pembelajaran ipa dengan inkuiri bebas

advertisement
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 2, 2012 (hal 105-111)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
PEMBELAJARAN IPA DENGAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI
MENGGUNAKAN LAB RIIL DAN LAB VIRTUIL DITINJAU DARI
KEMAMPUAN BERPIKIR DAN GAYA BELAJAR SISWA
Aryani Artha Kristanti1), Widha Sunarno2), Suparmi3)
1
SMP Negeri 5 [email protected]
2
Program Studi Pendidikan Sains ,Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Surakarta, Indonesia, 57126
[email protected]
3
Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Surakarta, Indonesia, 57126
[email protected]
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan pendekatan inkuiri bebas termodifikasi
dengan media lab virtuil dan riil, kemampuan berpikir, gaya belajar, dan interaksinya terhadap prestasi belajar.
Metode yang digunakan adalah metode eksperimen. Sampel penelitian ditentukan dengan teknik cluster random
sampling sebanyak kelas. Uji hipotesis penelitian menggunakan anava tiga jalan dengan desain faktorial 2x2x2.
Kesimpulan dari penelitian adalah: 1) pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi menggunakan media lab riil dan
lab virtuil berpengaruh secara signifikan hanya terhadap prestasi belajar kognitif; 2) kemampuan berpikir tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar baik kognitif maupun afektif; 3) gaya belajar
berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif; 4) tidak ada interaksi yang
signifikan antara media dengan kemampuan berpikir siswa terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif; 5) tidak
ada interaksi yang signifikan antara media dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar baik kognitif maupun
afektif; 6) tidak ada interaksi yang signifikan antara kemampuan berpikir dan gaya belajar terhadap prestasi
belajar kognitif tetapi ada interaksi terhadap prestasi belajar afektif; 7) tidak ada interaksi yang signifikan
antara media, kemampuan berpikir dan gaya belajar terhadap prestasi kognitif dan afektif.
Kata kunci :Pendekatan Inkuiri Bebas Termodifikasi, Lab Riil, Lab Virtuil, Pemantulan Cahaya, Prestasi
Belajar
Pendahuluan
Pendidikan Nasional mempunyai tujuan
yang didasarkan pada cita-cita pembangunan
nasional bangsa sebagaimana yang tercantum
lam pembukaan UUD 1945. Pendidikan nasional
yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia
dan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta
harkat dan martabat bangsa dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Mahaesa seperti yang tercantum
dalam GBHN, 1999, Bab IV.
Bangsa Indonesia sudah berupaya untuk
mewujudkan tujuan pembanguan nasional
terutama dalam bidang pendidikan selama
hampir setengah abad, namun pada kenyataannya
hasil yang dicapai jauh dari memuaskan. Fakta
tersebut dapat dilihat dari hasil survei Trends in
International Mathematics and Science Survey
(TIMSS) dimana siswa Indonesia menempati
peringkat 32 dari 38 negara (tahun 1999),
peringkat 37 dari 46 negara (tahun 2003), dan
peringkat 35 dari 49 negara (tahun 2007). Hasil
surveI TIMSS tahun 2007 menyatakan rata-rata
skor siswa Indonesia ada di bawah skor rata-rata
yaitu 500, dan hanya mencapai Low
International Benchmark. Dengan capaian
tersebut, rata-rata siswa Indonesia hanya mampu
mengenali sejumlah fakta dasar dalam IPA
tetapi belum mampu mengkomunikasikan dan
mengaitkan berbagai topik dalam IPA, terutama
penerapan konsep-konsep yang kompleks dan
abstrak.
