RUSLI NIM. 080500165 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN

advertisement
KOMPOS DARI LIMBAH PUPUK CAIR JERAMI PADI
DAN KULIT JAGUNG
Oleh :
RUSLI
NIM. 080500165
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN
PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2012
KOMPOS DARI LIMBAH PUPUK CAIR JERAMI PADI
DAN KULIT JAGUNG
Oleh :
RUSLI
NIM. 080500165
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program
Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN
PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2012
HALAMAN PENGESAHAN
Judul
:
Kompos Dari Limbah Pupuk Cair Jerami
Padi Dan Kulit Jagung
Nama
:
Rusli
NIM
:
080500165
Program Studi
:
Budidaya Tanaman Perkebunan
Jurusan
:
Manajemen Pertanian
Pembimbing,
Penguji I,
Penguji II,
Nurlaila, SP, MP
NIP.197110302001122001
Ir. Budi Winarni, M. Si
NIP.196109141990012001
Jamaludin,SP, M.Si
NIP.197206122001121003
Menyetujui,
Ketua Program Studi
Budidaya Tanaman Perkebunan
Mengesahkan,
Ketua Jurusan
Manajemen Pertanian
Ir. Syarifuddin, MP
NIP. 196507062001121001
Ir. Hasanudin, MP
NIP. 196308051989031005
Lulus ujian pada tanggal …………………………
ABSTRAK
RUSLI. Kompos Dari Limbah Pupuk Cair Jerami Padi Dan Kulit Jagung
(di bawah bimbingan NURLAILA).
Dalam pembuatan pupuk organik cair, sisa (limbah) dari pembuatan
pupuk tersebut sangat disayangkan jika tidak dikelola lebih lanjut untuk
dijadikan pupuk kompos. Pupuk organik dalam bentuk yang telah
dikomposkan berperan penting dalam perbaikan sifat kimia, fisika, dan
biologi tanah.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan unsur hara
yang terdapat pada kompos yang berasal dari limbah pupuk cair jerami padi
dan kulit jagung. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi
pemanfaatan limbah pembuatan pupuk organik cair masih dapat digunakan
sebagai kompos.
Penelitian dilakukan di lingkungan sekitar Laboratorium Produksi
Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda,
selama + 6 (enam) bulan yaitu sejak Maret hingga September 2012
meliputi persiapan alat dan bahan hingga penyusunan laporan karya ilmiah.
Perlakuan pada penelitian ini adalah kompos dari limbah pembuatan pupuk
organik cair jerami dan kulit jagung, dengan 4 (empat) taraf perlakuan yaitu
P1 (kompos dari limbah pupuk pupuk cair jerami padi), P2 (kompos dari
limbah pupuk cair kulit jagung), P3 (kompos dari limbah pupuk cair jerami
padi dengan pemberian EM4) dan P4 (kompos dari limbah pupuk cair kulit
jagung dengan pemberian EM4).
Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam kompos masih memiliki
kandungan unsur hara yang lengkap namun dalam jumlah yang sedikit.
Kata kunci
: Kompos dari limbah pupuk cair jerami padi dan
kulit jagung
RIWAYAT HIDUP
RUSLI, Lahir pada tanggal 20 JUNI 1987 di Nunukan.
Merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari
pasangan Kasim dan ibu Siti rubiya.
Pendidikan dasar dimulai pada Tahun 1999 di Sekolah Dasar Negeri 009
Kabupaten Nunukan dan lulus pada tahun 2005. Kemudian pada tahun
yang sama melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Pertama di SLTP
Negeri 3 Nunukan dan lulus pada tahun 2007. Kemudian melanjutkan pada
SMA Pancasila Nunukan Jurusan IPS dan berijazah pada tahun 2008.
Selanjutnya memulai Pendidikan Tinggi di Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan tahun 2008.
Pada tanggal 7 maret sampai dengan 7 Mei 2012 mengikuti Program PKL
(Praktek Kerja Lapang) di PT. Cahaya anugara plantation sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Bidang Studi BTP.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Karya
Ilmiah berjudul “ KOMPOS DARI LIMBAH PUPUK CAIR JERAMI
PADI DAN KULIT JAGUNG” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Nurlaila, SP, MP selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan
waktu dan memberi saran kepada penulis.
2. Ibu Ir. Budi Winarni, M, Si selaku dosen penguji I dan Bapak
Jamaludin, SP, M, Si selaku Dosen Penguji II.
3. Bapak Ir. Syarifuddin, MP selaku Ketua Perogram Setudi Budidaya
Tanaman Perkebunan.
4. Bapak Ir. Hasanuddin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian.
5. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda.
6. Seluruh Dosen dan Staf Program Setudi
Budidaya Tanaman
Perkebunan yang telah banyak membantu selama perkuliahan.
7. Teman-teman Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, atas bantuan
saran dan kerjasamanya dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
8. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun
materil
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan
dalam
penulisan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh
mahasiswa khususnya untuk penulis sendiri.
Penulis,
Kampus Sungai Keledang,September 2012
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .....................................................................................
i
DAFTAR ISI ..................................................................................................
ii
DAFTAR TABEL............................................................................................
iii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
iv
I. PENDAHULUAN .......................................................................................
1
II. TINJAUAN PUSATAKA ...........................................................................
4
A. Tinjauan Umum Unsur Hara .................................................................
B. Tinjauan Umum Pupuk Organik.............................................................
C. Tinjauan Umum EM4…………………………………………………….
III. METODE PENELITIAN…………………………………………………..
4
10
22
25
A. Waktu Dan Tempat Penelitian ...............................................................
B. Alat Dan Bahan .....................................................................................
C. Prosedur Penelitian ................................................................................
E. Perlakuan dan Pengolahan Data .............................................................
25
25
25
26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................
28
A. Hasil ......................................................................................................
B. Pembahasan ...........................................................................................
28
30
V. KESIMPULAN .........................................................................................
33
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran .....................................................................................................
33
33
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
34
LAMPIRAN ....................................................................................................
36
DAFTAR TABEL
No.
1.
Halaman
Tabel. 1. Hasil Analisa Kandungan unsure hara pH, C Organik dan C-N
Rasio kompos dari limbah pupuk organic cair jerami padi dan kulit jagung… 28
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
1. Lampiran 1. Standar Kompos Berdasarkan SNI 19 – 7030 – 2004…………… 37
2. Lampiran 2. Hasil Analisa Kandungan unsur dan pH pupuk Cair jerami
Padi dan kulit jagung…………………………………………………………...… 38
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1. Gambar 1. Gambar Bak Permentasi………………………………………..
39
2. Gambar 2. Hasil Dekomposisi Jerami Padi….…………………………….
39
3. Gambar 3. Hasil Dekomposisi kuli jagung…………………………………
39
11
I. PENDAHULUAN
Kesuburan tanah secara alami bergantung pada unsur kimia yang di alam.
Unsur kimia alami yang terangkai menjadi bahan penting dalam membantu
menciptakan kesuburan tanah. Bahan organik tanah memiliki banyak kegunaan,
diantaranya mempertahankan struktur tanah, meningkatkan kemampuan tanah
untuk meyimpan dan mendistribusikan air dan udara didalam tanah, serta
memberikan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman dan organisme didalam tanah.
Kandungan bahan organik tanah sangat dipengaruhi oleh tekstur iklim dan
pengairan tanah sangat dipengaruhi oleh tektur iklim dan pengairan lingkungan.
