KOMPOS DARI LIMBAH PUPUK CAIR JERAMI PADI DAN KULIT JAGUNG Oleh : RUSLI NIM. 080500165 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2012 KOMPOS DARI LIMBAH PUPUK CAIR JERAMI PADI DAN KULIT JAGUNG Oleh : RUSLI NIM. 080500165 Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2012 HALAMAN PENGESAHAN Judul : Kompos Dari Limbah Pupuk Cair Jerami Padi Dan Kulit Jagung Nama : Rusli NIM : 080500165 Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan Jurusan : Manajemen Pertanian Pembimbing, Penguji I, Penguji II, Nurlaila, SP, MP NIP.197110302001122001 Ir. Budi Winarni, M. Si NIP.196109141990012001 Jamaludin,SP, M.Si NIP.197206122001121003 Menyetujui, Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Ir. Syarifuddin, MP NIP. 196507062001121001 Ir. Hasanudin, MP NIP. 196308051989031005 Lulus ujian pada tanggal ………………………… ABSTRAK RUSLI. Kompos Dari Limbah Pupuk Cair Jerami Padi Dan Kulit Jagung (di bawah bimbingan NURLAILA). Dalam pembuatan pupuk organik cair, sisa (limbah) dari pembuatan pupuk tersebut sangat disayangkan jika tidak dikelola lebih lanjut untuk dijadikan pupuk kompos. Pupuk organik dalam bentuk yang telah dikomposkan berperan penting dalam perbaikan sifat kimia, fisika, dan biologi tanah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan unsur hara yang terdapat pada kompos yang berasal dari limbah pupuk cair jerami padi dan kulit jagung. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi pemanfaatan limbah pembuatan pupuk organik cair masih dapat digunakan sebagai kompos. Penelitian dilakukan di lingkungan sekitar Laboratorium Produksi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, selama + 6 (enam) bulan yaitu sejak Maret hingga September 2012 meliputi persiapan alat dan bahan hingga penyusunan laporan karya ilmiah. Perlakuan pada penelitian ini adalah kompos dari limbah pembuatan pupuk organik cair jerami dan kulit jagung, dengan 4 (empat) taraf perlakuan yaitu P1 (kompos dari limbah pupuk pupuk cair jerami padi), P2 (kompos dari limbah pupuk cair kulit jagung), P3 (kompos dari limbah pupuk cair jerami padi dengan pemberian EM4) dan P4 (kompos dari limbah pupuk cair kulit jagung dengan pemberian EM4). Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam kompos masih memiliki kandungan unsur hara yang lengkap namun dalam jumlah yang sedikit. Kata kunci : Kompos dari limbah pupuk cair jerami padi dan kulit jagung RIWAYAT HIDUP RUSLI, Lahir pada tanggal 20 JUNI 1987 di Nunukan. Merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Kasim dan ibu Siti rubiya. Pendidikan dasar dimulai pada Tahun 1999 di Sekolah Dasar Negeri 009 Kabupaten Nunukan dan lulus pada tahun 2005. Kemudian pada tahun yang sama melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Pertama di SLTP Negeri 3 Nunukan dan lulus pada tahun 2007. Kemudian melanjutkan pada SMA Pancasila Nunukan Jurusan IPS dan berijazah pada tahun 2008. Selanjutnya memulai Pendidikan Tinggi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan tahun 2008. Pada tanggal 7 maret sampai dengan 7 Mei 2012 mengikuti Program PKL (Praktek Kerja Lapang) di PT. Cahaya anugara plantation sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Bidang Studi BTP. KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Karya Ilmiah berjudul “ KOMPOS DARI LIMBAH PUPUK CAIR JERAMI PADI DAN KULIT JAGUNG” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Nurlaila, SP, MP selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan memberi saran kepada penulis. 2. Ibu Ir. Budi Winarni, M, Si selaku dosen penguji I dan Bapak Jamaludin, SP, M, Si selaku Dosen Penguji II. 3. Bapak Ir. Syarifuddin, MP selaku Ketua Perogram Setudi Budidaya Tanaman Perkebunan. 4. Bapak Ir. Hasanuddin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian. 5. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 6. Seluruh Dosen dan Staf Program Setudi Budidaya Tanaman Perkebunan yang telah banyak membantu selama perkuliahan. 7. Teman-teman Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, atas bantuan saran dan kerjasamanya dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. 8. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materil Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh mahasiswa khususnya untuk penulis sendiri. Penulis, Kampus Sungai Keledang,September 2012 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ..................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................. ii DAFTAR TABEL............................................................................................ iii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... iv I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 II. TINJAUAN PUSATAKA ........................................................................... 4 A. Tinjauan Umum Unsur Hara ................................................................. B. Tinjauan Umum Pupuk Organik............................................................. C. Tinjauan Umum EM4……………………………………………………. III. METODE PENELITIAN………………………………………………….. 4 10 22 25 A. Waktu Dan Tempat Penelitian ............................................................... B. Alat Dan Bahan ..................................................................................... C. Prosedur Penelitian ................................................................................ E. Perlakuan dan Pengolahan Data ............................................................. 25 25 25 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 28 A. Hasil ...................................................................................................... B. Pembahasan ........................................................................................... 28 30 V. KESIMPULAN ......................................................................................... 33 A. Kesimpulan .......................................................................................... B. Saran ..................................................................................................... 33 33 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 34 LAMPIRAN .................................................................................................... 36 DAFTAR TABEL No. 1. Halaman Tabel. 