implementasi corporate social responsibility pada

advertisement
IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
PADA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN
PERUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)
Oleh:
FIQIH FAUZI
NIM: 1111054100026
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) Jurusan
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari saya terbukti bahwa dalam penulisan skripsi ini
bukan hasil karya saya sendiri atau merupakan hasil jiplakan dari karya
orang lain (plagiat), maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 Agustus 2015
Fiqih Fauzi
ABSTRAK
FIQIH FAUZI
Implementasi Corporate Social Responsibility Pada Program Kemitraan dan
Bina Lingkungan Perum Percetakan Uang Republik Indonesia.
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu bentuk dari
tanggung jawab sosial perusahaan terhadap para stakeholders-nya, terutama
komunitas atau masyarakat baik itu disekitar wilayah operasional perusahaan
maupun diluar perusahaan. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)
adalah salah satu bentuk implementasi CSR yang dilakukan oleh Perum Peruri
sebagai salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Program
Kemitraan adalah program guna meningkatkan kemampuan kegiatan usaha kecil
untuk menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari laba
perusahaan, sementara Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan
kondisi sosial masyarakat di wilayah usaha melalui pemanfaatan dana dari laba
perusahaan. Program PKBL Perum Peruri ini dilaksanakan atas dasar Peraturan
Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-05/MBU/2007 tanggal
27 April 2007 dengan besaran anggaran yang dikeluarkan untuk PKBL ini adalah
masing-masing 2%.
Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan
analisis deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi,
dan studi dokumentasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
pelaksanaan CSR pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang telah
dilaksanakan oleh Perum Peruri. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk
mengetahui pola dan tahapan pelaksanaan CSR pada Program Kemitraan dan
Bina Lingkungan. Menurut John Elkingston’s terdapat tiga aspek jika perusahaan
ingin menerapkan pembangunan berkelanjutan atau dikenal dengan istilah Triple
P (3P), yaitu profit, people, dan planet. Menurut Zaim Saidi dan Hamid Abidin
terdapat empat pola penerapan CSR di Indonesia, yaitu keterlibatan langsung,
melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan, bermitra dengan pihak lain,
dan mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium.
Hasil penemuan yang dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa
sepanjang tahun 2014 Program Kemitraan (PK) lebih fokus pada peningkatan
kolektibilitas serta pembinaan dan monitoring kepada mitra binaan agar dapat
mendorong mitra binaan untuk semakin berkembang dan maju dalam kegiatan
usahanya. Sementara Program Bina Lingkungan (BL) tetap terlaksana pada 7
program bantuan, antara lain bantuan korban bencana alam, bantuan pendidikan
dan pelatihan, bantuan peningkatan kesehatan, bantuan pengembangan prasarana
dan sarana umum, bantuan sarana ibadah, pelestarian alam, serta bantuan
pengentasan kemiskinan. Program-program tersebut merupakan bentuk realisasi
pelaksanaan CSR pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang
dilaksanakan oleh Perum Peruri pada tahun anggaran 2014.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT, atas rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan akan kemampuan penulis, baik dari materi, penulisan, maupun
sistematika pembahasannya. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
membangun guna perbaikan skripsi ini lebih lanjut, penulis akan menerima
dengan senang hati.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dari
berbagai pihak, baik berupa bimbingan, saran, data, maupun dukungan moril.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si. Selaku Ketua Program Studi
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ibu Hj. Nunung
Khairiyah, MA. Selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial.
3. Bapak Amirudin, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing Akademik Penulis.
4. Bapak Dr. Tantan Hermansah, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing yang
telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Dosen–Dosen
Program
Studi
Kesejahteraan
Sosial
UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
ii
yang telah memberikan ilmu–ilmu pengetahuan mengenai Kesejahteraan
Sosial maupun bidang keilmuan lainnya.
6. Perpustakaan Fidkom dan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bagian Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
8. Kedua Orang tua tercinta, yaitu Ayahanda Maulana Hasanudin dan Ibunda
Iim Yuningsih yang telah membesarkan dan mencurahkan kasih
sayangnya kepada penulis, sehingga atas doa, dorongan semangat,
dukungan moril maupun materil penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Saudara–Saudara saya semua, terutama untuk Kakak dan Adik saya yang
telah memberikan semangat kepada penulis.
10. Pihak Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri), khususnya
Bapak FX Sugiyanto, Bapak Djehan, Bapak Tupar, Mba Anti, Mba Nana
serta seluruh pegawai yang ada di Perum Peruri khususnya yang bekerja di
PKBL Perum Peruri.
11. Teman–Teman Kessos Angkatan 2011, setelah lulus nanti penulis pasti
akan merindukan teman–teman dan suasana kelas yang selalu asik.
12. Teman–Teman HMJ Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Periode 2013–2014 yang telah berproses dalam organisasi
bersama–sama.
13. Teman–Teman di lingkungan rumah Hosbah yang telah memberikan
semangat kepada penulis.
Jakarta, 25 Agustus 2015
Fiqih Fauzi
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK………………………………………………………………….........
i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..
ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….
iv
DAFTAR TABEL…………………………………………………………........
vii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………........ viii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………........
BAB I
BAB II
ix
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………………...................
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………................
8
D. Tinjauan Pustaka…………………………………………………..
9
E. Metode Penelitian………………………………………………….
10
F. Sistematika Penulisan………………………………………………
18
LANDASAN TEORI
A. Corporate Social Responsibility…………………………………...
20
1. Definisi Corporate Social Responsibility……………………..
20
2. Konsep–Konsep CSR…………………………………..........
23
3. Ruang Lingkup CSR………………………………………….
26
B. CSR Dalam Kerangka Pergeseran Paradigma Pembangunan…….
28
C. Perdebatan CSR Di Indonesia…………………………………….
30
D. Tipologi Perusahaan Dalam Menerapkan CSR……………..........
33
E. Hubungan CSR Dengan Kesejahteraan Sosial…………………...
34
1. Ilmu Kesejahteraan Sosial……………………………………
34
iv
BAB III
2. Peran CSR Dalam Pembangunan & Pengembangan Masy…..
35
F. Manfaat CSR………………………………………………...........
36
G. Implementasi CSR……………………………………………….
37
H. Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMKM)………………….
38
I. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)……………..
39
1. Definisi PKBL……………………………………………….
39
2. Tujuan Program………………………………………...........
40
3. Wilayah Pelaksanaan Program Kemitraan…………………..
40
4. Wilayah Pelaksanaan Program Bina Lingkungan……...........
40
5. Penggunaan Dana PKBL…………………………………….
41
J. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)……………………............
44
1. Perusahaan Persero (Persero)………………………………..
44
2. Perusahaan Umum (Perum)…………………………............
45
3. Perusahaan Jawatan (Perjan)………………………………..
45
PROFIL PERUM PERCETAKAN UANG RI (PERURI)
A. Sejarah Berdirinya Perum Peruri………………………………..
47
1. Produksi Perusahaan…………………………………………
48
B. Visi, Misi, dan Prinsip Perusahaan……………………………...
52
C. Logo Perusahaan………………………………………………..
53
D. Landasan Hukum Berdirinya Perum Peruri…………….............
54
E. Landasan Hukum Perum Peruri Melaksanakan PKBL………....
55
F. Struktur Organisasi Perum Peruri……………………………….
57
G. Struktur Organisasi PKBL Perum Peruri……………………….
58
H. Tugas dan Fungsi Pengelola PKBL Perum Peruri……...............
59
I. Sejarah Berdirinya PKBL Perum Peruri………………………..
60
v
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS
A. Gambaran Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)…
64
1. Program Kemitraan (PK)…………………………………….
65
a. Rencana Kerja dan Anggaran Program Kemitraan……….
65
b. Pelaksanaan Program Kemitraan………………………....
66
c. Kerja Sama Penyaluran Program Kemitraan……………..
68
d. Monitoring dan Evaluasi Mitra Binaan…………………..
69
2. Program Bina Lingkungan (BL)…………………………......
70
a. Rencana Kerja dan Anggaran Program Bina Lingkungan...
70
b. Pelaksanaan Program Bina Lingkungan…………………..
71
c. Kerja Sama Penyaluran Program Bina Lingkungan………
75
d. Monitoring dan Evaluasi………………………………….
76
e. Manfaat Pelaksanaan PKBL……………………………....
77
3. Hasil Wawancara Dengan Penerima Program PKBL……….
78
a. Hasil Wawancara Dengan Penerima Program PK………..
78
b. Hasil Wawancara Dengan Penerima Program BL………..
81
B. Pola dan Tahapan Pelaksanaan CSR Pada PKBL………………
85
1. Pola dan Tahapan Pelaksanaan Program Kemitraan (PK)......
85
2. Pola dan Tahapan Pelaksanaan Program Bina Lingkungan (BL).. 87
BAB V
3. Analisis Pola dan Tahapan Pelaksanaan PKBL……………..
88
4. Analisis Hubungan CSR Dengan Ilmu Kessos……………...
94
PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………
98
B. Saran…………………………………………………………......
100
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….
102
LAMPIRAN……………………………………………………………………
106
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1
Jumlah Anggaran dan Realisasi Penyaluran Dana PKBL………
65
Tabel 4.2
Wilayah Kegiatan Monitoring Selama Tahun 2014…………....
66
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Triple Bottom Line……………………………………………...
27
Gambar 2.2
Pergeseran Paradigma Pembangunan………………………......
29
Gambar 3.1
Macam–Macam Produksi Perusahaan…………………….......
48
Gambar 3.2
Logo Perusahaan………………………………………..............
53
Gambar 3.3
Struktur Organisasi Perum Peruri…………………………........
57
Gambar 3.4
Struktur Organisasi PKBL Perum Peruri……………………….
58
Gambar 4.1
Pola dan Tahapan Pelaksanaan PKBL Perum Peruri……….......
85
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Observasi Ke Penerima PKBL
Lampiran 2.
Transkip Wawancara Dengan Kepala PKBL
Lampiran 3.
Transkip Wawancara Dengan Litbang PKBL
Lampiran 4.
Transkip Wawancara Dengan Penerima Manfaat Program
Kemitraan (PK)
Lampiran 5.
Transkip Wawancara Dengan Penerima Manfaat Program
Bina Lingkungan (BL)
Lampiran 6.
Dokumentasi (Foto–Foto) Penelitian
Lampiran 7.
Surat Persetujuan Dosen Pembimbing Akademik
Lampiran 8.
Surat Keterangan Izin Penelitian Skripsi
Lampiran 9.
Surat Keterangan Dosen Pembimbing Skripsi
Lampiran 10. Surat Keputusan Penelitian di Perum Peruri
Lampiran 11. Surat Izin Wawancara dan Observasi Penerima Program
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Corporate Social Responsibility (CSR) saat ini sudah tidak asing lagi
dikalangan masyarakat umum, sebagai respon perusahaan terhadap
lingkungan masyarakat. CSR berkaitan dengan tanggung jawab sosial,
kesejahteraan sosial dan pengelolaan kualitas hidup masyarakat. Industri
dan korporasi dalam hal ini berperan untuk mendorong perekonomian yang
sehat dengan mempertimbangkan faktor lingkungan hidup. Melalui CSR,
perusahaan tidak semata memprioritaskan tujuannya pada memperoleh laba
setinggi-tingginya, melainkan meliputi aspek keuangan, sosial, dan aspek
lingkungan lainnya.
CSR dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab moral suatu
perusahaan terhadap para stakeholders-nya, terutama komunitas atau
masyarakat disekitar wilayah kerja dan pengoperasian perusahaan.
Corporate Social Responsibility (CSR) dipandang sebagai suatu keharusan
untuk membangun citra yang baik dan terpercaya bagi perusahaan. Praktik
CSR yang berkelanjutan sebagai Investasi Sosial (Social Investment) yang
berbuah pada lancarnya operasional perusahaan.1
Definisi Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu tindakan
atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan
1
Achmad Zaky, “Program CSR PT. Bank Mandiri, Tbk Dalam Menumbuhkan Minat
Wirausaha di Kalangan Mahasiswa,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU,
2011), h. 1-2.
1
2
perusahaan tersebut) sebagai bentuk tanggung jawab mereka terhadap
sosial/lingkungan sekitar tempat perusahaan itu berada. Contoh bentuk
tanggung jawab itu bermacam-macam, mulai dari melakukan kegiatan yang
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan,
pemberian beasiswa untuk anak tidak mampu, pemberian dana untuk
pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk desa/fasilitas masyarakat
yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya
masyarakat yang berada disekitar perusahaan tersebut berada.2
Secara
umum,
Corporate
Social
Responsibility
merupakan
peningkatan kualitas kehidupan yang sangat bermanfaat yang dilakukan
oleh sebuah perusahaan. Adanya kemampuan manusia sebagai individu
anggota masyarakat untuk menanggapi keadaan sosial yang ada dan dapat
dinikmati, memanfaatkan serta memelihara lingkungan hidup. Atau dengan
kata lain merupakan cara perusahaan mengatur proses usaha untuk
memproduksi dampak positif pada komunitas.
Dalam konteks pembangunan saat ini, perusahaan tidak lagi
dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada aspek keuntungan
secara ekonomis semata, yaitu nilai perusahaan yang direfleksikan dalam
kondisi keuangan, namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan
lingkungannya. Perusahaan bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk
menciptakan profit demi kelangsungan usahanya, melainkan juga
bertanggung jawab terhadap aspek sosial dan lingkungannya.
2
Ibid., h. 2.
3
Inisiatif penyelenggara CSR di Indonesia pun berhubungan dengan
perubahan politik ekonomi pasca Orde Baru. Keran demokratisasi yang
makin terbuka sejak zaman pemerintahan Presiden B.J. Habibie, khususnya
berkenaan
dengan
undang-undang
kebijakan
otonomi
daerah,
desentralisasi
makin
yang
menghasilkan
mengharuskan
perusahaan
mendudukan diri benar-benar sebagai tetangga yang baik terhadap daerah
dimana operasinya berlangsung. Bagi sebagian besar perusahaan, dinamika
politik lokal sebagai implikasi kebijakan desentralisasi menghasilkan
instabilitas bisnis. Kondisi ini berakibat pada perusahaan harus lebih
banyak mencurahkan sumber dayanya diluar pajak yang rutin dibayarkan. 3
Perkembangan paling mutakhir dari CSR di Indonesia adalah
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (Pasal 74 Bab V mengenai Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan) ialah disebutkan bahwa Perseroan yang menjalankan kegiatan
usahanya dibidang atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib
melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
4
Hal ini
menjelaskan bahwa perusahaan-perusahaan yang menjalankan kegiatan
usahanya
harus
melaksanakan
kegiatan
CSR
(Corporate
Social
Responsibility) atau tanggung jawab sosial perusahaan sebagaimana diatur
dalam undang-undang. Dan pasal tersebut telah menjadikan Indonesia
sebagai negara yang pertama kali mewajibkan CSR di dunia ini.
3
Maria R. Nindita Radyati, CSR untuk Pemberdayaan Ekonomi Lokal, (Jakarta: Indonesia
Business Links, 2008), edisi I, h. xxii-xxiii.
4
Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007
4
Secara garis besar, ada beberapa lingkup dalam aktivitas yang
mendasari kegiatan CSR. Pertama ialah lingkungan hidup (environment),
meliputi: pencegahan semua bentuk polusi, pemanfaatan limbah, daur ulang,
pelestarian lingkungan hidup, pencegahan pemanasan global, dan lain-lain.
Kedua ialah efisiensi energi (energy efficiency), meliputi: penggunaan
energi alternatif, penghematan energi disemua bidang, atau menyuarakan
kesadaran atas krisis energi. Ketiga ialah sumber daya manusia (human
resources) ditujukan terutama untuk karyawan perusahaan atas haknya,
seperti: pelatihan, gaji yang mencukupi, lingkungan kerja yang sehat dan
aman, jaminan kesehatan atau tunjangan lain, serta hubungan yang
harmonis antara karyawan disemua jenjang manajemen. Keempat ialah
pengembangan masyarakat (community development), yaitu aspek ini yang
seringkali menjadi perhatian utama perusahaan sebagai bentuk pelayanan
masyarakat baik dibidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, maupun donasi.
Namun sayangnya kurang dibarengi dengan pendidikan moral sehingga
kemandirian masyarakat kurang terbentuk dengan baik. Kelima ialah
kelangsungan hidup (sustainability), menjadi isu yang sangat penting
karena mencakup pengertian yang luas dan dalam. Perusahaan harus
menunjukkan perhatian dan cara dalam menjaga nilai ekonomi dan
sosialnya dalam berusaha memenuhi kepentingan stakeholders-nya.5
Paradigma agar perusahaan menerapkan CSR semakin lengkap
berdasarkan hasil survei yang dilakukan Suprapto dan Siti Adiprigadi
Adiwoso pada tahun 2005 terhadap 375 perusahaan di Jakarta. Hasil survei
5
Unsoed “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan,” artikel diakses pada 2 Oktober 2014 dari
http://maksi.unsoed.ac.id.
5
menunjukkan bahwa 166 (44,27%) perusahaan menyatakan tidak
melakukan kegiatan CSR dan 209 (55,75%) perusahaan melakukan
kegiatan CSR. Sedangkan bentuk CSR yang dilakukan adalah, pertama;
kegiatan kekeluargaan (116 perusahaan), kedua; sumbangan pada lembaga
agama (50 perusahaan), ketiga; sumbangan pada yayasan sosial (39
perusahaan), keempat; pengembangan komunitas (4 perusahaan). Survei ini
juga mengungkapkan bahwa CSR yang dilakukan oleh perusahaan amat
tergantung kepada keinginan dari pihak manajemen perusahaan. Sedangkan
hasil survei Kompas tentang penerapan penerapan CSR tahun 2007
menunjukkan bahwa kegiatan CSR hanya dilakukan kurang lebih 30% dari
keseluruhan perusahaan yang beroperasi di Indonesia, dan kegiatannya
sendiri lebih terfokus pada kedermawanan (philanthropy) dan kemurahan
hati (charity) dalam rangka membantu korban bencana alam.6 Sementara,
hasil penelitian Public Interest Research and Advocacy Center (PIRAC)
mencatat ada 1.856 kegiatan filantropi selama tahun 2013 yang dilakukan
oleh 455 peruahaan. Nilai yang disalurkan perusahaan pada kegiatan
filantropi tersebut mencapai Rp. 8,6 Triliun atau sekitar 718 Miliyar setiap
bulannya. Sebagian besar kegiatan CSR adalah berupa pendidikan dan riset,
diikuti dengan kegiatan di bidang kesehatan, pelayanan sosial, penanganan
bencana, lingkungan, ekonomi dan seterusnya.7
Dalam implementasi program CSR, Perum Peruri yang dalam hal ini
sebagai salah satu Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia
6
Ibid., h. 6-7.
7 PIRAC, “Trend Filantropi Perusahaan di Indonesia: Potensi & Tantangan
Pengembangannya”, h. 15.
6
dibawah naungan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
melalui Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor:
PER-05/MBU/2007 Tanggal 27 April 2007 yaitu melaksanakan tugas dan
tanggung jawab sosial perusahaan berupa Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL).8 Program PKBL ini merupakan salah satu bentuk
implementasi program CSR yang dilakukan oleh Perum Peruri.
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan adalah suatu program yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi
tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN,
dapat membantu percepatan pertumbuhan ekonomi nasional dengan cara
mendorong dan mengembangkan pelaku ekonomi tingkat kecil dan
menengah yang tangguh dan terciptanya kemitraan antara pengusaha kecil
dan BUMN (Program Kemitraan). 9 Sementara, Program pemberdayaan
kondisi sosial masyarakat melalui pemanfaatan dana dari bagian laba
BUMN (Program Bina Lingkungan).
Perum Peruri merupakan salah satu perusahaan umum yang bergerak
pada bidang percetakan uang negara (uang kertas, uang logam, dan kertas
berharga non uang) yang telah lama berdiri dan tumbuh besar hingga saat
ini. Beberapa prestasi dan penghargaan yang pernah diraih oleh Perum
Peruri salah satunya ialah pada tanggal 10 Desember 2014 yang lalu meraih
penghargaan sebagai perusahaan BUMN terbaik Bidang Non Keuangan
Sektor Industri Kertas, Percetakan dan Penerbitan, serta Nominasi Top
8
9
Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007 Tanggal 27 April 2007
Studi Dokumentasi Slide Litbang PKBL Perum Peruri
7
BUMN Non Listed 2014 dari Majalah Investor.10 Serta salah satu program
PKBL yang dijalankan oleh Perum Peruri pernah meraih penghargaan oleh
MURI (Museum Rekor Indonesia). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian skripsi di Perum Percetakan Uang Republik
Indonesia (Peruri) dengan judul “Implementasi Corporate Social
Responsibility Pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Perum
Percetakan Uang Republik Indonesia”.
10
Website Perum Peruri http://www.peruri.co.id
8
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dalam kegiatan penelitian ini peneliti memfokuskan penelitian pada
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan sebagai bentuk Implementasi
Corporate Social Responsibility Perum Percetakan Uang Republik
Indonesia (Peruri) Tahun 2014.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana gambaran pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan sebagai bentuk implementasi program CSR Perum
Percetakan Uang Republik Indonesia?
b. Bagaimana pola dan tahapan pelaksanaan CSR pada Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan Perum Percetakan Uang Republik
Indonesia?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan Program Kemitraan dan
Bina Lingkungan sebagai bentuk implementasi CSR Perum
Percetakan Uang Republik Indonesia.
b. Untuk mengetahui pola dan tahapan pelaksanaan CSR pada
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang dijalankan oleh
9
Perum Percetakan Uang Republik Indonesia.
2. Manfaat Penelitian
1. Segi Akademis
a. Penelitian ini dapat memberikan referensi bagi peneliti
selanjutnya yang akan melakukan pengembangan penelitian
serupa.
b. Penelitian ini dapat menambah wawasan bagi peneliti, berkaitan
dengan konsep dan metodologi penelitian.
c. Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang dijalankan oleh
Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri).
d. Diharapkan penelitian ini mampu memberikan kontribusi bagi
perguruan tinggi untuk menjadi rujukan bagi Mahasiswa yang
konsen pada studi ilmu sosial khususnya mengenai Corporate
Social Responsibility (CSR).
2. Segi Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
pembaca tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan di Perum
Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri).
D. Tinjauan Pustaka
Dalam Penulisan skripsi ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka
sehingga peneliti terinspirasi pada skripsi yang berjudul “Tanggung Jawab
10
Sosial Perusahaan Pada Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (PKBL)
PT. Asuransi Jasa Indonesia (JASINDO) Jakarta” oleh Sandra Ratunasari
tahun 2013. Hasil penelitian tersebut adalah PT. JASINDO berhasil
mendapatkan penghargaan yaitu meraih sertifikasi A.M. Best Company
dengan predikat Best’s Financial Strength Rating of B++ (Good) tahun
2012.
Selain itu, tinjauan pustaka lain yang peneliti gunakan adalah skripsi
yang berjudul “Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)
Melalui Program Pusat Pelatihan Dan Pemberdayaan Masyarakat PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Di Kabupaten Bogor” oleh Noviyani
Muslikhah tahun 2014.
