hubungan antara tingkat kecemasan sosial dengan kuantitas

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN SOSIAL
DENGAN KUANTITAS MEROKOK PADA REMAJA AKHIR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh :
Cyntia Marcellyna
129114132
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN MOTTO
Mintalah, maka akan diberikan kepadamu;
carilah, maka kamu akan mendapat;
ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
~~~ Matius 7 : 7 ~~~
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan membimbingku, serta memberiku
kesabaran dan semangat untuk tidak pantang menyerah
Kedua orang tua, kakak dan adikku atas perhatian dan dukungannya selama ini
Sahabat-sahabat terbaik dalam hidupku
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN SOSIAL DENGAN
KUANTITAS MEROKOK PADA REMAJA AKHIR
Cyntia Marcellyna
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara tingkat
kecemasan sosial dengan kuantitas merokok pada remaja akhir. Hipotesis dalam penelitian ini
adalah terdapat hubungan positif antara tingkat kecemasan sosial dengan kuantitas merokok pada
remaja akhir. Subjek yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 100 subjek dengan rentang usia
18 sampai dengan 21 tahun. Penelitian ini menggunakan skala kecemasan sosial yang juga
mencakup beberapa pertanyaan seputar kuantitas merokok. Berdasarkan hasil koefisien
Alpha-Cronbach pada skala kecemasan sosial, diperoleh hasil sebesar 0.943. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa syarat reliabilitas yang baik telah terpenuhi pada skala tersebut. Analisis data
dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi Spearman Rank Rho. Penelitian ini
menghasilkan koefisien korelasi sebesar 0.009 dengan nilai signifikansi (p) = 0.465. Selain itu,
hasil uji linearitas diperoleh nilai F = 0.010 dengan nilai signifikansi (p) = 0.921. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan positif secara signifikan antara tingkat kecemasan
sosial dengan kuantitas merokok pada remaja akhir.
Kata Kunci : kecemasan sosial, kuantitas merokok, remaja akhir.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
THE RELATIONSHIP BETWEEN SOCIAL ANXIETY LEVEL AND
SMOKING QUANTITY IN LATE ADOLESCENT
Cyntia Marcellyna
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
ABSTRACT
This research aimed to know whether there was relationship between social anxiety level and
smoking quantity in late adolescent. The hypothesis of this research said there was positive
correlation between social anxiety level and smoking quantity in late adolescent. The subjects of
the research were 100 subjects with age ranges between 18 to 21 years old. This research used a
scale of social anxiety that also included some questions about smoking quantity. Based on the
coefficient results of Alpha Cronbach on the scale of social anxiety level, it was obtained 0.943.
The result indicated that a good reliability requirement had been fulfilled on the scale. The data in
the research were analyzed using Spearman Rank Rho correlation technique. The result of this
research showed a coefficient correlation of 0.009 with significance value (p) = 0.465. In addition,
result of linearity test obtained value of F = 0.010 with significance value (p) = 0.921. These
results showed there was no positive relationship significantly between social anxiety level and
smoking quantity in late adolescent.
Keywords: social anxiety, smoking quantity, late adolescent.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Bapa di surga karena atas penyertaanNya dan belas
kasihNya-lah yang kuat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi
ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
psikologi di Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari ada banyak pihak yang telah berkontribusi besar hingga
skripsi ini dapat selesai. Oleh karen itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1.
Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. sebagai Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma dan juga penguji 2
2.
Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si. sebagai Kaprodi Psikologi Universitas
Sanata Dharma
3.
Bapak Drs. Hadrianus Wahyudi, M.Si. sebagai dosen pembimbing akademik
4.
Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si. sebagai dosen pembimbing skripsi dan penguji
1
5.
Ibu Diana Permata Sari, M.Sc. sebagai penguji 3
6.
Seluruh Bapak dan Ibu dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
yang telah membagikan pengetahuan dan ilmunya kepada penulis
7.
Kedua orang tua serta kakak dan adik penulis yang sangat dikasihi dan
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
disayangi
8.
Semua remaja akhir yang bersedia menjadi subjek penelitian penulis
9.
Teman-teman angkatan 2012 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
10. Karina, Uci, Ka Lina, Pras, dan Ka Thya yang tidak pernah letih memberiku
bantuan dan semangat, aku mengasihi kalian
11. Teman-teman seperjuangan penulis : Emma, Dara, Raras, Sekar, Ema Prima,
dan Flo. Terima kasih karena selalu membagikan pengetahuan dan
memberikan solusi ketika penulis merasa kesulitan
12. Mbak Astrid, Mbak Raisa, Mbak Tirsa, Ka Riana, dan Mbak Pascha terima
kasih atas petuah, pengetahuan, dan pengalamannya dalam menginspirasi
penulis untuk mengerjakan skripsi
Akhir kata, penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna, sehingga
penulis terbuka untuk menerima dan menghargai segala kritik dan saran yang
membantu menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
banyak orang.
Yogyakarta, 1 Agustus 2017
Cyntia Marcellyna
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING……….……………………………………….ii
PENGESAHAN SKRIPSI…………………………………………………….…iii
HALAMAN MOTTO ........................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………………….vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS……………………………..vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT .......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................. x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL................................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8
1. Manfaat Teoretik ............................................................................ 8
2. Manfaat Praktis .............................................................................. 8
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 10
A. Kecemasan Sosial............................................................................... 10
1. Definisi ......................................................................................... 10
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Aspek-aspek Kecemasan Sosial ....................................................11
3. Ciri-ciri Orang yang Memiliki Kecemasan Sosial ....................... 13
4. Faktor Penyebab Kecemasan Sosial............................................. 15
5. Dampak Kecemasan Sosial .......................................................... 17
B. Kuantitas Merokok ............................................................................. 18
1. Definisi ......................................................................................... 18
2. Tipe-tipe Perokok ......................................................................... 19
3. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Merokok .................................. 20
4. Kandungan Rokok ........................................................................ 24
5. Dampak Merokok......................................................................... 25
C. Remaja Akhir ..................................................................................... 27
1. Definisi ......................................................................................... 27
2. Ciri-ciri Masa Remaja Akhir ........................................................ 29
3. Tugas Perkembangan Masa Remaja Akhir .................................. 31
4. Perkembangan Kognitif Remaja .................................................. 32
5. Perkembangan Sosial Remaja ...................................................... 33
D. Dinamika Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Sosial Dengan
Kuantitas Merokok Pada Remaja Akhir ....................................... 35
E. Skema Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Sosial Dengan
Kuantitas Merokok Pada Remaja Akhir ....................................... 38
F. Hipotesis Penelitian............................................................................ 38
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 40
A. Jenis dan Desain Penelitian ................................................................ 40
B. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional .................................. 40
1. Identifikasi Variabel ..................................................................... 40
2. Definisi Operasional..................................................................... 41
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Kecemasan Sosial................................................................... 41
b. Kuantitas Merokok ................................................................. 41
C. Subjek Penelitian................................................................................ 42
D. Instrumen Penelitian........................................................................... 42
1. Skala Kecemasan Sosial ............................................................... 43
2. Cara Pemberian Skor.................................................................... 44
E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ................................................... 45
1. Validitas ........................................................................................ 45
2. Reliabilitas ................................................................................... 45
3. Seleksi Item .................................................................................. 47
4. Teknik Analisis Data .................................................................... 49
a. Uji Normalitas ........................................................................ 49
b. Uji Linearitas.......................................................................... 49
5. Pengujian Hipotesis Penelitian..................................................... 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 51
A. Pelaksanaan Penelitian ....................................................................... 51
B. Deskripsi Subjek dan Data Demografis Subjek ................................. 51
C. Deskripsi Data Penelitian ................................................................... 53
D. Kategorisasi ........................................................................................ 54
E. Analisis Data Penelitian ..................................................................... 57
1. Uji Asumsi.................................................................................... 57
a. Uji Normalitas ........................................................................ 57
b. Uji Linearitas.......................................................................... 58
2. Uji Hipotesis ................................................................................ 59
F. Pembahasan ........................................................................................ 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 67
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A. Kesimpulan ........................................................................................ 67
B. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 67
C. Saran ................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 69
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 3.0 Blueprint dan Distribusi Item Skala Kecemasan Sosial Sebelum
Seleksi Item ......................................................................................... 43
Tabel 3.1 Pemberian Skor Skala Kecemasan Sosial .............................................45
Tabel 3.2 Reliabilitas Skala Kecemasan Sosial Sebelum Seleksi Item .................46
Tabel 3.3 Reliabilitas Skala Kecemasan Sosial Setelah Seleksi Item ...................47
Tabel 3.4 Blueprint dan Distribusi Item Skala Kecemasan Sosial Setelah
Seleksi Item ......................................................................................... 48
Tabel 4.0 Data Demografi Subjek Berdasarkan Asal Universitas ......................... 52
Tabel 4.1 Data Demografi Subjek Berdasarkan Usia............................................53
Tabel 4.2 Deskripsi Data Penelitian ......................................................................53
Tabel 4.3 Norma Kategorisasi Kecemasan Sosial .................................................55
Tabel 4.4 Kategorisasi Kecemasan Sosial ............................................................. 55
Tabel 4.5 Kategorisasi Kuantitas Merokok ........................................................... 56
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas..............................................................................57
Tabel 4.7 Hasil Uji Linearitas ...............................................................................58
Tabel 4.8 Hasil Uji Korelasi Spearman Rank Rho ................................................59
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 SKALA UJI COBA ..................................................................... 78
LAMPIRAN 2 RELIABILITAS SKALA ............................................................ 90
LAMPIRAN 3 SKALA PENELITIAN ............................................................... 97
LAMPIRAN 4 HASIL PENELITIAN ............................................................... 107
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, kebiasaan merokok telah menjadi budaya di berbagai belahan
dunia. Menurut hasil penelitian The Tobacco Atlas tahun 2015, jumlah perokok
aktif di Indonesia dinobatkan sebagai peringkat pertama terbanyak di dunia. Selain
itu, menurut Kementerian Kesehatan, tahun 2016 jumlah perokok aktif di
Indonesia berkisar 90 juta jiwa (Kompasiana, 2017).
Data Susenas tahun 2015 menyatakan bahwa jumlah perokok usia 15-24 tahun
adalah sebanyak 19,55% (Okezone, 2017). Selain itu, dari total remaja yang
disurvei ditemukan bahwa 19,4% remaja adalah perokok, yang terdiri dari 35,3%
remaja laki-laki dan 3,4% remaja perempuan (GYTS, 2014). The Global Adult
Tobacco Survey (GATS) tahun 2015 juga menyatakan bahwa jumlah perokok di
Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas, laki-laki mencapai 67% dan perempuan
3% (Depkes).
Merokok adalah kegiatan membakar tembakau yang kemudian dihisap
asapnya, baik menggunakan rokok batangan maupun menggunakan pipa (Sitepoe,
2000). Seseorang yang melakukan perilaku merokok dapat dibedakan menjadi
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
perokok aktif dan perokok pasif (Smet, 1994). Perokok aktif itu sendiri
digolongkan dalam beberapa tingkatan, yaitu : perokok aktif ringan adalah
individu yang menghabiskan sekitar 1-4 batang rokok setiap hari, perokok aktif
sedang adalah individu yang menghabiskan sekitar 5-14 batang rokok setiap hari,
dan perokok aktif berat menghabiskan rokok sekitar lebih dari 15 batang perhari
(Smet dalam Hasnida & Kemala, 2005).
Merokok sebenarnya memberikan berbagai efek negatif fisiologis dan
psikologis kepada si perokok (Budiman, 2011). Namun, para perokok terkadang
tidak mengetahui atau mempedulikan efek negatif yang diberikan oleh rokok itu
sendiri. Faktor umum yang menyebabkan perilaku merokok pada remaja yaitu
pencarian jati diri, kurangnya pengetahuan tentang bahaya rokok bagi kesehatan,
orangtua yang perokok, dan teman sebaya (WHO, 1993). Ada juga anggapan
yang menyatakan bahwa merokok merupakan simbol atas kekuasaan, kejantanan,
dan kedewasaan (Brigham, 1991). Selain itu, berdasarkan data dari 2.074
responden pelajar di Indonesia, 11,8% pelajar pria dan 3,5% pelajar wanita
menganggap rokok akan menambah teman, sementara 9,2% pelajar pria dan 2,4%
pelajar wanita menganggap merokok akan membuat mereka terlihat lebih atraktif
(GYTS, 2011).
Perilaku merokok pada remaja juga ternyata berhubungan dengan peristiwa
stres dalam kehidupan sehari-hari. Remaja yang mengalami kecemasan atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
masalah yang bersifat emosional akan mengonsumsi rokok sebagai upaya untuk
mengatasi masalahnya atau sebagai kompensatoris kecemasan yang dialihkan
(Komasari & Helmi, 2000). Selain itu, dikatakan juga bahwa remaja yang sedang
dalam keadaan tertekan mempunyai kemungkinan dua kali lebih besar untuk
merokok dibandingkan dengan individu lainnya (Booker, Gallaher, Unger,
Ritt-Olson, & Johnson, 2004). Wills (Nasution, 2007) juga mengatakan bahwa
semakin besar stres yang dialami oleh remaja maka akan semakin banyak juga
rokok yang mereka konsumsi.
Penelitian yang serupa dan mendukung penelitian yang akan dilakukan
adalah penelitian yang dilakukan Utomo (2011), hasil penelitian tersebut
menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan perilaku
merokok pada siswa kelas X dan XI di SMA Colombo Kabupaten Sleman
Yogyakarta. Hasil penelitian lainnya juga menyatakan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan perilaku merokok pada pelajar
putra SMK di Kota Semarang (Gunawan, 2007). Perbedaan antara penelitian
yang dilakukan oleh peneliti dengan 2 penelitian yang telah dilakukan oleh
Utomo dan Gunawan, yaitu terletak pada variabel kecemasan. Peneliti lebih
menspesifikasikan kecemasan yang digunakan yaitu kecemasan sosial di
lingkungan kampus, sedangkan 2 peneliti sebelumnya menggunakan kecemasan
secara menyeluruh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Kecemasan
atau stres yang dialami seseorang dapat mengganggu
kehidupannya sehari-hari (APA, 2000). Bila kecemasan yang dialami oleh
seseorang tidak ditangani atau diatasi dengan baik, maka emosi dan perilakunya
dapat terpengaruh. Selain itu, remaja yang mengalami kecemasan akan memiliki
risiko untuk melakukan kenakalan, termasuk perilaku berisiko (Retnowati, 2008).
Penelitian Chiao et al. (2012) menyatakan bahwa perilaku merokok adalah salah
satu perilaku yang cenderung dilakukan oleh remaja. Selain itu, penelitian lainnya
juga menyatakan bahwa tingkat stres dan kecemasan yang tinggi berakibat pada
meningkatnya risiko untuk merokok (Finkelstein, Kubzansky, & Goodman,
2006).
Gangguan kecemasan yang dialami oleh seseorang tentunya akan berbeda
satu dengan yang lainnya dan jenisnya pun akan berbeda-beda. Pemikiran Freud
(Semium, 2006) tentang penyebab kecemasan adalah kecemasan disebabkan oleh
perasaan tidak berdaya yang luar biasa. Kategori gangguan kecemasan menurut
DSM IV-TR (2000) antara lain gangguan panik tanpa agoraphobia, gangguan
panik dengan agoraphobia, agoraphobia tanpa riwayat gangguan panik, phobia
spesifik, phobia sosial (kecemasan sosial), gangguan obsesif-kompulsif,
gangguan stres pasca traumatik, gangguan stres akut, gangguan kecemasan umum,
dan gangguan kecemasan yang tidak terdefinisi.
Salah satu jenis gangguan kecemasan, yaitu kecemasan sosial merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
masalah kesehatan mental peringkat ketiga setelah depresi dan penyalahgunaan
alkohol (Pierce, 2013). Seseorang yang memiliki kecemasan sosial dapat
terpengaruh emosi dan juga perilakunya (Jiwo, 2012). Kecemasan sosial ini juga
dapat memengaruhi pekerjaan, sekolah, dan aktivitas harian lainnya. Selain itu,
kecemasan social juga dapat menyulitkan untuk membentuk dan menjaga
pertemanan (Samsara, 2017).
Kecemasan sosial adalah sekumpulan perilaku yang berhubungan dengan
ketakutan terhadap situasi dan performa sosial yang dirasakan akan memalukan,
mencakup beberapa situasi, seperti berbicara di depan umum, menarik diri dari
percakapan dengan orang yang tidak dikenal atau figur otoritas, menunjukkan
perilaku asertif dengan individu yang berbeda, serta makan dan minum di depan
sekelompok orang (APA, 2000). Selain itu, kecemasan sosial didefinisikan
sebagai perasaan malu dinilai atau diperhatikan oleh orang lain karena adanya
prasangka bahwa orang lain menilai negatif terhadap dirinya (Rakhmat, 2007).
Kecemasan sosial juga diwarnai oleh kekhawatiran individu tentang bagaimana ia
membawa diri dalam situasi sosial. Kecemasan sosial ini sendiri dibagi dalam
tiga tingkatan, yaitu tingkat kecemasan rendah, sedang, dan berat (May, Lou, &
Johnson; 2005). Seseorang yang mengalami kecemasan sosial biasanya
mengalami beberapa tanda-tanda pada fisiknya, antara lain blushing (muka
merah), berkeringat, gemetar atau bergetar, detak jantung cepat, gangguan perut,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
mual, suara gemetar, ketegangan otot, kebingungan, diare, dan tangan dingin atau
basah (Jiwo, 2012).