Berdasarkan pengalaman mengajar di
SMP Negeri 5 Yogyakarta, kegiatan belajar
mengajar sudah menggunakan pembelajaran
inkuiri tetapi belum benar-benar melakukan
langkah-langkah
yang
terdapat
dalam
pembelajaran inkuiri. Guru juga sudah
menggunakan metode eksperimen, tetapi
105 JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 2, 2012 (hal 105-111)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
keaktifan siswa dalam melakukan kegiatan
eksperimen
di laboratorium belum
juga
maksimal. Mereka masih terkendala dengan
sering gagalnya dalam memilih alat, merangkai
alat dan mengambil data. Guru belum pernah
memperhatikan kemampuan berpikir dan gaya
belajar siswa sehingga guru memperlakukan
sama untuk semua siswa. Siswa cenderung
mengganggap mata pelajaran IPA sulit karena
mata pelajaran IPA yang mereka terima di
kelas hanya membahas kumpulan rumus-rumus
yang rumit dan harus dihafalkan dengan tujuan
untuk
mengerjakan
soal-soal
yang
menitikberatkan pada hitungan matematika. Itu
semua terjadi karena belum semua guru
mengkondisikan mata pelajaran IPA menjadi
mata pelajaran yang menyenangkan dengan
melakukan eksperimen baik di kelas maupun di
luar kelas atau memecahkan masalah sehari-hari
dengan konsep-konsep dalam IPA.
Di dalam Permendiknas no 42 tahun
2007 tentang standard isi
disarankan
pembelajaaran IPA sebaiknya dilaksanakan
secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja
sama
dan bersikap ilmiah.
Di dalam
Permendiknas juga memuat salah satu tujuan
pembelajaran IPA adalah mengembangkan rasa
ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap
adanya hubungan yang saling mempengaruhi
antara IPA, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat. Oleh karena itu sangatlah tepat jika
dalam pembelajaran IPA menggunakan teknologi
dalam hal ini komputer.
Menurut Muhibbin Syah (2001) faktorfaktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat
dibedakan menjadi tiga macam meliputi: 1)
faktor internal yakni kondisi jasmani dan rohani
siswa,; 2) faktor eksternal
yakni kondisi
lingkungan disekitar siswa;
dan 3) faktor
pendekatan belajar (approach to learning) yakni
meliputi strategi dan metode pembalajaran.
Berdasarkan
pernyataan di atas dapat
disimpulkan keberhasilan siswa dalam belajar
dapat dipengaruhi dua faktor yaitu dari diri
siswa sendiri dalam hal ini kemampuan berpikir
siswa dan gaya belajar, kondisi lingkungan
dalam hal ini media, dan pendekatan belajar
dalam hal ini inkuiri bebas termodifikasi. Syaiful
Sagala (2010) menyatakan bahwa pembelajaran
inkuiri menempuh 5 tahap yaitu: (1) perumuskan
masalah untuk dipecahkan siswa; (2) menetapkan
jawaban sementara atau merumuskan hipotesis;
(3) mencari informasi, data, fakta yang
diperlukan untuk menjawab hipotesis; (4)
menarik kesimpulan atau generalisasi; (5)
mengaplikasi kesimpulaan dalam situasi baru.
Didalam
proses
pembelajaran,
karakteristik masing-masing siswa sebagai
subyek belajar harus diketahui oleh guru, dengan
harapan guru bisa memilih media pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik siswa tersebut.
Sebagus dan seideal apa pun media tidak
mungkin cocok dipakai oleh seluruh siswa dalam
satu kelas yang sama. Oleh karena itu sangat
penting bagi guru untuk memilih media yang
tepat yang akan dipakai dalam suatu
pembelajaran. Media pembelajaran yang baik
harus memenuhi beberapa syarat yaitu: (1) media
pembelajaran harus meningkatkan motivasi
siswa. Penggunaan media mempunyai tujuan
memberikan motivasi kepada siswa; (2) Selain
itu media juga harus merangsang pembelajar
mengingat apa yang sudah dipelajari selain
memberikan rangsangan belajar baru; (3) media
yang baik juga akan mengaktifkan pembelajar
dalam memberikan tanggapan, umpan balik; (4)
dan juga mendorong mahasiswa untuk
melakukan praktik-praktik dengan benar.
Winkel (2004) mengatakan gaya belajar
adalah suatu cara yang dimiliki masing-masing
siswa untuk membuat dirinya nyaman dan
senang saat belajar. Hamzah B. Uno (2010)
mengatakan ada tiga tipe gaya belajar Tiga jenis
gaya belajar siswa adalah: (1) gaya belajar
visual; (2) gaya belajar auditori; dan (3) gaya
belajar kinestetik. Jika seorang siswa memiliki
gaya belajar visual maka dia akan lebih senang
dan cepat memahami suatu materi jika guru
menjelaskan dengan menggunakan tampilan
visual misalnya gambar, grafik, ataupun video.