1. Hasil Analisa Kandungan unsure hara pH, C Organik dan C-N Rasio kompos dari limbah pupuk organic cair jerami padi dan kulit jagung… 28 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Lampiran 1. Standar Kompos Berdasarkan SNI 19 – 7030 – 2004…………… 37 2. Lampiran 2. Hasil Analisa Kandungan unsur dan pH pupuk Cair jerami Padi dan kulit jagung…………………………………………………………...… 38 DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Gambar 1. Gambar Bak Permentasi……………………………………….. 39 2. Gambar 2. Hasil Dekomposisi Jerami Padi….……………………………. 39 3. Gambar 3. Hasil Dekomposisi kuli jagung………………………………… 39 11 I. PENDAHULUAN Kesuburan tanah secara alami bergantung pada unsur kimia yang di alam. Unsur kimia alami yang terangkai menjadi bahan penting dalam membantu menciptakan kesuburan tanah. Bahan organik tanah memiliki banyak kegunaan, diantaranya mempertahankan struktur tanah, meningkatkan kemampuan tanah untuk meyimpan dan mendistribusikan air dan udara didalam tanah, serta memberikan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman dan organisme didalam tanah. Kandungan bahan organik tanah sangat dipengaruhi oleh tekstur iklim dan pengairan tanah sangat dipengaruhi oleh tektur iklim dan pengairan lingkungan. Bahan organik yang ditransformasi menjadi pupuk sangat berperan bagi perbaikan sifat fisik tanah ditunjukan dengan kemampuannya dalam merangsang granulasi, menurunkan plastisitas dan kohesi, serta meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat air. Pasalnya, kemampuan tanah mengikat air dapat ditingkatkan melalui penggunaan bahan organik yang berpengaruh terhadap tekstur dan kadar liat tanah dalam mengikat air. Untuk memperbaiki sifat kimia tanah, peran bahan organik adalah membantu menyediakan unsur hara seperti nitrogen, fospor, belerang dan kation. Walaupun bisa membantu, pupuk organik bersifat bulky (dalam jumlah besar) dengan kandungan hara makro dan mikronya rendah, sehingga dalam aplikasinya diperlukan dalam jumlah banyak. Penelitian Muhajir dan Maramis (1986), dengan pemberian 4 ton/Ha jerami dapat meningkatkan hasil jagung 1 ton/Ha. Keunggulan lainnya dalam 12 menggunakan sebagian limbah tanaman sebagai pupuk organik adalah : perannya di dalam memperbaiki struktur (sifat fisika tanah) pada lahan (marginal) sehingga mampu memberikan daya dukung yang lebih baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dalam pembuatan pupuk organik cair, sisa dari pembuatan pupuk tersebut sangat disayangkan jika sisa (limbah), tersebut tidak dikelola lebih lanjut untuk dijadikan pupuk kompos. Pupuk organik dalam bentuk yang telah dikomposkan ataupun segar berperan penting dalam perbaikan sifat kimia, fisika, dan biologi tanah. Secara umum kandungan nutrisi hara dalam pupuk organik tergolong rendah dan agak lambat tersedia, sehingga diperlukan dalam jumlah cukup banyak. Namun, pupuk organik yang telah dikomposkan dapat menyediakan hara dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dalam bentuk segar, karena selama proses pengomposan telah terjadi proses dekomposisi yang dilakukan oleh beberapa macam mikroba, baik dalam kondisi aerob maupun anaerob. Sumber bahan kompos antara lain berasal dari limbah organik seperti sisa-sisa tanaman (jerami, batang, dahan), sampah rumah tangga, kotoran ternak (sapi, kambing, ayam), arang sekam, dan abu dapur (Deptan, 2006). Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan unsur hara yang terdapat pada kompos yang berasal dari limbah pembuatan pupuk cair. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi tentang pemanfaatan limbah pembuatan pupuk cair menjadi kompos. Dapat meningkatkan hasil jagung 26% dibandingkan tanpa limbah. (Widati dkk, 2000), mengemukakan dengan 13 pemberian jerami nyata meningkatkan kadar C-organik, K-dd, dan KTK tanah berturut-turut sebesar 13.2%, 28.6%, clan 15.3%. Sedangkan menurut Adiningsih, (1992) dengan memakai 5 ton jerami tiap Ha dapat meningkatkan efisiensi pemupukan N, P, dan K, serta Penelitian Muhajir dan Maramis, (1986) dengan pemberian 4 ton tiap Ha jerami dapat meningkatkan hasil jagung 1 ton tiap Ha. Keunggulan lainnya dalam menggunakan sebagian limbah tanaman sebagai pupuk organik adalah : perannya di dalam memperbaiki struktur (sifat fisika tanah), pada lahan (marginal), sehingga mampu memberikan daya dukung yang lebih baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dalam pembuatan pupuk organik , sisa dari pembuatan pupuk tersebut tidak dimanfaatkan oleh petani. Seperti yang kita ketahui sisa atau ampas dari pembuatan pupuk tersebut masih memiliki kandungan hara yang beguna bagi tanaman. Sangat disayangkan jika sisa (limbah), tersebut tidak dikelola lebih lanjut untuk dijadikan pupuk kompos. Padahal limbah tersebut memilki nilai ekonomis jika dikelola lebih lanjut bagi tanaman pertanian untuk menghemat bahan serta pemanfaatannya. 14 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Unsur Hara Menurut Lingga dan Marsono (2001), hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap tanaman memerlukan paling sedikit 16 unsur (ada yang menyebutnya zat) agar pertumbuhannya normal. Dari ke-16 unsur tersebut, 3 unsur (Karbon, hidrogen, dan oksigen), diperoleh dari udara, sedangkan 13 unsur lagi disediakan oleh tanah jadi, tanah sebagai dapur bagi tanaman setidaknya harus tersedia 13 jenis menu agar pertumbuhan normal. Ke -13 unsur tersebut nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), sulfur atau belerang (S), klor (Cl), ferum atau besi (Fe), mangan (Mn), kuprum atau tembaga (Cu), zink atau seng (Zn), boron (B) dan molidenum (Mo). Kalau dilihat dari jumlah yang disedot tanaman, dari ke-13 unsur tersebut hanya 6 unsur saja yang diambil tanaman dalam jumlah banyak. Unsur yang dibutuhkan dalam jumlah banyak tersebut disebut unsur makro. Ke-6 jenis makro tersebut adalah N, P, K, S Ca, Mg. Namun demikian, bila dilihat dari kegunaan keenam unsur tersebut hanya tiga unsur saja yang mutlak ada di dalam tanah dan perlu bagi tanaman sementara tiga unsur lainnya lagi boleh ada dan boleh tidak meskipun dibutuhkan dalam jumlah banyak ketiga unsur yang mutlak harus ada ialah N, P dan K. Unsur hara dalam tanah terbagi dalam makro dan unsur mikro. Kegunaan unsur-unsur hara tersebut bagi tanaman, adalah sebagai berikut : 15 1. Nitrogen Peranan utama nitrogen (N) bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhkan, khususnya batang, cabang dan daun selain itu nitrogenpun berperan penting dalam pembentukkan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis. fungsi lainnya ialah membentuk protein, lemak, dan berbagi persenyawaan organik lainnya. 