profil pasien demam berdarah dengue di rumah sakit umum daerah

advertisement
PROFIL PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG
TAHUN 2014
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Najib Askar
NIM: 1112103000048
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 19 Oktober 2015
Materai
6000
Najib Askar
ii
----LEMBAR PERSETUJUAN---
iii
--LEMBAR PENGESAHAN--
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.
Shalawat
serta
salam
tidak
lupa
peneliti
sampaikan
kepada
Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.
Alhamdulillahi rabbil alamin, penelitian ini telah selesai, dan akan sulit
terselesaikan jika tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1.
Prof. Dr.(hc) dr. MK Tajudin, SpAnd dan Prof. Dr. Arif Sumantri, SKM,
M.Kes selaku
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta periode lalu dan
periode saat ini.
2.
dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK dan Achmad Zaki, M.Epid, SpOT selaku
Kepala Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah
periode lalu dan periode saat ini.
3.
dr. Sayid Ridho, SpPD, FINASIM dan dr. Dwi Tyastuti, M.PH, Ph.D
selaku dosen pembimbing satu dan dua yang selalu membimbing,
mengarahkan, dan memberi motivasi kepada peneliti mulai dari awal
hingga akhir penelitian.
4.
dr. Hadianti, SpPD dan dr. Riva Auda, SpA, M.Kes selaku penguji sidang
pertama dan kedua pada laporan penelitian ini yang telah bersedia
meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk menguji penelitian ini
dalam sidang skripsi.
5.
dr. Nouval Shahab, SpU, Ph.D, FICS, FACS dan dr. Flori Ratna Sari,
Ph.D selaku penanggung jawab riset Program Studi Pendidikan Dokter
angkatan 2012 yang telah memberikan motivasi sehingga saya dapat
menyelesaikan penelitian tepat pada waktunya.
6.
Pihak RSUD Cengkareng, Direktur rumah sakit beserta jajarannya, Bu
Cici, Bu Gadis, dan seluruh pihak Diklat serta Rekam medis RSUD
v
Cengkareng yang telah membantu berlangsungnya penelitian ini.
7.
Kedua orang tua tercinta dan terhebat, Ayahanda Abdul Hamid Askar
dan Ibunda Mahmilda yang selalu
memberikan dukungan kepada
peneliti baik secara moral maupun materi.
8.
Ketiga saudara kandung saya, Ka Nadiah Askar, Ibrahim Askar, dan
Farhan Askar, serta
seluruh keluarga besar saya yang senantiasa
membuat saya semangat dan kuat dalam mengikuti proses pembelajaran
di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
9.
Untuk teman seperjuangan kelompok penelitian saya, Ahmad Sofyan,
Alwi Muarif Kurniawan, M. Aulia Fahmi, dan Ahmad Nabil A.J yang
telah berjuang bersama dan bahu-membahu untuk menyelesaikan
penelitian ini.
10.
Untuk PJ Modul Riset Mahasiswa, Abdul Rasyid dan Novia Putri yang
telah membantu dalam berkoordinasi dengan pihak dosen demi
berjalannya modul riset dan berlangsungnya penelitian mahasiswa.
11.
Untuk Wakwaw PSPD 2012, Latanza Brothers 2015, seluruh Murid dan
Tutor Latanza Institute, Pascal, dan sahabat-sahabat saya yang selalu
membuat saya terus termotivasi dalam mengerjakan penyusunan
penelitian ini.
12.
Untuk Rakha Faturachman, Rizky Ananda Prawira, M. Ilyas Saputera,
dan Hylman Mahendra yang telah membantu dalam proses pengerjaan
penelitian ini.
13.
Untuk pengurus dan penghuni Wisma Annisa, khususnya Muhamad
Rosyid, Azwar Lazuardi, dan Abdelrahman yang telah membantu dan
memotivasi saya dalam proses pengerjaan penelitian ini.
14.
Untuk Fathya Fiddini Elfajri yang telah membantu dalam penyusunan
penelitian ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
15.
Untuk seluruh mahasiswa PSPD 2012 yang terus semangat bersama
dalam menimba ilmu di PSPD UIN Syarif Hidayatullah.
16.
Dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
vi
Peneliti menyadari bahwa laporan penelitian ini masih terdapat
ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang
membangun bagi penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat dan para pembaca.
Ciputat, 19 Oktober 2015
Peneliti
vii
ABSTRAK
Najib Askar. Program Studi Pendidikan Dokter. Profil Pasien Demam
Berdarah Dengue di Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng Tahun 2014.
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan utama
banyak negara di dunia. Asia Tenggara merupakan wilayah dengan kasus DBD
terbanyak di dunia, dan Indonesia adalah negara dengan kasus DBD terbanyak di
Asia Tenggara. Meskipun demikian, masih sangat sedikit studi mengenai DBD di
Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil pasien DBD dengan
menggunakan studi potong lintang dan bersifat deskriptif. Pada penelitian ini
didapatkan sampel sebanyak 67 pasien yang dirawat inap di RSUD Cengkareng.
Pada hasil penelitian didapatkan demografi pasien dengan 41 anak dan 26 dewasa,
34 laki-laki dan 33 perempuan serta kejadian tertinggi terdapat pada bulan April.
Gejala klinis tersering yaitu demam pada 100%, mual pada 86,6%, anoreksia
pada 73,1%, muntah dan malaise pada 56.7% pasien.. Hasil laboratorium dengan
trombositopeni pada anak sebanyak 61% dan pada dewasa 30,8%, leukopeni
pada dewasa 61,5%, peningkatan hematokrit ≥20%, pada dewasa sebanyak
38,5%. Tidak ditemukan kasus dengan kematian pada penelitian ini.
Kata Kunci: Demam berdarah Dengue, Gambaran Klinis
ABSTRACT
Najib Askar. Medical Education Department. Profile Dengue Haemorrhagic
Fever at Central Hospital of Cengkareng 2014.
Dengue haemorrhagic fever (DHF) is one of the major health problems in many
countries in the world. Southeast Asia is a region with highest DHF cases in the
world, and Indonesia is a country with the highest DHF cases in Southeast Asia.
Neverthless, a few researchs of DHF in Indonesia. This study was conducted to
determine the profiles of DHF patients using cross-sectional study and descriptive
type. The study obtained sample of 67 hospitalized patients in General Hospital of
Cengkareng. The result of patient demographics from this research were 41
children and 26 adults, 34 men and 33 women, and the highest incidence was in
April. The most common clinical symptoms were fever occured in all patients,
nausea in 86.6%, anorexia in 73.1%, vomit and malaise in 56.7%. The laboratory
results with thrombocytopenia occurred in 61% children and 30.8% adults,
leukopeni occurred in 61.5% adult, increase in hematocrit ≥20% occurred in
38.5% adults. No death case found in this study.
Keywords : Dengue Hemorrhagic Fever, Clinical Manifestations.
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL..............................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING.................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN................................................ iv
KATA PENGANTAR........................................................................................v
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3. Tujuan Penelitian.......................................................................................... 2
1.3.1. Tujuan Umum..................................................................................... 2
1.3.2. Tujuan Khusus.................................................................................... 2
1.4. Manfaat Penelitian........................................................................................ 2
1.4.1. Bagi Peneliti.........................................................................................2
1.4.2. Bagi Masyarakat.................................................................................. 2
1.4.3. Bagi Institusi..................................................................................... .. 3
1.4.4. Bagi Tenaga Medis.............................................................................. 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 4
2.1. Landasan teori ............................................................................................. 4
2.1.1. Definisi............................................................................................... 4
2.1.2. Epidemiologi ..................................................................................... 4
2.1.3. Etiologi ...............................................................................................6
2.1.4. Penularan.............................................................................................6
2.1.5. Patogenesis dan Patofisiologi............................................................. 7
2.1.6. Gambaran Klinis................................................................................. 10
2.1.7. Klasifikasi dan Diagnosis................................................................... 11
2.2. Kerangka Teori............................................................................................. 13
2.3. Kerangka Konsep ......................................................................................... 14
2.4. Definisi Operasional..................................................................................... 15
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN...................................................... 20
3.1. Desain Penelitian.......................................................................................... 20
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................ 20
3.3. Populasi dan Sampel..................................................................................... 20
3.3.1. Populasi dan Sampel yang Diteliti.....................................................20
3.3.2. Jumlah Sampel................................................................................... 20
3.3.3. Cara Pengambilan Sampel................................................................. 21
3.3.4. Kriteria Sampel........................................................ ......................... 21
3.3.4.1. Kriteria Inklusi........................................................ ........... 21
ix
3.3.4.2. Kriteria Ekslusi................................................................... 21
3.4. Cara Kerja Penelitian ................................................................................... 22
3.5. Manajemen Data ......................................................................................... 23
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 24
4.1. Sebaran Demografi Pasien ........................................................................... 24
4.2. Gambaran Klinis Pasien .............................................................................. 33
4.3. Karakteristik Penatalaksanaan Pasien .......................................................... 40
4.4. Angka Kematian Pasien ............................................................................... 41
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN................................................................. 42
5.1. Simpulan ...................................................................................................... 42
5.2. Saran............................................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 44
LAMPIRAN....................................................................................................... 47
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.
Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
Tabel 4.3.
Tabel 4.4.
Tabel 4.5.
Tabel 4.6.
Tabel 4.7.
Tabel 4.8.
Tabel 4.9.
Tabel 4.10.
Tabel 4.11.
Tabel 4.12.
Tabel 4.13.
Tabel 4.14.
Tabel 4.15.
Tabel 4.16.
Tabel 4.17.
Tabel 4.18.
Tabel 4.19.
Tabel 4.20.
Klasifikasi Infeksi Dengue dan Tingkat Keparahan DBD..............10
Sebaran Sosio-Demografi Pasien DBD.......................................... 24
Distribusi Pasien DBD Anak dan Dewasa Berdasarkan Jenis
Kelamin...........................................................................................25
Distribusi Alamat Pasien................................................................ 26
Distribusi Pasien Berdasarkan Pekerjaannya..................................27
Distribusi Pasien Berdasarkan Suku............................................... 27
Distribusi Tingkat Pendidikan pada Pasien Anak dan Dewasa...... 28
Distribusi Status Pernikahan Pasien Anak dan Dewasa................. 29
Karakteristik Lama Rawat Inap...................................................... 31
Sebaran Pasien Berdasarkan Jalur Masuk Rumah Sakit.................32
Distribusi Indeks Massa Tubuh pada Pasien Anak Berdasarkan
Kurva Pertumbuhan WHO 2007.................................................... 32
Distribusi Indeks Massa Tubuh pada Pasien Dewasa Berdasarkan
Klasifikasi WHO Asia Pasifik........................................................ 33
Gambaran Klinis pada Pasien Anak............................................... 33
Gambaran Klinis Pada Pasien Dewasa........................................... 35
Interpretasi Hasil Laboratorium pada Pasien Anak........................ 35
Gambaran Hasil Laboratorium pada Pasien Dewasa......................37
Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang yang Dilakukan.......... 38
Sebaran Pasien Berdasarkan Diagnosis.......................................... 39
Tatalaksana Cairan pada Pasien......................................................40
Jenis dan Frekuensi Tindakan yang Dilakukan pada Pasien...........40
Pemberian Terapi Antibiotik pada Pasien...................................... 40
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.
Angka Kesakitan DBD per 100.000 Penduduk Tahun
2008-2013 di Indonesia................................................................4
Gambar 2.2. Patogenesis Demam Berdarah dengue.........................................8
Gambar 4.1. Diagram Sebaran Pasien Berdasarkan Bulan Rawat Inap...........30
xii
DAFTAR SINGKATAN
APC
: Antigen Presenting Cell
DBD
: Demam Berdarah Dengue
DD
: Demam Dengue
DSS
: Dengue Shock Syndrome
ICAM
: Intracellular Adhesion Moleculle
IFN
: Interferon
IgG
: Imunoglobulin G
IgM
: Imunoglobulin M
IL
: Interleukin
IMT
: Indeks Massa Tubuh
NO
: Nitrit Oksida
PAF
: Platelet Activating Fator
TNF
: Tumor Necroting Factor
WHO
: World Health Organization
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit yang
disebabkan oleh infeksi Virus Dengue. Virus Dengue dapat masuk ke dalam
sistem peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk yang memiliki genus
Aedes.1 Gejala pada pasien yang terinfeksi dapat berupa demam ringan sampai
tinggi, sakit kepala, nyeri pada daerah sekitar mata, nyeri otot dan persendian,
ruam, hingga perdarahan spontan.2 Demam dengue (DD) menjadi salah satu
masalah kesehatan utama banyak negara di dunia, khususnya negara dengan iklim
tropis.3 Diperkirakan, sebanyak 2,5 milyar penduduk bumi tinggal di negara
dengan endemik Virus Dengue, 52% darinya tinggal di Asia Tenggara yang terdiri
dari 10 negara endemik Virus Dengue.4 Saat ini dilaporkan sebanyak 100 hingga
200 juta kasus infeksi dengue terjadi setiap tahunnya yang tersebar pada kurang
lebih 100 negara di seluruh dunia.3 Dari keseluruhan kasus yang tersebar di
seluruh dunia tersebut, Asia Tenggara merupakan wilayah yang menempati angka
kejadian tertinggi, yaitu 232.530 kasus pada tahun 2009, dengan 2.031 kasusnya
berujung pada kematian.4
Indonesia merupakan negara dengan kasus DD tertinggi di Asia Tenggara,
yaitu sebanyak 156.052 dari total 232.530 kasus pada tahun 2009, atau dengan
kata lain, sepanjang tahun 2009, dari keseluruhan kasus di Asia Tenggara kurang
lebih 67% kasus DD terjadi di Indonesia.4 Berdasarkan Profil Kesehatan
Indonesia 2013 yang dibuat oleh Kementrian Republik Indonesia menunjukkan
bahwa, sepanjang tahun 2013 jumlah pasien DBD sebanyak 112.511 kasus atau
sebanding dengan 45,85 kasus per 100.000 penduduk Indonesia, dengan 871
kasus berujung pada kematian.1
Walaupun demikian, masih sedikit studi yang meneliti mengenai DBD di
Indonesia. Oleh karena itu, peneliti melihat dibutuhkan banyak studi yang
berkaitan dengan DBD di Indonesia. Atas dasar hal tersebut, peneliti memilih
untuk membuat penelitian deskriptif mengenai DBD yang berjudul Profil Pasien
Demam Berdarah Dengue di Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng 2014.
1
2
Peneliti berharap penelitian ini dapat menambah referensi yang ada mengenai
gambaran klinis pasien DBD di Indonesia, khususnya di wilayah Cengkareng dan
sekitarnya.
1.2.
Rumusan Masalah
Bagaimana profil pasien demam berdarah dengue di Rumah Sakit Umum
Daerah Cengkareng pada tahun 2014?
