengendalikan
penyebaran sampah?
Apakah
terdapat
buffer zone di sekitar
landfill
yang
dipelihara
dengan
sesuai
untuk
mengurangi
gangguan?
Apakah
proyek
memiliki insinerator
limbah non-B3? Bila
ya, apakah sudah
memiliki izin yang
masih berlaku?
Apakah
emisi
cerobong
sudah
memenuhi ketentuan
izin dan peraturan
nasional?
Apakah abu dan
residu lain yang
dibuang
sesuai
dengan
ketentuan
nasional?
Apakah
telah
dilakukan langkahlangkah
untuk
meminimalisasi dan
mitigasi
terhadap
bahaya kesehatan dan
keselamatan terhadap
pekerja
dari
gas
beracun dan bahan
B3 di lokasi on site?
Pedoman ESS Proyek Multilateral
Ya
Tidak
N/A
BAB - VI
Keterangan
Nomor izin:
Tanggal penerbitan:
Masa berlaku:
Instansi penerbit:
54
Tanggal Ditetapkan:
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
LAMPIRAN IV – ENVIRONMENTAL AND
SOCIAL ASSESSMENT CHECKLIST
No.
Proses
Deskripsi
Apakah
sudah
dilakukan langkahlangkah yang cukup
untuk
melindungi
masyarakat dari bau,
asap
dari
api/kebakaran,
penyakit yang dibawa
oleh lalat, tikus,
serangga,
burung,
dll?
Ya
Tidak
BAB - VI
N/A
Keterangan
Limbah B3
No.
Proses
1.
Pengumpulan dan
Pengangkutan
2.
Penerimaan
Limbah,
Pembongkar
an Limbah,
Pemrosesan,
dan
Penyimpanan
Deskripsi
Apakah sudah dilakukan
langkah-langkah yang
cukup untuk mencegah
tumpahan
dan
terlepasnya limbah B3
ke lingkungan?
Apakah
pengemasan,
pelabelan,
dan
pengangkutan bahan B3
dan
limbah
B3
mengikuti
ketentuan
nasional?
Apakah limbah B3 yang
masuk diidentifikasi dan
diklasidikasi
secara
memadai
untuk
penyimpanan,
pengolahan,
dan
pembuangan?
Apakah sudah dilakukan
langkah-langkah untuk
mencegah tumpahan dan
tersepasnya limbah B3
selama
penyimpanan
dan penanganan limbah?
Apakah sudah dilakukan
langkah-langkah untuk
mencegah
dan
mengendalikan dalam
pemrosesan limbah?
Pedoman ESS Proyek Multilateral
Ya
Tidak
N/A
Keterangan
55
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
Tanggal Ditetapkan:
LAMPIRAN IV – ENVIRONMENTAL AND
SOCIAL ASSESSMENT CHECKLIST
No.
3.
4.
Proses
Pengolahan
secara
biologi dan
fisika-kimia
Fasilitas
Insinerasi
Deskripsi
Apakah
fasilitas
didesain
dan
dioperasikan
sesuai
dengan
peraturan
nasional yang berlaku?
Apakah sudah dilakukan
langkah-langkah untuk
mengendalikan lindi dan
air limpasan dari area
penyimpanan
dan
pemrosesan limbah B3?
Apakah
proyek
memiliki
insinerator
limbah B3? Bila ya,
apakah sudah memiliki
izin
yang
masih
berlaku?
Apakah emisi cerobong
sudah
memenuhi
ketentuan
izin
dan
peraturan nasional?
Apakah abu dan residu
lain yang dibuang sesuai
dengan
ketentuan
nasional?
Ya
Deskripsi
Ya
Akses Jalan
Komponen
No.
Lingkungan
1.
Ekologi
Tidak
BAB - VI
N/A
Keterangan
Nomor izin:
Tanggal
penerbitan:
Masa berlaku:
Instansi penerbit:
Tidak
N/A
Keterangan
Apakah proyek dekat
dengan atau melintasi
Kawasan
Hutan
Lindung?
