ANALISIS PROFITABILITAS PENGUSAHAAN TANAMAN KARET DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) KEBUN NGOBO KABUPATEN SEMARANG Oka ‘Iffata Kesumasari, Sugiharti Mulya Handayani, Emi Widiyanti Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jalan Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax.(0271) 637457 E-mail: [email protected]. Telp. 085728450478 Abstract : The reseach aims to determine of profitability of rubber cultivation and sensitivity when possible decline in selling product prices and rising production costs in the PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo Kabupaten Semarang.The basic method of this research is the analysis of the description of the case study technique. The analytical method used is NPV, IRR, Net B / C and sensitivity analysis. Location of the research done in PT. PTPN IX (Persero) Ngobo Gardens, Semarang regency.Basic considerations in the location of the research conducted so far there has never been a study evaluating the profitability of the company concerned. Rubber plant has a continuous production of the company's mainstay commodity. The possibility of changes in the cost and the selling price of rubber cultivation in PTPN IX (Persero) Ngobo Gardens, Semarang regency which will affect the profitability of the company.Rubber cultivation in PT. PTPN IX (Persero) Ngobo Gardens Semarang Regency is advantageous to an indicator of NPV, IRR, Net B / C and is still profitable with price reductions and cost increases. Keywords : Profitability, Rubber, PTPN Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profitabilitas dari pengusahaan tanaman karet dan sensitivitasnya bila terjadi penurunan harga jual produk dan kenaikan biaya produksi di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo, Kabupaten Semarang. Metode dasar penelitian ini adalah deskripsi analisis dengan teknik studi kasus. Metode analisis yang digunakan adalah NPV, IRR, Net B/C dan analisis sensitivitas. Lokasi penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo, Kabupaten Semarang. Dasar pertimbangan dilakukan penelitian di lokasi ini sejauh ini belum pernah ada penelitian yang mengkaji profitabilitas perusahaan bersangkutan. Tanaman karet mempunyai produksi yang kontinyu yang menjadi komoditi andalan dari perusahaan. Adanya kemungkinan terjadinya perubahan biaya maupun harga jual dari pengusahaan tanaman karet di PTPN IX (Persero) Kebun Ngobo, Kabupaten Semarang yang akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Pengusahaan tanaman karet di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo Kabupaten Semarang menguntungkan dengan indikator NPV, IRR, Net B/C dan masih menguntungkan dengan penurunan harga jual dan kenaikan biaya. Kata Kunci : Profitabilitas, Tanaman Karet, PTPN PENDAHULUAN Indonesia memberikan kontribusi sebesar 26 % dari total produksi karet alam dunia. Selain sebagai penyumbang devisa tanaman karet juga memberika kontribusi yang sangat penting dalam pelestarian lingkungan. Kebutuhan pasar dunia akan karet semakin meningkat sejalan dengan semakin berkembangnya perindustrian. Karet dijadikan sebagai bahan baku industri antara lain sebagai bahan baku industri ban kendaraan, peralatan medis maupun sebagai pelengkap dan peralatan industri itu sendiri. PT. Perkebunan Nusantara IX mengusahakan tanaman karet sebagai komoditas utama selain kopi dan pala. Areal terluas di Kebun Ngobo digunakan untuk pengusahaan tanaman karet. Luas dan produksi di Kebun Ngobo dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil dari produk tanaman karet yang diambil melalui penyadapan