BAB II KAJIAN PUSTAKA , KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pemasaran Menurut Rangkuti (2006, p48) Pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti sosial,budaya, politik, ekonomi dan manajerial. Akibat dari pengaruh berbagai faktor tersebut adalah masing-masing individu maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang memiliki nilai komoditas. Menurut Kotler (2004,p10) Pemasaran adalah proses sosial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain. Menurut Umar (2005,p31) Pemasaran meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha, yang bertujuan merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang atau jasa yang akan memuaskan kebutuhan pembeli baik yang aktual maupun uang potensial. Menurut Ali Hasan (2008,p1) Pemasaran merupakan konsep ilmu dalam strategi bisnis yang bertujuan untuk mencapai kepuasan berkelanjutan bagi stakeholder (pelanggan,karyawan,pemegang saham). Sebagai ilmu, marketing (pemasaran) merupakan ilmu pengetahuan yang obyektif, yang diperoleh dengan 7 8 penggunaan instrumen-instrumen tertentu untuk mengukur kinerja dari aktifitas bisnis dalam membentuk,mengembangkan,mengarahkan pertukaran yang saling menguntungkan dalam jangka panjang antara produsen dan konsumen atau pemakai. Berdasarkan definisi diatas, disimpulkan bahwa pengertian pemasaran adalah suatu kegiatan bisnis untuk menciptakan nilai yang terjadi antara pembelian konsumen terhadap suatu produk/jasa. Proses pemasaran dimulai dari mengetahui permintaan dan kebutuhan konsumen, mengukur kinerja serta kualitas produk, dan merencanakan strategi pemasaran yang efektif. 2.1.2 Jasa (Service) Menurut Rangkuti (2006, p26), Jasa merupakan pemberian suatu kinerja atau tindakan tak kasat mata dari suatu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya jasa diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan, dimana interaksi antara pemberian jasa dan penerima jasa mempengaruhi hasil jasa tersebut. Sedangkan Kotler dan Keller (2006, p372), Jasa adalah setiap tindakan atau kinerja yang ditawarkan oleh satu pihak ke pihak lain pada konsep yang tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan. Produk jasa dapat terikat atau tidak terikat pada suatu produk fisik. Sedangkan menurut Yamit (2004, p22) yang melakukan pengamatan atas jasa dan pelayanan dan mendefinisikan jasa pelayanan yaitu sekelompok manfaat 9 yang berdaya guna baik secara eksplisit atas kemudahan untuk mendapatkan barang maupun jasa pelayanan. Berdasarkan pada penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan Jasa merupakan suatu kinerja atau kegiatan yang tidak berwujud yang tidak mengakibatkan kepemilikan terhadap kualitas suatu jasa 2.1.2.1 Karakteristik Jasa Menurut (Tjiptono,2006) ada empat karakteristik pokok pada jasa yang membedakan nya dengan barang. Keempat karakteristik tersebut meliputi : 1. Intangibility Jasa berbeda dengan barang. Jika barang menggunakan suatu obyek, alat, atau benda, maka jasa adalah suatu perbuatan, kinerja (performance) atau usaha. Jasa bersifat Intangibel ,artinya tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, dicium, atau didengar sebelum dibeli. Konsep Intangibel ini sendiri memiliki dua pengertian (Tjiptono,2006,p16), yaitu: a. Sesuatu yang tidak dapat disentuh dan dirasa. b. Sesuatu yang tidak mudah didefenisikan, diformulasikan, atau dipahami secara rohaniah. Menurut Kotler dan Keller (2012, p380) suatu perusahaan dapat mendemonstrasikan kualitas pelayanan melalui physical eviden (bukti fisik) dan presentation (presentasi) melalui sejumlah alat strategi pemasaran yaitu : a. Place – exterior dan interior bersih, garis menunggu tidak terlalu panjang b. People- karyawan yang sibuk dapat mengelola dan mengatur beban kerja 10 c. Equipment- komputer, mesin fotokopi, dan meja d. Communication material – printer (dapat digunakan dengan cepat dan baik) 2. Inseparability Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa biasa nya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan. Interaksi di antara penyedia jasa dan konsumen merupakan ciri khusus dalam pemasaran jasa. Kedua nya mempengaruhi hasil (outcome) dari jasa tersebut. Dalam hubungan penyedia jasa dan konsumen ini, efektivitas individu yang menyampaikan jasa (contact personel) merupakan unsur penting. Dengan demikian, kunci keberhasilan bisnis jasa ada pada proses rekrutmen kompensasi, pelatihan, dan pengembangan karyawan. 3. Variability Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan nonstandarized output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan dan dimana jasa tersebut dihasilkan. Ada tiga faktor yang menyebabkan Variabilitas kualitas jasa (Tjiptono,2006,p17) yaitu kerjasama atau partisipasi konsumen selama penyampaian jasa, moral/motivasi karyawan dalam melayani konsumen, dan beban kerja perusahaan. Penyedia jasa dapat menggunakan tiga pendekatan dalam pengendalian kualitas nya, yaitu : a. Melakukan investasi dalam seleksi dan pelatihan personil yang baik. 11 b. Melakukan standarisasi proses pelaksanaan jasa (service performance process) . c. Memantau kepuasan konsumen melalui sistem saran dan keluhan, survey konsumen dan comparison shopping, sehingga pelayanan yang kurang baik dapt dideteksi dan dikoreksi. 