Apakah proyek atau
kegiatannya
menyebabkan gangguan
terhadap habitat di
darat dan perairan? Bila
ya, apakah dampak
tersebut menyebabkan
 Fragmentasi habitat
hutan;
Pedoman ESS Proyek Multilateral
56
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
Tanggal Ditetapkan:
LAMPIRAN IV – ENVIRONMENTAL AND
SOCIAL ASSESSMENT CHECKLIST
No.
Komponen
Lingkungan
Deskripsi



2.
Hidrologi
Ya
Tidak
BAB - VI
N/A
Keterangan
Kehilangan
lokasi
sarang spesies yang
langka,
terancam,
atau dalam keadaan
bahaya
dan/atau
keanekaragaman
hayati
yang
tinggi/habitat yang
sensitif; gangguan
terhadap
anak
sungai;
Menciptakan barrier
terhadap
pergerakan habitat
liar;
Gangguan visual dan
audio sehubungan
dengan
adanya
mesin,
pekerjaan
konstruksi,
dan
peralatan terkait
Apakah pada proyek
dilakukan pemeliharaan
rutin
vegetasi
dan
penanaman
kembali
yang
menyebabkan
kemungkinan
munculnya
spesies
baru?
Apakah
perubahan
topografi dan instalasi
komponen
proyek
seperti
terowongan
berdampak
negatif
terhadap aliran air
permukaan dan air
Pedoman ESS Proyek Multilateral
57
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
Tanggal Ditetapkan:
LAMPIRAN IV – ENVIRONMENTAL AND
SOCIAL ASSESSMENT CHECKLIST
No.
Komponen
Lingkungan
3.
Topografi
dan Geologi
4.
Banjir
5.
Limbah
6.
Kualitas
Udara
Deskripsi
Ya
Tidak
BAB - VI
N/A
Keterangan
tanah?
Apakah pada proyek
terdapat kegiatan yang
mungkin menyebabkan
kegagalan lereng dan
tanah longsor?
Apakah proyek atau
kegiatannya
menyebabkan
peningkatan debit air
limpasan
pada
permukaan tanah?
Apakah proyek atau
kegiatannya
menyebabkan timbulan
jenis limbah berikut
 Limbah padat yang
mungkin
timbul
selama
konstruksi
dan pemeliharaan
 Limbah vegetasi
 Sedimen dan lumpur
dari pemeliharaan
sistem
drainase
banjir
 Limbah
yang
ditimbulkan
dari
pemeliharaan jalan
dan jembatan
Apakah proyek akan
menyebabkan
peningkatan
polusi
udara lokal sehubungan
dengan
pekerjaan
penghancuran batu, cut
& fill, dan uap kimia dari
pemrosesan aspal?
Pedoman ESS Proyek Multilateral
58
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
Tanggal Ditetapkan:
LAMPIRAN IV – ENVIRONMENTAL AND
SOCIAL ASSESSMENT CHECKLIST
No.
Komponen
Lingkungan
7.
Kualitas Air
8.
Kesehatan
Masyarakat
9.
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja
Deskripsi
Ya
Tidak
BAB - VI
N/A
Keterangan
Apakah air limpasan
dari area cut & fill
menyebabkan degradasi
kualitas air pada badan
air hilir?
Apakah air limpasan
dari
jalan
mengkontaminasi
sumber air dan/atau air
tanah di sekitar area
proyek?
Apakah
proyek
menyebabkan
terbentuknya
perkembangbiakan
habitat temporer bagi
nyamuk sebagai vektor
penyakit?
Apakah terdapat risiko
kecelakaan terkait lalulintas kendaraan, yang
menyebabkan
kehilangan
nyawa
(masyarakat
sekitar
proyek)?
Apakah sudah dilakukan
langkah-langkah untuk
mencegah bahaya fisik
selama mengoperasikan
mesin, memindahkan
kendaraan,
serta
bekerja
di
elevasi
jembatan dan jembatan
penyeberangan?
Apakah sudah dilakukan
langkah-langkah yang
cukup untuk mencegah
bahaya
kimia
dari
kegiatan konstruksi dan
pemasangan ubin, emisi
Pedoman ESS Proyek Multilateral
59
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
Tanggal Ditetapkan:
LAMPIRAN IV – ENVIRONMENTAL AND
SOCIAL ASSESSMENT CHECKLIST
No.
