ANALISIS PROFITABILITAS PENGUSAHAAN TANAMAN KARET DI

advertisement
ANALISIS PROFITABILITAS PENGUSAHAAN TANAMAN KARET DI
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) KEBUN NGOBO
KABUPATEN SEMARANG
Oka ‘Iffata Kesumasari, Sugiharti Mulya Handayani, Emi Widiyanti
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jalan Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax.(0271) 637457
E-mail: [email protected]. Telp. 085728450478
Abstract : The reseach aims to determine of profitability of rubber cultivation
and sensitivity when possible decline in selling product prices and rising
production costs in the PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo
Kabupaten Semarang.The basic method of this research is the analysis of the
description of the case study technique. The analytical method used is NPV,
IRR, Net B / C and sensitivity analysis. Location of the research done in PT.
PTPN IX (Persero) Ngobo Gardens, Semarang regency.Basic considerations in
the location of the research conducted so far there has never been a study
evaluating the profitability of the company concerned. Rubber plant has a
continuous production of the company's mainstay commodity. The possibility of
changes in the cost and the selling price of rubber cultivation in PTPN IX
(Persero) Ngobo Gardens, Semarang regency which will affect the profitability
of the company.Rubber cultivation in PT. PTPN IX (Persero) Ngobo Gardens
Semarang Regency is advantageous to an indicator of NPV, IRR, Net B / C and
is still profitable with price reductions and cost increases.
Keywords : Profitability, Rubber, PTPN
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profitabilitas dari
pengusahaan tanaman karet dan sensitivitasnya bila terjadi penurunan harga jual
produk dan kenaikan biaya produksi di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero)
Kebun Ngobo, Kabupaten Semarang. Metode dasar penelitian ini adalah
deskripsi analisis dengan teknik studi kasus. Metode analisis yang digunakan
adalah NPV, IRR, Net B/C dan analisis sensitivitas. Lokasi penelitian dilakukan
di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo, Kabupaten Semarang.
Dasar pertimbangan dilakukan penelitian di lokasi ini sejauh ini belum pernah
ada penelitian yang mengkaji profitabilitas perusahaan bersangkutan. Tanaman
karet mempunyai produksi yang kontinyu yang menjadi komoditi andalan dari
perusahaan. Adanya kemungkinan terjadinya perubahan biaya maupun harga
jual dari pengusahaan tanaman karet di PTPN IX (Persero) Kebun Ngobo,
Kabupaten Semarang yang akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan.
Pengusahaan tanaman karet di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun
Ngobo Kabupaten Semarang menguntungkan dengan indikator NPV, IRR, Net
B/C dan masih menguntungkan dengan penurunan harga jual dan kenaikan
biaya.
Kata Kunci : Profitabilitas, Tanaman Karet, PTPN
PENDAHULUAN
Indonesia memberikan kontribusi
sebesar 26 % dari total produksi karet
alam
dunia.
Selain
sebagai
penyumbang devisa tanaman karet
juga memberika kontribusi yang
sangat penting dalam pelestarian
lingkungan.
Kebutuhan pasar dunia akan
karet semakin meningkat sejalan
dengan semakin berkembangnya
perindustrian. Karet dijadikan sebagai
bahan baku industri antara lain
sebagai bahan baku industri ban
kendaraan, peralatan medis maupun
sebagai pelengkap dan peralatan
industri itu sendiri. PT. Perkebunan
Nusantara IX mengusahakan tanaman
karet sebagai komoditas utama selain
kopi dan pala. Areal terluas di Kebun
Ngobo digunakan untuk pengusahaan
tanaman karet. Luas dan produksi di
Kebun Ngobo dapat dilihat pada
Tabel 1.
Hasil dari produk tanaman karet
yang diambil melalui penyadapan
untuk diolah menjadi disebut lateks.
Lateks dapat diolah menjadi sheet,
lateks pekat, dan karet remah. Hasil
olahan karet merupakan peluang
pangsa ekspor yang menjanjikan
tentunya dengan mutu dan standar
ekspor yang baik. Maka dari itu
PTPN IX Kebun Ngobo, Kabupaten
Semarang berusaha memanfaatkan
peluang ekspor ini dengan mengelola
komoditi karet sebagai usaha yang
menjanjikan.