Skripsi diatas menjadi dasar penelitian yang dilakukan oleh peneliti
dalam menyusun skripsi ini. Namun, dibuat beberapa perubahan dan
penambahan bagian. Salah satunya dengan mengganti lokasi/tempat
penelitian, merubah pertanyaan penelitian, menambahkan berbagai macam
teori, serta merubah rumusan masalah. Perubahan ini dilakukan untuk
mengembangkan penelitian dan menjadi tolak ukur untuk membedakan
skripsi ini dengan penelitian sebelumnya.
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis
deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran Program Kemitraan
dan Bina Lingkungan dari implementasi Corporate Social Responsibility
11
serta memahami pola pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL) di Perum Percetakan Uang Republik Indonesia
(Peruri).
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PKBL Perum Percetakan Uang Republik
Indonesia (Peruri) yang lokasinya berada di Jalan Trunojoyo No. 8 B Blok
K-V, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12160.
a. Alasan pemilihan lokasi penelitian tersebut didasari oleh
pertimbangan: Perum Percetakan Uang Republik Indonesia
(Peruri) merupakan satu-satunya Perusahaan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang dipercaya oleh Pemerintah Republik
Indonesia untuk mencetak berbagai macam uang rupiah,
diantaranya ialah uang kertas, uang logam, kertas berharga non
uang (sertifikat tanah, materai, pita cukai, pasport, ijasah).
b. Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) merupakan
salah satu perusahaan besar milik Negara yang meraih berbagai
macam penghargaan, salah satunya ialah Perum Peruri pada
tanggal 10 Desember 2014 yang lalu, menerima penghargaan
sebagai perusahaan BUMN terbaik 2014 Bidang Non Keuangan
Sektor Industri Kertas, Percetakan dan Penerbitan, serta
Nominasi Top BUMN Non Listed 2014 dari Majalah Investor
dalam acara “Awards Dinner & Presentation”.
c. Salah satu program PKBL yang dijalankan oleh Perum Peruri
12
pernah mendapatkan penghargaan dari MURI (Museum Rekor
Indonesia).
d. Waktu penelitian dimulai dari bulan Juni 2015 sampai Agustus
2015.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan:
a. Wawancara
Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu
masalah tertentu; ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua
orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik. Terdapat dua pihak dengan
kedudukan yang berbeda dalam proses wawancara. Pihak pertama
berfungsi sebagai penanya, disebut pula sebagai interviewer, sedangkan
pihak kedua berfungsi sebagai pemberi informasi atau biasa disebut
informan.
Interviewer
mengajukan
pertanyaan-pertanyaan,
meminta
keterangan atau penjelasan, sambil menilai jawaban-jawabannya. Sekaligus
ia mengadakan paraphrase (menyatakan kembali isi jawaban interviewee
dengan kata-kata lain), mengingat-ingat dan mencatat jawaban-jawaban
serta bisa menggali keterangan-keterangan lebih lanjut dan berusaha
melakukan “probing” (rangsangan, dorongan).11
Subyek wawancara penelitian ini adalah orang–orang yang bekerja di
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Perum Peruri dan
Penerima Manfaat program PKBL Perum Peruri. Subyek penelitian dari
11
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2013), h. 160-161.
13
pihak PKBL Perum Peruri yaitu Bapak FX Sugiyanto selaku Kepala PKBL
Perum Peruri. Peneliti melakukan wawancara pada hari Senin, tanggal 6
Juli 2015 yang bertempat di kantor PKBL Perum Peruri, untuk menanyakan
mengenai data–data penelitian saya di PKBL Perum Peruri. Selain itu,
peneliti juga melakukan wawancara dengan Bapak M. Nurdjehan selaku
Penanggung Jawab Bidang Litbang PKBL Perum Peruri. Peneliti
melakukan wawancara pada hari Selasa, tanggal 14 Juli 2015 di kantor
PKBL Perum Peruri.
Untuk mempertajam data, peneliti juga melakukan wawancara
dengan Penerima Manfaat program PKBL Perum Peruri. Subyek penelitian
yang
peneliti
wawancarai
yaitu
Bapak
Bahtiar
selaku
Mitra
Binaan/Penerima Manfaat Program Kemitraan (PK) Perum Peruri. Peneliti
melakukan wawancara pada hari Kamis, tanggal 30 Juli 2015 di Kediaman
Bapak Bahtiar di Petukangan Utara, Jalan Palem III RT 004/RW 08
Kelurahan Petukangan Utara, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
Peneliti juga melakukan wawancara dengan Bapak Dedi Ahmad Setiyadi
selaku Penerima Manfaat Program Bina Lingkungan (BL) Perum Peruri.
Peneliti melakukan wawancara pada hari Jum’at, tanggal 7 Agustus 2015 di
Kediaman Bapak Dedi Ahmad Setiyadi di Perum Taman Mangu Indah Blok
E Kelurahan Taman Mangu, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan.
b. Observasi
Observasi atau pengamatan dapat didefinisikan sebagai perhatian
yang terfokus terhadap kejadian, gejala, atau sesuatu yang akan kita teliti.
14
Observasi dapat dibedakan menjadi dua macam.
Pertama ialah observasi sederhana adalah pengamatan yang tidak
terkontrol, yang merupakan gambaran sederhana dari pengamatan dan
pendengaran. Peneliti melakukan pengamatan terhadap gejala-gejala dan
kejadian-kejadian sebagaimana terjadi secara apa adanya dalam kondisinya
yang alami tanpa melakukan suatu kontrol ilmiah. Pengamatan ini
bertujuan untuk mengumpulkan data awal tentang gejala dan kejadian
sebagai pendahuluan bagi penelitian yang lebih mendalam dan terkontrol.
Dalam observasi tersebut, selama satu bulan peneliti melakukan penelitian
di PKBL Perum Peruri, peneliti melakukan pengamatan awal terkait dengan
orang–orang yang berada didalam lingkungan kerja di PKBL Perum Peruri
tersebut. Seiring berjalannya waktu, orang–orang yang bekerja di PKBL
Perum Peruri tersebut sangat terbuka kepada saya sebagai peneliti. Hal itu
sangat baik untuk mendapatkan data–data yang peneliti ingin dapatkan
mengenai PKBL Perum Peruri tersebut. Peneliti juga mengamati tentang
siapa saja orang–orang yang berkompeten untuk dijadikan sebagai subyek
penelitian untuk mendapatkan data–data terkait penelitian ini.
Kedua ialah observasi sistematis adalah suatu pengamatan ilmiah
yang terkontrol. Dalam observasi sistematis ini, setting (waktu dan tempat)
pengamatan juga dibatasi, sering dalam observasi dipergunakan peralatan peralatan seperti tape recorder, kamera, dan lain-lain. 12 Dalam hal ini,
peneliti melakukan pengamatan terkait dengan pencarian data–data serta
informasi kepada Penerima Manfaat PKBL Perum Peruri. Peneliti secara
12
37-39.
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.
15
langsung melakukan pengamatan ke Penerima Manfaat Program Kemitraan
(PK) dan Bina Lingkungan (BL) melalui panca indera serta melakukan
proses wawancara dengan menggunakan alat komunikasi seperti handphone
untuk merekam hasil wawancara (recorder) dan untuk mendokumentasikan
hasil pengamatan penelitian.
c. Dokumentasi
Metode Dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data yang
digunakan dalam metodologi penelitian sosial untuk dapat mengetahui dan
menelusuri data historis. Dalam hal ini mengumpulkan data berdasarkan
laporan yang didapat dari pihak PKBL Perum Percetakan Uang Republik
Indonesia (Peruri) serta data lainnya yang berkaitan dengan masalah
penelitian yang akan diteliti.13 Pengumpulan data–data penelitian tersebut
bersumber dari buku–buku, dokumen arsip perusahaan, data–data
perusahaan serta internet.
4. Teknik Pemilihan Subyek Penelitian
Teknik
pengambilan
sampel
penelitian
menggunakan
teknik
purposive sampling berdasarkan pertimbangan dan kriteria pribadi peneliti
yang nantinya responden tersebut akan dijadikan suatu unit sampel peneliti.
Informan yang peneliti ambil adalah unit yang mengelola pelaksanaan
program Corporate Social Responsibility di Perum Percetakan Uang
Republik Indonesia (Peruri) yaitu unit PKBL. Sedangkan, Responden
13
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu
Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 121.
16
dalam penelitian ini adalah pihak penerima manfaat dari Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Dalam hal ini, peneliti memilih
pimpinan, pegawai, serta staf-staf yang bekerja di PKBL sebagai informan
dan penerima manfaat PKBL sebagai responden dikarenakan peneliti yakin
dapat memperoleh informasi dan data-data yang mendalam mengenai
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang berada di
perusahaan tersebut.
5. Sumber Data
a. Data Primer
Data Primer adalah data penelitian yang diperoleh secara langsung
dari sumber asli (tidak perantara) yang secara khusus dikumpulkan oleh
peneliti untuk menjawab permasalahan dalam penelitian. Dalam penelitian
ini peneliti memperoleh data primer melalui wawancara. Wawancara
dilakukan dilokasi penelitian (PKBL Perum Percetakan Uang Republik
Indonesia yang terletak di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan) dengan subyek
yang diteliti yaitu (Kepala atau Pegawai PKBL serta pihak penerima
manfaat program PKBL).
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung yang diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti.
Melainkan data yang berupa studi kepustakaan, yaitu dengan mempelajari
dokumen, majalah, koran, artikel dan lain sebagainya, atau bisa juga berupa
17
tentang catatan adanya suatu peristiwa.
6. Analisis Data
Proses analisis dimulai setelah peneliti memasuki obyek penelitian.
Maka hal tersebut akan dikemukakan disini bahwa, analisis data adalah
sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi
kode/tanda, dan mengategorikannya data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, sehingga diperoleh suatu
temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab. Melalui
serangkaian aktivitas tersebut, data kualitatif yang biasanya berserakan dan
bertumpuk-tumpuk bisa disederhanakan untuk akhirnya bisa dipahami
dengan mudah.14
7. Keabsahan Data
Keabsahan data adalah data yang diperoleh dan telah teruji dan valid.
Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara ke beberapa sumber
(informan) dan membandingkan hasil pengamatan dengan temuan data
yang berkaitan. Oleh sebab itu, peneliti senantiasa melakukan perbaikan
guna mendapatkan data-data yang relevan.
Teknik keabsahan data yang peneliti lakukan adalah dengan
ketekunan
pengamatan,
ketekunan
pengamatan
bertujuan
untuk
menentukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi-situasi yang sangat
relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti. Kemudian peneliti
14
Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, h. 209.
18
fokus pada hal-hal tersebut secara rinci, yaitu peneliti hanya memusatkan
dan mencari jawaban sesuai dengan rumusan masalah saja.
8. Pedoman Penulisan Skripsi
Penulisan skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center
for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dibagi ke dalam beberapa bab, antara lain:
BAB I
Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan
dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan
Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II Landasan Teori yang terdiri dari Corporate Social Responsibility
(CSR) yang meliputi (Definisi CSR, Konsep-Konsep CSR, Ruang
Lingkup CSR), CSR Dalam Kerangka Pergeseran Paradigma
Pembangunan, Perdebatan CSR Di Indonesia, Tipologi Perusahaan
Dalam Menerapkan CSR, Hubungan CSR Dengan Kesejahteraan
Sosial, Manfaat CSR, Implementasi CSR, Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM), Profil PKBL Perum Peruri, Pengertian Badan
Usaha Milik Negara (BUMN).
BAB III Profil Perusahaan yang terdiri dari Sejarah Berdirinya Perum Peruri,
Visi, Misi, dan Prinsip Perum Peruri, Logo Perum Peruri, Landasan
19
Hukum Berdirinya Perum Peruri, Landasan Hukum Perum Peruri
Melaksanakan PKBL, Struktur Organisasi Perum Peruri, Struktur
Organisasi PKBL Perum Peruri serta Tugas dan Fungsi Pengelola
PKBL Perum Peruri, Sejarah Berdirinya PKBL Perum Peruri.
BAB IV Temuan dan Analisis Data merupakan bentuk temuan dari hasil
penelitian peneliti
mengenai
Program
Kemitraan dan
Bina
Lingkungan (PKBL) Perum Peruri, yang terdiri dari hasil temuan
tentang gambaran pelaksanaan PKBL Perum Peruri serta analisis
mengenai Pola dan Tahapan pelaksanaan PKBL Perum Peruri.
BAB V
Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran yang ditulis oleh
peneliti dari hasil penelitian tersebut.
.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Corporate Social Responsibility
1. Definisi Corporate Social Responsibility (CSR)
Coroporate Social Responsibility atau Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan sebagai suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak
dengan cara-cara mereka sendiri dalam melayani kepentingan organisasi dan
kepentingan publik eksternal. Secara konseptual, CSR adalah sebuah
pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam
operasi bisnis dan interaksi mereka dengan para pelaku kepentingan
(stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan. Meskipun
sesungguhnya memiliki pendekatan yang relatif berbeda, beberapa nama
lain yang memiliki kemiripan atau bahkan identik dengan CSR ini
diantaranya
ialah
Investasi
Sosial
Perusahaan
(Corporate
Social
Investment), Pemberian Perusahaan (Corporate Giving), Kedermawanan
Perusahaan (Corporate Philantropy), Relasi Kemasyarakatan Perusahaan
(Corporate Community
Relations), dan
Pengembangan Masyarakat
(Community Development).1
Terdapat berbagai definisi CSR dari berbagai para ahli, lembagalembaga internasional, serta berbagai pengertian yang terdapat dalam bukubuku mengenai CSR adalah sebagai berikut:
a. The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)
1
Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri: Memperkuat Tanggungjawab Sosial
Perusahaan (Corporate Social Responsibility), (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), edisi I, h.
102-103.
20
21
mendefinisikan CSR adalah komitmen berkesinambungan dari
kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberikan kontribusi
bagi
pembangunan
ekonomi,
seraya
meningkatkan
kualitas
kehidupan karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan
masyarakat luas pada umumnya.2
b. European Union mendefinisikan CSR adalah sebuah konsep dengan
nama perusahaan mengintegrasikan perhatian terhadap sosial dan
lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksinya
dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan
prinsip kesukarelaan.3
c. World Bank mendefinisikan CSR adalah suatu komitmen bisnis untuk
dapat berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan
yang bekerja dengan karyawan, komunitas setempat, dan masyarakat
secara luas untuk dapat meningkatkan kualitas hidup, dengan caracara yang baik untuk bisnis dan untuk pembangunan.4
d. CSR Asia mendefinisikan CSR adalah komitmen perusahaan untuk
beroperasi secara berkelanjutan berdasarkan prinsip ekonomi, sosial,
dan lingkungan seraya menyeimbangkan beragam kepentingan para
stakeholders.5
e. Michael Hopkins mendefinisikan CSR adalah berkaitan dengan
perlakuan perusahaan terhadap stakeholders baik yang berada
2
Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri: Memperkuat CSR (Corporate Social
Responsibility, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 103.
3
Ibid., h. 104.
4
Busyra Azheri, Corporate Social Responsibility: Dari Voluntary Menjadi Mandatory,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), edisi I, h. 20-21.
5
Agus S. Riyanto, PKBL Ragam Derma Sosial BUMN, (Jakarta: Banana Publiser, 2011),
h. 39.
22
didalam maupun diluar perusahaan, termasuk lingkungan secara etis
atau secara bertanggung jawab, dengan memperlakukan stakeholders
dengan cara yang bisa diterimanya.6
f. Mu’man Nuryana mendefinisikan CSR adalah sebuah pendekatan
dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi
bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para pelaku
kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelawanan dan
kemitraan.7
Bila dikritisi rumusan dari CSR diatas, maka secara prinsip rumusan
WBCSD dengan World Bank sama-sama menekankan CSR sebagai
komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan, bekerja sama dengan karyawan, dan masyarakat setempat
(lokal) dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Namun, rumusan
World Bank menambahkan penekanan pada kemanfaatan aktivitas CSR bagi
usaha dan pembangunan. Sedangkan rumusan European Union hanya
menggambarkan CSR sebagai suatu konsep, bagaimana suatu perusahaan
berusaha mengintegrasikan aspek sosial dan lingkungan serta stakeholders
atas dasar “voluntary” dalam melakukan aktivitas usahanya. Pengintegrasian
ini tidak hanya kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang
ada, tetapi meliputi kerelaan berinvestasi kedalam pengembangan manusia,
lingkungan, dan hubungan dengan stakeholders.
Dari berbagai rumusan diatas, terlihat bahwa sampai saat ini belum
ada kesamaan bahasa dalam merumuskan dan memaknai CSR. Begitu pula
6
7
Azheri, Corporate Social Responsibility: Dari Voluntary Menjadi Mandatory, h. 26.
Ibid., h. 28.
23
halnya dalam konteks ketentuan peraturan perundang-undangan, ternyata
belum mempunyai bahasa yang sama dalam merumuskan pengertian CSR,
hal ini dapat dibuktikan dari:
a. Penjelasan Pasal 15 huruf b Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal (UUPM) yang menegaskan bahwa
“tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab yang
melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk menciptakan
hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai,
norma, dan budaya masyarakat setempat”.
b. Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (UUPT) juga menegaskan bahwa “tanggung jawab
sosial dan lingkungan adalah komitmen perusahaan untuk berperan
serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan
kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi
perusahaan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada
umumnya”.8
Meskipun ada perbedaan penekanan dari pengertian dan rumusan CSR
antara UUPM dengan UUPT, namun secara substansial kedua undangundang ini telah mengubah paradigma CSR dari voluntary menjadi
mandatory.
2. Konsep - Konsep Corporate Social Responsibility
Munculnya
8
Ibid., h. 22.
konsep-konsep
CSR
didorong
oleh
terjadinya
24
kecenderungan pada masyarakat industri yang dapat disingkat sebagai
DEAF (Dehumanisasi, Equalisasi, Aquariumisasi, dan Feminisasi):
a. Dehumanisasi industri. Efisiensi dan mekanisasi yang semakin
menguat di dunia industi telah menciptakan persoalan-persoalan
kemanusiaan baik bagi kalangan buruh di perusahaan tersebut,
maupun bagi masyarakat di sekitar perusahaan. “Merger mania” dan
perampingan perusahaan telah menimbulkan gelombang Pemutusan
Hubungan Kerja dan pengangguran, ekspansi, dan eksploitasi dunia
industri telah melahirkan polusi dan kerusakan lingkungan yang hebat.
b. Equalisasi hak-hak publik. Masyarakat kini semakin sadar akan
haknya untuk meminta pertanggungjawaban perusahaan atas berbagai
masalah sosial yang seringkali ditimbulkan oleh beroperasinya
perusahaan. Kesadaran ini semakin menuntut akuntabilitas perusahaan
bukan saja dalam proses produksi, melainkan pula dalam kaitannya
dengan kepedulian perusahaan terhadap berbagai dampak sosial yang
ditimbulkannya.
c. Aquariumisasi dunia industri. Dunia kerja kini semakin transparan dan
terbuka laksana sebuah akuarium. Perusahaan yang hanya memburu
rente ekonomi dan cenderung mengabaikan hukum, prinsip etis, dan
filantropis tidak akan mendapat dukungan publik. Bahkan dalam
banyak kasus, masyarakat menuntut agar perusahaan seperti ini
ditutup.
d. Feminisasi dunia kerja. Semakin banyaknya wanita yang bekerja,
semakin menuntut penyesuaian perusahaan, bukan saja terhadap
25
lingkungan internal organisasi, seperti pemberian cuti hamil dan
melahirkan, keselamatan dan kesehatan kerja, melainkan pula
terhadap timbulnya biaya-biaya sosial, seperti penelantaran anak,
kenakalan remaja, akibat berkurangnya atau hilangnya kehadiran ibuibu di rumah dan tentunya di lingkungan masyarakat. Pelayanan sosial
seperti perawatan anak (child care), pendirian fasilitas pendidikan dan
kesehatan bagi anak-anak, atau pusat-pusat kegiatan olah raga dan
rekreasi bagi remaja bisa merupakan sebuah “kompensasi” atau
bentuk respon terhadap isu ini.9
CSR diterapkan kepada perusahaan–perusahaan yang beroperasi
dalam konteks ekonomi global, nasional maupun lokal. Komitmen dan
aktivitas CSR pada intinya merujuk pada aspek–aspek perilaku perusahaan
(firm’s behavior), termasuk kebijakan dan program perusahaan yang
menyangkut dua elemen kunci:
a. Good Corporate Governance: etika bisnis, manajemen sumber daya
manusia, jaminan sosial bagi pegawai, serta kesehatan dan
keselamatan kerja.
b. Good
Corporate
Responsibility:
pelestarian
lingkungan,
pengembangan masyarakat (community development), perlindungan
hak asasi manusia, perlindungan konsumen, relasi dengan pemasok
dan
penghormatan
terhadap
hak–hak
pemangku
kepentingan
lainnya.10
9
Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri: Memperkuat CSR, (Bandung:
Alfabeta, 2009), edisi I, h. 105-106.
10
Edi Suharto, CSR & Comdev: Investasi Kreatif Perusahaan Di Era Globalisasi,
(Bandung: Alfabeta, 2010), h. 3-4.
26
3. Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility
Pada prinsipnya CSR merupakan komitmen perusahaan terhadap
kepentingan para stakeholders dalam arti luas dari pada sekadar kepentingan
perusahaan belaka. Meskipun secara moral adalah baik suatu perusahaan
mengejar keuntungan, bukan berarti perusahaan dibenarkan mencapai
keuntungan tersebut dengan mengorbankan kepentingan-kepentingan pihak
lain yang terkait. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus bertanggung
jawab atas tindakan dan kegiatan dari ushanya yang mempunyai dampak
baik langsung maupun tidak langsung terhadap stakeholders-nya dan
lingkungan dimana perusahaan melakukan aktivitas usahanya. Sehingga
secara positif, hal ini bermakna bahwa setiap perusahaan dalam
menjalankan aktivitasnya sedemikian rupa, pada akhirnya mampu
meningkatkan kesejahteraan para stakeholders-nya dengan memerhatikan
kualitas lingkungan ke arah yang lebih baik.
Berkaitan dengan hal tersebut, John Elkingston’s berdasarkan
pengertian
CSR
sebagaimana
telah
dijelaskan
sebelumnya,
mengelompokkan CSR atas 3 aspek yang lebih dikenal dengan istilah
“Triple Bottom Line (3BL)”. Ketiga aspek itu meliputi kesejahteraan atau
kemakmuran
ekonomi
(economic
prosperity),
peningkatan
kualitas
lingkungan (environmental quality), dan keadilan sosial (social justice). Ia
juga menegaskan bahwa suatu perusahaan yang ingin menerapkan konsep
pembangunan
berkelanjutan
(sustainability
development)
harus
memperhatikan “Triple P” yaitu profit, planet, and people.11
11
Busyra Azheri, Corporate Social Responsibility: Dari Voluntary Menjadi Mandatory, (PT
RajaGrafindo Persada, 2012), edisi I, h. 34-35.