untuk diolah menjadi disebut lateks. Lateks dapat diolah menjadi sheet, lateks pekat, dan karet remah. Hasil olahan karet merupakan peluang pangsa ekspor yang menjanjikan tentunya dengan mutu dan standar ekspor yang baik. Maka dari itu PTPN IX Kebun Ngobo, Kabupaten Semarang berusaha memanfaatkan peluang ekspor ini dengan mengelola komoditi karet sebagai usaha yang menjanjikan. Indonesia adalah negara agraris dimana mata pencaharian mayoritas penduduknya dengan bercocok tanam. Di Indonesia pertanian mempunyai kontribusi penting baik terhadap perekonomian maupun terhadap pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) kontribusi sektor pertanian pada Tahun 2011 di Jawa Tengah, sebesar Rp 35.421,5 milyar rupiah dengan laju pertumbuhan sebesar 1,3%. Kontribusi sektor pertanian ini tidak terlepas dari sumbangan subsektornya, salah satunya adalah subsektor perkebunan. Dimana pertumbuhan dari sub sektor perkebunan sebesar 6,06%. Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor penting dalam sektor pertanian dimana menyediakan lapangan kerja di pedesaan dan daerah terpencil. Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor andalan dalam menyumbang devisa. Tanaman karet merupakan salah satu komoditi utama dari perkebunan di Indonesia untuk ekspor maupun untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Menurut Kasman (2009: 252) Indonesia merupakan negara produsen karet dunia bersama 2 negara produsen karet alam lainnya yaitu Thailand dan Malaysia. Tabel 1. Luas dan Produksi Tanaman di Perkebunan PTPN IX (Persero) Kebun Ngobo, Kabupaten Semarang Tahun 2011 No 1 2 3 Komoditas Karet Kopi Pala Luas Areal (ha) 1.550,28 185,75 166,25 Produksi (Ton) 1.025,98 20,27 3,44 Sumber: Profil PTPN (Persero) Kebun Ngobo Kabupaten Semarang Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui profitabilitas dari pengusahaan tanaman karet dan mengetahui sensitivitas dari pengusahaan tanaman karet di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo, Kabupaten Semarang bila terjadi penurunan harga jual produk dan kenaikan biaya. METODE PENELITIAN Metode Dasar Penelitian Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo, Kabupaten Semarang dengan dasar pertimbangan bahwa sejauh ini belum pernah ada penelitian yang mengkaji tingkat profitabilitas, adanya kenaikan biaya dan penurunan harga jual dari pengusahaan karet. Tanaman karet di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo, Kabupaten Semarang mempunyai produksi yang kontinyu dan menjadi komoditi andalan dari perusahaan yang terbukti dari areal pengusahaan tanaman karet di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo, Kabupaten Semarang terluas. Metode Analisis Data Profitabilitas menunjukkan kemampuan yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Pengukuran tingkat profitabilitas dengan NPV, IRR, dan Net B/C Ratio. Net Present Value merupakan selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. NPV dapat dicari dengan rumus sebagai berikut: NPV ………..(1) Keterangan: Cft = aliran kas per tahun periode t, I = investasi awal pada tahun 0-5, K = suku bunga (discount rate) Dengan kriteria penilaian sebagai berikut: Jika NPV > 0, maka proyek diterima, Jika NPV < 0, maka usulan proyek ditolak, Jika NPV = 0, maka proyek diterima ataupun ditolak (Umar, 2005: 200-201). Menurut Jakfar dan Kasmir (2008: 102) Internal Rate of Return merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil intern. Pencarian besarnya IRR didahului dengan cara trial and error untuk mencari nilai NPV positif dan NPV negatif sampai diperoleh dengan menggunakan tingkat suku bunga tertentu yang paling mendekati nol. Setelah itu baru dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: NPV1 IRR = i1+ x (i2-i1)….