ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN PELABUHAN FERY GARONGKONG DI KABUPATEN BARRU SULAWESI SELATAN A.GUSTANG P17 002 08 001 PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN KEUANGAN PASCASARJANA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2010 i HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN PELABUHAN FERI GARONGKONG DI KABUPATEN BARRU SULAWESI SELATAN A. GUSTANG P17002080001 Komisi Penasehat Prof. Dr. H. Syamsu Alam, SE., M.Si Dr. M. Yunus Amar, MT Ketua Anggota Mengetahui Ketua Program Studi Prof. Dr. Hj. Siti Haerani, SE., M.Si ii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAAN ii DAFTAR ISI iii DAFTAR TABEL iv DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK v BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 15 C. Tujuan Penelitian 16 D. Batasan Penelitian 16 E. Manfaat Penelitian 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 19 A. Hasil Penelitian Terdahulu 19 B. Landasan Teori 27 C. Kerangka Konseptual 57 D. Hipotesis 60 BAB III METODE PENELITIAN 61 A. Tempat dan Waktu Penelitian 61 B. Metode Pengumpulan Data 62 C. Jenis dan Sumber Data 62 D. Metode Analisis 64 E. Definisi Operasional 68 DAFTAR PUSTAKA 71 iii DAFTAR TABEL Tabel 1; Arus Penumpang Pelabuhan yang Dikelola PT (Persero) Indonesia I – IV 6 Tabel 2 ; Produksi Jasa Labuh Pelabuhan Yang Dikelola PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I – IV Tabel 3 ; Daftar Hasil Penelitian Sebelumnya 8 26 Tabel 4 : Bagan Umum untuk Mendapatkan Nilai Arus Kas Bersih sesudah pajak Tahunan. 45 iv DAFTAR GANBAR DAN GRAFIK Grafik 1 ; Arus Penumpang Pelabuhan yang Dikelola PT (Persero) Indonesia I – IV 7 Grafik 2 ; Produksi Jasa Labuh Pelabuhan Yang Dikelola PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I – IV 8 v BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan otonomi daerah yang dicanangkan oleh pemerintah dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, memberikan keleluasaan (discretionary power) kepada daerah untuk mengurus dan mengatur rumah tangga daerahnya sendiri (Koswara, 2000 : 36). Masih menjadi tanda tanya apakah otonomi yang diberikan terlalu luas yang akan menimbulkan disintegrasi dan pengkotakkan atau hanya lips service yang memberikan angin surga kepada daerah, terutama daerah kaya yang pada saat reformasi mengajukan tuntutan untuk memisahkan diri (separation). Tindakan ini sebagai akumulasi kekecewaan akibat adanya ketidak seimbangan antara eksploitasi yang dilakukan pemerintah pusat terhadap sumber daya alam (SDA) daerah dengan kontribusi yang dikembalikan (redistribution) kepada daerah. Pemerintah daerah melihat di dalam otonomi daerah terdapat : sharing of power, distribution of income, dan empowering regional administration (Warsito, 1999 : 4). Terlepas apakah vi masih ada ganjalan atau tidak, jeda waktu masa transisi pelaksanaan otonomi daerah selama 2 tahun untuk sosialisasi dan otonomi daerah diberlakukan secara efektif pada januari 2001. Otonomi daerah yang luas dan bertanggung jawab memberikan keleluasaan kepada daerah kabupaten/kota dalam mengurus kepentingan masyarakat sesuai dengan kondisi, potensi dan keanekaragaman wilayahnya. Otonomi luas bukanlah berarti kebebasan absolut bagi suatu daerah untuk menjalankan hak dan fungsi otonomi menurut kehendak daerah sendiri tanpa mempertimbangkan kepentingan daerah lain atau nasional. Batasan bagi keleluasaan otonomi daerah adalah keleluasaan daerah agar mampu berfungsi sebagai daerah otonom yang mandiri, berdasarkan asas demokrasi dan kedaulatan rakyat tanpa mengganggu stabilitas nasional dan keutuhan wilayah NKRI. Pemikiran meletakkan otonomi daerah pada tingkat wilayah yang paling dekat dengan rakyat (kabupaten/kota) memberikan makna untuk mendewasakan politik rakyat (democratization process) dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Implikasi dari otonomi daerah adalah kemampuan keuangan daerah dalam penyelenggaraan urusan daerah. Artinya daerah harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber keuangan sendiri, mengelola dan menggunakannya dalam membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber keuangan utama yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat vii dan daerah sebagai konsekuensi logis tanggung jawab negara terhadap wilayahnya. Untuk mendukung otonomi daerah dikeluarkan UU No.25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah sebagai tanggung jawab pemerintah terhadap daerah. Di samping PAD daerah juga mendapat dana perimbangan berupa dana alokasi umum (DAU) yang bersifat block grant, dana alokasi khusus (DAK) yang bersifat specific grant dan pinjaman daerah (Warsito, 1999). Dengan peraturan ini diharapkan daerah akan mampu memacu pembangunan daerah, sehingga kesenjangan pertumbuhan antar daerah secara perlahan dapat dikurangi. Nantinya pemerintah daerah tidak lagi akan bergantung kepada pemerintah pusat, melainkan secara mandiri dapat memprogramkan pembangunan daerahnya sesuai dengan kemampuan. Sumber penerimaan daerah menurut pasal 55 UU No. 5 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah terdiri dari : PAD, bagi hasil pajak dan bukan pajak, subsidi daerah otonom dan bantuan pembangunan. Sumber penerimaan PAD adalah: 1) hasil pajak daerah, 2) hasil retribusi daerah, 3) hasil BUMD, dan 4) penerimaan lain-lain. Daerah harus jeli dalam melihat potensi sumber daya alam sebagai sumber PAD, bagaimana menggali potensi yang ada dan meningkatkan pendapatan. Peranan dana sangat menentukan keberhasilan pembangunan daerah disamping itu yang tidak kalah pentingnya adalah kesiapan SDM dalam mengelolanya (Widjaja, 1998 : 153). Pemerintah kabupaten/ kota melakukan berbagai upaya dan viii terobosan dalam meningkatkan perolehan PAD, sebab faktor dana sangat berperan untuk kelancaran roda pemerintahan daerah dalam memberikan pelayanan, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Angkutan laut memegang peranan penting dalam kelancaran perdagangan karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi antara lain daya angkut banyak, jarak tempuh luas dan biaya relatif murah. Guna menunjang perdagangan dan lalu-lintas muatan, pelabuhan diciptakan sebagai titik simpul perpindahan muatan barang dimana kapal kapal dapat berlabuh, bersandar, melakukan bongkar muat barang dan penerusan ke daerah lainnya (Soedjono Kramadibrata, 1985). Pelabuhan Garonggkong merupakan pilihan tepat sebagai pelabuhan penyangga dari keberadaan pelabuhan Sukarno, Makassar dan pelabuhan Ujungnge Pare-pare yang saat ini mengalami kejenuhan