4. Perishability Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan, dengan demikian bila suatu jasa tidak di gunakan, maka jasa tersebut akan berlalu begitu saja. Gambar 2.1: Karakteristik pelayanan Sumber : Kotler Philip, Amstrong Gary, Principles of Marketing, p269 12 2.1.2.2 Service Excellence Sehubungan dengan perasaan contact personel yang sangat penting dalam melakukan kualitas jasa, setiap perusahaan melakukan service excellence. Yang dimaksud dengan service excellence atau pelayanan yang unggul, yakni suatu sikap atau cara karyawan dalam melayani pelanggan secara memuaskan (Tjiptono,2006,p58). Secara garis besar ada empat unsur pokok dalam konsep ini, yaitu : 1. Kecepatan 2. Ketepatan 3. Keramahan 4. Kenyamanan Keempat komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang terintegrasi, maksudnya pelayanan atau jasa menjadi tidak excellence bila ada komponen yang kurang. 2.1.3 2.1.3.1 Kualitas Pelayanan Definisi Kualitas Menurut Tjiptono (2006, p59), Kualitas adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Sedangkan Menurut Kotler (2005, p310), Kualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuan nya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. 13 Menurut Garvin dalam (Tjiptono,2008) mendefenisikan kualitas ke dalam lima perspektif yaitu : 1. Transcendental approach Kualitas dipandang sebagai innate excellence, yaitu sesuatu yang secara bawaan tidak mungkin dikomunikasikan, contohnya kecantikan atau cinta. Perspektif ini mengatakan bahwa orang hanya bisa belajar memahami kualitas melalui pengalaman yang didapatkan dari eksposur berulang kali (repeated exposure). 2. Product-based approach Perspektif ini mengasumsikan bahwa kualitas adalah karakteristik, komponen atau atribut obyektif yang dapat dikuantitatifkan dan dapat diukur. Perbedaan dalam hal kualitas yang mencerminkan perbedaan dalam jumlah beberapa unsur atau atribut yang dimiliki produk. 3. User-based approach Perspektif ini didasari oleh pemikiran bahwa kualitas bergantung pada orang yang menilainya (eyes of the beholder), sehingga produk yang paling memuaskan preferensi seseorang (maximum satisfaction) merupakan produk yang berkualitas tinggi. 4. Manufacturing-based approach Perspektif ini bersifat supply-based dan lebih berfokus pada praktikpraktik perekayasaan dan pemanufakturan serta mendefenisikan kualitas sebagai kesesuaian atau kecocokan dengan persyaratan (conformance to 14 requirements). Dalam konteks bisnis jasa, kualitas berdasarkan perspektif ini cenderung bersifat opertions-driven. 5. Value-based approach Kualitas dipandang dari aspek nilai (value) dan harga (price). Dengan mempertimbangkan rade-off antara kinerja dan harga, kualitas didefenisikan sebagai affordable excellence, yakni tingkat kinerja terbaik atau yang sepandan dengan harga yang dibayarkan. Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa kualitas adalah suatu keseluruhan ciri atau sifat produk yang mempunyai nilai dan kinerja dalam memenuhi harapan pelanggan. Kualitas tidak hanya menekankan pada aspek hasil akhir, yaitu produk dan jasa tapi juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses dan kualitas lingkungan. 2.1.3.2 Definisi Pelayanan Menurut Hasibuan (2007,p152), Pelayanan adalah kegiatan pemberian jasa dari satu pihak ke pihak lainnya. Pelayanan yang baik adalah pelayanan yang dilakukan secara ramah tamah,adil, cepat, tepat dan dengan etika yang baik sehingga memenuhi kebutuhan dan kepuasan bagi yang menerimanya. Sedangkan Tjiptono (2006,p87) mendefenisikan pelayanan sebagai tindakan atau perbuatan seseorang atau organisasi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan. Pelayanan adalah suatu produk yang ditawarkan dan 15 disampaikan kepada pelanggan yang membutuhkan secara luas mencakup baik yang kelihatan (tangibles) maupun yang tidak kelihatan (intangibles). Sedangkan Kotler, Amstrong, Ang,dkk (2005,p220) mendefinisikan pelayanan adalah aktifitas atau untuk hal yang menguntungkan tetapi merupakan salah satu bagian penting yang ditawarkan dimana sifatnya tidak terlihat dan hasilnya tidak bersifat kepemilikan siapa pun. Pelayanan adalah sarana untuk mencapai kepuasan dan ikatan. Gerson (2002). Sedangkan Rangkuti (2006) mendefinisikan layanan atau service sebagai nilai yang berkaitan dengan pemberian jasa pelayanan kepada konsumen. Dari definisi diatas dapat diartikan pelayanan merupakan suatu kegiatan organisasi atau individu yang memiliki karakteristik jasa yang tidak dapat dirasakan secara fisik tetapi berupaya untuk memenuhi kepuasan dan permintaan pelanggan. 2.1.3.3 Definisi Kualitas Pelayanan Menurut Lupioyadi (2008,p181) mendefenisikan kualitas pelayanan sebagai faktor yang menentukan tingkat keberhasilan dan kualitas perusahaan dimana kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan yang berkualitas kepada konsumen dan sebagai strategi untuk mempertahankan diri dan mencapai kesuksesan dalam menghadapi persaingan. 