(2) NPV1 - NPV2 Keterangan: i1 = tingkat bunga ke 1, i2 = tingkat bunga ke 2, NPV1 = NPV positif, NPV2 = NPV negatif Dengan kriteria penilaian sebagai berikut: Jika IRR > bunga pinjaman, maka proyek diterima, Jika IRR < bunga pinjaman, maka proyek ditolak Menurut Ibrahim (2003: 151) net benefit cost ratio merupakan perbandingan antara net benefit yang telah didiscount positif (+) dengan net benefit yang telah didiscount negatif (-), dengan rumus sebagai berikut: n NB i ( ) Net B/C ratio = i 1 n …...(3) NB i ( ) harga jual produk yang ditetapkan dalam analisis sensitivitas. HASIL DAN PEMBAHASAN i 1 Jika nilai Net B/C lebih besar Hasil Produksi Karet dari 1 (satu) berarti usaha/ proyek Besarnya hasil produksi tanaman layak untuk dikerjakan dan jika lebih karet akan mempengaruhi kecil dari 1 (satu) berarti tidak layak pendapatan perusahaan karena untuk dikerjakan. Untuk Net B/C tanaman karet merupakan produk sama dengan 1 (satu) berarti cash utama dari PT. Perkebunan inflows sama dengan cash outflows, Nusantara IX (Persero) Kebun dalam present value disebut dengan Ngobo. Perubahan produktivitas break even Point (BEP), yaitu total tersebut disebabkan oleh beberapa cost sama dengan total revenue. hal yaitu luas tanaman karet Analisis sensitivitas dilakukan menghasilkan, umur tanaman karet dengan mengubah biaya dan harga menghasilkan, kondisi tanaman dan jual produk untuk melihat kondisi lingkungan yang dapat pengaruhnya terhadap tingkat mempengaruhi jumlah produksi profitabilitas pengusahaan tanaman sehingga akan berdampak pada karet. Jika terjadi perubahan NPV, tingkat produktivitas tanaman karet IRR dan Net B/C ratio di mana nilai di Kebun Ngobo. NPV tetap positif, IRR lebih tinggi Hasil produksi tertinggi dari tingkat suku bunga dan Net B/C diperoleh pada tahun 2007, dimana ratio masih sama atau lebih besar pada tahun ini luas lahan terluas dan dari satu maka suatu usaha masih sebagian besar tanaman berada memberikan keuntungan atau dalam umur produktif, selain itu manfaat. Sehingga usaha tersebut kondisi tanaman dan lingkungan masih bisa tetap dilaksanakan pada berjalan normal. tingkat perubahan biaya total dan Tabel 2. Hasil Produksi, Luas Lahan dan Produktivitas Tanaman Karet di Kebun Ngobo Tahun 2002-2011 Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Hasil Produksi (kg) 1.055.450 1.117.769 1.076.415 1.173.301 1.132.679 1.174.486 1.109.164 1.114.103 1.132.249 1.121.002 Luas lahan (Ha) 619,38 697,12 757,92 836,75 795,28 929,50 866,91 770,87 642,11 637,05 Produktivitas (kg/ha) 1.439,16 1.603,41 1.420,22 1.402,21 1.385,91 1.263,57 1.279,44 1.445,25 1.763,33 1.759,68 Sumber: Laporan Hasil Produksi Karet di Kebun Ngobo Tahun 2002-2011 Sebaliknya hasil produksi dikeluarkan saat tanaman belum terendah diperoleh pada tahun 2002, menghasilkan. Sedangkan biaya hal ini disebabkan karena kondisi produksi merupakan biaya yang lingkungan yang kurang mendukung harus dikeluarkan selama tanaman yaitu terjadi kemarau yang cukup meghasilkan atau berproduksi. panjang selama 7 bulan yaitu MeiBiaya produksi Nopember 2002 menyebabkan Biaya produksi dikeluarkan oleh banyak tanaman yang kekurangan air Kebun Ngobo sejak tanaman karet dan kelembaban rendah, sehingga mulai berproduksi yaitu berumur 6 mempengaruhi produksi tanaman tahun. Biaya tanaman berupa biaya karet. pengangkutan ke pabrik, biaya Produktivitas tanaman karet pemeliharaan dan peremajaan, biaya tertinggi dicapai pada tahun 2011 panen,biaya umum, biaya