Indonesia adalah negara agraris
dimana mata pencaharian mayoritas
penduduknya
dengan
bercocok
tanam. Di Indonesia pertanian
mempunyai kontribusi penting baik
terhadap perekonomian maupun
terhadap
pemenuhan
kebutuhan
pokok masyarakat. Menurut data
Badan
Pusat
Statistik
(BPS)
kontribusi sektor pertanian pada
Tahun 2011 di Jawa Tengah, sebesar
Rp 35.421,5 milyar rupiah dengan
laju pertumbuhan sebesar 1,3%.
Kontribusi sektor pertanian ini tidak
terlepas
dari
sumbangan
subsektornya, salah satunya adalah
subsektor
perkebunan.
Dimana
pertumbuhan
dari
sub
sektor
perkebunan sebesar 6,06%.
Subsektor
perkebunan
merupakan salah satu subsektor
penting dalam sektor pertanian
dimana menyediakan lapangan kerja
di pedesaan dan daerah terpencil.
Subsektor perkebunan merupakan
salah satu subsektor andalan dalam
menyumbang devisa.
Tanaman karet merupakan salah
satu komoditi utama dari perkebunan
di Indonesia untuk ekspor maupun
untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri. Menurut Kasman (2009: 252)
Indonesia
merupakan
negara
produsen karet dunia bersama 2
negara produsen karet alam lainnya
yaitu Thailand dan Malaysia.
Tabel 1. Luas dan Produksi Tanaman di Perkebunan PTPN IX (Persero) Kebun
Ngobo, Kabupaten Semarang Tahun 2011
No
1
2
3
Komoditas
Karet
Kopi
Pala
Luas Areal (ha)
1.550,28
185,75
166,25
Produksi (Ton)
1.025,98
20,27
3,44
Sumber: Profil PTPN (Persero) Kebun Ngobo Kabupaten Semarang
Penelitian ini bertujuan untuk
Mengetahui
profitabilitas
dari
pengusahaan tanaman karet dan
mengetahui
sensitivitas
dari
pengusahaan tanaman karet di PT.
Perkebunan Nusantara IX (Persero)
Kebun Ngobo, Kabupaten Semarang
bila terjadi penurunan harga jual
produk dan kenaikan biaya.
METODE PENELITIAN
Metode Dasar Penelitian
Metode dasar penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif. Teknik
penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah studi kasus.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT.
Perkebunan Nusantara IX (Persero)
Kebun Ngobo, Kabupaten Semarang
dengan dasar pertimbangan bahwa
sejauh ini belum pernah ada
penelitian yang mengkaji tingkat
profitabilitas, adanya kenaikan biaya
dan penurunan harga jual dari
pengusahaan karet. Tanaman karet
di PT. Perkebunan Nusantara IX
(Persero) Kebun Ngobo, Kabupaten
Semarang mempunyai produksi yang
kontinyu dan menjadi komoditi
andalan dari perusahaan yang
terbukti dari areal pengusahaan
tanaman karet di PT. Perkebunan
Nusantara IX (Persero) Kebun
Ngobo, Kabupaten Semarang terluas.
Metode Analisis Data
Profitabilitas
menunjukkan
kemampuan
yang
dimiliki
perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu. Pengukuran
tingkat profitabilitas dengan NPV,
IRR, dan Net B/C Ratio.
Net Present Value merupakan
selisih antara Present Value dari
investasi dengan nilai sekarang dari
penerimaan-penerimaan kas bersih di
masa yang akan datang. NPV dapat
dicari dengan rumus sebagai berikut:
NPV
………..(1)
Keterangan: Cft = aliran kas per
tahun periode t, I = investasi awal
pada tahun 0-5, K = suku bunga
(discount rate)
Dengan kriteria penilaian sebagai
berikut: Jika NPV > 0, maka proyek
diterima, Jika NPV < 0, maka usulan
proyek ditolak, Jika NPV = 0, maka
proyek diterima ataupun ditolak
(Umar, 2005: 200-201).