Kecemasan sosial biasanya dimulai pada awal hingga pertengahan belasan
tahun, walaupun kadang-kadang dapat terjadi lebih awal pada masa kanak-kanak
atau dewasa (Schroeder & Gordon, 2002). Pada tahun 2013 dikatakan bahwa
sebanyak 15,8% remaja di Indonesia mengalami kecenderungan kecemasan
sosial yang cukup tinggi (Vriends, 2013). Penelitian lain juga menyatakan bahwa
kecemasan sosial yang terjadi pada remaja berusia 9 hingga 17 tahun
diperkirakan 10% hingga 20% (Maertz, 2001; Joshi, 2013). Selain itu, ada sekitar
10,7% sampai 17,3% anak dan remaja yang mengalami gangguan kecemasan
(Wenar & Kerig, 2005).
Berdasarkan data di atas, dapat kita ketahui bahwa usia remaja adalah usia
yang rentan mengalami kecemasan sosial. Hal tersebut dikarenakan pada masa
remaja terjadi peningkatan kesadaran akan penilaian lingkungan sosial terhadap
penampilan dan bagaimana bertingkah laku. Penjelasan tersebut juga didukung
oleh pernyataan Buss (dalam Subasi, 2013), bahwa remaja adalah tahapan di
mana seseorang mengalami tingkat kecemasan sosial yang tinggi. Selain itu,
remaja menjadikan peran teman sebaya dan lingkungan sosialnya menjadi sangat
berarti. Remaja ingin diterima oleh kawan-kawannya dan akan merasa sedih bila
dikucilkan / diasingkan. Persepsi remaja mengenai pengasingan dari kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
teman sebaya tersebut dapat secara langsung menimbulkan kecemasan sosial.
Kebutuhan untuk diterima seringkali membuat remaja berbuat apa saja agar dapat
diterima kelompoknya dan terbebas dari sebutan “pengecut” dan “banci”
(Komasari & Helmi, 2000). Faktor terpenting yang juga dapat menyebabkan
kecemasan sosial pada remaja, yaitu penyesuaian diri dalam rangka memenuhi
tugas perkembangan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa berbagai
masalah yang mungkin terjadi pada tahap perkembangan remaja dapat menjadi
salah satu penyebab terjadinya kecemasan sosial. Untuk mengurangi kecemasan
sosial tersebut, remaja dengan didukung oleh berbagai anggapan dan pandangan
tentang rokok akan lebih mudah memilih untuk mengonsumsi rokok. Hal
tersebutlah yang membuat penulis merasa tertarik dengan masalah tersebut dan
mengajukan judul, yakni hubungan antara tingkat kecemasan sosial dengan
kuantitas merokok pada remaja akhir.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan latar belakang di atas, maka masalah yang ingin
diketahui dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan positif antara
tingkat kecemasan sosial dengan kuantitas merokok pada remaja akhir ?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari kegiatan penelitian ini, yaitu :
1.
Untuk mengetahui tingkat kecemasan sosial pada remaja akhir
2.
Untuk mengetahui kuantitas merokok pada remaja akhir
3.
Untuk melihat hubungan antara tingkat kecemasan sosial dengan
kuantitas merokok pada remaja akhir
D. Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoretik
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan atau
rujukan bagi peneliti selanjutnya yang memusatkan perhatian terhadap
permasalah yang sama. Selain itu, penelitian ini juga diharapakan dapat
menambah pengetahuan tentang hubungan antara tingkat kecemasan sosial
dengan kuantitas merokok sesuai dengan topik permasalahan pada penelitian
ini.
2.
Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat diantaranya :
a.
Bagi remaja akhir : Sebagai bahan pertimbangan bagi remaja agar
dapat memilih cara yang baik dan sehat untuk mengurangi
kecemasan sosial yang mereka miliki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
b. Bagi orang dewasa / orang tua : Sebagai bahan masukan bagi para
orang dewasa / orang tua untuk dapat membantu dalam memilih
lingkungan dan memberikan contoh perilaku yang baik bagi para
remaja akhir khususnya dalam hal mengurangi kecemasan sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kecemasan Sosial
1.
Definisi
Kecemasan sosial menurut La Greca dan Lopez (1998) adalah ketakutan
yang menetap terhadap situasi sosial yang berhubungan dengan performa diri
dan menghadapi evaluasi dari orang lain, diamati, takut dipermalukan, dan
dihina. Selain itu menurut Vertue (2003), kecemasan sosial adalah perasaan
cemas ketika berada di lingkungan sosial tertentu, seperti ketika berada di
tempat yang ramai, ketika harus berbicara di depan umum, wawancara, dan
situasi-situasi sosial lainnya. Dalam DSM IV-TR (2000), kecemasan sosial
didefinisikan sebagai perilaku yang berhubungan dengan ketakutan terhadap
situasi dan performa sosial yang dirasakan akan memalukan, mencakup
beberapa situasi seperti berbicara di depan umum, menarik diri dari
percakapan dengan orang yang tidak dikenal atau figur otoritas,
menunjukkan perilaku asertif dengan individu yang berbeda, serta makan dan
minum di depan sekelompok orang.
Kecemasan sosial seringkali bersifat kronis dan tak henti-hentinya, serta
dapat memiliki konsekuensi negatif yang cukup besar pada kualitas hidup
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
(Parr & Cartwright-Hatton, 2014). Gangguan kecemasan sosial ini sering
dikaitkan dengan gangguan kejiwaan komorbid, masalah kesehatan kronis,
ketergantungan keuangan atau beban ekonomi, keinginan bunuh diri,
masalah keluarga, serta fungsi umum sosial dan pekerjaan yang rendah.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kecemasan sosial adalah keadaan
dimana seseorang mengalami ketakutan dalam menghadapi situasi sosial,
khususnya evaluasi negatif dari orang lain terhadap performa dirinya. Pada
penelitian ini, situasi sosial yang digunakan yaitu pada lingkup lingkungan
kampus.
2.
Aspek-aspek Kecemasan Sosial
La Greca dan Lopez (Olivares, 2005) menyatakan bahwa ada 3 aspek
kecemasan sosial, yaitu :
a.
Ketakutan akan evaluasi negatif.
Ketakutan akan evaluasi negatif seperti khawatir untuk melakukan
atau mengatakan sesuatu yang memalukan atau membuat dirinya merasa
hina. Selain itu, individu akan merasa bahwa orang lain sedang
memperhatikan dengan teliti setiap gerak yang dilakukannya. Individu
juga cenderung fokus terhadap dirinya sendiri dan mengkoreksi
kemampuan sosial yang dimilikinya serta terbawa dalam mengevaluasi
kemampuan dirinya sendiri pada saat berinteraksi dengan orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Kekhawatiran terhadap evaluasi negatif dari orang lain atau kelompok
juga dapat terjadi pada saat individu melakukan pidato di depan umum
(DeVito, 2001).
b.
Penghindaran sosial dan rasa tertekan dalam situasi yang baru atau
berhubungan dengan orang asing/baru
Contoh dari penghindaran sosial dan rasa tertekan dalam situasi baru
adalah ketika individu merasa gugup saat berbicara dan tidak mengerti
mengapa hal tersebut dapat terjadi. Individu juga akan merasa malu pada
saat dekat dengan orang lain dan gugup pada saat bertemu dengan orang
yang baru dikenal. Selain itu, individu juga akan merasa khawatir saat
mengerjakan sesuatu yang baru di depan orang lain. Hal tersebut
membuat individu yang merasakannya akan menghindari kontak mata
dan situasi sosial.
c.
Penghindaran sosial dan rasa tertekan yang dialami secara
umum/dengan orang yang dikenal.
Penghindaran sosial dan rasa tertekan yang dialami secara umum
dengan orang yang dikenal seperti melihat bagaimana kemampuan
individu dalam membangun relasi. Selain itu, individu juga akan merasa
tidak nyaman mengajak orang lain karena takut terhadap penolakan,
merasa kesulitan bertanya kepada orang lain, dan merasa malu ketika ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
pekerjaan kelompok.
Berdasarkan uraian pada subbab ini, maka dapat kita ketahui bahwa
aspek kecemasan sosial terbentuk dari ketakutan akan evaluasi negatif,
penghindaran sosial dan rasa tertekan dalam situasi yang baru, serta
penghindaran sosial dan rasa tertekan yang dialami secara umum dengan
orang yang baru dikenal.
3.
Ciri-ciri Orang yang Memiliki Kecemasan Sosial
Kecemasan sosial merupakan salah satu bentuk dari gangguan mental
yang ditandai oleh ketakutan yang ekstrim dan konsisten ketika bertindak
dengan cara yang memalukan, bertemu orang baru, adanya pengawasan
dalam berbagai kinerja dan/atau situasi interaksional. Kecemasan sosial juga
terkait dengan rasa malu atau penghinaan (Reijntjes et al., 2011).
Perilaku yang akan muncul pada orang dengan kecemasan sosial yaitu
berpikir bahwa orang lain akan menolak dirinya, berpikir bahwa orang lain
menganggapnya sangat buruk atau bodoh, dan mengurangi atau bahkan
menarik diri untuk berbicara di depan umum (Vertue, 2003). Selain itu,
perilaku-perilaku seperti selalu merasa ada orang lain yang mengevaluasi,
mengkritisi dan menghakimi mereka; merasa sendiri, tertutup dengan
orang-orang di sekitar mereka meskipun orang-orang yang familiar bersama
dengan mereka; merasa setiap orang selalu mendikte setiap langkah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
harus diambil; dan tidak bisa merasa santai ketika ada orang lain di sekitar
mereka juga akan dirasakan oleh seseorang yang mengalami kecemasan
sosial.
Orang-orang dengan kecemasan sosial takut untuk melakukan atau
mengatakan sesuatu yang memalukan atau yang akan membuat dirinya
terlihat hina. Mungkin mereka merasa seakan-akan seribu pasang mata
sedang memeriksa dengan teliti setiap gerak-gerik yang mereka lakukan.
Mereka cenderung sangat kritis terhadap kemampuan sosial mereka dan
terbawa dalam mengevaluasi performa mereka sendiri ketika berinteraksi
dengan orang lain (APA, 2013).
Selain ciri-ciri yang telah disebutkan di atas, masih ada beberapa gejala
yang dapat kita lihat pada seseorang yang mengalami kecemasan sosial, yaitu
simptom fisik seperti gemetar, wajah yang memerah, terbata-bata ketika
berbicara, telapak tangan berkeringat, detak jantung yang bertambah cepat,
dan mulut kering (Vertue, 2003). Gejala lainnya yang juga dirasakan saat
seseorang mengalami kecemasan sosial, yaitu otot-otot menjadi tegang.
Ingman (1999) juga mengemukakan simtom-simtom kecemasan sosial
yang dapat diekspresikan, yaitu :
a.
Simtom Fisik
Simtom fisik yang dialami oleh orang-orang dengan kecemasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
sosial yaitu : (1) keringat yang berlebihan, (2) detak jantung yang
berdebar-debar, (3) wajah memerah, (4) bergetar, (5) sakit perut, (6) mati
rasa, dan (7) pusing.
b.
Simtom Tingkah Laku
Orang dengan kecemasan sosial juga akan mengalami simtom
tingkah laku, seperti (1) tidak berani/sedikit melakukan kontak mata, (2)
penundaan, (3) cara bicara tidak lancar, (4) gelisah, dan (5) menolak
interaksi sosial.
c.
Simtom Kognitif
Orang dengan kecemasan sosial tidak hanya mengalami simtom
fisik ataupun simtom tingkah, tetapi juga akan mengalami simtom
kognitif. Simtom kognitif tersebut, yaitu (1) kesadaran diri yang tinggi
dan (2) kewaspadaan yang berlebihan.
Berdasarkan penjelasan di subbab ini, maka dapat disimpulkan bahwa
ciri-ciri individu yang mengalami kecemasan sosial dapat diketahui melalui
simtom fisik, simtom tingkah laku, dan juga simtom kognitif.
4.
Faktor Penyebab Kecemasan Sosial
Kecemasan tidak muncul dari kondisi jaringan di dalam tubuh,
melainkan ditimbulkan oleh sebab-sebab dari luar (Freud dalam Semium,
2006). Apabila timbul kecemasan, ia akan memotivasi individu untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
melakukan sesuatu. Pemikiran awal Freud (Semium, 2006) tentang penyebab
kecemasan adalah represi dorongan seksual. Namun kemudian, Freud
mengemukakan lagi bahwa kecemasan disebabkan oleh perasaan tidak
berdaya yang luar biasa.
Faktor internal yang menyebabkan kecemasan sosial antara lain warisan
sifat, kimia otak, struktur otak, serta pengalaman negatif. Selain faktor
internal individu, keluarga juga dapat menyebabkan kecemasan sosial. Faktor
keluarga tersebut termasuk gaya pengasuhan orang tua, antara lain penolakan
yang tinggi, overprotektif, kurangnya kehangatan emosional, tekanan atau
permasalahan yang dialami orang tua seperti kecemasan, depresi, dan
ketergantungan terhadap alkohol. Faktor penyebab kecemasan sosial lainnya
menurut Oort et al. (2011) yaitu adanya pengalaman traumatis dari teman
sebaya seperti penganiayaan, intimidasi, dan ancaman.
Menurut APA (2013), kecemasan sosial dapat muncul dalam situasi
interaksi sosial (misalnya bercakap-cakap, bertemu orang-orang asing),
merasa diamati (saat makan atau minum), dan tampil di depan orang lain
(misalnya memberikan pidato). Situasi yang dapat memunculkan kecemasan
sosial dapat diklasifikasikan dalam 4 kategori primer, yaitu (1) interaksi
formal, misalnya menyampaikan sambutan, pidato, ceramah, presentasi rapat;
(2) interaksi non-formal, misalnya bertemu dengan orang yang tidak dikenal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
atau orang asing, datang ke pesta; (3) interaksi yang menuntut perilaku
asertif, misalnya menyampaikan ketidaksetujuan, menolak permintaan teman;
(4) diperhatikan orang lain, misalnya saat bekerja, menulis, makan, dan
lain-lain (Leary & Kowalsky, 1997).
Berdasarkan penjelasan pada subbab ini, dapat diketaui bahwa penyebab
kecemasan sosial yaitu faktor diri, faktor keluarga, dan faktor teman sebaya.
5.
Dampak Kecemasan Sosial
Kecemasan
sosial
berdampak
pada
fungsi
peran
sosial
dan
perkembangan karir pada seseorang, karena kecemasan akan dapat
memengaruhi beberapa aspek kehidupan (Bhamani & Hussain, 2012). Akibat
yang ditimbulkan adalah hambatan tingkah laku serta perubahan emosi dan
juga perilaku. Individu akan menjadi serba ragu-ragu, takut-takut, dan tidak
berani melakukan sesuatu. Selain itu, kecemasan sosial berdampak pada
penyalahgunaan zat seperti narkoba, putus sekolah, lebih rendahnya tingkat
pencapaian pendidikan, menjadi penggangguran dan melakukan penipuan
(Garcia et al., 2008).
Kecemasan sosial juga membuat individu berperilaku berdasarkan
interpretasi subjektif (Torres & Guerra, 2002), yang mana interpretasi ini
lebih banyak didominasi oleh evaluasi negatif pada peristiwa sosial yang
tidak menyenangkan (Wilson & Rapee, 2005). Remaja dengan kecemasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
sosial juga memiliki risiko untuk melakukan kenakalan, termasuk perilaku
berisiko seperti merokok (Lestari & Sugiharti, 2011). Dalam bentuknya yang
ekstrim, remaja tersebut juga akan bisa menjurus kepada keadaan cemas
yang neurotik (yang sudah tergolong gangguan jiwa).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat kita ketahui bahwa
kecemasan sosial itu sendiri dapat memberikan berbagai dampak negatif
pada individu. Pada tingkatan yang lebih parah, kecemasan sosial akan
menimbulkan hambatan tingkah laku serta menjurus pada kecemasan yang
neurotik.
B. Kuantitas Merokok
1.
Definisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kuantitas adalah
banyaknya (benda dan sebagainya) atau jumlah (sesuatu). Sedangkan
kuantitas menurut Adam & Thompson (1990) adalah kualitas sesuatu hal
yang terbentuk dari proses pengukuran, contohnya ukuran jumlah.
Definisi merokok menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah mengisap rokok. Sedangkan menurut Harissons (dalam Sitepoe, 2000)
merokok adalah kegiatan membakar tembakau yang kemudian dihisap
asapnya, baik menggunakan rokok batangan maupun menggunakan pipa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Selain itu, merokok juga adalah kegiatan membakar salah satu ujung pada
rokok dan membiarkannya membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut
pada ujung lainnya.
Berdasarkan beberapa definisi tentang kuantitas dan merokok yang telah
dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kuantitas merokok
adalah seberapa banyak kegiatan membakar dan menghirup asap rokok yang
dilakukan oleh seseorang dan dapat diukur secara kuantitatif.
2.