tunjangan yaitu sebesar 1.759,68 kg/ha. dan sosial karyawan. Biaya produksi Sedangkan produktivitas tanaman total per hektar per tahun dari karet terendah pada tahun 2007 tanaman karet di Kebun Ngobo dapat sebesar 1.263,57 kg/ha. Keadaan dilihat dalam Tabel 3. produktivitas tanaman karet di PT. Berdasarkan Tabel 3 dapat Perkebunan Nusantara IX (Persero) diketahui biaya produksi total Kebun Ngobo ini tidak sejalan terendah terdapat pada tahun 2002 dengan jumlah produksi. Karena dan biaya produksi total tertinggi pada produksi pada tahun 2007 pada tahun 2011. Peningkatan biaya tertinggi tetapi pada produktivitasnya produksi total dari tahun ke tahun ini terendah. disebabkan karena adanya time value of money yaitu dimana uang yang Biaya Pengusahaan Tanaman dimiliki saat sekarang tidak sama Karet Biaya pengusahaan tanaman karet di nilainya dengan jumlah uang yang Kebun Ngobo terdiri biaya produksi dimiliki pada beberapa tahun ke dan biaya investasi. Biaya investasi depan. merupakan biaya yang harus Tabel 3. Biaya Produksi Total per Ha per Tahun Tanaman Karet di Kebun Ngobo Tahun 2002-2011 Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah Biaya Produksi Total (Rp) 7.420.648 8.111.078 9.355.098 10.463.832 11.969.829 12.240.881 16.281.212 14.161.642 19.370.208 20.959.728 130.334.156 Sumber: Laporan Biaya Produksi Karet di Kebun Ngobo Tahun 2002-2011 Biaya Tanaman Menghasilkan ini sudah meliputi gaji baik pegawai tetap maupun pegawai honorarium. Biaya tunjangan dan sosial karyawan ini dikeluarkan apabila ada karyawan yang terkena musibah, sakit, kematian bahkan kecelakaan kerja. Biaya pemeliharaan dan peremajaan meliputi saluran air, penyiangan, pemberantasan hama dan penyakit, pemupukan dan lain-lain. Biaya panen paling banyak untuk biaya gaji karyawan penyadap, lainnya hanya untuk peralatan seperti ember, dadung dan pisau penyayat. Biaya pengangkutan berupa biaya transportasi hasil sadapan karet ke pabrik pengolahan. Biaya umum meliputi perjalanan dan penginapan, bangunan dan pekarangan, maupun biaya-biaya lain. Untuk rata-rata setiap rincian dari biaya produksi dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa biaya yang paling tinggi adalah biaya panen yaitu sebesar 64,75% atau sebesar Rp 7.117.359,9,00. Hal ini disebabkan karena sebagian besar tanaman karet yang diusahakan PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo berada dalam umur produktif sehingga biaya panen yang dikeluarkan juga besar. Sedangkan biaya terendah adalah untuk biaya pengangkutan ke pabrik. Letak lahan dan pabriknya tidak terlalu jauh maka biaya pengangkutan paling rendah dimana pengangkutan ini dilakukan menggunakan truk. Biaya Investasi Biaya investasi tanaman karet terdiri dari biaya tahun tanam ini (TTI), biaya Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 1, TBM 2, TBM 3, TBM 4 dan TBM 5. Biaya investasi dikeluarkan saat tanaman berumur 05 tahun dikarenakan tanaman karet mulai menghasilkan pada tahun ke enam. Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui besarnya biaya investasi tiap tahun berbeda-beda. Besarnya biaya investasi paling tinggi yaitu biaya TT (Tahun Tanam) dibandingkan pada tahun-tahun berikutnya. Hal ini disebabkan karena biaya yang harus dikeluarkan pada Tahun Tanam sangat besar yaitu untuk biaya pembelian bibit, pengolahan tanah dan biaya-biaya untuk pembelian input lainnya. Tabel 4. Biaya produksi rata-rata Tanaman Menghasilkan Tanaman Karet per hektar per tahun Uraian 1. Biaya Pengangkutan 2. Biaya pemeliharaan dan peremajaan tanaman 3. Biaya panen 4. Biaya tunjangan dan sosial karyawan 5. Biaya umum Jumlah