Menurut Jakfar dan Kasmir
(2008: 102) Internal Rate of Return
merupakan alat untuk mengukur
tingkat pengembalian hasil intern.
Pencarian besarnya IRR didahului
dengan cara trial and error untuk
mencari nilai NPV positif dan NPV
negatif sampai diperoleh dengan
menggunakan tingkat suku bunga
tertentu yang paling mendekati nol.
Setelah itu baru dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
NPV1
IRR = i1+
x (i2-i1)….(2)
NPV1 - NPV2
Keterangan: i1 = tingkat bunga ke 1,
i2 = tingkat bunga ke 2, NPV1 = NPV
positif, NPV2 = NPV negatif
Dengan kriteria penilaian sebagai
berikut: Jika IRR > bunga pinjaman,
maka proyek diterima, Jika IRR <
bunga pinjaman, maka proyek
ditolak
Menurut Ibrahim (2003: 151)
net benefit cost ratio merupakan
perbandingan antara net benefit yang
telah didiscount positif (+) dengan
net benefit yang telah didiscount
negatif (-), dengan rumus sebagai
berikut:
n
NB i ( )
Net B/C ratio =
i 1
n
…...(3)
NB i ( )
harga jual produk yang ditetapkan
dalam analisis sensitivitas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
i 1
Jika nilai Net B/C lebih besar
Hasil Produksi Karet
dari 1 (satu) berarti usaha/ proyek
Besarnya hasil produksi tanaman
layak untuk dikerjakan dan jika lebih
karet
akan
mempengaruhi
kecil dari 1 (satu) berarti tidak layak
pendapatan
perusahaan
karena
untuk dikerjakan. Untuk Net B/C
tanaman karet merupakan produk
sama dengan 1 (satu) berarti cash
utama
dari
PT.
Perkebunan
inflows sama dengan cash outflows,
Nusantara IX (Persero) Kebun
dalam present value disebut dengan
Ngobo. Perubahan produktivitas
break even Point (BEP), yaitu total
tersebut disebabkan oleh beberapa
cost sama dengan total revenue.
hal yaitu luas tanaman karet
Analisis sensitivitas dilakukan
menghasilkan, umur tanaman karet
dengan mengubah biaya dan harga
menghasilkan, kondisi tanaman dan
jual
produk
untuk
melihat
kondisi lingkungan yang dapat
pengaruhnya
terhadap
tingkat
mempengaruhi jumlah produksi
profitabilitas pengusahaan tanaman
sehingga akan berdampak pada
karet. Jika terjadi perubahan NPV,
tingkat produktivitas tanaman karet
IRR dan Net B/C ratio di mana nilai
di Kebun Ngobo.
NPV tetap positif, IRR lebih tinggi
Hasil
produksi
tertinggi
dari tingkat suku bunga dan Net B/C
diperoleh pada tahun 2007, dimana
ratio masih sama atau lebih besar
pada tahun ini luas lahan terluas dan
dari satu maka suatu usaha masih
sebagian besar tanaman berada
memberikan
keuntungan
atau
dalam umur produktif, selain itu
manfaat. Sehingga usaha tersebut
kondisi tanaman dan lingkungan
masih bisa tetap dilaksanakan pada
berjalan normal.
tingkat perubahan biaya total dan
Tabel 2. Hasil Produksi, Luas Lahan dan Produktivitas Tanaman Karet di Kebun
Ngobo Tahun 2002-2011
Tahun
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Hasil Produksi
(kg)
1.055.450
1.117.769
1.076.415
1.173.301
1.132.679
1.174.486
1.109.164
1.114.103
1.132.249
1.121.002
Luas lahan
(Ha)
619,38
697,12
757,92
836,75
795,28
929,50
866,91
770,87
642,11
637,05
Produktivitas
(kg/ha)
1.439,16
1.603,41
1.420,22
1.402,21
1.385,91
1.263,57
1.279,44
1.445,25
1.763,33
1.759,68
Sumber: Laporan Hasil Produksi Karet di Kebun Ngobo Tahun 2002-2011
Sebaliknya hasil produksi
dikeluarkan saat tanaman belum
terendah diperoleh pada tahun 2002,
menghasilkan. Sedangkan biaya
hal ini disebabkan karena kondisi
produksi merupakan biaya yang
lingkungan yang kurang mendukung
harus dikeluarkan selama tanaman
yaitu terjadi kemarau yang cukup
meghasilkan atau berproduksi.