Bahan organik yang ditransformasi menjadi pupuk sangat berperan bagi perbaikan
sifat fisik tanah ditunjukan dengan kemampuannya dalam merangsang granulasi,
menurunkan plastisitas dan kohesi, serta meningkatkan kemampuan tanah dalam
mengikat air. Pasalnya, kemampuan tanah mengikat air dapat ditingkatkan melalui
penggunaan bahan organik yang berpengaruh terhadap tekstur dan kadar liat tanah
dalam mengikat air.
Untuk memperbaiki sifat kimia tanah, peran bahan organik adalah
membantu menyediakan unsur hara seperti nitrogen, fospor, belerang dan kation.
Walaupun bisa membantu, pupuk organik bersifat bulky (dalam jumlah besar)
dengan kandungan hara makro dan mikronya rendah, sehingga dalam aplikasinya
diperlukan dalam jumlah banyak.
Penelitian Muhajir dan Maramis (1986), dengan pemberian 4 ton/Ha
jerami dapat meningkatkan hasil jagung 1 ton/Ha. Keunggulan lainnya dalam
12
menggunakan sebagian limbah tanaman sebagai pupuk organik adalah : perannya
di dalam memperbaiki struktur (sifat fisika tanah) pada lahan (marginal) sehingga
mampu memberikan daya dukung yang lebih baik bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
Dalam pembuatan pupuk organik cair, sisa dari pembuatan pupuk tersebut
sangat disayangkan jika sisa (limbah), tersebut tidak dikelola lebih lanjut untuk
dijadikan pupuk kompos. Pupuk organik dalam bentuk yang telah dikomposkan
ataupun segar berperan penting dalam perbaikan sifat kimia, fisika, dan biologi
tanah. Secara umum kandungan nutrisi hara dalam pupuk organik tergolong
rendah dan agak lambat tersedia, sehingga diperlukan dalam jumlah cukup
banyak. Namun, pupuk organik yang telah dikomposkan dapat menyediakan hara
dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dalam bentuk segar, karena selama
proses pengomposan telah terjadi proses dekomposisi yang dilakukan oleh
beberapa macam mikroba, baik dalam kondisi aerob maupun anaerob. Sumber
bahan kompos antara lain berasal dari limbah organik seperti sisa-sisa tanaman
(jerami, batang, dahan), sampah rumah tangga, kotoran ternak (sapi, kambing,
ayam), arang sekam, dan abu dapur (Deptan, 2006).
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis kandungan unsur hara yang terdapat pada kompos yang berasal dari
limbah pembuatan pupuk cair.
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi tentang pemanfaatan
limbah pembuatan pupuk cair menjadi kompos. Dapat meningkatkan hasil jagung
26% dibandingkan tanpa limbah. (Widati dkk, 2000), mengemukakan dengan
13
pemberian jerami nyata meningkatkan kadar C-organik, K-dd, dan KTK tanah
berturut-turut sebesar 13.2%, 28.6%, clan 15.3%. Sedangkan menurut
Adiningsih, (1992) dengan memakai 5 ton jerami tiap Ha dapat meningkatkan
efisiensi pemupukan N, P, dan K, serta Penelitian Muhajir dan Maramis, (1986)
dengan pemberian 4 ton tiap Ha jerami dapat meningkatkan hasil jagung 1 ton tiap
Ha. Keunggulan lainnya dalam menggunakan sebagian limbah tanaman sebagai
pupuk organik adalah : perannya di dalam memperbaiki struktur
(sifat fisika
tanah), pada lahan (marginal), sehingga mampu memberikan daya dukung yang
lebih baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Dalam pembuatan pupuk organik , sisa dari pembuatan pupuk tersebut
tidak dimanfaatkan oleh petani. Seperti yang kita ketahui sisa atau ampas dari
pembuatan pupuk tersebut masih memiliki kandungan hara yang beguna bagi
tanaman. Sangat disayangkan jika sisa (limbah), tersebut tidak dikelola lebih
lanjut untuk dijadikan pupuk kompos. Padahal limbah tersebut memilki nilai
ekonomis jika dikelola lebih lanjut bagi tanaman pertanian untuk menghemat
bahan serta pemanfaatannya.
14
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Unsur Hara
Menurut Lingga dan Marsono (2001), hasil penelitian menunjukkan bahwa
setiap tanaman memerlukan paling sedikit 16 unsur (ada yang menyebutnya zat)
agar pertumbuhannya normal. Dari ke-16 unsur tersebut, 3 unsur (Karbon,
hidrogen, dan oksigen), diperoleh dari udara, sedangkan 13 unsur lagi disediakan
oleh tanah jadi, tanah sebagai dapur bagi tanaman setidaknya harus tersedia 13
jenis menu agar pertumbuhan normal. Ke -13 unsur tersebut nitrogen (N), fosfor
(P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), sulfur atau belerang (S), klor
(Cl), ferum atau besi (Fe), mangan (Mn), kuprum atau tembaga (Cu), zink atau
seng (Zn), boron (B) dan molidenum (Mo). Kalau dilihat dari jumlah yang disedot
tanaman, dari ke-13 unsur tersebut hanya 6 unsur saja yang diambil tanaman
dalam jumlah banyak. Unsur yang dibutuhkan dalam jumlah banyak tersebut
disebut unsur makro. Ke-6 jenis makro tersebut adalah N, P, K, S Ca, Mg. Namun
demikian, bila dilihat dari kegunaan keenam unsur tersebut hanya tiga unsur saja
yang mutlak ada di dalam tanah dan perlu bagi tanaman sementara tiga unsur
lainnya lagi boleh ada dan boleh tidak meskipun dibutuhkan dalam jumlah banyak
ketiga unsur yang mutlak harus ada ialah N, P dan K. Unsur hara dalam tanah
terbagi dalam makro dan unsur mikro. Kegunaan unsur-unsur hara tersebut bagi
tanaman, adalah sebagai berikut :
15
1. Nitrogen
Peranan utama nitrogen (N) bagi tanaman adalah untuk merangsang
pertumbuhan secara keseluruhkan, khususnya batang, cabang dan daun selain
itu nitrogenpun berperan penting dalam pembentukkan hijau daun yang sangat
berguna dalam proses fotosintesis. fungsi lainnya ialah membentuk
protein, lemak, dan berbagi persenyawaan organik lainnya.
2. Fosfor
Unsur phosfor (P) bagi tanaman berguna
untuk merangsang
pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda. Selain itu, fosfor
berfungsi sebagai bahan mentah untuk pembentukkan sejumlah protein
tertentu,membantu asimilasi dan pernapasan, serta mempercepat pembungaan,
pemasakkan biji, dan buah
3. Kalium
Fungsi utama kalium (K) ialah membantu pembentukan protein dan
karbohidrat. Kalium pun berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar
daun, bunga, dan buah tidak mudah gugur. Yang tak bisa dilupakan ialah
kalium pun merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi
kekeringan dan penyakit.
4.
Kalsium
Bagi tanaman, kalsium (Ca) berfungsi untuk merangsang untuk
pembentukkan mengeraskan batang tanaman dan merangsang pembentukan
biji. Kalsium yang terdapat pada batang dan daun ini berkhasiat untuk
menetralisasikan senyawa atau suasan yang tidak menguntungkan pada tanah
16
5.
Magnesium
Agar tercipta hijau daun yang sempurna dan terbentuk karbohidrat,
lemak dan minyak-minyak magnesiumlah biangnya. Magnesium (Mg) pun
memegang peranan penting dalam transportasi fosfat dalam tanaman dengan
demikian, kandungan fosfat dalam tanaman dapat di naikan dengan jalan
menambah unsur magnesium.
6.