16 Sedangkan Nasution (2004,p47) mendefinisikan kualitas pelayanan sebagai tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Berdasarkan definisi diatas, maka disimpulkan Kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan produk yang berpengaruh dari persepsi kinerja sesuai dengan yang diharapkan pelanggan. Pelanggan akan bertahan pada produk/jasa suatu perusahaan jika kualitas pelayanan yang diberikan sesuai dengan ekspektasi mereka. 2.1.3.4 Kesenjangan dalam pelayanan Sebelum konsumen membeli suatu jasa, mereka memiliki harapan mengenai kualitas pelayanan yang didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan pribadi, pengalaman sebelumnya, rekomendasi dari mulut ke mulut dan iklan.( Lovelock & Wright, 2005, p96-98). Setelah membeli dan menggunakan jasa tersebut, konsumen membandingkan kualitas yang diharapkan dengan apa yang benar-benar mereka terima. Kinerja yang mengejutkan dan melebihi apa yang mereka inginkan, akan dipandang memiliki kualitas yang lebih tinggi. Namun apabila kualitas berada dibawah tingkat yang diharapkan konsumen, perbedaan atau kesenjangan kualitas akan muncul, yaitu perbedaan antara kinerja pelayanan dan harapan-harapan konsumen. Kesenjangan pelayanan adalah hal yang penting, karena hal itulah yang merupakan penilaian konsumen secara keseluruhan terhadap apa yang diharapkan dibandingkan dengan apa yang diterima. Tujuan utama dalam meningkatkan kualitas pelayanan adalah memperkecil kesenjangan ini sedapat 17 mungkin. Berikut adalah jenis-jenis kesenjangan yang dapat timbul dalam kualitas pelayanan (Lovelock & Wright, 2005, p96-98) : 1. Kesenjangan Pengetahuan Perbedaan anatara apa yang diyakini perusahaan akan diharapkan konsumen dan kebutuhan dan harapan konsumen yang sesungguhnya. 2. Kesenjangan Standar Perbedaan antara persepsi manajemen terhadap harapan konsumen dan standar kualitas yang ditetapkan untuk penyerahan pelayanan. 3. Kesenjangan Penyerahan Perbedaan antara standar penyerahan yang ditentukan dan kinerja perusahaan yang sesungguhnya. 4. Kesenjangan Komunikasi Internal Perbedaan antara apa yang dianggap oleh iklan dan tenaga penjual perusahaan tersebut sebagai fitur produk, kinerja dan tingkat kualtas pelayanan dan apa yang benar-benar diinginkan oleh perusahaan. 5. Kesenjangan Persepsi Perbedaan persepsi antara apa yang benar-benar diserahkan dan apa yang dianggap konsumen telah mereka terima (karena mereka tidak dapat menilai kualitas pelayanan secara akurat). 6. Kesenjangan Interpretasi 18 Perbedaan antara apa yang sesungguhnya dijanjikan perusahaan dalam upaya-upaya komunikasinya dan apa yang konsumen pikir telah dijanjikan dalam komunikasi tersebut. 7. Kesenjangan Jasa Perbedaan antara apa yang diharapkan konsumen akan mereka terima dan persepsi mereka terhadap pelayanan yang benar-benar diserahkan. 2.1.3.5 Dimensi Kualitas Pelayanan Menurut acuan pada Lovelock (2007,p420), kualitas pelayanan memiliki 5 dimensi, yaitu : 1). Tangibles (appearance of physical elements) 2). Reliability (dependable,accurate performance) 3). Assurance (competence,courtesy,credibility, and security) 4). Empathy (easy access,good communications, and customer understanding) Menurut Parasuraman,Berry dan Zeithaml menerangkan lebih lanjut mengenai konsep kualitas pelayanan dalam A. James Fitzsimmons (2004, p132), yaitu : 1. Reliability (Kehandalan) Kemampuan untuk melakukan layanan yang dijanjikan secara baik dan dengan akurat. kinerja layanan handal adalah harapan pelanggan yang berarti bahwa layanan yang dilakukan tepat waktu, dengan cara yang sama dan tanpa kesalahan disetiap waktu. 19 2. Responsiveness (Ketanggapan) Kemauan untuk membantu pelanggan dan memberikan layanan yang cepat. pelanggan tetap menunggu, terutama tanpa alasan yang jelas, menciptakan persepsi negatif yang tidak perlu kualitas. 3. Assurance (Jaminan) Pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka untuk memyampaikan kepercayaan dan keyakinan. Dimensi jaminan mencakup beberapa fitur berikut : kompetensi untuk melakukan pelayanan, kesopanan dan rasa hormat terhadap pelanggan, komunikasi yang efektif dengan pelanggan dan sikap umum bahwa melayani pelanggan dengan baik hati. 4. Emphaty (Empati) penyediaan kepedulian, perhatian individual kepada pelanggan, empati mencakup beberapa fitur berikut : didekati, sensitivitas, dan usaha untuk memahami kebutuhan pelanggan. 5. Tangibles (Bukti fisik) penampilan fasilitas fisik, peralatan, personil, dan materi komunikasi. Kondisi lingkungan fisik (misalnya kebersihan) adalah bukti nyata dari perawatan dan perhatian terhadap detail yang ditunjukkan oleh penyedia layanan. 