panjang selama 7 bulan yaitu MeiBiaya produksi
Nopember
2002
menyebabkan
Biaya produksi dikeluarkan oleh
banyak tanaman yang kekurangan air
Kebun Ngobo sejak tanaman karet
dan kelembaban rendah, sehingga
mulai berproduksi yaitu berumur 6
mempengaruhi produksi tanaman
tahun. Biaya tanaman berupa biaya
karet.
pengangkutan ke pabrik, biaya
Produktivitas tanaman karet
pemeliharaan dan peremajaan, biaya
tertinggi dicapai pada tahun 2011
panen,biaya umum, biaya tunjangan
yaitu sebesar 1.759,68 kg/ha.
dan sosial karyawan. Biaya produksi
Sedangkan produktivitas tanaman
total per hektar per tahun dari
karet terendah pada tahun 2007
tanaman karet di Kebun Ngobo dapat
sebesar 1.263,57 kg/ha. Keadaan
dilihat dalam Tabel 3.
produktivitas tanaman karet di PT.
Berdasarkan Tabel 3 dapat
Perkebunan Nusantara IX (Persero)
diketahui biaya produksi total
Kebun Ngobo ini tidak sejalan
terendah terdapat pada tahun 2002
dengan jumlah produksi. Karena
dan biaya produksi total tertinggi
pada produksi pada tahun 2007
pada tahun 2011. Peningkatan biaya
tertinggi tetapi pada produktivitasnya
produksi total dari tahun ke tahun ini
terendah.
disebabkan karena adanya time value
of money yaitu dimana uang yang
Biaya Pengusahaan Tanaman
dimiliki saat sekarang tidak sama
Karet
Biaya pengusahaan tanaman karet di
nilainya dengan jumlah uang yang
Kebun Ngobo terdiri biaya produksi
dimiliki pada beberapa tahun ke
dan biaya investasi. Biaya investasi
depan.
merupakan biaya yang harus
Tabel 3. Biaya Produksi Total per Ha per Tahun Tanaman Karet di Kebun Ngobo
Tahun 2002-2011
Tahun
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Jumlah
Biaya Produksi Total (Rp)
7.420.648
8.111.078
9.355.098
10.463.832
11.969.829
12.240.881
16.281.212
14.161.642
19.370.208
20.959.728
130.334.156
Sumber: Laporan Biaya Produksi Karet di Kebun Ngobo Tahun 2002-2011
Biaya Tanaman Menghasilkan
ini sudah meliputi gaji baik pegawai
tetap maupun pegawai honorarium.
Biaya tunjangan dan sosial karyawan
ini dikeluarkan apabila ada karyawan
yang terkena musibah, sakit,
kematian bahkan kecelakaan kerja.
Biaya pemeliharaan dan peremajaan
meliputi saluran air, penyiangan,
pemberantasan hama dan penyakit,
pemupukan dan lain-lain. Biaya
panen paling banyak untuk biaya gaji
karyawan penyadap, lainnya hanya
untuk peralatan seperti ember,
dadung dan pisau penyayat. Biaya
pengangkutan
berupa
biaya
transportasi hasil sadapan karet ke
pabrik pengolahan. Biaya umum
meliputi perjalanan dan penginapan,
bangunan dan pekarangan, maupun
biaya-biaya lain. Untuk rata-rata
setiap rincian dari biaya produksi
dapat dilihat pada Tabel 4.
