PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN SOSIAL DENGAN KUANTITAS MEROKOK PADA REMAJA AKHIR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun oleh : Cyntia Marcellyna 129114132 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI iii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HALAMAN MOTTO Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. ~~~ Matius 7 : 7 ~~~ iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan kepada : Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan membimbingku, serta memberiku kesabaran dan semangat untuk tidak pantang menyerah Kedua orang tua, kakak dan adikku atas perhatian dan dukungannya selama ini Sahabat-sahabat terbaik dalam hidupku v PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI vi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI vii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN SOSIAL DENGAN KUANTITAS MEROKOK PADA REMAJA AKHIR Cyntia Marcellyna Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara tingkat kecemasan sosial dengan kuantitas merokok pada remaja akhir. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara tingkat kecemasan sosial dengan kuantitas merokok pada remaja akhir. Subjek yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 100 subjek dengan rentang usia 18 sampai dengan 21 tahun. Penelitian ini menggunakan skala kecemasan sosial yang juga mencakup beberapa pertanyaan seputar kuantitas merokok. Berdasarkan hasil koefisien Alpha-Cronbach pada skala kecemasan sosial, diperoleh hasil sebesar 0.943. Hasil tersebut menunjukkan bahwa syarat reliabilitas yang baik telah terpenuhi pada skala tersebut. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi Spearman Rank Rho. Penelitian ini menghasilkan koefisien korelasi sebesar 0.009 dengan nilai signifikansi (p) = 0.465. Selain itu, hasil uji linearitas diperoleh nilai F = 0.010 dengan nilai signifikansi (p) = 0.921. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan positif secara signifikan antara tingkat kecemasan sosial dengan kuantitas merokok pada remaja akhir. Kata Kunci : kecemasan sosial, kuantitas merokok, remaja akhir. viii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI THE RELATIONSHIP BETWEEN SOCIAL ANXIETY LEVEL AND SMOKING QUANTITY IN LATE ADOLESCENT Cyntia Marcellyna Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma ABSTRACT This research aimed to know whether there was relationship between social anxiety level and smoking quantity in late adolescent. The hypothesis of this research said there was positive correlation between social anxiety level and smoking quantity in late adolescent. The subjects of the research were 100 subjects with age ranges between 18 to 21 years old. This research used a scale of social anxiety that also included some questions about smoking quantity. Based on the coefficient results of Alpha Cronbach on the scale of social anxiety level, it was obtained 0.943. The result indicated that a good reliability requirement had been fulfilled on the scale. The data in the research were analyzed using Spearman Rank Rho correlation technique. The result of this research showed a coefficient correlation of 0.009 with significance value (p) = 0.465. In addition, result of linearity test obtained value of F = 0.010 with significance value (p) = 0.921. These results showed there was no positive relationship significantly between social anxiety level and smoking quantity in late adolescent. Keywords: social anxiety, smoking quantity, late adolescent. ix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah Bapa di surga karena atas penyertaanNya dan belas kasihNya-lah yang kuat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Sanata Dharma. Penulis menyadari ada banyak pihak yang telah berkontribusi besar hingga skripsi ini dapat selesai. Oleh karen itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. sebagai Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan juga penguji 2 2. Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si. sebagai Kaprodi Psikologi Universitas Sanata Dharma 3. Bapak Drs. Hadrianus Wahyudi, M.Si. sebagai dosen pembimbing akademik 4. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si. sebagai dosen pembimbing skripsi dan penguji 1 5. Ibu Diana Permata Sari, M.Sc. sebagai penguji 3 6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah membagikan pengetahuan dan ilmunya kepada penulis 7. Kedua orang tua serta kakak dan adik penulis yang sangat dikasihi dan x PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI disayangi 8. Semua remaja akhir yang bersedia menjadi subjek penelitian penulis 9. Teman-teman angkatan 2012 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma 10. Karina, Uci, Ka Lina, Pras, dan Ka Thya yang tidak pernah letih memberiku bantuan dan semangat, aku mengasihi kalian 11. Teman-teman seperjuangan penulis : Emma, Dara, Raras, Sekar, Ema Prima, dan Flo. Terima kasih karena selalu membagikan pengetahuan dan memberikan solusi ketika penulis merasa kesulitan 12. Mbak Astrid, Mbak Raisa, Mbak Tirsa, Ka Riana, dan Mbak Pascha terima kasih atas petuah, pengetahuan, dan pengalamannya dalam menginspirasi penulis untuk mengerjakan skripsi Akhir kata, penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna, sehingga penulis terbuka untuk menerima dan menghargai segala kritik dan saran yang membantu menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak orang. Yogyakarta, 1 Agustus 2017 Cyntia Marcellyna xi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL............................................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING……….……………………………………….ii PENGESAHAN SKRIPSI…………………………………………………….…iii HALAMAN MOTTO ........................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………………….vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS……………………………..vii ABSTRAK .......................................................................................................... viii ABSTRACT .......................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ............................................................................................. x DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii DAFTAR TABEL................................................................................................ xvi DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 7 C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 8 D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8 1. Manfaat Teoretik ............................................................................ 8 2. Manfaat Praktis .............................................................................. 8 BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 10 A. Kecemasan Sosial............................................................................... 10 1. Definisi ......................................................................................... 10 xii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Aspek-aspek Kecemasan Sosial ....................................................11 3. Ciri-ciri Orang yang Memiliki Kecemasan Sosial ....................... 13 4. Faktor Penyebab Kecemasan Sosial............................................. 15 5. Dampak Kecemasan Sosial .......................................................... 17 B. Kuantitas Merokok ............................................................................. 18 1. Definisi ......................................................................................... 18 2. Tipe-tipe Perokok ......................................................................... 19 3. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Merokok .................................. 20 4. Kandungan Rokok ........................................................................ 24 5. Dampak Merokok......................................................................... 25 C. Remaja Akhir ..................................................................................... 27 1. Definisi ......................................................................................... 27 2. Ciri-ciri Masa Remaja Akhir ........................................................ 29 3. Tugas Perkembangan Masa Remaja Akhir .................................. 31 4. Perkembangan Kognitif Remaja .................................................. 32 5. Perkembangan Sosial Remaja ...................................................... 33 D. Dinamika Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Sosial Dengan Kuantitas Merokok Pada Remaja Akhir ....................................... 35 E. Skema Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Sosial Dengan Kuantitas Merokok Pada Remaja Akhir ....................................... 38 F. Hipotesis Penelitian............................................................................ 38 BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 40 A. Jenis dan Desain Penelitian ................................................................ 40 B. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional .................................. 40 1. Identifikasi Variabel ..................................................................... 40 2. Definisi Operasional..................................................................... 41 xiii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI a. Kecemasan Sosial................................................................... 41 b. Kuantitas Merokok ................................................................. 41 C. Subjek Penelitian................................................................................ 42 D. Instrumen Penelitian........................................................................... 42 1. Skala Kecemasan Sosial ............................................................... 43 2. Cara Pemberian Skor.................................................................... 44 E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ................................................... 45 1. Validitas ........................................................................................ 45 2. Reliabilitas ................................................................................... 45 3. Seleksi Item .................................................................................. 47 4. Teknik Analisis Data .................................................................... 49 a. Uji Normalitas ........................................................................ 49 b. Uji Linearitas.......................................................................... 49 5. Pengujian Hipotesis Penelitian..................................................... 49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 51 A. Pelaksanaan Penelitian ....................................................................... 51 B. Deskripsi Subjek dan Data Demografis Subjek ................................. 51 C. Deskripsi Data Penelitian ................................................................... 53 D. Kategorisasi ........................................................................................ 54 E. Analisis Data Penelitian ..................................................................... 57 1. Uji Asumsi.................................................................................... 57 a. Uji Normalitas ........................................................................ 57 b. Uji Linearitas.......................................................................... 58 2. Uji Hipotesis ................................................................................ 59 F. Pembahasan ........................................................................................ 60 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 67 xiv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI A. Kesimpulan ........................................................................................ 67 B. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 67 C. Saran ................................................................................................... 68 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 69 xv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR TABEL Tabel 3.0 Blueprint dan Distribusi Item Skala Kecemasan Sosial Sebelum Seleksi Item ......................................................................................... 43 Tabel 3.1 Pemberian Skor Skala Kecemasan Sosial .............................................45 Tabel 3.2 Reliabilitas Skala Kecemasan Sosial Sebelum Seleksi Item .................46 Tabel 3.3 Reliabilitas Skala Kecemasan Sosial Setelah Seleksi Item ...................47 Tabel 3.4 Blueprint dan Distribusi Item Skala Kecemasan Sosial Setelah Seleksi Item ......................................................................................... 48 Tabel 4.0 Data Demografi Subjek Berdasarkan Asal Universitas ......................... 52 Tabel 4.1 Data Demografi Subjek Berdasarkan Usia............................................53 Tabel 4.2 Deskripsi Data Penelitian ......................................................................53 Tabel 4.3 Norma Kategorisasi Kecemasan Sosial .................................................55 Tabel 4.4 Kategorisasi Kecemasan Sosial ............................................................. 55 Tabel 4.5 Kategorisasi Kuantitas Merokok ........................................................... 56 Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas..............................................................................57 Tabel 4.7 Hasil Uji Linearitas ...............................................................................58 Tabel 4.8 Hasil Uji Korelasi Spearman Rank Rho ................................................59 xvi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 SKALA UJI COBA ..................................................................... 78 LAMPIRAN 2 RELIABILITAS SKALA ............................................................ 90 LAMPIRAN 3 SKALA PENELITIAN ............................................................... 97 LAMPIRAN 4 HASIL PENELITIAN ............................................................... 