20 2.1.3.6 Konsep Pelayanan Berkualitas Albrcht dalam Yamit (2004, p23-24) mengemukakan bahwa terdapat dua konsep yang dapat digunakan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas. Dua konsep tersebut adalah : 1. Service Triangle adalah suatu model interaktif manajemen pelayanan yang menghubungkan antara perusahaan dengan konsumennya. Model tersebut terdiri dari tiga elemen dengan konsumen sebagai titik fokus, yaitu : a. Service Strategy, adalah strategi untuk memberikan pelayanan kepada konsumen dengan kualitas sebaik mungkin sesuai standar yang telah ditetapkan perusahaan. Standar pelayanan ditetapkan sesuai keinginan dan harapan konsumen sehingga tidak terjadi kesenjangan antara pelayanan yang diberikan dengan harapan konsumen. Strategi pelayanan harus juga dirumuskan dan diimplementasikan seefektif mungkin, sehingga mampu menciptakan pelayanan yang diberikan kepada konsumen tampil berbeda dengan para pesaingnya. Untuk merumuskan dan mengimplementasikan strategi pelayanan yang efektif, perusahaan harus fokus pada kepuasan konsumen sehingga perusahaan mampu membuat konsumen melakukan pembelian ulang bahkan meraih konsumen baru. b. Service People atau sumber daya manusia yang memberikan pelayanan, orang yang berinteraksi secara langsung maupun yang tidak berinteraksi secara langsung dengan konsumen harus memberikan pelayanan kepada konsumen secara tulus (emphaty), responsif, ramahm fokus dan menyadari bahwa kepuasan konsumen adalah segalanya. Untuk itu perusahaan harus 21 pula memperhatikan kebutuhan karyawannya dengan cara menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, rasa aman dalam bekerja, penghasilan yang wajar dan sistem penilaian kerja yang mampu menumbuhkan motivasi. Tidak ada gunanya jika perusahaan membuat strategi pelayanan dan menerapkannya secara aik untuk memuaskan konsumennya, sementara pada saat yang sama perusahaan gagal memberikan kepuasan kepada karyawannya, demikian pula sebaliknya. c. Service System atau sistem pelayanan adalah proses pelyanan kepada konsumen yang melibatkan seluruh aktivitas fisik termasuk sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan. Sistem pelayanan harus dibuat secara sederhana, tidak berbelit-belit dan sesuai standar yang telah ditetapkan perusahaan. Untuk itu perusahaan harus mampu mendesain ulang sistem pelayanannya, jika pelayanan yang diberikan tidak memuaskan konsumen. 2. Total Quality Service adalah kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan berkualitas kepada orang yang berkepentingan dengan pelayanan (stakeholders), yaitu konsumen, pegawai dan pemilik. Pelayanan mutu terpadu ini memiliki lima elemen penting yang saling terkai, yaitu : a. Market and Customer research adalah penelitian untuk mengetahui struktur pasar, segmen pasar, demografis, analisis pasar potensial, analisis kekuatan pasar, ,mengetahui harapan dan keinginan konsumen atas pelayanan yang diberikan. 22 b. Strategy formulation adalah petunjuk arah dalam memberikan pelayanan berkualitas kepada konsumen sehingga perusahaan dapat mempertahankan konsumen bahkan danpat meraih konsumen baru. c. Education, training and communication adalah tindakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar mampu memberikan pelayanan berkualtas, mampu memahami keinginan dan hrapan konsumen. d. Assesment, measurement, and feedback adalah penilaian dan pengukuran kinerja yang telah dicapai oleh karyawan atas pelayanan yang telah diberikan kepada konsumen. Penilaian ini menjadi dasar informasi baik kepada karyawan mengenai proses pelayanan apa,kapan, dan dimana yang perlu diperbaiki. 2.1.4 Merek (Brand) Merek adalah nama, istilah, tanda,simbol, rancangan, atau kombinasi halhal tersebut untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing dan merek merupakan nilai tangible dan intangible yang terwakili dalam sebua merek dagang (trademark) yang mampu menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri dipasar bila dikelola dengan tepat. (Duriant, Sugiarto & Budiman, 2004, p2). Sedangkan Susanto dan Wijanarko (2004, p5) mendefinisikan merek adalah nama atau simbol yang diasosiasikan dengan produk atau jasa yang menimbulkan arti psikologis atau kemasannya, termasuk apa yang ada di benak konsumen dan bagaimana konsumen mengasosiasikannya. Davis (2002) dalam International resarch Journal of finance and Economics 2012) mendefinisikan 23 Merek bukan hanya sekedar nama atau logo, tetapi menjadi suatu set harapan dan persepsi yang bangkit dari pengalaman produk atau organisasi. Menurut Hermawan Kertajaya (2004, p11), merek merupakan indikator value yang ditawarkan kepada pelanggan dengan memperkuat loyalitasnya. American Marketing Association mendefenisikan merek sebagai nama,istilah, tanda, simbol, atau desain kombinasi semuanya, yang dimaksudkan untuk mendefenisikan barang atau jasa seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari barang atau jasa pesaing. (Kotler,2005, p82). Merek dapat menjadi payung yang mampu mempresentasikan produk atau layanan anda. Meskipun merek adalah nama atau tanda tetapi merek mempunyai arti yang penting dalam pemasaran, karena merek sangat efektif sebagai alat untuk meningkatkan atau mempertahankan jumlah penjualan (Ambadar,Abidin, dan Isa,2007, p2-3). Berdasarkan pada penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan merek merupakan nama,simbol, dan desain dari trademark suatu produk/jasa yang digunakan untuk menciptakan nilai yang berbeda diantara para kompetitor. 