27
Penjelasan dari Triple P tersebut yaitu:
a. Profit. Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan
ekonomi
yang
memungkinkan
untuk
terus
beroperasi
dan
berkembang.
b. People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan
manusia
sebagai
makhluk
sosial.
Beberapa
perusahaan
mengembangkan program CSR, seperti pemberian beasiswa bagi
pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan kesehatan,
penguatan kapasitas ekonomi lokal, dan bahkan ada perusahaan yang
merancang berbagai skema perlindungan sosial bagi warga setempat.
c. Planet.
Perusahaan
peduli
terhadap
lingkungan
hidup
dan
keberlanjutan keragaman hayati. Beberapa program CSR yang
berpijak pada prinsip ini biasanya berupa penghijauan lingkungan
hidup, penyediaan sarana air bersih, perbaikan permukiman,
pengembangan pariwisata (ekoturisme).12
Gambar 2.1. Triple Bottom Lines
Profit
Keuntungan
Perusahaan
Planet
Keberlanjutan
Lingkungan
Hidup
12
People
Kesejahteraan
Manusia/
Masyarakat
Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri: Memperkuat CSR, (Bandung: Alfabeta,
2009), edisi I, h. 107.
28
B. CSR Dalam Kerangka Pergeseran Paradigma Pembangunan
Seperti telah dinyatakan, bahwa tanggung jawab sosial perusahaan
(Corporate Social Responsibility) atau CSR berorientasi pada planet
(konservasi), people (komunitas), dan profit (keuntungan perusahaan) yang
dilaksanakan oleh perusahaan. Orientasi pada planet difokuskan untuk
menciptakan lingkungan ekologis yang berkelanjutan (environmental
sustainability). Memberdayakan komunitas dan meningkatkan partisipasi
multipihak (stakeholders participation) menjadikan orientasi CSR kepada
masyarakat (people). Kedua orientasi tersebut menjadi bagian tak
terpisahkan dari strategi perusahaan untuk memperoleh keuntungan.
Sinergitas antara ketiga orientasi yaitu profit, planet, dan people
tersebut
dimanifestasikan
sebagai
upaya
perusahaan
untuk
menginternalisasikan faktor–faktor luar ke dalam kebijakan perusahaan
dalam kerangka CSR. Oleh karena itu, program–program CSR adalah salah
satu
aksi
dalam
kerangka
kebijakan
perusahaan
yang
selalu
mempertimbangkan berbagai faktor luar (faktor–faktor di luar perusahaan
dan relevan dengan perusahaan) baik faktor sosial (masyarakat) maupun
faktor sumber daya alam yang perlu dikonservasi. Mempertimbangkan
berbagai
faktor
luar
tersebut
dipahami
oleh
perusahaan
dengan
memfokuskan pada struktur sosial, kultur, dan pola–pola adaptasi ekologi
dalam rangka merespons perubahan sumber daya alam yang cenderung
semakin terdegradasi.
Dalam konteks pembangunan, CSR tidak hanya berorientasi pada
produksi, tetapi seperti telah dinyatakan diatas bahwa CSR harus
29
berorientasi pada pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan taraf hidup
warga komunitas. Oleh karena itu, tanggung jawab sosial perusahaan perlu
dikonstruksikan dalam
suatu kerangka pergeseran
paradigma dari
“production center development” ke “people center development”. Dengan
demikian aksi CSR dicirikan dengan implementasi prinsip–prinsip
desentralisasi, partisipasi, pemberdayaan, pelestarian, jejaring, teritorial, dan
ekonomi lokal.
Gambar 2.2. Pergeseran Paradigma Pembangunan
Unsustainable
Production
Center
Development
Sustainable
People Center
Development
ï‚·
Sentralisasi
- Desentralisasi
ï‚·
Mobilisasi
- Partisipasi
ï‚·
Penaklukan
- Pemberdayaan
ï‚·
Eksploitasi
- Pelestarian
ï‚·
Hubungan Fungsional
- Jejaring Sosial
ï‚·
Nasional
- Teritorial
ï‚·
Ekonomi Konvensional
- Keswadayaan Lokal
Apabila tanggung jawab sosial yang dilaksanakan oleh perusahaan
berorientasi pada tripple bottom line, mengimplementasikan prinsip–prinsip
dalam kerangka pergeseran paradigma pembangunan, dan dengan
memfokuskan pada tata kelola perusahaan, lingkungan, dan pengembangan
30
masyarakat, maka kebijakan perusahaan dalam menerapkan tanggung jawab
sosial telah meninggalkan charity, tetapi lebih dari itu akan sampai pada
tahap philantrophy dan corporate citizenship.
Tanggung jawab sosial tersebut mulai dari usaha tanggung jawab
sosial sebagai program kedermawanan (charity) hingga menjadi good
corporate citizenship. Perusahaan dalam mengimplementasikan CSR
sebagai salah satu bentuk tanggung jawab sosialnya telah meninggalkan
charity yang hanya merupakan kewajiban, mengarah kepada tanggung
jawab sosial sebagai philantrophy dan corporate citizenship yang
menekankan adanya kepentingan bersama, dimana penerima manfaat bukan
hanya sekedar orang miskin seperti dalam charity namun juga masyarakat
luas dan perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa tanggung jawab sosial juga
lebih tepat bila dianggap sebagai community development dan merupakan
ruh pelaksanaan aktivitas CSR.13
C. Perdebatan CSR Di Indonesia
Sejak disahkannya UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
debut CSR di Tanah Air semakin menguat. Hal ini disebabkan UU tersebut
menyebutkan secara tegas bahwa CSR telah menjadi kewajiban perusahaan.
Bunyi pasal yang menyebutkan kewajiban tersebut adalah “PT yang
menjalankan usaha dibidang dan/atau bersangkutan dengan sumber daya
alam wajib menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan.”14
13
Fredian Tonny Nasdian, Pengembangan Msyarakat, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2014), edisi I, h. 229-232.
14
Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 74 Ayat 1
31
Perdebatan mulai muncul menyangkut besaran biaya dan sanksi.
Terlebih, UU PT tidak menyebutkan secara rinci berapa besaran biaya yang
harus dikeluarkan perusahaan untuk CSR serta sanksi bagi yang melanggar.
Pada ayat 2,3, dan 4 hanya disebutkan bahwa CSR “dianggarkan dan
diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan
dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran”. PT yang tidak
melakukan CSR dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan dan perundangundangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai CSR ini baru akan diatur oleh
Peraturan Pemerintah, yang hingga kini sepengetahuan penulis belum
dikeluarkan.
Peraturan lain yang menyentuh CSR adalah UU No. 25 tahun 2007
tentang Penanaman Modal. Pasal 15 (b) menyatakan bahwa “Setiap
penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial
perusahaan.”15 Meskipun UU ini telah mengatur sanksi–sanksi secara
terperinci terhadap badan usaha atau usaha perseorangan yang mengabaikan
CSR (Pasal 34), UU ini baru mampu menjangkau investor asing dan belum
mengatur secara tegas perihal CSR bagi perusahaan nasional.
Jika dicermati, peraturan tentang CSR yang relatif lebih terperinci
adalah UU No. 19 tahun 2003 tentang BUMN. UU ini kemudian dijabarkan
lebih lanjut oleh Peraturan Menteri Negara BUMN No. 4 tahun 2007 yang
mengatur mulai dari besaran dana hingga tata cara pelaksanaan CSR.
Seperti kita ketahui, CSR milik BUMN adalah Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL). Dalam UU BUMN dinyatakan bahwa selain mencari
15
Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2007 Pasal 15 (b)
32
keuntungan, peran BUMN adalah juga memberikan bimbingan bantuan
secara aktif kepada pengusaha golongan lemah, koperasi dan masyarakat.
Selanjutnya, Permen Negara BUMN menjelaskan bahwa sumber dana
PKBL berasal dari penyisihan laba bersih perusahaan sebesar 2% yang
dapat digunakan untuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.16
Pentingnya CSR perlu dilandasi oleh kesadaran perusahaan terhadap
fakta tentang adanya jurang yang semakin menganga antara kemakmuran
dan kemelaratan, baik pada tataran global maupun nasional. Oleh karena itu,
diwajibkan atau tidak, CSR harus merupakan komitmen dan kepedulian dari
para pelaku bisnis untuk ambil bagian mengurangi nestapa kemanusiaan.
Memberi gaji pada karyawan dan membayar pajak pada negara kurang patut
dijadikan alasan bahwa perusahaan tidak perlu melaksanakan CSR. Terlebih
di Indonesia yang menganut residual welfare state, distribusi pendapatan
mengalami distorsi luar biasa. Manfaat pajak sering tidak sampai kepada
masyarakat, terutama kelompok lemah dan rentan seperti orang miskin,
pekerja sektor informal, kaum perempuan, anak–anak, dan komunitas adat
terpencil. Akibatnya, sebagian besar dari mereka hidup tanpa perlindungan
sosial yang memadai.17
16
Edi Suharto, CSR & Comdev: Investasi Kreatif Perusahaan Di Era Globalisasi,
(Bandung: Alfabeta, 2010), h. 19-21.
17
Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri: Memperkuat CSR (Corporate Social
Responsibility), (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 106.
33
D. Tipologi Perusahaan Dalam Menerapkan CSR
Menurut Zaim Saidi dan Hamid Abidin, sedikitnya ada empat model
atau pola penerapan CSR di Indonesia:18
1. Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program CSR secara
langsung dengan
menyelenggarakan sendiri
menyerahkan sumbangan ke masyarakat
kegiatan sosial
tanpa
perantara.
atau
Untuk
menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu
pejabat seniornya.
2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan mendirikan
yayasan sendiri dibawah perusahaan atau grupnya. Model ini merupakan
adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaan–perusahaan di
negara maju. Biasanya, perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin
atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan
yayasan. Beberapa yayasan yang didirikan perusahaan diantaranya adalah
Yayasan Coca Cola Company, Yayasan Dharma Bhakti Astra, Yayasan
Sahabat Aqua.
3. Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui
kerjasama dengan lembaga sosial/organisasi non–pemerintah, instansi
pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana
maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. Beberapa lembaga yang
bekerjasama dengan perusahaan dalam menjalankan CSR antara lain
Palang Merah Indonesia (PMI), Dompet Dhuafa, Instansi Pemerintah,
Universitas, serta Media Massa.
18
Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri: Memperkuat CSR (Corporate Social
Responsibility), (Bandung: Alfabeta, 2009), h.110.
34
4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut
mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang
didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model
lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang
bersifat “hibah pembangunan”.
E. Hubungan CSR Dengan Kesejahteraan Sosial
1. Ilmu Kesejahteraan Sosial
a. Ilmu Kesejahteraan Sosial adalah suatu ilmu yang mencoba
mengembangkan pemikiran, strategi, dan teknik untuk meningkatkan
kesejahteraan suatu masyarakat, baik di level mikro, mezzo, maupun
makro.
b. Ilmu Kesejahteraan Sosial adalah ilmu terapan yang mengkaji dan
mengembangkan kerangka pemikiran serta metodologi yang dapat
dimanfaatkan
untuk
meningkatkan
masyarakat
antara
lain
pemenuhun
kebutuhan
melalui
hidup
kualitas
hidup
pengelolaan
masyarakat,
(kondisi)
masalah
dan
sosial,
pemaksimalan
kesempatan anggota masyarakat untuk berkembang.19
Dari definisi diatas, terlihat bahwa Ilmu Kesejahteraan Sosial adalah
ilmu yang bersifat terapan, karena itu kajiannya sangat terkait dengan suatu
intervensi sosial (perubahan sosial terencana) yang dilakukan oleh pelaku
perubahan (change agents) terhadap berbagai sasaran perubahan (target of
change) yang terdiri dari individu, keluarga, dan kelompok kecil (level
19
Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan Sosial: (Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial,
dan Kajian Pembangunan) Suatu Pengantar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), h. 23.
35
mikro), komunitas dan organisasi (level mezzo), dan masyarakat yang lebih
luas baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi, negara maupun tingkat global
(level makro).
Dalam hal ini, CSR merupakan salah satu bidang dari ilmu
kesejahteraan sosial dalam bidang pelayanan pekerjaan sosial di bidang
industri yaitu melalui model Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau model
Investasi Sosial Perusahaan. Model ini pada dasarnya menunjuk pada
perluasan peran perusahaan yang tidak hanya mengurusi kesejahteraan
pegawai dan kebutuhan konsumen saja, melainkan turut pula peduli akan
kehidupan masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan.20
2. Peran CSR Dalam Pembangunan dan Pengembangan Masyarakat
Sudah seharusnya terjadi perubahan paradigma perusahaan agar tidak
hanya mengedepankan kepentingan memperoleh laba semata–mata, namun
juga keberadaan perusahaan mampu memberikan kesejahteraan masyarakat
sekitar seiring dengan mendukung adanya good governance. Melakukan
kegiatan CSR dapat meningkatkan dampak ekonomi yang menguntungkan
perusahaan. Berdasarkan Internasional Business Leaders Forum (IBLF)
dalam Amri dan Sarosa (2008) ada 8 jenis kegiatan CSR yang membantu
memperkuat kerekatan sosial, yaitu:
a. Membantu mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup,
dapat dilakukan misalnya dengan pengembangan usaha–usaha kecil yang
berada disekitar lokasi perusahaan.
20
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h.
209-210.
36
b. Membangun kepercayaan dan rasa saling menghormati, diwujudkan
dengan mengembangkan aktivitas CSR yang mengarah pada terbentuknya
kondisi keakraban antar anggota masyarakat.
c. Memperkecil konflik.
d. Membantu mengatasi kriminalitas, dengan berupaya memberikan sentuhan
pemberdayaan agar masyarakat sekitar tidak terjebak dalam hal yang
negatif.
e. Mendukung social local enterpreuners.
f. Penyediaan layanan sosial dalam situasi sulit, serta berkontribusi dalam
pengembangan solidaritas sosial.
g. Mendorong toleransi antar agama, etnik, dll.
h. Mendukung kegiatan budaya dan pemeliharaan warisan budaya.
F. Manfaat CSR
Corporate Social Responsibility (CSR) bermakna bahwa suatu
perusahaan harus bertanggung jawab atas setiap tindakannya yang
berdampak pada masyarakat, komunitas mereka dan lingkungan. Karena itu,
dampak negatif dari aktivitas bisnis yang merugikan masyarakat dan
lingkungan harus diakui dan diungkapkan dalam pelaporan perusahaan.
Perusahaan dituntut menyeimbangkan pencapaian kinerja ekonominya
dengan kinerja sosial dan lingkungannya jika ingin bisnisnya langgeng.
Dunia bisnis juga dituntut menyelaraskan pencapaian kinerja laba dengan
kinerja sosial dan kinerja lingkungan. Pencapaian itu akan menempatkan
perusahaan menjadi warga masyarakat yang baik (good corporate citizen)
37
dan meraih keuntungan yang langgeng.
Dengan demikian, kemauan baik, komitmen, dan kepedulian dunia
usaha untuk menyisihkan dana untuk aktivitas CSR secara berkelanjutan
sebenarnya juga akan mendatangkan sejumlah manfaat bagi dunia bisnis
sendiri, yaitu: 1) sebagai investasi sosial yang menjadi sumber keunggulan
kompetitif perusahaan dalam jangka panjang, 2) memperkokoh profit dan
kinerja keuangan perusahaan, 3) meningkatnya komitmen, etos kerja,
efisiensi dan produktivitas karyawan, 4) menurunnya kerentanan gejolak
sosial dari komunitas sekitarnya karena diperhatikan dan dihargai
perusahaan, 5) meningkatnya reputasi dan nilai perusahaan dalam jangka
panjang.21
G. Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)
Pelaksanaan program CSR adalah pelibatan perusahaan, pemerintah,
lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi, tokoh-tokoh masyarakat
serta calon penerima program CSR. Oleh sebab itu, dalam implementasi
program CSR diperlukan beberapa kondisi yang akan menjamin
terlaksananya implementasi program CSR dengan baik. Berikut ini adalah
kondisi implementasi CSR:
Kondisi pertama, implementasi CSR memperoleh persetujuan dan
dukungan dari para pihak yang terlibat. Sebagai contoh implementasi CSR
harus memperoleh persetujuan dan dukungan dari manajemen puncak
perusahaan sehingga pelaksanaan CSR didukung sepenuhnya oleh sumber
21
Andreas Lako, Dekonstruksi CSR dan Reformasi Paradigma Bisnis & Akuntansi,
(Jakarta: Erlangga, 2011), h. 89-90.
38
daya yang dimiliki perusahaan. Sumber daya tersebut meliputi sumber daya
finansial dalam bentuk penyediaan anggaran untuk pelaksanaan CSR,
maupun sumber daya manusia yakni para karyawan perusahaan yang
diterjunkan perusahaan untuk melaksanakan program CSR.
Kondisi kedua, yang harus diciptakan untuk menunjang keberhasilan
implementasi
program
CSR
adalah
diterapkannya
pola
hubungan
(relationship) diantara pihak-pihak yang terlibat secara jelas. Hal ini akan
meningkatkan kualitas koordinasi pelaksanaan program CSR.
Kondisi ketiga, adalah adanya pengelolaan program yang baik.
Pengelolaan program yang baik hanya dapat terwujud bila terdapat
kejelasan tujuan program, terdapat kesepakatan mengenai strategi yang akan
digunakan untuk mencapai tujuan program dari para pihak yang terlibat
dalam pelaksanaan CSR.22
H. Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMKM)
Pendataan jumlah unit usaha UMKM didasarkan pada definisi dan
kriteria UMKM sesuai dengan Undang–Undang Nomor 20 tahun 2008
tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Dalam pasal 1 UU
tersebut, UMKM didefinisikan sebagai berikut:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana
diatur dalam undang–undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
22
Ismail Solihin, Corporate Social Responsibility: From Charity to Sustainability
(Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 145-146.
39
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil
sebagaimana dimaksud dalam undang–undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan usaha kecil atau usaha usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang–undang
ini.23
I. Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (PKBL)
1. Definisi Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (PKBL)
a. Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (PKBL) adalah unit/organ
khusus yang merupakan bagian dari organisasi BUMN Pembina yang
berada dibawah pengawasan seorang Direksi.
b. Program Kemitraan adalah program guna meningkatkan kemampuan
kegiatan usaha kecil untuk menjadi tangguh dan mandiri melalui
pemanfaatan dana dari bagian laba.
c. Program Bina Lingkungan adalah pemberdayaan kondisi sosial
masyarakat oleh Perum Peruri di wilayah usaha melalui pemanfaatan
23
Siti Nurbaya Bakar, Integrasi Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Dalam Strategi Perencanaan Ekonomi Nasional, (Jakarta: Pusat Kajian Kebijakan dan Hukum
Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, 2009), h. 19.
40
dana dari bagian laba.24
2. Tujuan Program
a. Bantuan Program Kemitraan ditujukan untuk membantu kegiatan
usaha yang dilakukan oleh masyarakat yang berlokasi di seluruh
wilayah binaan Perum Peruri, sehingga dapat meningkatkan hasil
produksi serta memperluas lapangan pekerjaan.
b. Bantuan Program Bina Lingkungan ditujukan untuk membantu
meningkatkan kondisi sosial masyarakat yang berada di lokasi sekitar
wilayah usaha perusahaan dan wilayah lainnya yang membutuhkan.25
3. Wilayah Pelaksanaan Program Kemitraan
Penyaluran dana Program Kemitraan lebih diprioritaskan pada
wilayah Pulau Jawa, namun diluar Pulau Jawa pelaksanaan Program
Kemitraan Perum Peruri dapat dilaksanakan sesuai lokasi cabang usaha
Perum Peruri berada, sepanjang merupakan kebijakan Direksi Perum Peruri.
Sedangkan kegiatan pembinaan, monitoring dan penagihan pada Mitra
Binaan yang sudah menerima penyaluran dana di wilayah luar Jawa tetap
dilaksanakan dengan intensif.26
4. Wilayah Pelaksanaan Program Bina Lingkungan
a. Sekitar Kantor Pusat Perum Peruri.
b. Sekitar wilayah cabang usaha pengembangan Perum Peruri di daerah
dan aset perusahaan berada.
24
Studi Dokumentasi Prosedur Operasional PKBL Perum Peruri Tahun 2014, h. 2-3.
Ibid., h. 6.
26
Ibid., h. 14.
25
41
c. Wilayah lain sesuai instruksi atau kebijakan Direksi
5. Penggunaan Dana
a. Dana Program Kemitraan diberikan dalam bentuk:
Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan pembelian barang-barang
modal (investasi) seperti: mesin, alat produksi, alat bantu produksi, dan
lain–lain, yang dapat meningkatkan produksi dan penjualan produk Mitra
Binaan, jangka waktu pembinaan dapat dilakukan secara bertahap dan terus
menerus sampai Mitra Binaan tersebut menjadi tangguh, mandiri dan
bankable.27
b. Dana Program Bina Lingkungan digunakan untuk tujuan yang
memberikan manfaat kepada masyarakat di lingkungan Perusahaan
berada dalam bentuk bantuan:
1. Korban Bencana Alam Dan Bencana Lainnya
Bantuan korban bencana alam dalam hal ini meliputi dampak bencana
yang diakibatkan bukan oleh kesengajaan manusia. Adapun jenis
bantuannya antara lain:
a. Penyediaan bahan kebutuhan pokok (sembako), air bersih, MCK
pengungsi;
b. Pengadaan obat–obatan dan atau tenaga medis;
c. Pengadaan perahu karet, tenda pengungsi;
d. Penyediaan dana untuk sewa angkutan/transportasi pengungsi.
2. Pendidikan Dan Pelatihan
a. Bantuan Beasiswa
27
Studi Dokumentasi Prosedur Operasional PKBL Perum Peruri Tahun 2014, h. 11.
42
Bantuan beasiswa diberikan kepada para pelajar SD, SMP, SMA dan
Perguruan Tinggi serta sekolah sederajat, yang berprestasi dan tidak
mampu, dengan melampirkan bukti prestasi dari pihak sekolah dan
keterangan tidak mampu dari orang tua serta RT/RW setempat.
b. Bantuan Fasilitas Pendidikan Atau Pengadaan Sarana Dan Prasarana
Sekolah (Umum, Pesantren, Madrasah) Bantuan fasilitas pendidikan
ini berupa perbaikan sarana dan prasarana penunjang proses belajar,
peralatan pendidikan serta usaha-usaha dalam proses penelitian dan
pengembangan pendidikan masyarakat.
c. Bantuan Peningkatan Kompetensi Guru
Bantuan
peningkatan
kompetensi
guru
dipergunakan
untuk
memberikan pelatihan dan pendidikan yang dapat meningkatkan
kompetensi guru sesuai dengan bidangnya.
d. Bantuan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan Pelatihan dan
Pembimbingan.
e. Bantuan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan Penyuluhan.
3. Peningkatan Kesehatan Masyarakat
Bantuan ini ditujukan bagi peningkatan fasilitas–fasilitas kesehatan
masyarakat yang meliputi pembangunan dan renovasi sarana pelayanan
kesehatan, sarana sanitasi masyarakat, sunatan massal, pengobatan gratis
masyarakat, pengadaan kendaraan dan peralatan medis, pengadaan obatobatan serta kegiatan–kegiatan yang menyangkut pelayanan kesehatan
masyarakat lainnya.