Komponen
Lingkungan
Deskripsi
BAB - VI
Ya
Tidak
N/A
Keterangan
Ya
Tidak
N/A
Keterangan
cerobong dari alat berat
dan
kendaraan
bermotor
selama
kegiatan konstruksi dan
pemeliharaan?
Apakah sudah dilakukan
langkah-langkah untuk
mencegah
paparan
terhadap
tingkat
kebisingan yang tinggi
dari operasional alat
berat dan dari bekerja
dekat dengan lalu-lintas
kendaraan?
Kondisi Ambien
No.
1.
Proses
Kualitas
Udara
Ambien
Deskripsi
Apakah
emisi
dari
proyek dan kegiatan
pendukungnya
(transportasi alat berat,
bongkar
muat,
dll)
mempengaruhi kualitas
udara ambien secara
negatif? Apakah telah
dilakukan
langkahlangkah
mitigasi
terhadap
dampak
tersebut?
Apakah terdapat industri
lain yang berkontribusi
terhadap polusi udara di
sekitar area proyek?
Apakah proyek akan
menambah beban polusi
udara di area tersebut?
Apakah kualitas udara
ambien
proyek
memenuhi
standar
Pedoman ESS Proyek Multilateral
60
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
Tanggal Ditetapkan:
LAMPIRAN IV – ENVIRONMENTAL AND
SOCIAL ASSESSMENT CHECKLIST
No.
2.
Proses
Kebisingan
dan Getaran
Deskripsi
nasional?
Apakah buffer di sekitar
area proyek (pompa,
lokasi pengolahan air
bersih dan air limbah,
pembangkit listrik, serta
sistem dan peralatan
lainnya)
cukup
dipelihara
untuk
mengurangi kebisingan
dan getaran?
Apakah telah dilakukan
langkah-langkah
mitigasi
terhadap
kebisingan dan getaran
dari kegiatan mobilisasi
kendaraan dan alat
berat?
Apakah terdapat industri
lain yang berkontribusi
terhadap kebisingan dan
getaran di sekitar area
proyek?
Apakah
tingkat
kebisingan dan getaran
memenuhi
standar
nasional?
Ya
Tidak
BAB - VI
N/A
Keterangan
N/A
Keterangan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
No.
Proses
1.
Sistem
Manajemen
2.
Personil
3
Manhours
Deskripsi
Apakah proyek sudah
menerapkan SMK3?
Apakah sudah dilakukan
Audit/Evaluasi
SMK3
secara periodik?
Apakah proyek sudah
mempekerjakan personil
yang kompeten dalam
bidang SMK3 dan K3
yang terkait bidang
proyek?
Apakah proyek mencatat
Pedoman ESS Proyek Multilateral
Ya
Tidak
61
Tanggal Ditetapkan:
PEDOMAN ESS PROYEK
MULTILATERAL
LAMPIRAN IV – ENVIRONMENTAL AND
SOCIAL ASSESSMENT CHECKLIST
No.
4.
Proses
(Jam Kerja
Orang)
Kesiapsiagaan dan
Tanggap
Darurat
Deskripsi
jam kerja orang? bila iya
berapa jumlah saat ini,
bila tidak, mengapa tidak
mencatat
Apakah proyek sudah
memiliki
rencana
kesiapsiagaan
dan
tanggap darurat untuk
menghadapi
kondisi
darurat?
BAB - VI
Ya
Tidak
N/A
Keterangan
Ya
Tidak
N/A
Keterangan
Pemantauan dan Pelaporan
No.
1.
Proses
AMDAL /
UKL-UPL /
SPPL
Deskripsi
Apakah telah dilakukan
pengelolaan
dan
pemantauan lingkungan
secara periodik sesuai
ketentuan
dokumen
AMDAL/UKLUPL/SPPL yang telah
disahkan? Apakah telah
dilakukan
pelaporan
kepada
instansi
pemerintah
yang
berwenang?
……………….,…………2016
Dilaporkan oleh:
…………………………………
Pedoman ESS Proyek Multilateral
Disetujui oleh:
…………………………………
62
Download