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui sebaran gambaran klinis pasien rawat dengan demam
berdarah dengue di RSUD Cengkareng pada tahun 2014.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran sosio-demografi pasien dengan demam berdarah
dengue di RSUD Cengkareng pada tahun 2014.
b. Mengetahui sebaran gambaran klinis pasien anak dan dewasa dengan
demam berdarah dengue di RSUD Cengkareng pada tahun 2014.
c. Mengetahui angka kematian pasien demam berdarah dengue di RSUD
Cengkareng pada tahun 2014.
1.4.
Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Peneliti
a. Meningkatkan pengetahuan peneliti mengenai sebaran gambaran klinis
demam berdarah dengue berdasarkan sosio-demografi pasien.
b. Menjadi prasyarat kelulusan dalam memperoleh gelar sarjana kedokteran.
1.4.2. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi tambahan kepada masyarakat mengenai gambaran
klinis pasien dengan demam berdarah dengue dan bagaimana sebaran
berdasarkan sosio-demografinya.
3
1.4.3. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan menjadi bahan referensi bagi peneliti
berikutnya.
1.4.4. Bagi Tenaga Medis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan evaluasi mengenai
diagnosis pasien demam berdarah dengue.
`BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Landasan Teori
Demam Berdarah Dengue
2.1.1. Definisi
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit yang
didasari oleh infeksi Virus Dengue.1 Virus dengue dapat masuk ke dalam sistem
peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes.1 Gejala pada
pasien yang terkena DBD dapat berupa demam ringan sampai tinggi, sakit kepala,
nyeri pada sekitar mata, nyeri otot dan persendian, ruam, hingga perdarahan
spontan.2 Pada keadaan yang lebih berat, pasien dapat mengalami syok
hipovolemik akibat kebocoran plasma yang disebut sebagai sindrom syok dengue
(SSD).
2.1.2. Epidemiologi
Gambar 2.1. Angka Kesakitan DBD per 100.000
Penduduk Tahun 2008-2013 di Indonesia.1
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2013 yang dibuat oleh
Kementrian Republik Indonesia menunjukkan bahwa, sepanjang tahun 2013
jumlah pasien DBD sebanyak 112.511 kasus yang sebanding dengan 45,85 kasus
per 100.000 penduduk Indonesia, dengan 871 kasus berujung pada kematian.1
Berdasarkan gambar 2.1 di atas, bila dibandingkan dengan tahun 2008 yang
4
5
memiliki angka kesakitan sebesar 59,02 kasus per 100.000 penduduk, angka
kesakitan pada tahun 2013 memiliki nilai yang lebih rendah. Akan tetapi, bila
dilihat dalam 3 tahun terakhir, yakni tahun 2011, 2012, dan 2013 yang masingmasing memiliki angka kesakitan sebesar 27,67, 37,27, dan 45,85 kasus, angka
kesakitan dari tahun ke tahun cenderung memiliki tren peningkatan.1
Tiga daerah dengan angka kesakitan tertinggi adalah Bali dengan 168,48
kasus, Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan 104,04 kasus, dan Daerah Istimewa
Yogyakarta sebesar 95,99 kasus per 100.000 penduduk.1 Bila jumlah kasus pada
tahun 2013 dibandingkan dengan jumlah kasus pada tahun 2012, maka terjadi
peningkatan sebanyak 90.425 kasus.1 Akan tetapi, angka kesakitan DBD yang
ditargetkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2013 telah
tercapai, yakkni ≤52 kasus per 100.000 penduduk.1
Tingginya kasus, terutama kematian akibat DBD di Indonesia tidak
terlepas dari kontrol dan pencegahan yang lemah oleh berbagai pihak, khususnya
dari pemerintah dan masyarakat. Kebanyakan dokter di Indonesia juga belum
menerapkan standar penanganan kasus DBD, sehingga jumlah kematian masih
tinggi. Faktor penting lainnya adalah belum tersedianya obat spesifik atau vaksin
untuk menangani dengue.
Berdasarkan laporan epidemiologi, angka kematian DBD di Indonesia
mengalami penurunan dari 41,3% pada tahun 1968 menjadi 2,9% pada akhir
tahun 1992, tahun 2000 kurang dari 2%, dan 0,8% pada tahun 2008. Laporan ini
berbeda dengan angka kematian di rumah sakit yang masih cukup tinggi (5-15%)
terutama di rumah sakit rujukan. Sampai saat ini angka kematian SSD masih
tinggi, terutama pada penderita dengan penyulit perdarahan dan ensefalopati.
Angka kematian di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta sebesar 20-26%, di
RS Dr. Soetomo Surabaya sebesar 16-20%.
Sejak tahun 1968-1995 di Indonesia kasus DBD terutama menyerang
kelompok umur 5-14 tahun, tetapi setelah tahun 1984 insidens kelompok umur
lebih dari 15 tahun meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 di provinsi
DKI Jakarta, persentase kasus DBD terbanyak merupakan kelompok 5-14 tahun
6
(36%), diikuti kelompok umur lebih 5 tahun (31%), kelompok 15-44 tahun (22%)
lebih dari 45 tahun (11%). Data dari tahun menunjukkan proporsi jenis kelamin
lelaki banyak dibanding perempuan pada semua umur.
Demam berdarah dengue biasanya paling banyak terjadi pada musim
hujan, ketika suhu dan kelembabannya mendukung untuk perkembangbiakan dari
vektornya.2
2.1.3. Etiologi
Penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh Virus Dengue yang
masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk. Virus ini merupakan
virus dari genus Flavivirus dan family Flaviviridae. Virus ini beukuran 50 nm dan
merupakan Virus dengan rantai RNA tunggal. Virus Dengue terbentuk dari tiga
protein struktural, yaitu protein inti (core), protein membran, dan protein
selubung, dan juga memiliki tujuh protein non-struktural. Salah satu protein nonstruktural yang dimiliki yaitu glikoprotein selubung, yaitu NS1, yang memiliki
peran patogenesis yang penting terkait dengan kemampuan proses penggumpalan
darah. Selain itu, juga dapat dapat digunakan untuk membantu menegakkan
diagnosis infeksi dengue. Virus Dengue dibagi menjadi 4 serotipe, yaitu DENV-1,
DENV-2, DENV-3, dan DENV-4.4
2.1.4. Penularan4
DBD ditularkan melalui vektor nyamuk betina Aedes aegypti ataupun
Aedes albopictus. Nyamuk ini mendapatkan Virus Dengue dari manusia yang
terkena infeksi dengue. Nyamuk harus menggigit manusia yang terinfeksi dengue
pada fase viremia, yaitu 2 hari sebelum timbul demam hingga 4-5 hari setelah
gejala demam muncul. Nyamuk yang sudah menghisap darah yang mengandung
Virus Dengue akan terinfeksi pada sel epitel usus dan virus akan bereplikasi di sel
tersebut. Setelah itu Virus Dengue akan menyebar ke kelenjar liur nyamuk dan
akan masuk ke dalam air liur. Ketika nyamuk menggigit manusia, maka nyamuk
akan mengeluarkan air liurnya dan Virus Dengue pun akan masuk ke peredaran
manusia dan memulai siklusnya di dalam tubuh manusia.
7
2.1.5. Patogenesis dan Patofisiologi5,6
Pada saat nyamuk menggigit manusia, Virus Dengue masuk ke peredaran
darah dan menyebar ke epidermis dan dermis. Virus Dengue yang masuk
ditangkap oleh sel Langerhans (makrofag kulit) dan selanjutnya sel tersebut
memproses informasi tersebut dan berperan sebagai APC (Antigen Presenting
Cell) yang mengantarkan informasi mengenai virus ke kelenjar getah bening
terdekat. Setelah itu, APC mengaktifasi sel T-Helper dan menginduksi monosit
dan makrofag lainnya untuk memfagosit virus.
Akan tetapi, Virus Dengue yang difagosit dapat bertahan hidup di dalam
sel dan dapat menyebabkan pelepasan mediator kimiawi seperti interferon,
interleukin 1 (IL-1), IL-6, IL-12, dan TNF. Pelepasan mediator kimiawi inilah
yang dapat menyebabkan gejala sistemik seperti demam dan peningkatan
permeabilitas pembuluh darah. Selain itu, Virus Dengue yang sudah difagosit oleh
makrofag juga dapat beramplifikasi dan menyebar ke peredaran darah, fase inilah
yang disebut sebagai fase viremia. T-Helper yang diaktifasi tersebut akan
mengaktifasi sel T sitotoksik dan sel B, sel T sitotoksik berperan dalam
melisiskan makrofag yang sudah terinfeksi Virus Dengue, sementara sel B akan
membentuk antibodi terhadap Virus Dengue. Proses di atas menyebabkan
pelepasan mediator-mediator kimia yang dapat menyebabkan gejala sistemik.
Selain itu, infeksi dari Virus Dengue juga dapat menyerang ke sumsum tulang
yang merupakan tempat pembentukan sel-sel darah sehingga dapat menurunkan
produksi sel-sel darah.
Antibodi yang terbentuk sebagai respon dari infeksi Virus Dengue adalah
Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG). Dalam peredaran darah,
IgM dapat ditemukan pada hari kelima demam dan menghilang setelah 60-90 hari.
Sementara untuk IgG, pada infeksi primer dapat ditemukan mulai dari hari ke-14
setelah demam sedangkan pada infeksi sekunder, IgG sudah dapat dideteksi pada
hari kedua demam.
8
Gambar 2.2. Patogenesis Demam Berdarah Dengue.5
Pada infeksi primer, antibodi yang terbentuk memiliki fungsi netralisasi
dan non-netralisasi, fungsi tersebut akan mengenali protein E, NS1, Pre M, dan
NS3. Sel yang terinfeksi akan dikenali dan dilisiskan melalui aktifitas netralisasi
maupun melalui aktivitas dari kompolemen yang pada akhirnya dapat mencegah
penyebaran infeksi dari Virus Dengue. Bila terjadi infeksi sekunder dengan
serotipe yang sama maka antibodi yang ada sudah siap untuk memberikan
9
perlawanan dan mengatasi infeksi tersebut. Hal ini berbeda dengan infeksi
sekunder Virus Dengue dengan serotipe yang berbeda. Pada keadaan ini, antibodi
dapat mengikat antigen, namun tidak dapat menetralisirnya. Kompleks antigenantibodi ini justru bersifat opsonisasi, sehingga memancing makrofag datang dan
makrofag dengan mudah terinfeksi Virus Dengue. Pada akhirnya makrofag akan
memproduksi IL-1, IL-6, TNFα, dan platelet activating factor (PAF).
TNFα dan sistem komplemen dapat menyebabkan kebocoran plasma
melalui perusakan endotel dan efek vasoaktif yang memvasodilatasi pembuluh
darah. Selain itu, efek dari komplemen dan PAF yang berlebihan juga dapat
menginduksi koagulasi dan perdarahan. Selain itu, juga terdapat anti-NS1 yang
berikatan dengan hepatosit, sel endotel, dan platelet. Efek pengikatan anti-NS1
pada sel endotel dapat menyebabkan pengeluaran nitrit oksida (NO) yang
berlebihan dan dapat menyebabkan kerusakan pada sel endotel. Hal inilah yang
dapat menyebabkan terganggunya fungsi endotel dan menyebabkan kebocoran
plasma. Kebocoran plasma ini dapat menyebabkan gangguan perfusi ke jaringan,
sehingga terjadi kompensasi tubuh dalam upaya menghilangkan gangguan perfusi
ke jaringan. Bila keadaan kebocoran plasma memburuk dan berkepanjangan,
maka dapat terjadi kondisi yang disebut sebagai sindrom syok dengue. Kebocoran
plasma juga dapat terlihat dengan adanya peningkatan kadar hematokrit
(hemokonsentrasi). Selain itu, ikatan anti-NS1 dengan sel endotel juga dapat
menginduksi pengeluaran interleukin-6 (IL-6), IL-8, dan intracellular adhesion
molecule 1 (ICAM-1). Anti-NS1 juga berikatan dengan trombosit, yang bisa
berefek
pada
penurunan
hitung
trombosit
(trombositopenia)
dan
bisa
menyebabkan keluhan perdarahan.
Selain itu, pada keadaan yang lebih berat, infeksi ke sumsum tulang, reaksi
silang antibodi dengan plasmin dan platelet, ketidakseimbangan mediatormediator kimia dalam darah, serta pengaktifan system fibrinolisis dapat
menyebabkan
keadaan
intravascular coagulation.
gangguan
pembekuan
darah
yaitu
diseminata
10
2.1.5. Gambaran Klinis
Pada pasien demam berdarah dengue secara umum gambaran klinis
bergantung pada fase perjalanan penyakit. Pada fase pertama, yaitu febrile phase
akan muncul gejala demam tinggi yang akut dan sering diikuti dengan gejala
lainnya seperti anoreksia, mual, muntah, sakit kepala, eritema pada kulit, nyeri
otot, nyeri sendi, nyeri retro-orbita, dan fotofobia.7
Gejala perdarahan ringan seperti petekie, epistaksis, dan perdarahan gusi
dapat muncul pada fase ini. Sedangkan perdarahan masif saat menstruasi dan
perdarahan saluran cerna jarang ditemukan pada fase ini.4,7 Fase demam ini dapat
berlangsung antara dua hingga tujuh hari pertama.7
Fase kedua disebut dengan fase kritis, pada fase ini, suhu tubuh pasien
menurun diantara 37,5-38 C, bahkan lebih rendah dari itu.7 Pada fase ini terjadi
kebocoran plasma yang didahului penurunan kadar leukosit yang progresif dan
penurunan hitung trombosit.7 Kebocoran plasma yang signifikan biasanya akan
berakhir setelah 24-48 jam. Kebocoran plasma ditandai dengan meningkatnya
kadar hematokrit dari nilai normalnya.5
Tingginya peningkatan hematokrit merupakan gambaran keparahan dari
kebocoran plasma. Kebocoran plasma akan mempengaruhi tekanan darah pasien
yang dapat menyebabkab syok.7 Bila terjadi syok yang berat dan atau
berkepanjangan, maka hipoperfusi dapat mengakibatkan asidosis metabolik,
kerusakan organ yang progresif, dan diseminata intravascular coagulation. Dan
dapat berujung dengan keterlibatan banyak organ seperti hepatitis, ensefalitis, dan
miokarditis. Meskipun pada DBD akan terjadi peningkatan hematokrit dan
penurunan kadar leukosit, namun pada kasus ini perdarahan yang berat dan respon
stress akan menyebabkan keadaan sebaliknya, yaitu meningkatnya leukosit dan
menurunnya hematokrit.6
Setelah melewati fase kritis, pasien akan memasuki fase pemulihan, pada
fase ini, cairan yang keluar dari plasma akan kembali diserap masuk ke dalam
pembuluh darah. Pada fase ini, keadaan umum pasien akan membaik, nafsu
11
makan meningkat, keluhan pencernaan berkurang, keadaan hemodinamik mulai
stabil, dan mulai terjadi pembentukan urin. Kadar hematokrit kembali ke nilai
normal, atau terlihat lebih rendah karena efek pengenceran akibat banyaknya
cairan yang diserap ke vaskular dan kadar leukosit pun mulai meningkat, akan
tetapi pemulihan hitung trombosit terjadi lebih lambat dibanding dengan leukosit.7
2.1.6. Klasifikasi dan Diagnosis
WHO membagi infeksi dengue dan derajat keparahannya ke dalam 5
tingkat klasifikasi, yaitu demam dengue (DD), DBD tingkat 1, DBD tingkat 2,
DBD tingkat 3, dan DBD tingkat 4.4
Tabel 2.1. Klasifikasi Infeksi Dengue dan Tingkat Keparahan DBD
Demam
Tingkat
Tanda dan Gejala
Hasil Laboratorium
Dengue
(DD)/DBD
Demam dengan 2 gejala berikut :







DD
DBD
I
DBD
II
DBD
III
DBD
IV
Sakit kepala
Nyeri daerah belakang mata
Nyeri otot
Nyeri sendi/nyeri tulang
Bercak kemerahan
Manifestasi perdarahan
Tidak ada bukti kebocoran
plasma
Demam dan manifestasi perdarahan
(positif pemeriksaan tourniquet) dan
adanya bukti kebocoran plasma.