43
4. Pengembangan Prasarana Dan Sarana Umum
Bantuan pengembangan prasarana dan sarana umum ditujukan untuk
membangun dan memperbaiki fasilitas umum sehingga dapat meningkatkan
fungsi dan kegunaannya bagi masyarakat setempat. Adapun jenis fasilitas
umum tersebut meliputi: jalanan umum, jembatan, taman, saluran irigasi,
balai desa, sarana dan prasarana pendidikan sekolah, sarana air bersih,
sarana olah raga dan fasilitas umum lainnya.
5. Sarana Ibadah
Bantuan prasarana ibadah dipergunakan untuk membantu kegiatan
seremonial keagamaan seperti acara Peringatan Nuzulul Qur’an, Hari Raya
Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan lain–lain, sedangkan bantuan sarana ibadah
dimaksudkan agar dapat meningkatkan fungsi dan kegunaan fasilitas
tersebut bagi masyarakat. Adapun jenis bantuan tersebut meliputi: bantuan
pembangunan dan perbaikan rumah ibadah, pengadaan sarana ibadah dan
fasilitas penunjang lainnya.
6. Pelestarian Alam
Bantuan dipergunakan dalam rangka pemberian bibit tanaman,
penghijauan, penanaman kembali lahan kering, lahan hutan, lahan
gambut/mangrove, pemeliharaan pertumbuhan tanaman, program hutan kota
dan taman kota, serta kegiatan penghijauan lainnya dalam rangka menjaga
kelestarian alam dan mengatasi pemanasan global/global warming.
44
7. Bantuan Sosial Kemasyarakatan Dalam Rangka Pengentasan Kemiskinan
Bantuan untuk masyarakat berupa sarana dan prasarana yang sifatnya
untuk kepentingan pengentasan kemiskinan.28
J. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Badan Usaha Milik Negara atau disebut juga BUMN adalah badan
usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan.
Dalam
melaksanakan
tugasnya,
Kementerian
BUMN
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
1. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang pembinaan BUMN
2. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang BUMN
3. Pengelolaan barang milik atau kekayaan Negara yang menjadi tanggung
jawab Kementerian BUMN, dan
4. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian BUMN
Terdapat tiga jenis perusahaan BUMN, yaitu:
1. Perusahaan Perseroan (Persero)
Perusahaan Perseroan (Persero) adalah BUMN berbentuk Perseroan
Terbatas (PT) dan modal/sahamnya paling sedikit 51% dimiliki oleh
pemerintah (atas nama negara) dan terbagi atas saham–saham, berstatus
hukum perdata dengan bentuk badan hukum perseroan terbatas sebagaimana
diatur dalam hukum dagang.29 Tujuan didirikannya Persero yang pertama
adalah mencari keuntungan dan yang kedua memberi pelayanan kepada
28
Studi Dokumentasi Prosedur Operasional PKBL Perum Peruri Tahun 2014, h. 33-36.
Fajar Nursahid, Tanggung Jawab Sosial BUMN: Model Kedermawanan Sosial PT
Krakatau Steel, PT Pertamina dan PT Telekomunikasi Indonesia, (Depok: Piramedia, 2006), h. 32.
29
45
umum. Persero dipimpin oleh Direksi. Sedangkan pegawainya berstatus
sebagai Pegawai Swasta. Maksud mendirikan Persero ialah untuk
menyediakan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing
kuat dan mengejar keuntungan untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Perusahaan ini tidak memperoleh fasilitas Negara. Di Indonesia yang sudah
menjadi Perusahaan Persero antara lain: PT. Pembangunan Perumahan, PT.
Bank BNI Tbk, PT. Telkom Tbk dan lain-lain termasuk PT. Asuransi Jasa
Indonesia (Jasindo).
2. Perusahaan Umum
Perusahaan Umum (Perum) adalah BUMN yang berusaha dibidang
penyediaan pelayanan bagi kemanfaatan umum disamping mendapatkan
keuntungan, modal seluruhnya milik negara dari kekayaan negara yang
dipisahkan serta berstatus badan hukum dan diatur berdasarkan undangundang.30 Perum di Indonesia antara lain: Perum Pegadaian, Perum
Jasatirta, Perum Damri, Perum Antara, Perum Peruri, Perum Perumnas,
Perum Balai Pustaka, dan lain-lain.
3. Perusahaan Jawatan (Perjan)
Perusahaan Jawatan (Perjan) adalah BUMN yang berusaha dibidang
penyediaan jasa–jasa bagi masyarakat termasuk pelayanan kepada
masyarakat, permodalannya termasuk bagian dari APBN yang dikelola oleh
30
Marwah M. Diah, Restrukturisasi BUMN Di Indonesia: Privatisasi Atau Korporatisasi,
(Jakarta: Literata Lintas Media, 2003), h. 185.
46
Departemen yang membawahinya.31 Sekarang sudah tidak ada perusahaan
BUMN yang menggunakan model Perjan karena besarnya biaya untuk
memelihara Perjan-Perjan tersebut sesuai dengan Undang-Undang (UU)
Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN. Contoh perusahaan yang pernah
menjadi Perjan di Indonesia antara lain: Perjan RS Jantung Harapan Kita,
Perjan RS Cipto Mangunkusumo, Perjan RS AB Harapan Kita, Perjan RS
Sanglah, Perjan RS Sardjito, Perjan RS M.Djamil, Perjan RS Fatmawati,
Perjan RS Hasan Sadikin.32
31
Ibid., h. 184-185.
Sandra Ratunasari, “Tanggungjawab Sosial Perusahaan Pada Program Kemitraan Dan
Bina Lingkungan PKBL PT. Asuransi Jasa Indonesia (JASINDO) Jakarta,” (Skripsi S1 Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 27-29.
32
BAB III
PROFIL PERUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA
(PERURI)
A. Sejarah Berdirinya Perum Peruri1
Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum
Peruri) didirikan pada tanggal 15 September 1971. Perusahaan ini
merupakan gabungan dari dua perusahaan, yakni perusahaan P.N
Pertjetakan Kebajoran (Perkeba) dan P.N. Artha Yasa sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 1971. Selanjutnya diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1982, kemudian diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2000 dan disempurnakan untuk
terakhir kalinya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2006.
Pertjetakan Kebajoran adalah percetakan uang kertas yang semula
bernama Perkeba NV, didirikan atas dasar hukum Tap Menteri Kehakiman
No.J.A 5/59/16 tanggal 16 April 1952. Sedangkan P.N. Artha Yasa semula
adalah percetakan uang logam, didirikan atas dasar Keputusan Menteri
Keuangan No. 261156/UMI tanggal 18 November 1954. Sebagai satusatunya Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibidang
Percetakan Uang di Indonesia, tugas utama Perum Peruri adalah
menyelenggarakan usaha mencetak uang rupiah Republik Indonesia (baik
uang kertas maupun uang logam) untuk Bank Indonesia serta mencetak
1
Studi Dokumentasi Arsip Perum Peruri
47
48
produk kertas berharga non uang sesuai pesanan perusahaan pemesan
(seperti paspor, materai, pita cukai, sertifikat tanah).
Mengingat misi dari kedua perusahaan sama, yaitu melakukan
percetakan uang maka demi efisiensi dan efektivitas pengelolaannya,
pemerintah menggabungkan menjadi satu dengan nama Perusahaan Umum
Percetakan Uang Republik Indonesia. Kolonel Subono Mantofani SH
ditetapkan sebagai Direktur Utama. Struktur organisasi baru terbentuk pada
tanggal 1 Januari 1972 dengan susunan direktur yang membawahi 6 orang
direktur muda. Struktur organisasi pada periode awal pembentukan ini terus
mengalami perkembangan pesat. Akan tetapi, yang perlu dicatat adalah dari
semua struktur organisasi yang ada, Bidang Pengamanan dan Pengawasan
berada langsung dibawah Direktur Utama karena beliau lah yang
memperhatikan misi sekuriti yang diemban.
Selama periode awal penggabungan banyak hal yang dapat disimak
dan diambil sebagai pelajaran. Melalui manajemen dan disiplin gaya militer
yang diterapkan oleh Direktur Utama pada saat itu, berhasil diselaraskan
perbedaan budaya perusahaan pegawai dari PN Artha Yasa dan pegawai
dari PN Perkeba.
1. Produksi Perusahaan
a. Produksi Uang Kertas
49
Dalam percetakan uang kertas, Peruri menerapkan pengalaman
dengan teknologi sekuriti tinggi mulai dari desain, kertas, tinta, maupun
proses cetaknya. Fitur yang dikenal luas adalah menggunakan watermark,
cetak intaglio, benang pengaman, dan tinta sekuriti.
b. Produk Uang Logam
Aspek sekuriti percetakan uang logam pada prinsipnya lebih banyak
ditentukan oleh kualitas bahan, kerumitan desain, dan ketajaman
pencetakan.
c. Paspor
50
Paspor Republik Indonesia sebagai salah satu dokumen sekuriti negara
yang
penting
atau
vital,
selama
ini
digunakan
sebagai
bukti
kewarganegaraan Indonesia bagi pemiliknya dan berfungsi sebagai
dokumen pendukung perjalanan khususnya ke luar negeri. Kini Peruri tidak
hanya mencetak pesanan Paspor RI dan Direktorat Jenderal Imigrasi RI saja,
tetapi juga pesanan paspor dari luar negeri, salah satunya Sri Lanka.
d. Materai
Direktorat Jenderal Pajak RI dan pencetakannya mempercayakannya
kepada Perum Peruri, mengingat produk sekuriti yang dicetak oleh Perum
Peruri selama ini mengandung unsur-unsur sekuriti feature, diantaranya
penggunaan hologram sekuriti dan teknik cetak intaglio sebagaimana yang
terdapat pada uang kertas RI. Materai yang dicetak oleh Perum Peruri atas
pesanan dari Direktorat
3000,- dan Rp. 6000,-.
Jenderal Pajak Indonesia saat ini bernilai Rp.
51
e. Pita Cukai
Produk pita cukai merupakan bukti pembayaran cukai atas penjualan
tembakau berbentuk rokok kretek dan cigarette. Pita cukai dicetak sesuai
pesanan dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berdasarkan nilai pajak
yang dikenakan untuk produk yang terkena pajak.
f. Sertifikat Tanah
Badan Pertanahan Nasional mempercayakan percetakan dokumen
sertifikat tanah kepada Perum Peruri. Sertifikat tanah yang dicetak oleh
Perum Peruri mempunyai ciri khusus yang lebih mengutamakan unsur
pengamanan sehingga dapat memperkecil resiko pemalsuan.
52
B. Visi, Misi, Dan Prinsip Perusahaan2
1. Visi Perusahaan
“Perusahaan berkelas dunia dibidang Integrated Security Printing System”
2. Misi Perusahaan
“Menghasilkan produk berkualitas dan bernilai sekuriti tinggi kebanggaan
bangsa”
3. Prinsip Perusahaan
“Integritas, Team Work, Sekuriti, Kualitas, Inovasi”
4. Grand Strategy:
a.
Mewujudkan Sistem Manajemen yang terintegrasi dan Akuntabel
b.
Meningkatkan kualitas SDM
c.
Menerapkan teknologi yang unggul dalam proses produksi
d.
Membangun citra Peruri sebagai Perusahaan Security Printing
berkelas dunia.
2
Studi Dokumentasi Arsip Perum Peruri
53
C. Logo Perusahaan3
Pada prinsipnya, logo adalah bagian dari yang tak terpisahkan dari
budaya perusahaan. Disegala kepentingan, logo akan menjadi tanda alamat
yang memberikan arti sangat penting dan oleh karena itu logo harus
diperhatikan terhadap penerapannya. Dengan penerapan yang tidak tepat
akan memberikan arti dan kesan yang kurang baik terhadap perusahaan dan
sebaliknya, dengan menerapkan logo yang benar maka akan dapat
memberikan arti yang positif bagi perusahaan.
Perum Peruri mempunyai makna logo sebagai berikut:
a. Susunan berbentuk u, r, dan i merupakan singkatan dari kata Uang
Republik Indonesia. Memberikan makna akan penghargaan
terhadap perjuangan para pendiri percetakan uang di Indonesia
pada masa kemerdekaan yang terkenal dengan sebutan ORI
(Oeang Republik Indonesia). Perjuangan para pendahulu melalui
percetakan yang didalam mendirikan RI menjadikan semangat
yang tiada henti kepada generasi penerus untuk tetap memegang
3
Website Perum Peruri http://www.peruri.co.id
54
teguh semangat perjuangan tersebut. Dan dapat memberikan
ketegasan akan nama Perum Peruri yang telah dikenal baik
Nasional maupun Internasional.
b. Segi empat dengan sudut lengkung sebagai landasan susunan
berbentuk u, r, dan i dalam susunan tersebut memiliki makna yang
kokoh dan kuat akan pengamanan yang akurat didalam
mengamankan perusahaan Perum Peruri.
c. Warna logo ungu memberikan makna akan keanggunan. Makna
keanggunan diharapkan memberikan jiwa bahwa Perum Peruri
menjadi pencetak sekuriti yang terpercaya dan dapat diandalkan.
d. Bentuk tulisan peruri di bawah logo dengan ciri huruf u, r, dan i
disambung dan menjadi satu kesatuan dengan logo memberikan
ketegasan akan nama Peruri yang telah dikenal baik nasional
maupun internasional.
D. Landasan Hukum Berdirinya Perum Peruri4
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2006
Tentang Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia
(Perum Peruri). (Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 22 September
2006 oleh Presiden Republik Indonesia DR. H. Susilo Bambang
Yudhoyono.
4
Studi Dokumentasi Arsip Perum Peruri
55
E. Landasan Hukum Perum Peruri Melaksanakan PKBL 5
1. Dasar Hukum
a. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan
Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina
Lingkungan.
b. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER–
20/MBU/2012 tanggal 27 Desember 2012 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER–
05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan
Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina
Lingkungan.
c. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER–
05/MBU/2013 tanggal 1 Mei 2013 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER–
05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan
Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina
Lingkungan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER–20/MBU/2012
tanggal 27 Desember 2012.
d. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER–
07/MBU/2013 tanggal 27 Juni 2013 tentang Perubahan Ketiga Atas
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER–
5
Studi Dokumentasi Prosedur Operasional PKBL Perum Peruri Tahun 2014, h. 1-2.
56
05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara
dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor
PER–20/MBU/2012 tanggal 27 Desember 2012 dan Peraturan Menteri
Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER–05/MBU/2013 tanggal 1 Mei
2013.
e. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER08/MBU/2013 tanggal 10 September 2013 tentang Perubahan
Keempat Atas Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara
Nomor: PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha
Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.
f. Undang–Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara yang menyatakan bahwa BUMN mempunyai dua tanggung
jawab kepada Pemegang Saham sebagai Shareholder dan masyarakat
sebagai Stakeholder. Artinya selain mengoptimalkan laba, BUMN juga
dituntut turut serta aktif dalam Program Kemitraan (PK) dengan
pelaku usaha kecil dan menengah, serta Program Bina Lingkungan
(BL).
g. Undang–Undang Nomor 40 tahun 2007 BAB V tentang Tanggung
Jawab
Sosial
dan
Lingkungan
Pasal
74
ayat
1
dan
2:
Perusahaan/Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang
atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan yang dianggarkan dan
diperhitungkan
sebagai
biaya
perseroan
yang
pelaksanaannya
57
dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
F. Struktur Organisasi Perum Peruri6
KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR: KEP-1/II/2013
TANGGAL: 22 FEBRUARI 2013
DIREKTUR UTAMA
DIREKTUR
PEMASARAN DAN
PENGEMBANGAN
USAHA
6
DIREKTUR
TEKNIK DAN
PRODUKSI
Studi Dokumentasi Arsip Perum Peruri
DIREKTUR
SDM DAN
UMUM
DIREKTUR
KEUANGAN
58
G. Struktur Organisasi PKBL Perum Peruri7
DIREKTUR
KEUANGAN
PROGRAM
KEMITRAAN DAN
BINA
LINGKUNGAN
SEKRETARIAT
KEUANGAN
LITBANG
Susunan Pengelola Program Kemitraan dan Bina Lingkungan:
1. Pembina PKBL
: Direktur Keuangan
2. Kepala PKBL
: FX Sugiyanto
3. Koordinator Bidang Keuangan
: Samsul Bachrum
4. Koordinator Bidang Litbang
: Mulyo Harsono
5. Koordinator Bidang Kesekretariatan
: Tupar
6. Penanggung Jawab Litbang
: M. Nurdjehan A
7. Penanggung Jawab Keuangan
: Mia Nofrianti Fajrina
7
Wawancara Pribadi Dengan Bapak FX Sugiyanto, Senin, 6 Juli 2015
59
8. Staff
: - Defi Eko Marianti
- Nana Ruchmana
H. Tugas Dan Fungsi Pengelola PKBL Perum Peruri:8
a. Direktur Utama. Mempunyai tugas dan fungsi sebagai pembina
utama dalam proses perum peruri melaksanakan PKBL.
b. Pembina PKBL. Mempunyai tugas dan fungsi sebagai pembina
langsung PKBL yaitu membina dari proses perencanaan sampai proses
penyaluran, mengawasi penyususan RKAP yang dilakukan oleh
PKBL, mengecek proposal yang sudah di evaluasi oleh PKBL,
mengecek laporan pertanggung jawaban per-triwulan, per-semester,
dan per-tahun yang akan dilaporkan juga ke direksi dan kementerian.
c. Kepala PKBL. Mempunyai tugas dan fungsi sebagai orang yang
melakukan proses perencanaan, survei, pembinaan, penyaluran,
monitoring dan evaluasi serta membuat laporan. Melakukan koordinasi
dengan lembaga terkait maupun dinas dalam menjalankan PKBL.
d. Koordinator Bidang Keuangan. Mempunyai tugas dan fungsi
mengkordinir tentang dana yang tersedia, dana yang disalurkan, dana
yang kembali, biaya operasional, mencatat keluar masuknya uang.
e. Koordinator Bidang Litbang. Mempunyai tugas dan fungsi
merencanakan yang terkait dengan masalah penyaluran, mempunyai
tugas pokok mengembangkan sistem–sistem yang masih ada kendala,
8
Wawancara Pribadi Dengan Bapak FX Sugiyanto, Senin, 6 Juli 2015
60
misalnya sistemnya kurang, formulirnya kurang, kordinasinya kurang.
Berfikir mengembangkan seluruh sistem yang masih kurang efektif
dan masih ada kendala.
f. Koordinator Bidang Kesekretariatan. Mempunyai tugas dan fungsi
mem-filekan dari 5.430 mitra pilihan dengan baik, peraturan–peraturan
kementerian harus tersusun tersendiri dengan baik, peraturan terkait
undang–undang harus tersusun tersendiri dengan baik, kebijakankebijakan direksi harus tersusun tersendiri dengan baik.
g. Penanggung Jawab Litbang. Mempunyai tugas dan fungsi yang
hampir sama dengan koordinator bidang litbang.
h. Penanggung Jawab Keuangan. Mempunyai tugas dan fungsi yang
hampir sama dengan koordinator bidang keuangan.
i. Staf. Mempunyai tugas dan fungsi untuk membantu bidang keuangan
dan membantu bidang kesekretariatan dalam menjalankan tugasnya.
I. Sejarah Berdirinya PKBL Perum Peruri9
Sebagai perusahaan milik negara yang dalam pengawasan oleh
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia, Perusahaan
Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) menyadari
bahwa keberadaannya merupakan bagian dari bangsa Indonesia. Atas dasar
hal tersebut, Perum Peruri telah melakukan sejumlah program untuk
memberikan sumbangan terhadap pembangunan masyarakat Indonesia.
9
1-2.
Studi Dokumentasi Laporan Tahunan (Audited) PKBL Perum Peruri Tahun 2014, h.
61
Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social
Responsibility (CSR) Peruri telah dilakukan secara formal sejak tahun 1990
melalui Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL)
berdasarkan Surat Keputusan Direksi Peruri No. SKEP-191/V/1990. Untuk
itu, dibentuklah sebuah badan dengan nama Badan Pengelola Pembinaan
Pengusaha Kecil dan Koperasi (BP Binuskolekop). Setahun kemudian,
badan tersebut diubah berdasarkan Surat Keputusan Direksi Perum Peruri
No. SKEP-315/XI/91 tanggal 13 November 1991 menjadi Badan Pengelola
Pengusaha Ekonomi Lemah dan Koperasi (BP PERELEK) yang terlepas
dari organisasi Perum Peruri. Pada tanggal 25 Februari 1998, berdasarkan
Surat Keputusan Direksi No. 77/III/98 BP PERELEK diubah menjadi
Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK).
Selanjutnya, dengan diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Badan
Usaha Milik Negara No. KEP-236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan
Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina
Lingkungan, Perum Peruri membentuk Unit Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL) dengan tugas utamanya adalah berperan aktif dalam
pemberdayaan terhadap usaha kecil dan koperasi.
Sesuai Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER08/MBU/2013 tanggal 10 September 2013 tentang Perubahan Keempat atas
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara
dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, kegiatan Program
Kemitraan dilaksanakan kembali dengan sumber saldo dana PK yang
62
berasal dari akumulasi penyisihan laba BUMN yang teralokasi sampai
dengan tahun 2012 serta anggaran perusahaan yang diperhitungkan sebagai
biaya maksimal 2% dari laba bersih tahun sebelumnya.
Hal tersebut juga diungkapkan oleh Kepala Program Kemitraan dan
Bina Lingkungan yaitu Bapak FX Sugiyanto mengenai awal mula
perusahaan mengimplementasikan PKBL:
“Ya tahun 1991. Sejarahnya itu udah amanah undang-undang yang
dibicarakan mulai tahun 91. Tahun 91 kita sudah mulai menggulirkan
dan tujuannya sama bahwa dengan adanya undang-undang itu dan
melalui beberapa permen kita harus menyalurkan PKBL. Dulu bukan
PKBL namanya mas, tetapi PERELEK (Badan Pengelola Pengusaha
Ekonomi Lemah dan Koperasi) dan diubah lagi menjadi PUKK
(Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi) sampai sekarang berubah
namanya menjadi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
(PKBL).”10
Berbagai kegiatan PKBL yang dilaksanakan telah memberikan
dampak positif khususnya kepada masyarakat yang membutuhkan dan telah
menerima pinjaman maupun bantuan sekaligus membantu pemerintah untuk
melaksanakan berbagai program yang dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat terutama masyarakat yang berada disekitar perusahaan, antara
lain:
a. Membantu modal usaha dengan pengembalian angsuran yang ringan
terhadap terhadap pengusaha mikro dan kecil.
10
Kutipan wawancara pribadi dengan Bapak FX Sugiyanto selaku Kepala PKBL Perum
Peruri, Senin, 6 Juli 2015.
63
b. Meningkatkan keinginan masyarakat untuk menjadi wirausaha melalui
penyaluran dana PK dan pembinaan kepada pengusaha mikro dan kecil ke
sektor riil agar tercipta lapangan pekerjaan.
c. Melalui berbagai sektor Program Bina Lingkungan yang dilaksanakan oleh
PKBL
Perum
Peruri,
diharapkan
dapat
membantu
peningkatan
kesejahteraan masyarakat dengan peningkatan pendidikan, peningkatan
kesehatan, pembangunan infrastruktur, pelestarian alam serta bantuan
korban bencana alam.