Tipe-tipe Perokok
Perokok dapat digolongkan dalam beberapa tipe berdasarkan tingkat dari
aktivitas merokok itu sendiri. Tipe perokok tersebut dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu perokok aktif dan perokok pasif (Smet, 1994).
a.
Perokok Aktif
Perokok aktif adalah seseorang yang merokok secara langsung
dengan mengisap rokok tersebut. Merokok sudah menjadi bagian
hidupnya, sehingga rasanya tidak enak kalau sehari saja tidak merokok.
Oleh karena itu, ia akan berupaya untuk mendapatkannya.
Perokok aktif dapat dibagi lagi dalam beberapa tingkatan menurut
jumlah rokok yang dihisap, antara lain (dalam Hasnida & Kemala,
2005) :
1) Perokok aktif berat adalah seseorang yang mengisap rokok lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
dari 15 batang dalam sehari.
2) Perokok aktif sedang adalah seseorang yang mengisap rokok 5 14 batang dalam sehari.
3) Perokok aktif ringan adalah seseorang yang mengisap rokok 1 4 batang dalam sehari.
b.
Perokok Pasif
Perokok pasif adalah seseorang yang tidak merokok tetapi secara
tidak sengaja ikut menghirup / mengisap asap rokok di sekitar mereka.
Selain itu, pada umumnya para perokok pasif ini tidak memiliki niat
untuk merokok.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa seorang
perokok dapat digolongkan dalam dua tipe, yaitu perokok aktif dan perokok
pasif. Perokok aktif juga dapat digolongkan berdasarkan tingkatannya,
menjadi perokok aktif ringan, sedang, dan berat.
3.
Faktor-faktor Penyebab Perilaku Merokok
Seseorang yang akan memulai kebiasaannya menjadi seorang perokok
tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal maupun internal dari
dalam dirinya sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok
tersebut, antara lain (Komasari & Helmi, 2000) :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
a.
Kebiasaan
Kebiasaan merokok adalah kegiatan mengisap rokok yang dilakukan
secara berulang-ulang, teratur, dan sulit dihentikan. Dengan faktor
kebiasaan ini, para perokok menggunakan rokok bukan karena untuk
mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah
menjadi rutinitas. Dapat dikatakan orang-orang pada tipe ini, merokok
sudah merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis, seringkali
mereka melakukannya tanpa dipikirkan dan tanpa disadari. Para perokok
tipe ini menghidupkan api rokoknya bila rokok yang terdahulu telah
benar-benar habis.
b.
Reaksi Emosi
Merokok pada tipe ini digunakan untuk menghasilkan emosi yang
positif misalnya rasa senang, relaksasi, dan kenikmatan rasa. Merokok
juga ditujukan untuk mengurangi rasa tegang, kecemasan biasa, ataupun
kecemasan yang timbul karena adanya interaksi dengan orang lain. Hal
tersebut disebabkan karena adanya efek nikotin yang menghasilkan
semua perasaan nyaman dan efek psikologis lainnya disaat seseorang
merokok. Selain itu, merokok juga dapat menunjukkan kejantanan
(kebanggaan diri) dan kedewasaan. Hal tersebut disebakan oleh image
rokok yang diciptakan oleh produsen rokok itu sendiri sehingga para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
remaja terpengaruh dan akhirnya merokok.
c.
Lingkungan Sosial
Kebanyakan remaja memulai kebiasaan merokok karena ikut-ikutan
teman dan ingin diterima di dalam suatu kelompok sosial. Hal tersebut
disebabkan karena faktor lingkungan teman-temannya yang merupakan
perokok. Selain itu, remaja yang merokok juga biasanya karena
terpengaruh oleh image yang diciptakan oleh produsen rokok tersebut
dalam iklan, seperti menunjukkan kejantanan (kebanggaan diri) serta
kedewasaan. Faktor sosial lainnya yang berpengaruh terhadap perilaku
merokok remaja adalah faktor keluarga, seperti orang tua perokok atau
berasal dari keluarga yang tidak bahagia (Baer & Corado dalam
Atkinson, 1999).
d.
Biologis
Faktor biologis ini menekankan pada kandungan nikotin yang ada di
dalam rokok yang dapat mempengaruhi ketergantungan seseorang pada
rokok. Dalam jangka panjang, nikotin akan menekan kemampuan otak
untuk
mengalami
kenikmatan,
sehingga
perokok
akan
selalu
membutuhkan kadar nikotin yang semakin tinggi untuk mencapai tingkat
kepuasan dan ketagihannya.
Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, masih ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
faktor-faktor lainnya yang juga menjadi alasan seseorang untuk merokok,
yaitu (Hutapea, 2013) :
a.
Alat Pergaulan (psikososial)
Merokok pada situasi sosial dan menggunakan nilai simbolis dari
tindakan merokok ini untuk meningkatkan kehidupan bersosial.
b.
Kepuasan Saraf (sensori motor)
Merokok untuk kepuasan mulut, sensorik, dan manipulasi rokok itu
sendiri.
c.
Sumber Kenikmatan (indulgent)
Merokok
untuk
memperoleh
kenikmatan
dan
menambah
kegembiraan, kesenangan yang sudah ada. Alasan tersebut merupakan
jenis yang paling umum digunakan oleh seseorang.
d.
Penenang (sedatif)
Merokok untuk menghilangkan perasaan tak enak karena efek
sedatif dari nikotin yang bekerja. Nikotin itu sendiri menghasilkan
perasaan nyaman dan efek psikologis lainnya di saat seseorang merokok.
e.
Perangsang (stimulasi)
Efek stimulan dari nikotin dipakai untuk memacu semangat,
membantu
berpikir
dan
konsentrasi,
mencegah
kelelahan,
dan
mempertahankan kinerja pada tugas yang monoton dan lama, serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
meningkatkan kemampuan dalam situasi stress.
f.
Memenuhi kecanduan (adiktif)
Merokok semata–mata untuk memenuhi tuntutan atau mencegah
terjadinya sindroma penarikan, yang akan timbul apabila seorang
perokok telah melewatkan 30–40 menit atau kurang tanpa rokok.
g.
Keterbiasaan (otomatisasi)
Ini terjadi pada sebagian perokok berat yang dengan tidak disadari
lagi secara otomatis akan mencari sebatang rokok.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
seseorang yang merokok dapat dimotivasi oleh empat faktor besar, yaitu
kebiasaan, reaksi emosi, lingkungan sosial, dan biologis.
4.
Kandungan Rokok
Ada sekitar 1200 bahan kimia yang berbeda dalam rokok. Bahan-bahan
kimia tersebut antara lain tir tembakau, benzopyrene, karbon monoksida,
methyl alcohol, amonia, collidine, dan formaldehyde. Selain itu, ada juga
beberapa bahan kimia yang dikatakan sangat beracun dibandingkan bahan
kimia lainnya dalam rokok, seperti cadmium, arsenic, prussia acid, dan
nikotin.
Nikotin merupakan salah satu bahan kimia yang mempercepat proses
kematian. Namun, nikotin ini jugalah yang menghasilkan semua perasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
nyaman dan efek psikologis lainnya disaat seseorang merokok. Nikotin yang
terkandung dalam satu batang rokok yaitu kira-kira 100 miligram dan
menjadi dosis fatal.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat kita ketahui bahwa rokok
ternyata mengandung berbagai macam zat kimia yang sebenarnya sangat
berbahaya, terutama nikotin, bagi kesehatan manusia.
5.
Dampak Merokok
Pada saat merokok, temperatur pada sebatang rokok yang dibakar adalah
90oC untuk ujung rokok yang dibakar dan 30oC untuk ujung rokok yang
terselip di antara bibir perokok. Selain itu, Sitepoe (2000) juga menyatakan
bahwa asap rokok yang dihisap atau rokok yang dihirup melalui 2 komponen,
yaitu komponen yang cepat menguap berbentuk gas dan komponen yang
bersama gas, terkondensasi menjadi partikulat. Dengan demikian, asap rokok
yang dihisap dapat berupa gas sejumlah 85% dan sisanya berupa partikel.
Dengan kata lain, merokok sama saja dengan memasukkan racun-racun ke
dalam tubuh kita sendiri dengan sengaja.
Tidak dapat dipungkiri bahwa tubuh yang dimasuki racun dari rokok
tersebut akan mengalami berbagai dampak fisiologis maupun psikologis.
a.
Dampak Fisiologis
Berbagai dampak fisiologis yang sering dialami oleh para perokok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
antara lain, sistem kekebalan tubuh yang menurun, terkena penyakit
kanker seperti kanker paru dan kulit, mengalami penyakit jantung,
bahkan lebih parahnya dapat menyebabkan kematian. Selain itu,
merokok
juga
dapat
menyebabkan
kebutaan,
membuat
telinga
kehilangan fungsi pendengarannya, menghambat sistem pernafasan, dan
berpotensi merusak gigi. Perilaku merokok tersebut juga dapat merubah
bentuk sperma dan merusak DNA, serta menyebabkan impotensi pada si
perokok.
b.
Dampak Psikologis
Dampak psikologis dari merokok adalah timbulnya pengaruh
terhadap pikiran, perasaan, dan perilaku perokok (BNP JABAR, 2011).
1) Adiktasi (ketagihan)
Nikotin dalam asap rokok merupakan bahan yang menimbulkan
efek ketagihan (adiktif). Efek ketagihan (adiktif) ini juga dapat
menyebabkan depresi dan cemas yang berlebihan jika tidak
terpenuhi.
2) Dependensi
Efek ketagihan (adiktif) akan berkembang secara fisiologis
menjadi efek toleransi (penambahan dosis). Sehingga akhirnya, pada
perokok berat secara psikologis akan menimbulkan efek dependensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
(ketergantungan) yang menyebabkan perokok mengalami reaksi
putus zat apabila dihentikan secara mendadak.
3) Perubahan perilaku
Efek merokok juga ternyata dapat menyebabkan seseorang
mengalami perubahan perilaku menjadi lebih buruk. Rokok sering
dikaitkan dengan kondisi mental yang negatif, seperti mudah marah,
tersinggung, ketakutan, dan rasa cemas.
4) Gaya hidup perokok
Kondisi umum perokok di Indonesia juga ternyata memiliki
gaya hidup yang trendi, cool, macho, gaul, dan lain sebagainya.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan
merokok itu sendiri sebenarnya memberikan dampak yang buruk terhadap
perkembangan fisiologis dan juga psikologis si perokok itu sendiri karena
mengandung berbagai zat yang berbahaya.
C. Remaja Akhir
1.
Definisi
Masa remaja adalah salah satu masa perkembangan yang merupakan
masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Di negara-negara Barat, istilah
remaja dikenal dengan “adolescence” (kata bendanya adolescentia = remaja),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi
dewasa. Istilah adolescence juga mempunyai arti yang luas, mencakup
kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Piaget dalam Hurlock,
1999).
Masa remaja juga merupakan segmen kehidupan yang penting dalam
siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat
diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat. Menurut Petro
Blos (dalam Sarlito, 2012), dalam proses penyesuaian diri menuju
kedewasaan terdapat 3 tahap perkembangan remaja, yaitu remaja awal (early
adolescence), remaja madya (middle adolescence), dan remaja akhir (late
adolescence).
Masa remaja ini dimulai pada usia 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada
usia 18 hingga 21 tahun. Masa remaja ini dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu : (1)
masa pra-remaja atau pra-pubertas dimulai sekitar umur 10 – 12 tahun; (2)
masa remaja awal atau pubertas dimulai sekitar umur 12 – 15 tahun; (3) masa
remaja pertengahan dimulai sekitar umum 15 – 18 tahun; dan (4) masa
remaja akhir dimulai sekitar umur 18 – 21 tahun (Monks, Knoers, dan
Haditono dalam Deswita, 2006).
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa
remaja akhir adalah seseorang yang berada pada rentang usia 18 - 21 tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Batasan usia tersebut juga akan menjadi batasan usia untuk subjek pada
penelitian ini.
2.
Ciri-ciri Masa Remaja Akhir
Menurut Rousseau (dalam Sarlito, 2012), seseorang yang berusia 15-20
tahun dinamakan masa kesempurnaan remaja (adolescence proper) dan
merupakan masa puncak perkembangan emosi. Dalam tahap ini, terjadi
perubahan
dari
kecenderungan
mementingkan
diri
sendiri
kepada
kecenderungan memperhatikan kepentingan orang lain dan kecenderungan
memperhatikan harga diri. Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) juga
mengatakan masa remaja (adolescence) berada pada usia 12-25 tahun
merupakan masa topan badai (strum und drang) yang mencerminkan
kebudayaan modern yang penuh gejolak akibat pertentangan nilai-nilai.
McCandless & Evans (dalam Lustin, 1976) mengemukakan bahwa masa
remaja akhir ditandai oleh keinginan yang kuat untuk tumbuh dan
berkembang secara matang agar diterima oleh teman sebaya, orang dewasa,
dan budaya. Pada periode ini, remaja memperoleh kesadaran yang jelas
tentang apa yang diharapkan masyarakat dari dirinya. Selain itu, menurut
Kohlberg (1958), pada usia remaja (12-20 tahun) mungkin memilih
norma-norma kawan-kawan sekelompoknya karena norma itulah yang
berlaku di lingkungannya dan ia mengi kuti norma-norma itu sebagai ukuran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
moralnya karena ia beranggapan bahwa kelompoknya itulah yang patut
dijadikannya pedoman.
Dikatakan juga bahwa remaja untuk pertama kalinya akan sadar tentang
kesepian, seperti tidak ada orang yang dapat mengerti atau memahaminya.
Kemudian untuk mengatasi hal tersebut, remaja akan mulai mencari
pedoman hidup, mencari sesuatu yang dapat dipandang bernilai, pantas
dijunjung tinggi, dan dipuja-puja. Hal tersebut juga didorong oleh
pentingnya peran teman sebaya bagi remaja.
Bentuk-bentuk khusus dari tingkah laku remaja yang berbeda akan
sangat ditentukan oleh sifat dan kekuatan dorongan-dorongan yang saling
berkonflik tersebut. Kurt Lewin (dalam Muss, 1968) juga menggambarkan
tingkah laku yang menurutnya akan selalu ada pada remaja, seperti
kecenderungan untuk mengambil posisi yang sangat ekstrim dan mengubah
kelakuannya secara drastis, akibatnya sering muncul tingkah laku radikal dan
memberontak.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat kita ketahui bahwa masa remaja
tentunya akan memberikan banyak pengalaman dan pembelajaran bagi
individu. Tentunya hal tersebut akan memberikan ciri khusus yang akan
dimiliki oleh seseorang yang sedang berada pada masa remaja tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
3.
Tugas Perkembangan Masa Remaja Akhir
Menurut Erikson (dalam Santrock, 1999), tugas perkembangan utama
bagi remaja adalah pembentukan identitias / jati diri. Remaja yang mencari
identitas adalah individu yang ingin menentukan “siapakah” atau “apakah”
yang diinginkannya pada masa mendatang. Bila mereka tidak mencari
identitas mereka dengan cukup baik pada tahap ini, maka mereka akan
mengalami
kebingungan
mengenai
siapa
mereka
(role
diffusion).
Kebingungan ini diekspresikan dengan berbagai cara, antara lain : individu
menarik diri, mengisolir diri mereka dari teman sebaya dan keluarga, atau ia
meleburkan diri dengan orang kebanyakan. Namun, apabila mereka berhasil
memperoleh identitasnya, maka mereka akan menyadari ciri - ciri khas
kepribadiannya, seperti kesukaan atau ketidaksukaannya, aspirasi, tujuan
masa depan yang diantisipasi, perasaan bahwa mereka dapat dan harus
mengatur orientasi hidupnya.
Tugas perkembangan remaja lainnya yaitu (1) meninggalkan reaksi dan
penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanak-kanakan; (2) mengembangkan
keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman
sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kelompok; (3)
menemukan manusia model yang dijadikannya identitas; serta (4)
memperkuat self control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup (Wiliam Kay dalam Yusuf, 2011).
Selain itu, tugas perkembangan remaja lainnya adalah berusaha melepaskan
diri dari ketergantungan emosi terhadap orang tua dan orang dewasa lainnya
(Havighurst, 1961).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tugas
perkembangan yang utama bagi remaja adalah pembentukan identitas/jati diri.
Sama pentingnya dengan tugas perkembangan yang utama, tugas
perkembangan yang lainnya juga harus dipenuhi oleh remaja pada masanya.
4.
Perkembangan Kognitif Remaja
Dalam teori perkembangan kognitif, Piaget (dalam Suparno 2001)
membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui
empat periode utama yang berkorelasi. Empat tingkat perkembangan kognitif
itu, adalah (1) Tahap Sensori Motor pada usia 0 - 2 tahun; (2) Tahap
Pra-Operasional pada usia 2 - 7 tahun; (3) Tahap Konret pada usia 7 - 11 tahun;
dan (4) Tahap Formal-Operasional pada usia 11 tahun - dewasa.
Tahap Formal-Operasional yang terjadi pada masa remaja menjadi
periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini dimulai
pada usia 11 tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut hingga dewasa.
Karakteristik pada tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir
secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
yang tersedia.