Berdasarkan Tabel 4 dapat
dilihat bahwa biaya yang paling
tinggi adalah biaya panen yaitu
sebesar 64,75% atau sebesar Rp
7.117.359,9,00. Hal ini disebabkan
karena sebagian besar tanaman karet
yang diusahakan PT. Perkebunan
Nusantara IX (Persero) Kebun
Ngobo berada dalam umur produktif
sehingga
biaya
panen
yang
dikeluarkan juga besar. Sedangkan
biaya terendah adalah untuk biaya
pengangkutan ke pabrik. Letak lahan
dan pabriknya tidak terlalu jauh
maka biaya pengangkutan paling
rendah dimana pengangkutan ini
dilakukan menggunakan truk.
Biaya Investasi
Biaya investasi tanaman karet terdiri
dari biaya tahun tanam ini (TTI),
biaya Tanaman Belum Menghasilkan
(TBM) 1, TBM 2, TBM 3, TBM 4
dan TBM 5. Biaya investasi
dikeluarkan saat tanaman berumur 05 tahun dikarenakan tanaman karet
mulai menghasilkan pada tahun ke
enam.
Berdasarkan Tabel 5 dapat
diketahui besarnya biaya investasi
tiap tahun berbeda-beda. Besarnya
biaya investasi paling tinggi yaitu
biaya
TT
(Tahun
Tanam)
dibandingkan pada tahun-tahun
berikutnya. Hal ini disebabkan
karena biaya yang harus dikeluarkan
pada Tahun Tanam sangat besar
yaitu untuk biaya pembelian bibit,
pengolahan tanah dan biaya-biaya
untuk pembelian input lainnya.
Tabel 4. Biaya produksi rata-rata Tanaman Menghasilkan Tanaman Karet per
hektar per tahun
Uraian
1. Biaya Pengangkutan
2. Biaya pemeliharaan dan
peremajaan tanaman
3. Biaya panen
4. Biaya tunjangan dan sosial
karyawan
5. Biaya umum
Jumlah
Biaya Produksi(Rp)
366.353,7
1.950.706,0
Persentase (%)
3,33
17,75
7.117.359,9
421.311,4
64,75
3,83
1.136.533,7
10.992.264,7
10,34
100,00
Sumber: Analisis Data Sekunder (Laporan Biaya Produksi Karet di Kebun Ngobo
Tahun 2002-2011)
Tabel 5. Biaya Investasi Total per Ha per Tahun Tanaman Karet di Kebun Ngobo
Uraian
TT
TBM 1
TBM 2
TBM 3
TBM 4
TBM 5
Biaya (Rp/ Ha)
8.836.393
6.261.765
4.700.831
5.432.280
4.796.942
5.161.768
Sumber: Analisis Data Sekunder (Laporan Biaya Produksi Karet di Kebun Ngobo
Tahun 2002-2011)
Besarnya
biaya
investasi
hara yang cukup sehingga adanya
semakin menurun setelah biaya TT
penambahan dosis pupuk yang
pada biaya TBM 1 dan biaya TBM 2.
mengakibatkan
biaya
investasi
Tetapi untuk TBM 3 lebih tinggi dari
bertambah.
biaya investasi untuk TBM 2, hal ini
Penerimaan
dikarenakan saat TBM 3 tanaman
Penerimaan dari suatu perusahaan
karet mulai intensif penyiangan
akan dipengaruhi oleh besarnya
karena persaingan antar tanaman
jumlah produksi dan harga jual
mulai ketat dan rentan terhadap
produknya. Menurut Sukirno (2002:
serangan penyakit. Kemudian untuk
76) untuk mengetahui jumlah
TBM 4 menurun lagi karena tinggal
penerimaan yang diperoleh dengan
melanjutkan pemeliharaan. Untuk
mengalikan jumlah produk dengan
TBM 5 naik lagi jumlah biaya yang
harga. Produksi tanaman karet di PT.
harus dikeluarkan karena pada TBM
Perkebunan Nusantara IX (Persero)
5 ini karena mulai berbunga dan
Kebun Ngobo berupa karet kering
”belajar
berbuah”.
Untuk
yang diproduksi oleh setiap unit
merangsang pertumbuhan bunga dan
kebun. Penjualan diserahkan kepada
buah diperlukan nutrisi dan unsur
pihak Direksi di Semarang.