akibat peningkatan arus barang/penumpang yang pesat, karena lokasinya relative dekat dengan kedua pelabuhan tersebut, mempunyai akses langsung ke jalan Propinsi Makassar - Pare-pare, mempunyai garis pantai dengan interface yang ideal ke arah alur laut. Disatu sisi dengan dalih untuk kesejahteraan rakyat dan usaha menggali sumber daya daerah untuk menaikkan PAD beberapa proyek invesatsi pemerintah baik itu sipatnya lokal maupun nasional berhasil di setujui untuk dibiayai, namun setelah proyek investasi tersebut dilaksanakan hanya jadi sarang binatang dan hiasan di lokasi proyek. Dana Negara sudah ix dikeluarkan begitu banyak yang sumbernya dari pajak yang di pungut dari masyarakat jadi kuran efektif dan hampir tidak memberikan imbal balik yang sepadang dengan biaya yang dikeluarkan. Hal tersebut diakibatkan masih adanya proyek investasi yang kesannya dipaksakan untuk mengeluarkan uang gari kas Negara atau Daerah. Sehinggah dibuatlah proposal usulan anggaran dan studi kelayakan yang sangat layak untuk dibangun dengan analisa yang dibuat dengan kesan sangat mendalam dan akurat. Sudah jadi tradisi buruk di pemerintahan yang selalu berusaha menggolkan suatu proyek dan kemudian membagi-baginya tampa memperhatikan pemilik utama dari proyek tersebut yaitu warga masyarakat. Alih-alih proyek memberikan mamfaat buat masyarakat dan Negara malah hasil dari investasi hanya menghasilkan banguanan tua yang hanya terkadang dimampaatkan penggemabala yang kebetulan lewat disaat terik atau hujan. Namun disisi lain proyek invesatsi bagi pemerintah khususnya yang berkaitan dengan penyediaan sarana dan prasarana pembangunan dan penyediaan pasilitas umum bagi warga nasyarakat guna mempercepat pencapaian kesejahteraan bagi seluruh rakyat maka investasi tersebut tidak dapat ditunda pelaksanaannya. Investasi tersebut terkadang hanya melihat kelayakan investasi fisik dan ketersediaan anggaran untuk melaksanakannya jadi patokan tampa melihat prospek ekonomi dan keuangannya. Akhirnya terkadang ada proyek investasi pemerintah yang sipatnya badan usaha tapi x tidak bisa menghidupi dirinya sendiri. Sautu dilema bagi pemerintah membangun suatu proyek dengan biaya yang begitu besar dan setelah jadi dan beroperasi hanya jadi parasit yang menggrogoti kas Negara atau daerah setiap tahunnya dengan alasan merugi. Beberapa BUMN yang dengan sangat terpaksa setelah susah payah nenbangunnya direlakan untuk dikelola oleh swasta dan asing yang tadinya dibangun untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat namun berbalik jadi sebuah korporasi yang membuat rakyat semakin sengsara dan irih hati. Menurut Suad Husnan dan Suwarsono (1994), ditinjau dari aspek keuangan suatu investasi dikatakan layak apabila nilai sekarang penerimaanpenerimaan kas bersih di masa yang akan datang lebih besar dari pada nilai sekarang investasi. Bupati Barru H.A.Muhammad Rum ketika menerima kunjungan kerja kepala Kejaksaan Tinggi Sulselbar di Barru antara lain mengungkapkan, banyak fihak yang beranggapan bahwa daerah yang diapit oleh dua kota seperti Kabupaten Barru sulit berkembang. Oleh karena itu untuk menepis anggapan itu beberapa langkah harus dilakukan termasuk mempelajari bagaimana posisi Sulawesi Selatan, posisi Kota Parepare, Kota Makassar, serta beberapa daerah lainnya, agar Kabupaten Barru harus bisa keluar dari persoalan posisi itu. Beberapa kajian bahwa yang ideal suatu kota ke kota itu adalah 80 kilometer jaraknya, sementara kota Barru dengan Kota Makassar berjarak xi 100 Km.” Dari jarak seperti itu apakah Kabupaten Barru bisa dikembangkan maka jawabnya bisa.” Tegas Bupati. Setelah mempelajari potensi kabupaten Barru yang berhadapan dengan selat Makassar kemudian juga potensi kedalaman laut yang dimiliki sangat memungkinkan Kabupaten Barru bisa berkembang. Dengan potensi laut yang dimiliki itu sehingga Departemen perhubungan bersedia membantu untuk membangun pelabuhan Kapal Fery bahkan pada tahun 2004 lalu, Bapak Gubernur menyetujui bahwa apabila nanti pelabuhan fery Garongkong sudah dapat berfungsi dengan baik maka diharapkan khusus fery tidak ada lagi di Parepare dan Makassar. Pelabuhan fery saat ini pembangunannya sudah memasuki tahap perampungan dan pada kawasan yang sama juga pembangunan pelabuhan samudera sementara berjalan “Insya Allah, kedepan dengan dibukanya potensi laut melalui dua pelabuhan itu diharapkan akan lebih menggeliatkan perekonomian masyarakat.” Kabupaten Barru merupakan salah satu Kabupaten di Sulawesi Selatan yang mempunyai wilayah yang terbentang dipesisir selat Makassar,membujur dari arah selatan ke utara sepanjang kurang lebih 78 Km. Kabupaten Barru secara geografis terletak pada Koordinat 4’0,5’49” sampai 4’47’35” Lintang selatan dan 119’35’0” sampai 119’49’16” Bujur Timur yang mempunyai luas wilayah kl. 1.174,72 km2 ( 117.427 Ha ), dengan batas wilayah sebagai berikut : xii - Sebelah selatan dengan Kabupaten Pangkep - Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar - Sebelah utara berbatasan dengan Kota Pare-Pare, dan - Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Soppeng. Secara Topografis Kabupaten Barru mempunyai wilayah yang cukup bervariasi ,terdiri dari daerah laut , dataran rendah dan daerah pegunungan dengan ketinggian antara 100 sampai 500 m diatas permukaan laut(mdpl) Wilayan tersebut berada disepanjang timur Kabuapaten sedangkan bagian barat, toppgrafi wilayah dengan ketinggian 0 – 20 m dpl berhadapan dengan selat makassar. Iklim di wilayah kabupaten Barru termasuk tropis, dalam waktu satu tahun terjadi 2 kali pergantian musim, yaitu musim hujan terjadi pada pada bulan Oktober hingga Maret, angin bertiup dari arah barat, dan usim kemarau terjadi pada bulan April hingga September, angin bertiup dari arah timur. Berdasarkan tipe iklin dengan metode zone agroklimatologi yang berdasarkan pada bulan basah ( curah hujan lebih dari 200 mm/bulan) dan bulan kering ( curah hujan kurang dari 100 mm/bulan ), di Kabupaten Barru terdapat seluas 71,79 % wilayah (84.340 Ha) dengan tipe iklim C yakni mempunyai bulan basah berturut – turut kurang dari 2 bulan ( April sampai dengan September). Total hujan selama setahun sebanyak 113 hari dengan jumlah curah hujan sebesar 5.252 mm. Curah hujan berdasarkan hari hujan xiii terbanyak pada pada bulan Desember – Januari dengan jumlah curah hujan masing – masing 104 mm dan 17 mm. Jenis tanah di Kabupaten Barru didominasi oleh jenis regosol seluas 41.254 Ha ( 38,20) ; Mediteran seluas 32.516 Ha (27,68 %) ; Lisotol selauas 29.043 Ha (24,72%) ; Alluvial seluas 