Jawaban No.1 Perawat B benar karena hidup dan mati seseorang yang menentukan adalah Allah. Selain itu, euthanisa juga tidak dibenarkan baik dari sisi kedokteran (karena melanggar etika) maupun dari sisi hukum. Euthanasia menurut KODEKI pasal 2 dijelaskan bahwa: “seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi tertinggi”. Jelasnya bahwa seorang dokter dalam melakukan kegiatan kedokterannya sebagai seorang profesi dokter harus sesuai dengan ilmu kedokteran mutakhir, hukum dan agama. pasal 7d juga menjelaskan bahwa “setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup insani”. Artinya dalam setiap tindakan dokter harus bertujuan untuk memelihara kesehatan dan kebahagiaaan manusia. Euthanasia menurut hukum : Pasal 344 KUHP secara tegas menyatakan, “Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun”. Pasal 338 KUHP secara tegas dinyatakan, “ Barang siapa sengaja merampas nyawa orang lain diancam, karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”. Pasal 340 KUHP dinyatakan, “ Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dulu merampas nyawa orang lain diancam, karena pembunuhan berencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun”. Dalam ketentuan Pasal 304 KUHP dinyatakan, “Barang siapa dengan sengaja menempatkan atau membiarkan seorang dalam keadaan sengsara, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan, dia wajib memberikan kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang itu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah” Jadi baik dari sisi kedokteran ataupun hukum, tidak ada yang membenarkan euthanasia Jawaban No.2 Cara menyelesaikan konflik internal di rumah sakit antar pegawai rumah sakit bisa dengan negosiasi atau mendiskusikan masalah euthanasia tersebut baik dari sisi moral, kedokteran dan hukum sesuai dengan pasal-pasal yang sudah disebutkan di atas. Cara menyelesaikan konflik eksternal yaitu antara pihak keluarga dan pihak rumah sakit, yang pertama adalah dengan menjelaskan ke keluarga pasien bahwa dari sisi kedokteran maupun dari sisi hukum tidak ada yang membenarkan untuk dilakukan euthanasia. Jika pihak keluarga tetap tidak mau terima dengan penjelasan dan keterangan dari pihak rumah sakit maka bisa dengan menggunakan bantuan dari pihak ketiga yaitu dengan membawa masalah tersebut ke pengadalian seperti yang telah dilakukan pada kasus tersebut. Jawaban no. 3. Konflik yang terjadi adalah konflik antara petugas kesehatan di rumah sakit tersebut yang berbeda pendapat tetang legal atau tidak dilakukannya euthanasia di rumah sakit tersebut. Konflik yang kedua adalah keinginan pihak keluarga untuk mengakhiri hidup pasien dan kewajiban rumah sakit sebagai “life support”.