Siswa kelompok ini sangat cocok jika belajar
menggunakan multimedia dalam hal ini video.
atau komputer. Siswa yang memiliki gaya
belajar kinestetik akan lebih senang dan mudah
memahami materi jika belajar dengan bergerak,
menyentuh, atau melakukan sesuatu. Kelompok
ini sangat cocok jika belajar dengan
menggunakan alat-alat peraga atau alat-alat
laboratorium.
Menurut Conny R. Semiawan (1997)
berpikir adalah merupakan proses mental yang
terjadi karena berfungsi
otak untuk mencari
jawaban atas persoalan, menemukan ide-ide,
mencari pengetahuan atau sekedar hanya
berimajinasi. Kegiatan berpikir kongkrit jika
dalam memecahkan masalah menghadirkan
objek permasalahan secara nyata dan kemudian
106 JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 2, 2012 (hal 105-111)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
melakukan percobaan. Siswa yang memiliki
kemampuan berpikir ini dalam pembelajaran
membutuhkan alat-alat yang nyata
sebagai
contoh
alat-alat percobaan yang riil di
laboratorium riil. Sedangkan siswa yang
memiliki kemampuan berpikir abstrak dalam
memecahkan
masalah
dibantu
dengan
menggunakan simbol-simbol imajinatif atau
dengan kata lain obyek permasalahan tidak
dihadirkan secara nyata. Siswa tersebut tidak
membutuhkan alat-alat yang riil tetapi lebih
cocok dengan menggunakan media lab virtuil
yang berupa program komputer.
Guru sudah berusaha menggunakan
metode inkuiri
dengan eksperimen di
laboratorium. Yang belum dilakukan guru
selama ini adalah memilih media untuk
eksperimen yang disesuaikan dengan gaya
belajar anak dan kemampuan berpikirnya.
Selama ini guru beranggapan semua siswa bisa
memecahkan masalah yang diberikan saat
pembelajaran dengan melakukan percobaan
secara riil di laboratorium fisika. Semua siswa
dianggap memiliki gaya belajar kinestetik dan
memiliki kemampuan berpikir kongkrit.
Dari pengalaman mendampingi siswa
melakukan eksperimen ditemukan beberapa
masalah yang bisa menghambat siswa menarik
kesimpulan eksperimen. Hambatan itu antara
lain: (1) kesalahan
sebagian siswa dalam
memilih alat, dibutuhkan cermin cekung, yang
diambil cermin cembung. Dibutuhkan lensa
dengan jarak fokus tertentu, siswa kesulitan
memilih; (2) kesalahan sebagian siswa dalam
merangkai alat sehingga data yang diperoleh
tidak sesuai dengan teori dalam teks buku. Dapat
disimpulkan walaupun pembelajaran
yang
dipakai sudah
inkuiri
dengan melakukan
eksperimen tetapi prestasi belajar siswa dalam
materi cahaya belum maksimal. Untuk itu perlu
dicari media pembelajaran lain yang bisa dipakai
sebagai alternatif untuk meningkatkan prestasi
siswa
Materi cahaya merupakan materi yang
esensial karena selalu masuk dalam SKL tiap
tahun dan dipelajari lebih lanjut saat mereka
mekanjutkan pendidikan di jenjang yang lebih
tinggi. Karakteristik materi cahaya memiliki
lebih banyak konsep yang kongkrit yang bisa
diamati secara langsung dan memiliki aplikasi
yang banyak dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu
dilaksanakan penelitian pembelajaran fisika
dengan pendekatan inkuiri bebas termodifikasi
menggunakan media lab riil dan lab virtuil
ditinjau dari kemampuan berpikir dan gaya
belajar. Adapun tujuan dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui: 1) perbedaan prestasi
belajar IPA
antara siswa yang diberi
pembelajaran
berbasis
inkuiri
bebas
termodifikasi dengan lab virtuil dan lab riil; 2)
perbedaan prestasi belajar IPA antara siswa yang
memiliki kemampuan berpikir abstrak dengan
siswa yang memiliki kemampuan berpikir
kongkrit; 3) perbedaan prestasi belajar IPA
antara siswa yang memilki gaya belajar
kinestetik dan visual; 4) interaksi antara media
pembelajaran dengan kemampuan berpikir siswa
terhadap prestasi belajar; 5) interaksi
antara
media pembelajaran dengan gaya belajar siswa
terhadap prestasi belajar; 6) interaksi
antara
kemampuan berpikir siswa dengan gaya belajar
siswa terhadap prestasi belajar; 7) interaksi
antara media belajar, kemampuan berpikir siswa
dan gaya belajar tehadap prestasi belajar.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMN 5
Yogyakarta, dari mulai Oktober 2011 –
Mei 2012. Penelitian ini menggunakan
metode eksperimen. Kelompok eksperimen I
menggunakan media lab riil Kelompok
eksperimen II mengunakan media lab virtuil.