Belerang
Belerang (S) berperan dalam pembentukan bintil-bintil akar. Sulfur ini
merupakan unsur yang penting dalam beberapa jenis protein seperti asam
amino. Unsur inipun membantu pertumbuhan anakan. Selain itu, merupakan
bagian penting pada tanaman-tanaman penghasil minyak sayuran seperti
cabai, kubis, dan lain-lain.
7.
Klor
Memperbaiki dan meninggikan hasil kering tanaman seperti tembakau,
kapas, kentang, dan tanaman sayuran umumnya adalah peran dari klor (Cl).
Unsur inipun banyak ditemukan dalam air sel semua bagian tanaman.
8.
Besi
Untuk pernapasan tanaman dan hijau daun merupakan peran dari besi
(Fe). Kehadirannya tidak boleh dianggap enteng sekali tidak ada, terutama
pada tanah yang mengandung banyak kapur, tanaman akan langsung merana.
17
9.
Mangan
Peran mangan (Mn) tak jauh beda dengan unsur besi. Selain sebagai
komponen untuk memperlancar proses asimilasi unsur ini pun merupakan
komponen penting dalam berbagai enzim.
10. Tembaga
Fungsi tembaga (Cu) inipun baru sedikit diketahui. Kehadirannya dapat
mendorong terbentuknya hijau daun dan dapat menjadi bahan utama dalam
berbagai enzim.
11. Boron
Boron (B) berfungsi mengangkut karbohidrat kedalam tubuh tanaman
dan mengisap unsur kalsium. Selain itu, boron berperan dalam perkembangan
bagian-bagian tanaman untuk tumbuh aktif. Pada tanaman penghasil biji,
unsur inipun berpengaruh terhadap pembagian sel. Dan, yang paling nyata
perannya dalam menaikan mutu tanaman sayuran dan tanaman buah.
12. Molibdenum
Sama halnya dengan tembaga, hingga kini diketahui masih sedikit
peranan molibdenum (Mo) bagi tanaman. Unsur ini sangat berguna bagi
tanaman jeruk dan sayuran. Untuk tanaman pupuk hijau, molibdenum
membantu mengikat nitrogen dari udara bebas. Ini disebabkan unsur ini
merupakan bagian dari komponen penyusun enzim-enzim pada bakteri
nodula akar tanaman pupuk hijau.
18
13. Seng
Seng (Zn) memberi dorongan terhadap pertumbuhan tanaman karena
diduga Zn dapat berfungsi membentuk hormon tumbuh.
Menurut Sutejo (2002), hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa
tanaman itu terdiri dari air (± 90%) dan bahan kering atau dry matter
(± 10%). Bahan kering terdiri dari bahan-bahan organik dan an-organik.
Menurut analisa kimia tenyata pula bahwa bahan organik tediri dari : karbon
(C) (sekitar 47 %), Hidrogen (H) (sekitar 7 %), Oksigen (O) (sekitar 44 %),
Nitrogen (N) (sekitar 0,2 % - 2 %). Sedangkan bahan-organik (persenyawaan
an-organik) adalah merupakan bagian-bagian mineral atau abu (sebagaimana
dimuka telah dijelaskan bahwa bagian-bagian) tanaman itu berisi mineral
atau abu).
Berdasarkan analisa, ternyata tanaman itu terdiri dari sekitar 50 elemen
atau unsur. Sedang yang dibutuhkan oleh tanaman selama masa pertumbuhan
dan perkembangannya ada 16 unsur yang merupakan unsur hara esensial
yang dapat dibagi menjadi unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro
relatif banyak diperlukan oleh tanaman, sedangkan unsur hara mikro juga
sama pentingnya dengan unsur hara makro hanya dalam hal ini kebutuhan
tanaman terhadap zat-zat ini hanya sedikit. Unsur – unsur hara mikro yakni
besi (Fe), borium (Bo), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), molibdenum
(Mo), dan khlor (Cl). Sedangkan unsur-unsur lain yang berhubungan erat
dengan tanaman adapun unsur – unsur yang dimaksud yakni : natrium (Na),
silikum (Si), nikel (Ni), titan (Ti), Selenium (Se), Vanadium (V), Argon (Ar),
19
dan yodium. dapatmeningkatkan hasiljagung 26% dibandingkan tanpa
limbah. (Widati dkk, 2000), menggemukan dengan pemberian jerami nyata
meningkatkan kadar C-organik, K-dd, clan KTK tanah berturut-turut sebesar
13.2%, 28.6%, dan 15.3%. Sedangkan Adiningsih, (1992) dengan memakai
5 ton jerami tiap Ha dapat meningkatkan efisiensi pemupukan N, P, dan K,
serta penelitian menurut Muhajir dan Maramis, (1986) dengan pemberian 4
ton tiap Ha jerami dapat meningkatkan hasil jagung 1 ton tiap Ha.
Keunggulan lainnya dalam menggunakan sebagian limbah tanaman sebagai
pupuk organik adalah : perannya di dalam memperbaiki struktur (sifat fisika
tanah) pada lahan (marginal) sehingga mampu memberikan daya dukung
yang lebih baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Dalam pembuatan pupuk organik , sisa dari pembuatan pupuk tersebut
tidak dimampaatkan oleh petani. Seperti yang kita ketahui sisa atau ampas
dari pembuatan pupuk tersebut masih memiliki kandungan hara yang beguna
bagi tanaman. Sangat disayangkan jika sisa (limbah) tersebut tidak dikelola
lebih lanjut untuk dijadikan pupuk kompos.
Padahal limbah tersebut memilki nilai ekonomis jika dikelola lebih
lanjut
bagi
tanaman
pertanian
untuk
menghemat
bahan
serta
pemamfaatannya.
B. Tinjauan Umum Pupuk Organik
Senyawa yang mengandung unsur hara yang diberikan pada tanaman
disebut dengan pupuk (Jumin, 1991).
Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang,
20
sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa),
limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah
kota/sampah rumah tangga. Kompos merupakan produk pembusukan dari limbah
tanaman dan hewan hasil perombakan oleh fungi, aktinomiset, dan cacing tanah.
Pupuk hijau merupakan keseluruhan tanaman hijau maupun hanya bagian dari
tanaman seperti sisa batang dan tunggul akar setelah bagian atas tanaman yang
hijau digunakan sebagai pakan ternak. Sebagai contoh pupuk hijau ini adalah sisasisa tanaman, kacang-kacangan, dan tanaman paku air Azolla. Penggunaan bahan
organik, seperti sisa-sisa tanaman yang melapuk, kompos, pupuk kandang atau
pupuk organik cair menunjukkan bahwa pupuk organik dapat meningkatkan
produktivitas tanah dan efisiensi pemupukan serta mengurangi kebutuhan pupuk,
terutama pupuk K (Arafah dan Sirappa, 2004).