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS
A. Gambaran Pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
Perum Peruri Tahun Anggaran 2014.
Rencana kerja dan realisasi kegiatan PKBL dirancang untuk
meningkatkan masyarakat supaya berdaya, berkembang, dan mandiri.
Sehingga kedepan akan berdampak pada peluang kerja dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat sekitar dan program yang dilakukan memberikan
efek positif bagi masyarakat dan perusahaan. Program Kemitraan di Tahun
2014 tetap dilakukan dan fokus pada peningkatan kolektibilitas serta
pembinaan kepada mitra binaan dan tidak melakukan kegiatan penyaluran
pinjaman.Langkah–langkah dan upaya ini untuk mendorong mitra binaan
semakin berkembang dan diharapkan mampu untuk mengangsur kembali,
sedangkan Program Bina Lingkungan BUMN mulai dilakukan melalui
pembebanan (dibiayakan) dalam RKAP sebagaimana perlakuan Corporate
Social Responsibility (CSR) sesuai dengan kemampuan perusahaan.1
1
Studi Dokumentasi Laporan Tahunan (Audited) PKBL Perum Peruri Tahun 2014, h. 4.
64
65
Tabel 4.1. Jumlah Anggaran dan Realisasi Penyaluran Dana PKBL
Kegiatan
Tahun 2014
Program Kemitraan
Program Bina Ling.
Tahun 2013
Anggaran (Rp)Realisasi (Rp)
Anggaran (Rp)Realisasi (Rp)
12.500.000.000-
5.500.000.000
2.500.000.000 2.120.400.000
5.600.000.000
5.297.775.885
Sumber: Laporan Tahunan (Audited) PKBL Perum Peruri Tahun 2014
1. Program Kemitraan (PK)
Program Kemitraan Perum Peruri dengan usaha kecil dan koperasi
atau disebut Program Kemitraan adalah program guna meningkatkan
kemampuan kegiatan usaha kecil untuk menjadi tangguh dan mandiri
melalui pemanfaatan dana dari bagian laba.2
a. Rencana Kerja Dan Anggaran Program Kemitraan Tahun 20143
1. Penyaluran dana pinjaman kepada usaha kecil dan koperasi lebih
difokuskan di wilayah yang mempunyai konduite baik dalam hal
pengembalian angsuran pinjamannya.
2. Penyaluran dana bantuan pembinaan kepada usaha kecil dan koperasi
dalam bentuk: pendidikan dan pelatihan manajemen usaha kecil, pelatihan
pengetahuan
penyusunan
laporan
perkembangan
usaha,
kegiatan
pameran/promosi, peningkatan produktivitas mitra binaan.
2
Studi Dokumentasi Prosedur Operasional PKBL Perum Peruri Tahun 2014, h. 2.
Studi Dokumentasi Rencana Kerja Dan Anggaran PKBL Perum Peruri Tahun 2014, h.
3
15-16.
66
3. Meningkatkan penyampaian laporan perkembangan usaha dari mitra
binaan, pelaksanaan pemulihan sisa pinjaman serta meningkatkan
monitoring dan penagihan piutang macet/bermasalah.
4. Melaksanakan pemulihan piutang macet melalui proses rescheduling dan
reconditioning terhadap pinjaman yang sudah dikategorikan macet untuk
meningkatkan kinerja tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman.
b. Pelaksanaan Program Kemitraan4
Perusahaan Umum Percetakan Uang RI (Perum Peruri) telah
melaksanakan kegiatan Program Kemitraan mulai tahun 1991 dan sampai
dengan saat ini dengan jumlah mitra binaan sebanyak 5.430 mitra binaan
yang tersebar di 18 Provinsi serta jumlah dana yang disalurkan/dipinjamkan
sebanyak Rp 91.282.089.000,-. Perkembangan mitra binaan sampai 31
Desember 2014 yang masih perlu pembinaan sebanyak 3.012 mitra binaan
dan jumlah piutang pokok sebesar Rp 19.316.679.474,- (diluar piutang
bermasalah).
Tabel 4.2.Adapun Wilayah Kegiatan Monitoring Selama Tahun 2014
No.
1.
Provinsi
Kabupaten/Kota
Waktu
Yogyakarta
Sleman, Kulon Progo, Bantul,
April 2014
Gunung Kidul, dan Yogyakarta.
2.
Jawa Barat
Ciamis,
Tasikmalaya,
Garut,
Mei 2014
Sumedang, Bandung, dan Cianjur.
4
4-5.
Studi Dokumentasi Laporan Tahunan (Audited) PKBL Perum Peruri Tahun 2014, h.
67
Cirebon, Kuningan, Indramayu,
Oktober 2014
Majalengka, Subang, Purwakarta.
3.
Jawa Tengah
Demak, Jepara, Kudus, Rembang,
Mei 2014
Blora, Grobogan, dan Semarang.
Banjarnegara,
Wonosobo,
Temanggung,
Purworejo,
Oktober 2014
Kebumen, dan Magelang.
Salatiga,
Surakarta,
Boyolali,
Oktober 2014
Sragen, Karanganyar, Wonogiri,
dan Klaten.
4.
Sumatera Utara
Tapanuli
Utara
(KUD
Narumonda,
KUD
Laguboti
Timur,
KUD
KUD
Oktober 2014
Hutanagodang,
Ambarita,
KUD
Pangururan, dan Koperasi Jasa
Audit Handayani).
5.
Lampung
Lampung
Tengah,
Bandar
November 2014
Lampung, dan Lampung Selatan.
6.
DKI Jakarta
Jakarta Selatan, Jakarta Timur,
November dan
Jakarta Barat, Jakarta Pusat, dan
Desember 2014
Jakarta Utara.
Sumber: Laporan Tahunan (Audited) PKBL Perum Peruri Tahun 2014
68
c. Kerja Sama Penyaluran Program Kemitraan5
Kegiatan Program Kemitraan Perum Percetakan Uang RI pada tahun
2014 difokuskan pada pembinaan dan peningkatan kolektibilitas kepada
seluruh mitra binaan, agar kondisi mitra binaan dalam meningkatkan
usahanya semakin membaik dan berkembang serta dampaknya mitra binaan
akan mampu untuk memenuhi kewajiban mengembalikan pinjaman secara
bertahap. Selama tahun 2014 pembinaan dan monitoring ditujukan kepada
mitra binaan yang potensial dan kualitas piutangnya masuk dalam kategori
macet dan dalam proses pembinaan dan monitoring bekerja sama dengan
Dinas
Perindustrian,
Perdagangan,
Koperasi,
dan
UKM
wilayah
Kabupaten/Kota setempat dengan tujuan:
1. Pendampingan untuk melakukan penagihan kepada mitra binaan
yang menunggak
2. Pembinaan kepada mitra binaan dan turut serta dalam pengawasan
3. Ikut mengevaluasi dan mendorong/membangkitkan terhadap mitra
binaan yang bermasalah.
Kerja sama ini memudahkan dan sangat membantu PKBL Perum
Peruri dalam rangka melakukan pembinaan dan monitoring langsung ke
setiap mitra binaan serta bentuk kerja sama ini sudah berlangsung sejak
awal rencana penyaluran bantuan pinjaman sampai dengan saat ini.
5
Studi Dokumentasi Laporan Tahunan (Audited) PKBL Perum Peruri Tahun 2014, h. 14.
69
d. Monitoring Dan Evaluasi Mitra Binaan6
Setelah mendapatkan data dari pengolahan data, Kepala PKBL Perum
Peruri mengkoordinasikan pelaksanaan monitoring atau pemantauan ke
lokasi usaha Mitra Binaan.Pemantauan (monitoring) dilakukan untuk
melihat secara faktual kondisi usaha Mitra Binaan setelah mendapatkan
bantuan pinjaman.Hal–hal
yang perlu diperhatikan terkait
dengan
pelaksanaan pemantauan (monitoring):
1. Membuat jadwal monitoring sesuai wilayah yang akan dikunjungi.
2. Pengiriman surat kepada instansi terkait atau pihak ketiga yang menangani
usaha kecil dan koperasi wilayah yang akan dimonitoring dilampiri dengan
daftar Mitra Binaan yang akan dipantau/dikunjungi.
3. Mempersiapkan dokumen dan sarana monitoring, antara lain: surat
perintah perjalanan dinas (SPPD), form surat pernyataan monitoring,
daftar tunggakan, data angsuran pinjaman, materai Rp. 6.000, blangko
kuitansi, alat dokumentasi, kalkulator.
Setelah pemantauan/monitoring dilakukan, pihak PKBL Perum Peruri
membuat laporan hasil pemantauan/monitoring kepada Kepala PKBL
Perum Peruri. Selain itu, pihak PKBL juga memantau perkembangan Mitra
Binaan yang telah dimonitor melalui telpon atau surat.
Pihak PKBL Perum Peruri juga melakukan evaluasi dan pengawasan
secara berkala bekerja sama dengan instansi terkait atau pihak ketiga
menyangkut Mitra Binaan dalam hal: perkembangan jangkauan pemasaran,
6
Studi Dokumentasi Prosedur Operasional PKBL Perum Peruri Tahun 2014, h. 21-22.
70
perkembangan hasil usaha/hasil penjualan (omzet), perkembangan jumlah
kekayaan bersih (aset), perkembangan kuantitas/kualitas hasil produksi,
serta perkembangan jumlah tenaga kerja.
2. Program Bina Lingkungan (BL)
Program Bina Lingkungan adalah pemberdayaan kondisi sosial
masyarakat oleh perum peruri di wilayah usaha melalui pemanfaatan dana
dari bagian laba.7
a. Rencana Kerja Dan Anggaran Program Bina Lingkungan Tahun
20148
1. Meningkatkan citra perusahaan di mata masyarakat yang berdomisili di
wilayah sekitar perusahaan DKI Jakarta dan Jawa Barat.
2. Membantu meningkatkan kondisi sosial masyarakat yang berada di lokasi
sekitar perusahaan dan wilayah lainnya yang membutuhkan.
3. Penyaluran dana bantuan kepada masyarakat dalam bentuk bantuan fisik:
korban bencana alam, bantuan pendidikan dan pelatihan untuk
meningkatkan tingkat pengetahuan dan keterampilan masyarakat, untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat, untuk prasarana dan sarana umum,
sarana ibadah, program penghijauan untuk wilayah DKI Jakarta dan Jawa
Barat dan pengentasan kemiskinan.
7
Studi Dokumentasi Prosedur Operasional PKBL Perum Peruri Tahun 2014, h. 3.
Studi Dokumentasi Rencana Kerja Dan Anggaran PKBL Perum Peruri Tahun 2014, h.
8
17-18.
71
b. Pelaksanaan Program Bina Lingkungan9
Pelaksanaan kegiatan Program Bina Lingkungan Perusahaan Umum
Percetakan Uang RI (Perum Peruri) sejak tahun 2004 dan telah banyak
kegiatan yang dilakukan dan kegiatan bina lingkungan difokuskan kepada
masyarakat wilayah sekitar perusahaan yaitu wilayah Jakarta dan Jawa
Barat khususnya Kabupaten Karawang. Selanjutnya akumulasi penyaluran
bantuan Program Bina Lingkungan dari awal tahun 2004 sampai dengan
2014 sebesarRp. 30.146.023.551,- (termasuk BUMN Peduli). Adapaun
Program Bina Lingkungan yang telah terealisasikan ialah:
1. Korban Bencana Alam
Sepanjang tahun 2014, bencana alam masih terjadi dan menimpa
bangsa Indonesia, baik disekitar wilayah perusahaan maupun wilayah lain,
seperti bencana banjir di wilayah Kabupaten Karawang, letusan gunung
Sinabung di Medan, Sumatera Utara, dan letusan gunung Kelud di Kediri,
Jawa Timur, dan beberapa bencana alam lainnya. Bencana alam seperti ini
tidak
bisa
kita
hindari
dan
kapan
waktunya
juga
sulit
untuk
diprediksi.Kegiatan Bina Lingkungan yang dilakukan seperti ini merupakan
wujud kepedulian BUMN untuk membantu meringankan dan sekaligus
keprihatinan. Bantuan diberikan berupa makanan dan obat–obatan untuk
bencana banjir di wilayah Karawang 412 Kepala Keluarga dan untuk korban
letusan gunung Sinabung maupun gunung Kelud berupa dana/uang yang
9
Studi Dokumentasi Laporan Tahunan (Audited) PKBL Perum Peruri Tahun 2014, h.
9-12.
72
diserahkan koordinator bencana di wilayah masing–masing dengan
keseluruhan dana mencapai Rp. 141.000.000,-.
2. Pendidikan dan Pelatihan
Program pendidikan dan pelatihan yang dikembangkan sepanjang
tahun 2014 untuk membantu biaya peningkatan pendidikan dan pelatihan
serta prasarana dan sarana untuk mendukung proses belajar, misalnya ruang
belajar, sarana belajar dengan keseluruhan dana mencapai Rp. 333.700.000,untuk wilayah Jakarta dan Karawang. Salah satu kegiatan pendidikan dan
pelatihan
bekerja
sama
dengan
lembaga
TESDC
(Technical
&
Enterpreuneurial Skill Development Center) Bandung untuk membantu
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan menurunkan tingkat
pengangguran khususnya di Kabupaten Karawang. Kegiatan ini sudah
berjalan sejak tahun 2009 dan telah menghasilkan lulusan sebanyak 181
orang. Program TESDC ini sangat efektif dan masih banyak peminat yang
tentunya akan ditindaklanjuti untuk kerja samanya dan disesuaikan dengan
alokasi anggaran Program Bina Lingkungan setiap tahun, khususnya pos
bantuan pendidikan dan pelatihan. Dari lulusan tersebut sudah bekerja
diberbagai perusahaan dan peserta sebagian besar dari wilayah Kabupaten
Karawang yang berasal dari tingkat SMA atau SMK yang sudah lulus
maupun putus sekolah dan jurusan yang ada di Lembaga TESDC antara lain
jurusan Manufaktur, jurusan Administrasi Manufaktur, dan jurusan Drafter.
73
3. Peningkatan Kesehatan
Dalam program peningkatan kesehatan di tahun 2014 bekerja sama
dengan masyarakat sekitar perusahaan di wilayah Karawang dengan
kegiatan pengobatan massal yang diikuti oleh 200 orang dan kegiatan
peningkatan kesehatan lainnya, dengan keseluruhan dana mencapai Rp.
174.850.000,-. Kegiatan bantuan peningkatan kesehatan lainnya yang telah
direalisasikan tahun sebelumnya berupa 3 (tiga) unit mobil Ambulance
untuk Desa Karangligar, Desa Kutamekar, Desa Sukasari, Kabupaten
Karawang dan bantuan ini sejalan dengan bantuan sebelumnya yaitu berupa
Poliklinik Desa (Polindes) dan ini merupakan Desa binaan Perum
Percetakan Uang RI. Dengan adanya bantuan ini, masyarakat sekitar merasa
sangat terbantu dalam hal mendukung transportasi setiap saat untuk
membawa warga yang sedang sakit ke Rumah Sakit/Dokter atau kegiatan
sosial.
4. Pengembangan Prasarana dan Sarana Umum
Program
dilaksanakan
pengembangan
prasarana
tahun 2014 diberbagai
dan
sarana
umum
wilayah, Jakarta,
yang
Tangerang,
Karawang, dan Depok serta jenis kegiatannya, sarana jalan, balai serba
guna, MCK, pembangunan tanggul, sarana jalan TPU, perbaikan gerobak
sampah, pengadaan air bersih, saluran air, dan perlengkapan pengurusan
jenazah, dengan keseluruhan dana yang disalurkan mencapai Rp.
631.100.000,-.
74
5. Sarana Ibadah
Permintaan bantuan masyarakat terhadap sarana ibadah dari tahun ke
tahun cukup banyak dan PKBL Perum Peruri dalam melaksanakan
penyaluran bantuan tetap melakukan skala prioritas/seleksi dan disesuaikan
dengan dana yang tersedia. Adapun wilayah penerima bantuan daerah
Jakarta, Tangerang, Bogor, dan Karawang berupa pembangunan Masjid dan
Gereja, renovasi Masjid, fasilitas Masjid seperti sajadah, karpet, dan fasilitas
ibadah lainnya dengan keseluruhan dana yang disalurkan mencapai Rp.
582.300.000,-.
6. Pelestarian Alam
Program pelestarian alam yang dilakukan merupakan tindak lanjut
program tahun sebelumnya dengan menanam 20.000 pohon di Sumedang,
Jawa Barat dan kegiatan ini merupakan kerja sama dengan PT. BUMN
Hijau Lestari, dengan tujuan untuk membantu upaya pemerintah dalam
menanggulangi isu pemanasan global, dengan biaya di tahun 2014 sebesar
Rp. 225.000.000,7. Pengentasan Kemiskinan
Program pengentasan kemiskinan ini bekerja sama dengan kodim
0504/JS Jakarta Selatan yang kegiatannya membantu masyarakat sekitar
Kodim Tanah Kusir, Jakarta Selatan dengan memberikan sembako sebanyak
500 paket dan keseluruhan dana mencapai Rp. 32.250.000,-.
75
c. Kerja Sama Penyaluran Program Bina Lingkungan10
Dalam pelaksanaan penyaluran bantuan Program Bina Lingkungan
bekerja sama dengan pihak ketiga yang mempunyai kompetensi terhadap
ruang lingkup bantuan program, antara lain:
1. Bantuan korban bencana alam (banjir) bekerja sama dengan Pemda
(Lurah/Kepala Desa, Bupati) setempat atau lembaga yang berwenang
untuk menentukan jenis dan jumlah bantuan apa yang diperlukan oleh
korban dan wilayah yang akan dibantu.
2. Bantuan korban bencana letusan Gunung Sinabung, Sumatera Utara dan
letusan Gunung Kelud Kediri, Jawa Timur bekerja sama dengan yang
berwewenang dalam hal ini koordinator wilayah setempat yang telah
ditentukan oleh pemerintah/pemda maupun lainnya.
3. Bantuan Pendidikan dan Pelatihan bekerja sama dengan:
- Lembaga TESDC (Technical & Enterpreuneurial Skill Development
Center) Bandung untuk membantu meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dan menurunkan tingkat pengangguran khususnya di Kabupaten
Karawang.
- PT. Sukacita Membawa Sukses (PT. SMS), tentang Training Center
Pertanian, Perkebunan untuk membantu masyarakat Karawang dan
sekitarnya dalam hal untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan
Pertanian dan Perkebunan.
10
h. 14.
Studi Dokumentasi Laporan Tahunan (Audited) PKBL Perum Peruri Tahun 2014,
76
4. Bantuan Pelestarian Alam, bekerja sama dengan PT. BUMN Hijau Lestari
1 terkait kerja sama menanam 20.000 pohon di Daerah Kabupaten
Sumedang, Jawa Barat.
5. Pos bantuan pengembangan sarana dan sarana umum, bekerja sama
dengan aparat desa setempat untuk mengetahui sarana apa saja yang
dibutuhkan oleh masyarakat calon penerima bantuan.
d. Monitoring Dan Evaluasi11
Bantuan yang telah diserahkan wajib dipantau dan dievaluasi sampai
sejauh mana manfaat dan penggunannya. Untuk itu ditempuh langkahlangkah pemantauan dan evaluasi berikut:
1. Pengelola PKBL Perum Peruri melakukan evaluasi terhadap laporan
kegiatan dan penggunaan bantuan dari penerima bantuan.
2. Melakukan monitoring ke lokasi penerima bantuan untuk memeriksa
kegiatan dan penggunaan bantuan apakah sesuai dengan permohonan yang
diajukan.
3. Pengelola PKBL Perum Peruri melaporkan hasil pemantauan di lapangan
kepada Kepala PKBL Perum Peruri dan diteruskan Direktur Pembina.
11
Studi Dokumentasi Prosedur Operasional PKBL Perum Peruri Tahun 2014, h. 40-41.
77
e. Manfaat Pelaksanaan PKBL Perum Peruri
Program kemitraan dan Bina Lingkungan ini memang sangat
bermanfaat bagi masyarakat secara umum, khususnya bagi mitra
binaan/penerima program baik itu Program Kemitraan (PK) maupun
Program Bina Lingkungan (BL). Selain bermanfaat bagi para penerima
program tersebut, disisi lain program PKBL ini juga bermanfaat bagi
perusahaan yang melaksanakannya untuk terus menunjukkan kinerja dan
eksistensi sebagai perusahaan kepada masyarakat luas. Berikut pernyataan
yang disampaikan oleh Bapak FX Sugiyanto selaku Kepala PKBL mengenai
dampak dan manfaat dari program PKBL ini:
“Dampaknya sangat positif, bisa membantu orang yang mau
wirausaha juga bisa membantu bukan sekedar membantu dari sisi
uang loh yaa, tapi juga membantu dari sisi pemahaman tentang
enterpreneur, tentang marketing, tentang pencatatan keuangan,
tentang proses produksi gitu kan. Disisi lain, untuk perusahaan
keuntungannya yaa kita dikenal, brand image kita dikenal, reputasi
kita meningkat karena kita bisa membantu baik itu pinjaman maupun
hibah”.12
12
Kutipan wawancara pribadi dengan Bapak FX Sugiyanto selaku Kepala PKBL Perum
Peruri, Senin, 6 Juli 2015.
78
3. Hasil Wawancara Dengan Penerima Program PKBL
a. Hasil Wawancara Dengan Penerima Program Kemitraan (PK)
Bapak BT berusia kurang lebih 45 tahun, beliau berasal dari
Jakarta.Bapak BT tinggal dan beralamat di Jalan Palem III RT 004/RW 08
Kelurahan
Petukangan
Utara,
Kecamatan
Pesanggrahan,
Jakarta
Selatan.Beliau sudah berkeluarga dan telah dikaruniai 2 orang anak.Kedua
anaknya laki–laki dan anak yang pertama sudah menikah dan mempunyai
anak, sementara anak yang kedua baru Sekolah SD Kelas 6.Tidak seperti
saudara–saudara yang lainnya yang sudah menjadi sarjana, Bapak BT hanya
lulusan STM namun sekarang telah suskses sebagai pengusaha ikan dan
pada waktu itu sampai mampu membiayai adik–adiknya sekolah. Berikut
pernyataan yang disampaikan oleh Bapak BT:
“Tahun 80 saya ikut orang tua terus tahun 90 baru misah dan
belajar mandiri. Nah udah begitu adek saya kan pada kecil–kecil tuh
masih SMP nah saya membiayai adek saya dari SMA ampe Kuliah tuh
ampe Sarjana. Saya mah Cuma lulusan STM Cendrawasih gitu.Pas
tahun 95 adek saya pada keluar dah tuh Sarjana.Jadi saya bukan
tadinya jenjang karir bukan saya makan sendiri, jadi keluarga bisa
diangkat nah itulah”.13
Sejak tahun 1995, Bapak BT memulai ternak ikan dan ternak ayam
didaerah parung. Berhubung saingannya banyak, akhirnya Bapak BT beralih
profesi sebagai usaha ternak ikan saja di empang dan kolam serta menjual
ikan–ikan segar di pasar mayestik. Bapak BT mempunyai empang dan
mempunyai kolam ikan didekat rumahnya.Empang dan kolam tersebut milik
13
Kutipan wawancara pribadi dengan Bapak BT selaku penerima Program Kemitraan,
Kamis, 30 Juli 2015.