Pada periode ini, seorang remaja juga dapat berpikir dengan pemikiran
teoritis formal berdasarkan proporsi-proporsi dan hipotesis serta dapat
mengambil kesimpulan dari apa yang diamati saat itu. Pada tahap ini, logika
remaja mulai berkembang dan digunakan. Cara berpikir abstrak ini mulai
dimengerti, sehingga remaja mulai menyukai untuk membuat teori tentang
segala sesuatu yang dihadapinya.
Selain itu menurut Elkind (dalam Santrock, 2005) pada remaja juga
berkembang sense of invincibility, yaitu perasaan remaja mengenai dirinya
yang lebih kebal terhadap berbagai risiko seperti kecelakaan, sakit, dan
berbagai hal negatif lain. Remaja biasanya dipandang memiliki keyakinan
yang tidak realistik yaitu bahwa mereka dapat melakukan perilaku yang
dipandang berbahaya tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu.
Berdasarkan
penjelasan
di
atas,
dapat
kita
simpulkan
bahwa
perkembangan kognitif yang terjadi pada masa remaja yaitu kemampuan
berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan dapat menarik kesimpulan
dari informasi yang ada. Remaja juga memiliki sense of invicibility yaitu
perasaan kebal terhadap berbagai resiko.
5.
Perkembangan Sosial Remaja
Pada jenjang perkembangan remaja, seorang remaja bukan saja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
memerlukan orang lain demi memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi juga
untuk melakukan tahap dalam perkembangan sosial. Sejalan dengan hal
tersebut, ternyata teman sebaya memberikan pengaruh yang besar pada masa
remaja, namun orangtua tetap memainkan peranan yang penting dalam
kehidupan remaja. Pengaruh dari teman sebaya ini dapat berupa hal yang
positif ataupun hal yang negatif. Para remaja dalam memilih teman sebaya
cenderung menginginkan teman yang memiliki minat dan nilai-nilai yang
sama, yang dapat mengerti dan membuatnya merasa aman, dan yang
kepadanya ia dapat memercayakan masalah-masalah dan membahas hal-hal
yang tidak dapat dibicarakan dengan orang tua maupun guru. Pergaulan
dengan
teman
sebaya
tersebut
meluas
dengan
terbentuknya
kelompok-kelompok teman sebaya (peer group) sebagai suatu wadah
penyesuaian.
Pada masa remaja ini juga berkembang sikap confomity (Yusuf, 2001),
yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai,
kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (teman sebaya). Perasaan
bersahabat merupakan ciri khas dan sifat interaksi remaja dan kelompoknya.
Apabila kelompok teman sebaya yang diikutinya menampilkan sikap dan
perilaku yang secara moral dan agama dapat dipertanggungjawabkan, maka
kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan pribadi yang baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
juga. Sebaliknya, apabila kelompoknya itu menampilkan sikap dan perilaku
yang melecehkan nilai-nilai moral maka sangat dimungkinkan remaja akan
melakukan perilaku seperti kelompoknya tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat kita ketahui bahwa dalam
perkembangan sosialnya remaja mendapatkan pengaruh terbesar dari teman
sebaya. Berdasarkan aspek kognitifnya, perkembangan sosial remaja juga
dipengaruhi oleh sikap conformity.
D. Dinamika Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Sosial Dengan
Kuantitas Merokok Pada Remaja Akhir
Remaja adalah usia yang rentan mengalami kecemasan sosial. Hal tersebut
dikarenakan pada masa remaja terjadi peningkatan kesadaran akan penilaian
lingkungan sosial terhadap penampilan dan bagaimana bertingkah laku.
Berdasarkan aspek sosial, remaja menjadikan peran teman sebaya dan lingkungan
sosialnya menjadi penting. Remaja ingin diterima oleh kawan-kawannya dan
akan merasa sedih bila dikucilkan / diasingkan. Selain itu, penyebab kecemasan
sosial lainnya yaitu didasarkan atas aspek kognitif remaja yang meliputi pola
pemikiran maladaptif dan ketakutan irasional. Para remaja cenderung memiliki
pikiran bahwa orang lain akan menolak dirinya dan menganggapnya sangat buruk
atau bodoh. Para remaja juga akan selalu merasa bahwa ada orang lain yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
mengevaluasi, mengkritisi, dan menghakimi mereka. Kedua aspek tersebut, yaitu
aspek sosial dan aspek kognitif, dapat secara langsung menimbulkan kecemasan
sosial dan memengaruhi emosi serta perilaku remaja bila tidak ditangani atau
diatasi dengan baik. Kecemasan sosial itu sendiri adalah keadaan dimana
seseorang mengalami ketakutan dalam menghadapi situasi sosial, khususnya
evaluasi negatif dari orang lain terhadap performa dirinya.
Menurut Freud, kecemasan berfungsi sebagai tanda adanya bahaya yang
akan terjadi atau suatu ancaman terhadap ego yang harus dihindari / dilawan.
Selain itu, berkaitan dengan kebutuhan untuk diterima oleh kelompoknya
membuat remaja akan berbuat apa saja (Komasari & Helmi, 2000). Remaja
dengan kecemasan sosial tersebut akan memiliki risiko untuk melakukan
kenakalan, termasuk perilaku berisiko (Sofia, 2008). Penelitian Chiao et al. (2012)
juga menyatakan bahwa perilaku merokok adalah salah satu perilaku yang
cenderung dilakukan oleh remaja. Selain itu, dikatakan juga bahwa remaja yang
sedang dalam keadaan tertekan mempunyai kemungkinan 2 kali lebih besar untuk
merokok dibandingkan dengan individu lainnya (Booker, Gallaher, Unger,
Ritt-Olson, & Johnson, 2004).
Faktor-faktor yang menjadi alasan seorang remaja dengan kecemasan sosial
untuk merokok yaitu karena mereka akan mendapatkan emosi yang positif,
seperti rasa senang, relaksasi, dan kenikmatan. Merokok juga digunakan sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
penenang (sedatif), yaitu mengurangi perasaan tegang, kecemasan biasa atau
kecemasan yang timbul karena adanya interaksi dengan orang lain (Komasari &
Helmi, 2000). Selain itu, merokok digunakan sebagai alat pergaulan (psikososial)
yang dianggap dapat meningkatkan kehidupan bersosial. Selain untuk
mengurangi kecemasan, kebanyakan remaja juga memulai kebiasaan merokoknya
karena ikut-ikutan teman dan karena ingin diterima di dalam suatu kelompok.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa merokok merupakan salah satu
cara yang digunakan oleh remaja untuk mengurangi kecemasan sosial yang
dimilikinya. Rokok yang dihisap oleh seorang remaja perokok diyakini dapat
membantu mengurangi kecemasan sosial yang dialaminya (Komasari & Helmi,
2000). Jika sebatang rokok dirasa masih kurang membantu untuk mengurangi
kecemasannya, maka seorang remaja perokok tersebut akan terus mengisap
batang rokok lainnya hingga kecemasan yang dialaminya berkurang atau bahkan
hilang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
E. Skema Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Sosial Dengan Kuantitas
Merokok Pada Remaja Akhir
Remaja Cemas Sosial
Mengatasi /
Mengurangi
Penyebab :
 Aspek Sosial
 Aspek Kognitif
 Aspek Keluarga
Menghindar /
Menarik diri
Melakukan perilaku berisiko /
kenakalan
 Pengaruh Teman Sebaya
- Ikut-ikutan teman
- Agar diterima di dalam
suatu kelompok
 Image Rokok
- Menunjukkan kejantanan /
kedewasaan
- Menghasilkan emosi positif
- Sebagai penenang
- Sebagai alat pergaulan
(psikososial)
Perilaku Merokok
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
tingkat kecemasan sosial dengan kuantitas merokok pada remaja akhir. Semakin
tinggi kecemasan sosial maka akan semakin tinggi pula kuantitas merokok,
begitu pula sebaliknya, jika semakin rendah kecemasan sosial maka akan
semakin rendah pula kuantitas merokok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif yaitu penelitian yang bertitik tolak dari peristiwa-peristiwa yang dapat
diukur secara kuantitatif atau dinyatakan dengan angk-angka (Subyantoro &
Suwarto, 2007).
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian korelasi.
Penelitian korelasi adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan
tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk
memengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel
(Frankel & Wallen, 2008).
B. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional
1.
Identifikasi Variabel
Penelitian ini menggunakan satu variabel independen dan satu variabel
dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan
sosial dan variabel dependen adalah kuantitas merokok.
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
2.
Definisi Operasional
a.
Kecemasan Sosial
Kecemasan sosial adalah keadaan dimana seseorang mengalami
ketakutan dalam menghadapi situasi sosial, khususnya evaluasi negatif
dari orang lain terhadap performa dirinya (Asrori, 2015). Variabel
kecemasan sosial akan diukur menggunakan skala kecemasan sosial
berdasarkan teori La Greca & Lopez (1998). Skala kecemasan yang
digunakan meliputi beberapa aspek kecemasan sosial seperti ketakutan
akan dievaluasi negatif, penghindaran sosial dan rasa tertekan dalam
situasi yang baru, serta penghindaran sosial dan rasa tertekan yang
dialami secara umum dengan orang yang baru dikenal. Semakin tinggi
skor yang diperoleh subjek maka semakin tinggi tingkat kecemasan
sosialnya, sebaliknya jika semakin rendah skor yang diperoleh subjek
maka semakin rendah pula tingkat kecemasan sosialnya.
b. Kuantitas Merokok
Kuantitas merokok adalah seberapa banyak kegiatan membakar dan
menghirup asap rokok yang dilakukan oleh seseorang dan dapat diukur
secara kuantitatif. Variabel kuantitas merokok ini akan diukur
berdasarkan pada pembagian tipe-tipe perokok, yaitu menggunakan
perhitungan berapa banyak seseorang mengonsumsi rokok perhari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Kriteria yang akan digunakan, yaitu perokok aktif ringan jika seseorang
tersebut mengisap rokok 1 - 4 batang dalam sehari, perokok aktif sedang
jika seseorang tersebut mengisap rokok 5 - 14 batang dalam sehari, dan
perokok aktif berat jika seseorang tersebut mengisap rokok lebih dari 15
batang dalam sehari (Smet, 1994).
C. Subjek Penelitian
Subjek adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Pemilihan subjek dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling.
Purposive
sampling
adalah
penentuan
subjek
dengan
mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah dibuat terhadap objek yang
sesuai dengan tujuan penelitian (Sugiyono, 2003). Kriteria yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
a.
Remaja yang berjenis kelamin laki-laki
b.
Remaja yang berusia antara 18 tahun - 21 tahun
c.
Merupakan perokok aktif
D. Instrumen Penelitian
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik angket (skala).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
1.
Skala Kecemasan Sosial
Skala yang digunakan disusun oleh peneliti sendiri dengan berdasar pada
aspek-aspek yang membentuk kecemasan sosial, yaitu ketakutan akan
evaluasi negatif, penghindaran sosial dan rasa tertekan dalam situasi yang
baru atau dengan orang yang tidak dikenal, serta penghindaran sosial dan
rasa tertekan yang dialami secara umum atau dengan orang yang baru dikenal.
Jenis skala ini menggunakan Skala Likert dengan empat alternatif jawaban
yang dipisahkan menjadi pernyataan favorable dan unfavorable, yaitu Selalu
(Sl), Sering (Sr), Jarang (Jr), dan Tidak Pernah (TP).
Tabel 3.0
Blueprint dan Distribusi Item Skala Kecemasan Sosial Sebelum Seleksi Item
No.
1.
Indikator
Ketakutan akan
Item
Favorable
evaluasi negatif
1, 2, 3, 19, 20,
15
Jumlah
Bobot
30
33.3%
30
33.3%
21, 37, 38, 39,
55, 56, 57, 73,
74, 75
Unfavorable
10, 11, 12, 28,
15
29, 30, 46, 47,
48, 64, 65, 66,
82, 83, 84
2.
Penghindaran
Favorable
4, 5, 6, 22, 23,
sosial dan rasa
24, 40, 41, 42,
tertekan dalam
58, 59, 60, 76,
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
situasi yang baru
atau dengan
77, 78
Unfavorable
13, 14, 15, 31,
orang yang tidak
32, 33, 49, 50,
dikenal
51, 67, 68, 69,
15
85, 86, 87
3.
Penghindaran
Favorable
7, 8, 9, 25, 26,
sosial dan rasa
27, 43, 44, 45,
tertekan yang
61, 62, 63, 79,
dialami secara
80, 81
umum atau
Unfavorable
16, 17, 18, 34,
dengan orang
35, 36, 52, 53,
yang baru
54, 70, 71, 72,
dikenal
30
33.3%
90
100%
15
88, 89, 90
Total
2.
15
Cara Pemberian Skor
Pada penelitan ini, digunakan Skala Likert yang sudah dimodifikasi
untuk menentukan skor. Skala Likert adalah skala yang dapat dipergunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang suatu gejala atau fenomena (Djaali, 2008). Pemberian skor
untuk skala kecemasan sosial ini terentang dari angka 1 sampai dengan angka
4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tabel 3.1
Pemberian Skor Skala Kecemasan Sosial
Alternatif Jawaban
Item Favorable
Item Unfavorable
Selalu (Sl)
4
1
Sering (Sr)
3
2
Jarang (Jr)
2
3
Tidak Pernah (TP)
1
4
E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
1.
Validitas
Validitas merupakan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat
ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Validitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi menunjukkan sejauh mana
item-item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak
diukur (Azwar, 2010). Validitas isi ini didasari pada analisis rasional atau
professional judgement. Dalam hal ini, professional judgement dilakukan
oleh dosen pembimbing.
2.
Reliabilitas
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dipercaya, diandalkan,
dan memiliki konsistensi. Reliabilitas juga mengacu pada seberapa tinggi
kecermatan pengukuran (Azwar, 2015). Reliabilitas alat ukur pada penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
ini diukur menggunakan uji reliabilitas Alpha-Cronbach dengan melihat
konsistensi antar bagian-bagian skala. Koefisien reliabilitas minimum 0.70.
Hal tersebut menyatakan bahwa jika reliabilitas di bawah 0.70, maka sebuah
tes menjadi kurang memadai untuk digunakan. Sedangkan, jika reliabilitas di
atas 0.70, maka sebuah tes tersebut telah memenuhi syarat reliabilitas yang
baik.
Berdasarkan hasil dari SPSS, dapat diketahui bahwa koefisien
Alpha-Cronbach skala kecemasan sosial sebelum seleksi item adalah 0.912.
Hasil tersebut menandakan bahwa skala kecemasan sosial sebelum seleksi
item memiliki syarat reliabilitas
yang baik. Sedangkan, koefisien
Alpha-Cronbach skala kecemasan sosial setelah seleksi item adalah 0.943.
Nilai Alpha-Cronbach yang diperoleh pada skala kecemasan sosial setelah
seleksi item tersebut juga menunjukkan bahwa syarat reliabilitas yang baik
telah terpenuhi.
Tabel 3.2
Reliabilitas Skala Kecemasan Sosial Sebelum Seleksi Item
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.912
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Tabel 3.3
Reliabilitas Skala Kecemasan Sosial Setelah Seleksi Item
Reliability Statistics
3.
Cronbach's Alpha
N of Items
.943
66
Seleksi Item
Sebagai kriteria dalam pemilihan item berdasarkan korelasi item total,
digunakan batasan sebesar 0.254. Angka tersebut didapatkan dari nilai r pada
baris db = 58 (n-2) dengan taraf signifikansi 5% (Hadi & Pamardiningsih,
2001). Setiap item yang mencapai koefisien korelasi ≥ 0.254 dianggap tinggi
atau memuaskan. Sedangkan, item yang memiliki nilai ≤ 0.254 dianggap
sebagai item yang memiliki daya beda rendah atau dinyatakan gugur.
Penghitungan pada skala ini menggunakan aplikasi SPSS for Windows versi
22.0.
Pada skala kecemasan sosial sebelum seleksi item, terdapat 90
pernyataan atau item yang terdiri dari 45 item favorable dan 45 item
unfavorable. Masing-masing item menunjukkan indikator ketakutan akan
evaluasi negatif, penghindaran sosial dan rasa tertekan dalam situasi yang
baru atau dengan orang yang tidak dikenal, serta penghindaran sosial dan
rasa tertekan yang dialami secara umum atau dengan orang yang baru dikenal.
Hasil dari pengujian data skala kecemasan sosial sebelum seleksi item
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
menunjukkan bahwa terdapat 66 item yang memiliki nilai ≥ 0.254.
Sedangkan item yang memiliki nilai ≤ 0.254 sebanyak 24 item dan
dinyatakan gugur.
Tabel 3.4
Blueprint dan Distribusi Item Skala Kecemasan Sosial Setelah Seleksi Item
No.
Indikator
1.
Ketakutan akan
Item
Favorable
evaluasi negatif
Jumlah Bobot
1, 2, 3, 19, 20,
10
21,2%
37, 38, 39, 55,
75
2.
Penghindaran
Unfavorable
46, 48, 65, 83
4
Favorable
4, 5, 6, 22, 23,
14
sosial dan rasa
24, 40, 41, 42,
tertekan dalam
58, 59, 60, 77,
situasi yang
baru atau
39,4%
78
Unfavorable
13, 14, 15, 31,
dengan orang
32, 49, 50, 51,
yang tidak
67, 68, 69, 86
12
dikenal
3.