4.659 ha (12,48 %). Berdasarkan karakteristik sumber daya alam yang ada, kabupaten Barru mempunyai 4 wilayah, yaitu : Wilayah pegunungan yang berada disebelah timur, pada umumnya berada di kecamatan Pujananting dan kecamatan Tanete Riaja. Wilayah ini merupakan daerah pertanian, pertambangan dan daerah kawasan peternakan. Wilayah selatan adalah Kecamatan Tanete Rilau yang merupakan pintu gerbang dari Kabupaten Pangkep dengan Potensi Perikanan yang cukup luas seperti tambak dan perikanan laut. Wilayah tengah sebagai Ibu Kota Kabupaten Barru yang merupakan Pusat Agropolitan yang terletak di Kecamatan Barru. Wilayah utara yang terdiri dari Kecamatan Balusu, Soppeng Riaja dan Kecamatan Mallusetasi yang merupakan pintu keluar ke Kota Parepare, wilayah ini disamping sebagai Daerah Pertanian dan Perikanan, juga adalah Daerah Wisata khususnya Wisata laut yang terletak di Kecamatan Mallusetasi.Kondisi topografi Kabupaten Barru yang xiv cukup bervariasi ini terdiri dari laut,dataran rendah, dan daerah pegunungan. Berdasarkan uraian diatas maka penulis mencoba melakukan penelitian untuk menilai kembali apakah pembangunan pelabuhan fery Garongkong Kabupaten Barru layak dari segi Financial?. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka dapat diidentifikasikan masalahmasalah dalam penelitian ini dalam bentuk pertanyaan penelitian (research question) sebagai berikut: 1. Apakah proyek investasi pembangunan pelabuhan Fery Garongkong layak dari segi financial? 2. Apakah setelah pelabuhan beroperasi dapat membiayai dirinya sendiri? 3. Apakah dana yang di investasikan dapat kembali setelah umur ekonomis pelabuhan tersebut habis? 4. Apakah dengan adanya pelabuhan tersebut dapat memberikan sumbangan terhadap PAD Kabupaten Barru? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah menganalisis data; xv 1. Untuk menguji kelayakan pembangunan pelabuhan Fery Garongkong Kabupaten Barru dari segi Financial. 2. Menguji apakah pelabuhan tersebut setelah beroperasi dapat membiayai sendiri operasinya. 3. Menilai apakah investasi tersebut dapat kembali setelah umur tersebut dapat ekonominya habis. 4. Menganalisis apakah dengan adanya pelabuhan memberikan sumbangsi bagi PAD Kabupaten Barru? D. Batasan Penelitian Dalam penelitian ini kami hanya membatasi pada beberapa hal; 1. Untuk penilaian kelayakan kami hanya menilai dari segi financial saja. 2. Data yang digunakan adalah data yang ada di dinas perhubungan Kabupaten Barru. 3. Untuk umur ekonomis kami gunakan 25 tahun sesuai dengan umur ekonomis yang telah ditetapkan pemerintah untuk pelabuhan. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari proses sampai hasil penelitian ini, adalah; 1. Sebagai sarana bagi peneliti untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu yang didapat di bangku kuliah xvi 2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti bidang yang sama. 3. Sebagai bahan refrensi bagi pemerintah Daerah Kabupaten Barru dalam merumuskan kebijakan yang terkait dengan pelabuhan Fery Garongkong. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu MASFAR ARIEF, 2001. Analisis Kelayakan Finansial Pembangunan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Di Riau (Kemitraan Antara PT. Kurnia Pratama, KUD dan BUMD). Di bawah Bimbingan DJONI TANOPRUWITO DAN HARIANTO. Berdasarkan analisis sensitivitas yang dilakukan ternyata perubahan kenaikan harga jual CPO dan Kernel baik domestik maupun luar negeri menjadi hanya 10% setiap tahunnya menyebabkan proyek menjadi tidak layak secara finansial. Sementara itu perubahan kapasitas pabrik menjadi 21 ton TBS/jam masih memungkinkan proyek layak untuk dilaksanakan. Pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit ini memberikan manfaat bagi petani (hasil panen petani ataupun TBS yang tidak tertampung sudah bisa dikurangi, tambahan income, lapangan kerja baru), PT. Kurnia Pratama (keuntungan finansial, peluang kerjasama lebih lanjut, secara tidak langsung menjalankan tanggung jawab sosialnya) dan Pemda Riau/BUMD xvii (keuntungan finansial, mengatasi masalah TBS yang terbuang, mengurangi pengangguran, peluang kerja sama lebih lanjut). Ir. M.Zainul Arifin, MT dan Enik Muhemin, ST, 2009, “Analisis Ekonomi Pembangunan Pelabuhan Tanjung Awar-awar Kabupaten Tubang Jawa Timur”. Menemukan Proyek pembangunan pelabuhan Tuban dapat dikatakan layak dengan meninjau hasil analisa ekonomi yang dilakukan pada bab sebelumnya dengan menggunakan parameter-parameter Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR) dan Internal Rate of Return (IRR) dengan asumsi discount rate pinjaman Bank Dunia besarnya adalah 12 %. Pada discount rate 5% sampai 15% nilai NPV>0 dan nilai BCR>1, sedangkan pada discount rate 20% sampai 25% nilai NPV<0 dan nilai BCR<1. Hal ini menunjukkan bahwa nilai IRR berada pada kisaran discount rate 10% dan 15% Nilai IRR yang didapatkan 13,76%. Analisa ekonomi dilakukan dengan proyeksi 25 tahun kedepan dimulai dari tahun 2007, dengan menggunakan tingkat suku bungan 5%, 10%, 15%, 20% dan 25%, diperoleh nilainilai NPV, BCR dan IRR sebagai berikut: tingkat suku bunga 5%, nilai NPV = 594,383,230,862, nilai BCR = 2,417 tingkat suku bunga 10%, nilai NPV = 127,482,398,296, nilai BCR = 1,365 xviii tingkat suku bunga 15%, nilai NPV = -42,039,270,762, nilai BCR = 0,860 tingkat suku bunga 20%, nilai NPV = -106,540,280,349, nilai BCR = 0,593 tingkat suku bunga 25%,nilai NPV = -129,903,133,801, nilai BCR = 0,437 Dan nilai IRR yang didapatkan ialah sebesar 13,76%, yang mana nilai ini dapat diterima (layak) bila meninjau tingkat suku bunga pinjaman Bank Dunia yang besarnya ada pada kisaran 12%. Analisa sensitivitas pada variasi meningkatnya modal investasi mulai dari 5% hingga 25%, yang ditinjau dengan menggunakan tingkat suku bunga 5%, 10%, 15%, 20% dan 25% menunjukkan nilai-nilai NPV, BCR dan IRR yang masih dapat diterima (layak) bila ditinjau terhadap tingkat suku bunga pinjaman Bank Dunia yang besarnya sekitar 12%. Setelah dilalukan analisa sensivitas maka di dapatan kesimpulan bahwa jika ada kemungkinan perubahan modal dasar-dasar investasi mulai dari 5%,10%,15%,20% dan 25 % di dapatkan investasi masih layak karena asumsi standar pinjaman Bank Dunia sebesar 12 % masih diatas nilai IRR sensitivitas. Agunan P. Samosir, 2005, “Analisis Kelayakan Penggabungan Usaha PT Pelindo I (Persero) dan PT Pelindo II (Persero). Menemukan bahwa; xix 1. Analisis keuangan dengan menggunakan metode DEA untuk mengukur tingkat efisiensi keuangan relatif dimana input di-proxy dari total aset, biaya usaha, modal usaha, dan total kewajiban yang meliputi hutang jangka pendek dan jangka penjang dan output diproxy dari laba kotor (earning before tax) serta total pendapatan; menunjukkan bahwa di lingkungan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II yang memiliki tingkat efisiensi keuangan relatif didominasi oleh cabang-cabang kelas I seperti pelabuhan Palembang, Teluk Bayur dan Pontianak. Sedangkan pelabuhan cabang kelas II hanya di pelabuhan Banten. Di antara pelabuhan Utama yang memiliki tingkat efisiensi keuangan relatif hanya di pelabuhan Panjang. 