Edisi, 23 SEPTEMBER 2012 ISSN 1412

advertisement
Edisi, 23 SEPTEMBER 2012
ISSN 1412-9639
JURNAL ILMIAH
KUTEI
KAJIAN KOMPARATIF SANKSI DALAM
TINDAK PIDANA PERKOSAAN MENURUT
KUHP INDONESIA DAN CODE PENAL LAW
ZAMFARA STATE OF NEGERIA
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA
PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI
YANG DIPUTUS BEBAS
PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN
SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU
TINDAK PIDANA KORUPSI
(Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Karanganyar)
HUKUM EKONOMI INDONESIA SEBAGAI
NEGARA BERKEMBANG
DALAM PERSPEKTIF GLOBALISASI DUNIA
PERANAN PEMERINTAH KABUPATEN
BENGKULU UTARA DALAM PENERTIBAN
TANAH TERLANTAR HAK GUNA USAHA
POSISI PEKERJA DAN PENGUSAHA
MENURUT UU NO 13 TAHUN 2003
UNDANG-UNDANG TENAGA KERJA DI INDONESIA
JURNAL ILMIAH KUTEI
Penanggung Jawab
Dekan FH Universitas Bengkulu
Wakil Penanggung Jawab
Pembantu Dekan 1 FH Universitas Bengkulu
Pimpinan Redaksi
Herlita Eryke
Mitra Bestari
Prof. Dr. Juanda S.H.M.H
Prof Dr Herawan Sauni S.H.M.Si
Dr Taufiqurahman S.H.M.H
Dr. Chandra Irawan,S.H.M.Hum
Alamat Redaksi
Fakultas Hukum Universitas Bengkulu
Jalan Raya Kandang Limun Kota Bengkulu
Telp 0736 20653, 21184
DITERBITKAN OLEH BADAN PENERBIT
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BENGKULU
Jurnal Ilmiah Kutei diterbitkan oleh Fakultas Hukum Universitas Bengkulu dimaksudkan
sebagai media komunikasi dalam pengembangan ilmu hukum dan ilmu-ilmu social. Jurnal
Ilmiah Kutei diterbitkan 2 (dua) kali setahun yaitu April dan September. Redaksi menerima
naskah laporan penelitian dan artikel konseptual. Naskah dikirim kepada redaksI minimal 8
halaman dan maksimal 20 halaman dengan spasi 1,5 , disertai biodata penulis dan
memgikuti ketentuan penulisan. Redaksi berhak mengubah naskah sepanjang tidak
mengubah subtansi tulisan.
PENGANTAR REDAKSI
Pada edisi 23, September 2012 ini tidak banyak penulis yang terlibat untuk
mempublikasikan pemikiran konseptualnya maupun hasil penelitiannya. Namun dalam
Jurnal Ilmiah Kutei edisi ini tulisan yang ditampilkan beragam dan variatif. Dewan redaksi
akan menampilkan tulisan hasil penelitian maupun artikel , antara lain: artikel dibidang
hukum pidana maupun ,artikel dibidang hukum ekonomi maupun agraria, serta artikel
dibidang perburuhan/tenaga kerja .
Masalah tindak pidana perkosaan serta sanksi yang layak bagi pelaku perkosaan
yang disandingkan antara KUHP Indonesia dan KUHP Zamfara di kaji oleh Herlita,
sedangan masalah tindak pidana korupsi yang diputus bebas dikaji oleh Bambang adapun
studi kasus mengenai pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi dalam tindak pidana
korupsi di sajikan secara apik oleh Rangga. Adapun tulisan mengenai posisi Indonesia
dikancah perkenomian dunia disajikan dengan baik oleh Zulfi, kasus penelantaran tanah
disajikan oleh Hendi. Serta artikel terakhir disajikan oleh Kate Malem mengenai
bagaimanakah posisi pekerja di Indonesia menurut Undang-undang tenaga kerja Indonesia.
Demikian pengantar redaksi, selamat membaca dan berdiskusi.