Biaya Produksi(Rp) 366.353,7 1.950.706,0 Persentase (%) 3,33 17,75 7.117.359,9 421.311,4 64,75 3,83 1.136.533,7 10.992.264,7 10,34 100,00 Sumber: Analisis Data Sekunder (Laporan Biaya Produksi Karet di Kebun Ngobo Tahun 2002-2011) Tabel 5. Biaya Investasi Total per Ha per Tahun Tanaman Karet di Kebun Ngobo Uraian TT TBM 1 TBM 2 TBM 3 TBM 4 TBM 5 Biaya (Rp/ Ha) 8.836.393 6.261.765 4.700.831 5.432.280 4.796.942 5.161.768 Sumber: Analisis Data Sekunder (Laporan Biaya Produksi Karet di Kebun Ngobo Tahun 2002-2011) Besarnya biaya investasi hara yang cukup sehingga adanya semakin menurun setelah biaya TT penambahan dosis pupuk yang pada biaya TBM 1 dan biaya TBM 2. mengakibatkan biaya investasi Tetapi untuk TBM 3 lebih tinggi dari bertambah. biaya investasi untuk TBM 2, hal ini Penerimaan dikarenakan saat TBM 3 tanaman Penerimaan dari suatu perusahaan karet mulai intensif penyiangan akan dipengaruhi oleh besarnya karena persaingan antar tanaman jumlah produksi dan harga jual mulai ketat dan rentan terhadap produknya. Menurut Sukirno (2002: serangan penyakit. Kemudian untuk 76) untuk mengetahui jumlah TBM 4 menurun lagi karena tinggal penerimaan yang diperoleh dengan melanjutkan pemeliharaan. Untuk mengalikan jumlah produk dengan TBM 5 naik lagi jumlah biaya yang harga. Produksi tanaman karet di PT. harus dikeluarkan karena pada TBM Perkebunan Nusantara IX (Persero) 5 ini karena mulai berbunga dan Kebun Ngobo berupa karet kering ”belajar berbuah”. Untuk yang diproduksi oleh setiap unit merangsang pertumbuhan bunga dan kebun. Penjualan diserahkan kepada buah diperlukan nutrisi dan unsur pihak Direksi di Semarang. Tabel 6. Penerimaan Per Hektar Per Tahun Tanaman Karet di Kebun Ngobo Tahun 2002-2011 Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata Produksi per hektar (kg/ha) 1.439,16 1.603,41 1.420,22 1.402,21 1.385,91 1.263,57 1.279,44 1.445,25 1.763,33 1.759,68 14.762,18 Sumber: Analisis Data Sekunder Harga Jual (Rp/Kg) 6.005 8.033 10.827 12.434 17.970 18.629 24.363 17.031 28.214 41.363 18.487 Penerimaan (Rp/ha) 8.642.156 12.880.193 15.376.722 17.435.079 24.904.803 23.539.046 31.170.997 24.614.053 49.750.593 72.785.644 28.109.928 Tabel 7. Keuntungan per hektar per tahun Tanaman Karet di Kebun Ngobo Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata Penerimaan Total Biaya Total (Rp) (Rp) 8.642.156 7.420.648 12.880.193 8.111.078 15.376.722 9.355.098 17.435.079 10.463.832 24.904.803 11.969.829 23.539.046 12.240.881 31.170.997 16.281.212 24.614.053 14.161.642 49.750.593 19.370.208 72.785.644 20.959.728 28.109.928 13.033.406 Sumber: Analisis Data Sekunder Penerimaan Per Hektar Per Tahun Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 terjadi kenaikan harga jual yang cukup tajam. Kenaikan harga jual ini disebabkan karena melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. Hal ini sangat berpengaruh mengingat tanaman karet yang dihasilkan sebagian besar diekspor dan harga jual karet menggunakan standar US Dollar. Berdasarkan Tabel 6 dari data produksi per hektar dengan menggunakan harga rata-rata selama 10 tahun yaitu sebesar Rp 18.487,00diperoleh penerimaan ratarata sebesar Rp 28.109.928,00 per hektar. Keuntungan Penerimaan bersih (keuntungan) tanaman karet diperoleh dari selisih antara penerimaan total dan biaya total yang dikeluarkan. Berdasarkan Tabel 7 penerimaan bersih dari pengusahaan tanaman karet selama 10 tahun terakhir di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo cenderung mengalami kenaikan, hanya sempat mengalami Keuntungan (Rp) 1.221.508 4.769.115 6.021.624 6.971.247 12.934.974 11.298.165 14.889.785 