Dewasa ini pemerintah menggalakkan penggunaan bahan-bahan yang ramah
lingkungan. Untuk meningkatkan pertumbuhan maka perlu dilakukan pemberian
pupuk hayati yang bersifat ramah lingkungan yaitu pupuk organik. Pupuk organik
bila digunakan dalam tanah akan merangsang mikrobia, meningkatkan aktivitas
biologis, memperbaiki struktur tanah, memperbaiki struktur penyimpanan air
tanah dengan begitu meningkatkan kesuburan (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Menurut Sutejo (1987), tumpukan bahan-bahan mentah (seresah, sisa-sisa
tanaman dll), menjadi kompos dikarenakan telah terjadi pelapukan, penguraian
dan terjadi perubahan-perubahan sifat fisik semula menjadi sifat fisik baru
(kompos). Alasan pembuatan kompos adalah (1), karena untuk memperoleh
pupuk
kandang
dalam
jumlah
yang
besar,
lebih-lebih
yang
mudah
21
didekomposisikan,(2), penanaman pupuk hijau tidak selalu berhasil serta harus
mengorbankan tanah untuk tidak ditanami tanaman menghasilkan bahan makanan
selama penanaman pupuk hijau.Pembuatan kompos adalah merupakan suatu
proses didekomposisi sisa-sisa hasil pertanian, tanaman, kotoran ternak, urine
ternak, sisa makanan ternak, batang dan ranting, daun-daun yang jatuh, sampah
kesemuanya dapat dijadikan kompos. Untuk mendapatkan kompos yang baik
maka didalam pembuatan kompos hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai
berikut, (1), struktur bahan-bahan yang akan dibuat kompos hendaknya jangan
terlalu kasar. Bahan-bahan seperti jerami, bahan pangkasan pupuk hijau sebaiknya
dipotong-potong lebih halus, (2), bahan-bahan yang kurang mengandung nitrogen
harus dicampur dahulu dengan bahan-bahan yang banyak mengandung nitrogen,
demikian juga dengan bahan banyak mengandung jasad renik misalnya pupuk
kandang humus. Kadang-kadang diberi juga sedikit , humus. Kadang-kadang
diberi juga sedikit nitrogen buatan, (3,) bahan-bahan untuk kompos ditumpuk
berlapis-lapis diatas tanah. Tiap-tiap lapisan setebal ± 30 cm, kira-kira merupakan
tumpukan hasil penumpukan seluruh ± 1,5 meter. Penumpukan seluruhnya
haruslah selesai dalam waktu ± 10 hari, (4), untuk mempercepat proses peruraian,
pada tiap-tiap lapisan diberikan kapur atau abu kapur, (5), tumpukan kompos
harus cukup basah dan diberi atap untuk mencegah panas/sinar matahari dan
hujan, (6), setiap satu bulan tumpukan dibongkar untuk dibalikkan dan
ditumpukan kembali. Dengan cara demikian perubahan didalam tumpukan dapat
merata Setelah 3 atau 4 kali dilakukan pembongkaran, pembalikan dan
penumpukan kembali diperoleh kompos yang telah masak (Hakim et al., 1986).
22
Pupuk organik merupakan hasil akhir dan atau hasil antara dari perubahan
atau peruraian bagian dan sisa-sisa tanaman dan hewan. Misalnya bungkil, guano,
tepung tulang dan sebagainya. Karena pupuk organik berasal dari bahan organik
yang mengandung segala macam unsur maka pupuk ini pun mengandung hampir
semua unsur (baik makro maupun mikro). Bahan organik merupakan bahan yang
berasal dari tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pupuk. Bahan organik yang
berasal dari hewan merupakan kotoran hewan yang memiliki kandungan unsur
hara sehingga dapat menyuburkan tanah. Bahan Organik yang berasal dari hewan
mengandung unsur hara yang
bervariasi tergantung pada makanan hewan
tersebut. Hewan yang banyak diberi makan biji bijian menyebabkan kotorannya
mengandung unsur hara yang lebih tinggi. Hasilnya dapat mengembalikan
kesuburan tanah. Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan
organik asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi
tanaman. Berdasarkan Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006, tentang pupuk
organik dan pembenah tanah, dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk
yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari
tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk
padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah. Sumber bahan organik dapat berupa kompos,
pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung,
bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan
bahan pertanian, dan limbah kota/sampah rumah tangga. Kompos merupakan
produk pembusukan dari limbah tanaman dan hewan hasil perombakan oleh fungi,
23
aktinomiset, dan cacing tanah. Pupuk hijau merupakan keseluruhan tanaman hijau
maupun hanya bagian dari tanaman seperti sisa batang dan tunggul akar setelah
bagian atas tanaman yang hijau digunakan sebagai pakan ternak. Sebagai contoh
pupuk hijau ini adalah sisa-sisa tanaman, kacang-kacangan, dan tanaman paku air
Azolla. Penggunaan bahan organik, seperti sisa-sisa tanaman yang melapuk,
kompos, pupuk kandang atau pupuk organik cair menunjukkan bahwa pupuk
organik dapat meningkatkan produktivitas tanah dan efisiensi pemupukan serta
mengurangi kebutuhan pupuk, terutama pupuk K (Arafah dan Sirappa, 2003).
Menurut Murbandono (2000), pupuk organik merupakan hasil akhir dan
atau hasil antara dari perubahan atau peruraian bagian dan sisa-sisa tanaman dan
hewan. Misalnya bungkil, guano, tepung tulang dan sebagainya. Karena pupuk
organik berasal dari bahan organik yang mengandung segala macam unsur maka
pupuk ini pun mengandung hampir semua unsur (baik makro maupun mikro).
Hanya saja, ketersediaan unsur tersebut biasanya dalam jumlah yang sedikit.
Pupuk organik diantaranya ditandai dengan ciri-ciri :
1.
Nitrogen terdapat dalam bentuk persenyawaan organik sehingga mudah
dihisap tanaman.
2.
Tidak meninggalkan sisa asam anorganik didalam tanah.
3.
Mempunyai kadar persenyawaan C organik yang tinggi, misalnya hidrat
arang.
Pupuk organik dalam bentuk yang telah dikomposkan ataupun segar
berperan penting dalam perbaikan sifat kimia, fisika, dan biologi tanah serta
sebagai sumber nutrisi tanaman. Secara umum kandungan nutrisi hara dalam
24
pupuk organik tergolong rendah dan agak lambat tersedia, sehingga diperlukan
dalam jumlah cukup banyak. Namun, pupuk organik yang telah dikomposkan
dapat menyediakan hara dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dalam
bentuk segar, karena selama proses pengomposan telah terjadi proses dekomposisi
yang dilakukan oleh beberapa macam mikroba, baik dalam kondisi aerob maupun
anaerob. Sumber bahan kompos antara lain berasal dari limbah organik seperti
sisa-sisa tanaman (jerami, batang, dahan), sampah rumah tangga, kotoran ternak
(sapi, kambing, ayam), arang sekam, dan abu dapur (Deptan, 2006).
Menurut Sutejo dan Kartasaputra (1990), syarat-syarat yang dimiliki
pupuk organik, yaitu : zat N atau zat lemasnya harus terdapat dalam bentuk
persenyawaan organik, jadi harus mengalami peruraian menjadi persenyawaan N
yang mudah dapat diserap oleh tanaman; pupuk tersebut dapat dikatakan tidak
meninggalkan sisa asam organik didalam tanah; dan pupuk organik tersebut
seharusnya mempunyai kadar persenyawaan C organik yang tinggi, seperti hidrat
arang.
Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002), kebaikan sifat pupuk organik
terhadap kesuburan tanah antara lain sebagai berikut :
a.
Bahan organik dalam proses mineralisasi akan melepaskan hara tanaman
yang lengkap (N, P, K, Ca, Mg, S, serta hara mikro) dalam jumlah tidak
terlalu banyak dan relatif kecil.
b.
Bahan organik dapat memperbaiki struktur tanah, menyebabkan tanah
menjadi ringan untuk diolah, dan mudah ditembus akar.
c.
Bahan organik dapat mempermudah pengolahan tanah-tanah yang berat.
25
d.
Bahan organik meningkatkan daya menahan air, sehingga kemampuan tanah
untuk menyediakan air menjadi lebih banyak. Kelengasan air lebih terjaga.
e.