79
Bapak BT dan di empang tersebut khusus untuk ternak ikan lele, sementar
di kolam ikan yang satunya khusus ternak ikan mas, ikan gurame, ikan nila.
Berikut pernyataan yang disampaikan oleh Bapak BT:
“Dulu mah saya ternak ikan tahun 95 ternak ikan di parung sama
ternak ayam.Nah itu berhubung saingan banyak ngga kuat beli empan
nah itu jadi agak menurun. Akhirnya stop ayam stop ikan yaa
sekarang buka usaha ternak ikan aja di empang dan di kolam sama
usaha jualan ikan di pasar”.14
Bapak BT sudah hampir 5 tahun menjadi mitra binaan dan bermitra
langsung dengan PKBL Perum Peruri ini.Program tersebut sangat
membantu didalam perkembangan usaha yang dijalankan oleh Bapak BT
selama ini.Beliau mengetahui Program Kemitraan tersebut dari istrinya,
sehingga beliau dapat menerima pinjaman modal dari pihak PKBL Perum
Peruri hingga saat ini. Berikut pernyataan yang disampaikan oleh Bapak
BT:
“Oh itu sangat bagus, membantu seperti perikanan.Saya juga
bergerak dibagian perikanan ya jadi berkembang gitu ibarat tanaman
ini akarnya dan buahnya belakangan. Saya juga ngambil kalo ngga
salah udah 5 tahun bermitra dengan PKBL ini dengan 3 kali
peminjaman dari 25 juta ke 50 juta sekarang. Ini juga mao abis nanti
rencananya mao diperpanjang gitu. Saya juga mengetahui PKBL ini
dari istri saya, istri saya punya kenalan pedagang–pedagang dan
dikumpulin yaa udah jadi ngikut. Pada waktu itu pedagang–pedagang
ditanya terus dikumpulin nanti disaring lagi gitu mana yang bagus
dan kerjanya bagus nanti baru ditarik.Dan itu juga bunganya sangat
rendah dan itu sangat membantu”.15
14
Kutipan wawancara pribadi dengan Bapak BT selaku penerima Program Kemitraan,
Kamis, 30 Juli 2015.
15
Kutipan wawancara pribadi dengan Bapak BT selaku penerima Program Kemitraan,
Kamis, 30 Juli 2015.
80
Pada pertama kali, Bapak BT mengajukan pinjaman ke PKBL Perum
Peruri sebesar 30 juta rupiah, tetapi yang disetujui oleh pihak Peruri adalah
sebesar 25 juta dan pinjaman yang kedua yang didapat oleh Bapak BT
sebesar 50 juta. Dari pinjaman modal tersebut, usaha yang dijalankan oleh
beliau dapat berkembang dan omset pun bertambah. Berikut pernyataan
yang disampaikan oleh Bapak BT:
“Pinjaman pertama saya ajukan 30 juta, dapetnya 25 juta,
pinjaman yang kedua 50 juta gitu. Omset mah agak sama karena
sekarang kita bergerak diternak ikan ya agak bertambah gitu”.16
Perusahan–perusahaan BUMN berusaha memberikan usaha yang
terbaik untuk masyarakat sebagai mitra binaannya, terutama dalam
membantu
perekonomian
didalam
menjalankan
usaha
kecil
dan
menengah.Banyak dari mereka yang terpaksa gulung tikar, menutup
kegiatan usahanya karena kekurangan/kurangnya modal usaha.Hal ini yang
diantisipasi oleh Bapak BT selaku pelaku usaha dan pedagang, oleh karena
itu beliau sangat merasakan manfaat dari pinjaman modal yang diberikan
oleh PKBL Perum Peruri tersebut. Adapun manfaat yang diperoleh Bapak
BT dalam menerima Program Kemitraan:
“Manfaatnya banyak sih dan juga sangat membantu.Pertama kita
kaga punya modal dibantu dengan adanya pinjaman modal ini dan
agak berkembang usaha kita gitu”.17
16
Kutipan wawancara pribadi dengan Bapak BT selaku penerima Program Kemitraan,
Kamis, 30 Juli 2015.
17
Kutipan wawancara pribadi dengan Bapak BT selaku penerima Program Kemitraan,
Kamis, 30 Juli 2015.
81
b. Hasil Wawancara Dengan Penerima Program Bina Lingkungan
(BL)
Salah satu program Bina Lingkungan yang dilaksanakan oleh PKBL
Perum Peruri yaitu bantuan dalam hal sarana ibadah. Pada tahun 2014 dan
2015 ini, PKBL Perum Peruri melaksanakan bantuan dalam hal peribadatan
dalam hal ini bantuan sarana ibadah berupa renovasi Masjid Al-Falah di
daerah Taman Mangu Indah, Tangerang Selatan. Informan yang bisa saya
wawancarai berkaitan dengan hal tersebut ialah Bapak DAS yang
merupakan salah satu warga sekitar sekaligus Ketua DKM Masjid Al-Falah
tersebut.Bapak DAS ini tinggal disekitar lingkungan Masjid tersebut dan
juga sebagai salah satu panitia pembangunan dan renovasi Masjid.
Masjid Al-Falah ini didirikan pada tahun 1987 oleh Yayasan Al-Falah
dengan surat keputusan dari Bupati Tangerang.Pihak Yayasan Al-Falah
sudah semaksimal mungkin merawat dan mengurus Masjid ini untuk dapat
digunakan dengan baik oleh jamaah untuk kegiatan peribadatan. Berikut
pernyataan yang disampaikan oleh Bapak DAS mengenai profil Masjid AlFalah:
“Masjid ini didirikan tahun 87 dulu yaa oleh Yayasan Al-Falah
dan dengan surat keputusan dari Bupati Tangerang waktu itu Bapak
H.Sobirin yaa kalo tidak salah dan kemudian dengan melihat
keterbatasan ruang serta animo jamaah yang makin meningkat dan
merasa membutuhkan sehingga dirasakan perlu ada renovasi dan
pengembangan yaa dalam bentuk membangun lagi lantai 2”.18
18
Kutipan wawancara pribadi dengan Bapak DAS selaku penerima Program Bina
Lingkungan, Jum’at, 7 Agustus 2015.
82
Pengajuan bantuan yang dilakukan oleh pihak Yayasan Al-Falah
untuk mendapatkan bantuan dari pihak Perum Peruri ini tidak terlalu lama
realisasinya. Proses dari awal pihak Yayasan mengajukan proposal sekitar
awal tahun 2015 yang lalu dan terealisasi bantuan dari pihak PKBL Perum
Peruri sekitar pertengahan tahun 2015 yang lalu. Berikut pernyataan yang
disampaikan oleh Bapak DAS:
“Saya tidak tahu persis yaa tapi realisasinya tidak sampai satu
tahun sudah bisa terealisasi permohonan kami dari peruri, cuma kalo
proposalnya itu kira–kira mungkin 6 bulan yang lalu atau 7 bulan
yang lalu kami mengajukannya”.19
Pihak Yayasan Masjid Al-Falah mendapatkan informasi mengenai
PKBL Perum Peruri dari teman Bapak DAS tersebut yang memberitahukan
bahwa di Peruri pada dasarnya memberikan sumbangan/bantuan untuk
kegiatan–kegiatan yang terkait dengan masalah peribadatan.Persyaratan
yang harus dipenuhi untuk mendapatkan bantuan dari PKBL Perum Peruri
tidak terlalu rumit dan sangatlah mudah. Berikut pernyataan yang
disampaikan oleh Bapak DAS:
“Saya tidak diberikan persyaratan, tapi didalam proposal saya
sudah lampirkan mengenai status/profil dari pada Yayasan Al-Falah
yaa karena yang mengajukan kesana ialah pihak Yayasan
langsung”.20
Pada saat PKBL Perum Peruri memberikan bantuan kepada pihak
Masjid Al-Falah, pembangunan renovasi Masjid tersebut sudah berjalan
19
Kutipan wawancara pribadi dengan Bapak DAS selaku penerima Program Bina
Lingkungan, Jum’at, 7 Agustus 2015.
20
Kutipan wawancara pribadi dengan Bapak DAS selaku penerima Program Bina
Lingkungan, Jum’at, 7 Agustus 2015.
83
hampir setengah berjalan pembangunan.Kondisi bangunannya pun masih
setengahnya dan sudah dapat digunakan tetapi belum dapat digunakan
seluruhnya. Berikut pernyataan yang disampaikan oleh Bapak DAS:
“Kebetulan bantuan ini diberikan setelah renovasi dan
pembangunan itu berjalan, dan pada progres 61 persen-an baru
datang bantuan dari peruri senilai 25 juta rupiah. Yaa secara moril
cukup signifikan dan kami masih menunggu bantuan berikutnya nih
dari peruri dan saya berharap peruri masih bisa memberikan bantuan
lagi karena progres ini secara fisik baru 65 persen. Waktu peruri
datang kesini menyumbang 25 juta itu dalam bentuk material dan
ongkos kerja itu senilai kalo dirupiah-kan senilai 25 juta rupiah”.21
Berikut pernyataan yang disampikan oleh Bapak DAS terkait alasan
mengambil keputusan untuk mengajukan bantuan kepada pihak PKBL
Perum Peruri:
“Yaa pertama karena kami memang membutuhkan, keterbatasan
dari pihak swadaya masyarakat sini terbatas sekali dan untuk mereka
memberikan sumbangannya secara bertahap dan sementara ini kalo
saya liat memang pendanaan ini 90 persen dari swadaya masyarakat.
Peruri saya melihat yang namanya peruri adalah suatu lembaga yang
sangat potensial untuk bisa punya perhatian terhadap kami karena
saya denger ya itu tadi ada lembaga khusus disana yang biasa
memberikan sumbangan untuk masyarakat”.22
Dalam pengerjaan pembangunan Masjid tersebut, masyarakat cukup
respon, apresiatif dalam mendukung pembangunan tersebut. Disisi lain,
manfaat yang diperoleh dari adanya bantuan oleh pihak PKBL Perum Peruri
ini sangat terasa bagi masyarakat. Berikut pernyataan yang disampaikan
oleh Bapak DAS:
21
Kutipan wawancara pribadi dengan Bapak DAS selaku penerima Program Bina
Lingkungan, Jum’at, 7 Agustus 2015.
22
Kutipan wawancara pribadi dengan Bapak DAS selaku penerima Program Bina
Lingkungan, Jum’at, 7 Agustus 2015.
84
“Yaa yang jelas saya kan dapat dana dalam bentuk material itu
betul–betul sudah teralokasikan. Peruri juga memberikan satu
dampak psikologis kepada masyarakat untuk lebih semangat lagi
memberikan bantuan dalam bentuk pendanaan.Yaa siapa sih yang
tidak senang kami disini yang sedang membutuhkan bantuan
kemudian tiba–tiba ada pihak luar dalam hal ini lembaga pemerintah
yang cukup potensial sehingga mungkin tidak hanya sampai disini
harapan saya kepada peruri”.23
23
Kutipan wawancara pribadi dengan Bapak DAS selaku penerima Program Bina
Lingkungan, Jum’at, 7 Agustus 2015.
85
B. Pola Dan Tahapan Pelaksanaan CSR Pada Program Kemitraan Dan Bina
Lingkungan Perum Peruri.
1. Pola Dan Tahapan Pelaksanaan Program Kemitraan (PK)
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara
Nomor: PER-05/MBU/2007, tanggal 27 April 2007
(Pedoman PKBL)
Penetapan Menteri BUMN/RPB Tentang:
- RKA Program Kemitraan setiap tahun anggaran
- Alokasi dana perwilayah binaan/Provinsi
Pengembalian pinjaman:
1. Tenggang waktu 3 bulan
2. Diangsur selama 36 bln/3 thn
3. Jasa Administrasi 6% tetap (flate rate)
4.Pembayaran
angsuran
secara
tunai/transfer.
Pembinaan dan pembimbingan al:
- Penerapan hasil Diklat
- Pengembangan usaha
- Temu usaha
Sumber Dana:
1. Saldo awal tahun
Penetapan alokasi dana per
wilayah binaan/Provinsi oleh
Direksi Perum Peruri atas
usulan Pengelola PKBL.
2. Alokasi dana dari laba bersih
perusahaan tahun sebelumnya
(maks. 2%)
3. Penerimaan angsuran pinjaman
dan dana pengembangan (jasa
administrasi)
Pengajuan proposal pinjaman
dari UK/Kop. disertai dengan
surat pengantar dari Instansi
terkait setempat (pihak ketiga).
4. Penerimaan jasa giro & bunga
deposito.
- Pemasaran hasil produk MB
- Monitoring/peninjauan
- Penyampaian perkembangan usaha
- Kewajiban mengangsur pinjaman.
Evaluasi proposal untuk
kelayakan pembinaan.
86
Penyerahan
bantuan
pinjaman
langsung ke Mitra Binaan oleh
Direksi Perum Peruri, PKBL Perum
Peruri dan disaksikan Stakeholders/
pihak ketiga).
Ditolak/
Menerbitkan
surat penolakan.
Tidak
Memenuhi
Syarat
YaY
Melaksanakan Diklat
bekerjasama dengan pihak
ketiga atau Lembaga
Pendidikan.
Survei ke lokasi calon
mitra binaan didampingi
Instansi terkait setempat
(pihak ketiga).
Tidak
Menetapkan
Calon Mitra Binaan
Ya
DirekturYa
Pembina
menyetujui/merubah
usulan/membatalkan.
Melaporkan hasil survei
sekaligus mengusulkan calon
Mitra Binaan yang akan
dibina
kepada
Direktur
Pembina.
Layak
Bina
Evaluasi hasil survei dan
kelayakannya.
Tidak
2. Pola Dan Tahapan Pelaksanaan Program Bina Lingkungan (BL)
87
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara
Nomor: PER-05/MBU/2007, tanggal 27 April 2007
(Pedoman PKBL)
Penetapan Menteri BUMN/RPB Tentang:
- RKA Program BL setiap tahun anggaran
- Alokasi dana wilayah usaha BUMN
Monitoring/pemantauan tentang
penggunaan dana bantuan disertai
dengan mendokumentasikan objek
bantuan setelah dibantu.
Penetapan alokasi dana per pos
bantuan oleh Direksi Perum
Peruri atas usulan PKBL Perum
Peruri.
Sumber Dana :
1. Saldo awal tahun
2. Alokasi dana dari bagian laba bersih
perusahaan tahun sebelumnya
(maks. 2%)
Penyerahan
bantuan
secara
langsung ke penerima bantuan oleh
PKBL Perum Peruri disaksikan
atau bekerjasama dengan pihak
ketiga (Stakeholders).
Menyiapkan berkas penyerahan
bantuan, antara lain:
- Berita acara penyerahan
- Kwitansi penerimaan
- Data bantuan
3. Penerimaan jasa giro & bunga
Deposito.
Menerima proposal permohonan
bantuan dari wilayah usaha BUMN
diketahui Lurah/Camat setempat.
Evaluasi proposal untuk
kelayakan
oleh Litbang.
Memenuhi
Ditolak/
Menerbitkan
surat penolakan.
Syarat
Tidak
88
Ya
Survei ke lokasi calon
pemohon disertai dengan
mendokumentasikan objek
bantuan sebelum dibantu.
Menetapkan calon yang akan
menerima bantuan.
Tidak
Ya
Direktur Ya
Pembina
menyetujui/merubah
usulan/membatalkan.
Melaporkan hasil survei
sekaligus mengusulkan calon
yang akan menerima bantuan
ke Direktur Pembina.
Layak
Evaluasi hasil survei
dan kelayakannya.
Dibantu
Tidak
3. Analisis Pola dan Tahapan Pelaksanaan CSR Pada Program
Kemitraan Dan Bina Lingkungan (PKBL) Perum Percetakan Uang
Republik Indonesia (Peruri)
a. Pola Pelaksanaan PKBL Perum Peruri
Pola dan Tahapan pelaksanaan PKBL Perum Peruri ini dilaksanakan
berdasarkan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (Permen
BUMN) Nomor:PER–05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 (Pedoman
PKBL). Melalui peraturan menteri itulah, Perum Peruri sebagai salah satu
perusahaan Badan Usaha Milik Negara wajib melaksanakan dan
mengimplementasikan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)
sebagai bentuk implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) atau
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Program Kemitraan (PK) adalah
program guna meningkatkan kemampuan kegiatan usaha kecil untuk
89
menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba,
sementara Program Bina Lingkungan (BL) adalah pemberdayaan kondisi
sosial masyarakat oleh perusahaan di wilayah usaha melalui pemanfaatan
dana dari bagian laba. Program PKBL ini melihatkan bahwa perusahaan
berkomitmen untuk dapat berkontribusi dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan, sosial dan lingkungan guna dapat meningkatkan kualitas
kehidupan.Hal ini senada dengan berbagai macam teori tentang pengertian
atau definisi yang dikemukakan oleh lembaga–lembaga maupun oleh para
ahli mengenai CSR ini.
Dalam mengimplementasikan program PKBL tersebut Perum Peruri
bekerja sama dengan berbagai macam pihak, antara lain: Dinas–Dinas dan
Pejabat setempat yang terkait mulai dari Dinas UKM, Dinas Koperasi,
Dinas
Perindustrian,
Dinas
Perdagangan,
Lembaga
Pendidikan
(Universitas), RT, RW, Lurah, Camat dan yang lainnya. Menurut teori yang
dikemukakan oleh Zaim Saidi dan Hamid Abidin, sedikitnya ada empat
model atau pola penerapan CSR di Indonesia:24
a. Keterlibatan Langsung
Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan
menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke
masyarakat
tanpa
perantara.Untuk
menjalankan
tugas
ini,
sebuah
perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya.
24
Zaim Saidi dan Hamid Abidin, Menjadi Bangsa Pemurah: Wacana dan Praktek
Kedermawanan Sosial di Indonesia, (Jakarta: Piramedia, 2004), h. 64-65.
90
Hal ini dibuktikan dengan berbagai macam pemberian bantuan
Program Bina Lingkungan sebagai salah satu implementasi CSR yang
dilaksanakan oleh Perum Peruri yaitu keterlibatan langsung pihak Perum
Peruri dalam hal ini para Direksi/Pimpinan Perum Peruri serta pihak PKBL
Perum Peruri dalam memberikan bantuan. Seperti contoh dalam pemberian
sumbangan dana kepada pihak Masjid Al-Falah di daerah Taman Mangu
Indah, Tangerang Selatan. Bantuan itu diberikan sebagai bentuk kepedulian
dari para Direksi Perum Peruri sebagai pimpinan perusahaan langsung yang
dipimpinnya untuk dapat memperhatikan sarana-sarana ibadah yang
dianggap perlu untuk direnovasi atau dibangun untuk kesejahteraan umat
beragama.
b. Melalui Yayasan Atau Organisasi Sosial Perusahaan
Terdapat sebuah yayasan ataupun organisasi sosial yang didirikan
sendiri untuk mengelola berbagai kegiatan sosial yang dalam hal ini
merupakan aplikasi dari kegiatan CSR. Biasanya perusahaan menyediakan
dana awal, dana rutin, atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur
bagi kegiatan yayasan.
c. Bermitra Dengan Pihak Lain
Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerja sama dengan pihak
lain baik itu lembaga sosial/organisasi non–pemerintah, instansi pemerintah,
instansi pendidikan, universitas atau media massa. Kerja sama ini dibangun
91
dalam mengelola/melaksanakan seluruh kegiatan sosialnya maupun dalam
pengelolaan dana.
Dalam mengimplementasikan program–program PKBL tersebut,
Perum Peruri bermitra dengan berbagai pihak. Dalam Program Kemitraan
(PK), Perum Peruri bermitra dengan berbagai macam Instansi Pemerintah
mulai dari Dinas Perindustrian, Dinas Perdagangan, Dinas Koperasi dan
UKM di wilayah Kabupaten/Kota setempat. Kerja sama ini memudahkan
dan sangat membantu PKBL Perum Peruri dalam rangka melakukan
pembinaan dan monitoring langsung ke setiap mitra binaan, serta bentuk
kerja sama ini sudah berlangsung sejak awal rencana penyaluran bantuan
pinjaman sampai dengan saat ini.
Pada Program Bina Lingkungan (BL), Perum Peruri juga bermitra
dengan berbagai macam Instansi Pemerintah, Lembaga Pendidikan, serta
Universitas. Contohnya dalam pelaksanaan penyaluran bantuan korban
bencana alam bekerja sama dengan Pemda (Lurah/Kepala Desa, Bupati)
setempat atau lembaga yang berwenang, dalam penyaluran bantuan
pendidikan atau pelatihan bekerja sama dengan Lembaga TESDC
(Technical & Enterpreuneurial Skill Development Center) untuk membantu
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan menurunkan tingkat
pengangguran khususnya di Kabupaten Karawang, dalam pelatihan bekerja
sama dengan PT. Sukacita Membawa Sukses (PT. SMS) tentang Training
Center Pertanian dan Perkebunan untuk membantu masyarakat dalam hal
meningkatkan kemampuan dan keterampilan, dalam bantuan pelestarian
alam bekerja sama dengan PT. BUMN Hijau Lestari 1 terkait kerja sama
92
menanam 20.000 pohon di Kabupaten Sumedang, dalam bantuan sarana
ibadah bekerja sama dengan Stakeholderssetempat (Lurah, RT, RW, dan
Masyarakat)
dalam
merealisasikan
pembangunan
tempat–tempat
peribadatan.
d. Mendukung Atau Bergabung Dalam Suatu Konsorsium
Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu
lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu.Dibandingkan
dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah
perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau
lembaga semacam itu yang dipercayai oleh perusahaan–perusahaan yang
mendukung secara produktif mencari mitra kerja sama dari kalangan
lembaga operasional dan kemudian mengembangkan program yang
disepakati bersama.
b. Tahapan Pelaksanaan PKBL Perum Peruri
Dalam tahapan pelaksanaannya, Perum Peruri melaksanakan Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan berdasarkan mandat melalui Peraturan
Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-05/MBU/2007
tanggal 27 April 2007 (Pedoman PKBL) dan menetapkan Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan melalui penetapan Menteri BUMN dalam
Rapat Pembahasan Bersama (RPB) yangdilakukan pada setiap tahunnya.