REDAKSI,
DAFTAR ISI
REDAKSI JURNAL KUTEI
DAFTAR ISI
PENGANTAR REDAKSI
KAJIAN KOMPARATIF SANKSI DALAM
TINDAK PIDANA PERKOSAAN MENURUT
KUHP INDONESIA DAN CODE PENAL LAW
ZAMFARA STATE OF NEGERIA
Herlita Eryke, S.H.M.H.
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA
PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI
YANG DIPUTUS BEBAS
Bambang Hartono,S.H.M.Hum
PERTIMBANGAN HAKIM DALAM
MENJATUHKAN SANKSI PIDANA
TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI
(Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Karanganyar)
Rangga Jayanuarto,S.H.M.H
HUKUM EKONOMI INDONESIA SEBAGAI
NEGARA BERKEMBANG
DALAM PERSPEKTIF GLOBALISASI DUNIA
Dr. Zulfi Diane Zaini,S.H.M.H
PERANAN PEMERINTAH KABUPATEN
BENGKULU UTARA DALAM PENERTIBAN
TANAH TERLANTAR HAK GUNA USAHA
Hendi Sastra Putra,S.H.M.H.
POSISI PEKERJA DAN PENGUSAHA
MENURUT UU NO 13 TAHUN 2003
UNDANG-UNDANG TENAGA KERJA INDONESIA
Kata Malem. S. Meliala,S.H.M.H.
1 – 10
11-37
38-50
51-65
66-83
84-95
KETENTUAN PENULISAN
1. Naskah belum pernah diterbitkan dalam media cetak lain, diketik 1,5 spasi pada
kertas kuarto, panjang tulisan 8-25 halaman, diserahkan dalam bentuk print out dan
CD , diketik dengan menggunakan Ms Word
2. Artikel ditulis menggunakan Bahasa Indonesia atau Inggris dengan standar bahasa
yang baik dan benar
3. Artikel berupa tulisan ilmiah hukum maupun humaniora lainnya, baik yang berasal
dari hasil penelitian atau artikel ilmiah konseptual tentang hukum dan ilmu
humaniora lainnya
4. Artikel yang berasal dari hasil penelitian/tesis/disertasi disajikan dengan sistematika
sebagai berikut : (a) Judul, (b) Nama Penggarang, (c) Abstrak (dalam Bahasa
Indonesia/Bahasa Inggris), (d) Pendahuluan (berisi latar belakang, rumusan
masalah), (e) Metode Penelitian, (f) Hasil Penelitian dan Pembahasan,
(g) Kesimpulan dan Saran, (h) Daftar Pustaka.
5. Artikel ilmiah konseptual disajikan dengan sistematika sebagai berikut : (a) Judul,
(b) Nama Penggarang, (c) Abstrak (dalam Bahasa Indonesia/Bahasa Inggris), (d)
Pendahuluan, (e) Pembahasan, (f) Kesimpulan, (g) Daftar Pustaka
6. Daftar Pustaka/sumber (teks books/jurnal/majalah/makalah) disajikan secara
alpebatis
7. Setiap kutipan harus menyebutkan sumbernya secara lengkap dan jelas, dengan
menggunkan system end note atau foot note
8. Dewan redaksi berhak menggubah naskah, sepanjang tidak mengubah subtansi
tulisan, redaksi berhak menolak tulisan yang disampaikan dalam hal tulisan tidak
memenuhi ketentuan penulisan
9. Tulisan/artikel untuk edisi April diserahkan pada pengelola Jurnal ilmiah kutei
paling lambat tanggal 20 Maret sedangkan untuk Edisi September diterima oleh
pengelola Jurnal Ilmiah Kutei paling lambat tanggal 20 Agustus.