2. Fosfor Unsur phosfor (P) bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda. Selain itu, fosfor berfungsi sebagai bahan mentah untuk pembentukkan sejumlah protein tertentu,membantu asimilasi dan pernapasan, serta mempercepat pembungaan, pemasakkan biji, dan buah 3. Kalium Fungsi utama kalium (K) ialah membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium pun berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga, dan buah tidak mudah gugur. Yang tak bisa dilupakan ialah kalium pun merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit. 4. Kalsium Bagi tanaman, kalsium (Ca) berfungsi untuk merangsang untuk pembentukkan mengeraskan batang tanaman dan merangsang pembentukan biji. Kalsium yang terdapat pada batang dan daun ini berkhasiat untuk menetralisasikan senyawa atau suasan yang tidak menguntungkan pada tanah 16 5. Magnesium Agar tercipta hijau daun yang sempurna dan terbentuk karbohidrat, lemak dan minyak-minyak magnesiumlah biangnya. Magnesium (Mg) pun memegang peranan penting dalam transportasi fosfat dalam tanaman dengan demikian, kandungan fosfat dalam tanaman dapat di naikan dengan jalan menambah unsur magnesium. 6. Belerang Belerang (S) berperan dalam pembentukan bintil-bintil akar. Sulfur ini merupakan unsur yang penting dalam beberapa jenis protein seperti asam amino. Unsur inipun membantu pertumbuhan anakan. Selain itu, merupakan bagian penting pada tanaman-tanaman penghasil minyak sayuran seperti cabai, kubis, dan lain-lain. 7. Klor Memperbaiki dan meninggikan hasil kering tanaman seperti tembakau, kapas, kentang, dan tanaman sayuran umumnya adalah peran dari klor (Cl). Unsur inipun banyak ditemukan dalam air sel semua bagian tanaman. 8. Besi Untuk pernapasan tanaman dan hijau daun merupakan peran dari besi (Fe). Kehadirannya tidak boleh dianggap enteng sekali tidak ada, terutama pada tanah yang mengandung banyak kapur, tanaman akan langsung merana. 17 9. Mangan Peran mangan (Mn) tak jauh beda dengan unsur besi. Selain sebagai komponen untuk memperlancar proses asimilasi unsur ini pun merupakan komponen penting dalam berbagai enzim. 10. Tembaga Fungsi tembaga (Cu) inipun baru sedikit diketahui. Kehadirannya dapat mendorong terbentuknya hijau daun dan dapat menjadi bahan utama dalam berbagai enzim. 11. Boron Boron (B) berfungsi mengangkut karbohidrat kedalam tubuh tanaman dan mengisap unsur kalsium. Selain itu, boron berperan dalam perkembangan bagian-bagian tanaman untuk tumbuh aktif. Pada tanaman penghasil biji, unsur inipun berpengaruh terhadap pembagian sel. Dan, yang paling nyata perannya dalam menaikan mutu tanaman sayuran dan tanaman buah. 12. Molibdenum Sama halnya dengan tembaga, hingga kini diketahui masih sedikit peranan molibdenum (Mo) bagi tanaman. Unsur ini sangat berguna bagi tanaman jeruk dan sayuran. Untuk tanaman pupuk hijau, molibdenum membantu mengikat nitrogen dari udara bebas. Ini disebabkan unsur ini merupakan bagian dari komponen penyusun enzim-enzim pada bakteri nodula akar tanaman pupuk hijau. 18 13. Seng Seng (Zn) memberi dorongan terhadap pertumbuhan tanaman karena diduga Zn dapat berfungsi membentuk hormon tumbuh. Menurut Sutejo (2002), hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa tanaman itu terdiri dari air (± 90%) dan bahan kering atau dry matter (± 10%). Bahan kering terdiri dari bahan-bahan organik dan an-organik. Menurut analisa kimia tenyata pula bahwa bahan organik tediri dari : karbon (C) (sekitar 47 %), Hidrogen (H) (sekitar 7 %), Oksigen (O) (sekitar 44 %), Nitrogen (N) (sekitar 0,2 % - 2 %). Sedangkan bahan-organik (persenyawaan an-organik) adalah merupakan bagian-bagian mineral atau abu (sebagaimana dimuka telah dijelaskan bahwa bagian-bagian) tanaman itu berisi mineral atau abu). Berdasarkan analisa, ternyata tanaman itu terdiri dari sekitar 50 elemen atau unsur. Sedang yang dibutuhkan oleh tanaman selama masa pertumbuhan dan perkembangannya ada 16 unsur yang merupakan unsur hara esensial yang dapat dibagi menjadi unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro relatif banyak diperlukan oleh tanaman, sedangkan unsur hara mikro juga sama pentingnya dengan unsur hara makro hanya dalam hal ini kebutuhan tanaman terhadap zat-zat ini hanya sedikit. Unsur – unsur hara mikro yakni besi (Fe), borium (Bo), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), molibdenum (Mo), dan khlor (Cl). Sedangkan unsur-unsur lain yang berhubungan erat dengan tanaman adapun unsur – unsur yang dimaksud yakni : natrium (Na), silikum (Si), nikel (Ni), titan (Ti), Selenium (Se), Vanadium (V), Argon (Ar), 19 dan yodium. dapatmeningkatkan hasiljagung 26% dibandingkan tanpa limbah. (Widati dkk, 2000), menggemukan dengan pemberian jerami nyata meningkatkan kadar C-organik, K-dd, clan KTK tanah berturut-turut sebesar 13.2%, 28.6%, dan 15.3%. Sedangkan Adiningsih, (1992) dengan memakai 5 ton jerami tiap Ha dapat meningkatkan efisiensi pemupukan N, P, dan K, serta penelitian menurut Muhajir dan Maramis, (1986) dengan pemberian 4 ton tiap Ha jerami dapat meningkatkan hasil jagung 1 ton tiap Ha. Keunggulan lainnya dalam menggunakan sebagian limbah tanaman sebagai pupuk organik adalah : perannya di dalam memperbaiki struktur (sifat fisika tanah) pada lahan (marginal) sehingga mampu memberikan daya dukung yang lebih baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dalam pembuatan pupuk organik , sisa dari pembuatan pupuk tersebut tidak dimampaatkan oleh petani. Seperti yang kita ketahui sisa atau ampas dari pembuatan pupuk tersebut masih memiliki kandungan hara yang beguna bagi tanaman. Sangat disayangkan jika sisa (limbah) tersebut tidak dikelola lebih lanjut untuk dijadikan pupuk kompos. Padahal limbah tersebut memilki nilai ekonomis jika dikelola lebih lanjut bagi tanaman pertanian untuk menghemat bahan serta pemamfaatannya. B. Tinjauan Umum Pupuk Organik Senyawa yang mengandung unsur hara yang diberikan pada tanaman disebut dengan pupuk (Jumin, 1991). Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, 20 sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota/sampah rumah tangga. Kompos merupakan produk pembusukan dari limbah tanaman dan hewan hasil perombakan oleh fungi, aktinomiset, dan cacing tanah. Pupuk hijau merupakan keseluruhan tanaman hijau maupun hanya bagian dari tanaman seperti sisa batang dan tunggul akar setelah bagian atas tanaman yang hijau digunakan sebagai pakan ternak. Sebagai contoh pupuk hijau ini adalah sisasisa tanaman, kacang-kacangan, dan tanaman paku air Azolla. Penggunaan bahan organik, seperti sisa-sisa tanaman yang melapuk, kompos, pupuk kandang atau pupuk organik cair menunjukkan bahwa pupuk organik dapat meningkatkan produktivitas tanah dan efisiensi pemupukan serta mengurangi kebutuhan pupuk, terutama pupuk K (Arafah dan Sirappa, 2004). Dewasa ini pemerintah menggalakkan penggunaan bahan-bahan yang ramah lingkungan. Untuk meningkatkan pertumbuhan maka perlu dilakukan pemberian pupuk hayati yang bersifat ramah lingkungan yaitu pupuk organik. Pupuk organik bila digunakan dalam tanah akan merangsang mikrobia, meningkatkan aktivitas biologis, memperbaiki struktur tanah, memperbaiki struktur penyimpanan air tanah dengan begitu meningkatkan kesuburan (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Menurut Sutejo (1987), tumpukan bahan-bahan mentah (seresah, sisa-sisa tanaman dll), menjadi kompos dikarenakan telah terjadi pelapukan, penguraian dan terjadi perubahan-perubahan sifat fisik semula menjadi sifat fisik baru (kompos). Alasan pembuatan kompos adalah (1), karena untuk memperoleh pupuk kandang dalam jumlah yang besar, lebih-lebih yang mudah 21 didekomposisikan,(2), penanaman pupuk hijau tidak selalu berhasil serta harus mengorbankan tanah untuk tidak ditanami tanaman menghasilkan bahan makanan selama penanaman pupuk hijau.Pembuatan kompos adalah merupakan suatu proses didekomposisi sisa-sisa hasil pertanian, tanaman, kotoran ternak, urine ternak, sisa makanan ternak, batang dan ranting, daun-daun yang jatuh, sampah kesemuanya dapat dijadikan kompos. Untuk mendapatkan kompos yang baik maka didalam pembuatan kompos hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut, (1), struktur bahan-bahan yang akan dibuat kompos hendaknya jangan terlalu kasar. Bahan-bahan seperti jerami, bahan pangkasan pupuk hijau sebaiknya dipotong-potong lebih halus, (2), bahan-bahan yang kurang mengandung nitrogen harus dicampur dahulu dengan bahan-bahan yang banyak mengandung nitrogen, demikian juga dengan bahan banyak mengandung jasad renik misalnya pupuk kandang humus. Kadang-kadang diberi juga sedikit , humus. Kadang-kadang diberi juga sedikit nitrogen buatan, (3,) bahan-bahan untuk kompos ditumpuk berlapis-lapis diatas tanah. Tiap-tiap lapisan setebal ± 30 cm, kira-kira merupakan tumpukan hasil penumpukan seluruh ± 1,5 meter. Penumpukan seluruhnya haruslah selesai dalam waktu ± 10 hari, (4), untuk mempercepat proses peruraian, pada tiap-tiap lapisan diberikan kapur atau abu kapur, (5), tumpukan kompos harus cukup basah dan diberi atap untuk mencegah panas/sinar matahari dan hujan, (6), setiap satu bulan tumpukan dibongkar untuk dibalikkan dan ditumpukan kembali. Dengan cara demikian perubahan didalam tumpukan dapat merata Setelah 3 atau 4 kali dilakukan pembongkaran, pembalikan dan penumpukan kembali diperoleh kompos yang telah masak (Hakim et al., 1986). 22 Pupuk organik merupakan hasil akhir dan atau hasil antara dari perubahan atau peruraian bagian dan sisa-sisa tanaman dan hewan. Misalnya bungkil, guano, tepung tulang dan sebagainya. Karena pupuk organik berasal dari bahan organik yang mengandung segala macam unsur maka pupuk ini pun mengandung hampir semua unsur (baik makro maupun mikro). Bahan organik merupakan bahan yang berasal dari tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pupuk. Bahan organik yang berasal dari hewan merupakan kotoran hewan yang memiliki kandungan unsur hara sehingga dapat menyuburkan tanah. Bahan Organik yang berasal dari hewan mengandung unsur hara yang bervariasi tergantung pada makanan hewan tersebut. Hewan yang banyak diberi makan biji bijian menyebabkan kotorannya mengandung unsur hara yang lebih tinggi. Hasilnya dapat mengembalikan kesuburan tanah. Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman. Berdasarkan Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006, tentang pupuk organik dan pembenah tanah, dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota/sampah rumah tangga. Kompos merupakan produk pembusukan dari limbah tanaman dan hewan hasil perombakan oleh fungi, 23 aktinomiset, dan cacing tanah. Pupuk hijau merupakan keseluruhan tanaman hijau maupun hanya bagian dari tanaman seperti sisa batang dan tunggul akar setelah bagian atas tanaman yang hijau digunakan sebagai pakan ternak. Sebagai contoh pupuk hijau ini adalah sisa-sisa tanaman, kacang-kacangan, dan tanaman paku air Azolla. Penggunaan bahan organik, seperti sisa-sisa tanaman yang melapuk, kompos, pupuk kandang atau pupuk organik cair menunjukkan bahwa pupuk organik dapat meningkatkan produktivitas tanah dan efisiensi pemupukan serta mengurangi kebutuhan pupuk, terutama pupuk K (Arafah dan Sirappa, 2003). Menurut Murbandono (2000), pupuk organik merupakan hasil akhir dan atau hasil antara dari perubahan atau peruraian bagian dan sisa-sisa tanaman dan hewan. Misalnya bungkil, guano, tepung tulang dan sebagainya. Karena pupuk organik berasal dari bahan organik yang mengandung segala macam unsur maka pupuk ini pun mengandung hampir semua unsur (baik makro maupun mikro). Hanya saja, ketersediaan unsur tersebut biasanya dalam jumlah yang sedikit. Pupuk organik diantaranya ditandai dengan ciri-ciri : 1. Nitrogen terdapat dalam bentuk persenyawaan organik sehingga mudah dihisap tanaman. 2. Tidak meninggalkan sisa asam anorganik didalam tanah. 3. Mempunyai kadar persenyawaan C organik yang tinggi, misalnya hidrat arang. Pupuk organik dalam bentuk yang telah dikomposkan ataupun segar berperan penting dalam perbaikan sifat kimia, fisika, dan biologi tanah serta sebagai sumber nutrisi tanaman. Secara umum kandungan nutrisi hara dalam 24 pupuk organik tergolong rendah dan agak lambat tersedia, sehingga diperlukan dalam jumlah cukup banyak. Namun, pupuk organik yang telah dikomposkan dapat menyediakan hara dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dalam bentuk segar, karena selama proses pengomposan telah terjadi proses dekomposisi yang dilakukan oleh beberapa macam mikroba, baik dalam kondisi aerob maupun anaerob. Sumber bahan kompos antara lain berasal dari limbah organik seperti sisa-sisa tanaman (jerami, batang, dahan), sampah rumah tangga, kotoran ternak (sapi, kambing, ayam), arang sekam, dan abu dapur (Deptan, 2006). Menurut Sutejo dan Kartasaputra (1990), syarat-syarat yang dimiliki pupuk organik, yaitu : zat N atau zat lemasnya harus terdapat dalam bentuk persenyawaan organik, jadi harus mengalami peruraian menjadi persenyawaan N yang mudah dapat diserap oleh tanaman; pupuk tersebut dapat dikatakan tidak meninggalkan sisa asam organik didalam tanah; dan pupuk organik tersebut seharusnya mempunyai kadar persenyawaan C organik yang tinggi, seperti hidrat arang. Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002), kebaikan sifat pupuk organik terhadap kesuburan tanah antara lain sebagai berikut : a. Bahan organik dalam proses mineralisasi akan melepaskan hara tanaman yang lengkap (N, P, K, Ca, Mg, S, serta hara mikro) dalam jumlah tidak terlalu banyak dan relatif kecil. b. Bahan organik dapat memperbaiki struktur tanah, menyebabkan tanah menjadi ringan untuk diolah, dan mudah ditembus akar. c. Bahan organik dapat mempermudah pengolahan tanah-tanah yang berat. 25 d. Bahan organik meningkatkan daya menahan air, sehingga kemampuan tanah untuk menyediakan air menjadi lebih banyak. Kelengasan air lebih terjaga. e. Bahan organik membuat permeabilitas tanah menjadi lebih baik, menurunkan permeabilitas pada tanah bertekstur kasar (pasiran), dan meninggalkan permeabilitas pada tanah bertekstur sangat lembut (lempungan). f. Bahan organik meningkatkan KPK (kapasitas pertukaran kation), sehingga kemampuan mengikat kation menjadi lebih tinggi. Akibatnya, jika tanah yang dipupuk dengan bahan organik dengan dosis tinggi, hara tanaman tidak mudah tersusun. g. Bahan organik memperbaiki kehidupan biologi tanah (baik hewan tingkat tinggi ataupun tingkat rendah) menjadi lebih baik karena ketersediaan makan lebih terjamin. Kompos merupakan hasil dari pelapukan bahan-bahan berupa dedaunan, jerami, alang-alang, rumput, kotoran hewan, sampah kota, dan sebagainya. Secara garis besar, membuat kompos berarti merangsang perkembangan bakteri (jasad- jasad renik), untuk menghancurkan atau menguraikan bahan-bahan yang dikomposkan hingga terurai menjadi senyawa lain. Penguraian bahan-bahan tersebut dibantu oleh suhu 60° C. Proses penguraian tersebut mengubah unsur hara yang terikat dalam senyawa organik sukar larut menjadi senyawa organik larut sehinga berguna bagi tanaman. Selain itu, pengomposan pun bertujun untuk menurunkan rasio C/N sisa tanaman yang masih segar umumnya tinggi sehingga mendekati rasio C/N tanah. Rasio C/N adalah perbandingan C (karbon), dan N (nitrogen), bilangan bahan organik yang memiliki rasio C/N tingi tidak di 26 komposkan terlebih dahulu (langsung di berikan ke tanah), maka proses penguraiannya akan terjadi di tanah. Ini tentu kurang baik kerana penguraian bahan segar dalam tanah meningkat sehingga dapat berpengaruh buruk bagi pertumbuhan ikatnya terhadap air menjadi kecil serta struktur tanahnya menjadi kasar dan berserat. Kandungan utama dengan kadar tertinggi dari kompos adalah bahan organik yang mujarab dan terkenal manjur untuk memperbaiki kondisi tanah. Unsur lain dalam kompos yang variasinya cukup banyak walaupun kadarnya rendah adalah nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan magnesium. Kadar hara kompos memang sangat ditentukan oleh bahan yang dikomposkan, cara pengomposan, dan cara penyimpanannya. Walaupun demikian, kadar haranya memang tidak pernah tinggi. Kompos disebut baik, dilihat dari sosoknya, sangat sulit diberikan batasan mengenai kompos yang disebut baik dan kurang baik. Namun, satu hal yang pasti ialah kompos yang baik merupakan kompos yang penguraiannya sudah berhenti. Biasanya penguraian akan berhenti setelah 2,5 bulan. Kompos yang baik biasanya memiliki butiran halus berwarna coklat sedikit kehitaman (Lingga dan Marsono, 2001). Menurut Pranata (2004), menyatakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi mahkluk hidup. Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Hampir semua kotoran hewan dapat digunakan sebagai pupuk kandang. Pupuk hijau adalah pupuk yang berasal dari tanaman. Bagian yang sering dipakai untuk pupuk hijau adalah daun, tangkai, dan batang yang masih muda. Pupuk organik lainnya yang sering dipakai adalah kompos. Kompos merupakan sisa bahan organik yang berasal dari tanaman, hewan, dan 27 limbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi. Sebenarnya, pupuk kandang dan pupuk hijau merupakan bagian dari kompos. Jenis tanaman yang sering digunakan untuk kompos di antaranya jerami dan sekam padi, tanaman pisang, gulma, sayuran yang busuk, sisa tanaman jagung, dan sabut kelapa. Berikut ini beberapa kegunaan kompos : memperbaiki struktur tanah menjadi lebih gembur, memperkuat daya ikat agregat tanah berpasir, meningkatkan daya tahan dan daya serap air, memperbaiki drainase dan pori-pori dalam tanah, menambah dan mengaktifkan unsur hara, meningkatkan daya ikat tanah terhadap unsur hara, membantu dekomposisi bahan mineral, dan menyediakan bahan makanan bagi mikroorganisme yang menguntungkan pertumbuhan tanaman. Humus merupakan hasil dekomposisi (penghancuran), tumbuhan berupa daun, akar, cabang, ranting, dan batang secara alami. Proses dekomposisi ini dipengaruhi oleh cuaca diatas permukaan tanah dan dibantu oleh mikroorganisme tanah. Dari pengertian di atas sebenarnya humus hampir sama dengan pupuk hijau. Perbedaanya terletak pada prosesnya. Humus terbentuk secara alami dan sebagian besar terjadi di hutan, tetapi pupuk hijau terbentuk dengan melibatkan campur tangan manusia. Pupuk organik buatan adalah pupuk organik yang diproduksi di pabrik dengan menggunakan peralatan yang modern. Pupuk organik buatan umumnya merupakan campuran beberapa jenis bahan organik. Pencampuran beberapa jenis bahan organik ini bertujuan untuk meningkatkan kandungan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. 28 a. Tinjauan Pupuk Organik Jerami Padi Jerami padi merupakan salah satu sumber K yang murah dan mudah yang tersedia di lahan sawah. Dobermann dan Fairhurst (2000), menyatakan bahwa kandungan hara tertinggi dalam jerami selain Si (4-7 %), adalah kalium, yaitu sekitar 1,2-1,7 %, sedangkan lainnya adalah N (0,5-0,8 %), P (0,07-0,12 %), dan S (0,05-0,10 %). Hasil penilitian menurut Arafah dan Sirappa (2003), menunjukan bahwa penggunaan pupuk organik (jerami), secara tunggal belum memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi. Namun secara umum, penggunaan jerami padi sebanyak 2 ton/Ha rata-rata memberikan hasil yang lebih tinggi dibanding tanpa penggunaan jerami. Hal ini disebabkan karena peranan penting dari bahan organik dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan kesuburan tanah, baik dari aspek kimia, fisika, dan biologi tanah. Dobermann dan Fairhurst (2000), menyatakan bahwa pembenaman jerami ke tanah akan meningkatkan ketersediaan