107 xvii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, kebiasaan merokok telah menjadi budaya di berbagai belahan dunia. Menurut hasil penelitian The Tobacco Atlas tahun 2015, jumlah perokok aktif di Indonesia dinobatkan sebagai peringkat pertama terbanyak di dunia. Selain itu, menurut Kementerian Kesehatan, tahun 2016 jumlah perokok aktif di Indonesia berkisar 90 juta jiwa (Kompasiana, 2017). Data Susenas tahun 2015 menyatakan bahwa jumlah perokok usia 15-24 tahun adalah sebanyak 19,55% (Okezone, 2017). Selain itu, dari total remaja yang disurvei ditemukan bahwa 19,4% remaja adalah perokok, yang terdiri dari 35,3% remaja laki-laki dan 3,4% remaja perempuan (GYTS, 2014). The Global Adult Tobacco Survey (GATS) tahun 2015 juga menyatakan bahwa jumlah perokok di Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas, laki-laki mencapai 67% dan perempuan 3% (Depkes). Merokok adalah kegiatan membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok batangan maupun menggunakan pipa (Sitepoe, 2000). Seseorang yang melakukan perilaku merokok dapat dibedakan menjadi 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 perokok aktif dan perokok pasif (Smet, 1994). Perokok aktif itu sendiri digolongkan dalam beberapa tingkatan, yaitu : perokok aktif ringan adalah individu yang menghabiskan sekitar 1-4 batang rokok setiap hari, perokok aktif sedang adalah individu yang menghabiskan sekitar 5-14 batang rokok setiap hari, dan perokok aktif berat menghabiskan rokok sekitar lebih dari 15 batang perhari (Smet dalam Hasnida & Kemala, 2005). Merokok sebenarnya memberikan berbagai efek negatif fisiologis dan psikologis kepada si perokok (Budiman, 2011). Namun, para perokok terkadang tidak mengetahui atau mempedulikan efek negatif yang diberikan oleh rokok itu sendiri. Faktor umum yang menyebabkan perilaku merokok pada remaja yaitu pencarian jati diri, kurangnya pengetahuan tentang bahaya rokok bagi kesehatan, orangtua yang perokok, dan teman sebaya (WHO, 1993). Ada juga anggapan yang menyatakan bahwa merokok merupakan simbol atas kekuasaan, kejantanan, dan kedewasaan (Brigham, 1991). Selain itu, berdasarkan data dari 2.074 responden pelajar di Indonesia, 11,8% pelajar pria dan 3,5% pelajar wanita menganggap rokok akan menambah teman, sementara 9,2% pelajar pria dan 2,4% pelajar wanita menganggap merokok akan membuat mereka terlihat lebih atraktif (GYTS, 2011). Perilaku merokok pada remaja juga ternyata berhubungan dengan peristiwa stres dalam kehidupan sehari-hari. Remaja yang mengalami kecemasan atau PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 masalah yang bersifat emosional akan mengonsumsi rokok sebagai upaya untuk mengatasi masalahnya atau sebagai kompensatoris kecemasan yang dialihkan (Komasari & Helmi, 2000). Selain itu, dikatakan juga bahwa remaja yang sedang dalam keadaan tertekan mempunyai kemungkinan dua kali lebih besar untuk merokok dibandingkan dengan individu lainnya (Booker, Gallaher, Unger, Ritt-Olson, & Johnson, 2004). Wills (Nasution, 2007) juga mengatakan bahwa semakin besar stres yang dialami oleh remaja maka akan semakin banyak juga rokok yang mereka konsumsi. Penelitian yang serupa dan mendukung penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian yang dilakukan Utomo (2011), hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan perilaku merokok pada siswa kelas X dan XI di SMA Colombo Kabupaten Sleman Yogyakarta. Hasil penelitian lainnya juga menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan perilaku merokok pada pelajar putra SMK di Kota Semarang (Gunawan, 2007). Perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan 2 penelitian yang telah dilakukan oleh Utomo dan Gunawan, yaitu terletak pada variabel kecemasan. Peneliti lebih menspesifikasikan kecemasan yang digunakan yaitu kecemasan sosial di lingkungan kampus, sedangkan 2 peneliti sebelumnya menggunakan kecemasan secara menyeluruh. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 Kecemasan atau stres yang dialami seseorang dapat mengganggu kehidupannya sehari-hari (APA, 2000). Bila kecemasan yang dialami oleh seseorang tidak ditangani atau diatasi dengan baik, maka emosi dan perilakunya dapat terpengaruh. Selain itu, remaja yang mengalami kecemasan akan memiliki risiko untuk melakukan kenakalan, termasuk perilaku berisiko (Retnowati, 2008). Penelitian Chiao et al. (2012) menyatakan bahwa perilaku merokok adalah salah satu perilaku yang cenderung dilakukan oleh remaja. Selain itu, penelitian lainnya juga menyatakan bahwa tingkat stres dan kecemasan yang tinggi berakibat pada meningkatnya risiko untuk merokok (Finkelstein, Kubzansky, & Goodman, 2006). Gangguan kecemasan yang dialami oleh seseorang tentunya akan berbeda satu dengan yang lainnya dan jenisnya pun akan berbeda-beda. Pemikiran Freud (Semium, 2006) tentang penyebab kecemasan adalah kecemasan disebabkan oleh perasaan tidak berdaya yang luar biasa. Kategori gangguan kecemasan menurut DSM IV-TR (2000) antara lain gangguan panik tanpa agoraphobia, gangguan panik dengan agoraphobia, agoraphobia tanpa riwayat gangguan panik, phobia spesifik, phobia sosial (kecemasan sosial), gangguan obsesif-kompulsif, gangguan stres pasca traumatik, gangguan stres akut, gangguan kecemasan umum, dan gangguan kecemasan yang tidak terdefinisi. Salah satu jenis gangguan kecemasan, yaitu kecemasan sosial merupakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 masalah kesehatan mental peringkat ketiga setelah depresi dan penyalahgunaan alkohol (Pierce, 2013). Seseorang yang memiliki kecemasan sosial dapat terpengaruh emosi dan juga perilakunya (Jiwo, 2012). Kecemasan sosial ini juga dapat memengaruhi pekerjaan, sekolah, dan aktivitas harian lainnya. Selain itu, kecemasan social juga dapat menyulitkan untuk membentuk dan menjaga pertemanan (Samsara, 2017). Kecemasan sosial adalah sekumpulan perilaku yang berhubungan dengan ketakutan terhadap situasi dan performa sosial yang dirasakan akan memalukan, mencakup beberapa situasi, seperti berbicara di depan umum, menarik diri dari percakapan dengan orang yang tidak dikenal atau figur otoritas, menunjukkan perilaku asertif dengan individu yang berbeda, serta makan dan minum di depan sekelompok orang (APA, 2000). Selain itu, kecemasan sosial didefinisikan sebagai perasaan malu dinilai atau diperhatikan oleh orang lain karena adanya prasangka bahwa orang lain menilai negatif terhadap dirinya (Rakhmat, 2007). Kecemasan sosial juga diwarnai oleh kekhawatiran individu tentang bagaimana ia membawa diri dalam situasi sosial. Kecemasan sosial ini sendiri dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu tingkat kecemasan rendah, sedang, dan berat (May, Lou, & Johnson; 2005). Seseorang yang mengalami kecemasan sosial biasanya mengalami beberapa tanda-tanda pada fisiknya, antara lain blushing (muka merah), berkeringat, gemetar atau bergetar, detak jantung cepat, gangguan perut, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6 mual, suara gemetar, ketegangan otot, kebingungan, diare, dan tangan dingin atau basah (Jiwo, 2012). Kecemasan sosial biasanya dimulai pada awal hingga pertengahan belasan tahun, walaupun kadang-kadang dapat terjadi lebih awal pada masa kanak-kanak atau dewasa (Schroeder & Gordon, 2002). Pada tahun 2013 dikatakan bahwa sebanyak 15,8% remaja di Indonesia mengalami kecenderungan kecemasan sosial yang cukup tinggi (Vriends, 2013). Penelitian lain juga menyatakan bahwa kecemasan sosial yang terjadi pada remaja berusia 9 hingga 17 tahun diperkirakan 10% hingga 20% (Maertz, 2001; Joshi, 2013). Selain itu, ada sekitar 10,7% sampai 17,3% anak dan remaja yang mengalami gangguan kecemasan (Wenar & Kerig, 2005). Berdasarkan data di atas, dapat kita ketahui bahwa usia remaja adalah usia yang rentan mengalami kecemasan sosial. Hal tersebut dikarenakan pada masa remaja terjadi peningkatan kesadaran akan penilaian lingkungan sosial terhadap penampilan dan bagaimana bertingkah laku. Penjelasan tersebut juga didukung oleh pernyataan Buss (dalam Subasi, 2013), bahwa remaja adalah tahapan di mana seseorang mengalami tingkat kecemasan sosial yang tinggi. Selain itu, remaja menjadikan peran teman sebaya dan lingkungan sosialnya menjadi sangat berarti. Remaja ingin diterima oleh kawan-kawannya dan akan merasa sedih bila dikucilkan / diasingkan. Persepsi remaja mengenai pengasingan dari kelompok PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7 teman sebaya tersebut dapat secara langsung menimbulkan kecemasan sosial. Kebutuhan untuk diterima seringkali membuat remaja berbuat apa saja agar dapat diterima kelompoknya dan terbebas dari sebutan “pengecut” dan “banci” (Komasari & Helmi, 2000). Faktor terpenting yang juga dapat menyebabkan kecemasan sosial pada remaja, yaitu penyesuaian diri dalam rangka memenuhi tugas perkembangan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa berbagai masalah yang mungkin terjadi pada tahap perkembangan remaja dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya kecemasan sosial. Untuk mengurangi kecemasan sosial tersebut, remaja dengan didukung oleh berbagai anggapan dan pandangan tentang rokok akan lebih mudah memilih untuk mengonsumsi rokok. Hal tersebutlah yang membuat penulis merasa tertarik dengan masalah tersebut dan mengajukan judul, yakni hubungan antara tingkat kecemasan sosial dengan kuantitas merokok pada remaja akhir. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pembahasan latar belakang di atas, maka masalah yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan positif antara tingkat kecemasan sosial dengan kuantitas merokok pada remaja akhir ?” PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8 C. Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dari kegiatan penelitian ini, yaitu : 1. Untuk mengetahui tingkat kecemasan sosial pada remaja akhir 2. Untuk mengetahui kuantitas merokok pada remaja akhir 3. Untuk melihat hubungan antara tingkat kecemasan sosial dengan kuantitas merokok pada remaja akhir D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretik Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan atau rujukan bagi peneliti selanjutnya yang memusatkan perhatian terhadap permasalah yang sama. Selain itu, penelitian ini juga diharapakan dapat menambah pengetahuan tentang hubungan antara tingkat kecemasan sosial dengan kuantitas merokok sesuai dengan topik permasalahan pada penelitian ini. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat bermanfaat diantaranya : a. Bagi remaja akhir : Sebagai bahan pertimbangan bagi remaja agar dapat memilih cara yang baik dan sehat untuk mengurangi kecemasan sosial yang mereka miliki. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9 b. Bagi orang dewasa / orang tua : Sebagai bahan masukan bagi para orang dewasa / orang tua untuk dapat membantu dalam memilih lingkungan dan memberikan contoh perilaku yang baik bagi para remaja akhir khususnya dalam hal mengurangi kecemasan sosial. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB II LANDASAN TEORI A. Kecemasan Sosial 1. Definisi Kecemasan sosial menurut La Greca dan Lopez (1998) adalah ketakutan yang menetap terhadap situasi sosial yang berhubungan dengan performa diri dan menghadapi evaluasi dari orang lain, diamati, takut dipermalukan, dan dihina. Selain itu menurut Vertue (2003), kecemasan sosial adalah perasaan cemas ketika berada di lingkungan sosial tertentu, seperti ketika berada di tempat yang ramai, ketika harus berbicara di depan umum, wawancara, dan situasi-situasi sosial lainnya. Dalam DSM IV-TR (2000), kecemasan sosial didefinisikan sebagai perilaku yang berhubungan dengan ketakutan terhadap situasi dan performa sosial yang dirasakan akan memalukan, mencakup beberapa situasi seperti berbicara di depan umum, menarik diri dari percakapan dengan orang yang tidak dikenal atau figur otoritas, menunjukkan perilaku asertif dengan individu yang berbeda, serta makan dan minum di depan sekelompok orang. Kecemasan sosial seringkali bersifat kronis dan tak henti-hentinya, serta dapat memiliki konsekuensi negatif yang cukup besar pada kualitas hidup 10 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11 (Parr & Cartwright-Hatton, 2014). Gangguan kecemasan sosial ini sering dikaitkan dengan gangguan kejiwaan komorbid, masalah kesehatan kronis, ketergantungan keuangan atau beban ekonomi, keinginan bunuh diri, masalah keluarga, serta fungsi umum sosial dan pekerjaan yang rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kecemasan sosial adalah keadaan dimana seseorang mengalami ketakutan dalam menghadapi situasi sosial, khususnya evaluasi negatif dari orang lain terhadap performa dirinya. Pada penelitian ini, situasi sosial yang digunakan yaitu pada lingkup lingkungan kampus. 2. Aspek-aspek Kecemasan Sosial La Greca dan Lopez (Olivares, 2005) menyatakan bahwa ada 3 aspek kecemasan sosial, yaitu : a. Ketakutan akan evaluasi negatif. Ketakutan akan evaluasi negatif seperti khawatir untuk melakukan atau mengatakan sesuatu yang memalukan atau membuat dirinya merasa hina. Selain itu, individu akan merasa bahwa orang lain sedang memperhatikan dengan teliti setiap gerak yang dilakukannya. Individu juga cenderung fokus terhadap dirinya sendiri dan mengkoreksi kemampuan sosial yang dimilikinya serta terbawa dalam mengevaluasi kemampuan dirinya sendiri pada saat berinteraksi dengan orang lain. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12 Kekhawatiran terhadap evaluasi negatif dari orang lain atau kelompok juga dapat terjadi pada saat individu melakukan pidato di depan umum (DeVito, 2001). b. Penghindaran sosial dan rasa tertekan dalam situasi yang baru atau berhubungan dengan orang asing/baru Contoh dari penghindaran sosial dan rasa tertekan dalam situasi baru adalah ketika individu merasa gugup saat berbicara dan tidak mengerti mengapa hal tersebut dapat terjadi. Individu juga akan merasa malu pada saat dekat dengan orang lain dan gugup pada saat bertemu dengan orang yang baru dikenal. Selain itu, individu juga akan merasa khawatir saat mengerjakan sesuatu yang baru di depan orang lain. Hal tersebut membuat individu yang merasakannya akan menghindari kontak mata dan situasi sosial. c. Penghindaran sosial dan rasa tertekan yang dialami secara umum/dengan orang yang dikenal. Penghindaran sosial dan rasa tertekan yang dialami secara umum dengan orang yang dikenal seperti melihat bagaimana kemampuan individu dalam membangun relasi. Selain itu, individu juga akan merasa tidak nyaman mengajak orang lain karena takut terhadap penolakan, merasa kesulitan bertanya kepada orang lain, dan merasa malu ketika ada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13 pekerjaan kelompok. Berdasarkan uraian pada subbab ini, maka dapat kita ketahui bahwa aspek kecemasan sosial terbentuk dari ketakutan akan evaluasi negatif, penghindaran sosial dan rasa tertekan dalam situasi yang baru, serta penghindaran sosial dan rasa tertekan yang dialami secara umum dengan orang yang baru dikenal. 3. Ciri-ciri Orang yang Memiliki Kecemasan Sosial Kecemasan sosial merupakan salah satu bentuk dari gangguan mental yang ditandai oleh ketakutan yang ekstrim dan konsisten ketika bertindak dengan cara yang memalukan, bertemu orang baru, adanya pengawasan dalam berbagai kinerja dan/atau situasi interaksional. Kecemasan sosial juga terkait dengan rasa malu atau penghinaan (Reijntjes et al., 2011). Perilaku yang akan muncul pada orang dengan kecemasan sosial yaitu berpikir bahwa orang lain akan menolak dirinya, berpikir bahwa orang lain menganggapnya sangat buruk atau bodoh, dan mengurangi atau bahkan menarik diri untuk berbicara di depan umum (Vertue, 2003). Selain itu, perilaku-perilaku seperti selalu merasa ada orang lain yang mengevaluasi, mengkritisi dan menghakimi mereka; merasa sendiri, tertutup dengan orang-orang di sekitar mereka meskipun orang-orang yang familiar bersama dengan mereka; merasa setiap orang selalu mendikte setiap langkah yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14 harus diambil; dan tidak bisa merasa santai ketika ada orang lain di sekitar mereka juga akan dirasakan oleh seseorang yang mengalami kecemasan sosial. Orang-orang dengan kecemasan sosial takut untuk melakukan atau mengatakan sesuatu yang memalukan atau yang akan membuat dirinya terlihat hina. Mungkin mereka merasa seakan-akan seribu pasang mata sedang memeriksa dengan teliti setiap gerak-gerik yang mereka lakukan. Mereka cenderung sangat kritis terhadap kemampuan sosial mereka dan terbawa dalam mengevaluasi performa mereka sendiri ketika berinteraksi dengan orang lain (APA, 2013). Selain ciri-ciri yang telah disebutkan di atas, masih ada beberapa gejala yang dapat kita lihat pada seseorang yang mengalami kecemasan sosial, yaitu simptom fisik seperti gemetar, wajah yang memerah, terbata-bata ketika berbicara, telapak tangan berkeringat, detak jantung yang bertambah cepat, dan mulut kering (Vertue, 2003). Gejala lainnya yang juga dirasakan saat seseorang mengalami kecemasan sosial, yaitu otot-otot menjadi tegang. Ingman (1999) juga mengemukakan simtom-simtom kecemasan sosial yang dapat diekspresikan, yaitu : a. Simtom Fisik Simtom fisik yang dialami oleh orang-orang dengan kecemasan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15 sosial yaitu : (1) keringat yang berlebihan, (2) detak jantung yang berdebar-debar, (3) wajah memerah, (4) bergetar, (5) sakit perut, (6) mati rasa, dan (7) pusing. b. Simtom Tingkah Laku Orang dengan kecemasan sosial juga akan mengalami simtom tingkah laku, seperti (1) tidak berani/sedikit melakukan kontak mata, (2) penundaan, (3) cara bicara tidak lancar, (4) gelisah, dan (5) menolak interaksi sosial. c. Simtom Kognitif Orang dengan kecemasan sosial tidak hanya mengalami simtom fisik ataupun simtom tingkah, tetapi juga akan mengalami simtom kognitif. Simtom kognitif tersebut, yaitu (1) kesadaran diri yang tinggi dan (2) kewaspadaan yang berlebihan. Berdasarkan penjelasan di subbab ini, maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri individu yang mengalami kecemasan sosial dapat diketahui melalui simtom fisik, simtom tingkah laku, dan juga simtom kognitif. 