BAGI PEMBACA YANG BERMINAT BERLANGGANAN
DAPAT MENGHUBUNGI TATA USAHA
JURNAL ILMIAH KUTEI
HARGA PER EKSEMPLAR Rp 50.000,-
1
KAJIAN KOMPARATIF SANKSI DALAM
TINDAK PIDANA PERKOSAAN MENURUT
KUHP INDONESIA DAN CODE PENAL LAW
ZAMFARA STATE OF NEGERIA
Oleh
Herlita Eryke1
Abstrak
Perbedaan sanksi bagi pelaku pemerkosaan pada KUHP Indonesia dan KUHP Syri’ah
Negara Bagian Zamfara sangat mencolok. KUHP Indonesia hanya menerapkan pidana
penjara selama 12 tahun bagi pelaku pemerkosaan. Sedangkan, pada KUHP Syri’ah
Negara Bagian Zamfara pelaku pemerkosaan dijatuhi hukuman cambuk sebanyak
seratus kali dan hukuman penjara selama satu tahun bagi pelaku berstatus belum
menikah dan hukuman rajam bagi pelaku pemerkosaan yang berstatus telah menikah.
Bagi pelaku tersebut diwajibkan membayar mahar kepada korban pemerkosaan.
Sehingga, dirasakan mampu memberikan prevensi general maupun prevensi special
para pelaku atau calon pelaku pemerkosaan untuk berpikir kembali sebelum melakukan
tindak pidana pemerkosaan.
A. PENDAHULUAN
Salah satu masalah penegakan hukum yang harus mendapat perhatian khusus di
Negara inidonesia adalah masalah tindak pidana perkosaan. Karena akibat dari tindak
pidana perkosaan khusus bagi perempuan sangat merugikan. Pasca terjadi perkosaan
perempuan yang diperkosaan bisanya bisa mengalami traumatic yang berkepanjangan,
perasaan malu, tadak mampu membina hubungan dengan
kadangkala ada stigma
baik dimasyarakat serta
terhadap korban perkosaan. Penderitaan dalam arti menjadi
korban jangka pendek maupun jangka panjang yang berupa kerugian fisik,mental
maupun moral social, ekonomis. Dari data yang bersumber jurnal perempuan.com yang
lansung dikutip dari Laporan Komnas Perempuan 2011, menyatakan bahwa pada tahun
2011 kekerasan terhadap perempuan di Indonesia didominasi oleh angka perkosaan,
yakni 400.939, dan perkosaan di tempat public atau tempat umum terjadi perkosaan
sebanyak 22.285 kasus.2 Karena, korban tindak pidana pemerkosaan itu sendiri bukan
hanya wanita yang telah dewasa, melainkan tindak pidana pemerkosaan itu sendiri
sekarang bisa terjadi pada anak perempuan yang masih kecil, yang masih tidak tahu
dengan apa itu hubungan seksual. Bukan hanya tidak mengenal umur korban, tindak
1
2
Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Bengkulu
http://jurnalperempuan.com/2011/11/perkosaan-dan-kekuasaan/
2
pidana pemerkosaan juga dilakukan tidak mengenal tempat. Tempat-tempat umumpun
sekarang bisa menjadi bahaya bagi wanita yang selalu menjadi korban pemerkosaan.
Tindak pidana perkosaan bukan merupakan tindak pidana yang baru tetapi
merupakan tindak pidana konvensional yang banyak terjadi dimasyarakat bahkan dari
tahun ketahun semakin meningkat tajam. Seolah- olah pelaku tindak pidana perkosaan
tidak jera akan atau tidak takut sama sekali akan sanksi yang akan diterima seperti yang
tercantum dalam Pasal 285 KUHP :
Barang siapa dengan kekerasan dan ancaman kekerasan memaksa seorang wanita
bersetubuh dengan dia diluar pernikahan, diancam karena melakukan perkosaan
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun .3
Jika melihat formulasi sanski yang ditertulis dalam Pasal 285 KUHP diatas maka
hukuman bagi pelaku tindak pidana perkosaan adalah sangat berat dua belas tahun . tetapi
dalam kenyataannya didalam masyarakat Hakim sangat jarang menjatuhkan sanski
pidana maksimal seperti yang tercantum didalam Pasal 285 KUHP, banyak Hakim
menjatuhkan hukuman yang sangat ringan bagi pelaku tindak pidana perkosaan salah
satu hal ini yang menyebakan semakin meningkatnya kasus perkosaan di masyarakat.