 Leukopenia (≤5.000
sel/mm3)
 Trombositopenia (hitung
trombosit <150.000
sel/mm3)
 Peningkatan hematokrit
(5-10%)
 Tidak ada bukti
kebocoran plasma
Trombositopenia <100.000
sel/mm3; peningkatan
hematokrit ≥20%
Sama seperti pada tingkat I dan
ditambah dengan perdarahan spontan
Trombositopenia <100.000
sel/mm3; peningkatan
hematokrit ≥20%.
Sama seperi pada tingkat I atau II
dan ditambah dengan kegagalan
sirkulasi (nadi lemah, selisih antara
sistol-diastol ≤20 mmHg, hipotensi,
restlessness).
Trombositopenia <100.000
sel/mm3; peningkatan
hematokrit ≥20%
Sama seperti pada tingkat III dan
ditambah dengan syok yang
berkepanjangan dengan tekanan
darah dan nadi yang tidak dapat
Trombositopenia <100.000
sel/mm3; peningkatan
hematokrit ≥20%.
12
diukur.
(Sumber : Diolah dari Comprehensive guidelines for prevention and control of dengue and dengue
haemorrhagic fever WHO SEAREO 2011)
Berdasarkan gambaran klinis pada tabel di atas, diagnosis dapat
ditegakkan. Pada demam dengue diagnosis dapat ditegakkan bila pasien
mengalami demam, tidak adanya bukti yang mendukung kebocoran plasma, dan
memiliki minimal dua tanda dan gejala sebagai berikut,
a. Sakit kepala
b. Nyeri pada bagian belakang mata
c. Nyeri otot
d. Nyeri sendi atau tulang
e. Kemerahan pada kulit
f. Tanda-tanda perdarahan
Data lainnya yang mendukung penegakkan diagnosis DD adalah dengan adanya
hasil laboratorium seperti berikut,
a. Hitung leukosit <5.000 sel/mm3
b. Hitung trombosit <150.000 sel/mm3
c. Peningkatan hematokrit 5-10%
Untuk penegakkan diagnosis DBD tingkat 1 adalah demam, adanya
manifestasi perdarahan, dan adanya tanda dari kebocoran plasma. Sementara hasil
laboratorium yang mendukung adanya kebocoran plasma adalah hasil hitung
trombosit yang kurang dari 100.000 sel/mm3 dan peningkatan kadar hematokrit
≥20%.
DBD tingkat 2 dapat ditegakkan bila muncul gambaran klinis yang sama
dengan DBD tingkat 1, namun ditambah dengan adanya perdarahan spontan pada
pasien.
Pada DBD tingkat 3, diagnosis ditegakkan bila gambaran klinis pasien
sama dengan DBD tingkat 1 ataupun 2, namun ditambah dengan adanya tanda
dari kegagalan sirkulasi yaitu, lemahnya pulsasi nadi, selisih antara tekanan darah
sistol dan diastol ≤20 mmHg, tekanan darah rendah, pasien terlihat resah.
13
Pada DBD tingkat 4, gambaran klinis sama dengan DBD tingkat 3, namun
disertai ketidakbisaan pemeriksa untuk melakukan pengukuran tekanan darah dan
nadi pasien.
2.2. Kerangka Teori
Nyamuk yang
terinfeksi virus
Dengue menggigit
manusia
Infeksi virus Dengue
pada manusia
Asimptomatik
Simptomatik
Demam Dengue
Demam Berdarah
Dengue
Gambaran
Gejala Klinis
: Yang diteliti
Gambaran
Laboratorium
14
2.3. Kerangka Konsep
Sosio-Demografi Pasien
Pasien Demam
Berdarah Dengue










Kelompok usia
Jenis kelamin
Alamat
Pekerjaan
Suku
Tingkat pendidikan
Status pernikahan
Bulan rawat inap
Lama rawat inap
Jalur masuk rumah
sakit
 Indeks massa tubuh
Gambaran Klinis
 Gejala
 Hasil laboratorium
 Pemeriksaan
penunjang
 Diagnosis
 Tatalaksana
Angka Kematian
15
2.4. Definisi Operasional
No Variabel
1.
Rekam medis
Definisi
Alat
Cara
Ukur
Ukur
Suatu berkas yang berisikan
Skala Ukur
Baca
Kategorik
Baca
Kategorik
Baca
Kategorik
catatan dalam bentuk dokumen
mengenai identitas pasien, hasil
pemeriksaan,
pengobatan,
,tindakan dan pelayanan lain
yang telah diberikan kepada
pasien.8
2.
Demam
Merupakan Pasien yang telah
Rekam
berdarah
terdiagnosis DBD yang sudah
medis
dengue (DBD)
dituliskan oleh dokter dalam
rekam medis pasien. Penyakit
demam berdarah dengue (DBD)
merupakan suatu penyakit yang
didasari
Dengue.
3.
Kelompok usia
oleh
infeksi
Virus
1
Usia pasien saat terdiagnosa
Rekam
Demam Berdarah Dengue dan
medis
ordinal
dikelompokkan menjadi
Pra sekolah (3-5)
Kanak-kanak (6-11)
Remaja muda (12-14)
Remaja (15-17)
Dewasa muda (18-35)
Dewasa menengah (36-55)
Dewasa akhir (>55)
4.
Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah perbedaan
antara perempuan dengan lakilaki secara biologis sejak
Rekam
medis
Baca
Kategorik
nominal
16
seseorang lahir.9
5.
Alamat
Alamat
merupakan
domisili
tempat pasien tinggal yang telah
Rekam
Baca
medis
Kategorik
nominal
dituliskan di dalam rekam medis
pasien.
6.
Pekerjaan
Pekerjaan
adalah
macam
pekerjaan
yang
dilakukan
seseorang
atau
ditugaskan
Rekam
Baca
medis
Kategorik
ordinal
kepada seseorang yang sedang
bekerja atau yang sementara
tidak bekerja.
Dikelompokkan menjadi:
Pelajar
Mahasiswa
Karyawan
Ibu Rumah Tangga
Guru
Lainnya.
7.
Suku
Asal suku pasien dibagi
Rekam
menjadi, Jawa, Sunda, Betawi,
medis
Baca
Kategorik
ordinal
Makassar, Palembang, Nias,
Batak, atau yang lainnya.
8.
Tingkat
Jenjang pendidikan pasien terdiri
Rekam
pendidikan
dari tingkat pendidikan saat ini,
medis
Baca
Kategorik
Baca
Kategorik
yang berarti tingkat pendidikan
yang sedang pasien jalani, yaitu
SD, SMP, SMA, dan kulia dan
tingkat
pendidikan
pasien yang yaitu,
terakhir
SD, SMP,
SMA, diploma, dan strata 1.
9.
Status
Pernikahan adalah sebuah ikatan
Rekam
Pernikahan
lahir batin antara seorang pria
medis
dengan seorang wanita ssebagai
ordinal
17
suami isteri dengan tujuan untuk
membentuk keluarga atau rumah
tangga yang bahagia dan kekal.10
Dikelompokkan menjadi :
10. Bulan rawat
inap

Menikah

Belum Menikah

Duda/Janda
Merupakan bulan dimana pasien
Rekam
dirawat inap di RSUD
medis
Baca
Kategorik
Baca
Kategorik
Baca
Kategorik
Hitung
Kategorik
Baca.
Kategorik
Baca
Kategorik
Cengkareng.
11. Lama rawat
inap
Didefinisikan sebagai lama
Rekam
pasien di rawat inap dan
medis
dihitung dalam hari.
12. Jalur masuk
Dibagi menjadi Instalasi Gawat
Rekam
rumah sakit
Darurat (IGD), poli umum, dan
medis
rujukan.
13. Indeks massa
tubuh (IMT)
Indeks massa tubuh adalah berat
Rekam
badan
dalam
kilogram
(kg)
medis dan
dibagi
tinggi
dalam
meter
2
kuadrat (m ), lalu IMT yang
klasifikasi
sudah
IMT Asia
didapat
berdasarkan
digolongkan
klasifikasi
IMT
menurut Kriteria Asia Pasifik.
14. Demam
kriteria
Pasifik
12
Demam didefinisikan sebagai
Rekam
peningkatan suhu tubuh dari
medis
nilai
temperatur
normalnya
13
(<37,7°C) . Pada penelitian ini,
demam
yang
merupakan
tercatat
dalam
keluhan
rekam
medis.
15. Mual
Mual
didefinisikan
perasaan
seringkali
muntah.
13
ingin
sebagai
muntah
muncul
dan
sebelum
Rekam
medis
18
16. Anoreksia
Anoreksia adalah tidak adanya
Rekam
medis
Baca
Kategorik
Didefinisikan sebagai perasaan
Rekam
Baca
Kategorik
tidak nyaman yang samar15
medis
Muntah adalah keluarnya isi
Rekam
medis
Baca
Kategorik
Rekam
Baca
Kategorik
Baca
Kategorik
Baca
Kategorik
Baca
Kategorik
Baca
Kategorik
Baca
Kategorik
Baca
Kategorik
Baca
Kategorik
Baca
Kategorik.
nafsu makan.
17. Malaise
18. Muntah
lambung
19. Sakit kepala
14
hingga
dengan
paksa
kekuatan.
14
ke
mulut
atau
dengan
Nyeri pada kepala.15
medis
20. Nyeri perut
Rekam
Nyeri pada abdomen.
medis
21. Epistaksis
Perdarahan dari hidung,
Rekam
biasanya akibat pecahnya
medis
pembuluh darah kecil yang
terletak pada bagian anterior
septum nasal kartilaginosa.15
22. Perdarahan
Keluarnya darah dari gusi.
gusi
23. Perdarahan
saluran cerna
24. Mialgia
Rekam
medis
Keluarnya darah darri saluran
Rekam
pencernaan.
medis
Nyeri pada otot.15
Rekam
medis
25. Arthralgia
Rekam
Nyeri pada daerah sendi.
medis
26. Sakit tenggorok
Sensasi nyeri pada daerah
tenggorok (anterior leher).
27. Hitung
trombosit
Rekam
15
Didefinisikan sebagai jumlah sel
3
keping darah dalam mm ,
3
(sel/mm ).
medis
Rekam
medis
Trombositop
enia
(trombosit<
19
100.000
sel/mm3)
28. Kadar
hematokrit
Didefinisikan sebagai persentase
Rekam
sel darah merah terhadap
medis
volume darah total.
Baca.
Kategorik.
1 : < 36 %
16
2 : >36 %
29. Hitung leukosit
Didefinisikan sebagai
Rekam
perhitungan jumlah sel darah
medis
Baca.
Kategorik.
Leukopenia
putih per satu mili liter kubik
(Leukosit
(sel/mm3).
<5.000
sel/mm3)
30. Nilai SGOT
Didefinisikan sebagai jumlah
Rekam
enzim SGOT dalam unit per
medis
Baca.
Kategorik
1 : <30 U/L
liter darah (U/L).
2 : >30 U/L
3 : tidak
dilakukan
pemeriksaan
31. Nilai SGPT
Didefinisikan sebagai jumlah
Rekam
enzim SGOT dalam unit per
medis
Baca
Kategorik
1 : <35 U/L
liter darah (U/L).
2 : >35 U/L
3 : tidak
dilakukan
pemeriksaan
32. Imunoglobulin
M (IgM)
Merupakan antibodi yang
Rekam
dibentuk tubuh sebagai respon
medis
Baca.
Kategorik
1 : positif
dari infeksi Virus Dengue, dapat
dideteksi 3-5 hari setelah onset
2 : negatif
penyakit dan tidak terdeteksi
kembali setelah 2-3 bulan
3 : tidak
kemudian.4
dilakukan
pemeriksaan
33. Imunoglobulin
G (IgG)
Merupakan antibodi yang
Rekam
dibentuk tubuh sebagai respon
medis
dari infeksi Virus Dengue, dapat
dideteksi di akhir minggu
Baca.
Kategorik
1 : positif
20
pertama dan tidak terdeteksi
2 : negatif
kembali setelah beberapa tahun.
4
3 : tidak
dilakukan
pemeriksaan
34. Tindakan
Suatu tatalaksana atau terapi
Rekam
invasif yang diberikan dokter
medis
Baca
Kategorik
Baca
Kategorik
kepada pasien. Terdiri dari
terapi cairan, pemberian
antibiotik, dan tindakan.
35. Antibiotika
Antibiotika adalah segolongan
Rekam
senyawa, baik alami maupun
medis
1 : diberikan
sintetik, yang mempunyai efek
antibiotik
untuk menekan atau
menghentikan suatu proses
2 : tidak
biokimia di dalam suatu
diberikan
organisme, khususnya dalam
antibiotic
proses infeksi oleh bakteri.
36. Meninggal
Meninggal
adalah
menghilangnya
nyawa
17
tidak hidup lagi.
sudah
atau
Rekam
Baca
Kategorik
medis
1 : meninggal
2 : tidak
meninggal
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan pendekatan retrospektif
cross-sectional dengan mengumpulkan data di bagian rekam medis RSUD
Cengkareng. Data-data yang telah terkumpul akan digunakan untuk mengetahui
Profil Pasien Demam Berdarah Dengue di Rumah Sakit Umum Daerah
Cengkareng 2014.
3.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng
selama bulan Juli hingga Agustus 2015.
3.3.
Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi dan Sampel yang Diteliti
Populasi yang dijadikan subjek penelitian adalah sebagai berikut:
a. Populasi target: pasien rawat inap dengan demam berdarah dengue.
b. Populasi terjangkau: pasien dengan demam berdarah dengue yang
dirawat inap di RSUD Cengkareng.
c. Subjek yang diteliti: pasien rawat inap dengan demam berdarah
dengue di RSUD Cengkareng pada Tahun 2014 yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan oleh peneliti.