2. Dari 16 sampel cabang pelabuhan di Wilayah Pelindo I yang di analisis, ternyata terdapat 9 pelabuhan yang memiliki tingkat efisiensi keuangan relatif rendah (≤ 75%) yaitu pelabuhan Malahayati, Kuala Langsa, Selat Panjang, Rengat, Gunung Sitoli, Bengkalis, Dumai, Tanjung Asahan, dan Sibolga. Sedangkan 7 pelabuhan cabang lainnya, memiliki tingkat efisiensi keuangan relatif tinggi yaitu pelabuhan Lhokseumawe, UTPK Belawan, Tanjung Balai Karimun, Belawan, Tembilahan, Tanjung Pinang, dan Pekan Baru. 3. Kenaikan pendapatan yang diperoleh kedua BUMN ini pada tahun 1998 sampai dengan tahun 2002 lebih dipicu oleh pendapatan yang xx sifatnya non operating (win fall profit), kenaikan tarif terutama pada tahun 2000, privatisasi JICT, kenaikan tarif petikemas tahun 2002. Sementara pengaruh pendapatan yang diperoleh dari kenaikan produksi relatif sedikit seiring dengan tingkat produksi yang ada pada kurun waktu tersebut. Di pihak lain, nilai piutang usaha (bed debt) di tahun 2001 di Pelindo II telah mencapai Rp 90,6 milyar atau sekitar 28,09% dari perolehan laba usaha di tahun yang sama. 4. Tahun 2000 terdapat 6 pelabuhan cabang/UPT yang masih merugi di lingkungan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II dan jumlah menurun menjadi 5 cabang/UPT yang masih merugi pada tahun 2001. Sedangkan di lingkungan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I, jumlah pelabuhan cabang yang merugi di tahun 2000 adalah 7 cabang dan jumlahnya naik menjadi 9 cabang di tahun 2001. Dari segi hasil usaha, terutama operating ratio dan working ratio kedua BUMN ini sangat kondusif dan sangat signifikan. Namun dalam hal ROI, usaha di sektor pelayanan jasa kepelabuhanan kurang memiliki nilai kompetitif. 5. Analisis operasional didasarkan atas penilaian terhadap kinerja pelayanan yang dihasilkan oleh masing-masing 4 pelabuhan sampel yakni Belawan, Dumai, Pekanbaru, dan Lhokseumawe untuk Pelindo I dan pelabuhan Tanjung Priok, Panjang, Palembang serta pelabuhan Pontianak di Pelindo II. Secara umum masing-masing pelabuhan xxi cabang sampel tersebut kinerjanya berada pada tingkat di bawah kewajaran, meskipun sangat fluktuatif. 6. Analisis nilai manajerial terhadap merger didasarkan atas konsideran nilai weakness, nilai timbang, dan nilai kinerja terhadap 3 aspek yang menjadi obyek penelitian yakni aspek keuangan, kepengusahaan, dan operasional pelabuhan. Hasil akhir nilai kinerja secara totalitas menunjukkan angka negatif. Kondisi demikian mengindikasikan sebagian dari ketujuh aspek di atas masih perlu dilakukan pembenahan secara manajerial agar dapat memperbaiki nilai weakness dan menaikkan nilai timbang. B. Landasan Teori 1. Konsep Nilai Waktu Uang Guna menilai kelayakan suatu proyek menggunakan beberapa parameter yakni konsep nilai waktu uang (time value of money). Dalam konsep ini perlu dipahami adanya compounding dan discounting factor yang merupakan faktor-faktor yang digunakan dalam mengevaluasi kelayakan proyek. 2. Nilai Yang Akan Datang (Compounding Factor, Cf) Compounding factor merupakan faktor bilangan yang menyatakan hubungan antara nilai yang akan datang (future value / F) terhadap nilai sekarang (present value / PV). Untuk bunga sederhana dirumuskan xxii sebagai berikut: Fn = PV(1+i)n............................... . (1) Keterangan : Fn = nilai uang yang akan datang pada tahun n PV = nilai uang saat ini i = bunga (interest) dinyatakan dalam persen (%) n = tahun ke n, n = 0,1,2,3,4,... (1+i)n = Compounding factor (Cf). 3. Nilai Sekarang Pemakaian nilai sekarang adalah kebalikan Compounding factor (Cf). Jika dalam Cf, yang ditanyakan adalah berapa nilai saat ini di kemudian hari, maka dalam nilai sekarang hal yang ditanyakan adalah berapa nilai uang di kemudian hari (F) berdasarkan nilainya saat ini (PV). Hal ini berarti mendiskontokan nilai uang di kemudian hari dengan tingkat suku bunga (i) yang berlaku saat ini yang dirumuskan sebagai berikut : 3.1 Investasi Menurut Napa J. Awat (1999) Invesatsi adalah suatu tindakan melepaskan dana saat sekarang dengan harapan dapat menghasilkan arus xxiii dana masa datang yang jumlahnya lebih besar dari dana yang dilepaskan pada saat investasi awal (initial investment.”1)) Dan menurut James C. Van Home (1981) Investasi adalah kegiatan yang dilangsungkan yang memanfaatkan pengeluaran kas pada waktu sekarang ini untuk menghasilkan laba yang diharapkan dimasa mendatang. 2) Sedangkan menurut Firtz Gerald (1987) menyatakan bahwa Investasi adalah aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber untuk dipakai mengadakan barang modal pada saat sekarang ini dan dengan barang modal tersebut akan dihasilkan aliran produk di masa yang akan datang. 3) Jadi penurut penulis bahwa Investasi itu adalah suatu tindakan atau aktivitas pengeluaran modal atau barang modal pada saat sekarang ini dengan tujuan untuk mendapatkan arus dana/modal atau suatu produk yang mempunyai nilai yang lebih besar dimasa yang akan datang atau pada jangka waktu tertentu. Jadi pada perinsipnya orang melakukan investasi dengan harapan agar dana atau modal yang mereka korbankan pada saat ini dapat kembali pada kurun waktu tertentu dimasa mendatang dengan nilai yang lebih besar. 1) ) Napa J. Awat, Manajemen Keuangan Pendekatan Matematis., (PT. Gramedia Pustaka Utama., Jakarta, 1999), hal. 29. 2) James C. Van Horne., Financial Management and Policy, (5th ed., New Delhi: Prentice – Hall of India, 1981), hal. 106. 3) E.V.K. Firtz Gerald, Public Sector Investment Planning for Developing Countries, (1st ed. London: The MacMillan Press Ltd., 1987), hal. 6. xxiv Karena investasi sangat erat kaitannya dengan penganggaran pengeluaran modal (capital budget), maka penulis mencoba mengutif beberapa pandapat dari para ahli tentang pengertian dari capital budgeting tersebut. Salim Basalama dkk (1994) dalam bukunya Penilaian Kelayakan Rencana Penanaman Modal memberikan pengertian tentang capital budget dan capital budgeting. Menurutnya capital budget adalah capital expenditure budget. Angaran pengeluaran modal ini tidak lain dari taksiran pengeluaran dana yang diperlukan untuk membelanjai suatu usaha proyek, atau sebuah program investasi. Sedang capital budgeting menurutnya adalah proses penilaian terhadap usulan rencana penganggaran modal berjangka panjang, dua tahun atau lebih guna menetukan apakah rencana tersebut layak dilaksnakan atau tidak. 