Khususnya di daerah Provinsi Bengkulu, berdasarkan sumber yang didapat dari POLDA
Bengkulu dari tahun 2010 sampai tahun 2012 (dari bulan januari sampai bulan april)
terjadi peningkatan tindak pidana pemerkosaan. Pada tahun 2010 terjadi 9 (sembilan)
kasus pemerkosaan, pada tahun 2011 terjadi 11 (sebelas) kasus pemerkosaan, dan pada
tahun 2012 (dari bulan januari sampai bulan april ) terjadi 5 (lima) kasus tindak pidana
pemerkosaan4. Dengan melihat angka tersebut terlihat jelas kasus tindak pidana
perkosaan setiap tahunnya mengalami peningkatan yang signifikan hal ini menunjukan
Sistem peradilan pidana tidak mampu berfungsi dengan baik sebagai alat general
prevention artinya sebagai media pencegah kejahatan hal ini dikarena sanski pidana
biasanya berupa pidana perampasan kemerdekaan yang dijatuhkan Hakim terhadap
pelaku perkosaan relative ringan dan sangat bervaratif yang menyebabkan disparaty of
sentencing atau disparitas dalam penjatuhan pidana (Pengertian Disparitas penjatuhan
pidana menurut Molly Cheng: penjatuhan sanksi yang berbeda terhadap tindak pidana
yang sama) terhadap pelaku tindak pidana perkosaan. Hal ini dimungkinkan karena
3
4
Kitab Undang –Undang Hukum Pidana Prof Moeljatno,S.H.
Data POLDA propinsi Bengkulu bulan april 2012
3
didalam Pasal 285 tidak ada straf minima khusus yang ada adalah straf maksima khusus
ini berarti Hakim memilki keluasan untuk bergerak menjatuhkan sanksi dari straf
manima umum yaitu satu hari sampai dua belas tahun seperti yang tercantum dalam Pasal
285 KUHP. Hakim juga tidak memilki alternative menjatuhkan sanski pidana yang lain
dikarena KUHP hanya merumuskan sanksi penjara dua belas tahun bagi pelaku
perkosaan tanpa ada alternative atau kumulatif dengan pidana lain semisal corporal
sanction atau sanksi pidana badan (berupa cambuk atau rajam)
Berdasarkan pemaparan diatas penulis tertarik untuk melakuakn kajian komfaratif
jenis sanksi bagi pelaku tindak pidana perkosaan antara KUHP Indonesia dengan Code
Penal Zamfarah State Negria 2003 hal ini dimaksudkan dalam rangka memberikan
sumbangsih bagi ius constituendum yang akan datang sehingga penegakan hukum di
Indonesian dapat (doelmatigheid, doeltreffeheid)berhasil guna dan berdaya guna5.
Menurut Black’s Law Dictionary dikemukakan, bahwa Comparative Jurisprudence ialah
suatu studi mengenai prinsip-prinsip ilmu hukum dengan melakukan perbandingan
berbagai macam sistem hukum (the studi of principle of legal science by the comparison
of various system of law).6
B.PEMBAHASAN
Pemilihan Negara Zamfara State of Negeria dalam melakukan kajian komfaratif
dalam tulisan ini dikarenakan Negara Zamfara adalah Negara berkembang seperti halnya
Indonesia serta Negara Zamfara State of negeria telah memilki code penal (KUHP)
sendiri yang berdasarkan landasan filosofi, kultural sosial masyarakat Negeria dan juga
Negara Nigeria merupakan Negara Islam yang code penalnya berdasarkan Syariah yang
disebut Code Penal Zamfara of Negeria Bentuk negara Nigeria adalah Federal. Negara
Federal ditandai adanya pemisahan kekuasaan negara antara pemerintahan nasional
dengan unsur-unsur kesatuannya (negara bagian, provinsi, republik, kawasan, atau
wilayah). Pembagian kekuasaan ini dicantumkan ke dalam konstitusi (undang-undang
dasar).7
Sumber Hukum di Negara Nigeria adalah
a. The Constitution
5
Safri Nugraha,Hukum Administrasi Negara,,Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, 2007,Hal7
Prof.Barda Nawawi.S.H, 2010,Perbandingan Hukum Pidana, Rajawali Pers, Jakarta, Hal.3.