hara dalam waktu yang lama. Bahan organik tanah berperan secara fisik, kimia maupun biologi, sehingga menentukan status diharapkan mampu meningkatkan kesuburan tanah. Bahan organik yang ada dalam tanah akan membentuk humus yang bermuatan listrik, sehingga secara fisik akan berpengaruh terhadap struktur tanah dan secara kimiawi berperan dalam menentukan kapasitas pertukaran anion/kation sehingga berpengaruh penting terhadap ketersediaan hara tanah, dan secara biologis merupakan sumber energi dan karbon bagi mikroba heterotrofik. Hasil 29 mineralisasi bahan organik terombak merupakan anion/kation hara tersedia bagi tanaman dan mikroba (Hanafiah, 2005). Selain fungsi jerami untuk memperbaiki dan meningkatkan kesuburan tanah, baik dari aspek kimia, fisika, dan biologi tanah, pembenaman jerami ke tanah dalam bentuk segar harus segera mengalami dekomposisi sehingga diperlukan mikroba perombak bahan organik atau dekomposer untuk mempercepat proses pengomposan jerami tersebut. Hal ini perlu dilakukan agar jeda waktu pembenaman jerami sampai penanaman tidak terlalu lama dan untuk mengurangi persaingan dalam mendapatkan hara antara tanaman dengan mikroba perombak bahan organik, karena menurut Nuraini (2009), pemberian jerami sisa panen yang masih segar ke tanah sawah yang harus segera ditanami padi akan menyebabkan tanaman padi menguning karena terjadi persaingan unsur hara antara organisme pengompos dan tanaman. Setelah mengalami proses perubahan dan penguraian bahan organik (pengomposan), unsur hara akan menjadi bentuk tersedia yang larut dan dapat diserap oleh akar tanaman. Proses pengomposan dapat terjadi dengan sendirinya, akan tetapi proses tersebut dapat dipercepat dengan menambahkan mikroorganisme perombak bahan organik sehingga waktu yang diperlukan untuk pengomposan menjadi lebih singkat (Setyorini et al., 2006). b. Tinjauan Pupuk Organik Jagung Kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai sehingga dapat di manfaatkan untuk memperbaiki sifatsifat tanah, disamping itu di dalam kompos terkandung hara-hara mineral yang 30 berfungsi untuk penyediaan nutrisi bagi tanaman. Kompos dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Kompos limbah batang dan daun jagung sangat berpotensi untuk memperbaiki kesuburan tanah karena kandungan unsur haranya yang tinggi. Tanaman jagung mengandung nitrogen 0,92%, posfor 0,29%, dan kalium 1,39%. Batang dan daun jagung bisa menambah unsur hara dalam tanah dan tanaman setelah batang jagung terdegradasi oleh mikroorganisme selulotik, hal ini disebabkan tanaman batang dan daun jagung mengandung nitrogen 0,92% , posfor 0,29% , dan kalium 1,39% (Ruskandi, 2005). Bahan organik batang dan daun jagung merupakan bahan pembentukan granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah. Melalui penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah yang relatif lebih ringan. Bahan organik batang dan daun jagung juga berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah. Peranan bahan organik bagi tanah erat kaitanya dengan perbaikan sifat – sifat tanah, yaitu sifat fisik, kimia, dan sifat biologi tanah. Kompos batang dan daun jagung menyediakan hara baik makro maupun mikro mineral. Kebutuhan hara makro tanaman, seperti N, P, K, Ca dan Mg di dalam kompos berada dalam bentuk tersedia bagi tanaman karena proses dekomposisi. Unsur hara mikro mineral yang terkandung dan dibutuhkan oleh tanaman seperti Fe, S, Cu, Zn, Mo, Si dan mineral lainnya yang dalam jumlah sedikit tapi dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman jagung (Anonim, 2008). Kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah, disamping itu 31 di dalam kompos terkandung hara-hara mineral yang berfungsi untuk penyediaan nutrisi bagi tanaman. Kompos dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Kompos limbah batang dan daun jagung sangat berpotensi untuk memperbaiki kesuburan tanah karena kandungan unsur haranya yang tinggi. Tanaman jagung mengandung nitrogen 0,92%, posfor 0,29%, dan kalium 1,39%. Batang dan daun jagung bisa menambah unsur hara dalam tanah dan tanaman setelah batang jagung terdegradasi oleh mikroorganisme selulotik, hal ini disebabkan tanaman batang dan daun jagung mengandung nitrogen 0,92%, posfor 0,29%, dan kalium 1,39%. (Ruskandi, 2005). Bahan organik batang dan daun jagung merupakan bahan pembentukan granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah. Melalui penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah yang relatif lebih ringan. Bahan organik batang dan daun jagung juga berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah. Peranan bahan organik bagi tanah erat kaitanya dengan perbaikan sifat - sifat tanah, yaitu sifat fisik, kimia, dan sifat biologi tanah. Kompos batang dan daun jagung menyediakan hara baik makro maupun mikro mineral. Kebutuhan hara makro tanaman, seperti N, P, K, Ca dan Mg di dalam kompos berada dalam bentuk tersedia bagi tanaman karena proses dekomposisi. Unsur hara mikro mineral yang terkandung dan dibutuhkan oleh tanaman seperti Fe, S, Cu, Zn, Mo, Si dan mineral lainnya yang dalam jumlah sedikit tapi dibutuhkan (kmit.faperta.ugm.ac.id, 2008). untuk pertumbuhan tanaman jagung 32 c. Tinjauan Umum EM4 (Mikroorganisme Efektif) Mikroorganisme efektif merupakan inokulum yang dapat meningkatkan keragaman mikrooganisme tanah yang bermanfaat bagi keseburan tanah dan tanaman. Mikroorganisme efektif mengandung bakteri asam laktat, bakteri fotosintetik umum digunakan hanya di gunakan sebagai inokulum. Kerana itu, banyak ahli yang berpendapat EM4 bukan pupuk, tetapi bahan yang efektif bermanfaat untuk memperbaiki kondisi tanah dan memacu penyerapan unsur hara oleh tanaman dan meningkatkan kualitas pertumbuhan tanaman (Parnata, 2004). Mikrooganisme yang terdapat dalam EM4 secara genetik bersifat asli bukan hasil rekayasa. Aplikasi EM bisa melalui berbagai cara di antaranya sebagai larutan stok EM1, Larutan EM5, Bokasi EM4, dan estrak tanaman yang difermentasi dengan EM4. Selain memperbaiki kualitas fisik, dan biologi tanah, aplikasi EM4 mempunyai beberapa keuntungan lain. Salah satunya adalah menekan pertumbuhan hama dan penyakit tanaman dalam tanah, membantu meningkatkan kapasitas fotosintesis, membantu proses penyerapan dan penyaluran unsur hara dari akar ke daun, dan meningkatkan kualitas bahan organik sebagai pupuk. Di samping itu juga dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman seperti perkecambahan, pembungaan, pembentukan buah, dan proses pematangan buah. Aplikasi EM4 juga ramah lingkungan dan tidak meninggalkan residu (Hadisuwito, 2007). Kelebihan air pada kompos dan dalam proses pengomposan dari bahan batang pisang ini bahwa yang beraktivitas adalah mikroorganisme termofil. 