3.3.2. Jumlah Sampel
Jumlah sampel yang dijadikan subjek dalam penelitian ini ditentukan
berdasarkan rumus besar hitung sampel untuk data nominal, yaitu:26
n=
n=
,
,
. , . ,
= 385
Zα ∶ Tingkatkemaknaan ditetapkanpeneliti
P : Proporsi penyakit (dari pustaka)
Q : 1-P
d : Tingkat ketepatan relatif (ditetapkan peneliti)
21
22
Pada rumus ini, Zα merupakan nilai yang diambil dari tingkat
kepercayaan 95%, yaitu sebesar 1,96. Sedangkan P adalah prevalensi atau
proporsi DBD, peneliti mendapatkan data yang menggambarkan prevalensi pasien
DBD kurang dari 10% yang artinya P kurang dari 0,10. P tidak bisa digunakan
bila memiliki nilai kurang dari 0,10, sehingga peneliti mengambil angka 0,5
sebagai angka prevalensi yang merupakan jumlah terbesar antara perkalian P
dengan Q.26 Sedangkan Q didapat dari pengurangan 1 dengan nilai P, maka
didapatkan Q sebesar 0,5. D merupakan ringkat ketepatan relatif yang ditemtukan
oleh peneliti, yakni 0,05 (5%). Pada akhirnya, setelah dihitung didapatkan sampel
sebesar 385 pasien.
3.3.3.
Cara Pengambilan Sampel
Sampel diambil dengan metode total sampling.
3.3.4.
Kriteria Sampel
3.3.4.1. Kriteria Inklusi
a. Pasien yang sudah tertulis diagnosis DBD dalam rekam medis pasien
di RSUD Cengkareng.
b. Pasien DBD yang dirawat inap di RSUD Cengkareng pada Tahun
2014.
3.3.4.2. Kriteria Eksklusi
a. Pasien DBD yang sudah terdiagnosis memiliki penyakit keganasan
sumsum tulang.
b. Pasien DBD yang yang sudah terdiagnosis memiliki penyakit lain
yang dapat memberi gambaran trombositopenia.
23
3.4.
Cara Kerja Penelitian
Persiapan penelitian
Mengurus perizinan
kepada pihak
administrasi di
RSUD Cengkareng
Tidak diizinkan
Diizinkan
Meminjam rekam
medik pasien
demam berdarah
Identifikasi pasien
demam berdarah
dengue
Memenuhi kriteria
Tidak
memenuhi
Pengambilan data
Pengolahan data
Simpulan
a. Melakukan persiapan penelitian di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Mengurus perizinan ke RSUD Cengkareng untuk mengambil data.
24
c. Mengambil data rekam medis yang sesuai dengan syarat penelitian dengan
cara menyeleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, serta mengambil
rekam medis sejumlah sampel yang telah ditentukan.
d. Menyalin data rekam medis ke dalam lembar data penelitian yang telah dibuat
oleh peneliti.
e. Melakukan pengolahan data berdasarkan hasil dari lembar data penelitian
yang telah diisi.
f. Menarik kesimpulan.
3.5.
Manajemen Data
Data yang sudah dikumpulkan akan dimasukkan ke dalam tabel
berdasarkan variabel-variabelnya. Setelah itu, peneliti melakukan pemeriksaan
seluruh data yang terkumpul (editing). Kemudian peneliti memberi kode-kode
untuk setiap data agar memudahkan dalam proses memasukkan ke aplikasi
(coding). Langkah selanjutnya, peneliti memindahkan data-data yang telah diberi
kode untuk dilakukan pengolahan dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 16.
Hasil yang telah diolah, akan diubah ke dalam bentuk tabel dan diagram untuk
nantinya ditampilkan ke dalam hasil penelitian.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan studi deskriptif potong lintang dengan
pendekatan retrospektif, yang menggambarkan profil pasien DBD di RSUD
Cengkareng tahun 2014. Pada penelitian ini sampel yang didapatkan 67 pasien.
Data yang didapatkan adalah jumlah angka kejadian DBD dan sebaran sosiodemografi pasien yaitu kelompok usia, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku,
tingkat pendidikan, status pernikahan, agama, bulan rawat inap, ruang rawat inap,
lama rawat inap, jalur masuk rumah sakit, indeks massa tubuh (IMT). Selain itu,
juga didapatkan data gambaran klinis meliputi keluhan, pemeriksaan fisik, hasil
laboratorium, pemeriksaan penunjang, tatalaksana cairan, tatalaksana tindakan
dan tatalaksana tambahan, serta angka kematian pasien.
4.1.
Angka Kejadian DBD.
4.2
Sebaran Sosio-Demografi Pasien DBD
Tabel 4.1. Tabel Distribusi Pasien DBD di RSUD Cengkareng Tahun 2014
Berdasarkan Kelompok Usia
Kategori
Pasien
Anak/Dewasa
Pasien Anak
Pasien Dewasa
Frekuensi
(n=67)
Persentase (%)
Pra sekolah (3-5)
Kanak-kanak (6-11)
Remaja muda (12-14)
Remaja (15-17)
Total
1
20
10
10
41
1,5
29,9
14,9
14,9
61,2
Dewasa muda (18-35)
Dewasa menengah (36-55)
Dewasa akhir (>55)
Total
17
8
1
26
25,4
11,9
1,5
38,8
Kelompok usia
Dari 67 sampel pasien, terdapat 41 pasien (61,2%) anak dan 26 pasien
(38,8%) pasien dewasa.
Dari 41 pasien anak, didapatkan jumlah pasien terbanyak dari kelompok
usia kanak-kanak (6-11 tahun) sebanyak 20 pasien (48,8%) bila dibandingkan
25
26
dengan penelitian serupa lainnya di Thailand yang memiliki jumlah sampel 394
kasus anak didapatkan jumlah kasus tertinggi pada kelompok usia 10-14 tahun
yaitu sebanyak 50,8%, sementara pada kelompok usia 5-9 tahun memiliki jumlah
kasus yang sedikit lebih rendah yaitu sebanyak 48,7%.18 Terdapat perbedaan hasil
mungkin dikarenakan penelitian yang dilakukan di Thailand menggunakan sampel
anak dengan rentang usia 4-14 tahun saja, sedangkan sampel anak yang masuk di
dalam penelitian ini memiliki rentang usia antara 5-17 tahun sehingga jatah
sampel anak dari usia 15-17 tahun yang tidak masuk ke dalam persentase hasil
bisa diisi oleh sampel anak dari kelompok usia 10-14 tahun.
Dari 26 pasien dewasa, pasien dewasa terbanyak terdapat pada kelompok
usia 35-44, yaitu sebanyak 9 dari 26 pasien (34,6%). Apabila hasil ini
dibandingkan dengan penelitian serpa lainnya di Singapura didapatkan kesamaan
hasil yang menunjukkan bahwa pada pasien dewasa, kelompok usia 35-44
merupakan kelompok dengan jumlah pasien terbanyak dengan 1.046 kasus dari
4.152 sampel pasien usia dewasa atau setara dengan 25,2% kasus.19
Tabel 4.2. Distribusi Pasien DBD Anak dan Dewasa di RSUD Cengkareng Tahun
2014 Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Frekuensi (n=67)
Persentase (%)
Pasien Anak
(n=41)
Laki-Laki
Perempuan
25
16
61,0
39,0
Pasien Dewasa
(n=26)
Laki-Laki
Perempuan
9
17
34,6
65,4
Dari tabel di atas, kita dapat melihat perbandingan antara pasien laki-laki
dan perempuan dari masing-masing kelompok pasien anak dan dewasa. Pada
kelompok pasien anak, jumlah pasien laki-laki sebanyak 25 paien (61%) dan
jumlah pasien perempuan sebanyak 16 pasien (39%). Bila dihitung, didapatkan
rasio pasien laki-laki:perempuan pada kelompok pasien anak adalah 1:0,64. Bila
dibandingkan dengan penelitian lain di Thailand, didapatkan hasil rasio pada
pasien anak laki-laki:perempuan sebesar 1:0,83.18
Sementara itu, pada kelompok pasien dewasa, jumlah pasien laki-laki
sebanyak 9 pasien (34,6%) dan pasien perempuan sebanyak 17 pasien (65,4%).
27
Dari data tersebut, didapatkan rasio pasien laki-laki:perempuan sebesar 1:1,89.
Dari penelitian lain di Taiwan didapatkan rasio antara pasien dewasa laki-laki:
perempuan sebesar 1:1,27.20 Terdapat perbedaan hasil yang cukup berbeda antara
rasio pasien laki-laki dewasa:pasien perempuan dewasa di RSUD Cengkareng
dengan Kaohsiung Chang Gung Memorial Hospital, hal ini dimungkinkan karena
sampel yang diambil di RSUD Cengkareng kurang, sehingga sampel yang diambil
tidak mewakili keseluruhan pasien di tahun 2014.
Tabel 4.3. Distribusi Alamat Pasien DBD di RSUD Cengkareng
Tahun 2014
Alamat
Frekuensi (n=67)
Presentase (%)
Cengkareng
47
70,1
Kali Deres
10
14,9
Kembangan
3
4,5
Kali Angke
1
1,5
Tambora
1
1,5
Ciledug
1
1,5
Duri Kosambi
1
1,5
Jasinga Bogor
1
1,5
Tidak ada data
2
3,0
Dari tabel di atas, didapatkan data berupa alamat tempat tinggal pasien
rawat inap dengan DBD di RSUD Cengkareng pada Tahun 2014, adapun sebaran
alamat pasien paling banyak terdapat di Kecamatan Cengkareng sebanyak 47
pasien (70,1%), kemudian Kecamatan Kali Deres 10 pasien (14,9%), Kecamatan
Kembangan 10 pasien (14,9%), Kecamatan Kali Angke, Tambora, Ciledug, Duri
Kosambi, dan dari kota lain yaitu Kota Bogor, Kecamatan Jasinga masing-masing
terdapat 1 pasien (1,5%). Sementara terdapat dua pasien yang tidak tertulis
alamatnya di dalam rekam medis, sehingga jumlah pasien yang alamatnya tertera
dalam rekam medis yaitu 65 pasien dari 67 pasien yang menjadi sampel. Hal ini
menunjukkan masih ada kekurangan dalam pencatatan dan pemeriksaan
kelengkapan rekam medis yang dilakukan oleh pihak RSUD Cengkareng. Hal ini
28
penting untuk dievaluasi, karena identitas pasien seperti kolom alamat merupakan
hal yang penting untuk dilengkapi.
Tabel 4.4. Distribusi Pasien DBD di RSUD Cengkareng Tahun 2014 Berdasarkan
Pekerjaannya.
Pekerjaan
Frekuensi (n=67)
Persentase (%)
Pelajar
46
68,7
Mahasiswa
2
3,0
Karyawan
8
11,9
Ibu Rumah Tangga
8
11,9
Guru
1
1,5
Lainnya
1
1,5
Tidak ada data
1
1,5
Mayoritas pasien DBD di RSUD Cengkareng merupakan seorang pelajar,
dari keseluruhan 67 pasien, didapatkan 46 pasien merupakan seorang pelajar atau
sama dengan 68,7%. Pekerjaan lainnya yang sehari-hari pasien jalani yaitu
sebagai seorang pelajar, terdapat 2 pasien yang merupakan seorang pelajar, atau
setara dengan 3% dari keseluruhan pasien. Pekerjaan sebagai karyawan dijalani
oleh 8 pasien, atau sama dengan 11,9%, jumlah ini juga sama dengan pekerjaan
sebagai ibu rumah tangga yang dilakoni oleh 8 pasien juga. Selain itu, ada 1
pasien (1,5%) yang merupakan seorang guru. Sementara 2 pasien lainnya terdiri
dari 1 pasien termasuk kategori pekerjaan lainnya, dan 1 pasien tidak diketahui
jenis pekerjaannya.
Tabel 4.5. Distribusi Pasien DBD di RSUD Cengkareng Tahun 2014 Berdasarkan
Suku
Suku
Frekuensi (n=67)
Presentase (%)
Jawa
11
16,4
Sunda
3
4,5
Betawi
2
3,0
Makassar
1
1,5
29
Palembang
1
1,5
Nias
1
1,5
Batak
1
1,5
Tidak ada data
47
70,1
Dari tabel di atas, didapatkan Suku terbanyak adalah Jawa dengan 11
pasien (16,4%), kemudian Sunda sebanyak 3 pasien (4,5%), Betawi 2 pasien
(3,0%), Makassar, Palembang, Nias, dan Batak masing-masing terdapat 1 pasien
(1,5%). Data di atas tidak dapat mewakili untuk menggambarkan sebaran Suku
pada pasien rawat inap dengan DBD di RSUD Cengkareng tahun 2014. Hal ini
dikarenakan hanya 20 rekam medis yang tertulis data mengenai Suku pasien dari
67 rekam medis yang dijadikan sampel. Hal ini kembali menunjukkan
ketidaklengkapan pengisian rekam medis oleh pihak RSUD Cengkareng. Hal ini
bisa menjadi evaluasi untuk pihak RSUD Cengkareng agar kedepannya mampu
memperbaiki masalah ketidaklengkapan rekam medis, khususnya mengenai
identitas pasien.
Tabel 4.6. Distribusi Tingkat Pendidikan pada Pasien DBD Anak dan Dewasa
di RSUD Cengkareng Tahun 2014
Pasien anak/dewasa
Kategori
Frekuensi
(n=67)
Persentase (%)
Tingkat pendidikan saat ini
Anak
(n=41)
Dewasa (n=26)
SD
SMP
SMA
Kuliah
Tidak ada data
15
14
10
1
1
36,6
34,1
24,4
2,4
2,4
Tingkat pendidikan terakhir
SD
SMP
SMA
Diploma
Strata 1
Tidak ada data
0
2
17
3
2
2
0,0
7,7
65,1
11,5
7,7
7,7
30
Untuk status pendidikan pasien, dikarenakan kelompok usia pasien dibagi
menjadi anak dan dewasa, peneliti membagi vaiabel tingkat pendidikan menjadi
dua kategori, yakni tingkat pendidikan saat ini dan tingkat pendidikan terkahir.
Tingkat pendidikan saat ini ditujukan untuk pasien anak dan diartikan sebagai
pendidikan yang sedang pasien jalani saat ini, klasifikasinya terdiri dari, SD,
SMP, SMA, dan kuliah. Sementara untuk tingkat pendidikan terakhir ditujukan
untuk pasien dewasa dan diartikan sebagai jenjang pendidikan terakhir yang telah
pasien jalani, peneliti membaginya menjadi klasifikasi SD, SMP, SMA, diploma,
dan strata 1.