7
http://setabasri01.blogspot.com/2009/02/jenis-kuasa-bentuk-negara-dan-sistem.html,
6
4
b.
c.
d.
e.
f.
Legislation
English law
Customary law
Islamic law, and
Judicial precedents. 8
Dengan melihat salah satu sumber hukum di Nigeria adalah Hukum islam, maka
tidak heran apabila di salah satu negara bagian Nigeria menerapkan hukum pidana islam
untuk mencegah tindak pidana dan melindungi kepentingan individu, kepentingan
masyarakat dan kepentingan negara. Karena, pemerintah Nigeria tidak mengadopsi suatu
agama untuk agama negara dan itu dijelaskan didalam konstitusi Nigeria pasal 10 “The
Government of the Federation or of a State shall not adopt any religion as State
Religion”9.
Negara Nigeria terdiri dari 36 Negara bagian, dan salah satunya adalah negara
bagian zamfara atau “zamfara state of Nigeria” . Zamfara merupakan sebuah negara
bagian di Nigeria. Letaknya di bagian barat laut. Ibu kotanya ialah Gusau. Didirikan pada
tahun 1996. Negara bagian ini memiliki luas wilayah 39.762 km². 10 Hukum pidana yang
diterapkan di Negara bagian Zamfara berdasarkan Syari’ah yang bersumber dari AlQur’an dan Sunnah Rasullah SAW.
Didalam KUHP Syariah Zamfara State Of Nigeria, dijelaskan ada 12 pasal yang
mengatur secara garis besar perbuatan perzinahan itu sendiri. Sedangkan di KUHP
Indonesia ada 13 pasal yang mengatur perzinahan secara garis besar. Diantara kedua
KUHP tersebut, masing-masing menempatkan bagian tersendiri untuk tindakan
kesusilaan atau perzinahan.
Di KUHP Syariah Zamafara State Of Nigeria, sebelum memberikan sanksi kepada
pelaku pemerkosaan, terdapat pasal yang menjelaskan terlebih dahulu unsur-unsur yang
dapat dikatakan pemerkosaan, yaitu terdapat pada pasal 128, yang berbunyi :
(1)
8
A man is said to commit rape who, save in the case referred in subsection (b), has
sexual intercourse with a woman in any of the following, circumstances: ( (1)
seorang pria dikatakan melakukan pemerkoasaan, apababila didalam kasus yang
dimaksud pada ayat (b), telah berhubungan seksual dengan seorang wanita, dengan
keadaan salah satu dari berikut : )
http://www.nyulawglobal.org/globalex/nigeria.htm
http://www.nigeria-law.org/ConstitutionOfTheFederalRepublicOfNigeria.htm, .
10
http://id.wikipedia.org/wiki/Zamfara,
9
5
(2)
against her will; ( melawan kehendaknya).
(3)
without her consent, (Tanpa Persetujuannya),
(4)
with her consent, when her consent has been obtained by putting her in fear of
death or of hurt;(dengan persetujuannya, ketika persetujuannya telah diperoleh
dengan menempatkan dirinya dalam ketakutan akan kematian atau terluka)
(5)
with her consent, when the man knows that he is not her husband and that her
consent is given because she believes that he is another man to whom she is or
believes herself to be lawfully married; ( dengan persetujuannya, waktu orang itu
tahu bahwa dia akan suaminya dan yang persetujuannya diberikan karena dia
percaya bahwa dia adalah orang lain kepada siapa atau percaya diri untuk menikah
secara sah).
(6)
with or without her consent, when she is under fifteen years of age or of unsound
mind. (dengan atau tanpa persetujuannya, ketika dia berada di bawah lima belas
tahun atau tidak waras).