Tabel 6. Penerimaan Per Hektar Per Tahun Tanaman Karet di Kebun Ngobo
Tahun 2002-2011
Tahun
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Rata-rata
Produksi per hektar
(kg/ha)
1.439,16
1.603,41
1.420,22
1.402,21
1.385,91
1.263,57
1.279,44
1.445,25
1.763,33
1.759,68
14.762,18
Sumber: Analisis Data Sekunder
Harga Jual
(Rp/Kg)
6.005
8.033
10.827
12.434
17.970
18.629
24.363
17.031
28.214
41.363
18.487
Penerimaan
(Rp/ha)
8.642.156
12.880.193
15.376.722
17.435.079
24.904.803
23.539.046
31.170.997
24.614.053
49.750.593
72.785.644
28.109.928
Tabel 7. Keuntungan per hektar per tahun Tanaman Karet di Kebun Ngobo
Tahun
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Rata-rata
Penerimaan Total Biaya Total
(Rp)
(Rp)
8.642.156
7.420.648
12.880.193
8.111.078
15.376.722
9.355.098
17.435.079
10.463.832
24.904.803
11.969.829
23.539.046
12.240.881
31.170.997
16.281.212
24.614.053
14.161.642
49.750.593
19.370.208
72.785.644
20.959.728
28.109.928
13.033.406
Sumber: Analisis Data Sekunder
Penerimaan Per Hektar Per Tahun
Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat
bahwa pada tahun 2010 terjadi
kenaikan harga jual yang cukup
tajam. Kenaikan harga jual ini
disebabkan karena melemahnya nilai
tukar rupiah terhadap dolar. Hal ini
sangat
berpengaruh
mengingat
tanaman karet yang dihasilkan
sebagian besar diekspor dan harga
jual karet menggunakan standar US
Dollar. Berdasarkan Tabel 6 dari data
produksi
per
hektar
dengan
menggunakan harga rata-rata selama
10 tahun yaitu sebesar Rp
18.487,00diperoleh penerimaan ratarata sebesar Rp 28.109.928,00 per
hektar.
Keuntungan
Penerimaan bersih (keuntungan)
tanaman karet diperoleh dari selisih
antara penerimaan total dan biaya
total yang dikeluarkan.
Berdasarkan
Tabel
7
penerimaan bersih dari pengusahaan
tanaman karet selama 10 tahun
terakhir
di
PT.
Perkebunan
Nusantara IX (Persero) Kebun
Ngobo
cenderung
mengalami
kenaikan, hanya sempat mengalami
Keuntungan
(Rp)
1.221.508
4.769.115
6.021.624
6.971.247
12.934.974
11.298.165
14.889.785
10.452.411
30.380.385
51.825.916
15.076.522
penurunan pada tahun 2007 dan
2009. Penerimaan bersih terbesar
diperoleh pada tahun 2011 yaitu
sebesar
Rp51.825.916/ha.
Sedangkanpenerimaan bersih terkecil
diperoleh pada tahun 2002 yaitu
sebesar Rp 1.221.58 /ha yang
disebabkan penerimaan totalnya
terkecil.
Tingkat Profitabilitas
Menurut Soetarno, 1983 dalam
Warsih (2004: 68) metode ekonomis
untuk
menilai
profitabilitas
perusahaan
perkebunan
dikembangkan tiga kriteria yaitu Net
Present Value (NPV), Internal Rate
of Return (IRR) dan Net Benefit Cost
Ratio (Net B/C). Dalam menghitung
NPV, IRR dan Net B/C perlu
memperhatikan faktor waktu. Faktor
waktu tersebut digunakan untuk
menentukan discount factor (DF)
untuk menghitung nilai uang pada
saat sekarang. Untuk menghitung
nilai discount factor, suku bunga
yang digunakan adalah suku bunga
riil yaitu suku bunga yang bebas dari
pengaruh inflasi.