Bahan organik membuat permeabilitas tanah menjadi lebih baik, menurunkan
permeabilitas pada tanah bertekstur kasar (pasiran), dan meninggalkan
permeabilitas pada tanah bertekstur sangat lembut (lempungan).
f.
Bahan organik meningkatkan KPK (kapasitas pertukaran kation), sehingga
kemampuan mengikat kation menjadi lebih tinggi. Akibatnya, jika tanah yang
dipupuk dengan bahan organik dengan dosis tinggi, hara tanaman tidak
mudah tersusun.
g.
Bahan organik memperbaiki kehidupan biologi tanah (baik hewan tingkat
tinggi ataupun tingkat rendah) menjadi lebih baik karena ketersediaan makan
lebih terjamin.
Kompos merupakan hasil dari pelapukan bahan-bahan berupa dedaunan,
jerami, alang-alang, rumput, kotoran hewan, sampah kota, dan sebagainya. Secara
garis besar, membuat kompos berarti merangsang perkembangan bakteri
(jasad-
jasad renik), untuk menghancurkan atau menguraikan bahan-bahan yang
dikomposkan hingga terurai menjadi senyawa lain. Penguraian bahan-bahan
tersebut dibantu oleh suhu 60° C. Proses penguraian tersebut mengubah unsur
hara yang terikat dalam senyawa organik sukar larut menjadi senyawa organik
larut sehinga berguna bagi tanaman. Selain itu, pengomposan pun bertujun untuk
menurunkan rasio C/N sisa tanaman yang masih segar umumnya tinggi sehingga
mendekati rasio C/N tanah. Rasio C/N adalah perbandingan C (karbon), dan N
(nitrogen), bilangan bahan organik yang memiliki rasio C/N tingi tidak di
26
komposkan terlebih dahulu (langsung di berikan ke tanah), maka proses
penguraiannya akan terjadi di tanah. Ini tentu kurang baik kerana penguraian
bahan segar dalam tanah meningkat sehingga dapat berpengaruh buruk bagi
pertumbuhan ikatnya terhadap air menjadi kecil serta struktur tanahnya menjadi
kasar dan berserat. Kandungan utama dengan kadar tertinggi dari kompos adalah
bahan organik yang mujarab dan terkenal manjur untuk memperbaiki kondisi
tanah. Unsur lain dalam kompos yang variasinya cukup banyak walaupun
kadarnya rendah adalah nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan magnesium. Kadar
hara kompos memang sangat ditentukan oleh bahan yang dikomposkan, cara
pengomposan, dan cara penyimpanannya. Walaupun demikian, kadar haranya
memang tidak pernah tinggi. Kompos disebut baik, dilihat dari sosoknya, sangat
sulit diberikan batasan mengenai kompos yang disebut baik dan kurang baik.
Namun, satu hal yang pasti ialah kompos yang baik merupakan kompos yang
penguraiannya sudah berhenti. Biasanya penguraian akan berhenti setelah
2,5
bulan. Kompos yang baik biasanya memiliki butiran halus berwarna coklat sedikit
kehitaman (Lingga dan Marsono, 2001).
Menurut Pranata (2004), menyatakan bahwa pupuk organik adalah pupuk
yang tersusun dari materi mahkluk hidup. Pupuk kandang adalah pupuk yang
berasal dari kotoran hewan. Hampir semua kotoran hewan dapat digunakan
sebagai pupuk kandang. Pupuk hijau adalah pupuk yang berasal dari tanaman.
Bagian yang sering dipakai untuk pupuk hijau adalah daun, tangkai, dan batang
yang masih muda. Pupuk organik lainnya yang sering dipakai adalah kompos.
Kompos merupakan sisa bahan organik yang berasal dari tanaman, hewan, dan
27
limbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi.
Sebenarnya, pupuk kandang dan pupuk hijau merupakan bagian dari kompos.
Jenis tanaman yang sering digunakan untuk kompos di antaranya jerami dan
sekam padi, tanaman pisang, gulma, sayuran yang busuk, sisa tanaman jagung,
dan sabut kelapa. Berikut ini beberapa kegunaan kompos : memperbaiki struktur
tanah menjadi lebih gembur, memperkuat daya ikat agregat tanah berpasir,
meningkatkan daya tahan dan daya serap air, memperbaiki drainase dan pori-pori
dalam tanah, menambah dan mengaktifkan unsur hara, meningkatkan daya ikat
tanah terhadap unsur hara, membantu dekomposisi bahan mineral, dan
menyediakan bahan makanan bagi mikroorganisme yang menguntungkan
pertumbuhan tanaman. Humus merupakan hasil dekomposisi (penghancuran),
tumbuhan berupa daun, akar, cabang, ranting, dan batang secara alami.
Proses dekomposisi ini dipengaruhi oleh cuaca diatas permukaan tanah dan
dibantu oleh mikroorganisme tanah. Dari pengertian di atas sebenarnya humus
hampir sama dengan pupuk hijau. Perbedaanya terletak pada prosesnya. Humus
terbentuk secara alami dan sebagian besar terjadi di hutan, tetapi pupuk hijau
terbentuk dengan melibatkan campur tangan manusia. Pupuk organik buatan
adalah pupuk organik yang diproduksi di pabrik dengan menggunakan peralatan
yang modern. Pupuk organik buatan umumnya merupakan campuran beberapa
jenis bahan organik. Pencampuran beberapa jenis bahan organik ini bertujuan
untuk meningkatkan kandungan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
28
a.
Tinjauan Pupuk Organik Jerami Padi
Jerami padi merupakan salah satu sumber K yang murah dan mudah yang
tersedia di lahan sawah. Dobermann dan Fairhurst (2000), menyatakan bahwa
kandungan hara tertinggi dalam jerami selain Si (4-7 %), adalah kalium, yaitu
sekitar 1,2-1,7 %, sedangkan lainnya adalah N (0,5-0,8 %), P (0,07-0,12 %), dan S
(0,05-0,10 %).
Hasil penilitian menurut Arafah dan Sirappa (2003), menunjukan bahwa
penggunaan pupuk organik (jerami), secara tunggal belum memberikan pengaruh
yang nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi. Namun secara umum,
penggunaan jerami padi sebanyak 2 ton/Ha rata-rata memberikan hasil yang lebih
tinggi dibanding tanpa penggunaan jerami. Hal ini disebabkan karena peranan
penting dari bahan organik dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan
kesuburan tanah, baik dari aspek kimia, fisika, dan biologi tanah.
Dobermann dan Fairhurst (2000), menyatakan bahwa pembenaman
jerami ke tanah akan meningkatkan ketersediaan hara dalam waktu yang lama.
Bahan organik tanah berperan secara fisik, kimia maupun biologi, sehingga
menentukan status diharapkan mampu meningkatkan kesuburan tanah. Bahan
organik yang ada dalam tanah akan membentuk humus yang bermuatan listrik,
sehingga secara fisik akan berpengaruh terhadap struktur tanah dan secara
kimiawi berperan dalam menentukan kapasitas pertukaran anion/kation sehingga
berpengaruh penting terhadap ketersediaan hara tanah, dan secara biologis
merupakan sumber energi dan karbon bagi mikroba heterotrofik. Hasil
29
mineralisasi bahan organik terombak merupakan anion/kation hara tersedia bagi
tanaman dan mikroba (Hanafiah, 2005).