33 Menurut (Anonim 2007), menyatakan bahwa sejumlah jasad renik mampu merombak selulosa. Diketahui bahwa ada lebih kurang 2.000 bakteri dan 50 jenis jamur yang terkait dengan proses pengomposan. Jamur mempunyai andil yang sangat penting dalam pemecahan selulosa dan dikelompokkan berdasarkan toleransinya terhadap suhu. Ada kelompok thermophilik (40o C), mesophilik (20400 C), dan ada juga yang termasuk dalam kelompok psychrophilik (di bawah 200 C). Adanya jasad renik perombak selulosa berkaitan erat dengan keberadaan bahan selulosa di alam, dengan demikian jasad renik perombak selulosa merupakan salah satu faktor keseimbangan di alam dan mempunyai kontribusi dalam kelanjutan kehidupan di bumi ini, seperti diketahui penambahan inokulan pada pembuatan kompos adalah bagian dari usaha untuk mempercepat proses pengomposan, karena sesungguhnya pada bahan material pembentuk kompos sendiri sudah mengandung banyak jasad renik khususnya yang berperan dalam perombakan zat kimia lainnya.. Pada dasarnya dalam pengomposan, selain suhu kelembaban juga mempunyai peranan penting yang berpengaruh dalam kematangan kompos. Sesuai dengan pendapat (Anonim (2007), menyatakan bahwa faktor-faktor yang paling penting dalam pembuatan kompos adalah perbandingan karbon-nitrogen, ukuran partikel bahan, macam/jenis campuran bahan, kelembaban, suhu, dan kemampuan jasad renik 34 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di lingkungan sekitar Laboratorium Produksi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Penelitian ini dilaksanakan selama + 6 (enam) bulan yaitu sejak tanggal 20 bulan Maret hingga tanggal 20 bulan September 2012, meliputi persiapan alat dan bahan hingga penyusunan laporan karya ilmiah. B. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari parang, karung, ember, dan cangkul. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air, limbah pembuatan pupuk cair jerami padi, limbah pembuatan pupuk cair kulit jagung, karung, dan mulsa plastik warna putih dan hitam. C. Prosedur Penelitian Pembuatan pupuk dari limbah jerami padi dan kulit jagung adalah sebagai berikut : 1) Orientasi lapangan dilakukan untuk menentukan lokasi penelitian untuk pembuatan kompos yaitu di Laboratorium Produksi Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, sedangkan analisa pupuk dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Falkultas Kehutanan Univeritas Mulawarman Samarinda. Bahan baku kompos diambil dari limbah pembuatan pupuk cair jerami padi dan kulit 35 jagung. Jerami padi dan kulit jagung dari limbah pembuatan pupuk cair dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam bak fermentasi, 2) Tumpukan jerami padi dan kulit jagung dipadatkan dan di tutup dengan menggunakan karung lalu di lapis lagi dengan plastik mulsa yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran bak fermentasi, masing-masing sesuai dengan perlakuan. 3) Kemudian didiamkan untuk dilakukan fermentasi 4) Setelah kompos matang, berdasarkan hasil pengamatan fisik secara visual, masing-masing perlakuan dianalisa di laboratorium., D. Perlakuan dan Pengolahan Data Perlakuan pada penelitian ini adalah kompos dari limbah pembuatan pupuk cair jerami dan kulit jagung, dengan 4 (empat) taraf perlakuan yaitu: P1 : kompos dari limbah pupuk cair jerami padi P2 : kompos dari limbah pupuk cair kulit jagung P3 : kompos dari limbah pupuk cair jerami padi dengan pemberian EM4 P4 : kompos dari limbah pupuk cair kulit jagung dengan pemberian EM4 Data yang di analisa adalah kandungan unsur hara, pH, C organik dan Rasio C-N, kemudian data yang diperoleh dari hasil analisis laboratorium disajikan secara deskriptif. 36 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Kandungan unsur hara, pH, C organik dan Rasio C-N hasil analisis laboratorium kompos dari limbah pupuk cair dapat dilihat pada Tabel 1. di bawah ini : Tabel 1. Hasil analisis kandungan unsur hara, pH, C organik dan CN Rasio kompos dari limbah pupuk organik cair jerami padi dan kulit jagung Kompos Parameter PH C-org C/N rasio N P205 K2O MgO C2O Satuan % % % % % % % % P1 P2 P3 6,8 18,85 10,95 1,72 4,43 2,13 0,54 1,67 6,6 18,21 11,43 1,59 5,34 1,83 0,82 2,10 7,0 22,81 15,49 1,47 4,41 1,44 0,51 1,43 P4 7,1 23,68 16,77 1,41 4,65 1,60 0,04 1,16 SNI 19-7030-2004 10-20 9,8-32 6,80-7,49 > 0,4 > 0,1 > 0,2 < 0,6 < 25,5 Keterangan : P1 : kompos dari limbah pupuk cair jerami padi P2 : kompos dari limbah pupuk cair jerami padi dengan pemberian EM4 P3 : kompos dari limbah pupuk cair kulit jagung P4 : kompos dari limbah pupuk cair kulit jagung dengan pemberian EM4 Pada Tabel 1. Menunjukkan bahwa pH dari hasil analisis laboratorium pada P1 adalah 68, P3 adalah 7,0, P4 adalah 7,1 telah sesuai dengan standar pH kompos berdasarkan SNI 19-7030-2004, yaitu dalam kisaran 6,80-7,49 (Lampiran 1), kecuali P2 dimana nilai pHnya adalah 6,6. 37 Nilai C organik pada P1 adalah 18,85, P2 adalah 18,21, P3 adalah 22,81 dan P4 adalah 23,86 sesuai dengan standar C organik kompos berdasarkan SNI 19-7030-2004, yaitu dalam kisaran 9,8-32 (Lampiran 1). Nilai Rasio C-N pada P1 adalah 110,95, P2 adalah 11,43, P3 adalah 15,49 dan P4 adalah 16,77 sesuai dengan standar Rasio C-N kompos berdasarkan SNI 19-7030-2004, yaitu dalam kisaran 10-20 (Lampiran 1). Nilai kandungan N pada kompos dari limbah pupuk cair jerami padi P1 adalah 1,72%, kompos dari limbah pupuk cair jerami padi dengan pemberian EM4 P2, adalah 1,59%, kompos dari limbah pupuk cair kulit jagung P3, adalah 1,47%, dan kompos dari limbah pupuk cair kulit jagung dengan pemberian EM4, P4 adalah 1,41%, sesuai dengan standar kandungan kompos berdasarkan SNI 19-7030-2004, yaitu > 0,4% (Lampiran 1). Nilai kandungan P2O5 pada P1, adalah 4,43%, P2 adalah 5,34%, P3 adalah 4,41% dan P4 adalah 4,65% sesuai dengan standar kandungan kompos berdasarkan SNI 19-7030-2004, yaitu > 0,1% (Lampiran 1). Nilai kandungan K2O pada P1 adalah 2,13%, P2 adalah 1,83%, P3 adalah 1,44% dan P4 adalah 1,60% (Lampiran 1). Nilai kandungan MgO pada P1 adalah 0,54%, P2 adalah 0,82%, P3 adalah 0,51% dan P4 adalah 0,04% (Lampiran 1). Nilai kandungan CaO pada P1 adalah 1,67%, P2 adalah 2,10%, P3 adalah 1,43% dan P4 adalah 1,16% (Lampiran 1). 