Menurut Alwi (1994: 39)
selain dipengaruhi oleh waktu,
perbedaan
nilai
uamg
juga
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya
tingkat bunga (discount rate) yang
diperhitungkan. Dengan memakai
rata-rata tingkat suku bunga kredit
investasi dan inflasi, maka besarnya
suku bunga riil dihitung dengan
menggunakan rumus:
0,0754
r f 0,1432 0,0678
i=
=
=
1 0,0678
1,0678
1 f
i = 0,0706 atau 7,06%
Keterangan: i=suku bunga riil,
r=suku bunga rata-rata, f = tingkat
inflasi rata-rata. Sehingga dalam
melakukan
penilaian
tingkat
profitabilitas suku bunga yang
digunakan adalah suku bunga riil
yaitu 7,06% per tahun.
Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) merupakan
selisih antara nilai sekarang dari
penerimaan dan nilai sekarang dari
biaya. Berdasarkan hasil analisis
nilai NPV sebesar Rp 27.441.423,00
per ha. Nilai NPV tersebut bernilai
positif dan lebih dari nol. Hal ini
berarti bahwa pengusahaan tanaman
karet di PT. Perkebunan Nusantara
IX (Persero) Kebun Ngobo adalah
menguntungkan.
Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR)
merupakan tingkat suku bunga yang
akan menjadikan nilai sekarang dari
penerimaan total sama dengan nilai
sekarang biaya total. IRR ini nilainya
dicari sampai NPV mendekati nol.
Dari hasil analisis diperoleh IRR
sebesar 12,675%. Jika dibandingkan
dengan tingkat suku bunga riil yang
dipakai yaitu sebesar 7,06% maka
nilai IRR pengusahaan tanaman karet
di PT. Perkebunan Nusantara IX
(Persero) Kebun Ngobo lebih besar.
dengan demikian dapat dikatakan
bahwa pengusahaan tanaman karet
adalah menguntungkan.
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net Benefit Cost Ratio merupakan
angka perbandingan antara jumlah
nilai sekarang keuntungan positif
dengan jumlah nilai sekarang
keuntungan negatif. Dari hasil
analisis diperoleh jumlah nilai
sekarang keuntungan positif sebesar
Rp 55.655.109/ha dan jumlah nilai
sekarang keuntungan negatif sebesar
Rp 31.091.657/ha. Nilai Net B/C
yang diperoleh sebesar 1,79. Nilai
Net B/C lebih dari satu. Hal ini
berarti pengusahaan tanaman karet di
PT. Perkebunan Nusantara IX
(Persero) Kebun Ngobo adalah
menguntungkan.
Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas untuk mengukur
sampai seberapa persen pengusahaan
tanaman karet di PT. Perkebunan
Nusantara IX (Persero) Kebun
Ngobo Kabupaten Semarang masih
memberikan
keuntungan
bagi
perusahaan.
Berdasarkan Tabel 8 dapat
diketahui bahwa sensitivitas dari
pengusahaan tanaman karet di PT.
Perkebunan Nusantara IX (Persero)
Kebun Ngobo Kabupaten Semarang
dengan penurunan harga jual 24%
masih memberikan keuntungan.
Sedangkan pada penurunan harga
jual sebesar 25% pengusahaan
tanaman
karet
sudah
tidak
menguntungkan karena nilai dari
NPV kurang dari nol atau sebesar –
Rp 1.389.309,00.
Sensitivitas
pengusahaan
tanaman karet di PT. Perkebunan
Nusantara IX (Persero) Kebun
Ngobo Kabupaten Semarang dengan
menaikkan biaya sampai 32% masih
memberikan keuntungan atau impas.
Tabel 8. Analisis Sensitivitas Pengusahaan Tanaman Karet di PT. Perkebunan
Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo Kabupaten Semarang
No
1
2
3
Uraian
Kriteria
IRR (%)
NPV (Rp)
Penurunan Harga Jual
a. 5%
b. 10%
c. 15%
d. 20%
e. 24%
f. 25%
Kenaikan Biaya
a. 5%
b. 10%
c. 15%
d. 20%
e. 25%
f. 30%
g. 32%
h. 33%
Penurunan Harga Jual
dan Kenaikan Biaya
a. 5%
b. 10%
c. 14%
d. 15%
Sumber: Analisis Data Sekunder
Apabila kenaikan biaya sebesar
33% maka pengusahaan tanaman
karet sudah mengalami kerugian
bahkan tidak layak untuk diusahakan
lagi karena nilai NPV, IRR dan Net
B/C tidak memenuhi kriteria.