Dari tabel di atas, didapatkan rincian sebaran tingkat pendidikan pasien
saat ini dari total 41 pasien anak sebagai berikut, SD sebanyak 15 pasien (36,6%),
SMP 14 pasien (34,1%), SMA 10 pasien (24,4%), kuliah 1 pasien (2,4%),
sedangkan yang tidak diketahui karena tidak ada data sebanyak 1 pasien (2,4%)
Dari 26 pasien dewasa, didapatkan sebaran sebagai berikut, tidak ada
pasien yang memiliki tingkat pendidikan terakhir SD, sedangkan SMP sebanyak 2
pasien (7,7%), SMA sebanyak 17 pasien (65,1%), Diploma sebanyak 3 pasien
(11,5%), dan Strata 1 sebanyak 2 pasien (7,7%), sedangkan yang tidak diketahui
karena tidak ada data sebanyak 2 pasien (7,7%).
Tabel 4.7. Distribusi Status Pernikahan DBD Pasien Anak dan Dewasa
di RSUD Cengkareng Tahun 2014
Pasien
anak/dewasa
Anak
Status Pernikahan
Frekuensi (n=67)
Persentase (%)
Belum menikah
Sudah menikah
Duda/janda
40
1
0
97,6
2,4
0,0
Dewasa
Belum menikah
Sudah menikah
Duda/janda
8
17
1
30,8
65,3
3,8
Berdasarkan tabel 4.6, 40 pasien anak (97,6%) belum menikah, terdapat 1
pasien anak (2,4%) yang sudah menikah, dan tidak ada pasien anak yang berstatus
duda atau janda.
31
Sementara pada pasien dewasa, didapatkan data berupa 8 pasien (30,8%)
belum menikah, 17 pasien (5,3%) sudah menikah, dan terdapat 1 pasien (3,8%)
yang duda atau janda.
Gambar 4.1. Diagram Sebaran Pasien DBD di RSUD Cengkareng Tahun 2014
Berdasarkan Bulan Rawat Inap
Jumlah Kasus Rawat Inap
14
12
10
8
6
4
2
0
Bulan Rawat Inap
Dari diagram 4.1 di atas, dapat ditarik simpulan bahwa jumlah pasien
rawat inap selama 3 bulan terbanyak pada bulan Maret hingga Mei, yaitu
sebanyak 34 pasien (50,7%). Pada bulan Maret terdapat 11 pasien (16,4%) yang
dirawat inap, 13 pasien (19,4%) di bulan April dan 10 pasien (14,9%) di bulan
Mei.
Hal ini sesuai dengan epidemiologi DBD yang meningkat setelah musim
hujan. Dari BMKG dan informasi laporan berita mengenai curah hujan dan banjir
di Jakarta, pada Januari dan Februari 2014 merupakan bulan dengan curah hujan
tertinggi di Jakarta dan menyebabkan banjir di beberapa daerah di Jakarta. Selain
itu, curah hujan yang tinggi juga terjadi di bulan November dan Desember. 21,22
Angka kejadian DBD tinggi pada beberapa minggu setelah musim hujan, hal ini
dikarenakan musim hujan menyebabkan banyak genangan air yang merupakan
tempat yang cocok untuk perkembangan vektor untuk DBD.4,21
32
Tabel 4.8. Karakteristik Lama Rawat Inap Pasien DBD di RSUD Cengkareng
Tahun 2014
Lama rawat inap
Jumlah
(n=67)
Persentase
(%)
7
46
14
10,4
68,7
20,9
1-3 Hari
4-6 Hari
7-10 Hari
Bila dilihat dari tabel 4.8 di atas, pasien DBD di RSUD Cengkareng
memiliki rentang rawat inap terbanyak pada rentang 4-6 hari, yaitu sebanyak 46
pasien (68,7%), diikuti oleh rentang 7-10 hari, yaitu sebanyak 14 pasien (20,9%),
dan rentang 1-3 hari sebanyak 7 pasien (10,4%).
Tabel 4.9. Sebaran Pasien DBD di RSUD Cengkareng Tahun 2014
Berdasarkan Jalur Masuk Rumah Sakit
Jalur Masuk Rumah Sakit
Poli umum
Instalasi gawat darurat (IGD)
Rujukan
Jumlah (n)
Persentase (%)
15
49
3
22,4
73,1
4,5
Berdasarkan jalur masuknya, sebanyak 73,1% kasus (49 pasien) masuk
melalui IGD, 22,4% kasus (15 pasien) melalui poli umum, dan sebanyak 3 pasien
(4,5%) merupakan pasien rujukan dari fasilitas pelayanan kesehatan lain.
Tabel 4.10. Distribusi Indeks Massa Tubuh pada Pasien DBD Anak Berdasarkan
Kurva Pertumbuhan WHO 2007 di RSUD Cengkareng Tahun 2014 23,24
BB
(Kg)
41
TB
(cm)
140
IMT (kg/m2)
Status gizi
P
Usia
(tahun)
10
20.91
Overweight
L
12
40
140
20.4
Overweight
L
13
55
165
20.22
Normal
L
13
50
158
20.03
Normal
L
14
47
165
17.26
Normal
L
15
43
164
15.98
Kurus
L
15
50
155
20.81
Normal
L
15
60
165
22.03
Normal
L
16
50
155
20.83
Normal
L
16
48
170
16.6
Normal
P
16
45
156
18.49
Normal
Jenis kelamin (L/P)
33
Dari tabel di atas hanya terdapat 11 dari 41 pasien anak yang memiliki BB
dan TB yang lengkap sehingga dapat diukur indeks massa tubuhnya. Dari 11 anak
tersebut peneliti mengukur IMT yang didapat dari perhitungan rumus BB dibagi
TB kuadrat. Setelah mengukur IMT, peneliti mengklasifikasikan IMT tersebut ke
dalam kelas-kelas yang terdapat dalam IMT WHO untuk anak laki-laki dan
perempuan usia 5-19 tahun. Dari 11 pasien yang IMTnya dapat diukur, 8 pasien
memiliki status gizi yang normal sesuai dengan usianya. Terdapat 1 pasien yang
memiliki status gizi kurus dan terdapat 2 pasien yang memiliki status gizi
overweight.
Tabel 4.11. Distribusi Indeks Massa Tubuh pada Pasien DBD Dewasa di RSUD
Cengkareng Tahun 2014 Berdasarkan Klasifikasi WHO Asia Pasifik12
Klasifikasi IMT
Underweight
Normal
Obesitas
Pre Obesitas
Tidak ada data
Jumlah (n=26)
1
13
2
4
6
Persentase (%)
3,8
50,0
7,7
15,4
23,1
Pada pasien dewasa, peneliti mengukur IMT dan mengklasifikasikannya
berdasarkan Klasifikasi IMT WHO Asia Pasifik. Didapatkan hasil sebagai berikut,
1 pasien (3,8%) memiliki IMT yang rendah, 13 pasien (50%) memiliki IMT yang
normal, 2 pasien (7,7%) memiliki IMT yang tergolong obesitas, dan 4 pasien
(15,4%) memiliki IMT pre obesitas. Ada 6 pasien (23,1%) yang tidak dapat
diklasifikasikan IMT nya, hal ini dikarenakan ketidaklengkapan data berat badan
dan atau tinggi badan di rekam medis pasien. Berat badan dan tinggi badan
merupakan hal yang penting untuk diukur dan ditulis dalam rekam medis,
khususnya berat badan, karena berat badan sangat berkaitan dalam tatalaksana
cairan pada pasien DBD.
34
4.3. Gambaran Klinis Pasien
Tabel 4.12. Gambaran Klinis pada Pasien DBD Anak di RSUD Cengkareng
Tahun 2014
Sirivichayakul25,
n=157 (%)
Tidak ada data
Keluhan
Peneliti, n=41 (%)
Demam
Mual
127 (80,9)**
Muntah
Anoreksia
127 (80,9)
Malaise
Tidak ada data
Sakit kepala
132 (84,1)
Nyeri perut
84 (53,5)
Epistaksis
28 (17,8)
Perdarahan gusi
6 (3,8)
Perdarahan saluran cerna
2 (1,3)***
Mialgia
86 (54,8)
Athralgia
23 (14,6)
Sakit tenggorok
Tidak ada data
* : manifestasi perdarahan yang signifikan
** :jumlah keluhan mual dan muntah diakumulasikan.
*** : jumlah pasien yang mengeluhkan hematemesis dan melena.
41 (100,0)
34 (82,9)
25 (61,0)
31 (75,6)
24 (58,5)
7 (17,7)
11 (26,8)
6 (14,6)
1 (2,4)
1 (2,4)
4 (9,8)
2 (4,9)
2 (4,9)
Pada pasien anak, keluhan demam timbul pada seluruh pasien (100%),
keluhan mual muncul pada 34 pasien (82,9%) dan keluhan muntah pada 25 pasien
(61%), dari penelitian serupa yang dilakukan Sirivichayakul di Thailand
didapatkan keluhan mual dan muntah pada pasien demam dengue dan demam
berdarah dengue sebanyak 80,9% kasus.25 Hasil ini tidak jauh berbeda dengan
keluhan mual yang muncul pada pasien anak di RSUD Cengkareng.
Keluhan anoreksia muncul pada 31 pasien (75,6%), bila dibandingkan
dengan penelitian Sirivichayakul di Thailand, pada pasien demam dengue dan
demam berdarah dengue anoreksia muncul pada 80,9% kasus.25 Angka ini tidak
berbeda cukup jauh dengan persentase keluhan anoreksia pada pasien di RSUD
Cengkareng yakni 75,6%
Untuk keluhan sakit kepala pada pasien anak hanya 17,7% yang
mengeluhkannya,
di
penelitian
lainnya,
sebanyak
84,1%
pasien
anak
mengeluhkan sakit kepala.25
Dalam penelitian di RSUD Cengkareng, peneliti melihat keluhan pasien
dengan mencari dari seluruh rekam medis, mulai sejak pasien masuk rumah sakit
35
baik melalui poli umum, IGD, maupun dirujuk dari fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya hingga pasien keluar dari RSUD Cengkareng. Dalam mencari keluhan
pasien, peneliti harus mencari keseluruh halaman rekam medis pasien, walaupun
ada formulir yang berisi daftar keluhan pasien yang memungkinkan untuk
memudahkan pencarian data khusunya mengenai keluhan pasien, namun hampir
semua formulir tersebut hanya diisi seadanya. Oleh karena itu, peneliti mencari
keluhan yang dikeluhkan pasien dalam rekam medis di bagian catatan
keperawatan dikarenakan isinya yang cukup lengkap. Akan tetapi, dikarenakan
waktu melihat dan menyalin rekam medis yang terbatas peneliti berusaha
meminimalkan penggunaan waktu dalam pencarian dan pencatatan rekam medis,
hal ini menjadi kekurangan dalam penelitian ini yang memungkinkan terlewatnya
keluhan pasien sehingga tidak teridentifikasi oleh peneliti.
Tabel 4.13. Gambaran Klinis Pada Pasien DBD Dewasa di RSUD Cengkareng
Tahun 2014
Keluhan
Jien-Wei Liu20, n=100 (%)
Demam
96 (96)
Mual
36 (36)*
Muntah
Anoreksia
Tidak ada data
Malaise
Tidak ada data
Sakit kepala
Tidak ada data
Nyeri perut
40 (40)
Epistaksis
Tidak ada data
Perdarahan gusi
26 (26)
Perdarahan saluran cerna
20 (20)
Mialgia
15 (15)
Athralgia
10 (10)
Sakit tenggorok
Tidak ada data
* : keluhan mual dan muntah diakumulasikan.
Peneliti, n=26 (%)
26 (100,0)
24 (92,3)
13 (50,0)
18 (69,2)
14 (53,8)
7 (26,9)
4 (15,4)
1 (3,8)
2 (7,7)
1 (3,8)
1 (3,8)
1 (3,8)
0 (0,0)
Pada pasien dewasa, keluhan demam juga muncul pada 100% kasus, hal
ini sejalan dengan hasil penelitian di Taiwan (2013) yakni 96 dari 100 sampel
(96%) memiliki keluhan demam. Keluhan mual timbul pada 24 pasien (92,3%)
dan keluhan muntah timbul pada 13 pasien (50%), bila dibandingkan dengan
penelitian di Taiwan mual dan muntah hanya timbul pada 36% pasien. Hal ini
dimungkinkan karena jumlah sampel dewasa yang diambil di RSUD Cengkareng
hanya 26 pasien sehingga tidak dapat mewakili untuk menggambarkan
keseluruhan pasien dewasa di RSUD Cengkareng pada Tahun 2014. Selain itu,
36
mungkin juga dikarenakan keluhan mual yang bersifat subjektif, sehingga
hasilnya sangat dipengaruhi oleh masing-masing pasien.
Keluhan lainnya yang banyak muncul pada dewasa adalah anoreksia dan
malaise yang masing-masing muncul pada 69,2% dan 53,8%. Sementara itu,
keluhan perdarahan gusi dan perdarahan saluran cerna pada dewasa masingmasing hanya muncul pada 7,7% dan 3,8% pasien, sedangkan data dari penelitian
lain menggambarkan perdarahan gusi muncul pada 26% dan 20% pasien.20
Tabel 4.14. Interpretasi Hasil Laboratorium pada Pasien DBD Anak di RSUD
Cengkareng Tahun 2014
Variabel
Hitung trombosit
(x109/L)
Kadar hematokrit
(%)
SGOT
SGPT
IgG
IgM
Keterangan
Frekuensi, n=41 (%)
>100
≤100
≤36
>36
≤30
>30
Tidak dilakukan
pemeriksaan
≤35
>35
Tidak dilakukan
pemeriksaan
Positif
Negatif
Tidak dilakukan
pemeriksaan
Positif
Negatif
Tidak dilakukan
pemeriksaan
18 (39,0)
23 (61,0)
9 (22,0)
32 (88,0)
1 (2,4)
9 (24,0)
31 (75,6)
7 (17,1)
3 (7,3)
31 (75,6)
3 (7,3)
1 (2,4)
37 (90,2)
0 (0,0)
4 (9,8)
37 (90,2)
Peneliti membagi klasifikasi hitung trombosit menjadi lebih dari 100x103
sel/mm3 dan ≤100x103 sel/mm3, didapatkan 18 pasien (39%) anak yang memiliki
hitung trombosit di atas 100x103 sel/mm3, sedangkan pasien anak yang memiliki
kadar trombosit kurang dari sama dengan 100x103 sel/mm3 sebanyak 23 pasien
(61%).
Sedangkan untuk variabel kadar hematokrit, peneliti membaginya menjadi
kelompok pasien yang kurang dari sama dengan 36% yang terdapat 9 pasien
(22%) serta kelompok pasien yang hematokritnya lebih dari 36% yaitu sebanyak
32 orang (88%).