Sexsual intercourse by a man with his own wife is not rape. EXPLANATION: Mere
penetration is sufficient to constitute the Sexual intercourse necessary to the offence of
rape. ((2) hubungan seksual oleh seorang pria dengan istri sendiri tidak
memperkosa.)11
Sanksi yang diberikan bagi pelaku pemerkoasaan, dijelaskan pada pasal 129 :
Whoever commits rape, shall be punished: (Siapa pun yang melakukan perkosaan
dipidana;)
(A) with caning of one hundred lashes if unmarried, and shall also be liable to
imprisonment for a term of one year; or ((A) dengan cambuk seratus kali cambukan
jika belum menikah, dan juga dikenakan hukuman penjara selama satu tahun, atau;)
(B)
if married with stoning to death (rajm) , ((B) Jika menikah dengan rajam sampai
mati)
(C)
in addition to either (a) or (b) above shall also pay the dowry of her equals (sadaq
al-mithli). ( (C) selain (A) atau (B) di atas juga harus membayar mas kawinnya
sama
dengan
(SadaqAl-Mithli))12
Terdapat beberapa macam hukumam bai pelaku tindak pidana perkosaan pada code
penal law zamfara state of nigeria yang pertama adalah dengan di cambuk seratus kali
jika belum menikah dan juga dikenakan hukumam penjra selama 1 tahun,
Apabila
pelaku dinyatakan belum menikah maka hukuman yang dikenakan adalah seratus kali
cambukan dan dikenakan hukuman penjara selama satu tahun. Dan apabila pelaku
11
http://www.f-law.net/law/showthread.php?37487-Shari-ah-Penal-Code-Law-Zamfara-State-Of-NigeriaJanuary-2000
12
Ibid.
6
tersebut dinyatakan telah menikah maka, dirajam sampai mati. Dan semua pelaku harus
membayar mas kawin dari perempuan korban dari pemerkosaan tersebut.
Hukuman cambuk atau hukuman Dera (Jild) ditetapkan untuk memerangi segala
faktor (psikologis) yang mendorong diberlakukannya tindak pidana dengan menggunakan
faktor yang dapat menolak dan mencegah dilakukannya tindak pidana tersebut.13 Jadi,
pelaku dapat memikirkan kembali untuk melakukan tindak pidana pemerkosaan dengan
sanksi hukuman cambuk. Dengan meninggalkan bekas pada psikologis pelaku, sehingga
kenangan atas rasa sakit dari cambukan yang diberikan atas tindak pidana pemerkosaan
masih akan terasa. Dengan demikian, diharapkan hukuman tersebut dapat menghalangi
pelaku untuk mengulangi perbuatannya. Hukuman cambuk hanya diberikan kepada
pelaku apabila pelaku dalam status belum menikah.
Namun, hukuman bagi tindak pidana pemerkosaan hanya diberikan kepada pelaku,
karena tindak pidana pemerkosaan merupakan suatu paksaan berzina dari pelaku kepada
korban dengan suatu ancaman tertentu. Allah berfirman didalam Qur’an Surat alAn’am[6] : 119, yang artinya :
“…padahal Allah telah menjelaskan kepadamu apa yang diharamkan-Nya
kepadamu, kecuali jika kamu dalam keadaan terpaksa…” (QS.al-An’am[6] : 119)
Pidana bagi pelaku pemerkosaan yang dijelaskan didalam KUHP Indonesia yang
tercantum pada pasal 285 KUHP, dijelaskan bahwa “ Barang siapa dengan kekerasan
atau dengan ancaman kekerasan memaksa seorang wanita yang bukan istrinya bersetubuh
dengan dia, diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua
belas tahun”. Dengan pasal 291 KUHP ayat 2 ,yaitu ” Jika salah satu dari kejahatan
seperti tersebut dalam pasal 285,286,287,289, dan 290 mengakibatkan kematian, maka
dijatuhkan pidana penjara paling lama lima belas tahun”.
Rumusan tindak pidana yang terdapat pada pasal 285, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
13
Barang Siapa
Dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
Memaksa seorang wanita yang bukan istrinya
Melakukan persetubuhan dengan pelaku.
Diluar perkawinan.
Ensiklopedia hukum pidana islam Jilid III. Hal 42.