2.1.4.1 Komponen Merek Merek memiliki empat komponen yang dijelaskan secarala luas menurut Moser (2008,p133), yaitu : a. Nilai Inti Nilai yang mendasari merek kita. Nilai inti adalah fondasi perusahaan dan pillar dari setiap pesan yang disampaikan. 24 b. Pesan Merek Keseluruhan pesan utama yang kita ingin komunikasikan. Semua pesan lain harus mendukung dan menambah kredibilitas pesan tersebut. c. Kepribadian Merek Keseluran karakter dan sikap yang kita gunakan untuk menyampaikan pesan kita. Kepribadian merek adalah komponen emosional utama yang menentukan apakah merek kita bisa disukai atau tidak. d. Ikon Merek Perangkat eksekusi yang digunakan untuk menyampaikan pesan merek dan kepribadian merekm misalnya warna, tipografi,pengisian suara, logo, layout, dan musik. Ikon merek adalah elemen-elemen yang membuat semua materi pemasaran unik. 2.1.4.2 Manfaat Merek (Brand) Menurut Kotler dalam Simamora (2003,p3) keberadaan merek bermanfaat untuk pembeli,perantara,produsen maupun publik. a. Bagi Pembeli, merek bermanfaat untuk menceritakan mutu dan membantu memberi perhatian terhadap produk-produk baru yang mungkin bermanfaat bagi mereka. b. Bagi masyarakat, merek bermanfaat dalam tiga hal. Pertama, pemberian merek memungkinkan mutu produk lebih terjamin dan lebih konsisten. Kedua, meningkatkan efisiensi pembelim karena merek dapat menyediakan informasi tentang produk baru karena produsen terdorong 25 menciptakan keunikan-keunikan baru guna mencegah peniruan dari pesaing. c. Bagi penjual, merek bermanfaat dalam empat hal. Pertama, memudahkan penjual mengolah pesanan dan menelusuri masalah-masalah yang timbul. Kedua, memungkinkan untuk menarik sekelompok pembeli yang setia dan menguntungkan. Keempat, membantu penjual melakukan segmentasi pasar. Sementara itu, Ambler dalam Tjiptono (2005, p21) mengelompokkan manfaat-manfaat merek ke dalam tiga kategori yaitu : a. Raritas (manfaat ekonomik atau value for money) b. Virtuositas (manfaat fungsional atau kualitas) c. Complacibilitas (manfaat psikologis atau kepuasan pribadi) Adapun fungsi brand bagi konsumen yaitu : Tabel 2.1 Fungsi Merek Bagi Konsumen NO. FUNGSI MANFAT BAGI PELANGGAN 1 Identifikasi Bisa dilihat dengan jelas ; memberikan makna bagi produk; mudah mengidentifikasi produk yang dibutuhkan atau dicari 2 Praktikalitas Memfasilitasi penghematan waktu dan energi melalui pembelian ulang identik dan loyalitas 3 Jaminan Memberikan jaminan bagi konsumen bahwa mereka bisa mendapatkan kualitas yang 26 sama meskipun pembelian dilakukan pada waktu dan ditempat yang berbeda 4 Optimisasi Memberikan kepastian bahwa konsumen dapat membeli alternatif terbaik dalam kategori produk tertenrtu dan pilihan terbaik untuk tujuan spesifik 5 Karakterisasi Mendapatkan konfirmasi mengenai citra diri yang ditampilkannya kepada orang lain 6 Kontinuitas Kepuasan terwujud melalui familiritas dan intimasi dengan merek yang telah digunakan atau dikonsumsi pelanggan selama bertahutahun 7. Hedonistik Kepuasan terkait dengan daya tarik merek, logo, dan komunikasinya 8. Etis Kepuasan berkaitan dengan perilaku bertanggung jawab merek bersangkutan dalam hubungannya dengan masyarakat. Sumber : Billson Simamora, 2004 2.1.4.3 Brand Trust Menurut Luarn dan Lin dalam Ferrinadewi (2008, p147), Kepercayaan adalah sejumlah keyakinan spesifik terhadap integritas (kejujuran pihak yang 27 dipercaya dan kemampuan menepati janji), benevolence (perhatian dan motivasi yang dipercaya untuk bertindak sesuai dengan kepentingan yang mempercayai mereka), competency (kemampuan pihak yang dipercaya untuk melaksanakan kebutuhan yang mempercayai) dan predictability (konsistensi perilaku pihak yang dipercaya). Sedangkan menurut Kumar (2008,p69) brand trust digambarkan sebagai kerelaan individu mempercayai kemampuan merek untuk memuaskan kebutuhannya. Dalam situasi ini dimana individu tidak dapat secara objektif mengevaluasi kualitas dari produk di muka, brand trust memainkan peranan penting dalam mengurangi ketidakpastian dalam pembelian. Brand trust berarti bahwa konsumen memiliki harapan positif dan menaruh keyakinan pada merek, berdasarkan hal tersebut konsumen akan memutuskan apakah akan menyelesaikan transaksi atau tidak. Ini menunjukkan bahwa brand trust mencakup niat untuk mempercayai dan memainkan peran fasilitator dalam proses pembelian (Luk dan Yip,2008,p453). Chi,Yeh,dan Chiou (2009,p231) mengusulkan bahwa brand trust berarti konsumen-konsumen yang percaya bahwa suatu merek spesifik akan menawarkan suatu produk yang sangat dapat diandalkan, seperti fungsi yang lengkap,jaminan kualitas, dan service setelah penjualan kepada mereka. Sedangkan Kautonen dan Karjaluoto (2008,p27) mendefenisikan brand trust sebagai perasaan aman konsumen dalam interaksinya dengan merek berdasarkan pada harapan pasti dari keandalan (reliability) dan tujuan (intentions) merek. 28 Berdasarkan pada penjelasan diatas, brand trust merupakan kepercayaan spesifik terhadap kinerja suatu merek yang menawarkan kehandalan dan jaminan kualitas serta mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. 