37
Untuk hasil dari pemeriksaan SGOT, peneliti membaginya menjadi
kelompok pasien yang memiliki hasil SGOT kurang dari sama dengan 30 dan
lebih dari 30. Untuk kelompok pasien yang memiliki SGOT kurang dari sama
dengan 30, terdapat 1 pasien (2,4%) dan untuk pasien yang memiliki SGOT lebih
dari 30, terdapat 9 pasien (24%). Untuk variabel lainnya, yaitu SGPT, peneliti
membaginya menjadi kelompok pasien yang memilikiyang memiliki hasil SGPT
kurang dari sama dengan 35 dan kelompok lebih dari 35. Dan sebanyak 31 pasien
(75,6%) lainnya tidak dilakukan pemeriksaan SGOT. Untuk kelompok kurang
dari sama dengan 35 terdapat 7 pasien (17,1%) dan kelomopok pasien lebih dari
35 terdapat 3 pasien (7,3%). Sementara 31 pasien (75,6%) lainnya tidak dilakukan
pemeriksaan SGPT.
Selain itu, terdapat pemeriksaan antibodi IgG dan IgM, pemeriksaan ini
hanya dilakukan pada 4 pasien (9,8%), 37 pasien lainnya tidak dilakukan
pemeriksaan ini. Dari 4 pasien (9,8%) yang dilakukan pemeriksaan antibodi IgG
dan IgM, sebanyak 3 pasien (7,3%) memiliki hasil IgG positif dan 1 pasien (2,4%)
memiliki hasil IgG negatif. Untuk Antibodi IgM, 4 pasien (9,8%) yang diperiksa
memiliki hasil negatif seluruhnya.
Tabel 4.15. Gambaran Hasil Laboratorium pada Pasien DBD Dewasa di
RSUD Cengkareng Tahun 2014
Variabel Laboratorium
Peningkatan hematokrit
Keterangan20
Frekuensi, n=26 (%)
≥5-10%
≥20%
Leukopenia*
22 (84,6)
10 (38,5)
16 (61,5)
<150 x103 sel/mm3
<100x x103 sel/mm3
SGOT
<40
>40
Tidak ada data
SGPT
<40
>40
Tidak ada data
IgM
Positif
Negatif
Tidak dilakukan pemeriksaan
IgG
Positif
Negatif
Tidak dilakukan pemeriksaan
*: Leukopenia didefinisikan sebagai hitung leukosit <5.000 sel/mm3.
26 (100)
8 (30,8)
2 (7,7)
18 (69,2)
6 (23,1)
4 (15,4)
16 (61,5)
6 (23,1)
0 (0,0)
1 (3,85)
25 (96,15)
1 (3,85)
0 (0,0)
25 (96,15)
Hitung leukosit
Hitung trombosit
38
Dari hasil pemeriksaan hematokrit, peneliti menilai peningkatan
hematokrit yang terjadi, dan berdasarkan sumber yang ada, pemeriksa membagi
kelas pasien menjadi kelas pertama dengan peningkatan hematokrit lebih dari
sama dengan 5 hingga 10% dan kelas kedua lebih dari sama dengan 20%. Pada kelas
pertama, terdapat 22 pasien (84,6%). Akan tetapi tidak seluruhnya kelas pertama
memasuki kelas kedua, di kelas kedua hanya terdapat 10 pasien (38,5%).
Sementara berdasarkan hasil hitung leukosit, peneliti mengidentifikasi seberapa
banyak pasien yang mengalami leukopenia, dan didapatkan 16 pasien (61,5%). Peneliti
juga mengelompokkan pasien berdasarkan penurunan hitung trombositnya, peneliti
membagi pasien menjadi dua kelompok, kelompok pertama pasien dengan hitung
3
3
trombosit kurang dari 150x10 sel/mm dan kelompok kedua pasien dengan hitung
trombosit kurang dari 100x103 sel/mm3. Seluruh pasien masuk ke dalam kelompok
pertama, sementara pasien yang masuk ke dalam kelompok kedua hanya sebanyak 8
pasien (30,8%).
Untuk SGOT dan SGPT, sebanyak 20 pasien (76,9%) dilakukan pemeriksaan dan
6 pasien (23,1%) lainnya tidak dilakukan pemeriksaan. Untuk SGOT peneliti membagi
menjadi kelompok pasien yang memiliki hasil SGOT kurang dari 40, yaitu sebanyak 2
pasien (7,7%) dan kelompok pasien dengan hasil lebih dari 40, yaitu sebanyak 18 pasien
(69,2%). Untuk hasil SGPT, peneliti membagi menjadi dua kelompok pasien, kelompok
pertama adalah kelompok pasien yang memiliki nilai SGPT kurang dari 40, yaitu terdapat
4 pasien (15,4%). Kelompok kedua adalah kelompok pasien dengan nilai SGPT lebih dari
40, yaitu terdapat 16 pasien (61,5%).
Pada pemeriksaan antibodi IgG dan IgM hanya 1 pasien (3,85%) yang dilakukan
pemeriksaan, dan hasilnya adalah IgG positif dan IgM negatif.
39
Tabel 4.16. Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang yang Dilakukan pada
Pasien DBD di RSUD Cengkareng Tahun 2014
Jenis Pemeriksaan
Eritrosit
Jumlah pasien yang
dilakukan pemeriksaan (n=67)
16
Hitung jenis leukosit
27
MCV, MCH, dan MCHC
18
Ureum dan kreatinin
17
Widal
31
NS1
1
Elektrolit darah (Na, K, Cl)
14
Gula Darah Sewaktu
11
Kultur darah
1
Dari 67 pasien, pasien yang dilakukan penghitungan eritrosit sebanyak 16
pasien, pasien yang dilakukan dilakukan penghitungan jenis leukosit sebanyak 27
pasien, sementara pasien yang dilakukan penghitungan MCV, MCH, dan MCHC
sebanyak 18 pasien. Pemeriksaan tambahan lain yang dilakukan pada beberapa
pasien adalah pemeriksaan ureum dan kreatinin, sebanyak 17 pasien dilakukan
pemeriksaan ini. Untuk menegakkan diagnosis DBD dan menyingkirkan diagnosis
bandingnya yaitu demam tifoid, sebanyak 31 pasien dilakukan pemeriksaan
Widal. Selain itu, untuk mendeteksi antigen NS1 Virus Dengue, hanya 1 pasien
yang dilakukan pemeriksaan NS1. Selain pemeriksaan di atas, 14 pasien
dilakukan pemeriksaan elektrolit darah, yakni natrium, kalium, dan klorida.
Terdapat 1 pasien yang dilakukan kultur pada sampel darahnya.
40
Tabel 4.17. Sebaran Pasien DBD di RSUD Cengkareng Tahun 2014 Berdasarkan
Diagnosis
Diagnosis
Frekuensi (n=67)
Persentase (%)
DHF
48
71,5
DHF Grade I
2
3,0
DHF Grade II
5
7,5
DHF Grade III
3
4,5
DHF dengan Demam Tifoid
4
6,0
DHF Grade II dengan Demam
Tifoid
1
1,5
DHF Grade II dengan Pneumonia
1
1,5
DHF dengan Infeksi Sekunder
1
1,5
Trombositopenia suspect DHF
Grade II
1
1,5
Dengue Shock Syndrome (DSS)
1
1,5
Berdasarkan tabel 4.17 di atas, kita dapat melihat diagnosis dokter pada 67
pasien. Diagnosis yang paling banyak ditegakkan adalah DHF, atau dalam Bahasa
Indonesia adalah DBD, yaitu ditegakkan pada 48 pasien, atau setara dengan
71,5% pasien. Diagnosis ini seharusnya bisa lebih diperinci kembali berdasarkan
tingkat keparahannya, sesuai dengan klasifikasi WHO dalam panduan tatalaksana
yang diterbitkan tahun 2011.4 Bila diperinci kembali, tingkat keparahan DBD bisa
dibagi menjadi tingkat I hingga IV. Ada diagnosis yang tertulis secara rinci, yaitu
diagnosis DHF/DBD tingkat I, II, dan III. Untuk DBD tingkat I ditegakkan pada 2
pasien, atau 3%, tingkat II pada 5 pasien, atau 7,5%, dan tingkat III pada 3 pasien
(4,5%). Selain itu juga terdapat diagnosis dengue shock syndrome (DSS) pada 1
pasien (1,5%), dalam panduan tatalaksana WHO, yang termasuk ke dalam
diagnosis DSS adalah DBD tingkat III dan IV.
Selain itu juga teradapat pasien yang terdiagnosis memiliki penyakit
penyerta, yaitu DBD dengan demam tifoid dan DBD tingkat II dengan demam
tifoid masing-masing pada 4 pasien (6%) dan 1 pasien (1,5%). Diagnosis engan
penyakit penyerta lainnya juga yaitu DBD tingkat II dengan pneumonia pada 1
pasien (1,5%) dan DBD dengan infeksi sekunder pada 1 pasien (1,5%). Selain itu,
terdapat diagnosis berupa trombositopenia suspect DBD tingkat II.
41
4.4. Karakteristik Penatalaksanaan Pasien
Tabel 4.18. Tatalaksana Cairan pada Pasien DBD di RSUD Cengkareng Tahun
2014
Jenis Cairan
Frekuensi (n=67)
Persentase (%)
Kristaloid
67
100,0
Koloid
6
8,95
Cairan kristaloid diberikan pada semua pasien DBD. Bila dilihat di dalam
pedoman tatalaksana yang menyatakan bahwa cairan kristaloid isotonis
seharusnya diberikan paada pasien DBD.4 Selain kristaloid, cairan koloid juga
diberikan pada 6 pasien (8,95%), hal ini mungkin dikarenakan kondisi pasien
yang mengalami kebocoran plasma yang masif, karena dalam pedoman
tatalaksana, penggunaan koloid diindikasikan pada pasien dengan kebocoran
plasma yang masif.4,27
Tabel 4.19. Jenis dan Frekuensi Tindakan yang Dilakukan pada Pasien DBD di
RSUD Cengkareng Tahun 2014
Tindakan
Frekuensi (n=67)
Persentase (%)
Tampon hidung
2
3,0
Transfusi thrombocyte
concentrate (TC)
2
3,0
Dari 67 pasien, sebanyak 4 pasien yang diberikan penatalaksanaan berupa
tindakan. 2 pasien (3%) mendapatkan tindakan pemasangan tampon hidung
dikarenakan mengalami epistaksis. 2 pasien lainnya dilakukan transfusi darah
berupa thrombocyte concentrate (TC).
Tabel 4.20. Pemberian Terapi Antibiotik pada Pasien DBD di RSUD Cengkareng
Tahun 2014
Mendapatkan terapi antibiotik
Frekuensi (n=67)
Persentase (%)
Ya
27
40,3
Tidak
40
59,7
Total
67
100,0
42
Berdasarkan tabel 4.20 di atas, dari 67 pasien, sebanyak 27 pasien
diberikan antibiotik sebagai terapi atau setara dengan 40,3% pasien. Bila dikaitkan
dengan teori yang ada, pasien demam berdarah adalah infeksi yang disebabkan
oleh Virus Dengue, yang berarti tidak memerlukan antibiotik sebagai terapi. Akan
tetapi, pemberian antibiotik mungkin atas dasar adanya infeksi sekunder pada
beberapa kasus. Didapatkan kasus DBD dengan infeksi sekunder berupa demam
tifoid dan pneumonia. Mungkin atas dasar inilah dokter di RSUD Cengkareng
memberikan terapi antibiotik, atau mungkin dikarenakan terduga terdapat infeksi
bakteri sekunder pada pasien, sesuai dengan panduan tatalaksana yang
mengatakan bahwa antibiotik empirik dapat diberikan pada pasien dengan terduga
infeksi bakteri sekunder.4 Akan tetapi, berdasarkan diagnosis yang tertulis dalam
rekam medis hanya terdapat pasien yang mengalami infeksi sekunder oleh bakteri.
4.5. Angka Kematian Pasien
Dari keseluruhan 67 sampel yang diambil dalam penelitian ini, tidak ada
data yang menunjukkan pasien yang di rawat di RSUD Cengkareng pada tahun
2014 yang berujung kepada kematian. Bila dibandingkan dengan data nasional
dari Riskesdas 2013 yang mendapatkan hasil berupa angka kematian DBD
nasional sebesar 0,77%, maka hal ini menunjukkan sudah baiknya penanganan
yang dilakukan oleh tim tenaga kesehatan di RSUD Cengkareng.1
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Simpulan.
a. Dari 67 pasien, 41 merupakan pasien anak dan 26 pasien dewasa,
frekuensi kelompok usia terbanyak dijumpai pada kelompok usia kanakkanak (6-11 tahun) yaitu sebanyak 29,9%. Sementara jenis kelamin lakilaki didapatkan sebanyak 34 pasien, dan 33 pasien perempuan. Mayoritas
pasien merupakan seorang pelajar dengan angka 68,7% dan berdomisili di
Kecamatan Cengkareng dengan angka 70,1% dari seluruh pasien. Jumlah
kasus terbanyak terjadi pada bulan Maret hingga April, yaitu terdapat 34
kasus (50,7%). Mayoritas pasien , yaitu sebanyak 68,7% dirawat selama 46 hari dan kebanyakan pasien (73,1%) masuk ke rumah sakit melalui IGD.
b. Untuk gejala klinis, didapatkan bahwa seluruh pasien baik anak maupun
dewasa mengeluhkan demam. Pada pasien anak, keluhan mual muncul
pada 82,9% kasus, muntah 61%, anoreksia 75,6%, malaise 58,5%.
Pada pasien dewasa, keluhan mual muncul pada 92,3% pasien, muntah
50%, anoreksia 69,2%, dan malaise 53,8%.
Pada pasien anak, didapatkan trombositopenia pada 61% kasus, hematokrit
>36 pada 88% pasien, SGOT >30 pada 24% pasien, SGPT >35 pada 7,3%
pasien, IgG positif pada 7,3% pasien, dan tidak ada pasien yang memiliki
IgM positif. Pada pasien dewasa peningkatan hematokrit ≥20% terjadi
pada 38,5% pasien, leukopenia pada 61,5% pasien, trombositopenia pada
30,8% pasien, SGOT >40 pada 69,2% pasien, SGPT >40 pada 61,5%
pasien.
c. Angka kematian DBD di RSUD Cengkareng pada tahun 2014 adalah
0%.
43
44
5.2.
Saran
a. Diharapkan penelitian ini bisa menjadi informasi tambahan untuk
penelitian berikutnya dan dapat dikembangkan.
b. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik di penelitian
selanjutnya, maka sebaiknya dilakukan pengambilan sampel dengan
rentang waktu yang panjang dan dengan jumlah sampel yang lebih besar
pada lokasi yang berbeda.
c. Pihak RSUD Cengkareng sebaiknya lebih lengkap dan rapi dalam mengisi
data rekam medis pasien, mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang, baik pada pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Diharapkan, dengan demikian, data rekam medis yang lengkap dan rapi
tersebut dapat menunjang penelitian-penelitian berikutnya sehingga
penelitian menjadi valid dan tinggi kualitasnya agar penelitian dapat
digunakan untuk menunjang perkembangan dalam pelayanan kesehatan.