Penghindaran
Favorable
7, 8, 25, 26, 27,
sosial dan rasa
43, 44, 45, 61,
tertekan yang
62, 63, 79, 81
dialami secara
Unfavorable
16, 17, 34, 35,
umum atau
36, 52, 53, 54,
dengan orang
70, 72, 88, 89,
yang baru
90
13
13
39,4%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
dikenal
Total
4.
66
100%
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi
Spearman Rank Rho dengan menggunakan aplikasi SPSS for Windows versi
22.0. Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi
menggunakan uji normalitas dan uji linearitas.
a.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengecek apakah data penelitian kita
berasal dari populasi yang sebarannya normal atau tidak (Santoso, 2010).
Uji
normalitas
pada
penelitian
ini
menggunakan
teknik
Kolmogorov-Smirnov Test dengan aplikasi SPSS for Windows versi 22.0.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah ada atau tidak ada
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Uji
linearitas pada penelitian ini dilakukan dengan teknik Compare Means,
yang ditujukan untuk melihat apakah kedua variabel memiliki hubungan
yang linear atau tidak. Teknik ini dilakukan dengan menggunakan
aplikasi SPSS for Windows versi 22.0.
5.
Pengujian Hipotesis Penelitian
Metode
analisis
data
dalam
penelitian
ini
dilakukan
dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
menggunakan teknik korelasi. Teknik korelasi yang digunakan adalah teknik
korelasi Spearman Rank Rho dengan menggunakan aplikasi SPSS for
Windows versi 22.0. Teknik ini digunakan untuk menguji korelasi antara dua
variabel yaitu tingkat kecemasan sosial dengan kuantitas merokok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 13 - 27 Januari 2017 dengan
melibatkan 100 subjek yang merupakan remaja akhir perokok aktif. Remaja akhir
tersebut merupakan berbagai mahasiswa dari lima universitas yang berbeda, yaitu
Universitas Sanata Dharma, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Atma
Jaya Yogyakarta, UPN Veteran Yogyakarta, dan Universitas Gadjah Mada.
Pengumpulan data dilaksanakan dengan cara peneliti mendatangi subjek secara
langsung di beberapa universitas yang ada di Yogyakarta. Pengumpulan data
untuk penelitian ini dilakukan dengan cara meminta subjek mengisi skala
kecemasan sosial yang terdiri dari 66 item serta 1 pertanyaan tentang kuantitas
merokok. Cara mengisinya adalah dengan memberi tanda silang pada huruf SS
bila sangat setuju dengan pernyataan tersebut, S bila setuju dengan pernyataan
tersebut, TS bila tidak setuju dengan pernyataan tersebut, dan STS bila sangat
tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
B. Deskripsi Subjek dan Data Demografis Subjek
Subjek penelitian memiliki kriteria tertentu, yaitu remaja akhir yang
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
merupakan perokok aktif. Peneliti hanya mengambil data dari 5 universitas yang
ada di wilayah Yogyakarta. Berikut data universitas yang telah ditetapkan peneliti
untuk diambil datanya.
Tabel 4.0
Data Demografi Subjek Berdasarkan Asal Universitas
Nama Universitas
Jumlah Subjek
Persentase
Universitas Sanata Dharma
20
20 %
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)
20
20 %
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
20
20 %
UPN Veteran Yogyakarta
20
20 %
Universitas Gadjah Mada (UGM)
20
20 %
100
100 %
Total
Tabel 4.0 menunjukkan bahwa 100 subjek, diantaranya terdiri dari
mahasiswa pada beberapa universitas. Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat
20 subjek dengan persentase 20 % pada masing-masing universitas, yaitu
Universitas Sanata Dharma; Universitas Negeri Yogyakarta (UNY); Universitas
Atma Jaya Yogyakarta; UPN Veteran Yogyakarta; dan Universitas Gadjah Mada
(UGM).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Tabel 4.1
Data Demografi Subjek Berdasarkan Usia
Usia
Jumlah Subjek
Persentase
18 Tahun
7
7%
19 Tahun
17
17 %
20 Tahun
40
40 %
21 Tahun
36
36 %
Total
100
100 %
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa 100 subjek, yaitu 7 subjek dengan persentase
7 % berada pada usia 18 tahun, 17 subjek dengan persentase 17 % berada pada
usia 19 tahun, 40 subjek dengan persentase 40 % berada pada usia 20 tahun, dan
36 subjek lainnya dengan persentase 36 % berada pada usia 21 tahun.
C. Deskripsi Data Penelitian
Tabel 4.2
Deskripsi Data Penelitian
Teoretis
Skala
Empiris
N
Min Max
Mean
SD
Min
Max
Mean
SD
Kecemasan
100
66
264
165
33
73
186
138.45
24.576
100
1
3
2
0.333
1
3
2
0.711
Sosial
Kuantitas
Merokok
Pada deskripsi data penelitian, peneliti ingin membandingkan nilai mean
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
empiris dengan mean teoretis untuk memperoleh informasi tentang skor subjek
pada masing-masing variabel penelitian. Nilai mean empiris diperoleh melalui
perhitungan dengan aplikasi SPSS for Windows versi 22.0. Sedangkan nilai mean
teoretis diperoleh dengan perhitungan manual, yaitu :
min  max
.
2
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa data kecemasan sosial yang
diperoleh subjek pada penelitian ini tergolong rendah karena mean empiris lebih
kecil dari mean teoretik (138.45 < 165). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
subjek pada penelitian ini memiliki tingkat kecemasan sosial yang tergolong
rendah. Sedangkan pada data kuantitas merokok diperoleh nilai mean empiris
sama dengan nilai mean teoretik (2 = 2). Hasil tersebut menunjukkan bahwa
subjek pada penelitian ini memiliki kuantitas merokok yang tergolong sedang.
D. Kategorisasi
Kategorisasi dilakukan untuk menempatkan individu dalam kelompok
tertentu dalam posisi yang berjenjang menurut suatu kontinum. Dalam membuat
kategorisasi dari skala kecemasan sosial dilakukan dengan menggunakan
kategorisasi berdasarkan model distribusi normal (Azwar, 2010). Pada penelitian
ini, skor subjek pada variabel kecemasan sosial dikelompokkan ke dalam 5
kategori yaitu sangat rendah; rendah; sedang; tinggi; dan sangat tinggi.
Sedangkan skor subjek pada variabel kuantitas merokok dikelompokkan ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
dalam 3 kategori yaitu ringan; sedang; dan berat.
Tabel 4.3
Norma Kategorisasi Kecemasan Sosial
Skor
Kategorisasi
X ≤ (µ - 1.5σ)
Sangat Rendah
(µ - 1.5σ) < X ≤ (µ - 0.5σ)
Rendah
(µ - 0.5σ) < X ≤ (µ + 0.5σ)
Sedang
(µ + 0.5σ) < X ≤ (µ + 1.5σ)
Tinggi
X > (µ + 1.5σ)
Sangat Tinggi
Keterangan :
µ = Mean teoretis
Σ = Standar deviasi teoretis
Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa skor mean teoretis variabel
kecemasan sosial sebesar 165 dan standar deviasi sebesar 33. Maka dapat
dihitung norma kategorisasi skor pada variabel kecemasan sosial sebagai berikut :
Tabel 4.4
Kategorisasi Kecemasan Sosial
Variabel
Rentang Skor
Kategorisasi
Jumlah Subjek
Persentase
Kecemasan
X ≤ 115.5
Sangat Rendah
19
19 %
Sosial
115.5 < X ≤ 148.5
Rendah
44
44 %
148.5 < X ≤ 181.5
Sedang
36
36 %
181.5 < X ≤ 214.5
Tinggi
1
1%
X > 214.5
Sangat Tinggi
0
0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Total
100
100 %
Berdasarkan tabel 4.4, dapat diketahui bahwa sebanyak 44 subjek atau 44 %
subjek memiliki tingkat kecemasan sosial yang rendah. Sebanyak 36 subjek atau
36 % subjek memiliki tingkat kecemasan sosial yang sedang. Terdapat juga 19
subjek atau 19 % subjek yang memiliki tingkat kecemasan sosial yang sangat
rendah. Sedangkan, 1 subjek lainnya atau 1 % subjek memiliki tingkat kecemasan
sosial yang tinggi.
Tabel 4.5
Kategorisasi Kuantitas Merokok
Variabel
Skor
Kategorisasi
Jumlah Subjek
Persentase
Kuantitas
1
Ringan
25
25 %
Merokok
2
Sedang
50
50 %
3
Berat
25
25 %
100
100 %
Total
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 100 subjek yang merupakan perokok
aktif, 25 subjek atau 25 % subjek diantaranya merupakan perokok aktif ringan, 50
subjek atau 50 % subjek lainnya merupakan perokok aktif sedang, dan 25 subjek
sisanya atau 25 % subjek merupakan perokok aktif berat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
E. Analisis Data Penelitian
1. Uji Asumsi
Uji asumsi dilakukan sebelum menganalisa data untuk melihat apakah
data yang diperoleh memenuhi syarat untuk dianalisa menggunakan metode
parametrik atau non-parametrik.
a.
Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah
data penelitian kita berasal dari populasi yang sebarannya normal atau
tidak (Santoso, 2010). Sebuah data dapat dikatakan normal bila memiliki
Asymp.sig
(p)
>
0.05.
Metode
yang
digunakan
adalah
Kolmogorov-Smirnov Test dengan menggunakan aplikasi SPSS for
windows versi 22.0.
Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas
Kolmogorov-Smirnova
Kecemasan Sosial
Shapiro-Wilk
Statistic
df
Sig.
Statistic
df
Sig.
0.050
100
0.200*
0.985
100
0.295
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa variabel kecemasan sosial memiliki
nilai p = 0.200. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sampel data pada
skala kecemasan sosial terdistribusi secara normal. Hal ini berarti bahwa
sampel yang didapatkan adalah berasal dari populasi yang normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
b.
Uji Linearitas
Uji linearitas pada penelitian ini dilakukan menggunakan aplikasi
SPSS for windows versi 22.0. Hasil uji linearitas bertujuan untuk melihat
apakah hubungan antar kedua variabel memiliki hubungan yang linear
atau tidak (Siregar, 2013). Uji linearitas memiliki signifikan dari tabel
test of linearity, yaitu p < 0.05.
Tabel 4.7
Hasil Uji Linearitas
Sum of
Mean
df
Squares
F
Sig.
Square
(Combined)
36.533
52
.703
2.452
.001
Linearity
.003
1
.003
.010
.921
36.531
51
.716
2.500
.001
Within Groups
13.467
47
.287
Total
50.000
99
Kecemasan Between
Deviation
Sosial *
Groups
from
Kuantitas
Linearity
Merokok
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa hubungan antara tingkat kecemasan
sosial dengan kuantitas merokok memiliki nilai F sebesar 0.010.
Sedangkan nilai signifikansi p sebesar 0.921 (p > 0.05). Hal tersebut
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang linear secara
signifikan antara tingkat kecemasan sosial dengan kuantitas merokok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
pada remaja akhir.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis bertujuan untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan
peneliti (H1) diterima atau ditolak. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada
hubungan positif antara tingkat kecemasan sosial dengan kuantitas merokok
pada remaja akhir. Metode yang digunakan untuk menguji hipotesis ini
adalah teknik korelasi Spearman Rank Rho dengan aplikasi SPSS for
windows versi 22.0. Hal ini dikarenakan data yang diperoleh terdistribusi
secara normal, sehingga menggunakan metode non-parametrik.
Tabel 4.8
Hasil Uji Korelasi Spearman Rank Rho
Kuantitas Kecemasan
Merokok
Spearman's Kuantitas
rho
1.000
0.009
.
0.465
100
100
Kecemasan Correlation Coefficient
0.009
1.000
Sosial
0.465
.
100
100
Merokok
Correlation Coefficient
Sosial
Sig. (1-tailed)
N
Sig. (1-tailed)
N
Berdasarkan tabel 4.8, peneliti menggunakan metode non-parametrik.
Perhitungan ini dilakukan pada taraf signifikansi p < 0.05 dan memakai uji
satu ekor (1-tailed). Pemakaian uji satu ekor dalam penelitian ini didasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
karena hipotesis yang diajukan sudah memiliki arah yaitu ada hubungan
positif antara tingkat kecemasan sosial dengan kuantitas merokok pada
remaja akhir.
Tabel 4.8 juga menunjukkan bahwa koefisien korelasi untuk variabel
tingkat kecemasan sosial dengan kuantitas merokok adalah 0.009 dengan
nilai signifikansi (p) = 0.465. Hasil uji hipotesis tersebut menunjukkan p >
0.05, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan positif secara
signifikan antara tingkat kecemasan sosial dengan kuantitas merokok pada
remaja akhir. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa kenaikan
atau penurunan tingkat kecemasan sosial tidak diikuti oleh kenaikan atau
penurunan juga pada kuantitas merokok pada remaja akhir.
F. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat kecemasan
sosial dengan kuantitas merokok pada remaja akhir. Berdasarkan hasil uji korelasi
Spearman Rank Rho, diperoleh hasil koefisien korelasi (r) sebesar 0.009 dengan
nilai signifikansi (p) = 0.465 (p > 0.05). Selain itu, berdasarkan hasil uji linearitas
diperoleh nilai F sebesar 0.010 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0.921 (p >
0.05). Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat
kecemasan sosial tidak memiliki hubungan positif secara signifikan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
kuantitas merokok pada remaja akhir.
Penelitian ini juga memaparkan hasil deskriptif yang menyatakan bahwa
terdapat 44 subjek memiliki tingkat kecemasan sosial yang rendah. Selain itu,
sebanyak 36 subjek memiliki tingkat kecemasan sosial yang sedang. Terdapat
juga 19 subjek yang memiliki tingkat kecemasan sosial yang sangat rendah.
Sedangkan 1 subjek lainnya memiliki tingkat kecemasan sosial yang tinggi.
Berdasarkan hasil deskriptif penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar remaja akhir dalam penelitian ini, yaitu 44 subjek dari 100 subjek,
memiliki tingkat kecemasan sosial yang tergolong rendah.
Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebanyak 25 subjek
merupakan tipe perokok aktif ringan, 50 subjek merupakan tipe perokok aktif
sedang, dan 25 subjek sisanya merupakan tipe perokok aktif berat. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar remaja akhir dalam penelitian
ini, yaitu 50 subjek dari 100 subjek, merupakan remaja akhir dengan tipe perokok
aktif sedang.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disebutkan di atas, dapat kita ketahui
bahwa hasil penelitian tersebut bertolak belakang dengan hipotesis yang diajukan
oleh peneliti, yaitu terdapat hubungan positif antara tingkat kecemasan sosial
dengan kuantitas merokok pada remaja akhir. Hasil penelitian yang bertolak
belakang dengan hipotesis tersebut didukung oleh penjelasan WHO (2002) yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
menjelaskan bahwa pada satu batang rokok terdapat berbagai jenis zat yang
berbahaya, antara lain nikotin yang memiliki sifat adiktif atau menimbulkan
kecanduan. Setelah individu merokok, zat nikotin akan masuk dalam peredaran
darah dan beredar ke seluruh tubuh termasuk ke otak kemudian akan
dimetabolisme di hati dan ginjal lalu dikeluarkan dari tubuh. Apabila kadar zat
nikotin dalam darah perokok yang telah kecanduan nikotin tersebut menurun,
maka akan timbul suatu sensasi kecemasan. Sensasi ini akan segera hilang setelah
individu tersebut mengonsumsi nikotin kembali. Hal inilah yang menimbulkan
aggapan bahwa merokok dapat mengurangi kecemasan yang dialami, padahal
yang sebenarnya terjadi adalah gejala putus nikotin.
Selain itu, perilaku merokok pada remaja umumnya semakin lama akan
semakin meningkat sesuai dengan tahap perkembangannya yang ditandai dengan
meningkatnya frekuensi dan intensitas merokok dan sering mengakibatkan
mereka mengalami ketergantungan nikotin (Laventhal & Cleary, 1980). Hal yang
sebenarnya terjadi adalah merokok, dengan kandungan nikotin di dalamnya,
menyebabkan terjadinya perubahan mood (suasana hati), gangguan cemas, dan
depresi. Nikotin telah dikategorikan sebagai zat anxiogenik, yakni zat yang dapat
menyebabkan kecemasan. Sehingga berdasarkan dua penjelasan di atas dapat kita
katakan bahwa kecemasan sosial tidak menyebabkan seseorang untuk melakukan
perilaku merokok, tetapi sebenarnya merokok dan kandungannya-lah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
menyebabkan terjadinya kecemasan sosial tersebut. Penjelasan tersebut juga
menegaskan bahwa anggapan jika kita merokok akan menimbulkan perasaan
santai dan membantu mengurangi kecemasan adalah anggapan yang salah.
Hasil deskriptif pada penelitian ini juga menyebutkan bahwa sebagian besar
sampel, yang mana subjek dalam penelitian ini adalah seluruhnya berjenis
kelamin laki-laki, memiliki tingkat kecemasan sosial yang tergolong sedang. Hal
tersebut dapat disebabkan karena prevalensi kecemasan sosial lebih tinggi terjadi
pada perempuan (Asrori, 2015). Perempuan mengalami kecemasan sosial lebih
tinggi dibandingkan dengan laki-laki dikarenakan adanya tekanan sosial yang
diletakkan di pundak perempuan untuk lebih menyenangkan orang lain dan hal
ini mendapatkan persetujuan dari perempuan itu sendiri (Nevid, 2003).