2.1.4.4 Dimensi Brand Trust Menurut Delgado Ballester (2004) Brand Trust adalah harapan akan kehandalan dan intensi baik, merek karena itu kepercayaan merek merefleksikan 2 hal yakni brand reliability dan brand intensions. 1. Brand reliability atau kehandalan merek yang bersumber pada keyakinan konsumen bahwa produk tersebut mampu memenuhi nilai yang dijanjikan atau dengan kata lain persepsi bahwa merek tersebut mampu memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan. Brand reliability merupakan hal yang esensial bagi terciptanya kepercayaan terhadap merek karena kemampuan merek memenuhi nilai yang dijanjikannya akan membuat konsumen menaruh rasa yakin mendapatkan apa yang dibutuhkan dalam hal ini kebutuhan untuk keluar dari perasaan terancamnya. 2. Brand Intension didasarkan pada keyakinan konsumen bahwa merek tersebut mampu mengutamakan kepentingan konsumen ketika masalah dalam konsumsi produk muncul secara tidak terduga. Kedua komponen kepercayaan merek bersandar pada penilaian konsumen yang subjektif atau didasarkan pada persepsi masing-masing konsumen terhadap manfaat yang dapat diberikan produk atau merek. 29 2.1.4.5 Faktor- Faktor yang mempengaruhi Brand Trust Menurut Lau dan Lee dalam (Apriansyah,2010) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kepercayaan terhadap merek, yaitu : a. Brand characteristics mempunyai perasn yang sangat penting dalam menentukan pengambilan keputusan konsumen untuk mempercayai suatu merek. Hal ini disebabkan oleh konsumen melakukan penilaian sebelum membeli. Karakteristik merek yang berkait dengan kepercayaan merek memliputi dapat diramalkan, mempunyai reputasi, dan kompeten. b. Company characteristics yang ada dibalik suatu merek juga dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan konsumen terhadap merek tersebut. Pengetahuan konsumen tentang perusahaan yang ada dibalik merek suatu produk. Karakteristik ini meliputi reputasi suatu perusahaan, motivasi perusahaan yang diinginkan, dan integritas suuatu perusahaan. c. Consumer – Brand Characteristic merupakan dua kelompok yang saling mempengaruhi. Oleh sebab itu karakteristik konsumen – merek dapat mempengaruhi kepercayaan terhadap merek. Karakteristik ini meliputi kemiripan antara konsep emosional dengan kepribadian merek, kesukaan terhadap merek, dan pengalaman terhadap merek. Kerangka kepercayaan konsumen pada merek, yaitu : 30 Gambar 2.2 Kepercayaan konsumen pada Merek Sumber : Lau dan Lee dalam Arlan R. Tjahyadi (2006) 2.1. 5 L o yalitas Pelanggan 2.1.5.1 Pengertian Pelanggan Menurut Griffin (2005,p31) definisi Customer (pelanggan) memberikan pandangan mendalam yang penting untuk memahami mengapa perusahaan harus menciptakan dan memelihara pelanggan dan bukan hanya menarik pembeli. Definisi customer berasal dari custom, yang didefenisikan sebagai membuat sesuatu menjadi kebiasaan atau biasa dan mempraktikkan kebiasaan. Sedangkan pendapat Hurriyati (2008, p103-104) pelanggan dalam melakukan pembelian akan memperthitungkan penawaran yang akan memberikan nilai tinggi. Mereka menginginkan nilai maksimal, dengan dibatasi oleh biaya pencarian serta pengetahuan, mobilitas dan penghasilan yang terbatas, mereka membentuk suatu harapan akan nilai dan bertindak sesuai dengan hal itu. Pelanggan dapat memberikan persepsi kepada orang lain, tentang kualitas jasa yang pernah didapatnya dari sebuah perusahaan. 31 Berdasarkan definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pelanggan merupakan bagian terpenting dalam mengembangkan suatu perusahaan. Karena perusahaan yang mempunyai banyak pelanggan adalah mampu memuaskan keinginan dan kebutuhannya serta dapat memberikan informasi kepada orang lain mengenai kualitas produk atau jasa yang diberikan perusahaan tersebut. 2.1.6 Pengertian Loyalitas Pelanggan Menurut Hurriyati (2005,p129) loyalitas pelanggan adalah komitmen pelanggan bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang produk atau jasa terpilih secara konsisten dimasa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku. Sedangkan menurut Griffin (2005,p16), loyalitas pelanggan didasarkan pada wujud prilaku dari unit-unit pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian secara terus-menerus terhadap produk atau jasa suatu perusahaan yang dipilih. Sedangkan Utami (2006,p140) mendefinisikan bahwa pelanggan mempunyai komitmen akan kebutuhan dan mengabaikan aktivitas pesaing yang mencoba menarik pelanggan. Loyalitas pelanggan mencakup pembelian ulang, penolakan pesaing, tidak terpengaruh terhadap daya tarik barang lain, dan frekuensi rekomendasi kepada orang lain. (Alma,2005,p294). 