Rancangan penelitian ini menggunakan
desain faktorial dengan rancangan penelitian
Anava tiga jalan 2 X 2 X 2. Variabel bebas
meliputi pendekatan inkuiri dengan media
lab riil dan lab virtuil, variabel terikat adalah
prestasi belajar dan variabel moderator
kemampuan berpikir dan gaya belajar siswa.
Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan tes untuk mengukur prestasi
belajar kognitif dan kemampuan berpikir.
Data prestasi afektif
dan gaya belajar
mengunkan angket. Data tes kemampuan
berpikir dan gaya belajar diambil sebelum
perlakuan, sedangkan data prestasi belajar
diambil setelah pembelajaran.
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis
secara deskriptif dan statistik dilanjutkan dengan
uji scheffe. Uji statistik dilakukan pada taraf
signifikansi 5%. Sebelum dilakukan analisis
statistik dilakukan uji prasyarat, yaitu uji
homogenitas dan uji normalitas terhadap data
yang diperoleh.
107 JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 2, 2012 (hal 105-111)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Data dari penelitian ini adalah kemampuan
berpikir, gaya belajar, prestasi belajar kognitif,
dan prestasi belajar afektif. Data kemampuan
berpikir dikelompokkan dalam dua kategori
yaitu kemampuan berpikir abstrak dan
kongkrit. Jika seorang siswa memiliki skor
kemampuan berpikir
≥ rata-rata
skor
kemampuan berpikir seluruh kelas naka siswa
tersebut dikatagorikan memiliki kemampuan
berpikir abstrak.
Jika skor kemampuan
berpikir siswa ≤ rata-rata skor kempuan
berpikir seluruh kelas. Maka siswa tersebut
dikatagorikan memiliki kemampuan berpikir
kongkrit. Data kemampuan berpikir disajikan
pada tabel 1
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kemampuan berpikir Abstrak
dan Kongkrit
Kemampuan
berfikir
Lab Riil
Lab Virtuil
Frek
Abstrak
Kongkret
Jumlah
Frek
10
17
27
Jumlah
Frek
20
10
30
30
27
57
Tabel 2. Rangkuman Anava Prestasi Kognitif
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Yang diUji
Media
kemampuan_berpikir
Gaya_belajar
Media* Kemampuan berpikir
Media* Gaya_belajar
Kemampuan_berpikir*
Gaya_belajar
Media* kemampuan berpikir*
Gaya_belajar
pvalue
0.03
0.38
0.02
0.71
0.98
0.22
Kes H0
0.89
diterima
ditolak
diterima
ditolak
diterima
diterima
diterima
Tabel 3.Rangkuman Anava Prestasi Afektif
1.
Media
0.30
Kes
H0
diterima
2.
Kemampuan_Berpikir
0.19
diterima
3.
Gaya_belajar
0.00
ditolak
4.
Media* Kemampuan berpikir
0.87
diterima
5.
Media * Gaya_belajar
0.91
diterima
6.
Kemampuan_berpikir*
Gaya_belajar
Media *kemampuan berpikir*
Gaya_belajar
0.04
ditolak
0.99
diterima
Yang diUji
No.
7.
p-value
tetapi diterima pada prestasi afektif, sehingga
dapat simpulkan ada perbedaan prestasi belajar
kognitif antara siswa yang diberi pembelajaran
berbasis inkuiri bebas termodifikasi dengan lab
riil dan lab virtual tetapi tidak ada perbedaan
pada prestasi afektif. Materi yang dipakai
dalam penelitian ini adalah pemantulan cahaya
dimana konsep-konsep fisika yang dipelajari
lebih banyak yang kongkret, yang bisa diamati
secara langsung oleh siswa. Oleh karena itu
siswa yang menggunakan media lab riil hasilnya
akan lebih baik karena siswa bisa langsung
mempelajari konsep-konsep yang kongkret. Dari
sisi lain dengan mengunakan lab riil indera yang
digunakan tidak hanya mata tetapi lebih banyak
tangan dan anggota badan yang lain. Sedangkan
dengan lab
virtuil
siswa lebih banyak
menggunakan mata dibanding indera yang lain.