Selain fungsi jerami untuk memperbaiki dan meningkatkan kesuburan
tanah, baik dari aspek kimia, fisika, dan biologi tanah, pembenaman jerami ke
tanah dalam bentuk segar harus segera mengalami dekomposisi sehingga
diperlukan
mikroba
perombak
bahan
organik
atau
dekomposer
untuk
mempercepat proses pengomposan jerami tersebut. Hal ini perlu dilakukan agar
jeda waktu pembenaman jerami sampai penanaman tidak terlalu lama dan untuk
mengurangi persaingan dalam mendapatkan hara antara tanaman dengan mikroba
perombak bahan organik, karena menurut Nuraini (2009), pemberian jerami sisa
panen yang masih segar ke tanah sawah yang harus segera ditanami padi akan
menyebabkan tanaman padi menguning karena terjadi persaingan unsur hara
antara organisme pengompos dan tanaman. Setelah mengalami proses perubahan
dan penguraian bahan organik (pengomposan), unsur hara akan menjadi bentuk
tersedia yang larut dan dapat diserap oleh akar tanaman. Proses pengomposan
dapat terjadi dengan sendirinya, akan tetapi proses tersebut dapat dipercepat
dengan menambahkan mikroorganisme perombak bahan organik sehingga waktu
yang
diperlukan
untuk
pengomposan
menjadi
lebih
singkat
(Setyorini et al., 2006).
b.
Tinjauan Pupuk Organik Jagung
Kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami dekomposisi oleh
mikroorganisme pengurai sehingga dapat di manfaatkan untuk memperbaiki sifatsifat tanah, disamping itu di dalam kompos terkandung hara-hara mineral yang
30
berfungsi untuk penyediaan nutrisi bagi tanaman. Kompos dapat memperbaiki
sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Kompos limbah batang dan daun jagung
sangat berpotensi untuk memperbaiki kesuburan tanah karena kandungan unsur
haranya yang tinggi. Tanaman jagung mengandung nitrogen 0,92%, posfor
0,29%, dan kalium 1,39%. Batang dan daun jagung bisa menambah unsur hara
dalam tanah dan tanaman setelah batang jagung terdegradasi oleh mikroorganisme
selulotik, hal ini disebabkan tanaman batang dan daun jagung mengandung
nitrogen 0,92% , posfor 0,29% , dan kalium 1,39% (Ruskandi, 2005).
Bahan organik batang dan daun jagung merupakan bahan pembentukan granulasi
dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah. Melalui
penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah
yang relatif lebih ringan. Bahan organik batang dan daun jagung juga berperan
penting untuk menciptakan kesuburan tanah.
Peranan bahan organik bagi tanah erat kaitanya dengan perbaikan sifat –
sifat tanah, yaitu sifat fisik, kimia, dan sifat biologi tanah. Kompos batang dan
daun jagung menyediakan hara baik makro maupun mikro mineral. Kebutuhan
hara makro tanaman, seperti N, P, K, Ca dan Mg di dalam kompos berada dalam
bentuk tersedia bagi tanaman karena proses dekomposisi. Unsur hara mikro
mineral yang terkandung dan dibutuhkan oleh tanaman seperti Fe, S, Cu, Zn, Mo,
Si dan mineral lainnya yang dalam jumlah sedikit tapi dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman jagung (Anonim, 2008). Kompos merupakan bahan
organik yang telah mengalami dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai
sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah, disamping itu
31
di dalam kompos terkandung hara-hara mineral yang berfungsi untuk penyediaan
nutrisi bagi tanaman. Kompos dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah. Kompos limbah batang dan daun jagung sangat berpotensi untuk
memperbaiki kesuburan tanah karena kandungan unsur haranya yang tinggi.
Tanaman jagung mengandung nitrogen 0,92%, posfor 0,29%, dan kalium 1,39%.
Batang dan daun jagung bisa menambah unsur hara dalam tanah dan tanaman
setelah batang jagung terdegradasi oleh mikroorganisme selulotik, hal ini
disebabkan tanaman batang dan daun jagung mengandung nitrogen 0,92%, posfor
0,29%, dan kalium 1,39%. (Ruskandi, 2005).
Bahan organik batang dan daun jagung merupakan bahan pembentukan
granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah.
Melalui penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur
remah yang relatif lebih ringan. Bahan organik batang dan daun jagung juga
berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah. Peranan bahan organik bagi
tanah erat kaitanya dengan perbaikan sifat - sifat tanah, yaitu sifat fisik, kimia, dan
sifat biologi tanah. Kompos batang dan daun jagung menyediakan hara baik
makro maupun mikro mineral. Kebutuhan hara makro tanaman, seperti N, P, K,
Ca dan Mg di dalam kompos berada dalam bentuk tersedia bagi tanaman karena
proses dekomposisi. Unsur hara mikro mineral yang terkandung dan dibutuhkan
oleh tanaman seperti Fe, S, Cu, Zn, Mo, Si dan mineral lainnya yang dalam
jumlah
sedikit
tapi
dibutuhkan
(kmit.faperta.ugm.ac.id, 2008).
untuk
pertumbuhan
tanaman
jagung
32
c.
Tinjauan Umum EM4 (Mikroorganisme Efektif)
Mikroorganisme efektif merupakan inokulum yang dapat meningkatkan
keragaman mikrooganisme tanah yang bermanfaat bagi keseburan tanah dan
tanaman. Mikroorganisme efektif mengandung bakteri asam laktat, bakteri
fotosintetik umum digunakan hanya di gunakan sebagai inokulum. Kerana itu,
banyak ahli yang berpendapat EM4 bukan pupuk, tetapi bahan yang efektif
bermanfaat untuk memperbaiki kondisi tanah dan memacu penyerapan unsur hara
oleh tanaman dan meningkatkan kualitas pertumbuhan tanaman (Parnata, 2004).
Mikrooganisme yang terdapat dalam EM4 secara genetik bersifat asli bukan
hasil rekayasa. Aplikasi EM bisa melalui berbagai cara di antaranya sebagai
larutan stok EM1, Larutan EM5, Bokasi EM4, dan estrak tanaman yang
difermentasi dengan EM4. Selain memperbaiki kualitas fisik, dan biologi tanah,
aplikasi EM4 mempunyai beberapa keuntungan lain. Salah satunya adalah
menekan pertumbuhan hama dan penyakit tanaman dalam tanah, membantu
meningkatkan
kapasitas
fotosintesis,
membantu
proses
penyerapan
dan
penyaluran unsur hara dari akar ke daun, dan meningkatkan kualitas bahan
organik sebagai pupuk. Di samping itu juga dapat meningkatkan kualitas
pertumbuhan
vegetatif
dan
generatif
tanaman
seperti
perkecambahan,
pembungaan, pembentukan buah, dan proses pematangan buah. Aplikasi EM4
juga ramah lingkungan dan tidak meninggalkan residu (Hadisuwito, 2007).
Kelebihan air pada kompos dan dalam proses pengomposan dari bahan
batang pisang ini bahwa yang beraktivitas adalah mikroorganisme termofil.
33
Menurut (Anonim 2007), menyatakan bahwa sejumlah jasad renik mampu
merombak selulosa. Diketahui bahwa ada lebih kurang 2.000 bakteri dan 50 jenis
jamur yang terkait dengan proses pengomposan. Jamur mempunyai andil yang
sangat penting dalam pemecahan selulosa dan dikelompokkan berdasarkan
toleransinya terhadap suhu. Ada kelompok thermophilik (40o C), mesophilik (20400 C), dan ada juga yang termasuk dalam kelompok psychrophilik (di bawah 200
C). Adanya jasad renik perombak selulosa berkaitan erat dengan keberadaan
bahan selulosa di alam, dengan demikian jasad renik perombak selulosa
merupakan salah satu faktor keseimbangan di alam dan mempunyai kontribusi
dalam kelanjutan kehidupan di bumi ini, seperti diketahui penambahan inokulan
pada pembuatan kompos adalah bagian dari usaha untuk mempercepat proses
pengomposan, karena sesungguhnya pada bahan material pembentuk kompos
sendiri sudah mengandung banyak jasad renik khususnya yang berperan dalam
perombakan zat kimia lainnya..