4. Faktor Penyebab Kecemasan Sosial Kecemasan tidak muncul dari kondisi jaringan di dalam tubuh, melainkan ditimbulkan oleh sebab-sebab dari luar (Freud dalam Semium, 2006). Apabila timbul kecemasan, ia akan memotivasi individu untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16 melakukan sesuatu. Pemikiran awal Freud (Semium, 2006) tentang penyebab kecemasan adalah represi dorongan seksual. Namun kemudian, Freud mengemukakan lagi bahwa kecemasan disebabkan oleh perasaan tidak berdaya yang luar biasa. Faktor internal yang menyebabkan kecemasan sosial antara lain warisan sifat, kimia otak, struktur otak, serta pengalaman negatif. Selain faktor internal individu, keluarga juga dapat menyebabkan kecemasan sosial. Faktor keluarga tersebut termasuk gaya pengasuhan orang tua, antara lain penolakan yang tinggi, overprotektif, kurangnya kehangatan emosional, tekanan atau permasalahan yang dialami orang tua seperti kecemasan, depresi, dan ketergantungan terhadap alkohol. Faktor penyebab kecemasan sosial lainnya menurut Oort et al. (2011) yaitu adanya pengalaman traumatis dari teman sebaya seperti penganiayaan, intimidasi, dan ancaman. Menurut APA (2013), kecemasan sosial dapat muncul dalam situasi interaksi sosial (misalnya bercakap-cakap, bertemu orang-orang asing), merasa diamati (saat makan atau minum), dan tampil di depan orang lain (misalnya memberikan pidato). Situasi yang dapat memunculkan kecemasan sosial dapat diklasifikasikan dalam 4 kategori primer, yaitu (1) interaksi formal, misalnya menyampaikan sambutan, pidato, ceramah, presentasi rapat; (2) interaksi non-formal, misalnya bertemu dengan orang yang tidak dikenal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17 atau orang asing, datang ke pesta; (3) interaksi yang menuntut perilaku asertif, misalnya menyampaikan ketidaksetujuan, menolak permintaan teman; (4) diperhatikan orang lain, misalnya saat bekerja, menulis, makan, dan lain-lain (Leary & Kowalsky, 1997). Berdasarkan penjelasan pada subbab ini, dapat diketaui bahwa penyebab kecemasan sosial yaitu faktor diri, faktor keluarga, dan faktor teman sebaya. 5. Dampak Kecemasan Sosial Kecemasan sosial berdampak pada fungsi peran sosial dan perkembangan karir pada seseorang, karena kecemasan akan dapat memengaruhi beberapa aspek kehidupan (Bhamani & Hussain, 2012). Akibat yang ditimbulkan adalah hambatan tingkah laku serta perubahan emosi dan juga perilaku. Individu akan menjadi serba ragu-ragu, takut-takut, dan tidak berani melakukan sesuatu. Selain itu, kecemasan sosial berdampak pada penyalahgunaan zat seperti narkoba, putus sekolah, lebih rendahnya tingkat pencapaian pendidikan, menjadi penggangguran dan melakukan penipuan (Garcia et al., 2008). Kecemasan sosial juga membuat individu berperilaku berdasarkan interpretasi subjektif (Torres & Guerra, 2002), yang mana interpretasi ini lebih banyak didominasi oleh evaluasi negatif pada peristiwa sosial yang tidak menyenangkan (Wilson & Rapee, 2005). Remaja dengan kecemasan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18 sosial juga memiliki risiko untuk melakukan kenakalan, termasuk perilaku berisiko seperti merokok (Lestari & Sugiharti, 2011). Dalam bentuknya yang ekstrim, remaja tersebut juga akan bisa menjurus kepada keadaan cemas yang neurotik (yang sudah tergolong gangguan jiwa). Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat kita ketahui bahwa kecemasan sosial itu sendiri dapat memberikan berbagai dampak negatif pada individu. Pada tingkatan yang lebih parah, kecemasan sosial akan menimbulkan hambatan tingkah laku serta menjurus pada kecemasan yang neurotik. B. Kuantitas Merokok 1. Definisi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kuantitas adalah banyaknya (benda dan sebagainya) atau jumlah (sesuatu). Sedangkan kuantitas menurut Adam & Thompson (1990) adalah kualitas sesuatu hal yang terbentuk dari proses pengukuran, contohnya ukuran jumlah. Definisi merokok menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah mengisap rokok. Sedangkan menurut Harissons (dalam Sitepoe, 2000) merokok adalah kegiatan membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok batangan maupun menggunakan pipa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 Selain itu, merokok juga adalah kegiatan membakar salah satu ujung pada rokok dan membiarkannya membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya. Berdasarkan beberapa definisi tentang kuantitas dan merokok yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kuantitas merokok adalah seberapa banyak kegiatan membakar dan menghirup asap rokok yang dilakukan oleh seseorang dan dapat diukur secara kuantitatif. 2. Tipe-tipe Perokok Perokok dapat digolongkan dalam beberapa tipe berdasarkan tingkat dari aktivitas merokok itu sendiri. Tipe perokok tersebut dibagi menjadi 2 jenis, yaitu perokok aktif dan perokok pasif (Smet, 1994). a. Perokok Aktif Perokok aktif adalah seseorang yang merokok secara langsung dengan mengisap rokok tersebut. Merokok sudah menjadi bagian hidupnya, sehingga rasanya tidak enak kalau sehari saja tidak merokok. Oleh karena itu, ia akan berupaya untuk mendapatkannya. Perokok aktif dapat dibagi lagi dalam beberapa tingkatan menurut jumlah rokok yang dihisap, antara lain (dalam Hasnida & Kemala, 2005) : 1) Perokok aktif berat adalah seseorang yang mengisap rokok lebih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20 dari 15 batang dalam sehari. 2) Perokok aktif sedang adalah seseorang yang mengisap rokok 5 14 batang dalam sehari. 3) Perokok aktif ringan adalah seseorang yang mengisap rokok 1 4 batang dalam sehari. b. Perokok Pasif Perokok pasif adalah seseorang yang tidak merokok tetapi secara tidak sengaja ikut menghirup / mengisap asap rokok di sekitar mereka. Selain itu, pada umumnya para perokok pasif ini tidak memiliki niat untuk merokok. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa seorang perokok dapat digolongkan dalam dua tipe, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif juga dapat digolongkan berdasarkan tingkatannya, menjadi perokok aktif ringan, sedang, dan berat. 3. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Merokok Seseorang yang akan memulai kebiasaannya menjadi seorang perokok tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal maupun internal dari dalam dirinya sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok tersebut, antara lain (Komasari & Helmi, 2000) : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21 a. Kebiasaan Kebiasaan merokok adalah kegiatan mengisap rokok yang dilakukan secara berulang-ulang, teratur, dan sulit dihentikan. Dengan faktor kebiasaan ini, para perokok menggunakan rokok bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah menjadi rutinitas. Dapat dikatakan orang-orang pada tipe ini, merokok sudah merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis, seringkali mereka melakukannya tanpa dipikirkan dan tanpa disadari. Para perokok tipe ini menghidupkan api rokoknya bila rokok yang terdahulu telah benar-benar habis. b. Reaksi Emosi Merokok pada tipe ini digunakan untuk menghasilkan emosi yang positif misalnya rasa senang, relaksasi, dan kenikmatan rasa. Merokok juga ditujukan untuk mengurangi rasa tegang, kecemasan biasa, ataupun kecemasan yang timbul karena adanya interaksi dengan orang lain. Hal tersebut disebabkan karena adanya efek nikotin yang menghasilkan semua perasaan nyaman dan efek psikologis lainnya disaat seseorang merokok. Selain itu, merokok juga dapat menunjukkan kejantanan (kebanggaan diri) dan kedewasaan. Hal tersebut disebakan oleh image rokok yang diciptakan oleh produsen rokok itu sendiri sehingga para PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22 remaja terpengaruh dan akhirnya merokok. c. Lingkungan Sosial Kebanyakan remaja memulai kebiasaan merokok karena ikut-ikutan teman dan ingin diterima di dalam suatu kelompok sosial. Hal tersebut disebabkan karena faktor lingkungan teman-temannya yang merupakan perokok. Selain itu, remaja yang merokok juga biasanya karena terpengaruh oleh image yang diciptakan oleh produsen rokok tersebut dalam iklan, seperti menunjukkan kejantanan (kebanggaan diri) serta kedewasaan. Faktor sosial lainnya yang berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja adalah faktor keluarga, seperti orang tua perokok atau berasal dari keluarga yang tidak bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson, 1999). d. Biologis Faktor biologis ini menekankan pada kandungan nikotin yang ada di dalam rokok yang dapat mempengaruhi ketergantungan seseorang pada rokok. Dalam jangka panjang, nikotin akan menekan kemampuan otak untuk mengalami kenikmatan, sehingga perokok akan selalu membutuhkan kadar nikotin yang semakin tinggi untuk mencapai tingkat kepuasan dan ketagihannya. Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, masih ada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23 faktor-faktor lainnya yang juga menjadi alasan seseorang untuk merokok, yaitu (Hutapea, 2013) : a. Alat Pergaulan (psikososial) Merokok pada situasi sosial dan menggunakan nilai simbolis dari tindakan merokok ini untuk meningkatkan kehidupan bersosial. b. Kepuasan Saraf (sensori motor) Merokok untuk kepuasan mulut, sensorik, dan manipulasi rokok itu sendiri. c. Sumber Kenikmatan (indulgent) Merokok untuk memperoleh kenikmatan dan menambah kegembiraan, kesenangan yang sudah ada. Alasan tersebut merupakan jenis yang paling umum digunakan oleh seseorang. d. Penenang (sedatif) Merokok untuk menghilangkan perasaan tak enak karena efek sedatif dari nikotin yang bekerja. Nikotin itu sendiri menghasilkan perasaan nyaman dan efek psikologis lainnya di saat seseorang merokok. e. Perangsang (stimulasi) Efek stimulan dari nikotin dipakai untuk memacu semangat, membantu berpikir dan konsentrasi, mencegah kelelahan, dan mempertahankan kinerja pada tugas yang monoton dan lama, serta PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24 meningkatkan kemampuan dalam situasi stress. f. Memenuhi kecanduan (adiktif) Merokok semata–mata untuk memenuhi tuntutan atau mencegah terjadinya sindroma penarikan, yang akan timbul apabila seorang perokok telah melewatkan 30–40 menit atau kurang tanpa rokok. g. Keterbiasaan (otomatisasi) Ini terjadi pada sebagian perokok berat yang dengan tidak disadari lagi secara otomatis akan mencari sebatang rokok. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa seseorang yang merokok dapat dimotivasi oleh empat faktor besar, yaitu kebiasaan, reaksi emosi, lingkungan sosial, dan biologis. 4. Kandungan Rokok Ada sekitar 1200 bahan kimia yang berbeda dalam rokok. Bahan-bahan kimia tersebut antara lain tir tembakau, benzopyrene, karbon monoksida, methyl alcohol, amonia, collidine, dan formaldehyde. Selain itu, ada juga beberapa bahan kimia yang dikatakan sangat beracun dibandingkan bahan kimia lainnya dalam rokok, seperti cadmium, arsenic, prussia acid, dan nikotin. Nikotin merupakan salah satu bahan kimia yang mempercepat proses kematian. Namun, nikotin ini jugalah yang menghasilkan semua perasaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 nyaman dan efek psikologis lainnya disaat seseorang merokok. Nikotin yang terkandung dalam satu batang rokok yaitu kira-kira 100 miligram dan menjadi dosis fatal. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat kita ketahui bahwa rokok ternyata mengandung berbagai macam zat kimia yang sebenarnya sangat berbahaya, terutama nikotin, bagi kesehatan manusia. 5. Dampak Merokok Pada saat merokok, temperatur pada sebatang rokok yang dibakar adalah 90oC untuk ujung rokok yang dibakar dan 30oC untuk ujung rokok yang terselip di antara bibir perokok. Selain itu, Sitepoe (2000) juga menyatakan bahwa asap rokok yang dihisap atau rokok yang dihirup melalui 2 komponen, yaitu komponen yang cepat menguap berbentuk gas dan komponen yang bersama gas, terkondensasi menjadi partikulat. Dengan demikian, asap rokok yang dihisap dapat berupa gas sejumlah 85% dan sisanya berupa partikel. Dengan kata lain, merokok sama saja dengan memasukkan racun-racun ke dalam tubuh kita sendiri dengan sengaja. Tidak dapat dipungkiri bahwa tubuh yang dimasuki racun dari rokok tersebut akan mengalami berbagai dampak fisiologis maupun psikologis. a. Dampak Fisiologis Berbagai dampak fisiologis yang sering dialami oleh para perokok PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 antara lain, sistem kekebalan tubuh yang menurun, terkena penyakit kanker seperti kanker paru dan kulit, mengalami penyakit jantung, bahkan lebih parahnya dapat menyebabkan kematian. Selain itu, merokok juga dapat menyebabkan kebutaan, membuat telinga kehilangan fungsi pendengarannya, menghambat sistem pernafasan, dan berpotensi merusak gigi. Perilaku merokok tersebut juga dapat merubah bentuk sperma dan merusak DNA, serta menyebabkan impotensi pada si perokok. b. Dampak Psikologis Dampak psikologis dari merokok adalah timbulnya pengaruh terhadap pikiran, perasaan, dan perilaku perokok (BNP JABAR, 2011). 1) Adiktasi (ketagihan) Nikotin dalam asap rokok merupakan bahan yang menimbulkan efek ketagihan (adiktif). Efek ketagihan (adiktif) ini juga dapat menyebabkan depresi dan cemas yang berlebihan jika tidak terpenuhi. 2) Dependensi Efek ketagihan (adiktif) akan berkembang secara fisiologis menjadi efek toleransi (penambahan dosis). Sehingga akhirnya, pada perokok berat secara psikologis akan menimbulkan efek dependensi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 (ketergantungan) yang menyebabkan perokok mengalami reaksi putus zat apabila dihentikan secara mendadak. 3) Perubahan perilaku Efek merokok juga ternyata dapat menyebabkan seseorang mengalami perubahan perilaku menjadi lebih buruk. Rokok sering dikaitkan dengan kondisi mental yang negatif, seperti mudah marah, tersinggung, ketakutan, dan rasa cemas. 4) Gaya hidup perokok Kondisi umum perokok di Indonesia juga ternyata memiliki gaya hidup yang trendi, cool, macho, gaul, dan lain sebagainya. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan merokok itu sendiri sebenarnya memberikan dampak yang buruk terhadap perkembangan fisiologis dan juga psikologis si perokok itu sendiri karena mengandung berbagai zat yang berbahaya. C. Remaja Akhir 1. Definisi Masa remaja adalah salah satu masa perkembangan yang merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Di negara-negara Barat, istilah remaja dikenal dengan “adolescence” (kata bendanya adolescentia = remaja), PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa. Istilah adolescence juga mempunyai arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Piaget dalam Hurlock, 1999). Masa remaja juga merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat. Menurut Petro Blos (dalam Sarlito, 2012), dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan terdapat 3 tahap perkembangan remaja, yaitu remaja awal (early adolescence), remaja madya (middle adolescence), dan remaja akhir (late adolescence). Masa remaja ini dimulai pada usia 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 hingga 21 tahun. Masa remaja ini dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu : (1) masa pra-remaja atau pra-pubertas dimulai sekitar umur 10 – 12 tahun; (2) masa remaja awal atau pubertas dimulai sekitar umur 12 – 15 tahun; (3) masa remaja pertengahan dimulai sekitar umum 15 – 18 tahun; dan (4) masa remaja akhir dimulai sekitar umur 18 – 21 tahun (Monks, Knoers, dan Haditono dalam Deswita, 2006). Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa remaja akhir adalah seseorang yang berada pada rentang usia 18 - 21 tahun. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29 Batasan usia tersebut juga akan menjadi batasan usia untuk subjek pada penelitian ini. 2. Ciri-ciri Masa Remaja Akhir Menurut Rousseau (dalam Sarlito, 2012), seseorang yang berusia 15-20 tahun dinamakan masa kesempurnaan remaja (adolescence proper) dan merupakan masa puncak perkembangan emosi. Dalam tahap ini, terjadi perubahan dari kecenderungan mementingkan diri sendiri kepada kecenderungan memperhatikan kepentingan orang lain dan kecenderungan memperhatikan harga diri. Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) juga mengatakan masa remaja (adolescence) berada pada usia 12-25 tahun merupakan masa topan badai (strum und drang) yang mencerminkan kebudayaan modern yang penuh gejolak akibat pertentangan nilai-nilai. McCandless & Evans (dalam Lustin, 1976) mengemukakan bahwa masa remaja akhir ditandai oleh keinginan yang kuat untuk tumbuh dan berkembang secara matang agar diterima oleh teman sebaya, orang dewasa, dan budaya. Pada periode ini, remaja memperoleh kesadaran yang jelas tentang apa yang diharapkan masyarakat dari dirinya. Selain itu, menurut Kohlberg (1958), pada usia remaja (12-20 tahun) mungkin memilih norma-norma kawan-kawan sekelompoknya karena norma itulah yang berlaku di lingkungannya dan ia mengi kuti norma-norma itu sebagai ukuran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30 moralnya karena ia beranggapan bahwa kelompoknya itulah yang patut dijadikannya pedoman. Dikatakan juga bahwa remaja untuk pertama kalinya akan sadar tentang kesepian, seperti tidak ada orang yang dapat mengerti atau memahaminya. Kemudian untuk mengatasi hal tersebut, remaja akan mulai mencari pedoman hidup, mencari sesuatu yang dapat dipandang bernilai, pantas dijunjung tinggi, dan dipuja-puja. Hal tersebut juga didorong oleh pentingnya peran teman sebaya bagi remaja. Bentuk-bentuk khusus dari tingkah laku remaja yang berbeda akan sangat ditentukan oleh sifat dan kekuatan dorongan-dorongan yang saling berkonflik tersebut. Kurt Lewin (dalam Muss, 1968) juga menggambarkan tingkah laku yang menurutnya akan selalu ada pada remaja, seperti kecenderungan untuk mengambil posisi yang sangat ekstrim dan mengubah kelakuannya secara drastis, akibatnya sering muncul tingkah laku radikal dan memberontak. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat kita ketahui bahwa masa remaja tentunya akan memberikan banyak pengalaman dan pembelajaran bagi individu. Tentunya hal tersebut akan memberikan ciri khusus yang akan dimiliki oleh seseorang yang sedang berada pada masa remaja tersebut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 3. Tugas Perkembangan Masa Remaja Akhir Menurut Erikson (dalam Santrock, 1999), tugas perkembangan utama bagi remaja adalah pembentukan identitias / jati diri. Remaja yang mencari identitas adalah individu yang ingin menentukan “siapakah” atau “apakah” yang diinginkannya pada masa mendatang. Bila mereka tidak mencari identitas mereka dengan cukup baik pada tahap ini, maka mereka akan mengalami kebingungan mengenai siapa mereka (role diffusion). Kebingungan ini diekspresikan dengan berbagai cara, antara lain : individu menarik diri, mengisolir diri mereka dari teman sebaya dan keluarga, atau ia meleburkan diri dengan orang kebanyakan. Namun, apabila mereka berhasil memperoleh identitasnya, maka mereka akan menyadari ciri - ciri khas kepribadiannya, seperti kesukaan atau ketidaksukaannya, aspirasi, tujuan masa depan yang diantisipasi, perasaan bahwa mereka dapat dan harus mengatur orientasi hidupnya. Tugas perkembangan remaja lainnya yaitu (1) meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanak-kanakan; (2) mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kelompok; (3) menemukan manusia model yang dijadikannya identitas; serta (4) memperkuat self control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32 nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup (Wiliam Kay dalam Yusuf, 2011). Selain itu, tugas perkembangan remaja lainnya adalah berusaha melepaskan diri dari ketergantungan emosi terhadap orang tua dan orang dewasa lainnya (Havighurst, 1961). Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tugas perkembangan yang utama bagi remaja adalah pembentukan identitas/jati diri. Sama pentingnya dengan tugas perkembangan yang utama, tugas perkembangan yang lainnya juga harus dipenuhi oleh remaja pada masanya. 4. Perkembangan Kognitif Remaja Dalam teori perkembangan kognitif, Piaget (dalam Suparno 2001) membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi. Empat tingkat perkembangan kognitif itu, adalah (1) Tahap Sensori Motor pada usia 0 - 2 tahun; (2) Tahap Pra-Operasional pada usia 2 - 7 tahun; (3) Tahap Konret pada usia 7 - 11 tahun; dan (4) Tahap Formal-Operasional pada usia 11 tahun - dewasa. Tahap Formal-Operasional yang terjadi pada masa remaja menjadi periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini dimulai pada usia 11 tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut hingga dewasa. Karakteristik pada tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33 yang tersedia. Pada periode ini, seorang remaja juga dapat berpikir dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan proporsi-proporsi dan hipotesis serta dapat mengambil kesimpulan dari apa yang diamati saat itu. Pada tahap ini, logika remaja mulai berkembang dan digunakan. Cara berpikir abstrak ini mulai dimengerti, sehingga remaja mulai menyukai untuk membuat teori tentang segala sesuatu yang dihadapinya. Selain itu menurut Elkind (dalam Santrock, 2005) pada remaja juga berkembang sense of invincibility, yaitu perasaan remaja mengenai dirinya yang lebih kebal terhadap berbagai risiko seperti kecelakaan, sakit, dan berbagai hal negatif lain. Remaja biasanya dipandang memiliki keyakinan yang tidak realistik yaitu bahwa mereka dapat melakukan perilaku yang dipandang berbahaya tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa perkembangan kognitif yang terjadi pada masa remaja yaitu kemampuan berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan dapat menarik kesimpulan dari informasi yang ada. Remaja juga memiliki sense of invicibility yaitu perasaan kebal terhadap berbagai resiko. 5. Perkembangan Sosial Remaja Pada jenjang perkembangan remaja, seorang remaja bukan saja PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34 memerlukan orang lain demi memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi juga untuk melakukan tahap dalam perkembangan sosial. Sejalan dengan hal tersebut, ternyata teman sebaya memberikan pengaruh yang besar pada masa remaja, namun orangtua tetap memainkan peranan yang penting dalam kehidupan remaja. Pengaruh dari teman sebaya ini dapat berupa hal yang positif ataupun hal yang negatif. Para remaja dalam memilih teman sebaya cenderung menginginkan teman yang memiliki minat dan nilai-nilai yang sama, yang dapat mengerti dan membuatnya merasa aman, dan yang kepadanya ia dapat memercayakan masalah-masalah dan membahas hal-hal yang tidak dapat dibicarakan dengan orang tua maupun guru. Pergaulan dengan teman sebaya tersebut meluas dengan terbentuknya kelompok-kelompok teman sebaya (peer group) sebagai suatu wadah penyesuaian. Pada masa remaja ini juga berkembang sikap confomity (Yusuf, 2001), yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (teman sebaya). Perasaan bersahabat merupakan ciri khas dan sifat interaksi remaja dan kelompoknya. Apabila kelompok teman sebaya yang diikutinya menampilkan sikap dan perilaku yang secara moral dan agama dapat dipertanggungjawabkan, maka kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan pribadi yang baik PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35 juga. Sebaliknya, apabila kelompoknya itu menampilkan sikap dan perilaku yang melecehkan nilai-nilai moral maka sangat dimungkinkan remaja akan melakukan perilaku seperti kelompoknya tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat kita ketahui bahwa dalam perkembangan sosialnya remaja mendapatkan pengaruh terbesar dari teman sebaya. Berdasarkan aspek kognitifnya, perkembangan sosial remaja juga dipengaruhi oleh sikap conformity. D. Dinamika Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Sosial Dengan Kuantitas Merokok Pada Remaja Akhir Remaja adalah usia yang rentan mengalami kecemasan sosial. Hal tersebut dikarenakan pada masa remaja terjadi peningkatan kesadaran akan penilaian lingkungan sosial terhadap penampilan dan bagaimana bertingkah laku. Berdasarkan aspek sosial, remaja menjadikan peran teman sebaya dan lingkungan sosialnya menjadi penting. Remaja ingin diterima oleh kawan-kawannya dan akan merasa sedih bila dikucilkan / diasingkan. Selain itu, penyebab kecemasan sosial lainnya yaitu didasarkan atas aspek kognitif remaja yang meliputi pola pemikiran maladaptif dan ketakutan irasional. Para remaja cenderung memiliki pikiran bahwa orang lain akan menolak dirinya dan menganggapnya sangat buruk atau bodoh. Para remaja juga akan selalu merasa bahwa ada orang lain yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 mengevaluasi, mengkritisi, dan menghakimi mereka. Kedua aspek tersebut, yaitu aspek sosial dan aspek kognitif, dapat secara langsung menimbulkan kecemasan sosial dan memengaruhi emosi serta perilaku remaja bila tidak ditangani atau diatasi dengan baik. Kecemasan sosial itu sendiri adalah keadaan dimana seseorang mengalami ketakutan dalam menghadapi situasi sosial, khususnya evaluasi negatif dari orang lain terhadap performa dirinya. Menurut Freud, kecemasan berfungsi sebagai tanda adanya bahaya yang akan terjadi atau suatu ancaman terhadap ego yang harus dihindari / dilawan. Selain itu, berkaitan dengan kebutuhan untuk diterima oleh kelompoknya membuat remaja akan berbuat apa saja (Komasari & Helmi, 2000). Remaja dengan kecemasan sosial tersebut akan memiliki risiko untuk melakukan kenakalan, termasuk perilaku berisiko (Sofia, 2008). Penelitian Chiao et al. (2012) juga menyatakan bahwa perilaku merokok adalah salah satu perilaku yang cenderung dilakukan oleh remaja. Selain itu, dikatakan juga bahwa remaja yang sedang dalam keadaan tertekan mempunyai kemungkinan 2 kali lebih besar untuk merokok dibandingkan dengan individu lainnya (Booker, Gallaher, Unger, Ritt-Olson, & Johnson, 2004). Faktor-faktor yang menjadi alasan seorang remaja dengan kecemasan sosial untuk merokok yaitu karena mereka akan mendapatkan emosi yang positif, seperti rasa senang, relaksasi, dan kenikmatan. Merokok juga digunakan sebagai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37 penenang (sedatif), yaitu mengurangi perasaan tegang, kecemasan biasa atau kecemasan yang timbul karena adanya interaksi dengan orang lain (Komasari & Helmi, 2000). Selain itu, merokok digunakan sebagai alat pergaulan (psikososial) yang dianggap dapat meningkatkan kehidupan bersosial. Selain untuk mengurangi kecemasan, kebanyakan remaja juga memulai kebiasaan merokoknya karena ikut-ikutan teman dan karena ingin diterima di dalam suatu kelompok. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa merokok merupakan salah satu cara yang digunakan oleh remaja untuk mengurangi kecemasan sosial yang dimilikinya. Rokok yang dihisap oleh seorang remaja perokok diyakini dapat membantu mengurangi kecemasan sosial yang dialaminya (Komasari & Helmi, 2000). Jika sebatang rokok dirasa masih kurang membantu untuk mengurangi kecemasannya, maka seorang remaja perokok tersebut akan terus mengisap batang rokok lainnya hingga kecemasan yang dialaminya berkurang atau bahkan hilang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38 E. Skema Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Sosial Dengan Kuantitas Merokok Pada Remaja Akhir Remaja Cemas Sosial Mengatasi / Mengurangi Penyebab : Aspek Sosial Aspek Kognitif Aspek Keluarga Menghindar / Menarik diri Melakukan perilaku berisiko / kenakalan Pengaruh Teman Sebaya - Ikut-ikutan teman - Agar diterima di dalam suatu kelompok Image Rokok - Menunjukkan kejantanan / kedewasaan - Menghasilkan emosi positif - Sebagai penenang - Sebagai alat pergaulan (psikososial) Perilaku Merokok F. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif antara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39 tingkat kecemasan sosial dengan kuantitas merokok pada remaja akhir. Semakin tinggi kecemasan sosial maka akan semakin tinggi pula kuantitas merokok, begitu pula sebaliknya, jika semakin rendah kecemasan sosial maka akan semakin rendah pula kuantitas merokok. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang bertitik tolak dari peristiwa-peristiwa yang dapat diukur secara kuantitatif atau dinyatakan dengan angk-angka (Subyantoro & Suwarto, 2007). Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian korelasi. Penelitian korelasi adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk memengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel (Frankel & Wallen, 2008). B. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian ini menggunakan satu variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan sosial dan variabel dependen adalah kuantitas merokok. 40 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41 2. Definisi Operasional a. Kecemasan Sosial Kecemasan sosial adalah keadaan dimana seseorang mengalami ketakutan dalam menghadapi situasi sosial, khususnya evaluasi negatif dari orang lain terhadap performa dirinya (Asrori, 2015). Variabel kecemasan sosial akan diukur menggunakan skala kecemasan sosial berdasarkan teori La Greca & Lopez (1998). Skala kecemasan yang digunakan meliputi beberapa aspek kecemasan sosial seperti ketakutan akan dievaluasi negatif, penghindaran sosial dan rasa tertekan dalam situasi yang baru, serta penghindaran sosial dan rasa tertekan yang dialami secara umum dengan orang yang baru dikenal. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek maka semakin tinggi tingkat kecemasan sosialnya, sebaliknya jika semakin rendah skor yang diperoleh subjek maka semakin rendah pula tingkat kecemasan sosialnya. b. Kuantitas Merokok Kuantitas merokok adalah seberapa banyak kegiatan membakar dan menghirup asap rokok yang dilakukan oleh seseorang dan dapat diukur secara kuantitatif. Variabel kuantitas merokok ini akan diukur berdasarkan pada pembagian tipe-tipe perokok, yaitu menggunakan perhitungan berapa banyak seseorang mengonsumsi rokok perhari. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 Kriteria yang akan digunakan, yaitu perokok aktif ringan jika seseorang tersebut mengisap rokok 1 - 4 batang dalam sehari, perokok aktif sedang jika seseorang tersebut mengisap rokok 5 - 14 batang dalam sehari, dan perokok aktif berat jika seseorang tersebut mengisap rokok lebih dari 15 batang dalam sehari (Smet, 1994). C. Subjek Penelitian Subjek adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pemilihan subjek dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah penentuan subjek dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah dibuat terhadap objek yang sesuai dengan tujuan penelitian (Sugiyono, 2003). Kriteria yang dimaksud adalah sebagai berikut : a. Remaja yang berjenis kelamin laki-laki b. Remaja yang berusia antara 18 tahun - 21 tahun c. Merupakan perokok aktif D. Instrumen Penelitian Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik angket (skala). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43 1. Skala Kecemasan Sosial Skala yang digunakan disusun oleh peneliti sendiri dengan berdasar pada aspek-aspek yang membentuk kecemasan sosial, yaitu ketakutan akan evaluasi negatif, penghindaran sosial dan rasa tertekan dalam situasi yang baru atau dengan orang yang tidak dikenal, serta penghindaran sosial dan rasa tertekan yang dialami secara umum atau dengan orang yang baru dikenal. Jenis skala ini menggunakan Skala Likert dengan empat alternatif jawaban yang dipisahkan menjadi pernyataan favorable dan unfavorable, yaitu Selalu (Sl), Sering (Sr), Jarang (Jr), dan Tidak Pernah (TP). Tabel 3.0 Blueprint dan Distribusi Item Skala Kecemasan Sosial Sebelum Seleksi Item No. 1. Indikator Ketakutan akan Item Favorable evaluasi negatif 1, 2, 3, 19, 20, 15 Jumlah Bobot 30 33.3% 30 33.3% 21, 37, 38, 39, 55, 56, 57, 73, 74, 75 Unfavorable 10, 11, 12, 28, 15 29, 30, 46, 47, 48, 64, 65, 66, 82, 83, 84 2. Penghindaran Favorable 4, 5, 6, 22, 23, sosial dan rasa 24, 40, 41, 42, tertekan dalam 58, 59, 60, 76, 15 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44 situasi yang baru atau dengan 77, 78 Unfavorable 13, 14, 15, 31, orang yang tidak 32, 33, 49, 50, dikenal 51, 67, 68, 69, 15 85, 86, 87 3. Penghindaran Favorable 7, 8, 9, 25, 26, sosial dan rasa 27, 43, 44, 45, tertekan yang 61, 62, 63, 79, dialami secara 80, 81 umum atau Unfavorable 16, 17, 18, 34, dengan orang 35, 36, 52, 53, yang baru 54, 70, 71, 72, dikenal 30 33.3% 90 100% 15 88, 89, 90 Total 2. 15 Cara Pemberian Skor Pada penelitan ini, digunakan Skala Likert yang sudah dimodifikasi untuk menentukan skor. Skala Likert adalah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena (Djaali, 2008). Pemberian skor untuk skala kecemasan sosial ini terentang dari angka 1 sampai dengan angka 4. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 Tabel 3.1 Pemberian Skor Skala Kecemasan Sosial Alternatif Jawaban Item Favorable Item Unfavorable Selalu (Sl) 4 1 Sering (Sr) 3 2 Jarang (Jr) 2 3 Tidak Pernah (TP) 1 4 E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Validitas Validitas merupakan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi menunjukkan sejauh mana item-item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur (Azwar, 2010). Validitas isi ini didasari pada analisis rasional atau professional judgement. Dalam hal ini, professional judgement dilakukan oleh dosen pembimbing. 2. Reliabilitas Reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dipercaya, diandalkan, dan memiliki konsistensi. Reliabilitas juga mengacu pada seberapa tinggi kecermatan pengukuran (Azwar, 2015). Reliabilitas alat ukur pada penelitian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 ini diukur menggunakan uji reliabilitas Alpha-Cronbach dengan melihat konsistensi antar bagian-bagian skala. Koefisien reliabilitas minimum 0.70. Hal tersebut menyatakan bahwa jika reliabilitas di bawah 0.70, maka sebuah tes menjadi kurang memadai untuk digunakan. Sedangkan, jika reliabilitas di atas 0.70, maka sebuah tes tersebut telah memenuhi syarat reliabilitas yang baik. Berdasarkan hasil dari SPSS, dapat diketahui bahwa koefisien Alpha-Cronbach skala kecemasan sosial sebelum seleksi item adalah 0.912. Hasil tersebut menandakan bahwa skala kecemasan sosial sebelum seleksi item memiliki syarat reliabilitas yang baik. Sedangkan, koefisien Alpha-Cronbach skala kecemasan sosial setelah seleksi item adalah 0.943. Nilai Alpha-Cronbach yang diperoleh pada skala kecemasan sosial setelah seleksi item tersebut juga menunjukkan bahwa syarat reliabilitas yang baik telah terpenuhi. Tabel 3.2 Reliabilitas Skala Kecemasan Sosial Sebelum Seleksi Item Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .912 90 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47 Tabel 3.3 Reliabilitas Skala Kecemasan Sosial Setelah Seleksi Item Reliability Statistics 3. Cronbach's Alpha N of Items .943 66 Seleksi Item Sebagai kriteria dalam pemilihan item berdasarkan korelasi item total, digunakan batasan sebesar 0.254. Angka tersebut didapatkan dari nilai r pada baris db = 58 (n-2) dengan taraf signifikansi 5% (Hadi & Pamardiningsih, 2001). Setiap item yang mencapai koefisien korelasi ≥ 0.254 dianggap tinggi atau memuaskan. Sedangkan, item yang memiliki nilai ≤ 0.254 dianggap sebagai item yang memiliki daya beda rendah atau dinyatakan gugur. Penghitungan pada skala ini menggunakan aplikasi SPSS for Windows versi 22.0. Pada skala kecemasan sosial sebelum seleksi item, terdapat 90 pernyataan atau item yang terdiri dari 45 item favorable dan 45 item unfavorable. Masing-masing item menunjukkan indikator ketakutan akan evaluasi negatif, penghindaran sosial dan rasa tertekan dalam situasi yang baru atau dengan orang yang tidak dikenal, serta penghindaran sosial dan rasa tertekan yang dialami secara umum atau dengan orang yang baru dikenal. Hasil dari pengujian data skala kecemasan sosial sebelum seleksi item PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48 menunjukkan bahwa terdapat 66 item yang memiliki nilai ≥ 0.254. Sedangkan item yang memiliki nilai ≤ 0.254 sebanyak 24 item dan dinyatakan gugur. Tabel 3.4 Blueprint dan Distribusi Item Skala Kecemasan Sosial Setelah Seleksi Item No. Indikator 1. Ketakutan akan Item Favorable evaluasi negatif Jumlah Bobot 1, 2, 3, 19, 20, 10 21,2% 37, 38, 39, 55, 75 2. Penghindaran Unfavorable 46, 48, 65, 83 4 Favorable 4, 5, 6, 22, 23, 14 sosial dan rasa 24, 40, 41, 42, tertekan dalam 58, 59, 60, 77, situasi yang baru atau 39,4% 78 Unfavorable 13, 14, 15, 31, dengan orang 32, 49, 50, 51, yang tidak 67, 68, 69, 86 12 dikenal 3. Penghindaran Favorable 7, 8, 25, 26, 27, sosial dan rasa 43, 44, 45, 61, tertekan yang 62, 63, 79, 81 dialami secara Unfavorable 16, 17, 34, 35, umum atau 36, 52, 53, 54, dengan orang 70, 72, 88, 89, yang baru 90 13 13 39,4% PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49 dikenal Total 4. 66 100% Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Spearman Rank Rho dengan menggunakan aplikasi SPSS for Windows versi 22.0. Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi menggunakan uji normalitas dan uji linearitas. a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengecek apakah data penelitian kita berasal dari populasi yang sebarannya normal atau tidak (Santoso, 2010). Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov Test dengan aplikasi SPSS for Windows versi 22.0. b. Uji Linearitas Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah ada atau tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Uji linearitas pada penelitian ini dilakukan dengan teknik Compare Means, yang ditujukan untuk melihat apakah kedua variabel memiliki hubungan yang linear atau tidak. Teknik ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS for Windows versi 22.0. 5. Pengujian Hipotesis Penelitian Metode analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50 menggunakan teknik korelasi. Teknik korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi Spearman Rank Rho dengan menggunakan aplikasi SPSS for Windows versi 22.0. Teknik ini digunakan untuk menguji korelasi antara dua variabel yaitu tingkat kecemasan sosial dengan kuantitas merokok. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 13 - 27 Januari 2017 dengan melibatkan 100 subjek yang merupakan remaja akhir perokok aktif. Remaja akhir tersebut merupakan berbagai mahasiswa dari lima universitas yang berbeda, yaitu Universitas Sanata Dharma, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, UPN Veteran Yogyakarta, dan Universitas Gadjah Mada. Pengumpulan data dilaksanakan dengan cara peneliti mendatangi subjek secara langsung di beberapa universitas yang ada di Yogyakarta. Pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan dengan cara meminta subjek mengisi skala kecemasan sosial yang terdiri dari 66 item serta 1 pertanyaan tentang kuantitas merokok. Cara mengisinya adalah dengan memberi tanda silang pada huruf SS bila sangat setuju dengan pernyataan tersebut, S bila setuju dengan pernyataan tersebut, TS bila tidak setuju dengan pernyataan tersebut, dan STS bila sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. B. Deskripsi Subjek dan Data Demografis Subjek Subjek penelitian memiliki kriteria tertentu, yaitu remaja akhir yang 51 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52 merupakan perokok aktif. Peneliti hanya mengambil data dari 5 universitas yang ada di wilayah Yogyakarta. Berikut data universitas yang telah ditetapkan peneliti untuk diambil datanya. Tabel 4.0 Data Demografi Subjek Berdasarkan Asal Universitas Nama Universitas Jumlah Subjek Persentase Universitas Sanata Dharma 20 20 % Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) 20 20 % Universitas Atma Jaya Yogyakarta 20 20 % UPN Veteran Yogyakarta 20 20 % Universitas Gadjah Mada (UGM) 20 20 % 100 100 % Total Tabel 4.0 menunjukkan bahwa 100 subjek, diantaranya terdiri dari mahasiswa pada beberapa universitas. Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 20 subjek dengan persentase 20 % pada masing-masing universitas, yaitu Universitas Sanata Dharma; Universitas Negeri Yogyakarta (UNY); Universitas Atma Jaya Yogyakarta; UPN Veteran Yogyakarta; dan Universitas Gadjah Mada (UGM). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53 Tabel 4.1 Data Demografi Subjek Berdasarkan Usia Usia Jumlah Subjek Persentase 18 Tahun 7 7% 19 Tahun 17 17 % 20 Tahun 40 40 % 21 Tahun 36 36 % Total 100 100 % Tabel 4.1 menunjukkan bahwa 100 subjek, yaitu 7 subjek dengan persentase 7 % berada pada usia 18 tahun, 17 subjek dengan persentase 17 % berada pada usia 19 tahun, 40 subjek dengan persentase 40 % berada pada usia 20 tahun, dan 36 subjek lainnya dengan persentase 36 % berada pada usia 21 tahun. C. Deskripsi Data Penelitian Tabel 4.2 Deskripsi Data Penelitian Teoretis Skala Empiris N Min Max Mean SD Min Max Mean SD Kecemasan 100 66 264 165 33 73 186 138.45 24.576 100 1 3 2 0.333 1 3 2 0.711 Sosial Kuantitas Merokok Pada deskripsi data penelitian, peneliti ingin membandingkan nilai mean PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54 empiris dengan mean teoretis untuk memperoleh informasi tentang skor subjek pada masing-masing variabel penelitian. Nilai mean empiris diperoleh melalui perhitungan dengan aplikasi SPSS for Windows versi 22.0. Sedangkan nilai mean teoretis diperoleh dengan perhitungan manual, yaitu : min max . 2 Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa data kecemasan sosial yang diperoleh subjek pada penelitian ini tergolong rendah karena mean empiris lebih kecil dari mean teoretik (138.45 < 165). Sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek pada penelitian ini memiliki tingkat kecemasan sosial yang tergolong rendah. Sedangkan pada data kuantitas merokok diperoleh nilai mean empiris sama dengan nilai mean teoretik (2 = 2). Hasil tersebut menunjukkan bahwa subjek pada penelitian ini memiliki kuantitas merokok yang tergolong sedang. D. Kategorisasi Kategorisasi dilakukan untuk menempatkan individu dalam kelompok tertentu dalam posisi yang berjenjang menurut suatu kontinum. Dalam membuat kategorisasi dari skala kecemasan sosial dilakukan dengan menggunakan kategorisasi berdasarkan model distribusi normal (Azwar, 2010). Pada penelitian ini, skor subjek pada variabel kecemasan sosial dikelompokkan ke dalam 5 kategori yaitu sangat rendah; rendah; sedang; tinggi; dan sangat tinggi. Sedangkan skor subjek pada variabel kuantitas merokok dikelompokkan ke PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55 dalam 3 kategori yaitu ringan; sedang; dan berat. Tabel 4.3 Norma Kategorisasi Kecemasan Sosial Skor Kategorisasi X ≤ (µ - 1.5σ) Sangat Rendah (µ - 1.5σ) < X ≤ (µ - 0.5σ) Rendah (µ - 0.5σ) < X ≤ (µ + 0.5σ) Sedang (µ + 0.5σ) < X ≤ (µ + 1.5σ) Tinggi X > (µ + 1.5σ) Sangat Tinggi Keterangan : µ = Mean teoretis Σ = Standar deviasi teoretis Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa skor mean teoretis variabel kecemasan sosial sebesar 165 dan standar deviasi sebesar 33. Maka dapat dihitung norma kategorisasi skor pada variabel kecemasan sosial sebagai berikut : Tabel 4.4 Kategorisasi Kecemasan Sosial Variabel Rentang Skor Kategorisasi Jumlah Subjek Persentase Kecemasan X ≤ 115.5 Sangat Rendah 19 19 % Sosial 115.5 < X ≤ 148.5 Rendah 44 44 % 148.5 < X ≤ 181.5 Sedang 36 36 % 181.5 < X ≤ 214.5 Tinggi 1 1% X > 214.5 Sangat Tinggi 0 0% PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56 Total 100 100 % Berdasarkan tabel 4.4, dapat diketahui bahwa sebanyak 44 subjek atau 44 % subjek memiliki tingkat kecemasan sosial yang rendah. Sebanyak 36 subjek atau 36 % subjek memiliki tingkat kecemasan sosial yang sedang. Terdapat juga 19 subjek atau 19 % subjek yang memiliki tingkat kecemasan sosial yang sangat rendah. Sedangkan, 1 subjek lainnya atau 1 % subjek memiliki tingkat kecemasan sosial yang tinggi. Tabel 4.5 Kategorisasi Kuantitas Merokok Variabel Skor Kategorisasi Jumlah Subjek Persentase Kuantitas 1 Ringan 25 25 % Merokok 2 Sedang 50 50 % 3 Berat 25 25 % 100 100 % Total Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 100 subjek yang merupakan perokok aktif, 25 subjek atau 25 % subjek diantaranya merupakan perokok aktif ringan, 50 subjek atau 50 % subjek lainnya merupakan perokok aktif sedang, dan 25 subjek sisanya atau 25 % subjek merupakan perokok aktif berat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57 E. Analisis Data Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi dilakukan sebelum menganalisa data untuk melihat apakah data yang diperoleh memenuhi syarat untuk dianalisa menggunakan metode parametrik atau non-parametrik. a. Uji Normalitas Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian kita berasal dari populasi yang sebarannya normal atau tidak (Santoso, 2010). Sebuah data dapat dikatakan normal bila memiliki Asymp.sig (p) > 0.05. Metode yang digunakan adalah Kolmogorov-Smirnov Test dengan menggunakan aplikasi SPSS for windows versi 22.0. Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnova Kecemasan Sosial Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. 0.050 100 0.200* 0.985 100 0.295 Tabel 4.6 menunjukkan bahwa variabel kecemasan sosial memiliki nilai p = 0.200. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sampel data pada skala kecemasan sosial terdistribusi secara normal. Hal ini berarti bahwa sampel yang didapatkan adalah berasal dari populasi yang normal. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58 b. Uji Linearitas Uji linearitas pada penelitian ini dilakukan menggunakan aplikasi SPSS for windows versi 22.0. Hasil uji linearitas bertujuan untuk melihat apakah hubungan antar kedua variabel memiliki hubungan yang linear atau tidak (Siregar, 2013). Uji linearitas memiliki signifikan dari tabel test of linearity, yaitu p < 0.05. Tabel 4.7 Hasil Uji Linearitas Sum of Mean df Squares F Sig. Square (Combined) 36.533 52 .703 2.452 .001 Linearity .003 1 .003 .010 .921 36.531 51 .716 2.500 .001 Within Groups 13.467 47 .287 Total 50.000 99 Kecemasan Between Deviation Sosial * Groups from Kuantitas Linearity Merokok Tabel 4.7 menunjukkan bahwa hubungan antara tingkat kecemasan sosial dengan kuantitas merokok memiliki nilai F sebesar 0.010. Sedangkan nilai signifikansi p sebesar 0.921 (p > 0.05). Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang linear secara signifikan antara tingkat kecemasan sosial dengan kuantitas merokok PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59 pada remaja akhir. 2. Uji Hipotesis Uji hipotesis bertujuan untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan peneliti (H1) diterima atau ditolak. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara tingkat kecemasan sosial dengan kuantitas merokok pada remaja akhir. Metode yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah teknik korelasi Spearman Rank Rho dengan aplikasi SPSS for windows versi 22.0. Hal ini dikarenakan data yang diperoleh terdistribusi secara normal, sehingga menggunakan metode non-parametrik. Tabel 4.8 Hasil Uji Korelasi Spearman Rank Rho Kuantitas Kecemasan Merokok Spearman's Kuantitas rho 1.000 0.009 . 0.465 100 100 Kecemasan Correlation Coefficient 0.009 1.000 Sosial 0.465 . 100 100 Merokok Correlation Coefficient Sosial Sig. (1-tailed) N Sig. (1-tailed) N Berdasarkan tabel 4.8, peneliti menggunakan metode non-parametrik. Perhitungan ini dilakukan pada taraf signifikansi p < 0.05 dan memakai uji satu ekor (1-tailed). Pemakaian uji satu ekor dalam penelitian ini didasarkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60 karena hipotesis yang diajukan sudah memiliki arah yaitu ada hubungan positif antara tingkat kecemasan sosial dengan kuantitas merokok pada remaja akhir. Tabel 4.8 juga menunjukkan bahwa koefisien korelasi untuk variabel tingkat kecemasan sosial dengan kuantitas merokok adalah 0.009 dengan nilai signifikansi (p) = 0.465. Hasil uji hipotesis tersebut menunjukkan p > 0.05, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan positif secara signifikan antara tingkat kecemasan sosial dengan kuantitas merokok pada remaja akhir. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa kenaikan atau penurunan tingkat kecemasan sosial tidak diikuti oleh kenaikan atau penurunan juga pada kuantitas merokok pada remaja akhir. F. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat kecemasan sosial dengan kuantitas merokok pada remaja akhir. Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman Rank Rho, diperoleh hasil koefisien korelasi (r) sebesar 0.009 dengan nilai signifikansi (p) = 0.465 (p > 0.05). Selain itu, berdasarkan hasil uji linearitas diperoleh nilai F sebesar 0.010 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0.921 (p > 0.05). Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kecemasan sosial tidak memiliki hubungan positif secara signifikan dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61 kuantitas merokok pada remaja akhir. Penelitian ini juga memaparkan hasil deskriptif yang menyatakan bahwa terdapat 44 subjek memiliki tingkat kecemasan sosial yang rendah. Selain itu, sebanyak 36 subjek memiliki tingkat kecemasan sosial yang sedang. Terdapat juga 19 subjek yang memiliki tingkat kecemasan sosial yang sangat rendah. Sedangkan 1 subjek lainnya memiliki tingkat kecemasan sosial yang tinggi. Berdasarkan hasil deskriptif penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar remaja akhir dalam penelitian ini, yaitu 44 subjek dari 100 subjek, memiliki tingkat kecemasan sosial yang tergolong rendah. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebanyak 25 subjek merupakan tipe perokok aktif ringan, 50 subjek merupakan tipe perokok aktif sedang, dan 25 subjek sisanya merupakan tipe perokok aktif berat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar remaja akhir dalam penelitian ini, yaitu 50 subjek dari 100 subjek, merupakan remaja akhir dengan tipe perokok aktif sedang. Berdasarkan hasil penelitian yang telah disebutkan di atas, dapat kita ketahui bahwa hasil penelitian tersebut bertolak belakang dengan hipotesis yang diajukan oleh peneliti, yaitu terdapat hubungan positif antara tingkat kecemasan sosial dengan kuantitas merokok pada remaja akhir. Hasil penelitian yang bertolak belakang dengan hipotesis tersebut didukung oleh penjelasan WHO (2002) yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62 menjelaskan bahwa pada satu batang rokok terdapat berbagai jenis zat yang berbahaya, antara lain nikotin yang memiliki sifat adiktif atau menimbulkan kecanduan. Setelah individu merokok, zat nikotin akan masuk dalam peredaran darah dan beredar ke seluruh tubuh termasuk ke otak kemudian akan dimetabolisme di hati dan ginjal lalu dikeluarkan dari tubuh. Apabila kadar zat nikotin dalam darah perokok yang telah kecanduan nikotin tersebut menurun, maka akan timbul suatu sensasi kecemasan. Sensasi ini akan segera hilang setelah individu tersebut mengonsumsi nikotin kembali. Hal inilah yang menimbulkan aggapan bahwa merokok dapat mengurangi kecemasan yang dialami, padahal yang sebenarnya terjadi adalah gejala putus nikotin. Selain itu, perilaku merokok pada remaja umumnya semakin lama akan semakin meningkat sesuai dengan tahap perkembangannya yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas merokok dan sering mengakibatkan mereka mengalami ketergantungan nikotin (Laventhal & Cleary, 1980). Hal yang sebenarnya terjadi adalah merokok, dengan kandungan nikotin di dalamnya, menyebabkan terjadinya perubahan mood (suasana hati), gangguan cemas, dan depresi. Nikotin telah dikategorikan sebagai zat anxiogenik, yakni zat yang dapat menyebabkan kecemasan. Sehingga berdasarkan dua penjelasan di atas dapat kita katakan bahwa kecemasan sosial tidak menyebabkan seseorang untuk melakukan perilaku merokok, tetapi sebenarnya merokok dan kandungannya-lah yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63 menyebabkan terjadinya kecemasan sosial tersebut. Penjelasan tersebut juga menegaskan bahwa anggapan jika kita merokok akan menimbulkan perasaan santai dan membantu mengurangi kecemasan adalah anggapan yang salah. Hasil deskriptif pada penelitian ini juga menyebutkan bahwa sebagian besar sampel, yang mana subjek dalam penelitian ini adalah seluruhnya berjenis kelamin laki-laki, memiliki tingkat kecemasan sosial yang tergolong sedang. Hal tersebut dapat disebabkan karena prevalensi kecemasan sosial lebih tinggi terjadi pada perempuan (Asrori, 2015). Perempuan mengalami kecemasan sosial lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki dikarenakan adanya tekanan sosial yang diletakkan di pundak perempuan untuk lebih menyenangkan orang lain dan hal ini mendapatkan persetujuan dari perempuan itu sendiri (Nevid, 2003). Sedangkan, pada laki-laki mengalami kecemasan sosial lebih rendah karena laki-laki lebih sering mencari bantuan, mengingat gangguan ini berkaitan dengan karier mereka (Durand & Barlow, 2006). Kecemasan sosial itu sendiri juga memberikan berbagai dampak negatif kepada individu yang mengalaminya, bukan hanya pada penyalahgunaan zat saja. Dampak dari kecemasan sosial antara lain putus sekolah, lebih rendahnya tingkat pencapaian pendidikan, menjadi penggangguran, dan melakukan penipuan (Garcia et al.,2008). Selain itu, kecemasan sosial juga berdampak pada fungsi peran sosial dan perkembangan karirnya, karena kecemasan akan dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64 memengaruhi beberapa aspek kehidupan (Wittchen & Fehm, 2003). Jika kecemasan sosial ini terlalu berat dialami oleh individu, akibat yang ditimbulkan adalah hambatan tingkah laku. Selain itu, individu tersebut juga akan menjadi serba ragu-ragu, takut-takut, dan tidak berani melakukan sesuatu. Dalam bentuknya yang ekstrim, remaja tersebut juga akan bisa menjurus kepada keadaan cemas yang neurotik (yang sudah tergolong gangguan jiwa). Walaupun kecemasan sosial memberikan banyak dampak negatif kepada individu yang mengalaminya, namun sebenarnya kecemasan sosial itu dapat kita minimalisir. Cara yang dapat dilakukan oleh individu yang mengalami kecemasan sosial yaitu dengan melakukan mekanisme pertahanan diri seperti represi, reaksi formasi, proyeksi, regresi, rasionalisasi, pemindahan, sublimasi, isolasi, undoing, dan intelektualisasi (Freud dalam Andri & Dewi, 2007). Mekanisme pertahanan diri ini terjadi tanpa disadari oleh individu itu sendiri. Selain mekanisme pertahanan diri, individu juga dapat meminta bantuan para ahli medis dengan cara mengikuti psikoterapi ataupun menggunakan obat-obatan. Hasil deskriptif penelitian juga menyebutkan bahwa sebagian besar remaja yang menjadi sampel adalah remaja yang tergolong pada kategori perokok aktif intensitas sedang. Hal tersebut dapat dikarenakan sangat beragamnya alasan seseorang untuk melakukan perilaku merokok, salah satunya adalah coba-coba. Setelah remaja mencoba merokok untuk pertama kalinya, mereka akan menjadi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65 ketagihan untuk merokok (Oskamp dalam Nasution, 2007). Faktor lainnya yaitu pengaruh keluarga, seperti orang tua atau salah satu anggota keluarga yang merupakan perokok aktif. Pengaruh keluarga adalah yang paling kuat karena biasanya orang tua atau salah satu anggota keluarga akan dijadikan oleh remaja sebagai figur contoh dan perilakunya kemungkinan besar ditiru oleh remaja itu sendiri (Baer dan Corado dalam Nasution, 2007). Pengaruh teman juga dapat menyebabkan perilaku merokok itu sendiri pada remaja. Bila sebagian besar teman-teman dari remaja tersebut merupakan perokok aktif, maka semakin besar juga kemungkinan remaja tersebut menjadi perokok aktif. Pengaruh tersebut didukung dengan teori yang menyatakan pada usia remaja (12-20 tahun), individu akan memilih norma-norma kawan-kawan sekelompoknya karena norma itulah yang berlaku di lingkungannya dan ia akan mengikuti norma-norma itu sebagai ukuran moralnya karena ia beranggapan bahwa kelompoknya itulah yang patut dijadikannya pedoman (Kohlberg, 1958). Penjelasan tersebut juga didukung oleh data yang menyatakan bahwa dari 2.074 responden pelajar di Indonesia, 11,8% pelajar pria dan 3,5% pelajar wanita menganggap rokok akan menambah teman, sementara 9,2% pelajar pria dan 2,4% pelajar wanita menganggap merokok akan membuat mereka terlihat lebih atraktif (GYTS, 2011). Selain itu, pengaruh iklan juga turut mengambil peran dalam menyebabkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66 perilaku merokok pada remaja. Mu’tadin (2002) mengatakan bahwa melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok merupakan lambang kejantanan atau glamour, akan membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada di dalam iklan tersebut. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian yang menyatan bahwa 77% remaja berpendapat bahwa iklan rokok memberikan pengaruh yang besar untuk mencoba rokok (Kemenkes, 2013). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan positif secara signifikan antara tingkat kecemasan sosial dengan kuantitas merokok pada remaja akhir. Hal tersebut menandakan bahwa tinggi rendahnya kecemasan sosial yang diperoleh tidak berkaitan dengan kuantitas merokok pada remaja akhir. B. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian adalah skala yang digunakan hanya diuji coba sekali. Hal tersebut membuat peneliti menggunakan skala penelitian dengan jumlah item yang ada, tanpa menambah jumlah item kembali. Selain itu, penggunaan kata (selalu, sering, jarang, dan tidak pernah) untuk alternatif jawaban skala kecemasan sosial dirasa kurang tepat. Hal tersebut membuat subjek sedikit kebingungan untuk memilih alternatif jawaban yang paling sesuai dan cocok dengan pernyataan yang ada. 67 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68 C. Saran Berdasarkan hasil penelitian maka ada beberapa saran yang diberikan oleh peneliti, yaitu : 1. Bagi remaja akhir disarankan dapat mencari alternatif lain, pengganti rokok, yang lebih positif atau yang tidak merusak kesehatan untuk mengurangi kecemasan sosial yang dimiliki. 2. Bagi dewasa / orang tua disarankan dapat memberikan pengarahan, dan pengawasan kepada anak remajanya ketika bersosialisasi dengan teman sebaya atau lingkungan sosial lainnya. Hal tersebut berguna agar anak remajanya tidak mengikuti perilaku negatif di lingkungannya. Selain itu, orang tua juga diharapkan dapat memberikan contoh perilaku yang baik kepada anak remajanya, seperti tidak menjadi seorang perokok. Walaupun perilaku merokok tidak berdampak pada kecemasan sosial, tetapi tetap saja perilaku merokok tersebut memiliki efek negatif terhadap kesehatan. 3. Bagi peneliti selanjutnya dengan tema yang sama disarankan untuk memperhatikan faktor-faktor lain, seperti alasan remaja tersebut untuk melakukan perilaku merokok, agar hasil penelitian yang dilakukan dapat lebih spesifik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69 DAFTAR PUSTAKA Adams, A. and Thompson, K. (1990). Development of An Enzymelinked Immunosorbent Assay (ELISA) for The Detection of Aeromonas salmonicida in fish tissue. J. Aquat. Anim. Health, 2. Alwi, Hasan. (2011). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fourth Edition Text Revision, DSM-IV-TR. Arlington, VA : American Psychiatric Association. American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders 5ed. Washington, DC : American Psychiatric Association. Andri, Dewi YP. (2007). Teori kecemasan berdasarkan psikoanalitik klasik dan berbagai mekanisme pertahanan terhadap kecemasan. Jurnal Majelis Kedokteran Indonesia, 57(7) : 233-238. Asrori, Adib. (2015). Terapi Kognitif Perilaku Untuk Mengatasi Gangguan Kecemasan Sosial. Jurnal Ilmu Psikologi Terapan. Vol. 03 No. 1 Januari 2015, pp. 89-107. Atkinson. (1999). Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga. Azwar, S. (2010). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2015). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI. (2010). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70 Beidel, D. C., & Turner, S. M. (2005). Childhood Anxiety Disorders - A Guide To Research and Treatment. New York : Routledge. Bhamani, S., & Hussain, N. (2012). Social Anxiety in Higher Education Learning Context : Scale Construction and Reliability. Indian Streams Research Journal, 2 (5). BNP JABAR. (2011). Dampak Psikologis Merokok. Diperoleh tanggal 4 Juli 2016 dari http://www.bnpjabar.or.id/index. Booker, Cara L.; Gallaher, Peggy; Unger, Jennfer B.; Ritt-Olson, Anamara; and Johnson, C. Anderson. (2004). Stressful life events, smoking behavior, and intentions to smoke among a multiethnic sample of sixth graders. Ethnicity & Health, 9(4): 369-397. Brigham, J.G. (1991). Social Psychology (2nd ed.). New York : Harper Collins Publishing Inc. Budiman. (2011). Penelitian Kesehatan. Bandung : Refika Aditama. Chaplin, J. P. (2008). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT Raja Grafindo. Chiao, C., Yi, C. & Ksobiech, K. (2012). Exploring The Relationship Between Premarital Sex and Cigarette/Alcohol Use Amonh College Students in Taiwan : A Cohort Study. BMC Public Health., 12:527. Colucci, J. J. (2002). The Effect Of Family Patterns On Social Anxiety And Differantiation On Emerging Adulthood. State University of New York of at New Palz. Creswell, John W. (2012). Research Design : Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Trans. Achmad Fawaid. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Depkes. (31 Mei). INFODATIN Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Diperoleh 20 mei 2015 dari http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatinhari-tanpa-tembakau-sedunia.pdf Deswita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71 Detik. (2013, 31 Mei). Karena Rokok Jumlah Pasien Kanker Paru Bersaing Dengan TBC. Diperoleh 26 April 2016 dari http://health.detik.com/read/2013/05/31/083117/2261092/763/karena-roko k-jumlah-pasien-kanker-paru-bersaing-dengan-tbc. DeVito, Joseph A. (2001). The Interpersonal Communication Book. London : Logman. Djaali. (2008). Skala Likert. Jakarta : Pustaka Utama. Durand, V. Mark dan Barlow, David H. (2006). Psikologi Abnormal. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Finkelstein, Daniel M; Kubzansky, Laura D.; and Goodman, Elizabeth. (2006). Social status, stress, and adolescent smoking. Journal of Adolescent Health, 39:678-685. Fitria, Nita. (2013). Laporan Pendahuluan Tentang Masalah Psikososial. Jakarta : Salemba Medika. Frankel, J. P. and E, Wallen N. (2008). How to Design and Evaluate Research in Education. New York : McGraw - Hill Companies, Inc. Garcia-Lopez, L.-J., Ingles, C. J., & Garcia-Fernandez, J. M. (2008). Exploring the relevance of gender and age differences in the assessment of social fears in adolescence. Social Behavior & Personality: An International Journal, 36(3), 385–390. Gunawan. (2007). Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Perilaku Merokok Pada Pelajar Putra SMK Di Kota Semarang. Universitas Diponegoro Semarang. Skripsi : Tidak Diterbitkan. Hadi, Sutrisno dan Pamardiningsih, Yuni. (2001). Seri Program Statistik (SPS). Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. Haditono, Prof. Dr. Siti Rahayu, dkk. (1984). Psikologi Perkembangan : Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72 Hasnida & Kemala, I. (2005). Hubungan antara stres dan perilaku merokok pada remaja laki-laki. Jurnal Psikologia Vol I No. 2, 105-111. Havighurst, Robert J. (1961). Human Development and Education. New York : David McKay Company. Hoepoedio, R. (1988). Merokok dan Kanker Paru. Jakarta : PT Indira. Hurlock, Elizabeth B. (1999). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Edisi Kelima). Jakarta : Erlangga. Hutapea, Ronald. (2013). Why Rokok? Tembakau dan Peradaban Manusia. Jakarta : Bee Media Indonesia. Ingman, Kathleen A. (1999). An Examination Of Social Anxiety, Social Skills, Social Adjustment, And Self Construal In Chinese And American Students At An American University. Virginia : Blacksburg. Jiwo, Tirto. (2012). Depresi : Panduan Bagi Pasien, Keluarga dan Teman Dekat. Jawa Tengah : Pusat Pemulihan dan Pelatihan Bagi Penderita Gangguan Jiwa. Joshi, Suresh CR. (2013). Positive thinking : A powerful to reduce social anxiety of under graduate students. Indian Journal Research 62-64. Kartini, Kartono dan Gulo, Dali. (2003). Kamus Psikologi. Bandung : Pionir Jaya. Kasmadi dan Sunariah, Nia Siti. (2013). Panduan Modern Penelitian Kuantitatif. Bandung : Penerbit Alfabeta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013, 8 Juni). Rokok Illegal Merugikan Bangsa dan Negara. Diperoleh 26 April 2016 dari http://www.depkes.go.id/article/view/15060900001/rokok-illegal-merugik an-bangsa-dan-negara.html King, Laura A. (2012). Psikologi Umum : Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta : Salemba Humanika. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73 Komasari, D. dan AF, Helmi. (2000). Faktor-faktor penyebab perilaku merokok pada remaja. Jurnal Psikologi, no 28 : 37 - 48. Kompas. (2015, 6 Maret). Jumlah Perokok Indonesia. Diperoleh 13 November 2015 dari http://m.kompas.com/health/read/2015/06/03/110000223/ Jumlah.Perokok.Indonesia.10. Kompasiana. (2017, 4 Januari). Indonesia Surga Perokok. Diperoleh 3 Juli 2017 dari http://www.kompasiana.com/srabahyudimn/indonesia-negara-surga -perokok_586c8e83bb9373cb0475e140. Kurniawati, Yunita & Ramli, Amir Hasan. (2008). Perbedaan konsep diri pada perokok laki-laki dan remaja perempuan remaja akhir. Jurnal Psikologi Perkembangan. La Greca, A. M, Lopez, N (1998). Social anxiety among adolescent : Linkages with peer relation and friendships. Journal of Abnormal Child Psychology, 26 (2), 83-94. Laventhal, H & Cleary, PD. (1980). The Smoking Problem : A Review of the Research and Theory in Behavioral Risk Modification. Psychological Bulletin, 80(2), 370-405. Leary, M. R. & Kowalsky, R. M. (1997). Social Anxiety. New York : Guilford Press. Lestari, Henry & Sugiharti, Sugiharti. (2011). Perilaku berisiko remaja di indonesia menurut survey kesehatan reproduksi remaja indonesia (SKRRI) tahun 2007. Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 1 No. 3 Tahun 2011. Lustin, Pikunas. (1976). Human Development. Tokyo : McGraw-Hill Kogakusha, Ltd. Maertz, Kim. (2001). Social Anxiety / Shyness. University of Alberta : Mental health Centre. May, R. J., & Lou, S. R., & Johnson, H. (2005). Self-reported and actual physiological responses in social phobia and difable. British Journal of Clinical Psychology, 41, 1-14. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74 McGee, dkk. (2005). Is cigarette smoking as sociated with suicidal ideation among young people?. The American Journal of Psychology. Washington. Mu’tadin, Z. (2002). Remaja dan Rokok. Diperoleh 28 April 2016 dari http://www.e-psikologi.com/remaja.050602 Mu'tadin, Z. (2002). Pengantar Pendidikan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta : Andi Offset. Muss, R. (1968). Theories of Adolescence. New York : Random House Nadeak, Wilson. (1991). Memahami Anak Remaja. Yogyakarta : Kanisius. Nasution, I. K. (2007). Perilaku Merokok pada Remaja. Universitas Sumatera Utara. Naskah Publikasi : Tidak Diterbitkan. Nevid, Jeffrey S. (2003). Psikologi Abnormal ( Jilid 1). Jakarta : Erlangga. Nevid, Jeffrey S., dkk. (2005). Psikologi Abnormal (edisi kelima jilid satu.) Trans. Jakarta : Erlangga. Okezone. (2017, 12 Mei). Menyedihkan! Jumlah Perokok Remaja di Indonesia Meningkat. Diperoleh 3 Juli 2017 dari http://lifestyle.okezone.com/read/2017/05/12/481/1689319/menyedihkan -jumlah-perokok-remaja-di-indonesia-meningkat. Olivares, Jose. (2005). Social anxiety scale for adolescents (sas-a) : Psychometric properties in a spanish-speaking population. International Journal of Clinical and Health Psychology, Vol 5, No. 1. Oort, F. V. A., Greaves-Lord, K., Verhulst, F. C., Ormel, J., & Huizink, A. C. (2011). Risk indicators of anxiety throughout adolescence : The trails study. Depression And Anxiety 28 (6): 485–494. Parr, C. J., & Cartwright-Hatton, S. (2009). Social anxiety in adolescents : The effect of video feedback on anxiety and the self-evaluation of performance. Clinical Psychology & Psychotherapy, 16(1), 46–54. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75 Prasetya, Lukyta Dwi. (2012). Pengaruh Negatif Rokok bagi Kesehatan di Kalangan Remaja. Artikel : Tidak Diterbitkan. Rakhmat, Jalaludin. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Reijntjes, A., Thomaes, S., Boelen, P., van der Schoot, M., de Castro, B. O., & Telch, M. J. (2011). Delighted when approved by others, to pieces when rejected : Children’s social anxiety magnifies the linkage between self and other evaluations. Journal of Child Psychology & Psychiatry, 52(7), 774–781. Research Gate. (2007, Januari). Anxiety Theory Based On Classic Psychoanalitic and Types of Defense Mechanism To Anxiety. Diperoleh 4 April 2016, dari http://www.researchgate.net/publication/210277782_Anxiety_ Theory_Based_On_Classic_Psychoanalitic_and_Types_of_Defense_Mec hanism_To_Anxiety Retnowati, Sofia. (2008). Remaja dan Permasalahannya. Gajah Mada University Press : Yogyakarta. Samsara, Anta. (2017, 29 Mei). Gangguan Kecemasan Sosial : Lebih dari Sekedar Rasa Malu. Diperoleh 15 Juli 2017 dari https://cahayajiwa.com/gangguan-kecemasan-sosial-lebih-dari-sekadar-ra sa-malu/. Sangadji, M.Si., dkk. (2010). Metodologi Penelitian – Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta : ANDI. Santoso, Singgih. (2010). Statistik Multivariat. Jakarta : PT Gramedia. Santrock. J. W. (1999). Life-span Development (7th Edition). USA : McGraw Hill. Santrock. J. W. (2003). Adolescence : Perkembangan Remaja.(Edisi Keenam). Jakarta : Erlangga. Santrock. J. W. (2005). Life Span Development. USA : McGraw-Hill Humanities Social. Sarlito, W Sarwono. (2012). Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali Pers. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76 Schroeder, C. S., & Gordon, B. N. (2002). Assessment & Treatment Of Childhood Problems. (2nd Ed.). New York : The Guilford Press. Semium, Yustinus. (2006). Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta : Kanisius. Siregar, Syofian. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Sitepoe, M. (2000). Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta : PT Grasindo. Smet. (1994). Psikologi Kesehatan. Semarang : PT Gramedia. Subasi, H. G. (2013). The validity and reliability of the interaction anxiousness scale : Gender and social status differences among turkish adolescents. International Journal of Humanities and Social Science, 3(3). Subekti. Tempo. (2013, 10 Oktober). Perokok Indonesia Terbanyak Se-Asia Tenggara. Diperoleh 13 November 2015 dari https://m.tempo.co/read/news/2013/10/10/090520749/perokok-indonesiaterbanyak-se-asia-tenggara. Subyantoro, Arief dan Suwarto, FX. (2007). Metode dan Teknik Penelitian Sosial. Yogyakarta : ANDI. Sudarsono. (1993). Kamus Filsafat dan Psikologi. Jakarta : Rineka Cipta. Sugiyono. (2003). Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Pusat Bahasa Depdiknas. Suparno, Dr. Paul. (2001). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta : Kanisius. Supratiknya, A. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif Dalam Psikologi. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma. Surjorahardjo, Siswanto dan The, Johny. (1985). Anda Dapat Berhenti Merokok. Yogyakarta : Andi Offset. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77 Torres, S. & Guerra, M.P. (2002). Application of narrative therapy to anorexia nervosa: a Study case. Revista Portuguesa de Psicossomatica, Vol. 4:1, 141 – 156. Utomo, Budi Arum Suri. (2011). Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Perilaku Merokok Pada Siswa Kelas X Dan XI Di SMA Colombo Kabupaten Sleman Yogyakarta. Skripsi : Tidak Diterbitkan. Vertue. (2003). From adaptive emotion to dysfunction: An attachment perspective on social anxiety disorder. Personality and Social Psychology Review 7(2):170-91. Vriends, N,. M. C. Pfaltz, P. Novianti, & J. Hadiyono. (2013). Taijin kyofusho and social anxiety and their clinical relevance in indonesia and switzerland. Frontiers in Psychology 4: 1-9. Wenar, C., & Kerig, P. (2005). Developmental Psychopathology From Infancy Through Adolescene, (5th ed.). New York : McGraw-Hill. Wilson, J. K. & Rapee, R. M. (2005). Interpretative biases in social phobia: Content Specificity and the effects of depression. Cognitive Therapy and Research, 29, 315-331. Wittchen, H. U. & Fehm, L. (2003). Epidemiology and natural course of social fears and social phobia. Acta Psychiatrica Scandinavica, 108 (Suppl. 417), 4–18. Wordpress. (2010). Riset Kesehatan Dasar. Diperoleh 15 Mei 2016 dari https://cokyfauzialfi.files.wordpress.com/2012/09/laporan_riskesdas_2010 .pdf. Yamin, S., dan Kurniawan, H. (2009). SPSS COMPLETE (Teknik Analisis Statistik Terlengkapan dengan SPSS). Jakarta : Salemba. Yusuf, Syamsu. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI LAMPIRAN 1 SKALA UJI COBA 78 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79 Yogyakarta, Desember 2016 Dengan hormat, Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, saya bermaksud mengadakan penelitian di bidang Psikologi Klinis. Untuk itu, saya membutuhkan sejumlah data yang akan dapat saya peroleh dengan adanya kerjasama dari Saudara dalam mengisi kuesioner ini. Dalam pengisian kuesioner ini tidak ada jawaban yang benar maupun salah. Hal yang saya harap dan butuhkan adalah kejujuran dan jawaban yang paling mendekati dengan keadaan Saudara saat ini. Oleh karena itu, saya selaku peneliti mengharapkan Saudara bersedia memberikan jawaban Saudara sendiri secara jujur tanpa mendiskusikannya dengan orang lain. Semua jawaban akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian saja. Bantuan Saudara dalam menjawab kuesioner ini merupakan bantuan yang sangat besar dan berarti dalam keberhasilan penelitian ini. Atas kerjasama Saudara, saya ucapkan terima kasih. Hormat saya, Cyntia Marcellyna PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80 PERNYATAAN KESEDIAAN Dengan ini, saya menyatakan bahwa saya bersedia mengisi kuesioner ini dalam kondisi tidak di bawah tekanan atau paksaan dari pihak tertentu, tetapi dengan sukarela demi sumbangsih ilmu pengetahuan. Semua jawaban yang diberikan, murni dari apa yang saya alami. Saya juga mengizinkan jawaban saya dipergunakan sebagai data untuk penelitian ilmiah tanpa mencantumkan identitas saya. Yogyakarta, Desember 2016 (.………………………) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81 IDENTITAS SUBJEK Inisial : _____________ Jenis Kelamin * : □ Laki - laki □ Perempuan Usia * : ___________ Tahun Berapa batang rokok yang Saudara konsumsi dalam satu hari ? * □ 1 - 4 batang rokok □ 5 - 14 batang rokok □ > 15 batang rokok *Berilah tanda silang ( X ) pada jawaban yang Saudara anggap paling sesuai dengan keadaan diri Saudara saat ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82 KUESIONER PENELITIAN A. PETUNJUK PENGISIAN 1. Bacalah semua pernyataan di bawah ini dengan teliti. 2. Saudara diharapkan untuk memberikan jawaban sesuai denga keadaan Saudara secara objektif dengan memberi tanda silang ( X ). Apabila ingin mengubah jawaban, Saudara dapat memberikan tanda dua garis mendatar ( = ) pada jawaban seperti berikut : ( X ) 3. Masing-masing pernyataan terdiri dari empat alternatif jawaban, yakni : Sl : Apabila Saudara SELALU mengalami pernyataan tersebut dalam kehidupan sosial Saudara. Sr : Apabila Saudara SERING mengalami pernyataan tersebut dalam kehidupan sosial Saudara. Jr : Apabila Saudara JARANG mengalami pernyataan tersebut dalam kehidupan sosial Saudara. TP : Apabila Saudara TIDAK PERNAH mengalami pernyataan tersebut dalam kehidupan sosial Saudara. Contoh : Pilihan Jawaban No. Pernyataan Tidak Selalu Sering Jarang Pernah 1. Saya merasa senang jika dipuji oleh orang lain PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83 B. KUESIONER Pilihan Jawaban No. Pernyataan 1. Saya takut dianggap bodoh jika tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan kepada saya. 2. Jika melewati segerombolan orang, saya yakin bahwa mereka memperhatikan dan mengomentari cara berjalan saya. Saya sulit berkonsentrasi dan selalu mengingat apa yang orang lain katakan tentang saya. Cara berbicara saya menjadi terbata-bata ketika berbicara dengan orang yang baru saya kenal. Saya merasa kurang nyaman jika berbagi materi bacaan saat diskusi kelompok. Saya mengalihkan pandangan saya dari lawan bicara saya saat mengobrol. Saya takut teman saya menolak jika saya ajak pergi bersama. Saya sulit merangkai kalimat jika ingin bertanya kepada dosen di kelas. Saya khawatir pemahaman saya salah tentang materi kelompok yang sudah saya pelajari. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Jika diberikan pertanyaan, saya akan menjawab sesuai dengan apa yang saya tahu dan saya yakin jawaban saya benar. Saya berpikir bahwa orang-orang yang saya lewati tidak mengetahui jika saya sedang berjalan melewati mereka. Selalu Sering Jarang Tidak Pernah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. Saya dapat berkonsentrasi tanpa memikirkan apa yang orang lain katakan tentang saya. Saya dapat berbicara lancar dengan orang yang baru dikenal. Saya senang berbagi materi bacaan saat diskusi kelompok. Saya menatap wajah lawan bicara saya saat mengobrol. Saya merasa biasa saja jika teman saya menolak saat saya ajak pergi bersama. Saya dapat merangkai kalimat dengan baik jika ingin bertanya kepada dosen di kelas. Saya yakin terhadap pemahaman saya tentang materi kelompok yang sudah saya pelajari. Saya takut dinilai sok pintar jika saya mengajukan banyak pertanyaan pada kelompok persentasi. Saya takut dinilai aneh jika duduk sendirian di tengah keramaian. Saya memikirkan kesalahan yang mungkin akan saya lakukan. Saya merasa cemas ketika mengikuti sebuah wawancara. Saya gelisah saat duduk di sebuah ruang tunggu yang ramai. 24. Saya suka duduk di bangku paling belakang. 25. Saya khawatir jika teman saya menghindar saat saya ajak bermain. Saya malu bertanya bahkan dengan teman-teman yang sudah saya kenal. Saya merasa minder jika harus sekelompok dengan kakak tingkat. 26. 27. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. Saya cuek jika dibenci karena mengajukan banyak pertanyaan pada kelompok persentasi. Saya yakin bahwa orang lain tidak memperhatikan jika saya duduk di tengah keramaian. Saya siap menerima risiko dari kesalahan yang mungkin akan saya lakukan. Saya merasa percaya diri ketika diwawancara. Saya dapat duduk dengan tenang di sebuah ruang tunggu yang ramai. Saya lebih suka duduk bersama bersama teman-teman saya. Jika ajakan saya untuk bermain hari ini ditolak oleh teman saya, maka saya akan mengajak teman saya bermain lagi dilain hari. Saya senang bertanya dengan teman-teman saya. Saya merasa senang jika harus sekelompok dengan kakak tingkat. Saya takut dikritik oleh dosen. Saya berpikir bahwa orang lain membicarakan tentang cara berpakaian saya. Saya curiga dengan orang yang memperhatikan saya saat berada di tempat umum. Detak jantung saya berdebar kencang ketika masuk di kelas yang baru. Wajah saya terasa memerah saat berbincang dengan orang yang baru saya kenal. Saya hanya berbicara dengan orang yang sudah saya kenal dengan baik. Saya berpikir bahwa orang lain akan menolak saya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. Saya sulit mengatakan kepada orang lain tentang apa yang ada di pikiran saya. Saya merasa malu bahkan dengan teman-teman yang sudah saya kenal dengan baik. Saya suka jika dikritik oleh dosen, karena saya akan tahu kekurangan saya di mana. Saya berpikir bahwa orang lain sibuk sendiri dan tidak mempedulikan cara berpakaian saya. Saya cuek jika orang lain membicarakan tentang saya dibelakang saya. Saya dapat bernafas dengan tenang saat masuk di kelas yang baru. Saya senang saat berbincang dengan orang yang baru saya kenal. Saya tetap merasa senang, walaupun lawan berbicara saya adalah orang yang baru saya kenal. Saya berpikir bahwa orang lain akan menerima saya dengan baik. Saya dapat dengan mudah mengatakan kepada orang laintentang apa yang ada di pikiran saya. Saya nyaman berada dekat dengan orang yang sudah saya kenal dengan baik. Saya khawatir orang lain tidak menyukai saya jika saya menolak argumen mereka. Tangan saya berkeringat saat memperkenalkan diri di depan anggota klub atau organisasi yang baru saya ikuti. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. Saya merasa diperhatikan dari ujung kaki hingga ujung kepala saat saya berdiri di depan kelas. Saya akan mempersiapkan pakaian saya dengan baik supaya tidak salah kostum ketika datang ke sebuah acara. Saya malu ketika berada di sekitar orang yang tidak saya kenal. Saya memilih untuk bergabung dengan suatu kelompok, dimana teman saya juga bergabung dengan kelompok tersebut. Saya merasa sedih, jika argumen saya ditolak. Saya merasa segan bertanya kepada kakak tingkat. Saya cemas ketika sedang berjalan sendiri di tengah keramaian. Saya yakin bahwa orang lain mempunyai kegiatan yang lebih penting daripada memperhatikan saya secara detail. Saya merasa biasa saja jika saya tidak disukai ketika menolak argumen kelompok lain. Saya merasa antusias saat memperkenalkan diri di depan anggota klub atau organisasi yang baru saya ikuti. Saya tidak mempersiapkan pakaian dan hanya akan menggunakan pakaian yang nyaman dan rapi saat datang ke sebuah acara. Saya dapat berbaur ketika berada di sekitar orang yang tidak saya kenal. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80 81. 