5.3.
Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini didapatkan beberapa faktor keterbatasan dalam proses
pengambilan data. Faktor-faktor keterbatasan tersebut adalah :
a. Pengambilan data sekunder berupa rekam medik dari RSUD Cengkareng
hanya untuk 10 hari saja dan staf bagian rekam medik hanya memberikan
10 rekam medik per hari.
b. Rekam medik RSUD Cengkareng memiliki mobilitas yang tinggi
sehingga mengganggu dalam proses pendataan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2014.
2.
Directorate of National Vector Borne Diseases Control programme.
Guidelines for Clinical Management of Dengue Fever, Dengue
haemorrhagic Fever and Dengue Shock Syndrome. Delhi: Directorate
General of Health Services Ministry of health & Family Welfare; 2008.
3.
Eduardo AU, Yara AH, Donald SS. Use of Expansion Factors to Estimate
the Burden of Dengue in Southeast Asia: A Systematic Analysis. United
States of America: PLOS Neglected Tropical Diseases; 2013.
4.
World Health Organization. Comprehensive Guidelines for Prevention and
Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. India: SEAREO
Technical Publication; 2011.
5.
Martina BEE, Koraka P, Osterhaus ADME. Dengue Virus Pathogenesis:
an Integrated View. American Society for Microbiology; 2009.
6.
Soegijanto Soegeng. Patogenesa dan Perubahan Patofisiologi Infeksi Virus
Dengue. Surabaya: 2001.
7.
World Health Organization.Handbook for Clincal Management of Dengue.
WHO Press; 2012.
8.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Tentang Rekam Medis. Nomor 269. Menkes/Per/III.
2008.
9.
Hungu. Demografi Kesehatan Indonesia. Jakarta: Penerbit Grasindo; 2007
10.
Undang - Undang Republik Indonesia. Perkawinan. Undang-undang No. 1
Tahun 1974.
11.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 36 Tahun 2005, tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002, tentang
Bangunan Gedung.
12.
Sugondo S, Gustavani R. Sindrom Metabolik dalam: Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.
45
46
13.
Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, et al. Harrisons Manual of Medicine
ed 17. United State of America: Mc Graw-Hill Companies; 2009.
14.
Wood
Jd,
Alpers
DH,
Andrews
PL.
Fundamentals
of
Neurogastroenterology, Volume 4. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer;
2009.
15.
Mahode AA, Hartanto YB, dkk. Kamus Saku Kedokteran Dorland ed 28.
Jakarta: EGC; 2011.
16.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Interpretasi Data
Klinik. Jakarta; 2011.
17.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi IV. Jakarta: Gramedia pustaka
utama.; 2008
18.
Sabchareon A, dkk. Dengue infection in Children in Ratchaburi, Thailand:
A Cohort Study. I. Epidemiology of Symptomatic Acute Dengue Infection
in Children, 2006-2009. United States of America: PLOS Neglected
Tropical Diseases; 2012.
19.
Yew YW. Seroepidemiology of Dengue Virus infection Among Adultts in
Singapore.Singapore: Ann Acad Med; 2009.
20.
Liu JW, Lee IK, Lin W, et al. The Usefulness of Clinical-Practice_Based
Laboratory Data in Facilitating the Diagnosis of Dengue Illness. Hindawi
Publishing Corporation; 2013.
21.
Santosa B. Curah Hujan di Jakarta Pekan Ini Tertinggi Selama 30 Tahun.
[internet]
2014.
[cited
16
september
2015]
Diakses
dari:
http://m.okezone.com/read/2014/01/22/500/929829/curah-hujan-dijakarta-pekan-ini-tertinggi-selama-30-tahun
22.
Curah Hujan Tertinggi Akhir Desember, Ini Persiapan Jakarta Hadapi
Banjir. [internet] 2014. [cited 16 september 2015] Diakses dari:
http://megapolitan.kompas.com/read/2014/12/19/21063411/Curah.Hujan.T
ertinggi.Akhir.desember.Ini.Persiapan.Jakarta.Hadapi.Banjir
23.
World Health Organization. BMI for Age Boys 5 to 19 years. World
Health Organization; 2007.
24.
World Health Organization. BMI for Age Girls 5 to 19 years. World
Health Organization; 2007.
47
25.
Sirivichayakul C. Dengue Infection in Children in Ratchaburi, Thailand: A
Cohort Study II. Clinical Manifestations. United States of America: PLOS
Neglected Tropical Diseases; 2011.
26.
Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis ed 4.
Jakarta: Sagung Seto; 2011.
27.
Chen K, Pohan HT, Sinto R. Diagnosis dan Terapi Cairan pada Demam
Berdarah Dengue dalam Medicinus Scientific Journal od Pharmaceutical
Development anf Medical Application. Jakarta: Medicinus; 2009.
LAMPIRAN
Lampiran 1
48
49
Lampiran 2
LEMBAR DATA PENELITIAN
Profil Pasien Demam Berdarah Dengue di Rumah Sakit Umum Daerah
Cengkareng Tahun 2014
Identitas pasien
Nama
:
No. Rekam medis
:
Jenis Kelamin
:
Umur
:
Alamat
:
Suku
:
Pekerjaan
: □ Pelajar
L
□ Guru
/
P
□ Wiraswasta
□ pedagang
□ Buruh
□ IRT
□Karyawan
□ ……………..
□ SMA
□ S1
Pendidikan Terakhir
: □ SD
□ SMP
Status Perkawinan
: □ Nikah
□ Belum Nikah
Agama
: □ Islam
□ Kristen
□ Hindu
Tanggal masuk RS
:
/
/
2014
Tanggal keluar RS
:
/
/
2014
Lama Rawat inap
:
hari
Ruang rawat Inap
:
□
□ Janda/Duda
□Budha □ ………
Maasuk RS Melalui : IGD / Poli Umum / Rujukan / Lainnya : …………….
Antropometri
Status Gizi
TB
:
PB
:
BB
:
BB
:
IMT
:
Z-Score :
Lingkar Kepala:
Anamnesis
Keluhan Utama :
50
Keluhan Penyerta : □ Demam □ Sakit Kepala
□ Anoreksia □ Malaise
□ Perdarahan GI
□ Ruam
□ Nyeri orbita
□ Nyeri otot
□ Epitaksis
□ Nyeri perut
□ Sesak □ Takikardi
□ Mual □Muntah
□ Athralgia
□ Perdarahan Gusi
□ ……..
Keluhan merupakan keluhan yang pertama :
ya
/
tidak
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum :
Kepala :
Hidung :
Epitaksis :
Leher :
Dada :
Jantung :
Paru :
Abdomen :
Ekstremitas :
Rumple Leed :
TD :
Nadi :
RR :
Suhu :
51
Pemeriksaan Laboratorium
Darah Rutin/Lengkap
Hb :
Leukosit :
Eritrosit :
Ht:
Hitung Jenis :
MCV :
Trombosit :
MCH:
MCHC :
LED :
IgM/IgG :
NS1 :
SGOT :
SGPT :
Ureum :
Kreatinin :
WIDAL
GDS :
S Typhi H:
Paratyphi AH:
Paratyphi BH:
Paratyphi CH :
S Typhi O :
Paratyphi AO:
Paratyphi BO:
Paratyphi CO :
ELEKTROLIT 
Na :
K:
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Rontgen :
USG :
Endoskopi GI :
DIAGNOSIS :
DIAGNOSIS BANDING :
KOMPLIKASI :
TATALAKSANA :
Infus Cairan
:
Medikamentosa lainnya :
Tindakan :
Cl :
52
Lampiran 3
Jenis_Kelamin_Coding
Frequency
Valid
Laki-Laki
Cumulative
Percent
Percent Valid Percent
9
34.6
34.6
34.6
100.0
Perempuan
17
65.4
65.4
Total
26
100.0
100.0
Pendidikan_Saat_Ini_atau_Terakhir_Coding
Frequenc
y
Percent
Valid
Kategori_Umur_Coding
Frequency Percent Valid Percent
Valid
Pasien Dewasa
26
100.0
Cumulative
Percent
100.0
100.0
Frequency Percent Valid Percent
Valid
Cengkareng
Cumulative
Percent
19
73.1
76.0
76.0
Kali Deres
4
15.4
16.0
92.0
Kali Angke
1
3.8
4.0
96.0
Jasinga Bogor
1
3.8
4.0
100.0
25
96.2
100.0
1
3.8
26
100.0
Total
Missing System
Total
9
34.6
37.5
37.5
Selesai
Diploma
3
11.5
12.5
50.0
Selesai Strata
1
2
7.7
8.3
58.3
Selesai SMA
8
30.8
33.3
91.7
Selesai SMP
2
7.7
8.3
100.0
24
92.3
100.0
2
7.7
26
100.0
Missing System
Total
Status_Pernikahan_Coding
Frequency Percent
Valid
Valid
Jawa
Valid Percent
34.6
34.6
Menikah
16
61.5
61.5
96.2
1
3.8
3.8
100.0
26
100.0
100.0
Cumulative
Percent
5
19.2
62.5
62.5
Betawi
1
3.8
12.5
75.0
Sunda
1
3.8
12.5
87.5
Nias
1
3.8
12.5
100.0
Total
Missing
Percent
System
Total
8
30.8
18
69.2
26
100.0
Valid
34.6
Agama_Coding
Frequency
Valid
Islam
Kristen
Total
100.0
Percent
23
Cumulative
Percent
Valid Percent
88.5
88.5
88.5
100.0
3
11.5
11.5
26
100.0
100.0
Bulan_Rawat_Inap_di_RS_Coding
Pekerjaan_Coding
Frequenc
y
Cumulative
Percent
9
Total
Suku_Coding
Valid
Percent
Belum
Menikah
Duda/Janda
Frequency
Cumulative
Percent
Sedang Kuliah
Total
Alamat_Coding
Valid
Percent
Percent
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent Valid Percent
Januari
1
3.8
3.8
3.8
Maret
4
15.4
15.4
19.2
Pelajar
6
23.1
23.1
23.1
April
7
26.9
26.9
46.2
Mahasiswa
2
7.7
7.7
30.8
Mei
6
23.1
23.1
69.2
Karyawan
8
30.8
30.8
61.5
Juni
1
3.8
3.8
73.1
Ibu Rumah
Tangga
8
30.8
30.8
92.3
Juli
1
3.8
3.8
76.9
Agustus
1
3.8
3.8
80.8
Oktober
2
7.7
7.7
88.5
November
2
7.7
7.7
96.2
Desember
1
3.8
3.8
100.0
26
100.0
100.0
Guru
1
3.8
3.8
96.2
Rohaniawan
1
3.8
3.8
100.0
Total
26
100.0
100.0
Total
Lama_Rawat_Inap
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Ruang_Rawat_Inap_Coding
3
1
3.8
3.8
3.8
4
2
7.7
7.7
11.5
5
6
23.1
23.1
34.6
6
9
34.6
34.6
69.2
Belimbing
7
5
19.2
19.2
88.5
Manggis
8
2
7.7
7.7
96.2
Melon
9
1
3.8
3.8
100.0
26
100.0
100.0
Total
Frequency
Valid
Apel
Pepaya
Total
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
2
7.7
7.7
7.7
9
34.6
34.6
42.3
11
42.3
42.3
84.6
1
3.8
3.8
88.5
100.0
3
11.5
11.5
26
100.0
100.0
53
Valid
Tidak
Jalur_Masuk_Rumah_Sakit_Coding
19
73.1
73.1
73.1
7
26.9
26.9
100.0
26
100.0
100.0
Ya
Frequenc
y
Percent
Valid Poli Umum
Instalasi Gawat
Darurat (IGD)
Rujukan
Total
Valid
Percent
Cumulative
Percent
7
26.9
26.9
26.9
18
69.2
69.2
96.2
1
3.8
3.8
100.0
26
100.0
100.0
Total
Nyeri_Perut
Frequency
Valid
Valid
Total
Cumulative
Percent
Valid Percent
17.99
1
3.8
5.0
5.0
20.2
1
3.8
5.0
10.0
20.7
1
3.8
5.0
15.0
21.25
1
3.8
5.0
20.0
21.33
1
3.8
5.0
25.0
Ya
21.48
1
3.8
5.0
30.0
Total
22.22
1
3.8
5.0
35.0
22.89
1
3.8
5.0
40.0
23.04
1
3.8
5.0
45.0
23.43
1
3.8
5.0
50.0
24.65
1
3.8
5.0
55.0
24.97
3
11.5
15.0
70.0
Ya
25.71
1
3.8
5.0
75.0
Total
26.67
1
3.8
5.0
80.0
29.13
1
3.8
5.0
85.0
29.29
1
3.8
5.0
90.0
31.14
1
3.8
5.0
95.0
46.09
1
3.8
5.0
100.0
Total
Missing
Percent
20
76.9
6
23.1
26
100.0
System
Total
Cumulative
Percent
Valid Percent
22
84.6
84.6
84.6
4
15.4
15.4
100.0
26
100.0
100.0
Ya
IMT
Frequency
Tidak
Percent
Epistaksis
Frequency
Valid
Tidak
Percent
25
Cumulative
Percent
Valid Percent
96.2
96.2
96.2
100.0
1
3.8
3.8
26
100.0
100.0
Perdarahan_Gusi
Frequency
Valid
Tidak
Percent
Cumulative
Percent
Valid Percent
24
92.3
92.3
92.3
2
7.7
7.7
100.0
26
100.0
100.0
Perdarahan_GastroIntestinal
Frequency
Valid
Tidak
Total
Valid Percent
Cumulative
Percent
25
96.2
96.2
96.2
1
3.8
3.8
100.0
26
100.0
100.0
Ya
100.0
Percent
Anoreksia
Frequency
Valid
Indeks_Massa_Tubuh
Frequency
Valid
Normal
Percent
Valid Percent
8
6
23.1
23.1
23.1
13
50.0
50.0
73.1
2
7.7
7.7
80.8
Pre Obes
4
15.4
15.4
96.2
Underwei
1
3.8
3.8
100.0
26
100.0
100.0
30.8
Valid Percent
Cumulative