Pada dasarnya dalam pengomposan, selain suhu kelembaban juga
mempunyai peranan penting yang berpengaruh dalam kematangan kompos.
Sesuai dengan pendapat (Anonim (2007), menyatakan bahwa faktor-faktor yang
paling penting dalam pembuatan kompos adalah perbandingan karbon-nitrogen,
ukuran partikel bahan, macam/jenis campuran bahan, kelembaban, suhu, dan
kemampuan jasad renik
34
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di lingkungan
sekitar Laboratorium Produksi
Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Penelitian ini dilaksanakan selama + 6 (enam) bulan yaitu sejak tanggal
20 bulan Maret hingga tanggal 20 bulan September 2012, meliputi persiapan
alat dan bahan hingga penyusunan laporan karya ilmiah.
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari parang, karung,
ember, dan cangkul.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah air, limbah pembuatan pupuk
cair jerami padi, limbah pembuatan pupuk cair kulit jagung, karung, dan
mulsa plastik warna putih dan hitam.
C. Prosedur Penelitian
Pembuatan pupuk dari limbah jerami padi dan kulit jagung adalah
sebagai berikut :
1) Orientasi lapangan dilakukan untuk menentukan lokasi penelitian untuk
pembuatan kompos yaitu di Laboratorium Produksi Program Studi
Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda,
sedangkan analisa pupuk
dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah
Falkultas Kehutanan Univeritas Mulawarman Samarinda. Bahan baku
kompos diambil dari limbah pembuatan pupuk cair jerami padi dan kulit
35
jagung. Jerami padi dan kulit jagung dari limbah pembuatan pupuk cair
dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam bak fermentasi,
2) Tumpukan jerami padi dan kulit jagung dipadatkan dan di tutup dengan
menggunakan karung lalu di lapis lagi dengan plastik mulsa yang
ukurannya disesuaikan dengan ukuran bak fermentasi, masing-masing
sesuai dengan perlakuan.
3) Kemudian didiamkan untuk dilakukan fermentasi
4) Setelah kompos matang, berdasarkan hasil pengamatan fisik secara visual,
masing-masing perlakuan dianalisa di laboratorium.,
D. Perlakuan dan Pengolahan Data
Perlakuan pada penelitian ini adalah kompos dari limbah pembuatan
pupuk cair jerami dan kulit jagung, dengan 4 (empat) taraf perlakuan yaitu:
P1 : kompos dari limbah pupuk cair jerami padi
P2 : kompos dari limbah pupuk cair kulit jagung
P3 : kompos dari limbah pupuk cair jerami padi dengan pemberian EM4
P4 : kompos dari limbah pupuk cair kulit jagung dengan pemberian EM4
Data yang di analisa adalah kandungan unsur hara, pH, C organik dan
Rasio C-N, kemudian data yang diperoleh dari hasil analisis laboratorium
disajikan secara deskriptif.
36
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Kandungan unsur hara, pH, C organik dan Rasio C-N hasil analisis
laboratorium kompos dari limbah pupuk cair dapat dilihat pada Tabel 1. di
bawah ini :
Tabel 1. Hasil analisis kandungan unsur hara, pH, C organik dan CN Rasio kompos dari limbah pupuk organik cair jerami padi
dan kulit jagung
Kompos
Parameter
PH
C-org
C/N rasio
N
P205
K2O
MgO
C2O
Satuan
%
%
%
%
%
%
%
%
P1
P2
P3
6,8
18,85
10,95
1,72
4,43
2,13
0,54
1,67
6,6
18,21
11,43
1,59
5,34
1,83
0,82
2,10
7,0
22,81
15,49
1,47
4,41
1,44
0,51
1,43
P4
7,1
23,68
16,77
1,41
4,65
1,60
0,04
1,16
SNI
19-7030-2004
10-20
9,8-32
6,80-7,49
> 0,4
> 0,1
> 0,2
< 0,6
< 25,5
Keterangan :
P1 : kompos dari limbah pupuk cair jerami padi
P2 : kompos dari limbah pupuk cair jerami padi dengan pemberian EM4
P3 : kompos dari limbah pupuk cair kulit jagung
P4 : kompos dari limbah pupuk cair kulit jagung dengan pemberian EM4
Pada Tabel 1. Menunjukkan bahwa pH dari hasil analisis laboratorium
pada P1 adalah 68, P3 adalah 7,0, P4 adalah 7,1 telah sesuai dengan standar
pH kompos berdasarkan SNI 19-7030-2004, yaitu dalam kisaran 6,80-7,49
(Lampiran 1), kecuali P2 dimana nilai pHnya adalah 6,6.
37
Nilai C organik pada P1 adalah 18,85, P2 adalah 18,21, P3 adalah
22,81 dan
P4
adalah 23,86 sesuai dengan standar C organik kompos
berdasarkan SNI 19-7030-2004, yaitu dalam kisaran 9,8-32 (Lampiran 1).
Nilai Rasio C-N pada P1 adalah 110,95, P2 adalah 11,43, P3 adalah
15,49 dan
P4
adalah 16,77 sesuai dengan standar Rasio C-N kompos
berdasarkan SNI 19-7030-2004, yaitu dalam kisaran 10-20 (Lampiran 1).
Nilai kandungan N pada kompos dari limbah pupuk cair jerami padi
P1 adalah 1,72%, kompos dari limbah pupuk cair jerami padi dengan
pemberian EM4 P2, adalah 1,59%, kompos dari limbah pupuk cair kulit
jagung P3, adalah 1,47%, dan kompos dari limbah pupuk cair kulit jagung
dengan pemberian EM4, P4 adalah 1,41%, sesuai dengan standar kandungan
kompos berdasarkan SNI 19-7030-2004, yaitu > 0,4% (Lampiran 1).
Nilai kandungan P2O5 pada P1, adalah 4,43%, P2 adalah 5,34%, P3
adalah 4,41% dan P4
adalah 4,65%
sesuai dengan standar kandungan
kompos berdasarkan SNI 19-7030-2004, yaitu > 0,1% (Lampiran 1).
Nilai kandungan K2O pada P1 adalah 2,13%, P2 adalah 1,83%, P3
adalah 1,44% dan P4 adalah 1,60% (Lampiran 1).
Nilai kandungan MgO
pada P1 adalah 0,54%, P2 adalah 0,82%,
P3 adalah 0,51% dan P4 adalah 0,04% (Lampiran 1).
Nilai kandungan CaO pada P1 adalah 1,67%, P2 adalah 2,10%, P3
adalah 1,43% dan P4 adalah 1,16% (Lampiran 1).
38
B. Pembahasan
Dari hasil analisa laboratorium kompos pada perlakuan P1, P2, P3 dan
P4 menunjukkan bahwa kompos dari pupuk cair jerami padi dan kulit jagung
masih mengandung unsur hara yang lengkap dan nilai kandungan unsur
haranya masih sesuai dengan standar kandungan hara kompos berdasarkan
SNI 19-7030-2004
termasuk pH, C organik dan C-N Rasio, sehingga
kompos tersebut dapat digunakan untuk menambah unsur hara bagi tanaman,
meskipun kandungan hara yang terdapat dalam kompos tersebut sedikit
dibandingkan dengan kandungan hara pada pupuk kimia. Menurut Parnata
(2004), bahwa unsur hara yang dibutuhkan tanaman beraneka ragam.