Sedangkan
apabila
terjadi
kemungkinan
kenaikan
biaya
produksi dan penurunan harga jual
secara
bersamaan
pengusahaan
tanaman karet di PT. Perkebunan
Nusantara IX (Persero) Kebun
Ngobo Kabupaten Semarang masih
menguntungkan sampai pada tingkat
perubahan 14% dan pada tingkat
perubahan
15%
sudah
tidak
menguntungkan lagi.
Net B/C
21.862.768
16.284.113
10.705.458
5.126.803
663.879
-451.852
11,714
10,679
9,545
8,381
7,231
-
1,77
1,57
1,37
1,18
1,02
-
23.234.839
19.028.256
14.821.672
10.615.088
6.408.504
2.201.920
519.286
-322.030
11,762
10,826
10,093
9,157
8,206
7,037
7,102
-
1,78
1,61
1,45
1,31
1,18
1,06
1,01
-
14.629.019
4.694.585
720.812
-1.914.294
9,950
8,023
7,104
-
1,44
1,13
1,02
-
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
analisis maka dengan nilai NPV
sebesar Rp 27.441.423,00 per hektar,
IRR sebesar 12,675% dan Net B/C
1,97 dapat diketahui analisis
profitabilitas
dari
pengusahaan
tanaman karet di PT. Perkebunan
Nusantara IX (Persero) Kebun
Ngobo Kabupaten Semarang adalah
menguntungkan
dan
layak
diusahakan
dimana
masih
menguntungkan dengan penurunan
harga jual 24% dan kenaikan biaya
32% serta secara bersamaan sampai
tingkat perubahan 14%.
Saran
Berdasarkan kesimpulan maka saran
yang
dapat
diberikan
adalah
Perusahaan dapat mengembangkan
lagi usahanya dengan menambah
luas areal pengusahaan tanaman
karet dengan mengganti tanaman
yang kurang produktif. Lebih
meningkatkan
dalam
menjaga
kestabilan
produksi
dengan
mengintensifkan pengawasan dan
memperbaiki
cara
budidaya
Pemerintah
lebih
mendukung,
memberi motivasi dan penyuluhan
tentang tanaman karet serta mau
bermitra dan menyediakan sapras
yang
digunakan
untuk
pengembangan.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Syafaruddin. 1994. Alat-alat
Analisis dalam Pembelanjaan.
Andi offset. Yogyakarta.
Ibrahim, Yacob. 2003. Studi
Kelayakan Bisnis. PT. Rineka
Cipta. Jakarta.
Indraty, I.S. 2005. Tanaman Karet
Menyelamatkan
Kehidupan
dari Ancaman Karbondioksida.
Warta
Penelitian
dan
Pengembangan
Pertanian
27(5): 10−12.
Jakfar dan Kasmir. 2008. Studi
Kelayakan Bisnis Cetakan 5
Edisi 2. Kencana. Jakarta.
Kasman.
2009.
Pengembangan
Perkebunan Karet dalam Usaha
Peningkatan Ekonomi Daerah
dan Pendapatan Petani di
Provinsi Aceh. Jurnal Ekonomi
Pembangunan Vol. 10, No.2,
Desember 2009. Perguruan
Tinggi Alwashliyah Banda
Aceh 250-266.
Sukirno. 2002. Pengantar Ekonomi
Mikro. Edisi 3 Cetakan 17.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Umar,
Husein.
2005.
Studi
Kelayakan Bisnis : Teknik
Menganalisis
Kelayakan
Rencana
Bisnis
secara
Komprehensif. Edisi 3. PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Warsih. 2004. Analisis Profitabilitas
Tanaman Kakao (Theobroma
cacao L.) di PT. Perkebunan
Nusantara IX (Persero) Kebun
Balong Beji Kabupaten Jepara.
Skripsi S1 FP UNS. Surakarta.
(Tidak dipublikasikan).
Download