Percent
30.8
30.8
100.0
Ya
18
69.2
69.2
Total
26
100.0
100.0
Cumulative
Percent
Obesitas
Total
Tidak
Percent
Malaise
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Tidak
12
46.2
46.2
46.2
Ya
14
53.8
53.8
100.0
Total
26
100.0
100.0
Mual
Demam
Frequency
Valid
Ya
26
Percent
100.0
Frequency
Valid Percent
100.0
Cumulative
Percent
100.0
Valid
Tidak
2
Percent
7.7
Valid Percent
Cumulative
Percent
7.7
7.7
100.0
Ya
24
92.3
92.3
Total
26
100.0
100.0
Muntah
Sakit_Kepala
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
54
Valid
Tidak
13
50.0
50.0
Ya
13
50.0
50.0
Total
26
100.0
100.0
50.0
100.0
Myalgia
Frequency
Valid
Tidak
Percent
25
Ya
Total
Valid Percent
96.2
Cumulative
Percent
96.2
1
3.8
3.8
26
100.0
100.0
96.2
100.0
Missing
71
1
3.8
5.0
45.0
75
1
3.8
5.0
50.0
77
1
3.8
5.0
55.0
86
1
3.8
5.0
60.0
92
1
3.8
5.0
65.0
109
1
3.8
5.0
70.0
116
1
3.8
5.0
75.0
119
1
3.8
5.0
80.0
130
1
3.8
5.0
85.0
151
1
3.8
5.0
90.0
152
1
3.8
5.0
95.0
158
1
3.8
5.0
100.0
Total
20
76.9
100.0
6
23.1
26
100.0
System
Total
Athralgia
Frequency
Valid
Tidak
Percent
25
Ya
Total
Valid Percent
96.2
Cumulative
Percent
96.2
96.2
100.0
1
3.8
3.8
26
100.0
100.0
SGPT
Frequency
Valid
Sakit_Tenggorok
Frequency
Valid
Tidak
Percent
26
Valid Percent
100.0
100.0
Cumulative
Percent
100.0
Coding_USIA_ASLI
Frequency
Valid
18-24
Percent
8
25-34
30.8
8
35-44
Valid Percent
30.8
9
34.6
30.8
30.8
34.6
55-64
1
3.8
3.8
Total
26
100.0
100.0
Cumulative
Percent
30.8
61.5
96.2
100.0
Coding_Klasifikasi_Hitung_Trombosit
Frequency
Valid
Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
<100.000
18
69.2
69.2
69.2
<150.000
8
30.8
30.8
100.0
26
100.0
100.0
Total
Missing
Valid Percent
Cumulative
Percent
16
1
3.8
5.0
5.0
20
1
3.8
5.0
10.0
29
1
3.8
5.0
15.0
32
1
3.8
5.0
20.0
46
1
3.8
5.0
25.0
53
1
3.8
5.0
30.0
55
1
3.8
5.0
35.0
65
2
7.7
10.0
45.0
70
1
3.8
5.0
50.0
78
1
3.8
5.0
55.0
82
1
3.8
5.0
60.0
83
1
3.8
5.0
65.0
84
1
3.8
5.0
70.0
86
1
3.8
5.0
75.0
87
1
3.8
5.0
80.0
133
1
3.8
5.0
85.0
142
1
3.8
5.0
90.0
164
1
3.8
5.0
95.0
100.0
201
1
3.8
5.0
Total
20
76.9
100.0
6
23.1
26
100.0
System
Total
SGOT
IGM
Frequency Percent Valid Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Frequency
19
1
3.8
5.0
5.0
35
1
3.8
5.0
10.0
-
43
1
3.8
5.0
15.0
Total
44
1
3.8
5.0
20.0
52
1
3.8
5.0
25.0
64
1
3.8
5.0
30.0
67
1
3.8
5.0
35.0
68
1
3.8
5.0
40.0
Valid
Percent
25
96.2
Valid Percent
Cumulative
Percent
96.2
96.2
100.0
1
3.8
3.8
26
100.0
100.0
IGG
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
55
Valid
25
+
Total
96.2
96.2
96.2
100.0
1
3.8
3.8
26
100.0
100.0
Frequency
Valid
Coding_Hematokrit
Frequenc
y
Percent
Valid
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Kurang dari Normal
1
3.8
3.8
3.8
Normal
3
11.5
11.5
15.4
Missing
>samadengan 20%
dari baseline
11
42.3
42.3
57.7
>5% dari baseline
11
42.3
42.3
100.0
Total
26
100.0
100.0
Percent
Cumulative
Percent
Valid Percent
Jawa
6
14.6
50.0
50.0
Betawi
1
2.4
8.3
58.3
Sunda
2
4.9
16.7
75.0
Makassar
1
2.4
8.3
83.3
Palembang
1
2.4
8.3
91.7
Batak
1
2.4
8.3
100.0
Total
12
29.3
100.0
System
29
70.7
41
100.0
Total
Pekerjaan_Coding
Frequency
Penurunan_Ht_LebihDari_20Persen
Frequency
Valid
tidak
Percent
26
Cumulative
Percent
Valid Percent
100.0
100.0
100.0
Valid
Pelajar
Missing
System
Percent
40
Total
Cumulative
Percent
Valid Percent
97.6
1
2.4
41
100.0
100.0
100.0
Tindakan
Frequency
Valid
Percent
25
Transfusi TC
Total
Valid Percent
96.2
Cumulative
Percent
96.2
96.2
100.0
1
3.8
3.8
26
100.0
100.0
Pendidikan_Saat_Ini_atau_Terakhir_Coding
Frequency
Valid
Missing
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Laki-Laki
25
61.0
61.0
61.0
Perempuan
16
39.0
39.0
100.0
Total
41
100.0
100.0
36.6
37.5
37.5
Sedang SMP
14
34.1
35.0
72.5
Sedang SMA
10
24.4
25.0
97.5
100.0
Belum Menikah
Pasien Anak
41
100.0
100.0
Frequency
Missing
Total
Cumulative
Percent
28
68.3
70.0
70.0
Kali Deres
6
14.6
15.0
85.0
Kembangan
3
7.3
7.5
92.5
Tambora
1
2.4
2.5
95.0
Ciledug
1
2.4
2.5
97.5
Duri Kosambi
1
2.4
2.5
100.0
40
97.6
100.0
Total
System
1
2.4
41
100.0
Suku_Coding
Valid Percent
97.6
Cumulative
Percent
97.6
97.6
100.0
1
2.4
2.4
100.0
100.0
Agama_Coding
100.0
Valid
Percent Valid Percent
Percent
Cumulative
Percent
Alamat_Coding
Cengkareng
2.4
100.0
41
Frequency
Valid
1
41
40
Total
Valid
2.5
100.0
Frequency
Menikah
Valid Percent
2.4
97.6
Status_Pernikahan_Coding
Kategori_Umur_Coding
Percent
1
40
System
Total
Valid
Frequency
Cumulative
Percent
15
Total
Cumulative
Percent
Valid Percent
Sedang SD
Sedang Kuliah
Jenis_Kelamin_Coding
Percent
Islam
Kristen
Total
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
32
78.0
78.0
78.0
9
22.0
22.0
100.0
41
100.0
100.0
Bulan_Rawat_Inap_di_RS_Coding
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Januari
2
Februari
1
2.4
2.4
7.3
Maret
7
17.1
17.1
24.4
April
6
14.6
14.6
39.0
Mei
4
9.8
9.8
48.8
Juni
5
12.2
12.2
61.0
Juli
4
9.8
9.8
70.7
4.9
4.9
4.9
56
Agustus
8
19.5
19.5
90.2
September
1
2.4
2.4
92.7
Oktober
1
2.4
2.4
95.1
Desember
Total
2
4.9
4.9
41
100.0
100.0
Frequency
Valid
Tidak
Ya
100.0
Total
Percent
Cumulative
Percent
Valid Percent
34
82.9
82.9
82.9
7
17.1
17.1
100.0
41
100.0
100.0
Lama_Rawat_Inap
Nyeri_Perut
Frequency
Percent
Cumulative
Percent
Valid Percent
Frequency
Valid
3
6
14.6
14.6
14.6
4
7
17.1
17.1
31.7
5
10
24.4
24.4
56.1
6
12
29.3
29.3
85.4
7
4
9.8
9.8
95.1
8
1
2.4
2.4
97.6
10
1
2.4
2.4
100.0
41
100.0
100.0
Total
Valid
Percent
Tidak
30
Ya
11
Total
41
Cumulative
Percent
Valid Percent
73.2
73.2
73.2
26.8
26.8
100.0
100.0
100.0
Epistaksis
Frequency
Valid
Tidak
Valid Percent
Cumulative
Percent
35
85.4
85.4
85.4
6
14.6
14.6
100.0
41
100.0
100.0
Ya
Total
Percent
Ruang_Rawat_Inap_Coding
Frequency
Valid
Apel
Percent
9
Cumulative
Percent
Valid Percent
22.0
22.0
22.0
Belimbing
1
2.4
2.4
24.4
Manggis
5
12.2
12.2
36.6
24
58.5
58.5
95.1
Melon
Pepaya
Total
2
4.9
4.9
41
100.0
100.0
Perdarahan_Gusi
Frequency
Valid
Tidak
Percent
40
Ya
Total
100.0
Cumulative
Percent
Valid Percent
97.6
97.6
97.6
100.0
1
2.4
2.4
41
100.0
100.0
Perdarahan_GastroIntestinal
Jalur_Masuk_Rumah_Sakit_Coding
Frequency
Valid
Poli Umum
Percent
8
Frequency
Valid Percent
19.5
Cumulative
Percent
19.5
Valid
Tidak
31
Rujukan
Total
75.6
75.6
95.1
100.0
2
4.9
4.9
41
100.0
100.0
40
Ya
19.5
Total
Instalasi Gawat Darurat
(IGD)
Percent
Indeks_Massa_Tubuh
Valid
Valid Percent
Cumulative
Percent
30
73.2
73.2
73.2
Normal
7
17.1
17.1
90.2
Underwei
4
9.8
9.8
100.0
41
100.0
100.0
Total
Valid
Ya
41
Percent
100.0
Valid Percent
100.0
2.4
2.4
100.0
100.0
Percent
Cumulative
Percent
Valid Percent
Tidak
10
24.4
24.4
24.4
Ya
31
75.6
75.6
100.0
Total
41
100.0
100.0
Frequency
Valid
Percent
Tidak
17
Ya
24
Total
41
Cumulative
Percent
41.5
Valid Percent
Cumulative
Percent
41.5
41.5
58.5
58.5
100.0
100.0
100.0
Mual
100.0
Frequency
Valid
Sakit_Kepala
100.0
1
Malaise
Demam
Frequency
97.6
Anoreksia
Valid
Percent
Cumulative
Percent
97.6
41
Frequency
Frequency
97.6
Valid Percent
Tidak
Percent
7
17.1
Valid Percent
Cumulative
Percent
17.1
17.1
100.0
Ya
34
82.9
82.9
Total
41
100.0
100.0
57
Muntah
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Percent
Tidak
16
39.0
39.0
Ya
25
61.0
61.0
Total
41
100.0
100.0
Missing
109
1
2.4
10.0
90.0
145
1
2.4
10.0
100.0
Total
10
24.4
100.0
System
31
75.6
41
100.0
39.0 Total
100.0
SGPT
Myalgia
Frequency
Valid
Tidak
Percent
37
Ya
Total
Frequency
90.2
4
9.8
100.0
Valid
1
2.4
10.0
10.0
90.2
18
1
2.4
10.0
20.0
100.0
21
1
2.4
10.0
30.0
28
2
4.9
20.0
50.0
31
1
2.4
10.0
60.0
32
1
2.4
10.0
70.0
Cumulative Percent
39
1
2.4
10.0
80.0
1
2.4
10.0
90.0
100.0
100.0
Athralgia
Frequency
Valid
Tidak
Percent
39
95.1
95.1
95.1
70
2
4.9
4.9
100.0
88
Ya
Total
Valid Percent
41
100.0
Cumulative
Percent
Valid Percent
11
90.2
9.8
41
Cumulative
Percent
Valid Percent
Percent
1
2.4
10.0
10
24.4
100.0
Missin System
g
31
75.6
Total
41
100.0
Total
100.0
Sakit_Tenggorok
Frequency
Valid
Tidak
Ya
Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
IGG
39
95.1
95.1
95.1
2
4.9
4.9
100.0
41
100.0
100.0
Valid
Coding_USIA_ASLI
Frequency
Valid
Preschoolers
Percent
2.4
2.4
2.4
Childhood
20
48.8
48.8
51.2
Young Teen
10
24.4
24.4
75.6
Teenager
10
24.4
24.4
100.0
41
100.0
Valid
Percent
Valid Percent
Valid
Cumulative
Percent
25
61.0
61.0
61.0
<150.000
16
39.0
39.0
100.0
Total
41
100.0
100.0
Valid
20
31
36
1
1
1
2.4
2.4
2.4
10.0
10.0
10.0
Cumulative
Percent
10.0
20.0
30.0
46
1
2.4
10.0
40.0
48
1
2.4
10.0
50.0
54
1
2.4
-
1
2.4
2.4
92.7
+
3
7.3
7.3
100.0
41
100.0
100.0
10.0
Kurang dari Normal
60.0
Percent
Cumulativ
Valid Percent e Percent
13
31.7
31.7
31.7
Normal
8
19.5
19.5
51.2
>samadengan 20% dari
baseline
7
17.1
17.1
68.3
100.0
>5% dari baseline
13
31.7
31.7
Total
41
100.0
100.0
Frequency
SGOT
Valid Percent
90.2
Diagnosis
Valid
Percent
90.2
Frequency
100.0
<100.000
Frequency
90.2
Coding_Hematokrit
Coding_Klasifikasi_Hitung_Trombosit
Frequency
Cumulative
Percent
Valid Percent
37
Total
Valid Percent
Percent
Cumulative
Percent
1
Total
Frequency
Percent
Cumulati
ve
Valid Percent Percent
Demam Dengue
1
2.4
2.4
2.4
Dengue fever dengan
Infeksi Sekunder
1
2.4
2.4
4.9
dhf
1
2.4
2.4
7.3
DHF
29
70.7
70.7
78.0
DHF dengan Typhoid
1
2.4
2.4
80.5
DHF Grade 1
1
2.4
2.4
82.9
DHF Grade 2
3
7.3
7.3
90.2
DHF Grade 3
2
4.9
4.9
95.1
DSS
1
2.4
2.4
97.6
1
2.4
2.4
100.0
41
100.0
100.0
79
1
2.4
10.0
70.0
Trombositopenia susp
DHF gr II
83
1
2.4
10.0
80.0
Total
58
Tindakan
Frequency
Valid
Percent
Valid Cumula
Perce
tive
nt
Percent
39
95.1
95.1
95.1
tampon hidung
1
2.4
2.4
97.6
Tampon hidung, Transfusi
TC
1
2.4
2.4
100.0
Total
41
100.0 100.0
59
Lampiran 4
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Najib Askar
Tempat, tanggal lahir
: Jakarta, 8 Agustus 1996
Alamat
: Jl. Kapten Yusuf no.36 Bogor Selatan, Kota
Bogor
No. HP
: +62 859 6615 6397
Email
: [email protected]
Riwayat Pendidikan:
2002 – 2006
: SDIT Al Qalam, Depok
2006 – 2007
: SDI Al Azhar Cibinong, Bogor
2007 – 2008
: SDI Al Irsyad Al Islamiyyah, Bogor
2008 – 2010
: SMP Insan Kamil, Bogor
2010 – 2012
: SMA Insan Kamil, Bogor
2012 – Sekarang
: Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah, Jakarta
Download