Dalam Rapat Pembahasan Bersama tersebut membahas tentang
Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) program PKBL setiap tahun anggaran
93
dan juga merumuskan mengenai alokasi dana program PKBL sesuai dengan
ketentuannya. Sumber dana untuk program PKBL tersebut dihasilkan dari
saldo
awal
tahun
perusahaan
dan
juga
bersumber
dari
laba
bersih/keuntungan perusahaan tahun sebelumnya (maksimal 2%). Sebelum
memberikan bantuan PKBL, Perum Peruri dalam hal ini pihak PKBL Perum
Peruri terlebih dahulu menerima dan memeriksa proposal yang masuk dari
masyarakat sebelum mereka mendapatkan bantuan dan menjadi mitra
binaan/penerima program PKBL tersebut.Bagi proposal yang memenuhi
syarat dan memenuhi kriteria, mereka (calon mitra binaan/penerima
program) akan di survei terlebih dahulu ke lokasi masing-masing
pengaju/pemohon dan bagi proposal yang kurang memenuhi syarat dan
tidak memenuhi kriteria, pihak PKBL Perum Peruri akan menerbitkan surat
penolakan kepada pengaju/pemohon yang bersangkutan.
Selanjutnya, setelah calon mitra binaan/penerima program tersebut di
survei oleh pihak PKBL Perum Peruri, kemudian pihak PKBL Perum Peruri
akan melakukan evaluasi hasil survei dan kelayakannya. Bagi calon mitra
binaan/penerima program yang layak untuk dibina atau dibantu, pihak
PKBL Perum Peruri akan melaporkan hasil survei sekaligus mengusulkan
calon mitra binaan/penerima program yang akan dibina atau dibantu kepada
Direktur Pembina. Dan pada akhirnya Direktur Pembina akan menyetujui
dan menetapkan mitra binaan/penerima program untuk dijadikan mitra
binaan untuk Program Kemitraan dan penerima bantuan untuk Program
Bina Lingkungan. Seperti itulah tahapan/alur pelaksanaan Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan yang dilaksanakan oleh Perum Peruri
94
sebagai perusahaan Badan Usaha Milik Negara dalam mengimplementasi
CSR yang dilaksanakannya.
Pada uraian dan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan adalah salah satu bentuk implementasi
CSR yang dilaksanakan oleh Perum Percetakan Uang Republik Indonesia
(Peruri) dengan merujuk kepada Peraturan Menteri Negara Badan Usaha
Milik Negara (Permen BUMN) Nomor: PER–05/MBU/2007 tanggal 27
April 2007 (Pedoman PKBL) dengan berbagai ketetapan dan tahapan yang
ada.
4. Analisis Hubungan CSR Dengan Ilmu Kesejahteraan Sosial
Ilmu Kesejahteraan Sosial adalah ilmu terapan yang mengkaji dan
mengembangkan kerangka pemikiran serta metodologi yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidup (kondisi) masyarakat
antara lain melalui pengelolaan masalah sosial, pemenuhan kebutuhan hidup
masyarakat, dan pemaksimalan kesempatan anggota masyarakat untuk
berkembang.25
Hal tersebut berkaitan dengan pernyataan yang disampaikan oleh
Bapak FX Sugiyanto selaku Kepala PKBL Perum Peruri berkaitan dengan
pandangan perusahaan terhadap kegiatan PKBL:
“Ya pandangannya sangat positif. Karena dengan amanah undangundang ini ternyata banyak yang terbantu untuk wirausaha, terbantu
untuk sarana umum, dan sebagainya. Intinya sangat positif
pandangannya.”26
25
Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan Sosial: (Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial,
dan Kajian Pembangunan) Suatu Pengantar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), h. 23.
26
Kutipan wawancara pribadi dengan Bapak FX Sugiyanto selaku Kepala PKBL Perum
Peruri, Senin, 6 Juli 2015.
95
Dalam hal ini, CSR merupakan salah satu bidang dari ilmu
kesejahteraan sosial dalam bidang pelayanan pekerjaan sosial di bidang
industri yaitu melalui model Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau model
Investasi Sosial Perusahaan. Model ini pada dasarnya menunjuk pada
perluasan peran perusahaan yang tidak hanya mengurusi kesejahteraan
pegawai dan kebutuhan konsumen saja, melainkan turut pula peduli akan
kehidupan masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan.27
Dalam hal ini, dapat dikaitkan hubungan antara CSR dengan ilmu
kesejahteraan sosial, yaitu CSR merupakan salah satu bidang dari ilmu
kesejahteraan sosial dalam hal ini bidang pelayanan pekerjaan sosial di
bidang industri melalui model Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Serta
kaitannya antara CSR dengan ilmu kesejahteraan sosial yaitu dengan
berbagai program/kegiatan CSR yang dilakukan oleh setiap perusahaan
dalam upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat untuk dapat
berkembang. Kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
merupakan suatu intervensi sosial (perubahan sosial terencana) yang
diterapkan oleh perusahaan sebagai salah satu pelaku perubahan (change
agents/agents of change) terhadap berbagai sasaran perubahan yaitu
masyarakat sekitar perusahaan maupun masyarakat luas.
Berkaitan dengan hal ini, Perum Peruri sebagai salah satu perusahaan
Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang percetakan uang
Republik
Indonesia
melaksanakan model
Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan berupa Program Kemitraan dan Bina Lingkungan atau biasa
27
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h.
209-210.
96
disingkat PKBL. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan ini merupakan
suatu bentuk intervensi sosial (perubahan sosial terencana) yang dilakukan
oleh Perum Peruri sebagai salah satu pelaku perubahan (change agents) atas
amanat yang diberikan oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) sebagai pengawas dari Pemerintah kepada perusahaan-perusahaan
berbentuk BUMN.
Program PKBL ini merupakan salah satu bentuk CSR yang
dilaksanakan oleh Perum Peruri yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup masyarakat, baik masyarakat disekitar perusahaan maupun
masyarakat luas. Target sasaran pada Program Kemitraan adalah masyarakat
yang bergerak pada kegiatan usaha kecil dan menengah (UKM) sebagai
upaya untuk meningkatkan kemampuan kegiatan usaha kecil dan menengah
untuk menjadi tangguh dan mandiri sehingga dapat meningkatkan hasil
produksi serta memperluas lapangan pekerjaan melalui pemanfaatan dana
dari bagian laba perusahaan. Contohnya seperti Bapak BT yang merupakan
salah satu mitra binaan dari Perum Peruri yang berhasil dan sukses dalam
kegiatan usahanya dalam bidang perikanan. Dia sudah hampir 5 tahun
bermitra dan menjadi mitra binaan Perum Peruri. Sementara, target sasaran
pada Program Bina Lingkungan adalah masyarakat umum yang berada di
lokasi sekitar wilayah usaha perusahaan yang membutuhkan. Seperti contoh
Perum Peruri membantu merealisasikan pembangunan/renovasi Masjid AlFalah di daerah Tangerang Selatan.
97
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Bapak
FX Sugiyanto berkaitan dengan dampak dan manfaat yang diperoleh
perusahaan melaksanakan PKBL:
“Dampaknya sangat positif, bisa membantu orang yang mau
wirausaha juga bisa membantu bukan sekedar membantu dari sisi
uang loh yaa, tapi juga membantu dari sisi pemahaman tentang
entrepreneur, tentang marketing, tentang pencatatan keuangan,
tentang proses produksi gitu kan. Disisi lain untuk perusahaan,
keuntungannya yaa kita dikenal, brand image kita dikenal, reputasi
kita meningkat karena kita bisa membantu baik itu pinjaman maupun
hibah.”28
Apa yang dilakukan oleh Perum Peruri ini, dalam beberapa hal
bersesuaian dengan pandangan John Elkingston’s berdasarkan pengertian
CSR sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, mengelompokan CSR atas 3
aspek yang lebih dikenal dengan istilah Triple Bottom Line yaitu
kesejahteraan atau kemakmuran ekonomi, peningkatan kualitas lingkungan,
dan keadilan sosial. John Elkingston’s juga menegaskan bahwa suatu
perusahaan yang ingin menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan
(sustainability development) harus memperhatikan TripleP (Profit, Planet,
and People)29, yaitu:
a. Profit (Keuntungan). Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari
keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan
berkembang. Dalam hal ini, Perum Peruri sebagai perusahaan BUMN
menjalankan kegiatan usahanya untuk mencari keuntungan ekonomi di
dalam setiap kegiatan usahanya agar dapat terus beroperasi dan
28
Kutipan wawancara pribadi dengan Bapak FX Sugiyanto selaku Kepala PKBL Perum
Peruri, Senin, 6 Juli 2015.
29
Busyra Azheri, Corporate Social Responsibility: Dari Voluntary Menjadi Mandatory,
(PT RajaGrafindo Persada, 2012), edisi I, h. 34-35.
98
berkembang. Dan dari hasil keuntungan perusahaan tersebut (Maksimal
2%), Perum Peruri melaksanakan/menjalankan amanat yang diberikan oleh
Menteri BUMN untuk melaksanakan Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan sebagai bentuk CSR yang dijalankan oleh Perum Peruri.
b. People (Manusia/Masyarakat). Perusahaan harus memiliki kepedulian
terhadap kesejahteraan manusia sebagai makhluk sosial. Beberapa
perusahaan mengembangkan program CSR seperti pemberian beasiswa
bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan
kesehatan, serta penguatan kapasitas ekonomi lokal. Dalam hal ini, Perum
Peruri memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia sebagai
makhluk sosial. Dalam hal ini, Perum Peruri melaksanakan kegiatan CSR
dalam bentuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. Hal ini
dibuktikan dengan bantuan Program Kemitraan yang diberikan kepada
salah satu mitra binaannya yaitu Bapak BT yang sukses dan berhasil pada
kegiatan usaha yang bergerak di bidang perikanan.
c. Planet (Lingkungan Hidup). Perusahaan peduli terhadap lingkungan
hidup dan keberlanjutan keragaman hayati. Beberapa program CSR yang
berpijak pada prinsip ini biasanya berupa penghijauan lingkungan hidup,
penyediaan sarana air bersih, serta perbaikan permukiman/sarana
prasarana.30 Dalam hal ini, Perum Peruri peduli terhadap lingkungan hidup
melalui Program Bina Lingkungan. Program tersebut berupa bantuan
korban bencana alam, pendidikan dan pelatihan, peningkatan kesehatan,
pengembangan sarana umum, sarana ibadah, pelestarian alam, serta
30
Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri: Memperkuat CSR, (Bandung:
Alfabeta, 2009), edisi I, h. 107.
99
pengentasan kemiskinan. Dan salah satu bukti realisasi bantuan Program
Bina Lingkungan yaitu dengan merealisasikan pembangunan/renovasi
Masjid Al-Falah di daerah Tangerang Selatan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat diperoleh hasil
antara lain:
1. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Perum Peruri
dilaksanakan atas dasar biaya keuntungan/laba bersih perusahaan yaitu
maksmimal 2 % untuk Program Kemitraan dan 2% untuk kegiatan
Program Bina Lingkungan. Berbagai kegiatan PKBL yang telah
dilaksanakan pada tahun 2014, telah memberikan dampak positif
khususnya bagi masyarakat sebagai penerima manfaat program sekaligus
membantu pemerintah untuk melaksanakan berbagai program yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, antara lain: meningkatkan
keinginan masyarakat untuk menjadi wirausaha melalui penyaluran dana
Program Kemitraan (PK) dan pembinaan kepada usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM) agar terciptanya lapangan pekerjaan, mampu
menghasilkan mitra binaan yang unggul dan sukses sehingga mampu
memberikan hasil yang maksimal dan membuat masyarakat menjadi lebih
kreatif dalam memenuhi kebutuhannya, serta melalui Program Bina
Lingkungan
(BL)
dapat
membantu
meningkatkan kondisi
masyarakat melalui berbagai sektor program.
100
sosial
101
2. Dalam Pelaksanaannya, sedikitnya ada empat pola penerapan CSR di
Indonesia menurut Zaim Saidi dan Hamid Abidin, yaitu melalui
keterlibatan langsung, melalui yayasan/organisasi sosial perusahaan,
bermitra dengan pihak lain, serta mendukung atau bergabung dalam suatu
konsorsium. Sementara, tahapan pelaksanaan PKBL Perum Peruri ini
dilaksanakan berdasarkan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik
Negara (Permen BUMN) Nomor: PER–05/MBU/2007 tanggal 27 April
2007 (Pedoman PKBL). Melalui Peraturan Menteri itulah Perum Peruri
sebagai salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara wajib
melaksanakan dan mengimplementasikan Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL) sebagai bentuk implementasi Corporate Social
Responsibility. Dalam pelaksanaannya, Perum Peruri menetapkan program
PKBL melalui penetapan Menteri BUMN dalam Rapat Pembahasan
Bersama (RPB) tersebut membahas tentang Rencana Kerja dan Anggran
(RKA) program PKBL setiap tahun anggaran dan juga merumuskan
mengenai alokasi dana program PKBL sesuai dengan ketentuannya. Rapat
Kerja dan Anggaran tersebut membahas program–program PKBL antara
lain:
a. Penyaluran dana bantuan pembinaan kepada usaha kecil dan
koperasi dalam bentuk pendidikan dan pelatihan manajemen usaha
kecil, pelatihan pengetahuan penyususnan laporan perkembangan
usaha, kegiatan pameran/promosi, peningkatan produktivitas mitra
binaan, meningkatkan penyampaian laporan perkembangan usaha
mitra binaan.
102
b. Membantu meningkatkan kondisi sosial masyarakat yang berada di
lokasi sekitar perusahaan dan wilayah lain serta penyaluran dana
bantuan kepada masyarakat dalam bentuk fisik dalam 7 sektor
program bantuan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti menghasilkan
beberapa saran untuk perusahaan, antara lain:
1. Peneliti melihat dengan banyaknya mitra binaan serta penerima manfaat
dari program–program yang dilaksanakan dan diimplementasikan pada
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Perum Peruri ini akan
sangat membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mencukupi dan
memadai untuk dapat terlaksana dengan maksimal dan tepat sasaran.
Untuk itu, peneliti melihat bahwa perlu ada penambahan struktur
pengelola khusus di PKBL yang dibuat untuk dapat memonitoring dan
survei langsung ke masyarakat sebelum mereka menjadi mitra binaan dan
penerima manfaat program PKBL Perum Peruri.
2. Pada Program Kemitraan (PK), penyaluran dana bantuan memang sudah
sangat tepat tersalurkan kepada masyarakat yang bergerak dalam usaha
mikro, kecil, dan menengah (UMKM), tetapi penyaluran dana bantuan
juga harus difokuskan dan diberikan akses kepada masyarakat yang baru
ingin memulai usaha, namun mereka tidak mempunyai modal untuk
melakukan kegiatan usahanya tersebut.
103
3. Penyaluran dana bantuan Program Kemitraan maupun Bina Lingkungan
kepada masyarakat yang dilakukan oleh Perum Peruri, belum disertai
dengan
kewajiban
dari
para
penerima
manfaat
untuk
dapat
membuat/melaporkan hasil dalam bentuk Laporan Pertanggung Jawaban
(LPJ). Karena LPJ ini sangat bermanfaat dan berguna untuk membangun
rasa tanggung jawab masyarakat agar penyaluran bantuan program PKBL
ini tidak diselewengkan dan tidak disalah gunakan oleh penerima manfaat
program tersebut. Dan juga LPJ ini juga sangat membantu perusahaan
dalam memonitoring pemanfaatan dana bantuan yang telah disalurkan.
4. Saran untuk penelitian selanjutnya yang akan meneliti mengenai CSR pada
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yaitu agar memperhatikan dan
menyiapkan
segala
hal
yang
berkaitan
dengan
masalah
administrasi/perizinan seperti surat izin penelitian dan proposal penelitian.
Kemudian untuk lebih mencari referensi tambahan mengenai buku-buku
yang berkaitan dengan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)
sebagai bentuk implementasi program CSR yang dilakukan oleh
perusahaan BUMN.
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku:
Azheri, Busyra. Corporate Social Responsibility: Dari Voluntary Menjadi
Mandatory. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012.
Adi, Rukminto, Isbandi. Kesejahteraan Sosial: (Pekerjaan Sosial, Pembangunan
Sosial, dan Kajian Pembangunan) Suatu Pengantar. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2013.
Bakar, Nurbaya, Siti. Integrasi Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM). Jakarta: Pusat Kajian Kebijakan dan Hukum Sekretariat
Jenderal Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, 2009.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2007.
Diah, M Marwah. Restrukturisasi BUMN Di Indonesia: Privatisasi Atau
Korporatisasi. Jakarta: Literata Lintas Media, 2003.
Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers,
2012.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2013.
Lako, Andreas. Dekonstruksi CSR dan Reformasi Paradigma Bisnis & Akuntansi.
Jakarta: Erlangga, 2011.
104
105
Nasdian, Tonny, Fredian. Pengembangan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor, 2014.
Nursahid, Fajar. Tanggung Jawab Sosial BUMN: Model Kedermawanan Sosial
PT Krakatau Steel, PT Pertamina, dan PT Telekomunikasi Indonesia.
Depok: Piramedia, 2006.
Radyati, Nindita, Maria. CSR Untuk Pemberdayaan Ekonomi Lokal. Jakarta:
Indonesia Business Links, 2008.
Riyanto, S Agus. PKBL Ragam Derma Sosial BUMN. Jakarta: Banana Publiser,
2011.
Saidi, Zaim dan Abidin, Hamid. Menjadi Bangsa Pemurah: Wacana dan Praktek
Kedermawanan Sosial di Indonesia. Jakarta: Piramedia, 2004.
Solihin, Ismail. Corporate Social Responsibility: From Charity to Sustainability.
Jakarta: Salemba Empat, 2009.
Suharto, Edi. CSR & Comdev: Investasi Kreatif Perusahaan Di Era Globalisasi.
Bandung: Alfabeta, 2010.
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial. Bandung: PT
Refika Aditama, 2005.
Suharto, Edi. Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri: Memperkuat CSR (Corporate
Social Responsibility). Bandung: Alfabeta, 2009.
106
Suharto, Edi. Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri: Memperkuat Tanggungjawab
Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility). Bandung: PT Refika
Aditama, 2007.
Tim Penulis. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi).
Jakarta: CeQDA, 2007.
Sumber Data Perusahaan:
Dokumentasi Arsip Perum Peruri.
Laporan Tahunan (Audited) Program Kemitraan Dan Program Bina Lingkungan
(PKBL) Tahun 2014.
Prosedur Operasional Program Kemitraan Dan Program Bina Lingkungan
(PKBL) Tahun 2014.
Rencana Kerja Dan Anggaran Program Kemitraan Dan Program Bina Lingkungan
(PKBL) Tahun 2014.
Skripsi:
Achmad Zaky. “Program CSR PT. Bank Mandiri Tbk Dalam Menumbuhkan
Minat Wirausaha di Kalangan Mahasiswa” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik USU, 2011).
107
Sandra Ratunasari. “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pada Program Kemitraan
dan Bina Lingkungan (PKBL) PT. Asuransi Jasa Indonesia (JASINDO)
Jakarta” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Jakarta, 2013).
Undang–Undang Dan Peraturan–Peraturan:
Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2007
Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2007
Undang–Undang Nomor 19 Tahun 2003
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2006
Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007
Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-08/MBU/2013
Internet:
http://www.peruri.co.id
http://maksi.unsoed.ac.id
Hasil Observasi Ke Penerima Program Kemitraan (PK) Perum Peruri
Informan
: Bapak Bahtiar
Hari/Tanggal : Kamis, 30 Juli 2015
Tempat
: Kediaman Rumah Bapak Bahtiar dan di Lokasi Kolam Ikan
Pada hari Kamis, 30 Juli 2015 peneliti berkunjung ke kediaman rumah
Bapak Bahtiar di Jalan Palem III RT 004/RW 08 Kelurahan Petukangan Utara,
Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Hal ini bertujuan untuk melakukan
kegiatan observasi sekaligus wawancara ke salah satu penerima Program
Kemitraan/Mitra Binaan PKBL Perum Peruri. Sebelum melakukan kunjungan ke
kediaman Bapak Bahtiar, peneliti terlebih dahulu melakukan kunjungan ke tempat
Bapak Bahtiar berjualan ikan segar yang berlokasi di Los Ikan Pasar Mayestik,
Jakarta Selatan. Ia menjual berbagai macam ikan segar, mulai dari ikan mas, ikan
nila, ikan gurame, serta ikan lele. Dan ketika mengunjungi kediamannya, peneliti
melakukan observasi/pengamatan mengenai usaha ikan yang dijalankannya.
Peneliti mendapatkan informasi bahwa Bapak Bahtiar tersebut sudah
hampir 5 tahun menjadi mitra binaan dan bermitra dengan Perum Peruri. Ia sudah
2 kali mengajukan proposal permohonan bantuan pinjaman modal usaha dan pada
akhirnya ia mendapatkan pinjaman modal usaha dari pihak PKBL Perum Peruri
untuk kegiatan usaha yang dijalankannya. Pinjaman modal usaha yang pertama, ia
mendapatkan pinjaman modal usaha sebesar 25 juta, setelah pinjaman pertama
selesai ia mengajukan kembali pinjaman modal untuk yg kedua kalinya. Dan
pinjaman modal usaha kedua yang ia dapatkan sebesar 50 juta. Alasan ia
mengajukan pinjaman kepada pihak PKBL Perum Peruri dikarenakan ketika itu ia
mengalami keterbatasan dalam hal permodalan untuk keberlangsungan kegiatan
usaha yang dijalankannya.
Pinjaman
modal
usaha
tersebut
diperuntukan
untuk
membeli
perlengkapan/barang-barang yang berkaitan dengan kegiatan usahanya, seperti
tempat ikannya, gentong-gentong untuk menaruh ikannya, makanan ikan, serta
membuat kolam-kolam ikan. Seiring berjalannya waktu, usaha ikan yang
dijalankan oleh Bapak Bahtiar tersebut semakin lama semakin berkembang.
Hingga saat ini, ia mempunyai beberapa lahan yang dijadikan untuk kolam-kolam
ikan untuk kegiatan usaha ternak dan bibit ikan yang dijalankannya. Ia
mempunyai kolam dan empang yang luasnya lumayan besar untuk kegiatan usaha
ternak dan pembibitan ikan lele. Selain itu, ia juga mempunyai kolam-kolam
untuk ternak dan pembibitan ikan mas, ikan gurame, serta ikan nila. Seperti yang
diungkapkan oleh Bapak Bahtiar bahwa pinjaman modal usaha yang diberikan
oleh pihak PKBL Perum Peruri tersebut sangat memberikan banyak manfaat dan
membantu kepada orang-orang yang terkendala masalah modal untuk kegiatan
usahanya.
Hasil Observasi Ke Penerima Program Bina Lingkungan (BL) Perum Peruri
Informan
: Bapak Dedi Ahmad Setiyadi
Hari/Tanggal : Jum’at, 7 Agustus 2015
Tempat
: Kediaman Rumah Bapak Dedi Ahmad Setiyadi dan
Masjid Al-Falah
Pada hari Jum’at, 7 Agustus 2015 peneliti berkunjung ke kediaman rumah
Bapak Dedi di Perum Taman Mangu Indah Blok E Kelurahan Taman Mangu,
Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan. Ia merupakan pengurus Masjid
sekaligus Ketua DKM Masjid Al-Falah. Hal ini bertujuan untuk melakukan
kegiatan observasi sekaligus wawancara ke salah satu pengurus masjid tersebut
sebagai penerima Program Bina Lingkungan PKBL Perum Peruri. Ia merupakan
salah satu pengurus masjid yang hadir pada saat pihak PKBL Perum Peruri
memberikan bantuan Program Bina Lingkungan dalam hal pelebaran dan renovasi
masjid tersebut. Hal ini berkaitan dengan salah satu Program Bina Lingkungan
yang salah satunya bergerak dalam bidang sarana ibadah.