Dengan demikian bisa menjelaskan mengapa
pretasi kognitif siswa lebih tinggi jika
menggunakan media lab riil dibanding yang
menggunakan lab virtuil. Untuk prestasi afektif
antara siswa yang menggunakan lab riil dan lab
virtuil tidak mengalami perbedaan
kerena
dikedua media terebut siswa
bekerja
berkelompok
sehingga
sama-sama bisa
mengembangkan karekter dan ketrampilan sosial
siswa.
b. Hipotesis 2
Berdasarkan hasil keputusan uji pada
tabel 3, H02 diterima baik pada prestasi kognitif
maupun prestasi afektif, sehingga
dapat
disimpulkan tidak ada perbedaan prestasi
belajar kognitif maupun afektif antara siswa
yang memiliki kemampuan berpikir abstrak
maupun kongkrit. Siswa SMP kelas VIII sesuai
dengan usianya memiliki kemampuan berpikir
peralihan antara kongkrit dan abstrak. Jika siswa
yang memiliki kemampuan berpikir abstrak bisa
memahami konsep-konsep yang abstrak maka
tentunya bisa juga memahami konsep-konsep
yang kongkrit. Karakteristik dari materi cahaya
dalam hal ini pemantulan cahaya lebih banyak ke
konsep kongkrit yang bisa diamati secara
langung. Oleh karena itu semua siswa baik yang
memiliki kemampuan berpikir kongkrit maupun
abstrak sama-sama bisa mencapai prestasi yang
tinggi.
a. Hipotesis 1
Berdasarkan hasil keputusan uji pada
tabel 3, H01 ditolak pada prestasi kognitif
108 JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 2, 2012 (hal 105-111)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
c. Hipotesis 3
Berdasarkan hasil keputusan uji pada
tabel 3, H03 ditolak baik pada prestasi kognitif
maupun prestasi afektif, sehingga
dapat
simpulkan ada
perbedaan prestasi belajar
kognitif maupun afektif antara siswa yang
memiliki gaya belajar kinestetik dengan siswa
yeng memilii gaya belajar visual. diberi
pembelajaran
berbasis
inkuiri
bebas
termodifikasi dengan lab riil dan lab virtual
tetapi tidak ada perbedaan pada prestasi afektif.
Siswa yang
belajar dengan pendekatan
penemuan tentu banyak melakukan kegiatan
eksperiment, untuk itu dibutuhkan gaya belajar
kinestetik dimana siswa mudah belajar dengan
melakuan manipulasi atau percobaan. Sehingga
bisa dipahami jika siswa yang memiliki gaya
belajar kinestetik akan memiliki prestasi belajar
lebih baik dari siswa yang memiliki gaya
belajar visual.
d. Hipotesis 4
Berdasarkan hasil keputusan uji pada
tabel 3, H04 ditolak baik pada prestasi
kognitif maupun pada prestasi afektif,
sehingga dapat simpulkan tidak ada interaksi
antara media pembelajaran dengan kemampuan
berpikir siswa terhadap prestasi belajar kognitif
dan afektif. Siswa kelas VIII SMP berdasarkan
usianya memiliki kemampuan berpikir skematik
yaitu peralihan antara berpikir kongkrit ke
abstrak.
Kemampuan berpikir skematik
memiliki karakteristik jika dalam pembelajaran
prosesnya menggunakan media yang sesuai
dengan tingkat berpikirnya maka siswa bisa
berpikir dari kongkrit menuju ke tingkat berpikir
abstrak.
Dalam pembelajaran pemantulan
cahaya karakteristiknya memiliki banyak
konsep-konsep yang kongkrit yang lebih mudah
dipelajari secara langsung dan ada sedikit
konsep yang abstrak. Siswa dikelompokkan
berdasarkan media yang dipakai, yaitu lab riil
dan lab virtuil. Rerata prestasi kognitif dan
afektif
siswa yang
memiliki kemampuan
berpikir kongkrit ternyata lebih tinggi baik
menggunakan lab riil
maupun lab virtuil.