4) Sementara John J. Clark et.al (1987) menyatakan bahwa penganggaran pengeluaran modal (capital budgeting) merupakan salah satu bentuk keputusan dalam manajemen pembelanjaan yang mempertajam sasaran dan kriteria proyek penanaman sumber-sumber berjangka panjang (dua tahun fiscal atau lebih), proyek penanaman modal pada umumnya 4) S alim Basalamah; Murdifing Haming; dan Syafri Syam, Penilaian Kelayakan Rencana Penanaman Moda, (Yogyakarta., Gadjah Mada University Press., 1994), hal. 9. xxv mencakup pengadaan tanah, bangunan, fasilitas, peralatan, kendaraan dan sebagainya. 5) Dan menurut Bambang Riyanto (1989) Capital Budgeting adalah keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai pengeluaran dana dimana jangka waktu kembalinya dana tersebut melebihi waktu satu tahun. 6) Sementara Abbas Kartadinata (1983) menyatakan Capital Budgeting mencakup proses perencanaan pengeluaran uang yang mamfaatnya diperkirakan meliputi masa lebih dari satu tahun. 7) Jadi capital budget adalah suatu rencana tentang penggunaan dana untuk pengadaan barang modal. Dan capital budgeting adalah proses penilaian guna untuk mengambil keputusan mengenai layak tidaknya suatu rencana pengeluaran dana untuk jangka waktu lebih dari satu tahun. Dengan melihat dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan di depan, maka akan kita dapat gambaran bahwa investasi itu bermacammacam jenisnya. Menurut Napa J. Awat (1999) investasi itu dapat dikelompokan kedalam dua bagian. Pertama, dilihat dari ruang lingkup usahanya investasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu; (1) investasi pada aktiva nyata (real assets atau real investment), misalnya untuk pendirian pabrik5) J ohn J. Clark, ewt.al., Capital Budgeting Planning and Control of Capital Expenditure, (14th ed, Englewood Cliffs Nj, Prentice – Hall, Inc, 1979), hal. 3. 6) Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, (Yogyakarta: Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada., 1989), hal. 110. 7) Kartadinata, Abbas. Drs., Pembelanjaan Pengantar Manajemen Keuangan, (cetakan kedua; PT. Bina Aksara: Jakarta, 1989), hal. 219. xxvi pabrik, pendirian hotel/restoran, perkebunan, dan lain-lain. Dan (2) investasi pada aktiva keuangan (financial assets atau finance investment), seperti pembelian surat-surat berharga, baik berupa saham maupun obligasi. Kedua, ditinjau dari segi kepastian memperoleh keuntungan, investasi dapat dibagi menjadi investasi yang bebas resiko (free risk investment) dan investasi yang beresiko (risk investment). 8) Pada waktu kita mulai memikirkan untuk melakukan investasi, terdapat tiga kemungkinan kondisi dimana tergantung dari jenis investasi apa yang sedang dipikirkan. Kondisi pertama, ialah apabila kita sedang memikirkan kemungkinan melakukan investasi nyata (real investment). Pada waktu kita mengambil keputusan investasi semacam ini, kita tidak perlu terlebih dahulu merisaukan masalah apakah tersedia dan bagi pembiayaan invesatasi itu atau tidak. Yang penting ialah apakah alternatif invesatasi yang dipilih itu menguntungkan atau tidak, terutama bagi pendirian proyek-proyek baru. Misalnya, alternatif investasi itu berupa proyek-proyek perkebunan, perikanan, pertambangan, real estat, pabrik-pabrik pengolahan dan lain sebagainya. Keputusan untuk memilih alternative proyek yang menguntungkan ini diatur melalui keputusan investasi. Pengertian keputusan investasi semacam ini menyangkut penggunaan dana (use of funds) untuk pembelian berbagai 8 ) Napa J.Awat, Manajemen Keuangan Pendekatan Matematis., PT. Gramedia Pusaka Utama, Jakarta, 1999), hal. 29. xxvii aktiva nyata (real assets) bagi pendirian proyek-proyek bersifat fisik, dimana pada waktu kita melakukan penilaian terhadap usulan proyek kita tidak perlu/harus mempertimbangkan apakah kita memiliki daya atau tidak. Kondisi yang kedua, ialah apabila alternatif penggunaan dana itu bukan untuk membeli aktiva nyata tetapi untuk membeli aktiva keuangan (financial assets) seperti saham, ataupun obligasi, maka pada waktu kita melakukan penilaian kita pasti sudah memiliki dana, sebab adalah sangat riskan apabila kita meminjam dana dari luar untuk sekedar melakukan investasi dibidang pembelian suarat-surat berharga. Investasi demikian sering disebut sebagai investasi keuangan (financial investment). Kondisi ketiga, ialah apabila kita sedang memikirkan tentang bagaimana sebaiknya struktur aktiva, sehinggah keputusan investasi itu akan menyangkut beberapa aktiva dana (allocation of funds) bagi pembelian aktiva nyata, dan berapa untuk pembelian aktiva keuangan. 3.2 Perhitungan Arus Kas Dalam Studi Kelayakan Proyek atau penilaian suatu investasi, arus kas ini meduduki tempat yang sangat penting sebab pengeluaran dan penerimaan proyek dimasa mendatang selalu dinyatakan dalam bentuk arus kas. Penilaian kelayakan juga didasarkan atas perbandingan arus kas masuk dan arus kas keluar. xxviii Masalah proyek juga dinyatakan dalam bentuk arus kas, dan bukannya dalam wujud laba menurut pandangan akuntansi. Sebuah perusahaan atau seorang investor yang memakai dana kasnya untuk membelanjai pembangunan dan atau pengadaan suatu proyek pada masa sekarang ini selalu berharap agar penerimaan kas dimasa yang akan datang selama usia ekonomis proyek adalah lebih besar dari pada dana kas dimasa datang kas yang telah dikeluarkan pada saat sekarang ini oleh karena itu tugas kritis, atau tugas yang sangat penting bagi seorang evaluatir proyek ialah kemapuan untuk melakukan pendugaan arus kas proyek dimasa mendatang tersebut dengan cermat dan tepat. Jika taksiran arus kas akan datang tersebut akurat, maka simpulan yang ditarik berdasarkan data arus kas yang dinyatakan juga akan menjadi akurat pula. Ddemikian pula sebaliknya, jika arus kas yang diestimasikan tidak cermat maka keputusan yang diambil berdasarkan data arus kas yang dinyatakan itu juga turut menjadi tidak akurat pula dan pada gilirannya akan mempengaruhi perjalanan dan pertumbuhan perusahaan dimasa depan. Untuk memperjelas tentang arus kas, maka penulis akan mencoba memberikan pengertian tentang arus kas dari beberapa ahli. Pertama menurut Lerner (1971) menyatakan bahwa