Ketika itu, peneliti juga mengunjungi Masjid Al-Falah tersebut. Dan yang
saya amati ketika itu bahwa masjid tersebut sudah dapat digunakan untuk kegiatan
peribadatan oleh warga masyarakat setempat. Lantai 2 masjid tersebut pun sudah
dapat digunakan, akan tetapi masih ada bagian-bagian yang masih harus
diselesaikan/dirampungkan. Hal tersebut terus dilakukaan oleh pihak/pengurus
masjid dengan mempercepat pembangunan masjid tersebut agar warga setempat
dapat melaksanakan ibadah dengan nyaman. Hal tersebut juga berkaitan dengan
masalah pendanaan untuk kegiatan pelebaran dan renovasi masjid tersebut. Pihak
pengurus Masjid Al-Falah tersebut juga menyadari bahwa dana swadaya
(sumbangan) dari masyarakat setempat masih dinilai kurang. Ini yang menjadi
dasar bahwa pihak pengurus masjid untuk melakukan pengajuan proposal kepada
pihak PKBL Perum Peruri untuk mendapatkan bantuan pendanaan.
Pada saat itu, pihak Yayasan Masjid Al-Falah tersebut mengajukan
proposal kepada pihak PKBL Perum Peruri. Dan waktu itu proposal yang
diajukan oleh pihak Masjid Al-Falah tersebut diterima oleh pihak PKBL Perum
Peruri hingga pada akhirnya pihak Masjid Al-Falah tersebut mendapatkan bantuan
dari pihak PKBL Perum Peruri. Bantuan yang diberikan oleh pihak PKBL Perum
Peruri tersebut sebesar kurang lebih 25 juta dalam bentuk material dan ongkos
kerja untuk pembangunan pelebaran dan renovasi masjid tersebut. Pihak Masjid
Al-Falah pun sangat terbantu oleh bantuan yang diberikan oleh pihak PKBL
Perum Peruri sebagai upaya untuk mempercepat pembangunan masjid tersebut
serta bantuan dari PKBL Perum Peruri ini mempunyai dampak psikologis bagi
warga setempat untuk dapat termotivasi untuk lebih semangat lagimemberikan
bantuan dalam bentuk pendanaan.
Transkip Wawancara Kepala PKBL Perum Percetakan Uang
Republik Indonesia (Peruri)
Subyek
: Bapak FX Sugiyanto
Hari/Tanggal : Senin, 6 Juli 2015
Tempat
: Kantor PKBL Perum Peruri Jakarta
1. Kapan pertama kali perusahaan mengimplementasikan PKBL?
“Ya tahun 1991. Sejarahnya itu udah amanah undang–undang yang
dibicarakan mulai tahun 91. Tahun 91 kita sudah mulai menggulirkan dan
tujuannya sama bahwa dengan adanya undang–undang itu dan melalui beberapa
permen kita harus menyalurkan PKBL. Dulu bukan PKBL namanya mas, tetapi
PERELEK (Badan Pengelola Pengusaha Ekonomi Lemah dan Koperasi) dan
diubah lagi menjadi PUKK (Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi) sampai
sekarang berubah namanya menjadi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
(PKBL).”
2. Apa yang melatarbelakangi perusahaan melakukan PKBL?
“Ya karena amanah undang–undang dan permen (peraturan menteri) yang
mengatur kegiatan PKBL ini.”
3. Bagaimana pandangan perusahaan terhadap PKBL?
“Ya pandangannya sangat positif. Karena dengan amanah undang–undang ini
ternyata banyak terbantu untuk wirausaha, terbantu untuk sarana umum, dan
sebagainya. Intinya sangat positif pandangannya.”
4. Bagaimana teknis penyaluran PKBL? Apa syarat-syarat yang harus dipenuhi
oleh calon mitra binaan?
“Ya tadi, syaratnya satu harus mengajukan proposal, yang kedua mereka sudah
berjalan usaha satu tahun, omsetnya maksimal kalo dulu 1 Miliyar sekarang 2,5
Miliyar dan di SOP tuh udah ada loh di buku prosedur operasional, lalu asetnya
200 juta sekarang 500 juta diluar gedung dan tanah.”
5. Adakah unit atau divisi khusus yang mengelola PKBL?
“Ya kalo divisi pengelola ya Departemen PKBL ini, bukan divisi tapi setingkat
Kepala Departemen. Kalo divisi itu direktur muda.”
6. Kapan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dilakukan?
“Ya per-awal tahun yaitu bulan Januari, nyusunnya adalah sekitar Agustus,
September, Oktober sampai Desember itu harus ada persetujuan dari Menteri gitu
ya. Kalo untuk penjalanan programnya dari bulan Januari sampai Desember.”
7. Dengan siapa saja PKBL Perum Peruri bermitra?
“Ya dengan Dinas, dengan sesama BUMN, dengan Lembaga, Kelompok RT
dan RW setempat. Jadi bener ngga si A punya usaha disini dan sebagainya.”
8. Dari mana sumber dana PKBL? Berapa besar dana yang dialokasikan pada
setiap masing–masing bidang?
“Dari penyisihan laba setelah pajak. Besaran dana yang dialokasikan maksimal
2% dari laba bersih setelah pajak.”
9. Apa saja dampak dan manfaat yang diperoleh perusahaan setelah menjalankan
PKBL?
“Dampaknya sangat positif, bisa membantu orang yang mau wirausaha juga
bisa membantu bukan sekedar membantu dari sisi uang loh yaa, tapi juga
membantu dari sisi pemahaman tentang entrepreneur, tentang marketing, tentang
pencatatan keuangan, tentang proses produksi gitu kan. Disisi lain untuk
perusahaan, keuntungannya yaa kita dikenal, brand image kita dikenal, reputasi
kita meningkat karena kita bisa membantu baik itu pinjaman maupun hibah.”
10. Berapa maksimal pinjaman yang boleh diajukan? Dan berapa bunga yang
harus ditanggung mitra binaan?
“Yaa tadi kan maksimal di SOP 50 juta. Kalo mengajukan diproposal bisa 1
Miliyar gitu, tapi maksimal kami adalah 50 juta. Kalo untuk BL yaa maksimal 30
juta lah yaa ada yang lebih dari 50 dikarenakan situasional karena memang
mungkin kesulitan untuk mencari bantuan, memang juga sangat membutuhkan,
dan untuk kepentingan orang banyak itu yang menjadi pertimbangan kita. Kalo
disini bukan bungan tapi jasa administrasi 6%.”
11. Apakah disetiap tahunnya besaran dana yang dialokasikan untuk setiap
bidangnya selalu sama atau berubah?
“Yaa nggak. maksimal tetapnya 2% dari laba perusahaan setelah pajak. Tetapi
setiap tahun kan besaran keuntungan rupiahnya kan berbeda–beda.”
12. Berapakah mitra binaan yang bermitra dengan PKBL Perum Peruri sampai
saat ini?
“Sekitar 5.430 selama 24 tahun di 18 provinsi di seluruh Indonesia.”
Transkip Wawancara Litbang PKBL Perum Percetakan Uang
Republik Indonesia (Peruri)
Subyek
: Bapak M. Nurdjehan
Hari/Tanggal : Selasa, 14 Juli 2015
Tempat
: Kantor PKBL Perum Peruri Jakarta
1. Bagaimana proses penerimaan proposal PKBL dari masyarakat?
“Mereka biasanya setiap awal tahun membuat proposal tuh, dari mana–mana
aja tuh, nah nanti dia kirim proposalnya lewat paket (lewat Tiki, JNE). Nah nanti
proposal itu di evaluasi di litbang terus kita kasih keterangan disitu mana yang
kurang dan mana yang ngga. Nah pada saat kita mau survei ke wilayah yang akan
disurvei, itu kita bawa tuh berkasnya, kadang–kadang bisa nyusul ditempat
kekurangan–kekurangan berkasnya. Kalo proposal bina lingkungan itu bukan
standar kita, formatnya masing–masing. Begitu proposal masuk, kita liat dulu dia
ini udah mulai berjalan atau tidak. Kalo belum berjalan susah juga kita
membantunya.”
2. Apakah yang boleh mendapatkan pinjaman modal itu harus yang sudah
mempunyai usaha?
“Oh iya, minimal 1 tahun udah berjalan usahanya. 1 tahun usahanya berjalan
itu kita liat usahanya dia, aset dan omsetnya itu kita tanya.”
3. Apa saja sih yang ditanyakan oleh pihak PKBL pada saat survei ke tempat
calon mitra binaan?
“Yang kita tanya yaitu uangnya dia dirumah saat ini dan hari ini berapa, uang
yang ada ditabungan bank ada berapa, uang yang ada di orang berapa (orang yang
ngutang belom dibayar), dan terakhir uangnya dia dalam bentuk barang ada
berapa, naah itu cara menghitung aset. Nah kemampuan dia untuk mengangsur
kita ukur tuh nanti.”
4. Berapa maksimal besaran yang dipinjamkan kepada para mitra binaan?
“Kemaren 50 juta, sebelumnya ada tuh sampe 150 juta karena aturan pada saat
itu membolehkan untuk lebih dari 50 juta. Permen yang baru juli tahun ini,
Permen yang baru yaitu 09 itu boleh 75 juta. Tapi memang secara teknis belum
dilaksanakan.”
5. Apakah tahun ini sudah ada penyaluran dana lagi?
“Belum, paling hanya monitoring dan pembinaan dulu, kemaren kita udah
survei lagi di Wonosobo sama di Jogja tapi belum terealisasi. Rencananya nanti
akan direncanakan di semester II di triwulan ke berapa nanti akan ada penyaluran
tetapi kalo jadi dikarenakan masih menyesuaikan dengan panduan Permen yang
baru yang 09 dengan teknis yang seperti apa, kalo seandainya bisa yaa kita jalani
nanti gitu.”
6. Apa sih pak perbedaan antara dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan?
“Naah bedanya kalo kemitraan bentuknya pinjaman, ada ketentuanketentuannya dan kalo bina lingkungan bentuknya dana hibah untuk masyarakat.”
7. Adakah pelatihan yang diberikan kepada mitra binaan?
“Ada. Sebelum kita kasih pinjaman, kita adakan pelatihan selama 3 hari melaui
pembekalan Manajemen Usaha Kecil namanya. Itu tentang bagaimana
memanajemen keuangan dia, bagaimana tentang kebijakan–kebijakan. Itu
dilakukan supaya dia tertib administrasi ketika dia sudah menjadi mitra binaan
kita terutama memisahkan antara uang keluarga dengan uang usaha.”
Transkip Wawancara Dengan Penerima Program Kemitraan (PK) Perum
Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri)
Subyek
: Bapak Bahtiar
Hari/Tanggal : Kamis, 30 Juli 2015
Tempat
: Kediaman Bapak Bahtiar di Petukangan Utara, Jalan Palem III
RT 004/RW 08 Kelurahan Petukangan Utara, Kecamatan
Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
1. Apa itu ikan segar Dio?
“Ikan hidup yang ada seperti ikan lele, ikan mas, ikan nila, ikan gurame gitu.
Dulu mah saya ternak ikan tahun 95 ternak ikan di parung sama ternak ayam. Nah
itu berhubung saingan banyak ngga kuat beli empan nah itu jadi agak menurun
sekarang, di stop ayam di stop ikan yaa buka usaha di pasar aja sama di empang
gitu.”
2. Apakah ikan–ikan tersebut semua berasal dari empang?
“Ya separoh dari situ kalo gurame dari jawa, kalo ikan nila dari subang, kalo
lele kebanyakan dari ciseeng gitu.”
3. Sejak kapan Bapak memulai usaha ini?
“Oh sejak tahun 80 dah udah saya dagang ikut orang tua yaa sekitar kelas 5 SD
makanya saya sekolah ya agak begitu ya ngga kaya yang laen gitu menonjol. Yaa
karena dari kecil udah kenal uang nah itu jadi gabisa fokus ke belajar. Makanya
biar dikit asal nikmatin.”
4. Apakah yang membuat Bapak mengambil keputusan untuk bermitra dengan
PKBL Perum Peruri?
“Oh itu sangat bagus, membantu seperti perikanan. Saya juga bergerak dibagian
perikanan ya jadi berkembang gitu, ibarat tanaman ini akarnya buahnya
belakangan. Saya juga ngambil udah kalo ngga salah udah 5 tahun bermitra
dengan PKBL ini dengan 3 kali peminjaman dari 25 juta ke 50 juta sekarang. Ini
juga mao abis nanti rencana mao diperpanjang gitu.”
5. Dari mana Bapak tahu informasi mengenai Program Kemitraan Perum Peruri
ini?
“Oh dari istri saya kan punya kenalan. Pas kenalan pedagang–pedagang
dikumpulin ya udah jadi ngikut. Awal mulanya ya dari istri saya, informasinya
dari kenalan istri Pak Djehan terus ditanya siapa pedagang–pedagang terus
dikumpulin nanti di saring lagi gitu mana yang bagus dan kerjanya bagus nanti
baru ditarik. Ngga sembarangan dikasih dan itu diteliti dulu. Itu juga bunganya
sangat rendah, itu sangat membantu.”
6. Apa yang Bapak ketahui mengenai PKBL Perum Peruri ini?
“Naah itu bagus, sebelum menjadi mitra kita ikut training dan pelatihan dulu
seperti di puncak, di bogor begitu. Itu ada seminggu ikut pelatihan itu, kaya waktu
itu saya ikut seminar dan pelatihan di bogor ya nambah wawasan dikit dah.”
7. Berapa jumlah besaran dana yang Bapak ajukan sebagai pinjaman pada waktu
itu?
“Pinjaman pertama saya ajukan 30 juta dapetnya 25 juta, pinjaman yang kedua
50 juta gitu, yang ketiga ini kurang tau dah. Sekarang angsuran yang ke 28-29.”
8. Berapa dana pinjaman yang Bapak dapatkan dan disetujui oleh PKBL Perum
Peruri?
“25 juta waktu yang pertama, yang kedua 50 juta.”
9. Bagaimana prosedur yang Bapak lakukan hingga akhirnya mendapatkan
bantuan dari PKBL Perum Peruri?
“Ditanya dulu dagang berapa tahun, pendapatan berapa, punya sendiri apa
ngga, jenjang karirnya apa (apa dia dagang, apa dia kerja, apa dia punya usaha),
rumah ngontrak apa ngga, macem–macem dah ditanya waktu itu. Saya juga
membuat proposal pada waktu itu. kan anggunan saya sertifikat gitu.”
10. Selain pinjaman uang, adakah bantuan lain yang Bapak terima dari PKBL
Perum Peruri?
“Ngga ada. Uang aja itu berbentuk uang”
11. Adakah kesulitan yang Bapak hadapi saat mengangsur?
“Oh ngga ada. Pada saat membayar istri saya yang bayar kesana bukannya
lewat transfer, kalo saya ngga enak kalo transfer mendingan dateng sendiri
langsung bertatapan muka biar tau bagaimana perkembangan usahanya dan bisa
sharing–sharing.”
12. Selama menjadi mitra binaan, apakah pihak PKBL Perum Peruri sering
melakukan monitoring dan pembinaan terhadap usaha Bapak?
“Ngga sih, paling diliat doang usahanya apa dan sewaktu–waktu sering sih
dateng ke lapangan ke tempat saya dagang ikan untuk melihat dan nanya–nanya
perkembangan usaha saya.”
13. Berapa modal awal yang Bapak keluarkan untuk usaha ini?
“Kalo modal awal mah ya sekitar 10 juta dulu, kalo sekarang mah lebih karena
buat beli perlengkapan/barang–barangnya gitu seperti tempatnya, gentong–
gentongnya, dan lainnya.”
14. Berapakah omset/keuntungan yang Bapak dapatkan sebelum dan sesudah
menerima pinjaman dari PKBL Perum Peruri?
“Omset mah agak sama aja, sekarang kan karena kita bergerak diternak ikan
agak bertambah gitu.”
15. Apa manfaat yang Bapak peroleh setelah bermitra dengan PKBL Perum
Peruri?
“Manfaatnya banyak sih, dan juga sangat membantu. Pertama kita kaga punya
modal dibantu dengan adanya pinjaman modal ini dan agak berkembang usaha
kita gitu.”
Transkip Wawancara Dengan Penerima Program Bina Lingkungan (BL)
Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri)
Subyek
: Bapak Dedi Ahmad Setiyadi (Ketua DKM Masjid Al-Falah)
Hari/Tanggal : Jum’at, 7 Agustus 2015
Tempat
: Kediaman Bapak Dedi Ahmad Setiyadi di Perum Taman Mangu
Indah Blok E Kelurahan Taman Mangu, Kecamatan Pondok
Aren, Tangerang Selatan.
1. Sejak kapan Bapak mengajukan permintaan bantuan kepada pihak PKBL
Perum Peruri?
“Itu yang saya tidak tahu persis ya tapi realisasinya tidak sampai satu tahun
sudah terealisasi permohonan kami dari peruri, tetapi kalo saya buka file-nya
ada”.
2. Apa yang Bapak ketahui mengenai program PKBL Perum Peruri?
“Saya tidak tahu persis seperti apa struktur yang ada disana, tapi yang saya
dengar informasi bahwa peruri dasarnya memberikan sumbangan untuk apa
namanya kegiatan–kegiatan yang terkait dengan masalah peribadatan itu saja,
detailnya disana mengenai strukturnya seperti apa saya kurang tau persis begitu”.
3. Dari mana Bapak mendapatkan informasi mengenai PKBL Perum Peruri ini?
“Saya tidak bisa menyebutkan PKBL ya, yang saya ketahui adalah peruri
kemudian saya mendapatkan informasi dari temen saya bahwa suratnya itu harus
ditujukan kepada PKBL, terus siapa yang menjadi ketua PKBL-nya bukan saya
tidak tau, tetapi baru tau setelah ada realisasi seperti itu”.
4. Apa saja persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan bantuan dari
pihak PKBL Perum Peruri pada waktu itu?
“Saya tidak diberikan persyaratan, tapi di dalam proposal saya sudah
lampirkan mengenai status/profil dari pada Yayasan Al-Falah ya, karena yang
menyampaikan kesana adalah bukan DKM tetapi Yayasan Al-Falah. Cuma
kebetulan saja saya disitu terlibat dalam hal penggalangan dana gitu”.
5. Bagaimana kondisi bangunan sebelum dan sesudah menerima bantuan?
“Kebetulan bantuan ini diberikan setelah renovasi dan pembangunan itu
berjalan, dan pada progres 61 persen-an baru datang bantuan dari peruri senilai 25
juta rupiah. Yaa secara moril cukup signifikan tetapi dari nominal mungkin 25
juta dibandingkan 1,7 lebih yang sudah kami terima belum signifikan jadi kami
masih menunggu bantuan berikutnya nih dari peruri dan saya berharap peruri
masih bisa memberikan bantuan lagi karena progres ini secara fisik baru 65 persen
kira–kira, waktu peruri datang kesini menyumbang 25 juta itu dalam bentuk
material dan ongkos kerja itu senilai kalo dirupiah-kan senilai 25 juta rupiah”.
6. Dalam bentuk apa saja bantuan yang diberikan oleh pihak PKBL Perum Peruri?
“Yaa itu, bentuk uang dan barang karena waktu saya mengajukan proposal ada
informasi dari peruri gimana kalo bentuknya material tapi ternyata begitu datang
kesini memang ada material senilai 20 juta dan upah kerja senilai 5 juta gitu”.
7. Adakah pihak PKBL Perum Peruri yang melakukan kunjungan/survei sebelum
menerima bantuan?
“2 kali. Sebelum menerima satu kali, yang kedua kali langsung
merealisasikan”.
8. Saat berlangsungnya pembangunan, adakah pengawasan/monitoring yang
dilakukan oleh pihak PKBL Perum Peruri?
“Tidak ada, karena mungkin saya yakin peruri juga percaya melihat fisiknya
udah seperti ini dan dalam keadaan sedang berlangsung melaksanakan pekerjaan”.
9. Apa yang membuat Bapak dan yang lainnya mengambil keputusan untuk
mengajukan bantuan kepada pihak PKBL Perum Peruri?
“Yaa pertama karena kami memang membutuhkan, keterbatasan dari pihak
swadaya masyarakat sini terbatas sekali dan untuk mereka memberikan
sumbangannya secara bertahap dan sementara ini kalo saya liat memang
pendanaan ini 90 persen swadaya dari masyarakat. Peruri saya hanya melihat yang
namanya peruri adalah suatu lembaga yang sangat potensial untuk bisa punya
perhatian terhadap kami karena saya denger ya itu tadi ada lembaga khusus disana
yang biasa memberikan sumbangan untuk masyarakat”.
10. Dalam pelaksanaan pembangunan, apakah dilakukan secara gotong royong
antar warga atau ada tenaga ahli khusus yang menangani?
“Ada tenaga ahli karena ini kan bangunan yang tidak main–main ya cukup
besar sehingga harus melibatkan ahli baik itu sipil maupun arsitek”.
11. Adakah hambatan/kesulitan yang dihadapi dalam merealisasikan program
pembangunan masjid ini?
“Sementara saya tidak melihat ada hambatan, masyarakat cukup respon,
apresiatif untuk mendukung pembangunan ini dan Insya Allah tidak ada. Dan saya
tambahkan dengan adanya sumbangan dari peruri kan cukup di sosialisasikan atau
di informasikan kepada masyarakat disini dan itu memberikan motivasi”.
12. Apa saja kontribusi yang diberikan oleh warga setempat terhadap program ini?
“Yaa berupa dana saja karena masyarakat sudah memberikan kepercayaan
kepada tim dalam hal ini adalah Yayasan Al-Falah Taman Mangu Indah untuk
membangun masjid ini baik fisik maupun juga dalam hal pendanaan”.
13. Apa saja manfaat yang didapat setelah menerima bantuan dari pihak PKBL
Perum Peruri?
“Yaa yang jelas saya kan dapat dana dalam bentuk material itu betul–betul
sudah teralokasikan, peruri juga memberikan satu dampak psikologis kepada
masyarakat untuk lebih semangat lagi memberikan bantuan dalam bentuk
pendanaan. Yaa siapa sih yang tidak senang kami disini yang sedang
membutuhkan bantuan kemudian tiba–tiba ada pihak luar dalam hal ini lembaga
pemerintah yang cukup potensial sehingga mungkin tidak hanya sampai disini
harapan saya kepada peruri”.
Dokumentasi (Foto – Foto Penelitian)
Peneliti Di Kantor PKBL Perum Peruri
Dalam Kantor PKBL Perum Peruri
Kantor PKBL Perum Peruri
Beberapa Plakat Dan Cinderamata PKBL
Wawancara Dengan Mitra Binaan PK
Usaha Ikan Mitra Binaan PK
Peneliti Bersama Mitra Binaan PK
Di lokasi Kolam Ikan Mitra Binaan PK
Wawancara Dengan Penerima Program BL
Masjid Al - Falah
Download