Artinya media tidak mempengaruhi prestai
belajar siswa yang berpikir kongkrit maupun
abstrak. Sehingga tidak ada interaksi antara
kemampuan berpikir
dengan media yang
digunakan terhadap prestasi siswa.
e. Hipotesis 5
Berdasarkan hasil keputusan uji pada
tabel 3, H01 diterima baik prestasi kognitif
maupun afektif diterima,
sehingga dapat
disimpulkan bahwa : Tidak ada interaksi
antara media pembelajaran dengan gaya belajar
siswa terhadap prestasi belajar kognitif maupun
afektif. Individu yang memiliki gaya belajar
visual akan maksimal prestasi belajarnya jika
belajar menggunakan media multi-media
misalnya komputer, sedangkan individu yang
memiliki gaya belajar kinestetik akan maksimal
prestasi belajarnya jika menggunakan alat-alat
laboratorium. Dalam pembelajaran pemantulan
cahaya, lab virtuil yang digunakan adalah berupa
program pembelajaran interaktif dimana siswa
bisa menjalankannya seperti
siswa yang
melakukan pembelajaran menggunakan lab riil.
Siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik
nilai rerata kognitif maupun afektif selalu lebih
tinggi baik menggunakan lab riil maupun lab
virtuil. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat
dipahami mengapa tidak ada interaksi antara
media pembelajaran dengan gaya belajar siswa
terhadap prestasi belajar IPA.
f. Hipotesis 6
Berdasarkan hasil keputusan uji pada
tabel 3, H06 diterima pada prestasi belajar
kognitif tetapi ditolak pada prestasi belajar
afektif, sehingga dapat disimpulkan tidak ada
interaksi
antara kemampuan berpikir siswa
dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi
belajar kognitif tetapi ada interaksi antara
kemampuan berpikir siswa dengan gaya belajar
siswa terhadap prestasi belajar
afektif.
Kemampuan berpikir siswa tergantung usia
mereka. Semakin bertambah umur sebagian
besar dari mereka memiliki kemampuan berpikir
mendekati abstrak. Sedangkan gaya belajar
siswa tidak dipengaruhi oleh usia, siswa SMP
kelas VIII gaya belajarya bisa saja visual, atau
auditori atau kinestetik. Pembelajaran dengan
pendekatan inkuiri membutuhkan percobaanpercobaan untuk memecahkan masalah. Siswa
yang memiliki gaya belajar kinestetik lebih
maksimal
bekerjakan
dalam
melakukan
percobaan. Disetiap percobaan ternyata tidak
hanya dibutuhkan kemampuan berpikir kongkrit
tetapi juga dibutuhkan kemampuan berpikir
abstrak. Itu dapat dilihat dari rerata prestasi
belajar kognitif siswa yang memiliki kemampuan
109 JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 2, 2012 (hal 105-111)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
berpikir abstark lebih tinggi dari pada siswa
yang memiliki kemampaun berpikir kongkrit
terlepas apapun gaya belajarnya. Jadi dapat
disimpulkan antara kemampuan berpikir dan
gaya belajar tidak ada interaksi terhadap prestasi
kognitif. Adapun untuk prestasi belajar afektif
antara kemampuan berpikir siswa dengan gaya
belajar siswa saling berinteraksi itu dapat
dilihat dari rerata gaya belajar kinestetik dan
kemampuan berpikir abstrak memperoleh ratarata prestasi afektif lebih tinggi dibandingkan
siswa yang memiliki gaya belajar visual dan
kemampuan berpikir konkret. Penjelasannya
kerena karakter siswa berpikir kritis-kreatif bisa
terbangun lebih kuat jika siswa memiliki
kemampuan berpikir abstrak. Sedangkan
karakter menghargai pendapat teman, terampil
melakukan kominikasi, berani bertanya dan
bertanggung jawab bisa terbangun dalam diri
siswa yang gaya belajarnya kinestetik.
g. Hipotesis 7
Berdasarkan hasil keputusan uji pada
tabel 3, H07 ditolak baik prestasi efektif maupun
afektif ditolak sehingga dapat disimpulkan
tidak ada
interaksi
antara media belajar,
kemampuan berpikir siswa dengan gaya belajar
siswa terhadap prestasi belajar. Sudah dibahas di
depan bahwa tidak hanya siswa yang memiliki
gaya belajar visual yang bisa maksimal
menggunakan media lab virtuil tetapi juga
siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik
karena
lab virtuil yang digunakan berupa
program pembelajaran interaktif yang sesuai
dengan tingkat berpikir siswa SMP kelas VIII.
