POKOK BAHASAN VII. GYMNOSPERMAE Polinasi, pembuahan dan embriogenesis Polinasi Polinasi pada Gymnospermae dilakukan oleh angin mengantarkan gametofit yang endosporik jatuh ke bagian mikropil. Di bagian mikropil terdapat suatu tetes berlendir yang cair, sebagai tetes polinasi yang dihasilkan oleh mikropil. Dengan adanya eksudat ini,, polen terjerat dan tinggal disitu sampai beberapa lama. Pembuahan Segera setelah polinasi mikrospora menyerap air dan ruang serbuk sari dan membengkak. Eksin kemudian pecah, buluh keluar. Pada saat buluh tumbuh memanjang ke arah bawah, menembus jaringan nuselus; buluh ini membantu sebagai haustorium. Buluh ini menerima secara perlahanperlahan lahan dan memisah jaringan yang menyusun serbuk sari. Sebelum pembuahan sel badan memanjang dan membelah rnenghasilkan dua sperma. Buluh yang berisi sperma dan inti buluh kemudian tergantung di sebagian di ruang serbuk sari dan sebagian di ruang arkegonium. Buluh kemudian menumpahkan isi selnya kedalam arkegonium, Sperma berenang di d dalam arkegonium ium dan mendekati sel telur, selanjutnya terjadilah pembuahan. Pembuahan pada Gymnospermae disebut sifonogami, karena untuk mengantarkan sperma dibutuhkan buluh serbuk sari.. sari. Gambar 26. Ovulum pada A. Pinus sp ; B. Gnetum sp pada sat pembuahan Buluh serbuk buk sari masuk ke dalam ametofit betina. Embriogenesis Hasil dari pembuahan adalah zigot; zigot segera mengalami pembelahan. Pembelahan pertama dari zigot ditandai dengan adanya periode inti. Adanya periode inti bebas pada awal embriogeni pada Gymnospermae merupakan suatu hal yang khas, kecuali pada Gnetum; Welwitschia dan Sequoia sempervirens. Jumlah inti bebas pada Gymnospermae bervariasi, misalnya pada Cycas 256, Cycadophyta tertentu 1000, pada Pinus 4. Chamberlain menyatakan bahwa adanya fase inti bebas pada Gymnospermae ini kemungkinan disebabkan oleh karena ukuran sel telur yang besar, sehingga pada pembelahan mitosis dari inti sel zigot menyebabkan dinding sekat tidak terbentuk. Pada Pinus, setelah periode inti bebas, 4 inti menuju ke bagian khalaza arkegonium kemudian mengalami pembentukan dinding sekat. Ada 2 deret sel yang masing- masing terdiri dari 2 sel. Sel - sel tersebut membelah lagi menjadi 8 dan terbagi menjadi 4 deret. Deret paling ujung disebut deret embrional, disusul dengan deret suspensor, deret roset dan deret terbuka. Deret embrional membelah- belah lagi dan ini akan menjadi badan embrio, suspensor memanjang terus dan mendesak selsel embrional keluar dari arkegonium. Empat sel suspensor membelah membujur dan terpisah satu sama lain, masing- masing suspensor mempunyai sel- sel embrional pada ujungnya. Pembelahan sel- sel embrional melalui fase-fase sehingga akhirnya terbentuk embrio-embrio yang potensial, yang berasal dari satu embrio zigotik. Keadaan im disebut poliembrioni belahan (cleavage polyembryony). Berbeda dengan Pinus embrio pada Gnetum tidak terjadi poliembrioni belahan, dan pada embriogem tidak terjadi periode inti bebas. Zigot membelah menjadi 2 sel. Sel bawah tumbuh memanjang seperti buluh, buluh-buluh kemudian membelah lagi menjadi 2 atau 3 sel. Buluh paling bawah intinya membelah menjadi 2, kemudian inti itu membelah-belah lagi menjadi banyak sel. Sel tersebut menjadi masa embrionik. Di atas masa embrionik terbentuk sel-sel yang panjang dan ini akan tumbuh menjadi suspensor sekunder. Masa embrionik nanti akan menghasilkan embrio (lihat gambar 28). Gambar 27. Embriogenesis pada Pinus sp. Terjadi cleavage polyembryony Gambar 28. Embriogenesis pada Gnetum ula. Tidak terjadi cleavage polyembryony terbentuk suspensor sekunder Struktur Biji Biji merupakan perkembangan lebih lanjut dan bakal biji setelah terjadinya pembuahan. Zigot berkembang menjadi embrio, endosperm sebagai jaringan nutritif, sedang nuselus mengalami disorganisasi menjadi tudung nuselus. Struktur biji untuk setiap jenis berbeda- beda,, struktur biji yang dewasa pada umumnya terdiri atas: 1. Lapisan yang berdaging merupakan lapisan tipis dan kulit kulit biji disebut tegmen; 2. Lapisan tengah yang berbatu menjadi testa, yang melindungi gametofit betina dan embrio; luar merupakan lapisan yang berdaging dan kulit biji. 3. Lapisan terluar Pada Gnetum biji berkembang sebelum embrio embrio selesai pertumbuhannya. Gnetum mempunyai yai kulit biji yang terdiri atas 3 bagian yaitu: 1. lapisan tenluar mula- mula berwarna hijau, path waktu biji dewasa berwarna merah; mengandung skiereida; 2. lapisan tengah terdiri dari SelSel sel berbatu, sebagai pelindung biji; 3. lapisan terdalam seperti kertas, terdiri atas sel- sel parenkimatis; 4. endosperm menempati seluruh biji; 5. embrio mempunyai 2 kotiledon. Dan bagian yang berdekatan dengan hipokotil terdapat suatu jaringan yang sangat besar dibanding kotiledon disebut jaringan jar feeder.. Jumlah kotiledon pada Gnetum 2 buah, sedang pada Pinus jumlah kotiledon banyak dari 2 sampai 18. Embr Embrio terdiferensiasi menjadi kotiledon, plumula, hipokotil, dan radikula. Gambar 29. Diagram gram potongan bujur A. Gnetum ula; B. Pinus sp. Endosperm pada Gnetum sangat dominan menempati seluruh biji