38 B. Pembahasan Dari hasil analisa laboratorium kompos pada perlakuan P1, P2, P3 dan P4 menunjukkan bahwa kompos dari pupuk cair jerami padi dan kulit jagung masih mengandung unsur hara yang lengkap dan nilai kandungan unsur haranya masih sesuai dengan standar kandungan hara kompos berdasarkan SNI 19-7030-2004 termasuk pH, C organik dan C-N Rasio, sehingga kompos tersebut dapat digunakan untuk menambah unsur hara bagi tanaman, meskipun kandungan hara yang terdapat dalam kompos tersebut sedikit dibandingkan dengan kandungan hara pada pupuk kimia. Menurut Parnata (2004), bahwa unsur hara yang dibutuhkan tanaman beraneka ragam. Sedikitnya ada 60 jenis unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Kekurangan hara bisa menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu, menimbulkan penyakit dan bisa menyebabkan tanaman mati. Pada dasarnya dalam pengomposan, selain suhu kelembapan juga mempunyai peranan penting yang berpengaruh dalam kematangan kompos. Sesuai dengan pendapat Anonim (2007), menyatakan bahwa faktor-faktor yang paling penting dalam pembuatan kompos adalah perbandingan karbon-nitrogen, ukuran partikel bahan, macam/jenis campuran bahan, kelembaban, suhu, kemampuan jasad renik yang terlibat, penggunaan inokulan, penambahan bahan fosfat dan destruksi dari jasad renik pathogen. Adapun berdasarkan hasil pengamatan kelembaban kompos selama kurung waktu 62 hari proses pengomposan dilakukan, kelembaban pada awal pengomposan agak sedikit tinggi berkisar 117-142% dibandingkan 39 kelembaban setelah kompos jadi, kelembabanya berkisar 118-124% perubahan kelembaban yang sangat berbeda ini di akibatkan oleh faktor lingkungan yakni kompos terkena air hujan dan air hujan tergenang di dalam kompos sehingga kelembaban kompos menurun. Rasio C-N pada P1 adalah 110,95, P2 adalah 11,43, P3 adalah 15,49 dan P4 adalah 16,77 sesuai dengan standar Rasio C-N kompos berdasarkan SNI 19-7030-2004, yaitu dalam kisaran 10-20 (Lampiran 1), hal tersebut menunjukan bahwa kompos telah matang. Menurut Lingga dan Marsono (2001), pengomposan bertujuan untuk menurunkan rasio C/N. Tergantung jenis tanamannya, rasio C/N sisa tanaman yang masih segar umumnya tinggi sehingga mendekati rasio C/N tanah. Rasio C/N adalah perbandingan C (karbon), dan N (nitrogen), kadar hara kompos memang sangat ditentukan oleh bahan yang dikomposkan, cara pengomposan, dan cara penyimpanannya. Walaupun demikian, kadar haranya memang tidak pernah tinggi. Ditambahkan Sofian (2006), kriteria kematangan kompos yakni kompos yang dihasilkan berwarna colkat kehitaman, tidak berbau menyengat dan hasil analisis kimianya menunjukan aman bagi tanaman jika memiliki perbandingan kadar karbon dan nitrogen (C/N), dibawah 30, kandungan hara pupuk cair sanga rendah meskipun di tambah kandungan hara kompos masih sesuai dengan ( SNI ). 40 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Kandungan unsur hara dalam dari limbah pembuatan pupuk cair jerami padi dan kulit jagung. (N,P,K,Mg,Co,PH,C~Org,C/N) sesuai dengan standar kualitas kompos SNI 19 – 7030 – 2004, kecuali kompos pada perlakuan P2 yang memiliki mg di atas standar. B. SARAN Perlu dilakukannya penelitian lanjutan dengan mengaplikasikan kompos pada tanaman. 41 DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. Unsur hara yang www.Kmit.faperta.ugm.ac.id. terkandung dalam batang jagung. Adiningsih. J.S. 1992 . Peranan Efisiensi Penggunaan Pupuk Untuk Melestarikan Swasembada Pangan. Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama. Pusat Penelitian Tanah Danagroklimat. Bogor Arafah Dan M. P. Sirappa. 2003. Kajian Penggunaan Jerami Dan Pupuk N, P, Dan K Pada Lahan Sawah Irigasi. Jurnal Ilmu Tanah Dan Lingkungan. Yogyakarta. Arafah dan Sirappa. 2004. Kajian Penggunaan Jerami dan Pupuk N, P, dan K Pada Lahan Sawah Irigasi. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. Yogyakarta. Deptan, 2006. Budidaya Kacang Tanah Tanpa Olah Tanah, availableat. Jakarta Dobermann, A. dan Fairhurst. 2000. Rice : Nutrient Disorders & Nutrient Management. Potash & Potash Institute/Potash & Potash Institute of Canada. Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. Agromedia Pustaka. Jakarta. Hakim, N, Nyakpa, Lubis, Nugroho, Saul, Diha, Hong, Bailey. 1986. Dasardasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Lampung. Hanafiah, KA. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Jumin, HB. 1991. Dasar-dasar Agronomi. Rajawali Press. Jakarta. Lingga, P dan Marsono. Swadaya. Jakarta. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Murbandono. 2000. Manfaat Bahan Organik Bagi Tanaman. Puslit Biologi, Lipi, Bogor. Muhajir dan Maramis, 1986. Pengaruh N, P, K dan mulsa terhadap pertumbuhan dan hasil jagung pada lahan tadah hujan. Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Bogor. 42 Nuraini. 2009. Pembuatan Kompos Jerami Menggunakan Mikroba Perombak Bahan Organik. Buletin teknik pertanian. Bogor. Parnata, AS. 2004. Pupuk Organik cair, Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia Pustaka. Jakarta. Rosmarkam, A & Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta Ruskandi. 2005. Teknik pemupukan buatan dan kompos pada tanaman sela jagung diantara kelapa. Buletin Teknik pertanian vol 10 no 2/2005. Sukabumi. Setyorini, D, Saraswati dan Anwar. 2006. Kompos. BBLPSLP. Bogor Sofian. 2006. Sukses Membuat Kompos dari Tanah. Jakarta. Agromedia Pustaka. Sutejo, MM. 1987. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta Sutejo, M. M., Dan A.G. Kartasaputra. 1990. Pupuk Dan Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta Widati. S, E. Santosa, Dan T. Prihatini. 2000. Pengaruh Inokulan Pada Berbagai Cara Pemberian Jerami Terhadap Sifat Kimia Tanah Dan Hasil Padi Sawah. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanah Dan Agroklimat. Bogor. 43 LAMPIRAN 44 Lampiran 1. Standar Kompos berdasarkan SNI 19-7030-2004 . No Parameter Satuan Standar SNI 1 C/N rasio - 10-20 2 C-organik % 9,8-32 3 pH - 6,80-7,49 4 N % > 0,4 5 P % > 0,1 6 k % .0,2 7 Mg % <0,6 8 C2 % <25,5 Sumber : Anonim, 2004 45 Lampiran 2. Hasil analisa kandungan unsur hara dan pH pupuk cair jerami padi dan kulit jagung Hasil Analisa No Parameter Satuan Jerami Padi Kulit Jagung 1 pH - 7,7 4,2 2 N Total % 1,12 0,83 3 P2O5 % 0,004 0,022 4 K2O % 0,05 0,04 5 CaO ppm 85,38 104,68 6 MgO ppm 3,01 2,45 Sumber : Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Mulawarman, 2012 46 Gambar 1. Gambar Bak Permentasi Gambar 2. Hasil Dekomposisi Jerami Padi Gambar 3. Hasil Dekomposisi Kulit Jagung