32 Berdasarkan penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan loyalitas pelanggan merupakan prilaku atau tindakan yang dipengaruhi secara positif oleh kepuasan pelanggan setelah mengkonsumsi sebuah produk atau jasa serta membentuk komitmen dan kepercayaan pelanggan terhadap produk/jasa yang dikonsumsi dalam jangka panjang. Empat Jenis loyalitas yang berbeda muncul bila keterikatan rendah dan tinggi diklasifikasikan silang dengan pola pembelian ulang yang rendah dan tinggi dapat diuraikan sebagai berikut : • Tanpa Loyalitas Untuk berbagai alasan, beberapa konsumen tidak mengembangkan loyalitas produk atau jasa tertentu. • Loyalitas yang Lemah Ketertarikan yang rendah digabung dengan pembelian berulang yang tinggi menghasilkan loyalitas yang lemah (inertia loyalty). Konsumen ini akan membeli karena kebiasaan. Denga kata lain, faktor nonsikap dan faktor situasi merupakan alasan utama membeli. • Loyalitas tersembunyi Tingkat prefensi yang relatif tinggi digabung dengan tingkat pembelian yang rendah menunjukkan loyalitas tersembunyi (latent loyalty). • Loyalits premium Loyalitas premium, jenis loyalitas yang dapat ditingkatkan, terjadi bila ada tingkat ketertarikan yang tinggi dan tingkat pembelian berulang yang juga tinggi. Menurut Griffin (2005), tahapan loyalitas dibagi menjadi sebagai berikut : 33 • Tahap satu : suspect Orang yang mungkin membeli jasa anda disebut tersangka karena dipercaya atau menyangka mereka akan membeli tetapi masih belum cukup yakin. Atau semua orang yang mungkin akan membeli barang atau jasa perusahaan tetapi belum tahu apapun mengenai perusahaan dan barang atau jasa yang ditawarkan. • Tahap dua : prospect Prospek adalah orang yang membutuhkan produk atau jasa anda dan memiliki kemampuan membeli. Pada prospek ini, mereka telah mengetahui keberadaan perusahaan dan barang atu jasa yang ditawarkan, karena seseorang telah merekomendasikan barang atau jasa tersebut kepadanya. • Tahap tiga : prospek yang didiskualifikasi Prospek yang didiskualifikasi adalah prospek yang telah cukup dipelajari untuk mngetahui bahwa mereka tidak membutuhkan, atau tidak memiliki kemampuan membeli produk atau menggunakan jasa. • Tahap empat : konsumen pertama kali Konsumen pertama kali adalah orang yang telah membeli produk satu kali. Orang tersebut bisa jadi merupakan pelanggan dan juga sekaligus pesaing. • Tahap lima : konsumen berulang Konsumen berulang adalah orang-orang yang telah membeli produk atau menggunakan jasa yang kita jual lebih dari dua kali. Mereka mungkin telah membeli produk atau menggunakan jasa yang sama dua kali tau lebih. • Tahap enam : Client 34 Klien membeli apapun yang dijual dan dapat digunakan. Orang ini membeli secara teratur, memiliki hubungan kiat dan berlanjut, yang menjadikannya kebal terhadap tarikan pesaing. • Tahap tujuh : penganjur (advocate) Seperti klien, pendukung membeli apa pun yang dijual dan dapat digunakan serta membelinya secara teratur. Tetapi, penganjur juga mendorong orang lain untuk membeli, melakukan pemasaran dan membawa pelanggan. • Pelanggan atau klien yang hilang Seseorang yang pernah menjadi konsumen atau kloen tetapi belum membeli kembali dari sedikitnya dalam satu siklus pembelian yang normal. 2.1.6.1 Karakteristik Loyalitas Pelanggan Pelanggan yang loyal merupakan aset paling penting bagi perusahaan, hal ini dapat dilihat dari karakterisktik yang dimilikinya, sebagaimana diungkapkan oleh Griffin (2005, p31), pelanggan yang loyal memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Melakukan pembelian secara teratur (repeat purchase) Adalah pelanggan yang telah melakukan pembelian suatu produk sebanyak dua kali atau lebih. Mereka adalah yang melakukan pembelian atas produk yang sama sebanyak dua kali, atau membeli dua macam produk yang berbeda dalam dua kesempatan yang berbeda pula. 2. Membeli antar lini produk atau jasa (reward) 35 Adalah membeli semua barang atau jasa yang ditawarkan dan mereka butuhkan. Mereka membeli secara teratur, hubungan dengan jenis pelanggan ini sudah kuat dan berlangsung lama, yang membuat mereka tidak terpengaruhi oleh produk pesaing. 3. Merekomendasikan produk kepada orang lain (recommendation) Adalah membeli barang atau jasa yang ditawarkan dan yang Mereka butuhkan, serta melakukan pembelian secara teratur. Selain itu, mereka mendorong temanteman mereka agar membeli barang atau jasa perusahaan atau merekomendasikan perusahaan tersebut pada orang lain dengan begitu secara tidak langsung mereka telah melakukan pemasaran untuk perusahaan dan membawa konsumen untuk perusahaan. 4. Menunjukkan kekebalan dari daya tarik sejenis dan pesaing (refuse) Adalah tidak mudah terpengaruh tarikan pesaingan produk sejenis lainnya. Menurut Rambart Lupiyoadi (2006, p161), salah satu reaksi pelanggan apabila merasa puas adalah dengan tetap setia akan produk atau jasa tersebut, maka loyalitas konsumen mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : • Membicarakan hal-hal postitif kualitas jasa kepada orang lain • Merekomendasikan kualitas jasa kepada orang lain • Mendorong teman atau relasi bisinis untuk berbisnis dengan perusahaan tersebut • Mempertimbangkan perusahaan tersebut sebagai pilihan pertama dalam membeli dan menggunakan jasa. • Melakukan bisinis lebih banyak di waktu mendatang 36 Dick dan Basu dalam Francis Buttle (2006, p22) menggambarkan dua model dimensi loyalitas, yaitu : Gambar 2.3 Dua Model Dimensi Loyalitas Repeat Purchase Low Strong Loyal Laten Loyals Weak Spurious Loyalty No Loyalty 2.2 Kerangka Pemikiran Service Quality (X) • Reliability • Assurance • Tangibles • Emphaty • Responsiveness Sumber :Service Management. A. James Fitzsimmons 2004, p132 Brand Trust (Y) • Brand Reliability • Brand Intentions Sumber : Trust and new technologies:Marketing and Management Kautonen dan Karjaluoto. 