7
Sanksi yang diatur didalam pasal 285 KUHP, dijelaskan bahwa “ Barang siapa
dengan kekerasan atau dengan ancaman kekerasan memaksa seorang wanita yang bukan
istrinya bersetubuh dengan dia, diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana
penjara paling lama dua belas tahun”. Dengan pasal 291 KUHP ayat 2 ,yaitu ” Jika salah
satu dari kejahatan seperti tersebut dalam pasal 285,286,287,289, dan 290 mengakibatkan
kematian, maka dijatuhkan pidana penjara paling lama lima belas tahun”. Maka,
hukuman penjara yang dijatuhkan kepada pelaku tindak pidana pemerkosaan lebih
dioptimalkan pada pidana penjara.
Didalam KUHP Indonesia yang tercantum pada pasal 10 KUHP, dijelaskan bahwa
“Pidana terdiri dari :
a. Pidana Pokok:
1. Pidana Mati
2. Pidana penjara
3. Pidana kurungan
4. Pidana denda
5. Pidana tutupan
b. Pidana tambahan
1. Pencabutan hak-hak tertentu
2. Perampasan barang-barang tertentu
3. Pengumuman putusan hakim.
Pidana penjara adalah jenis pidana pokok berupa perampasan kemerdekaan. Prof.
Jesheck mengatakan bahwa pidana penjara disebut sebagai das Riickgrat des
Straffensystems.14 Pidana penjara dapat dijatuhkan seumur hidup atau hanya sementara
waktu. Pidana penjara seumur hidup ini mempunyai arti bahwa terpidana harus menjalani
pidana penjara selama hayat dikandung badan. Sehingga jenis pidana ini merupakan
bentuk pidana yang bersifat permanen, poena proxima morti, artinya ; pidana yang peling
dekat dengan pidana mati. Jenis pidana penjara sementara untuk selama-lamanya 20
tahun atau pidana penjara seumur hidup tidak dicantumkan terhadap delik yang diancam
dengan pidana mati. 15
Batasan mengenai jangka waktu minimal dan maksimal, dijelaskan pada pasal 12
KUHP ;
(1)Pidana penjara ialah seumur hidup atau selama waktu tertentu.
14
15
Roni Wiyanto,S.H,M.H, 2012. Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia. Bandung, Mandar Maju. Hal. 126.
Ibid.
8
(2)Pidana penjara selama waktu tertentu paling pendek satu hari dan paling lama
lima belas tahun berturut-turut.
Perbedaan sanksi bagi pelaku pemerkosaan pada KUHP Indonesia dan KUHP
Syri’ah Negara Bagian Zamfara sangat mencolok. KUHP Indonesia hanya menerapkan
pidana penjara selama 12 tahun bagi pelaku pemerkosaan. Sedangkan, pada KUHP
Syri’ah Negara Bagian Zamfara pelaku pemerkosaan akan dijatuhi hukuman cambuk
sebanyak seratus kali dan hukuman penjara selama satu tahun bagi pelaku berstatus
belum menikah dan hukuman rajam bagi pelaku pemerkosaan yang berstatus telah
menikah. Bagi kedua pelaku tersebut diwajibkan membayar mahar kepada korban
pemerkosaan. Sehingga, ini dirasa memberikan efek yang membuat pemikiran para
pelaku atau calon pelaku pemerkosaan untuk berpikir kembali sebelum melakukan tindak
pidana pemerkosaan.
Pasal 285 KUHP Indonesia tentang tindak pidana perkosaan ini tidak menerapkan
pidana denda, sehingga korban tidak mendapatkan secara nyata kemenangan atas kasus
pemerkosaan yang menimpanya kecuali rasa puas atas dipidananya pelaku tindak pidana
pemerkosaan. Sehingga, untuk kejahatan perkosaan hakim harus berinisiatif sendiri untuk
bersama dengan jaksa mengusahakan adanya ganti kerugian, yaitu kompensasi dan
restitusi yang adil dan sesuai dengan kemamapuan yang bersangkutan. 16
Berbeda dengan KUHP Syri’ah Negara bagian Zamfara yang menerapkan
pemberian mahar kepada korban tindak pidana pemerkosaan, sehingga korban juga
merasa bahwa hukum juga memperhaitkan hak-hak korban untuk memperoleh
perlindungan hukum. Tidak seperti Undang-Undang yang selalu melindungi dan
memperhatikan hak-hak pelaku tindak pidana.