arus kas adalah pertambahan, atau peningkatan jumlah kas yang dihasilkan melalui kegiatan operasi xxix selama waktu tertentu, terdiri atas laba sesudah pajak ditambah dengan jumlah penyusutan, sedang rekening utang dan harta tetap tidak berubah.9) Kedua menurut Grahan Mott (1985) menyatakan istilah arus kas biasa digunakan untuk menjelaskan laporan keuangan, yaitu laba operasi setelah dikurangi dengan pajak dan pembayaran dividen, dengan menambahkan kembali beban penyusutan untuk tahun yang bersangkutan.10) Dan menurut J. Fred Weston dan Eugene F. Brighan (1997) arus kas adalah kas bersih actual yang “keluar-masuk” dari dan ke dalam suatu perusahaan. Arus kas berbeda dari laba akuntansi.11) Jadi pada dasarnya arus kas (cash flow) adalah suatu bentuk laporan keuangan yang menggambarkan kondisi kas bersih yang diperoleh dari penerimaan kas setelah dikurangi dengan kas keluar dan ditambahkan kembali dengan beban penyusutan pada tahun bersangkutan. Untuk mendapatkan nilai arus kas seperti yang dimaksud oleh definisi tersebut di atas dicari dengan mempergunakan bagan umum seperti yang nampak pada tabel 1. 9) Basalama, Salim., Haming, Murdifing., dan Syam, Syafri, Penilaian Kelayakan Rencana Penanaman Modal: (sebuah Studi Bermotif Laba, Yoyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994), hal. 42, mengutif dari: Eugene M. Lerner, Managerial Finance: A System Approach, (1st ed., New York: Harcourt Brarace Jovanivich inc., 1971), hal. 10) Grahan Mott., Menilai dan Merencanakan Penanaman Modal: buku Pedoman Merencnakan Laba bagi Manajer, (alih bahasa oleh Kishrandoko: PT. Pustaka Binama Presindo: Jakarta, 1985), hal. 31. 11) Weston J. Fred; dan Brighan. Eugene F., Managerial Finance, alih bahasa oleh Kirbrandoko., Wana A. Jaka., dan Dipokusumo, Supranoto., Dasar-dasar Manajemen Keuangan, (edisi sembilan, jilid 2: Erlangga, Jakarta., 1997), hal.46. xxx Dalam laporan arus kas, beban penyusutan di tambahkan kembali kepada laba sesudah pajak sebab pada kenyataannya penyusutan itu bukan beban pengeluaran kas (sekedar sebagai book-cost, dan bukan sebagai outof-pocket-cost) dan oleh karena itu penyusutan bukan bagian dari arus kas. Sebaliknya, beban bunga pinjaman eksploitasi dan tau utang dagang diperhitungkan sebagai biaya dan dimasukkan ke dalam baiya umum organisasi. Selanjutnya, dalam arus kas dimaksud di atas beban biaya bunga investasi tidak diperhitungkan sebagai biaya, melainkan sebagai beban biaya yang akan menjadi alat pengukur terhadap kemampuan arus kas bersih sesudah pajak, yaitu apakah arus kas bersih dimaksud dapat menutup beban biaya bunga investasi yang terutang, serta sekaligus memberikan balikan atau laba bagi investor. Tabel 1. Bagan Umum untuk Mendapatkan Nilai Arus Kas Bersih sesudah pajak Tahunan. A. Penerimaan Kas: Taksiran Hasil Penjualan = Taksiran Volume Penjualan X Harga Jual Penjualan Aktiva Tetap (jika ada)* Jumlah Penerimaan Kas B. Pengeluaran Kas: 1. Biaya Produksi: Biaya Bahan Baku Rp. ……………. Biaya Upah Lansung Rp. ……………. Biaya Umum Pabrik Rp. ………….. Rp. ………….. Rp. ………….. xxxi (Selain Penyusutan) Rp. ……………. + Jumlah Biaya Poduksi Rp.…………… 2. Biaya Penjualan Rp. …………… 3. Biaya Umum Organisasi Rp. …………… (selain penyusutan) 4. Penyusutan Aktiva Tetap Rp. …………… + Jumlah Beban Biaya Rp.…………. Laba Sebelum Pajak Rp.…………. Beban Pajak Rp.…………. – Laba Sesudah Pajak Rp.…………. Penyusutan Aktiva Tetap Rp.………. + ARUS KASH BERSIH SESUDAH PAJAK Rp..……….. *) Penjualan Aktiva tetap bukan penghasilan. Dia bukan revenue, melainkan disinvestasi, karena itu tidak terkena pajak. Kecuali untuk hasil penjualan. Di atas nilai buku aktiva yang bersangkutan. Penjualan aktiva memang menambah arus kas masuk, tetapi tidak menambah penghasilan Memperhatikan bagan diatas, arus kas terdiri atas dua unsur utama, yaitu; (a) laba sesuadah Fajak, dan (b) penyusutan. Secara ideal, akumulasi penyusutan yang ada dalam arus kas difungsikan sebagai dana pembayaran cicilan pinjaman investasi. Laba sesudah pajak dipakai sebagai akumulasi dana untuk; (a) membayar beban bunga investasi, dan (b) alat pembentuk laba kepada investor. Akumulasi cicilan pinjaman investasi akan sebesar dengan jumlah modal yang diinvestasikan (investasi inisial) dan di lain pihak akumulasi penyusutan ditambah nilai sisa juga akan sama dengan nilai inisial investasi tersebut. xxxii Karena itu pulalah sehingga dikatakan, akumulasi penyusutan menurut adanya, sebaiknya diakumulasikan untuk menjadi alat untuk melunasi beban investasi inisial. Sedang arus kas bersih sesudah pajak setelah dikurangi dengan penyusutan berfungsi sebagai alat pembentuk laba dan alat pembayar bunga investasi. Derajat kemampuan arus kas memenuhi fungsi tersebut secara langsung dinilai pada aplikasi metode nilai sekarang (present value) dimana beban bunga investasi dijadikan sebagai factor pengurang (discount factor) dan nilai sekarang total dibandingkan dengan nilai sekarang investasi inisial. Jika NPV (nilai sekarang bersih) proyek bertanda positif , berarti proyek memiliki arus kas yang lebih besar daripada investasi dan oleh karena itu, arus kas yang diestimasi memiliki surplus untuk investor. Jika nilai sekarang bersih itu bertanda negative, berarti arus kas yang diperhitungkan tidak mampu menutup bunga investasi ditambah beban biaya investasi inisial. Untuk memudahkan pemahaman, serta sekaligus untuk menghindarkan kesalahan pemakaian berikut ini dikemukakan contoh sederhana. Misalkan sebuah proyek memerlukan dana investasi sebesar Rp. 500 juta, 50% ditutup dengan pinjaman dengan bunga @ 18% per tahun. Proyek memiliki usia ekonomis 10 tahun dengan tampa nilai sisa dan disusutkan menurut metode garis lurus. Penerimaan hasil penjualan pertahun Rp. 200 juta. Beban biaya tunai perkas (out-of-pocket-cost) untuk produksi, penjualan xxxiii serta organisasi umum perusahaan sebeasr Rp. 90 juta dan tingkat pajak diperkirakan 30%. Maka arus kas bersih sesudah pajak untuk proyek tersebut di atas adalah sebagai berikut ; (a) Perhitungan dengan memakai model tersebut pada table 1; Tabel 2. Contoh Laporan Laba Rugi Penerimaan Hasil Penjualan Biaya : Biaya Tunai Per Kas Penyusutan Jumlah Beban Biaya Laba Sebelum Pajak Pajak 30 % Laba Sesudah Pajak Penyusutan Arus Kas Bersih Sesudah Pajak Rp. 200 juta Rp. 90 juta Rp. 50 juta + Rp. 140 juta Rp. 60 juta Rp. 18 juta Rp. 42 juta Rp. 50 juta + Rp. 92 juta (b) Sedang apabila laba bersih sesudah pajak (EAT) dihitung menurut perinsip akuntansi, diperoleh: Tabel 3. Contoh Laporan Laba Rugi Penerimaan Hasil Penjualan Rp. 200 juta Biaya : Biaya Tunai Per Kas Rp. 90 juta Penyusutan Rp. 50 juta + Jumlah Beban Biaya Rp. 140 juta Laba Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT) Rp. 60 juta Bunga 18%X50%X500 juta Rp. 45 juta Laba Sebelum Pajak (EBT) Rp. 15 juta Pajak 30 % X 15 juta Rp. 4,5 juta Laba Sesudah Pajak Rp. 10,5 juta Jika dipakai secara langsung formula yang dikemukakan diatas, yaitu: xxxiv NICF = EAT + Depreciation Diperoleh ; NICF = RP. 10,5 juta + Rp. 50 juta = Rp. 60,5 juta Tentu saja hasil yang diperoleh ini tidak selaras dengan makna hakiki NICF, sebab EAT untuk mendapatkan NICF harus tidak memperhitungkan bunga investasi dan bukannya EAT menurut akuntansi yang memperhitungkan bunga sebagai biaya yang harus dikurangkan dari penerimaan hasil penjualan. Apabila EAT dipahamkan menurut artian akuntansi dan bukannya menurut artian Evaluasi Proyek Perusahaan, maka untuk mendapatkan nilai arus kas sesudah pajak (NICK) yang benar harus dipakai formula: NICF Dimana ; = EAT + Depreciation + (1-t) . Interest NICF = Nilai arus kas sesudah pajak EAT = Labah bersih sesudah pajak D = Penyusutan t = tingkat pajak l = beban bunga sehinggah untuk contoh di atas melalui pendekatan akuntansi diperoleh: NICF = Rp. 10.5 juta + Rp. 50 juta + (1-0.30) . Rp. 45 juta = Rp. 92 juta xxxv Arus kas proyek dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai macam golongan menurut dari sudut mana arus kas tersebut diamati. Pengelompokan arus kas dapat dilihat dari sudut jenis transaksi kas, sifat arus kas, dan saat terjadinya arus kas tersebut. 3.2.1 Klasifikasi Menurut Jenis Transaksi Dilihat dari sudut pandangan ini, arus kas dibedakan ke dalam arus kas (cash in-flow) dan arus kas keluar (cash out-flow). 1) Arus Kas Masuk Arus kas masuk ialah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang melahirkan keuntungan kas (penerimaan kas). Arus kas masuk ini dapat dibedakan dalam: 1. penerimaan hasil hasil penualan keluaran (revenue) 2. penerimaan hasil penjualan aktiva tetap yang disisihkan dari penggunaan, dan 3. nilai sisa proyek, yaitu nilai aktiva tetap yang diterima kembali pada akhir usia ekonomis. Unsur arus kas masuk yang paling utama ialah penerimaan hasil penjualan. 2) Arus Kas Keluar Arus kas keluar ialah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang mengakibatkan beban pengeluaran kas. xxxvi Arus kas keluar ini dibedakan ke dalam: 1. pengeluaran investasi, yaitu beban pengeluaran kas untuk membelanjai kegiatan pembangunan proyek, 2. pppengeluaran investasi baru, yaitu beban pengeluaran kas yang bertujuan untuk membiayai keperluan investasi baru, seperti keperluan peningkatan efisiensi proses produksi, dan lain-lain, 3. pengeluaran operasi, yaitu pengeluaran kas untuk membelanjai kegiatan operasi proyek perusahaan agar dapat menjalankan fungsi komersialnya, asasinya seperti belanja produksi dan pemasaran., 4. pengeluaran non-operasi, yaitu pengeluaran kas untuk kegiatan nonoperasi, seperti biaya manajemen, biaya riset, biaya pajak, biaya cicilan pinjaman, beban bunga, dan sebagainya. 3.2.2 Klasifikasi Arus Kas Menurut Sifatnya Dari sudut penggolongan ini, dikenal: 1. arus kas bruto, adalah arus penerimaan kas total sebelum diperhitungkan beban pengeluaran kas (ross benefit), 2. Arus kas bersih, adalah arus kas bruto setelah dikurangi beban arus kas keluar (net benefit), 3. Arus kas bersih setelah pajak (net income cash flow) adalah arus kas bersih sesudah diperhitungkan pajak kemudian ditambah dengan penyusutan aktiva tetap. xxxvii Jenis arus kas yang pertama dipakai jika analisis dilakukan dengan mempergunakan Gross Benefit Cos Ratio, sedang jenis yang kedua untuk Net Benefit Cost Ratio, dan yang ketiga jika dipergunakan Present Value Methode, dan lain-lain. 3.2.3 Klasifikasi Menurut Saat Terjadinya Dari sudut pandang ini, dikenal: 1. Arus kas inisial (initial cash flow), ialah arus kas yang terjadi pada awal pelaksanaan proyek (biasanya diidentifikasi sebagai periode 0) dengan tujuan membiayai pembangunan/pengadaan proyek. Arus ini lazim disebut ”Initial Cash Flow”. 2. Arus kas proyek berjalan (intermediate cash flow), adalah arus kas yang terjadi selama proyek berjalan, yaitu sejak memasuki pase operasi komersial hinggah akhir masa operasi proyek. Dalam arus ini terjadi arus kas keluar dan arus kas masuk, 3. Arus kas terminal (terminal cash flow), ialah arus kas yang terjadi pada akhir masa operasi proyek dan terdiri atas arus penerimaan nilai sisa, serta pemulihan modal kerja. Dalam analisa kelayakan investasi, arus kas yang selalu dijumpai ialah: 1. arus kas inisial (initial cash out flow), 2. arus kas bersih sesudah pajak, dan xxxviii 3. arus kas terminal (terminal cash flow). 3.3 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek merupakan pengkajian secara menyeluruh dan teliti terhadap rencana pengeluaran modal guna menilai apakah rencana investasi tersebut memenuhi syarat untuk dilaksanakan atau tidak, penilaian mana didasarkan atas hasil perbandingan antara biaya investasi yang bersangkutan dengan maslahatnya. Setiap usulan proyek yang diajukan semestinya dilakukan penilaian terhadap segala aspek kelayakannya, agar dikemudian hari resiko dari usulan proyek tersebut bias ditekan seminim mungkin. Suatu proyek berhasil dilaksanakan tentunya didahului oleh studi kelayakan yang cermat dan tepat. Mengenai hal itu Suad Husnan dan Suwarsono (1984) menyatakan bahwa studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek invesasi) dilaksanakan dengan berhasil.12) Bagi proyek perusahaan maslahnya adalah arus kas bersih sesudah pajak (net income cash flow), dan proyek tersebut dikategorikan layak jika arus kas bersih pasca pajak itu lebih besar daripada biaya investasinya. Sedang bagi proyek pemerintah maslahatnya tersebut dapat berwujud penghematan devisa, penigkatan penerimaan devisa, perluasan kesempatan kerja, dan kegunaan sosial lainnya. xxxix 3.3.1 Kegunaan Studi KelayakanProyek Pada umumnya proyek itu memanfaatkan dana yang tidak kecil jumlahnya, dilakukan pada saat sekarang ini dan kemanfaatannya baru akan diterima setelah proyek dioperasikan di masa mendatang, sedang waktu yang akan datang itu penuh dengan ketidak pastian. Kenyataan ini berhadapan dengan berbagai pilihan cara pemanfaatan dana, termasuk tempat penggunaan dengan resiko yang relative kecil seperti menanam dana modal dalam bentuk deposito berjangka. Adalah rasional jika setiap pemilik dan selalu membandingkan keuntungan yang akan diperolehnya jika dana tersebut didepositokan dengan apabila dana itu diinvestasikan keproyek-proyek komersial. Kiranya wajar jika dari hasil perbandingan itu memiliki dana memutuskan untuk tidak menanam dnananya pada proyek komersialdan mendepositokan uangnya itu jika hasil penelitiannya menyajikan data bahwa laba deposito lebih besar daripada laba yang diharapkan dari penanaman modal (investasi). Dengan memperhatikan sari-pati yang tersirat dalam uraian yang diketengahkan di atas maka studi kelayakan investasi ini memilikike manfaatan: 1. Memandu pemilik dana atau investor untuk mengoptimalkan penggunaan dana yang dimilikinya itu. 2. memperkecil resiko keputusan investasi, sekaligus memperbesar peluang keberhasilannya. xl 3. Mengungkapkan alternative investasi yang didukung oleh hasil analisis kuantitatip yang teruji kecermatannya, sehinggah manajer puncak mudah mengambil keputusan yang akurat. 