82. Saya akan tetap bergabung dalam suatu kelompok, walaupun tidak ada satu pun anggotanya yang saya kenal. Jika argumen saya ditolak, saya berpikir itu adalah hal yang wajar. Saya suka bertanya kepada kakak tingkat. Saya tenang ketika berjalan sendiri di tengah keramaian. Saya khawatir tentang pemikiran orang lain terhadap saya. Saya takut diolok-olok jika berkeringat karena gugup saat mengerjakan tugas di depan kelas. Saya akan menulis di papan tulis dengan perlahan agar tulisan saya terlihat bagus. Saya tergesa-gesa untuk makan di sebuah rumah makan yang ramai. Saya canggung untuk melakukan sesuatu yang baru di depan orang lain. Saya menghindari situasi yang mencolok dan menjadi pusat perhatian. Saya selektif dalam memilih teman. Saya hanya akan bertanya pada orang yang sudah sangat akrab dengan saya. Saya berpikir bahwa teman saya akan mengolok-ngolok saya. Saya akan menjadikan pendapat orang lain terhadap saya sebagai bahan evaluasi untuk diri saya sendiri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. Saya berpikir bahwa orang lain tidak mengetahui jika saya berkeringat karena gugup bukan karena kepanasan. Saya akan menulis dengan cepat di papan tulis, walaupun ternyata tulisan saya akan menjadi jelek. Saya dapat makan dengan santai saat di sebuah rumah makan yang ramai. Saya dapat melakukan sesuatu dengan baik bahkan di depan orang lain. Saya suka menjadi pusat perhatian. Saya suka berteman dengan siapa saja. Saya akan bertanya kepada siapa saja yang menurut saya lebih paham tentang hal tersebut. Saya berpikir bahwa teman saya akan bersikap ramah dengan saya. ~~~~~~~ TERIMA KASIH ~~~~~~~ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI LAMPIRAN 2 RELIABILITAS SKALA 90 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91 A. Reliabiltas sebelum seleksi item Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases Valid Excludeda Total % 60 89.6 7 10.4 67 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .912 90 Item-Total Statistics Scale Mean if Scale Variance Item Deleted if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted No_1 195.23 583.640 .293 .911 No_2 195.25 578.936 .405 .911 No_3 194.97 583.389 .319 .911 No_4 195.13 580.219 .411 .911 No_5 195.42 581.535 .335 .911 No_6 195.15 582.570 .316 .911 No_7 195.32 576.186 .485 .910 No_8 194.97 569.558 .544 .910 No_9 195.00 587.593 .203 .912 No_10 195.32 594.390 .002 .913 No_11 194.08 595.196 -.019 .913 No_12 194.98 588.559 .150 .912 No_13 194.90 575.888 .501 .910 No_14 195.05 575.845 .449 .910 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92 No_15 195.28 580.851 .380 .911 No_16 195.12 578.783 .418 .911 No_17 194.72 575.359 .477 .910 No_18 194.97 596.406 -.052 .913 No_19 194.93 575.623 .462 .910 No_20 195.35 580.943 .351 .911 No_21 194.10 590.261 .127 .912 No_22 194.88 576.003 .494 .910 No_23 195.23 579.301 .389 .911 No_24 194.55 583.642 .285 .911 No_25 195.23 585.199 .303 .911 No_26 195.45 579.031 .483 .910 No_27 195.47 577.507 .433 .911 No_28 194.43 589.063 .107 .913 No_29 194.35 589.587 .111 .913 No_30 195.43 586.046 .215 .912 No_31 194.95 576.692 .427 .910 No_32 194.85 574.096 .524 .910 No_33 195.32 592.084 .075 .913 No_34 195.15 583.926 .309 .911 No_35 195.18 578.254 .446 .910 No_36 194.68 579.237 .359 .911 No_37 195.07 572.538 .500 .910 No_38 194.80 584.502 .243 .912 No_39 194.98 581.339 .358 .911 No_40 195.07 575.385 .491 .910 No_41 195.52 579.440 .441 .911 No_42 194.90 581.583 .275 .912 No_43 195.18 581.847 .384 .911 No_44 194.98 573.339 .494 .910 No_45 195.45 575.540 .532 .910 No_46 194.97 581.355 .287 .912 No_47 194.35 597.587 -.083 .914 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93 No_48 195.08 578.010 .338 .911 No_49 194.97 583.050 .318 .911 No_50 194.98 575.745 .470 .910 No_51 195.18 578.017 .467 .910 No_52 195.07 583.860 .308 .911 No_53 194.78 579.766 .417 .911 No_54 195.55 586.319 .268 .912 No_55 194.82 575.406 .420 .911 No_56 194.85 585.045 .205 .912 No_57 194.15 598.028 -.089 .914 No_58 194.97 569.423 .537 .910 No_59 194.78 572.240 .535 .910 No_60 194.50 581.847 .318 .911 No_61 195.00 581.390 .304 .911 No_62 195.10 571.312 .566 .910 No_63 195.15 578.909 .346 .911 No_64 194.78 587.766 .162 .912 No_65 195.20 583.858 .286 .911 No_66 194.73 597.826 -.077 .914 No_67 194.67 573.277 .543 .910 No_68 194.80 575.485 .582 .910 No_69 194.90 575.651 .508 .910 No_70 194.95 581.913 .325 .911 No_71 195.25 590.665 .125 .912 No_72 194.58 582.552 .322 .911 No_73 194.40 603.871 -.261 .915 No_74 195.00 587.525 .213 .912 No_75 195.20 570.366 .575 .909 No_76 194.88 586.139 .192 .912 No_77 195.10 581.820 .365 .911 No_78 194.87 577.982 .438 .911 No_79 194.65 583.418 .288 .911 No_80 194.85 589.147 .113 .913 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94 No_81 194.75 581.275 .297 .911 No. 82 194.22 611.088 -.386 .916 No_83 195.22 580.003 .426 .911 No_84 194.22 597.596 -.080 .914 No_85 194.68 591.779 .054 .913 No_86 194.97 581.999 .387 .911 No_87 194.43 591.233 .085 .913 No_88 195.52 577.474 .483 .910 No_89 195.58 578.417 .501 .910 No_90 195.35 580.842 .402 .911 B. Reliabilitas Setelah Seleksi Item Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N % Cases Valid 100 100.0 a Excluded 0 .0 Total 100 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .943 66 Scale Mean if Item Deleted No1 No2 No3 No4 No5 136.48 136.51 136.25 136.38 136.74 Item-Total Statistics Corrected Scale Variance Cronbach's Alpha Item-Total if Item Deleted if Item Deleted Correlation 586.394 .425 .942 581.182 .538 .941 589.624 .402 .942 583.773 .493 .942 589.669 .382 .942 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95 No6 No7 No8 No9 No10 No11 No12 No13 No14 No15 No16 no17 no18 no19 no20 no21 no22 no23 no24 no25 no26 no27 no28 no29 no30 no31 no32 no33 no34 no35 no36 no37 no38 no39 no40 no41 no42 no43 no44 no45 136.44 136.62 136.22 136.29 136.37 136.59 136.48 136.04 136.20 136.64 136.16 136.55 135.73 136.56 136.76 136.71 136.20 136.28 136.46 136.60 135.99 136.31 136.18 136.38 136.30 136.83 136.29 136.48 136.15 136.71 136.22 136.48 136.27 136.37 136.46 136.34 136.12 136.85 136.13 136.26 587.703 581.693 582.113 578.875 589.326 584.184 588.070 585.271 584.384 585.808 583.146 585.361 596.866 591.077 588.649 585.319 580.545 579.658 594.998 589.677 590.232 578.600 581.503 584.682 577.949 587.536 586.875 586.070 574.270 580.531 590.497 586.252 585.876 584.741 584.958 591.621 583.783 594.210 578.922 576.841 .419 .558 .462 .625 .361 .510 .389 .449 .455 .431 .545 .474 .156 .386 .464 .425 .558 .601 .248 .415 .299 .568 .494 .486 .623 .465 .356 .491 .620 .603 .295 .376 .461 .473 .494 .330 .550 .287 .540 .555 .942 .941 .942 .941 .942 .942 .942 .942 .942 .942 .941 .942 .943 .942 .942 .942 .941 .941 .943 .942 .943 .941 .942 .942 .941 .942 .942 .942 .941 .941 .943 .942 .942 .942 .942 .942 .941 .943 .941 .941 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96 no46 no47 no48 no49 no50 no51 no52 no53 no54 no55 no56 no57 no58 no59 no60 no61 no62 no63 no64 no65 no66 136.07 135.83 136.30 136.32 136.43 136.47 135.90 136.16 136.23 136.37 136.06 136.52 136.29 136.07 135.97 136.17 136.26 136.19 136.78 136.88 136.60 580.571 589.213 591.667 579.270 589.136 592.252 585.586 584.924 587.371 590.276 588.602 584.737 589.865 586.349 590.757 591.092 598.134 591.307 584.335 592.228 591.414 .562 .376 .302 .587 .317 .294 .439 .537 .444 .342 .355 .469 .359 .417 .304 .280 .124 .391 .545 .375 .354 .941 .942 .943 .941 .943 .943 .942 .941 .942 .942 .942 .942 .942 .942 .943 .943 .943 .942 .941 .942 .942 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI LAMPIRAN 3 SKALA PENELITIAN 97 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98 Yogyakarta, Januari 2017 Dengan hormat, Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, saya bermaksud mengadakan penelitian di bidang Psikologi Klinis. Untuk itu, saya membutuhkan sejumlah data yang akan dapat saya peroleh dengan adanya kerjasama dari Saudara dalam mengisi kuesioner ini. Dalam pengisian kuesioner ini tidak ada jawaban yang benar maupun salah. Hal yang saya harap dan butuhkan adalah kejujuran dan jawaban yang paling mendekati dengan keadaan Saudara saat ini. Oleh karena itu, saya selaku peneliti mengharapkan Saudara bersedia memberikan jawaban Saudara sendiri secara jujur tanpa mendiskusikannya dengan orang lain. Semua jawaban akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian saja. Bantuan Saudara dalam menjawab kuesioner ini merupakan bantuan yang sangat besar dan berarti dalam keberhasilan penelitian ini. Atas kerjasama Saudara, saya ucapkan terima kasih. Hormat saya, Cyntia Marcellyna PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99 PERNYATAAN KESEDIAAN Dengan ini, saya menyatakan bahwa saya bersedia mengisi kuesioner ini dalam kondisi tidak di bawah tekanan atau paksaan dari pihak tertentu, tetapi dengan sukarela demi sumbangsih ilmu pengetahuan. Semua jawaban yang diberikan, murni dari apa yang saya alami. Saya juga mengizinkan jawaban saya dipergunakan sebagai data untuk penelitian ilmiah tanpa mencantumkan identitas saya. Yogyakarta, Januari 2017 (.………………………) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100 IDENTITAS SUBJEK Inisial : _____________ Jenis Kelamin * : □ Laki - laki □ Perempuan Usia * : ___________ Tahun Berapa batang rokok yang Saudara konsumsi dalam satu hari ? * □ 1 - 4 batang rokok □ 5 - 14 batang rokok □ > 15 batang rokok *Berilah tanda silang ( X ) pada jawaban yang Saudara anggap paling sesuai dengan keadaan diri Saudara saat ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101 KUESIONER PENELITIAN B. PETUNJUK PENGISIAN 4. Bacalah semua pernyataan di bawah ini dengan teliti. 5. Saudara diharapkan untuk memberikan jawaban sesuai denga keadaan Saudara secara objektif dengan memberi tanda silang ( X ). Apabila ingin mengubah jawaban, Saudara dapat memberikan tanda dua garis mendatar ( = ) pada jawaban seperti berikut : ( X ) 6. Masing-masing pernyataan terdiri dari empat alternatif jawaban, yakni : Sl : Apabila Saudara SELALU mengalami pernyataan tersebut dalam kehidupan sosial Saudara. Sr : Apabila Saudara SERING mengalami pernyataan tersebut dalam kehidupan sosial Saudara. Jr : Apabila Saudara JARANG mengalami pernyataan tersebut dalam kehidupan sosial Saudara. TP : Apabila Saudara TIDAK PERNAH mengalami pernyataan tersebut dalam kehidupan sosial Saudara. Contoh : Pilihan Jawaban No. Pernyataan Tidak Selalu Sering Jarang Pernah 1. Saya merasa senang jika dipuji oleh orang lain PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102 C. KUESIONER Pilihan Jawaban No. Pernyataan 1. Saya takut dianggap bodoh jika tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan kepada saya. 2. Jika melewati segerombolan orang, saya yakin bahwa mereka memperhatikan dan mengomentari cara berjalan saya. Saya sulit berkonsentrasi dan selalu mengingat apa yang orang lain katakan tentang saya. Cara berbicara saya menjadi terbata-bata ketika berbicara dengan orang yang baru saya kenal. Saya merasa kurang nyaman jika berbagi materi bacaan saat diskusi kelompok. Saya mengalihkan pandangan saya dari lawan bicara saya saat mengobrol. Saya takut teman saya menolak jika saya ajak pergi bersama. Saya sulit merangkai kalimat jika ingin bertanya kepada dosen di kelas. Saya dapat berbicara lancar dengan orang yang baru dikenal. Saya senang berbagi materi bacaan saat diskusi kelompok. Saya menatap wajah lawan bicara saya saat mengobrol. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Saya merasa biasa saja jika teman saya menolak saat saya ajak pergi bersama. Saya dapat merangkai kalimat dengan baik jika ingin bertanya kepada dosen di kelas. Selalu Sering Jarang Tidak Pernah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. Saya takut dinilai sok pintar jika saya mengajukan banyak pertanyaan pada kelompok persentasi. Saya takut dinilai aneh jika duduk sendirian di tengah keramaian. Saya merasa cemas ketika mengikuti sebuah wawancara. Saya gelisah saat duduk di sebuah ruang tunggu yang ramai. Saya suka duduk di bangku paling belakang. Saya khawatir jika teman saya menghindar saat saya ajak bermain. Saya malu bertanya bahkan dengan teman-teman yang sudah saya kenal. Saya merasa minder jika harus sekelompok dengan kakak tingkat. Saya merasa percaya diri ketika diwawancara. Saya dapat duduk dengan tenang di sebuah ruang tunggu yang ramai. Jika ajakan saya untuk bermain hari ini ditolak oleh teman saya, maka saya akan mengajak teman saya bermain lagi dilain hari. Saya senang bertanya dengan teman-teman saya. Saya merasa senang jika harus sekelompok dengan kakak tingkat. 27. 28. Saya takut dikritik oleh dosen. Saya berpikir bahwa orang lain membicarakan tentang cara berpakaian saya. 29. Saya curiga dengan orang yang memperhatikan saya saat berada di tempat umum. 30. Detak jantung saya berdebar kencang ketika masuk di kelas yang baru. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. Wajah saya terasa memerah saat berbincang dengan orang yang baru saya kenal. Saya hanya berbicara dengan orang yang sudah saya kenal dengan baik. Saya berpikir bahwa orang lain akan menolak saya. Saya sulit mengatakan kepada orang lain tentang apa yang ada di pikiran saya. Saya merasa malu bahkan dengan teman-teman yang sudah saya kenal dengan baik. Saya suka jika dikritik oleh dosen, karena saya akan tahu kekurangan saya di mana. Saya cuek jika orang lain membicarakan tentang saya dibelakang saya. Saya dapat bernafas dengan tenang saat masuk di kelas yang baru. Saya senang saat berbincang dengan orang yang baru saya kenal. Saya tetap merasa senang, walaupun lawan berbicara saya adalah orang yang baru saya kenal. Saya berpikir bahwa orang lain akan menerima saya dengan baik. Saya dapat dengan mudah mengatakan kepada orang laintentang apa yang ada di pikiran saya. 43. Saya nyaman berada dekat dengan orang yang sudah saya kenal dengan baik. 44. Saya khawatir orang lain tidak menyukai saya jika saya menolak argumen mereka. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. Tangan saya berkeringat saat memperkenalkan diri di depan anggota klub atau organisasi yang baru saya ikuti. Saya malu ketika berada di sekitar orang yang tidak saya kenal. Saya memilih untuk bergabung dengan suatu kelompok, dimana teman saya juga bergabung dengan kelompok tersebut. Saya merasa sedih, jika argumen saya ditolak. Saya merasa segan bertanya kepada kakak tingkat. Saya cemas ketika sedang berjalan sendiri di tengah keramaian. Saya yakin bahwa orang lain mempunyai kegiatan yang lebih penting daripada memperhatikan saya secara detail. Saya merasa antusias saat memperkenalkan diri di depan anggota klub atau organisasi yang baru saya ikuti. Saya dapat berbaur ketika berada di sekitar orang yang tidak saya kenal. Saya akan tetap bergabung dalam suatu kelompok, walaupun tidak ada satu pun anggotanya yang saya kenal. 55. Jika argumen saya ditolak, saya berpikir itu adalah hal yang wajar. 56. Saya tenang ketika berjalan sendiri di tengah keramaian. Saya akan menulis di papan tulis dengan perlahan agar tulisan saya terlihat bagus. 57. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. Saya canggung untuk melakukan sesuatu yang baru di depan orang lain. Saya menghindari situasi yang mencolok dan menjadi pusat perhatian. Saya selektif dalam memilih teman. Saya berpikir bahwa teman saya akan mengolok-ngolok saya. Saya berpikir bahwa orang lain tidak mengetahui jika saya berkeringat karena gugup bukan karena kepanasan. Saya dapat melakukan sesuatu dengan baik bahkan di depan orang lain. Saya suka berteman dengan siapa saja. Saya akan bertanya kepada siapa saja yang menurut saya lebih paham tentang hal tersebut. Saya berpikir bahwa teman saya akan bersikap ramah dengan saya. ~~~~~~~ TERIMA KASIH ~~~~~~~ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI LAMPIRAN 4 HASIL PENELITIAN 107 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108 A. Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. * KecemasanSosial .050 100 .200 .985 100 .295 *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. KuantitasMerokok .250 100 .000 .807 100 .000 a. Lilliefors Significance Correction 2. Uji Linearitas ANOVA Table Sum of Mean Squares df Square F Sig. Kuantitas Between (Combined) 36.533 52 .703 2.452 .001 Merokok* Groups Linearity .003 1 .003 .010 .921 Kecemasan Deviation from 36.531 51 .716 2.500 .001 Sosial Linearity Within Groups 13.467 47 .287 Total 50.000 99 Measures of Association R R Squared Eta Eta Squared KuantitasMerokok * KecemasanSosial .008 .000 .855 .731 3. Uji Hipotesis Nonparametric Correlations Correlations Spearman's rho Kuantitas Merokok Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) Kuantitas Kecemasan Merokok Sosial 1.000 .009 . .465 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109 Kecemasan Sosial N Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N 100 .009 .465 100 100 1.000 . 100