2008 37 Loyalitas Pelanggan (Z) • Repurchase • Reward • Rekomendasi • Refuse Sumber : Customer Loyalty Griffin.2005 Sumber : Penulis, 2012 2.2.1 Hubungan antar Variabel 1) Hubungan variabel antara Service Quality pada Brand Trust Dalam Jurnal International Conference on Business,Economics and Tourism Management 2011. Oleh penelitian Eskandarian Mahnaz et al. Menjelaskan hubungan kuat dan signifikan antara Service quality pada Brand trust, kualitas pelayanan yang baik dan pengalaman pelayanan mempunyai pengaruh terhadap kepercayaan merek yang berdampak pada reputasi merek. Ketika konsumen merasa puas akan sebuah pelayanan yang diberikan maka berdampak pada reputasi merek (brand reputation). 2) Hubungan variabel antara Brand Trust pada loyalitas pelanggan Dalam Jurnal Manajemen, Vol.6.No.1 Nov 2006. Brand Trust dalam konteks Loyalitas Merek,Karakterisrik perusahaan dan Karakteristik 38 Hubungan Pelanggan-Merek dalam penelitian Arlan Rully Tjahyadi, menjelaskan hubungan kepercayaan pada merek (brand trust) menggambarkan suatu komponen penting dari penempatan internal atau sikap yang diasosiasikan dengan loyalitas pelanggan pada suatu merek. 3) Hubungan variabel antara Service Quality pada Loyalitas Pelanggan Dalam Jurnal International Research Symposium in Service Management 2011,Statistic Exploring the Casual Relationships between Service Quality,Brand Image,Customer Satisfaction and Customer Loyalty on the Leisure Resort Industry, oleh penelitian Ming Fang Hsieh dan Kun Hsi Liao, menjelaskan jika industri jasa ingin mempertahankan loyalitas pelanggan maka perusahaan perlu fokus pada Service quality yang dapat memuaskan harapan pasti pelanggan dan pengalaman yang sebenarnya. 2.3 Hipotesis Menurut Nur Indiantoro dan Bambang Supomo (2003:73), Hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris. Hipotesis dikembangkan dari telaah teoritis sebagai jawaban sementara dari masalah atau pertanyaan penelitian yang memerlukan pengujian secara empiris dimana Hipotesis mempunyai fungsi sebagai berikut : 1) Menjelaskan masalah penelitian dan pemecahannya secara rasional 2) Menyatakan variabel – variabel penelian yang perlu diuji secara empiris 3) Digunakan sebagai pedoman untuk memilih metode pengujian data 4) Menjadi dasar untuk membuat kesimpulan penelitian 39 Sesuai dengan tujuan penelitian, hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti adalah sebagai berikut : Tujuan 1 Hipotesis Pengujian individual hubungan antara X terhadap Y : Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel service quality terhadap brand trust pada PT. JNE. H1 : ada hubungan yang signifikan antara variabel service quality terhadap brand trust pada PT. JNE. Tujuan 2 Hipotesis Pengujian individual hubungan antara X terhadap Z : Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel service quality terhadap loyalitas pelanggan pada PT. JNE H1 : ada hubungan yang signifikan antara variabel service quality terhadap loyalitas pelanggan pada PT. JNE Tujuan 3 Hipotesis Pengujian individual hubungan antara Y terhadap Z : Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel brand trust terhadap loyalitas pelanggan pada PT. JNE H1 : ada hubungan yang signifikan antara variabel brand trust terhadap loyalitas pelanggan pada PT. JNE Tujuan 4 (sub struktur 1) secara simultan x terhadap y 40 • Hipotesis pengujian secara individual antara X dan Y Ho : Tidak ada pengaruh atau kontribusi antara variabel service quality secara simultan dan signifikan terhadap variabel brand trust pada PT. JNE H1 : ada pengaruh atau kontribusi antara variabel service quality secara simultan dan signifikan terhadap variabel brand trust pada PT. JNE (sub struktur 2) secara simultan x,y, dan z • Hipotesis pengujian secara simultan antara X dan Y terhadap Z Ho : Tidak ada pengaruh atau kontribusi antara variabel service quality dan brand trust secara simultan dan signifikan terhadap variabel loyalitas pelanggan pada PT. JNE H1 : ada pengaruh atau kontribusi antara variabel service quality dan brand trust secara simultan dan signifikan terhadap variabel loyalitas pelanggan pada PT. JNE Pengujian secara individual • Hipotesis pengujian secara individual antara X dan Z Ho : Tidak ada pengaruh atau kontribusi antara variabel service quality secara simultan dan signifikan terhadap variabel loyalitas pelanggan pada PT. JNE. H1 : ada pengaruh atau kontribusi antara variabel service quality secara simultan dan signifikan terhadap variabel loyalitas pelanggan pada PT. JNE. • Hipotesis pengujian secara individual antara Y dan Z 41 Ho : Tidak ada pengaruh atau kontribusi antara variabel brand trust secara simultan dan signifikan terhadap variabel loyalitas pelanggan pada PT. JNE H1 : ada pengaruh atau kontribusi antara variabel brand trust secara simultan dan signifikan terhadap variabel loyalitas pelanggan pada PT. JNE