Melihat dari pengaturan sanksi dalam code penal law zamfara state of Nigeria
dengan KUHP Indonesia maka pengaturan sanski bagi pelaku tindak pidana perkosaan di
code penal law zamfara lebih lengkap dan rinci dikarena didalam Pasal 129 mengemukan
macam sanksi yang dapat dijatuhkan dari corporal sanction (sanski pidana badan) berupa
cambuk atau canning dan dirajam sampai mati serta juga pidan penjara 1 tahun,
dijelaskan juga pelaku diwajibkan membayar kompensasi pelaku tindak pidana
16
Arif Gosita,S.H. 1987. RELEVANSI VIKTIMOLOGI : Dengan Pelayanan Terhadap Para Korban Perkosaan.
Jakarta; IND.HILL-CO. Hal. 21.
9
pemerkosaan mempunyai kewajiban untuk membayar mahar kepada korban baik korban
sebagi seorang perempuan yang merdeka ataupun budak harus dikenakan mahar atau
denda. Sedangkan daam Pasal 285 KUHP Indonesia sanksi bagi pelaku tindak pidana
perkosaan Haikim hanya memilki satu pilihan saja yaitu menjatuhkan pidana selama 12
tahun penjara dan itu merupakan straf maksima artinya hakim juga bisa menjatuhkan
sanski pidan dibawah 12 tahun penjara
Hendaknya dikemudian hari dalam pembuatan ius constituendum agar pengaturan
sanksi bagi pelaku tindak pidana perkosaan di Idonesia lebih kumulatif dan bervariatif
yang mengedepakan kepentingan korban perkosaan karena jika telah terjadi perkosaan
maka yang sangat dirugikan secara berkepanjagana adalah perempuan korban perkosaan
tersebut.
C.KESIMPULAN
Perbedaan sanksi bagi pelaku pemerkosaan pada KUHP Indonesia dan KUHP
Syri’ah Negara Bagian Zamfara sangat mencolok. KUHP Indonesia hanya menerapkan
pidana penjara selama 12 tahun bagi pelaku pemerkosaan. Sedangkan, pada KUHP
Syri’ah Negara Bagian Zamfara pelaku pemerkosaan akan dijatuhi hukuman cambuk
sebanyak seratus kali dan hukuman penjara selama satu tahun bagi pelaku berstatus
belum menikah dan hukuman rajam bagi pelaku pemerkosaan yang berstatus telah
menikah. Bagi pelaku tersebut diwajibkan membayar mahar kepada korban pemerkosaan.
Sehingga, dirasakan mampu memberikan prevensi general maupun prevensi special para
pelaku atau calon pelaku pemerkosaan untuk berpikir kembali sebelum melakukan tindak
pidana pemerkosaan.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Barda Nawawi. 2010,Perbandingan Hukum Pidana, Rajawali Pers, Jakarta,
Gosita,Arif . 1987. Relevansi Viktimologi: Dengan Pelayanan Terhadap Para Korban
Perkosaan. Jakarta
Safri Nugraha,Hukum Administrasi Negara,,Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
Depok, 2007,Hal7
Roni Wiyanto, 2012. Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia. Bandung, Mandar Maju.
Kitab Undang –Undang Hukum Pidana Prof Moeljatno,S.H.
Ensiklopedia hukum pidana islam Jilid III
10
Bahan-bahan Mayantara
http://setabasri01.blogspot.com/2009/02/jenis-kuasa-bentuk-negara-dan-sistem.html,
http://www.nyulawglobal.org/globalex/nigeria.htm
http://www.nigeria-law.org/ConstitutionOfTheFederalRepublicOfNigeria.htm, .
http://id.wikipedia.org/wiki/Zamfara
http://www.f-law.net/law/showthread.php?37487-Shari-ah-Penal-Code-Law-ZamfaraState-Of-Nigeria-January-2000
http://jurnalperempuan.com/2011/11/perkosaan-dan-kekuasaan
Download