10.452.411 30.380.385 51.825.916 15.076.522 penurunan pada tahun 2007 dan 2009. Penerimaan bersih terbesar diperoleh pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp51.825.916/ha. Sedangkanpenerimaan bersih terkecil diperoleh pada tahun 2002 yaitu sebesar Rp 1.221.58 /ha yang disebabkan penerimaan totalnya terkecil. Tingkat Profitabilitas Menurut Soetarno, 1983 dalam Warsih (2004: 68) metode ekonomis untuk menilai profitabilitas perusahaan perkebunan dikembangkan tiga kriteria yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C). Dalam menghitung NPV, IRR dan Net B/C perlu memperhatikan faktor waktu. Faktor waktu tersebut digunakan untuk menentukan discount factor (DF) untuk menghitung nilai uang pada saat sekarang. Untuk menghitung nilai discount factor, suku bunga yang digunakan adalah suku bunga riil yaitu suku bunga yang bebas dari pengaruh inflasi. Menurut Alwi (1994: 39) selain dipengaruhi oleh waktu, perbedaan nilai uamg juga dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat bunga (discount rate) yang diperhitungkan. Dengan memakai rata-rata tingkat suku bunga kredit investasi dan inflasi, maka besarnya suku bunga riil dihitung dengan menggunakan rumus: 0,0754 r f 0,1432 0,0678 i= = = 1 0,0678 1,0678 1 f i = 0,0706 atau 7,06% Keterangan: i=suku bunga riil, r=suku bunga rata-rata, f = tingkat inflasi rata-rata. Sehingga dalam melakukan penilaian tingkat profitabilitas suku bunga yang digunakan adalah suku bunga riil yaitu 7,06% per tahun. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara nilai sekarang dari penerimaan dan nilai sekarang dari biaya. Berdasarkan hasil analisis nilai NPV sebesar Rp 27.441.423,00 per ha. Nilai NPV tersebut bernilai positif dan lebih dari nol. Hal ini berarti bahwa pengusahaan tanaman karet di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo adalah menguntungkan. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat suku bunga yang akan menjadikan nilai sekarang dari penerimaan total sama dengan nilai sekarang biaya total. IRR ini nilainya dicari sampai NPV mendekati nol. Dari hasil analisis diperoleh IRR sebesar 12,675%. Jika dibandingkan dengan tingkat suku bunga riil yang dipakai yaitu sebesar 7,06% maka nilai IRR pengusahaan tanaman karet di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo lebih besar. dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengusahaan tanaman karet adalah menguntungkan. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net Benefit Cost Ratio merupakan angka perbandingan antara jumlah nilai sekarang keuntungan positif dengan jumlah nilai sekarang keuntungan negatif. Dari hasil analisis diperoleh jumlah nilai sekarang keuntungan positif sebesar Rp 55.655.109/ha dan jumlah nilai sekarang keuntungan negatif sebesar Rp 31.091.657/ha. Nilai Net B/C yang diperoleh sebesar 1,79. Nilai Net B/C lebih dari satu. Hal ini berarti pengusahaan tanaman karet di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo adalah menguntungkan. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas untuk mengukur sampai seberapa persen pengusahaan tanaman karet di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo Kabupaten Semarang masih memberikan keuntungan bagi perusahaan. Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa sensitivitas dari pengusahaan tanaman karet di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo Kabupaten Semarang dengan penurunan harga jual 24% masih memberikan keuntungan. Sedangkan pada penurunan harga jual sebesar 25% pengusahaan tanaman karet sudah tidak menguntungkan karena nilai dari NPV kurang dari nol atau sebesar – Rp 1.389.309,00. Sensitivitas pengusahaan tanaman karet di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo Kabupaten Semarang dengan menaikkan biaya sampai 32% masih memberikan keuntungan atau impas. Tabel 8. Analisis Sensitivitas Pengusahaan Tanaman Karet di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo Kabupaten Semarang No 1 2 3 Uraian Kriteria IRR (%) NPV (Rp) Penurunan Harga Jual a. 5% b. 10% c. 15% d. 20% e. 24% f. 25% Kenaikan Biaya a. 5% b. 10% c. 15% d. 20% e. 25% f. 30% g. 32% h. 33% Penurunan Harga Jual dan Kenaikan Biaya a. 5% b. 10% c. 14% d. 15% Sumber: Analisis Data Sekunder Apabila kenaikan biaya sebesar 33% maka pengusahaan tanaman karet sudah mengalami kerugian bahkan tidak layak untuk diusahakan lagi karena nilai NPV, IRR dan Net B/C tidak memenuhi kriteria. Sedangkan apabila terjadi kemungkinan kenaikan biaya produksi dan penurunan harga jual secara bersamaan pengusahaan tanaman karet di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo Kabupaten Semarang masih menguntungkan sampai pada tingkat perubahan 14% dan pada tingkat perubahan 15% sudah tidak menguntungkan lagi. Net B/C 21.862.768 16.284.113 10.705.458 5.126.803 663.879 -451.852 11,714 10,679 9,545 8,381 7,231 - 1,77 1,57 1,37 1,18 1,02 - 23.234.839 19.028.256 14.821.672 10.615.088 6.408.504 2.201.920 519.286 -322.030 11,762 10,826 10,093 9,157 8,206 7,037 7,102 - 1,78 1,61 1,45 1,31 1,18 1,06 1,01 - 14.629.019 4.694.585 720.812 -1.914.294 9,950 8,023 7,104 - 1,44 1,13 1,02 - KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis maka dengan nilai NPV sebesar Rp 27.441.423,00 per hektar, IRR sebesar 12,675% dan Net B/C 1,97 dapat diketahui analisis profitabilitas dari pengusahaan tanaman karet di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo Kabupaten Semarang adalah menguntungkan dan layak diusahakan dimana masih menguntungkan dengan penurunan harga jual 24% dan kenaikan biaya 32% serta secara bersamaan sampai tingkat perubahan 14%. Saran Berdasarkan kesimpulan maka saran yang dapat diberikan adalah Perusahaan dapat mengembangkan lagi usahanya dengan menambah luas areal pengusahaan tanaman karet dengan mengganti tanaman yang kurang produktif. Lebih meningkatkan dalam menjaga kestabilan produksi dengan mengintensifkan pengawasan dan memperbaiki cara budidaya Pemerintah lebih mendukung, memberi motivasi dan penyuluhan tentang tanaman karet serta mau bermitra dan menyediakan sapras yang digunakan untuk pengembangan. DAFTAR PUSTAKA Alwi, Syafaruddin. 1994. Alat-alat Analisis dalam Pembelanjaan. Andi offset. Yogyakarta. Ibrahim, Yacob. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Indraty, I.S. 2005. Tanaman Karet Menyelamatkan Kehidupan dari Ancaman Karbondioksida. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 27(5): 10−12. Jakfar dan Kasmir. 2008. Studi Kelayakan Bisnis Cetakan 5 Edisi 2. Kencana. Jakarta. Kasman. 2009. Pengembangan Perkebunan Karet dalam Usaha Peningkatan Ekonomi Daerah dan Pendapatan Petani di Provinsi Aceh. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 10, No.2, Desember 2009. Perguruan Tinggi Alwashliyah Banda Aceh 250-266. Sukirno. 2002. Pengantar Ekonomi Mikro. Edisi 3 Cetakan 17. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Umar, Husein. 2005. Studi Kelayakan Bisnis : Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis secara Komprehensif. Edisi 3. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Warsih. 2004. Analisis Profitabilitas Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Balong Beji Kabupaten Jepara. Skripsi S1 FP UNS. Surakarta. (Tidak dipublikasikan).