Sedangkan, pada laki-laki mengalami kecemasan sosial lebih rendah karena
laki-laki lebih sering mencari bantuan, mengingat gangguan ini berkaitan dengan
karier mereka (Durand & Barlow, 2006).
Kecemasan sosial itu sendiri juga memberikan berbagai dampak negatif
kepada individu yang mengalaminya, bukan hanya pada penyalahgunaan zat saja.
Dampak dari kecemasan sosial antara lain putus sekolah, lebih rendahnya tingkat
pencapaian pendidikan, menjadi penggangguran, dan melakukan penipuan
(Garcia et al.,2008). Selain itu, kecemasan sosial juga berdampak pada fungsi
peran sosial dan perkembangan karirnya, karena kecemasan akan dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
memengaruhi beberapa aspek kehidupan (Wittchen & Fehm, 2003). Jika
kecemasan sosial ini terlalu berat dialami oleh individu, akibat yang ditimbulkan
adalah hambatan tingkah laku. Selain itu, individu tersebut juga akan menjadi
serba ragu-ragu, takut-takut, dan tidak berani melakukan sesuatu. Dalam
bentuknya yang ekstrim, remaja tersebut juga akan bisa menjurus kepada keadaan
cemas yang neurotik (yang sudah tergolong gangguan jiwa).
Walaupun kecemasan sosial memberikan banyak dampak negatif kepada
individu yang mengalaminya, namun sebenarnya kecemasan sosial itu dapat kita
minimalisir. Cara yang dapat dilakukan oleh individu yang mengalami kecemasan
sosial yaitu dengan melakukan mekanisme pertahanan diri seperti represi, reaksi
formasi, proyeksi, regresi, rasionalisasi, pemindahan, sublimasi, isolasi, undoing,
dan intelektualisasi (Freud dalam Andri & Dewi, 2007). Mekanisme pertahanan
diri ini terjadi tanpa disadari oleh individu itu sendiri. Selain mekanisme
pertahanan diri, individu juga dapat meminta bantuan para ahli medis dengan cara
mengikuti psikoterapi ataupun menggunakan obat-obatan.
Hasil deskriptif penelitian juga menyebutkan bahwa sebagian besar remaja
yang menjadi sampel adalah remaja yang tergolong pada kategori perokok aktif
intensitas sedang. Hal tersebut dapat dikarenakan sangat beragamnya alasan
seseorang untuk melakukan perilaku merokok, salah satunya adalah coba-coba.
Setelah remaja mencoba merokok untuk pertama kalinya, mereka akan menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
ketagihan untuk merokok (Oskamp dalam Nasution, 2007). Faktor lainnya yaitu
pengaruh keluarga, seperti orang tua atau salah satu anggota keluarga yang
merupakan perokok aktif. Pengaruh keluarga adalah yang paling kuat karena
biasanya orang tua atau salah satu anggota keluarga akan dijadikan oleh remaja
sebagai figur contoh dan perilakunya kemungkinan besar ditiru oleh remaja itu
sendiri (Baer dan Corado dalam Nasution, 2007).
Pengaruh teman juga dapat menyebabkan perilaku merokok itu sendiri pada
remaja. Bila sebagian besar teman-teman dari remaja tersebut merupakan
perokok aktif, maka semakin besar juga kemungkinan remaja tersebut menjadi
perokok aktif. Pengaruh tersebut didukung dengan teori yang menyatakan pada
usia remaja (12-20 tahun), individu akan memilih norma-norma kawan-kawan
sekelompoknya karena norma itulah yang berlaku di lingkungannya dan ia akan
mengikuti norma-norma itu sebagai ukuran moralnya karena ia beranggapan
bahwa kelompoknya itulah yang patut dijadikannya pedoman (Kohlberg, 1958).
Penjelasan tersebut juga didukung oleh data yang menyatakan bahwa dari 2.074
responden pelajar di Indonesia, 11,8% pelajar pria dan 3,5% pelajar wanita
menganggap rokok akan menambah teman, sementara 9,2% pelajar pria dan 2,4%
pelajar wanita menganggap merokok akan membuat mereka terlihat lebih atraktif
(GYTS, 2011).
Selain itu, pengaruh iklan juga turut mengambil peran dalam menyebabkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
perilaku merokok pada remaja. Mu’tadin (2002) mengatakan bahwa melihat iklan
di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok
merupakan lambang kejantanan atau glamour, akan membuat remaja seringkali
terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada di dalam iklan tersebut. Hal
tersebut didukung oleh hasil penelitian yang menyatan bahwa 77% remaja
berpendapat bahwa iklan rokok memberikan pengaruh yang besar untuk mencoba
rokok (Kemenkes, 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
hubungan positif secara signifikan antara tingkat kecemasan sosial dengan
kuantitas merokok pada remaja akhir. Hal tersebut menandakan bahwa tinggi
rendahnya kecemasan sosial yang diperoleh tidak berkaitan dengan kuantitas
merokok pada remaja akhir.
B. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian adalah skala yang digunakan hanya diuji coba sekali.
Hal tersebut membuat peneliti menggunakan skala penelitian dengan jumlah item
yang ada, tanpa menambah jumlah item kembali.
Selain itu, penggunaan kata (selalu, sering, jarang, dan tidak pernah) untuk
alternatif jawaban skala kecemasan sosial dirasa kurang tepat. Hal tersebut
membuat subjek sedikit kebingungan untuk memilih alternatif jawaban yang
paling sesuai dan cocok dengan pernyataan yang ada.
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka ada beberapa saran yang diberikan oleh
peneliti, yaitu :
1. Bagi remaja akhir disarankan dapat mencari alternatif lain, pengganti
rokok, yang lebih positif atau yang tidak merusak kesehatan untuk
mengurangi kecemasan sosial yang dimiliki.
2.
Bagi dewasa / orang tua disarankan dapat memberikan pengarahan, dan
pengawasan kepada anak remajanya ketika bersosialisasi dengan teman
sebaya atau lingkungan sosial lainnya. Hal tersebut berguna agar anak
remajanya tidak mengikuti perilaku negatif di lingkungannya. Selain itu,
orang tua juga diharapkan dapat memberikan contoh perilaku yang baik
kepada anak remajanya, seperti tidak menjadi seorang perokok.
Walaupun perilaku merokok tidak berdampak pada kecemasan sosial,
tetapi tetap saja perilaku merokok tersebut memiliki efek negatif
terhadap kesehatan.
3.
Bagi peneliti selanjutnya dengan tema yang sama disarankan untuk
memperhatikan faktor-faktor lain, seperti alasan remaja tersebut untuk
melakukan perilaku merokok, agar hasil penelitian yang dilakukan dapat
lebih spesifik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
DAFTAR PUSTAKA
Adams, A. and Thompson, K. (1990). Development of An Enzymelinked
Immunosorbent Assay (ELISA) for The Detection of Aeromonas
salmonicida in fish tissue. J. Aquat. Anim. Health, 2.
Alwi, Hasan. (2011). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders Fourth Edition Text Revision, DSM-IV-TR. Arlington,
VA : American Psychiatric Association.
American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic And Statistical Manual Of
Mental Disorders 5ed. Washington, DC : American Psychiatric
Association.
Andri, Dewi YP. (2007). Teori kecemasan berdasarkan psikoanalitik klasik dan
berbagai mekanisme pertahanan terhadap kecemasan. Jurnal Majelis
Kedokteran Indonesia, 57(7) : 233-238.
Asrori, Adib. (2015). Terapi Kognitif Perilaku Untuk Mengatasi Gangguan
Kecemasan Sosial. Jurnal Ilmu Psikologi Terapan. Vol. 03 No. 1 Januari
2015, pp. 89-107.
Atkinson. (1999). Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga.
Azwar, S. (2010). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2015). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI. (2010). Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Jakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI. (2013). Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Beidel, D. C., & Turner, S. M. (2005). Childhood Anxiety Disorders - A Guide To
Research and Treatment. New York : Routledge.
Bhamani, S., & Hussain, N. (2012). Social Anxiety in Higher Education Learning
Context : Scale Construction and Reliability. Indian Streams Research
Journal, 2 (5).
BNP JABAR. (2011). Dampak Psikologis Merokok. Diperoleh tanggal 4 Juli
2016 dari http://www.bnpjabar.or.id/index.
Booker, Cara L.; Gallaher, Peggy; Unger, Jennfer B.; Ritt-Olson, Anamara; and
Johnson, C. Anderson. (2004). Stressful life events, smoking behavior,
and intentions to smoke among a multiethnic sample of sixth graders.
Ethnicity & Health, 9(4): 369-397.
Brigham, J.G. (1991). Social Psychology (2nd ed.). New York : Harper Collins
Publishing Inc.
Budiman. (2011). Penelitian Kesehatan. Bandung : Refika Aditama.
Chaplin, J. P. (2008). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT Raja Grafindo.
Chiao, C., Yi, C. & Ksobiech, K. (2012). Exploring The Relationship Between
Premarital Sex and Cigarette/Alcohol Use Amonh College Students in
Taiwan : A Cohort Study. BMC Public Health., 12:527.
Colucci, J. J. (2002). The Effect Of Family Patterns On Social Anxiety And
Differantiation On Emerging Adulthood. State University of New York of
at New Palz.
Creswell, John W. (2012). Research Design : Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan Mixed. Trans. Achmad Fawaid. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Depkes. (31 Mei). INFODATIN Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Diperoleh 20 mei
2015
dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatinhari-tanpa-tembakau-sedunia.pdf
Deswita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Detik. (2013, 31 Mei). Karena Rokok Jumlah Pasien Kanker Paru Bersaing
Dengan
TBC.
Diperoleh
26
April
2016
dari
http://health.detik.com/read/2013/05/31/083117/2261092/763/karena-roko
k-jumlah-pasien-kanker-paru-bersaing-dengan-tbc.
DeVito, Joseph A. (2001). The Interpersonal Communication Book. London :
Logman.
Djaali. (2008). Skala Likert. Jakarta : Pustaka Utama.
Durand, V. Mark dan Barlow, David H. (2006). Psikologi Abnormal. Yogyakarta :
Pustaka Belajar.
Finkelstein, Daniel M; Kubzansky, Laura D.; and Goodman, Elizabeth. (2006).
Social status, stress, and adolescent smoking. Journal of Adolescent
Health, 39:678-685.
Fitria, Nita. (2013). Laporan Pendahuluan Tentang Masalah Psikososial. Jakarta :
Salemba Medika.
Frankel, J. P. and E, Wallen N. (2008). How to Design and Evaluate Research in
Education. New York : McGraw - Hill Companies, Inc.
Garcia-Lopez, L.-J., Ingles, C. J., & Garcia-Fernandez, J. M. (2008). Exploring
the relevance of gender and age differences in the assessment of social
fears in adolescence. Social Behavior & Personality: An International
Journal, 36(3), 385–390.
Gunawan. (2007). Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Perilaku
Merokok Pada Pelajar Putra SMK Di Kota Semarang. Universitas
Diponegoro Semarang. Skripsi : Tidak Diterbitkan.
Hadi, Sutrisno dan Pamardiningsih, Yuni. (2001). Seri Program Statistik (SPS).
Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Haditono, Prof. Dr. Siti Rahayu, dkk. (1984). Psikologi Perkembangan :
Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Hasnida & Kemala, I. (2005). Hubungan antara stres dan perilaku merokok pada
remaja laki-laki. Jurnal Psikologia Vol I No. 2, 105-111.
Havighurst, Robert J. (1961). Human Development and Education. New York :
David McKay Company.
Hoepoedio, R. (1988). Merokok dan Kanker Paru. Jakarta : PT Indira.
Hurlock, Elizabeth B. (1999). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan (Edisi Kelima). Jakarta : Erlangga.
Hutapea, Ronald. (2013). Why Rokok? Tembakau dan Peradaban Manusia.
Jakarta : Bee Media Indonesia.
Ingman, Kathleen A. (1999). An Examination Of Social Anxiety, Social Skills,
Social Adjustment, And Self Construal In Chinese And American Students
At An American University. Virginia : Blacksburg.
Jiwo, Tirto. (2012). Depresi : Panduan Bagi Pasien, Keluarga dan Teman Dekat.
Jawa Tengah : Pusat Pemulihan dan Pelatihan Bagi Penderita Gangguan
Jiwa.
Joshi, Suresh CR. (2013). Positive thinking : A powerful to reduce social anxiety
of under graduate students. Indian Journal Research 62-64.
Kartini, Kartono dan Gulo, Dali. (2003). Kamus Psikologi. Bandung : Pionir
Jaya.
Kasmadi dan Sunariah, Nia Siti. (2013). Panduan Modern Penelitian Kuantitatif.
Bandung : Penerbit Alfabeta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013, 8 Juni). Rokok Illegal
Merugikan Bangsa dan Negara. Diperoleh 26 April 2016 dari
http://www.depkes.go.id/article/view/15060900001/rokok-illegal-merugik
an-bangsa-dan-negara.html
King, Laura A. (2012). Psikologi Umum : Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta :
Salemba Humanika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Komasari, D. dan AF, Helmi. (2000). Faktor-faktor penyebab perilaku merokok
pada remaja. Jurnal Psikologi, no 28 : 37 - 48.
Kompas. (2015, 6 Maret). Jumlah Perokok Indonesia. Diperoleh 13 November
2015
dari
http://m.kompas.com/health/read/2015/06/03/110000223/
Jumlah.Perokok.Indonesia.10.
Kompasiana. (2017, 4 Januari). Indonesia Surga Perokok. Diperoleh 3 Juli 2017
dari http://www.kompasiana.com/srabahyudimn/indonesia-negara-surga
-perokok_586c8e83bb9373cb0475e140.
Kurniawati, Yunita & Ramli, Amir Hasan. (2008). Perbedaan konsep diri pada
perokok laki-laki dan remaja perempuan remaja akhir. Jurnal Psikologi
Perkembangan.
La Greca, A. M, Lopez, N (1998). Social anxiety among adolescent : Linkages
with peer relation and friendships. Journal of Abnormal Child
Psychology, 26 (2), 83-94.
Laventhal, H & Cleary, PD. (1980). The Smoking Problem : A Review of the
Research and Theory in Behavioral Risk Modification. Psychological
Bulletin, 80(2), 370-405.
Leary, M. R. & Kowalsky, R. M. (1997). Social Anxiety. New York : Guilford
Press.
Lestari, Henry & Sugiharti, Sugiharti. (2011). Perilaku berisiko remaja di
indonesia menurut survey kesehatan reproduksi remaja indonesia
(SKRRI) tahun 2007. Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 1 No. 3 Tahun
2011.
Lustin, Pikunas. (1976). Human Development. Tokyo : McGraw-Hill Kogakusha,
Ltd.
Maertz, Kim. (2001). Social Anxiety / Shyness. University of Alberta : Mental
health Centre.
May, R. J., & Lou, S. R., & Johnson, H. (2005). Self-reported and actual
physiological responses in social phobia and difable. British Journal of
Clinical Psychology, 41, 1-14.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
McGee, dkk. (2005). Is cigarette smoking as sociated with suicidal ideation
among young people?. The American Journal of Psychology.
Washington.
Mu’tadin, Z. (2002). Remaja dan Rokok. Diperoleh 28 April 2016 dari
http://www.e-psikologi.com/remaja.050602
Mu'tadin, Z. (2002). Pengantar Pendidikan dan Ilmu Perilaku Kesehatan.
Yogyakarta : Andi Offset.
Muss, R. (1968). Theories of Adolescence. New York : Random House
Nadeak, Wilson. (1991). Memahami Anak Remaja. Yogyakarta : Kanisius.
Nasution, I. K. (2007). Perilaku Merokok pada Remaja. Universitas Sumatera
Utara. Naskah Publikasi : Tidak Diterbitkan.
Nevid, Jeffrey S. (2003). Psikologi Abnormal ( Jilid 1). Jakarta : Erlangga.
Nevid, Jeffrey S., dkk. (2005). Psikologi Abnormal (edisi kelima jilid satu.) Trans.
Jakarta : Erlangga.
Okezone. (2017, 12 Mei). Menyedihkan! Jumlah Perokok Remaja di Indonesia
Meningkat.
Diperoleh
3
Juli
2017
dari
http://lifestyle.okezone.com/read/2017/05/12/481/1689319/menyedihkan
-jumlah-perokok-remaja-di-indonesia-meningkat.
Olivares, Jose. (2005). Social anxiety scale for adolescents (sas-a) : Psychometric
properties in a spanish-speaking population. International Journal of
Clinical and Health Psychology, Vol 5, No. 1.
Oort, F. V. A., Greaves-Lord, K., Verhulst, F. C., Ormel, J., & Huizink, A. C.
(2011). Risk indicators of anxiety throughout adolescence : The trails
study. Depression And Anxiety 28 (6): 485–494.
Parr, C. J., & Cartwright-Hatton, S. (2009). Social anxiety in adolescents : The
effect of video feedback on anxiety and the self-evaluation of
performance. Clinical Psychology & Psychotherapy, 16(1), 46–54.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Prasetya, Lukyta Dwi. (2012). Pengaruh Negatif Rokok bagi Kesehatan di
Kalangan Remaja. Artikel : Tidak Diterbitkan.