Sedikitnya ada 60 jenis unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.
Kekurangan hara bisa menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu,
menimbulkan penyakit dan bisa menyebabkan tanaman mati. Pada dasarnya
dalam pengomposan, selain suhu kelembapan juga mempunyai peranan
penting yang berpengaruh dalam kematangan kompos. Sesuai dengan
pendapat
Anonim (2007), menyatakan bahwa faktor-faktor yang paling
penting dalam pembuatan kompos adalah perbandingan
karbon-nitrogen,
ukuran partikel bahan, macam/jenis campuran bahan, kelembaban, suhu,
kemampuan jasad renik yang terlibat, penggunaan inokulan, penambahan
bahan fosfat dan destruksi dari jasad renik pathogen.
Adapun berdasarkan hasil pengamatan kelembaban kompos selama
kurung waktu 62 hari proses pengomposan dilakukan, kelembaban pada awal
pengomposan
agak
sedikit
tinggi berkisar
117-142%
dibandingkan
39
kelembaban setelah kompos jadi, kelembabanya berkisar 118-124%
perubahan kelembaban yang sangat berbeda ini di akibatkan oleh faktor
lingkungan yakni kompos terkena air hujan dan air hujan tergenang di dalam
kompos sehingga kelembaban kompos menurun.
Rasio C-N pada P1 adalah 110,95, P2 adalah 11,43, P3 adalah 15,49
dan P4 adalah 16,77 sesuai dengan standar Rasio C-N kompos berdasarkan
SNI 19-7030-2004, yaitu dalam kisaran 10-20 (Lampiran 1), hal tersebut
menunjukan bahwa kompos telah matang.
Menurut Lingga dan Marsono (2001), pengomposan bertujuan untuk
menurunkan rasio C/N.
Tergantung jenis tanamannya, rasio C/N sisa
tanaman yang masih segar umumnya tinggi sehingga mendekati rasio C/N
tanah. Rasio C/N adalah perbandingan C (karbon), dan N (nitrogen), kadar
hara kompos memang sangat ditentukan oleh bahan yang dikomposkan, cara
pengomposan, dan cara penyimpanannya.
Walaupun demikian, kadar
haranya memang tidak pernah tinggi. Ditambahkan Sofian (2006), kriteria
kematangan kompos yakni kompos yang dihasilkan berwarna colkat
kehitaman, tidak berbau menyengat dan hasil analisis kimianya menunjukan
aman bagi tanaman jika memiliki perbandingan kadar karbon dan nitrogen
(C/N), dibawah 30, kandungan hara pupuk cair sanga rendah meskipun di
tambah kandungan hara kompos masih sesuai dengan ( SNI ).
40
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Kandungan unsur hara dalam dari limbah pembuatan pupuk cair jerami
padi dan kulit jagung. (N,P,K,Mg,Co,PH,C~Org,C/N) sesuai dengan standar
kualitas kompos SNI 19 – 7030 – 2004, kecuali kompos pada perlakuan P2
yang memiliki mg di atas standar.
B.
SARAN
Perlu dilakukannya penelitian lanjutan dengan mengaplikasikan
kompos pada tanaman.
41
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Unsur hara yang
www.Kmit.faperta.ugm.ac.id.
terkandung
dalam
batang
jagung.
Adiningsih. J.S.
1992 . Peranan Efisiensi Penggunaan Pupuk Untuk
Melestarikan Swasembada Pangan. Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti
Utama. Pusat Penelitian Tanah Danagroklimat. Bogor
Arafah Dan M. P. Sirappa. 2003. Kajian Penggunaan Jerami Dan Pupuk N, P,
Dan K Pada Lahan Sawah Irigasi. Jurnal Ilmu Tanah Dan Lingkungan.
Yogyakarta.
Arafah dan Sirappa. 2004. Kajian Penggunaan Jerami dan Pupuk N, P, dan K
Pada Lahan Sawah Irigasi. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan.
Yogyakarta.
Deptan, 2006. Budidaya Kacang Tanah Tanpa Olah Tanah, availableat. Jakarta
Dobermann, A. dan Fairhurst. 2000. Rice : Nutrient Disorders & Nutrient
Management. Potash & Potash Institute/Potash & Potash Institute of
Canada.
Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Hakim, N, Nyakpa, Lubis, Nugroho, Saul, Diha, Hong, Bailey. 1986. Dasardasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Lampung.
Hanafiah, KA. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Jumin, HB. 1991. Dasar-dasar Agronomi. Rajawali Press. Jakarta.
Lingga, P dan Marsono.
Swadaya. Jakarta.
2001.
Petunjuk Penggunaan Pupuk.
Penebar
Murbandono. 2000. Manfaat Bahan Organik Bagi Tanaman. Puslit Biologi, Lipi,
Bogor.
Muhajir dan Maramis, 1986. Pengaruh N, P, K dan mulsa terhadap
pertumbuhan dan hasil jagung pada lahan tadah hujan. Seminar Hasil
Penelitian Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Bogor.
42
Nuraini. 2009. Pembuatan Kompos Jerami Menggunakan Mikroba Perombak
Bahan Organik. Buletin teknik pertanian. Bogor.
Parnata, AS. 2004. Pupuk Organik cair, Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Rosmarkam, A & Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta
Ruskandi. 2005. Teknik pemupukan buatan dan kompos pada tanaman sela
jagung diantara kelapa. Buletin Teknik pertanian vol 10 no 2/2005.
Sukabumi.
Setyorini, D, Saraswati dan Anwar. 2006. Kompos. BBLPSLP. Bogor
Sofian. 2006. Sukses Membuat Kompos dari Tanah.
Jakarta.
Agromedia Pustaka.
Sutejo, MM. 1987. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta
Sutejo, M. M., Dan A.G. Kartasaputra. 1990. Pupuk Dan Pemupukan. Rineka
Cipta, Jakarta
Widati. S, E. Santosa, Dan T. Prihatini. 2000. Pengaruh Inokulan Pada
Berbagai Cara Pemberian Jerami Terhadap Sifat Kimia Tanah Dan Hasil
Padi Sawah. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanah Dan Agroklimat.
Bogor.
43
LAMPIRAN
44
Lampiran 1. Standar Kompos berdasarkan SNI 19-7030-2004 .
No
Parameter
Satuan
Standar SNI
1
C/N rasio
-
10-20
2
C-organik
%
9,8-32
3
pH
-
6,80-7,49
4
N
%
> 0,4
5
P
%
> 0,1
6
k
%
.0,2
7
Mg
%
<0,6
8
C2
%
<25,5
Sumber : Anonim, 2004
45
Lampiran 2. Hasil analisa kandungan unsur hara dan pH pupuk cair jerami padi
dan kulit jagung
Hasil Analisa
No
Parameter
Satuan
Jerami Padi
Kulit Jagung
1
pH
-
7,7
4,2
2
N Total
%
1,12
0,83
3
P2O5
%
0,004
0,022
4
K2O
%
0,05
0,04
5
CaO
ppm
85,38
104,68
6
MgO
ppm
3,01
2,45
Sumber : Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Mulawarman, 2012
46
Gambar 1. Gambar Bak Permentasi
Gambar 2. Hasil Dekomposisi Jerami Padi
Gambar 3. Hasil Dekomposisi Kulit Jagung
Download