Jika dilihat rerata siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kongkrit dan gaya belajar
kinestetik ternyata memiliki rerata yang selalu
lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki
kemampuan berpikir abstrak dan gaya belajar
visual baik menggunakan lab riil maupun lab
virtuil. Sehingga dapat dipahami jika tidak ada
interaksi
antara media belajar, kemampuan
berpikir siswa dengan gaya belajar terhadap
prestasi belajar siswa.
prestasi belajar kognitif. Hasilnya rata-rata
prestasi kognitif media lab riil lebih baik
daripada
daripada
media
Sedangkan
pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi
menggunakan media lab riil dan virtuil tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi
belajar afektif; 2) kemampuan berpikir tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi
belajar dalam ranah kognitif maupun afektif. 3)
gaya belajar
berpengaruh secara sigifikan
terhadap prestasi kognitif dan afektif belajar
siswa.Prestasi belajar baik kognitif maupun
afektif lebih tinggi dimiliki oleh siswa yang
memiliki gaya belajar kinestetik dibandingkan
dengan siswa yang memiliki gaya belajar visual;
4) tidak ada interaksi yang signifikan antara
pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi dengan
media lab riil dan lab virtuil dengan kemampuan
berpikir siswa; 5) tidak ada interaksi yang
signifikan antara media pembelajaran dengan
gaya belajar terhadap prestasi belajar baik
kognitif maupun afektif; 6) tidak ada interaksi
yang signifikan antara kemampuan berpikir
dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar
kognitif, tetapi ada interaksi terhadap prestasi
belajar afektif; 7) tidak ada interaksi yang
signifikan
antara
media
pembelajaran,
kemampuan berpikir, dan gaya belajar. Metode
pembelajaran memberikan dampak yang sama
terhadap dua variabel yang bersamaan dimiliki
siswa yaitu kemampuan memori dan kemampuan
verbal.
Rekomendasi
Media lab riil dapat diterapkan pada
pembelajaran IPA di SMP materi pemantulan
akan tetapi media lab virtuil bisa juga menjadi
pilihan media alternatif untuk konsep cahaya
yang abstrak. Gaya belajar siswa sebaiknya
diperhatikan dalam pembalajaran materi
pemantulan cahaya, karena siswa yang memiliki
gaya belajar kinestetik mempunyai prestasi
kognitif yang lebih tinggi dari pada siswa yang
memiliki gaya belajar visual.
Kesimpulan Dan Rekomendasi
Daftar Pustaka
Kesimpulan
Adapun kesimpulan penelitian ini antara
lain sebagai berikut: 1) pembelajaran inkuiri
bebas termodifikasi menggunakan media lab riil
dan lab berpengaruh secara signifikan terhadap
Conny R. Semiawan.. (1988).
Ketrampilan
Gramedia
110 Proses.
Pendekatan
Jakarta:
PT
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 2, 2012 (hal 105-111)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
Depdiknas . ( 2007). Kurikulum Pendidikan
Nasional Jakarta: Depdiknas.
Hamzah B. Uno. (2005). Orientasi Baru dalam
Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara
Muhibbin Syah. (2001). Psikologi Belajar.
Jakarta: Rajawali Pres
Munir.
(2009). Pembalajaran Jarak Jauh.
Bandung:
Alfabeta
Pengembangan
Sistem dan Pengendalian Program
Ratna Wilis Dahar. (1989). Teori-Teori Belajar.
Jakarta: Erlangga
Suharsimi
Arikunto.
Evaluasi
(2006).
Pendidikan
Dasar-Dasar
(Edisi
Revisi).
Jakarta: Bumi Aksara.
Winkel. (1999). Psikologi Pengajaran. Jakarta:
Gramedia
111 
Download