Rakhmat, Jalaludin. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Reijntjes, A., Thomaes, S., Boelen, P., van der Schoot, M., de Castro, B. O., &
Telch, M. J. (2011). Delighted when approved by others, to pieces when
rejected : Children’s social anxiety magnifies the linkage between self
and other evaluations. Journal of Child Psychology & Psychiatry, 52(7),
774–781.
Research Gate. (2007, Januari). Anxiety Theory Based On Classic Psychoanalitic
and Types of Defense Mechanism To Anxiety. Diperoleh 4 April 2016,
dari
http://www.researchgate.net/publication/210277782_Anxiety_
Theory_Based_On_Classic_Psychoanalitic_and_Types_of_Defense_Mec
hanism_To_Anxiety
Retnowati, Sofia. (2008). Remaja dan Permasalahannya. Gajah Mada University
Press : Yogyakarta.
Samsara, Anta. (2017, 29 Mei). Gangguan Kecemasan Sosial : Lebih dari
Sekedar
Rasa
Malu.
Diperoleh
15
Juli
2017
dari
https://cahayajiwa.com/gangguan-kecemasan-sosial-lebih-dari-sekadar-ra
sa-malu/.
Sangadji, M.Si., dkk. (2010). Metodologi Penelitian – Pendekatan Praktis dalam
Penelitian. Yogyakarta : ANDI.
Santoso, Singgih. (2010). Statistik Multivariat. Jakarta : PT Gramedia.
Santrock. J. W. (1999). Life-span Development (7th Edition). USA : McGraw Hill.
Santrock. J. W. (2003). Adolescence : Perkembangan Remaja.(Edisi Keenam).
Jakarta : Erlangga.
Santrock. J. W. (2005). Life Span Development. USA : McGraw-Hill Humanities
Social.
Sarlito, W Sarwono. (2012). Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali Pers.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Schroeder, C. S., & Gordon, B. N. (2002). Assessment & Treatment Of Childhood
Problems. (2nd Ed.). New York : The Guilford Press.
Semium, Yustinus. (2006). Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud.
Yogyakarta : Kanisius.
Siregar, Syofian. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group.
Sitepoe, M. (2000). Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta : PT Grasindo.
Smet. (1994). Psikologi Kesehatan. Semarang : PT Gramedia.
Subasi, H. G. (2013). The validity and reliability of the interaction anxiousness
scale : Gender and social status differences among turkish adolescents.
International Journal of Humanities and Social Science, 3(3).
Subekti. Tempo. (2013, 10 Oktober). Perokok Indonesia Terbanyak Se-Asia
Tenggara.
Diperoleh
13
November
2015
dari
https://m.tempo.co/read/news/2013/10/10/090520749/perokok-indonesiaterbanyak-se-asia-tenggara.
Subyantoro, Arief dan Suwarto, FX. (2007). Metode dan Teknik Penelitian Sosial.
Yogyakarta : ANDI.
Sudarsono. (1993). Kamus Filsafat dan Psikologi. Jakarta : Rineka Cipta.
Sugiyono. (2003). Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Pusat Bahasa Depdiknas.
Suparno, Dr. Paul. (2001). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget.
Yogyakarta : Kanisius.
Supratiknya, A. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif Dalam
Psikologi. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.
Surjorahardjo, Siswanto dan The, Johny. (1985). Anda Dapat Berhenti Merokok.
Yogyakarta : Andi Offset.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Torres, S. & Guerra, M.P. (2002). Application of narrative therapy to anorexia
nervosa: a Study case. Revista Portuguesa de Psicossomatica, Vol. 4:1,
141 – 156.
Utomo, Budi Arum Suri. (2011). Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Perilaku
Merokok Pada Siswa Kelas X Dan XI Di SMA Colombo Kabupaten
Sleman Yogyakarta. Skripsi : Tidak Diterbitkan.
Vertue. (2003). From adaptive emotion to dysfunction: An attachment perspective
on social anxiety disorder. Personality and Social Psychology Review
7(2):170-91.
Vriends, N,. M. C. Pfaltz, P. Novianti, & J. Hadiyono. (2013). Taijin kyofusho
and social anxiety and their clinical relevance in indonesia and
switzerland. Frontiers in Psychology 4: 1-9.
Wenar, C., & Kerig, P. (2005). Developmental Psychopathology From Infancy
Through Adolescene, (5th ed.). New York : McGraw-Hill.
Wilson, J. K. & Rapee, R. M. (2005). Interpretative biases in social phobia:
Content Specificity and the effects of depression. Cognitive Therapy and
Research, 29, 315-331.
Wittchen, H. U. & Fehm, L. (2003). Epidemiology and natural course of social
fears and social phobia. Acta Psychiatrica Scandinavica, 108 (Suppl.
417), 4–18.
Wordpress. (2010). Riset Kesehatan Dasar. Diperoleh 15 Mei 2016 dari
https://cokyfauzialfi.files.wordpress.com/2012/09/laporan_riskesdas_2010
.pdf.
Yamin, S., dan Kurniawan, H. (2009). SPSS COMPLETE (Teknik Analisis
Statistik Terlengkapan dengan SPSS). Jakarta : Salemba.
Yusuf, Syamsu. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 1
SKALA UJI COBA
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Yogyakarta,
Desember 2016
Dengan hormat,
Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan
sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, saya bermaksud
mengadakan penelitian di bidang Psikologi Klinis. Untuk itu, saya membutuhkan
sejumlah data yang akan dapat saya peroleh dengan adanya kerjasama dari
Saudara dalam mengisi kuesioner ini.
Dalam pengisian kuesioner ini tidak ada jawaban yang benar maupun salah.
Hal yang saya harap dan butuhkan adalah kejujuran dan jawaban yang paling
mendekati dengan keadaan Saudara saat ini. Oleh karena itu, saya selaku peneliti
mengharapkan Saudara bersedia memberikan jawaban Saudara sendiri secara
jujur tanpa mendiskusikannya dengan orang lain.
Semua jawaban akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk
keperluan penelitian saja.
Bantuan Saudara dalam menjawab kuesioner ini merupakan bantuan yang
sangat besar dan berarti dalam keberhasilan penelitian ini. Atas kerjasama
Saudara, saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Cyntia Marcellyna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
PERNYATAAN KESEDIAAN
Dengan ini, saya menyatakan bahwa saya bersedia mengisi kuesioner ini
dalam kondisi tidak di bawah tekanan atau paksaan dari pihak tertentu, tetapi
dengan sukarela demi sumbangsih ilmu pengetahuan.
Semua jawaban yang diberikan, murni dari apa yang saya alami. Saya juga
mengizinkan jawaban saya dipergunakan sebagai data untuk penelitian ilmiah
tanpa mencantumkan identitas saya.
Yogyakarta, Desember 2016
(.………………………)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
IDENTITAS SUBJEK
Inisial
:
_____________
Jenis Kelamin * :
□ Laki - laki
□ Perempuan
Usia *
:
___________ Tahun
Berapa batang rokok yang Saudara konsumsi dalam satu hari ? *
□ 1 - 4 batang rokok
□ 5 - 14 batang rokok
□ > 15 batang rokok
*Berilah tanda silang ( X ) pada jawaban yang Saudara anggap paling
sesuai dengan keadaan diri Saudara saat ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
KUESIONER PENELITIAN
A. PETUNJUK PENGISIAN
1.
Bacalah semua pernyataan di bawah ini dengan teliti.
2.
Saudara diharapkan untuk memberikan jawaban sesuai denga keadaan
Saudara secara objektif dengan memberi tanda silang ( X ). Apabila
ingin mengubah jawaban, Saudara dapat memberikan tanda dua garis
mendatar ( = ) pada jawaban seperti berikut : ( X )
3.
Masing-masing pernyataan terdiri dari empat alternatif jawaban, yakni :
Sl
: Apabila Saudara SELALU mengalami pernyataan tersebut
dalam kehidupan sosial Saudara.
Sr
: Apabila Saudara SERING mengalami pernyataan tersebut
dalam kehidupan sosial Saudara.
Jr
: Apabila Saudara JARANG mengalami pernyataan tersebut
dalam kehidupan sosial Saudara.
TP
: Apabila Saudara TIDAK PERNAH mengalami pernyataan
tersebut dalam kehidupan sosial Saudara.
Contoh :
Pilihan Jawaban
No.
Pernyataan
Tidak
Selalu
Sering
Jarang
Pernah
1.
Saya merasa senang jika dipuji
oleh orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
B. KUESIONER
Pilihan Jawaban
No.
Pernyataan
1.
Saya takut dianggap bodoh jika tidak
dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan kepada saya.
2.
Jika melewati segerombolan orang,
saya
yakin
bahwa
mereka
memperhatikan dan mengomentari
cara berjalan saya.
Saya sulit berkonsentrasi dan selalu
mengingat apa yang orang lain
katakan tentang saya.
Cara berbicara saya menjadi
terbata-bata ketika berbicara dengan
orang yang baru saya kenal.
Saya merasa kurang nyaman jika
berbagi materi bacaan saat diskusi
kelompok.
Saya mengalihkan pandangan saya
dari lawan bicara saya saat
mengobrol.
Saya takut teman saya menolak jika
saya ajak pergi bersama.
Saya sulit merangkai kalimat jika
ingin bertanya kepada dosen di kelas.
Saya khawatir pemahaman saya
salah tentang materi kelompok yang
sudah saya pelajari.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Jika diberikan pertanyaan, saya akan
menjawab sesuai dengan apa yang
saya tahu dan saya yakin jawaban
saya benar.
Saya berpikir bahwa orang-orang
yang saya lewati tidak mengetahui
jika saya sedang berjalan melewati
mereka.
Selalu
Sering
Jarang
Tidak
Pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
Saya dapat berkonsentrasi tanpa
memikirkan apa yang orang lain
katakan tentang saya.
Saya dapat berbicara lancar dengan
orang yang baru dikenal.
Saya senang berbagi materi bacaan
saat diskusi kelompok.
Saya menatap wajah lawan bicara
saya saat mengobrol.
Saya merasa biasa saja jika teman
saya menolak saat saya ajak pergi
bersama.
Saya dapat merangkai kalimat
dengan baik jika ingin bertanya
kepada dosen di kelas.
Saya yakin terhadap pemahaman
saya tentang materi kelompok yang
sudah saya pelajari.
Saya takut dinilai sok pintar jika saya
mengajukan banyak pertanyaan pada
kelompok persentasi.
Saya takut dinilai aneh jika duduk
sendirian di tengah keramaian.
Saya memikirkan kesalahan yang
mungkin akan saya lakukan.
Saya
merasa
cemas
ketika
mengikuti sebuah wawancara.
Saya gelisah saat duduk di sebuah
ruang tunggu yang ramai.
24.
Saya suka duduk di bangku paling
belakang.
25.
Saya khawatir jika teman saya
menghindar saat saya ajak bermain.
Saya malu bertanya bahkan dengan
teman-teman yang sudah saya kenal.
Saya merasa minder jika harus
sekelompok dengan kakak tingkat.
26.
27.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
Saya cuek jika dibenci karena
mengajukan banyak pertanyaan pada
kelompok persentasi.
Saya yakin bahwa orang lain tidak
memperhatikan jika saya duduk di
tengah keramaian.
Saya siap menerima risiko dari
kesalahan yang mungkin akan saya
lakukan.
Saya merasa percaya diri ketika
diwawancara.
Saya dapat duduk dengan tenang di
sebuah ruang tunggu yang ramai.
Saya lebih suka duduk bersama
bersama teman-teman saya.
Jika ajakan saya untuk bermain hari
ini ditolak oleh teman saya, maka
saya akan mengajak teman saya
bermain lagi dilain hari.
Saya senang bertanya dengan
teman-teman saya.
Saya merasa senang jika harus
sekelompok dengan kakak tingkat.
Saya takut dikritik oleh dosen.
Saya berpikir bahwa orang lain
membicarakan
tentang
cara
berpakaian saya.
Saya curiga dengan orang yang
memperhatikan saya saat berada di
tempat umum.
Detak jantung saya berdebar kencang
ketika masuk di kelas yang baru.
Wajah saya terasa memerah saat
berbincang dengan orang yang baru
saya kenal.
Saya hanya berbicara dengan orang
yang sudah saya kenal dengan baik.
Saya berpikir bahwa orang lain akan
menolak saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
Saya sulit mengatakan kepada orang
lain tentang apa yang ada di pikiran
saya.
Saya merasa malu bahkan dengan
teman-teman yang sudah saya kenal
dengan baik.
Saya suka jika dikritik oleh dosen,
karena saya akan tahu kekurangan
saya di mana.
Saya berpikir bahwa orang lain sibuk
sendiri dan tidak mempedulikan cara
berpakaian saya.
Saya cuek jika orang lain
membicarakan
tentang
saya
dibelakang saya.
Saya dapat bernafas dengan tenang
saat masuk di kelas yang baru.
Saya senang saat berbincang dengan
orang yang baru saya kenal.
Saya tetap merasa senang, walaupun
lawan berbicara saya adalah orang
yang baru saya kenal.
Saya berpikir bahwa orang lain akan
menerima saya dengan baik.
Saya
dapat
dengan
mudah
mengatakan
kepada
orang
laintentang apa yang ada di pikiran
saya.
Saya nyaman berada dekat dengan
orang yang sudah saya kenal dengan
baik.
Saya khawatir orang lain tidak
menyukai saya jika saya menolak
argumen mereka.
Tangan saya berkeringat saat
memperkenalkan diri di depan
anggota klub atau organisasi yang
baru saya ikuti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
Saya merasa diperhatikan dari ujung
kaki hingga ujung kepala saat saya
berdiri di depan kelas.
Saya akan mempersiapkan pakaian
saya dengan baik supaya tidak salah
kostum ketika datang ke sebuah
acara.
Saya malu ketika berada di sekitar
orang yang tidak saya kenal.
Saya memilih untuk bergabung
dengan suatu kelompok, dimana
teman saya juga bergabung dengan
kelompok tersebut.
Saya merasa sedih, jika argumen
saya ditolak.
Saya merasa segan bertanya kepada
kakak tingkat.
Saya cemas ketika sedang berjalan
sendiri di tengah keramaian.
Saya yakin bahwa orang lain
mempunyai kegiatan yang lebih
penting daripada memperhatikan
saya secara detail.
Saya merasa biasa saja jika saya
tidak disukai ketika menolak
argumen kelompok lain.
Saya
merasa
antusias
saat
memperkenalkan diri di depan
anggota klub atau organisasi yang
baru saya ikuti.
Saya tidak mempersiapkan pakaian
dan hanya akan menggunakan
pakaian yang nyaman dan rapi saat
datang ke sebuah acara.
Saya dapat berbaur ketika berada di
sekitar orang yang tidak saya kenal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80
81.
82.
Saya akan tetap bergabung dalam
suatu kelompok, walaupun tidak ada
satu pun anggotanya yang saya
kenal.
Jika argumen saya ditolak, saya
berpikir itu adalah hal yang wajar.
Saya suka bertanya kepada kakak
tingkat.
Saya tenang ketika berjalan sendiri di
tengah keramaian.
Saya khawatir tentang pemikiran
orang lain terhadap saya.
Saya
takut
diolok-olok
jika
berkeringat karena gugup saat
mengerjakan tugas di depan kelas.
Saya akan menulis di papan tulis
dengan perlahan agar tulisan saya
terlihat bagus.
Saya tergesa-gesa untuk makan di
sebuah rumah makan yang ramai.
Saya canggung untuk melakukan
sesuatu yang baru di depan orang
lain.
Saya menghindari situasi yang
mencolok dan menjadi pusat
perhatian.
Saya selektif dalam memilih teman.
Saya hanya akan bertanya pada orang
yang sudah sangat akrab dengan
saya.
Saya berpikir bahwa teman saya akan
mengolok-ngolok saya.
Saya akan menjadikan pendapat
orang lain terhadap saya sebagai
bahan evaluasi untuk diri saya
sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
Saya berpikir bahwa orang lain tidak
mengetahui jika saya berkeringat
karena
gugup
bukan
karena
kepanasan.
Saya akan menulis dengan cepat di
papan tulis, walaupun ternyata
tulisan saya akan menjadi jelek.
Saya dapat makan dengan santai saat
di sebuah rumah makan yang ramai.
Saya dapat melakukan sesuatu
dengan baik bahkan di depan orang
lain.
Saya suka menjadi pusat perhatian.
Saya suka berteman dengan siapa
saja.
Saya akan bertanya kepada siapa saja
yang menurut saya lebih paham
tentang hal tersebut.
Saya berpikir bahwa teman saya akan
bersikap ramah dengan saya.
~~~~~~~ TERIMA KASIH ~~~~~~~
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 2
RELIABILITAS SKALA
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
A. Reliabiltas sebelum seleksi item
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
Excludeda
Total
%
60
89.6
7
10.4
67
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.912
90
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance
Item Deleted if Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
No_1
195.23
583.640
.293
.911
No_2
195.25
578.936
.405
.911
No_3
194.97
583.389
.319
.911
No_4
195.13
580.219
.411
.911
No_5
195.42
581.535
.335
.911
No_6
195.15
582.570
.316
.911
No_7
195.32
576.186
.485
.910
No_8
194.97
569.558
.544
.910
No_9
195.00
587.593
.203
.912
No_10
195.32
594.390
.002
.913
No_11
194.08
595.196
-.019
.913
No_12
194.98
588.559
.150
.912
No_13
194.90
575.888
.501
.910
No_14
195.05
575.845
.449
.910
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
No_15
195.28
580.851
.380
.911
No_16
195.12
578.783
.418
.911
No_17
194.72
575.359
.477
.910
No_18
194.97
596.406
-.052
.913
No_19
194.93
575.623
.462
.910
No_20
195.35
580.943
.351
.911
No_21
194.10
590.261
.127
.912
No_22
194.88
576.003
.494
.910
No_23
195.23
579.301
.389
.911
No_24
194.55
583.642
.285
.911
No_25
195.23
585.199
.303
.911
No_26
195.45
579.031
.483
.910
No_27
195.47
577.507
.433
.911
No_28
194.43
589.063
.107
.913
No_29
194.35
589.587
.111
.913
No_30
195.43
586.046
.215
.912
No_31
194.95
576.692
.427
.910
No_32
194.85
574.096
.524
.910
No_33
195.32
592.084
.075
.913
No_34
195.15
583.926
.309
.911
No_35
195.18
578.254
.446
.910
No_36
194.68
579.237
.359
.911
No_37
195.07
572.538
.500
.910
No_38
194.80
584.502
.243
.912
No_39
194.98
581.339
.358
.911
No_40
195.07
575.385
.491
.910
No_41
195.52
579.440
.441
.911
No_42
194.90
581.583
.275
.912
No_43
195.18
581.847
.384
.911
No_44
194.98
573.339
.494
.910
No_45
195.45
575.540
.532
.910
No_46
194.97
581.355
.287
.912
No_47
194.35
597.587
-.083
.914
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
No_48
195.08
578.010
.338
.911
No_49
194.97
583.050
.318
.911
No_50
194.98
575.745
.470
.910
No_51
195.18
578.017
.467
.910
No_52
195.07
583.860
.308
.911
No_53
194.78
579.766
.417
.911
No_54
195.55
586.319
.268
.912
No_55
194.82
575.406
.420
.911
No_56
194.85
585.045
.205
.912
No_57
194.15
598.028
-.089
.914
No_58
194.97
569.423
.537
.910
No_59
194.78
572.240
.535
.910
No_60
194.50
581.847
.318
.911
No_61
195.00
581.390
.304
.911
No_62
195.10
571.312
.566
.910
No_63
195.15
578.909
.346
.911
No_64
194.78
587.766
.162
.912
No_65
195.20
583.858
.286
.911
No_66
194.73
597.826
-.077
.914
No_67
194.67
573.277
.543
.910
No_68
194.80
575.485
.582
.910
No_69
194.90
575.651
.508
.910
No_70
194.95
581.913
.325
.911
No_71
195.25
590.665
.125
.912
No_72
194.58
582.552
.322
.911
No_73
194.40
603.871
-.261
.915
No_74
195.00
587.525
.213
.912
No_75
195.20
570.366
.575
.909
No_76
194.88
586.139
.192
.912
No_77
195.10
581.820
.365
.911
No_78
194.87
577.982
.438
.911
No_79
194.65
583.418
.288
.911
No_80
194.85
589.147
.113
.913
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
No_81
194.75
581.275
.297
.911
No. 82
194.22
611.088
-.386
.916
No_83
195.22
580.003
.426
.911
No_84
194.22
597.596
-.080
.914
No_85
194.68
591.779
.054
.913
No_86
194.97
581.999
.387
.911
No_87
194.43
591.233
.085
.913
No_88
195.52
577.474
.483
.910
No_89
195.58
578.417
.501
.910
No_90
195.35
580.842
.402
.911
B. Reliabilitas Setelah Seleksi Item
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N
%
Cases Valid
100
100.0
a
Excluded
0
.0
Total
100
100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.943
66
Scale Mean if
Item Deleted
No1
No2
No3
No4
No5
136.48
136.51
136.25
136.38
136.74
Item-Total Statistics
Corrected
Scale Variance
Cronbach's Alpha
Item-Total
if Item Deleted
if Item Deleted
Correlation
586.394
.425
.942
581.182
.538
.941
589.624
.402
.942
583.773
.493
.942
589.669
.382
.942
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
No6
No7
No8
No9
No10
No11
No12
No13
No14
No15
No16
no17
no18
no19
no20
no21
no22
no23
no24
no25
no26
no27
no28
no29
no30
no31
no32
no33
no34
no35
no36
no37
no38
no39
no40
no41
no42
no43
no44
no45
136.44
136.62
136.22
136.29
136.37
136.59
136.48
136.04
136.20
136.64
136.16
136.55
135.73
136.56
136.76
136.71
136.20
136.28
136.46
136.60
135.99
136.31
136.18
136.38
136.30
136.83
136.29
136.48
136.15
136.71
136.22
136.48
136.27
136.37
136.46
136.34
136.12
136.85
136.13
136.26
587.703
581.693
582.113
578.875
589.326
584.184
588.070
585.271
584.384
585.808
583.146
585.361
596.866
591.077
588.649
585.319
580.545
579.658
594.998
589.677
590.232
578.600
581.503
584.682
577.949
587.536
586.875
586.070
574.270
580.531
590.497
586.252
585.876
584.741
584.958
591.621
583.783
594.210
578.922
576.841
.419
.558
.462
.625
.361
.510
.389
.449
.455
.431
.545
.474
.156
.386
.464
.425
.558
.601
.248
.415
.299
.568
.494
.486
.623
.465
.356
.491
.620
.603
.295
.376
.461
.473
.494
.330
.550
.287
.540
.555
.942
.941
.942
.941
.942
.942
.942
.942
.942
.942
.941
.942
.943
.942
.942
.942
.941
.941
.943
.942
.943
.941
.942
.942
.941
.942
.942
.942
.941
.941
.943
.942
.942
.942
.942
.942
.941
.943
.941
.941
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
no46
no47
no48
no49
no50
no51
no52
no53
no54
no55
no56
no57
no58
no59
no60
no61
no62
no63
no64
no65
no66
136.07
135.83
136.30
136.32
136.43
136.47
135.90
136.16
136.23
136.37
136.06
136.52
136.29
136.07
135.97
136.17
136.26
136.19
136.78
136.88
136.60
580.571
589.213
591.667
579.270
589.136
592.252
585.586
584.924
587.371
590.276
588.602
584.737
589.865
586.349
590.757
591.092
598.134
591.307
584.335
592.228
591.414
.562
.376
.302
.587
.317
.294
.439
.537
.444
.342
.355
.469
.359
.417
.304
.280
.124
.391
.545
.375
.354
.941
.942
.943
.941
.943
.943
.942
.941
.942
.942
.942
.942
.942
.942
.943
.943
.943
.942
.941
.942
.942
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 3
SKALA PENELITIAN
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Yogyakarta, Januari 2017
Dengan hormat,
Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan
sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, saya bermaksud
mengadakan penelitian di bidang Psikologi Klinis. Untuk itu, saya membutuhkan
sejumlah data yang akan dapat saya peroleh dengan adanya kerjasama dari
Saudara dalam mengisi kuesioner ini.
Dalam pengisian kuesioner ini tidak ada jawaban yang benar maupun salah.
Hal yang saya harap dan butuhkan adalah kejujuran dan jawaban yang paling
mendekati dengan keadaan Saudara saat ini. Oleh karena itu, saya selaku peneliti
mengharapkan Saudara bersedia memberikan jawaban Saudara sendiri secara
jujur tanpa mendiskusikannya dengan orang lain.
Semua jawaban akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk
keperluan penelitian saja.
Bantuan Saudara dalam menjawab kuesioner ini merupakan bantuan yang
sangat besar dan berarti dalam keberhasilan penelitian ini. Atas kerjasama
Saudara, saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Cyntia Marcellyna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
PERNYATAAN KESEDIAAN
Dengan ini, saya menyatakan bahwa saya bersedia mengisi kuesioner ini
dalam kondisi tidak di bawah tekanan atau paksaan dari pihak tertentu, tetapi
dengan sukarela demi sumbangsih ilmu pengetahuan.
Semua jawaban yang diberikan, murni dari apa yang saya alami. Saya juga
mengizinkan jawaban saya dipergunakan sebagai data untuk penelitian ilmiah
tanpa mencantumkan identitas saya.
Yogyakarta, Januari 2017
(.………………………)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
IDENTITAS SUBJEK
Inisial
:
_____________
Jenis Kelamin * :
□ Laki - laki
□ Perempuan
Usia *
:
___________ Tahun
Berapa batang rokok yang Saudara konsumsi dalam satu hari ? *
□ 1 - 4 batang rokok
□ 5 - 14 batang rokok
□ > 15 batang rokok
*Berilah tanda silang ( X ) pada jawaban yang Saudara anggap paling
sesuai dengan keadaan diri Saudara saat ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
KUESIONER PENELITIAN
B. PETUNJUK PENGISIAN
4.
Bacalah semua pernyataan di bawah ini dengan teliti.
5.
Saudara diharapkan untuk memberikan jawaban sesuai denga keadaan
Saudara secara objektif dengan memberi tanda silang ( X ). Apabila
ingin mengubah jawaban, Saudara dapat memberikan tanda dua garis
mendatar ( = ) pada jawaban seperti berikut : ( X )
6.
Masing-masing pernyataan terdiri dari empat alternatif jawaban, yakni :
Sl
: Apabila Saudara SELALU mengalami pernyataan tersebut
dalam kehidupan sosial Saudara.
Sr
: Apabila Saudara SERING mengalami pernyataan tersebut
dalam kehidupan sosial Saudara.
Jr
: Apabila Saudara JARANG mengalami pernyataan tersebut
dalam kehidupan sosial Saudara.
TP
: Apabila Saudara TIDAK PERNAH mengalami pernyataan
tersebut dalam kehidupan sosial Saudara.
Contoh :
Pilihan Jawaban
No.
Pernyataan
Tidak
Selalu
Sering
Jarang
Pernah
1.
Saya merasa senang jika
dipuji oleh orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
C. KUESIONER
Pilihan Jawaban
No.
Pernyataan
1.
Saya takut dianggap bodoh jika tidak
dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan kepada saya.
2.
Jika melewati segerombolan orang,
saya
yakin
bahwa
mereka
memperhatikan dan mengomentari
cara berjalan saya.
Saya sulit berkonsentrasi dan selalu
mengingat apa yang orang lain
katakan tentang saya.
Cara berbicara saya menjadi
terbata-bata ketika berbicara dengan
orang yang baru saya kenal.
Saya merasa kurang nyaman jika
berbagi materi bacaan saat diskusi
kelompok.
Saya mengalihkan pandangan saya
dari lawan bicara saya saat
mengobrol.
Saya takut teman saya menolak jika
saya ajak pergi bersama.
Saya sulit merangkai kalimat jika
ingin bertanya kepada dosen di kelas.
Saya dapat berbicara lancar dengan
orang yang baru dikenal.
Saya senang berbagi materi bacaan
saat diskusi kelompok.
Saya menatap wajah lawan bicara
saya saat mengobrol.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Saya merasa biasa saja jika teman
saya menolak saat saya ajak pergi
bersama.
Saya dapat merangkai kalimat
dengan baik jika ingin bertanya
kepada dosen di kelas.
Selalu
Sering
Jarang
Tidak
Pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
Saya takut dinilai sok pintar jika saya
mengajukan banyak pertanyaan pada
kelompok persentasi.
Saya takut dinilai aneh jika duduk
sendirian di tengah keramaian.
Saya
merasa
cemas
ketika
mengikuti sebuah wawancara.
Saya gelisah saat duduk di sebuah
ruang tunggu yang ramai.
Saya suka duduk di bangku paling
belakang.
Saya khawatir jika teman saya
menghindar saat saya ajak bermain.
Saya malu bertanya bahkan dengan
teman-teman yang sudah saya kenal.
Saya merasa minder jika harus
sekelompok dengan kakak tingkat.
Saya merasa percaya diri ketika
diwawancara.
Saya dapat duduk dengan tenang di
sebuah ruang tunggu yang ramai.
Jika ajakan saya untuk bermain hari
ini ditolak oleh teman saya, maka
saya akan mengajak teman saya
bermain lagi dilain hari.
Saya senang bertanya dengan
teman-teman saya.
Saya merasa senang jika harus
sekelompok dengan kakak tingkat.
27.
28.
Saya takut dikritik oleh dosen.
Saya berpikir bahwa orang lain
membicarakan
tentang
cara
berpakaian saya.
29.
Saya curiga dengan orang yang
memperhatikan saya saat berada di
tempat umum.
30.
Detak jantung saya berdebar kencang
ketika masuk di kelas yang baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
Wajah saya terasa memerah saat
berbincang dengan orang yang baru
saya kenal.
Saya hanya berbicara dengan orang
yang sudah saya kenal dengan baik.
Saya berpikir bahwa orang lain akan
menolak saya.
Saya sulit mengatakan kepada orang
lain tentang apa yang ada di pikiran
saya.
Saya merasa malu bahkan dengan
teman-teman yang sudah saya kenal
dengan baik.
Saya suka jika dikritik oleh dosen,
karena saya akan tahu kekurangan
saya di mana.
Saya cuek jika orang lain
membicarakan
tentang
saya
dibelakang saya.
Saya dapat bernafas dengan tenang
saat masuk di kelas yang baru.
Saya senang saat berbincang dengan
orang yang baru saya kenal.
Saya tetap merasa senang, walaupun
lawan berbicara saya adalah orang
yang baru saya kenal.
Saya berpikir bahwa orang lain akan
menerima saya dengan baik.
Saya
dapat
dengan
mudah
mengatakan
kepada
orang
laintentang apa yang ada di pikiran
saya.
43.
Saya nyaman berada dekat dengan
orang yang sudah saya kenal dengan
baik.
44.
Saya khawatir orang lain tidak
menyukai saya jika saya menolak
argumen mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
Tangan saya berkeringat saat
memperkenalkan diri di depan
anggota klub atau organisasi yang
baru saya ikuti.
Saya malu ketika berada di sekitar
orang yang tidak saya kenal.
Saya memilih untuk bergabung
dengan suatu kelompok, dimana
teman saya juga bergabung dengan
kelompok tersebut.
Saya merasa sedih, jika argumen
saya ditolak.
Saya merasa segan bertanya kepada
kakak tingkat.
Saya cemas ketika sedang berjalan
sendiri di tengah keramaian.
Saya yakin bahwa orang lain
mempunyai kegiatan yang lebih
penting daripada memperhatikan
saya secara detail.
Saya
merasa
antusias
saat
memperkenalkan diri di depan
anggota klub atau organisasi yang
baru saya ikuti.
Saya dapat berbaur ketika berada di
sekitar orang yang tidak saya kenal.
Saya akan tetap bergabung dalam
suatu kelompok, walaupun tidak ada
satu pun anggotanya yang saya
kenal.
55.
Jika argumen saya ditolak, saya
berpikir itu adalah hal yang wajar.
56.
Saya tenang ketika berjalan sendiri di
tengah keramaian.
Saya akan menulis di papan tulis
dengan perlahan agar tulisan saya
terlihat bagus.
57.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
Saya canggung untuk melakukan
sesuatu yang baru di depan orang
lain.
Saya menghindari situasi yang
mencolok dan menjadi pusat
perhatian.
Saya selektif dalam memilih teman.
Saya berpikir bahwa teman saya akan
mengolok-ngolok saya.
Saya berpikir bahwa orang lain tidak
mengetahui jika saya berkeringat
karena
gugup
bukan
karena
kepanasan.
Saya dapat melakukan sesuatu
dengan baik bahkan di depan orang
lain.
Saya suka berteman dengan siapa
saja.
Saya akan bertanya kepada siapa saja
yang menurut saya lebih paham
tentang hal tersebut.
Saya berpikir bahwa teman saya akan
bersikap ramah dengan saya.
~~~~~~~ TERIMA KASIH ~~~~~~~
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 4
HASIL PENELITIAN
107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
A. Uji Asumsi
1. Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic
df
Sig. Statistic df
Sig.
*
KecemasanSosial
.050
100
.200
.985 100 .295
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic
df
Sig. Statistic df Sig.
KuantitasMerokok
.250
100
.000
.807 100 .000
a. Lilliefors Significance Correction
2. Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of
Mean
Squares df Square
F
Sig.
Kuantitas
Between (Combined)
36.533 52
.703 2.452 .001
Merokok* Groups Linearity
.003
1
.003 .010 .921
Kecemasan
Deviation from
36.531 51
.716 2.500 .001
Sosial
Linearity
Within Groups
13.467 47
.287
Total
50.000 99
Measures of Association
R R Squared Eta Eta Squared
KuantitasMerokok * KecemasanSosial
.008
.000 .855
.731
3. Uji Hipotesis
Nonparametric Correlations
Correlations
Spearman's rho Kuantitas
Merokok
Correlation Coefficient
Sig. (1-tailed)
Kuantitas Kecemasan
Merokok
Sosial
1.000
.009
.
.465
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Kecemasan
Sosial
N
Correlation Coefficient
Sig. (1-tailed)
N
100
.009
.465
100
100
1.000
.
100
Download