4. mengungkapkan keseluruhan aspek proyek seutuhnya sehinggah keputusan menerima atau menolak sebuah usulan proyek tidak hanya dilandaskan atas kelayakan financial saja, melainkan atas seluruh aspek yang berpengaruh. Melalui studi kelayakan investasi tersebut, dana diharapkan tersalur ke sector: 1. yang paling menguntungkan investor akan memperoleh balikan yang memadai, 2. yang keluarannya diperlukan oleh masyarakat konsumen sehinggah di satu sisi keluaran itu akan memiliki permintaan efektif yang memadai, sedang di sisi lainnya masyarakat memperoleh kemudahan untuk mendapatkan komoditi yang diperlukannya, 3. yang akan menghemat devisa (menghasilkan keluaran substitusi impor), atau menaikkan penerimaan devisa (menghasilkan komoditi ekspor), atau sektor yang memperluas kesempatan kerja. 3.3.2 Aspek Studi Kelayakan Investasi Aspek yang harus dikaji di dalam mengerjakan sebuah studi kelayakan investasi (proyek) ialah: xli 3.3.2.1 Aspek Pasar dan Pemasaran Studi tentang pasar dan pemasaran harus mampu menjawab pertanyaan yang menyangkut: 1. taksiran volume permintaan, baik permintaan industri maupun permintaan terhadap keluaran perusahaan yang diteliti. Taksiran volume permintaan ini setidak-tidaknya mencakup usia ekonomis proyek yang diestimasikan, 2. taksiran volume penjualan yang mapu dicapai, serta estimasi mengenai andil pemasaran (market share), 3. program pemasaran, mencakup marketing mix strategy, serta taksiran siklus usia produk lengkap dengan kerangka kebijaksanaan yang direncanakan ditempuh pada setiap tahapan pada siklus tersebut, 4. kebijaksanaan harga jual dan nalisis hubungan kausalnya dengan harga produk saingan, baik yang dihasilkan di dalam negeri maupun yang diimpor. 3.3.2.2 Aspek Teknik dan Produksi Studi mengenai aspek ini harus mampu menjawab; 1. keterangan mengenai mesin yang diputuskan dibeli, 2. patut diingat, bahwa di satu sisi mesin yang dibeli pada saat sekarnag ini sekaligus mencerminkan jumlah sediaan kapasitas xlii serta mutu teknologi sasaran produksi yang akan didayagunakan pada masa mendatang, sedang di sisi lainnya rekayasa dan riset akan melahirkan teknologi baru. Da;am studi harus dijelaskan gambaran umum mengenai keberadaan efisiensi alat yang diadakan terutama dalam hubungannya dengan dugaan mengenai mutu teknik alat yang kemungkinan akan memasuki pasar barang modal dalam waktu dekat ini. Studi harus meyakinkan bahwa teknologi paling baru pada kurun masa sekarang. 3. pembekal dan kapasitas pembekal, 4. dalam studi mengenai aspek teknis dan produksi harus dijelas kan pihak siapa yang akan membekali proyek, berapa kapasitasnya, mutu bekalan yang ditawarkan, faktor harga dan kesinambungannya. Jika perlu bahan baku atau bahan penolong impor, maka dalam studi harus pula dijelaskan persoalan yang menyangkut kelancaran pembekalan dan tinjauan atas kebijaksanaan pemerintah mengenai impor bahan itu, 5. pemilihan lokasi pabrik, 6. disain proses produksi dan karakteristik proses yang dipilih, 7. dalam disain proses harus dijelaskan tata urutan pengerjaan, tata letak alat dan bangunan, sedang mengenai sifat proses harus dijelaskan apakah sistem merupakan integrated processing atau non-integrated processing, xliii 8. persoalan limbah dan resiko pencemaran, termasuk ancangancang penanganannya, 9. apakah tenaga kerja terdidik cukup tersedia sehingga kemampuan tenaga kerja tersebut selaras dengan jenis teknologi mesin yang tersedia, 10. persoalan suku cadang dan reparasi alat/mesin. 3.3.2.3 Aspek Keuangan Studi mengenai aspek keuangan harus menjawab dan menjelaskan masalah yang menyangkut; 1. jumlah dana yang diperlukan, baik untuk keperluan investasi awal maupun untuk kebutuhan modal kerja, 2. sumber dana, biaya modal dan ancangan struktur modal yang layak, 3. proyeksi anggaran kas yang merinci perkiraan arus kas masuk dan arus kas keluar. Proyeksi arus kas ini berguna untuk melaksanakan analisis kelayakan finansial dengan menggunakan payback methode, NPV, IRR, Profitability Index (PI), Average Rate of Return (ARR), Benefit Cost Analysis (BCA), dan sebagainya, 4. pembuatan laporan keuangan proforma, analisis sumber dan penggunaan dana, serta analisis titk impas (BEP). xliv 3.3.2.4 Aspek Ekonomi dan Sosial Aspek ini harus merinci: 1. pengaruh proyek terhadap peningkatan penghasilan negara (pajak pendapatan, PPn, pajak impor, pajak ekspor, dan pajak lainnya). 2. pengaruh proyek kepada penerimaan dan penghematan devisa, 3. sumbangan proyek terhadap perluasan kesempatan kerja, serta proses alih-teknologi, 4. kegunaan umum yang disumbangkan kepada masyarakat, seperti jalanan, penerangan listrik, fasilitas kesejahteraan lainnya (sarana olah raga, sekolah, pusat pelayanan kesehatan), dan lain-lain, 5. hubungan proyek dengan proyek lainnya, khususnya hubungan input-output, apakah proyek menjadi pembekal proyek lainnya (industri hulu), atau pasar dari proyek lainnya (industri hilir). 3.3.2.5 Aspek Organisasi dan Manajemen Studi mengenai aspek ini harus mampu mengungkapkan: 1. selama pase pembangunan proyek, siapa pelaksana pembangunan proyek, pihak siapa yang melaksanakan studi dan penelitian, organisasinya dan manajemennya apakah disatukan dengan organisasi dan manajemen perusahaan, atau tersendiri, serta masalah jaringan kerja proyek, xlv 2. setelah proyek memasuki pase operasi komersial, bagaimana organisasinya, deskripsi jabatan, personil (jumlah formasi, jenjang jabatan dan syarat-syarat penerimaan dan promosi), dan sebagainya. 3.3.2.6 Aspek Hukum Studi tentang aspek hukum proyek harus menjelaskan : 1. Bentuk hukum dari organisasi perusahaan kelak sesudah memasuki pase operasi komersial. 2. hubungan perburuhan, serta aturan menagani pemutusan hubungan kerja (PHK) 3. Akte pendirian, dan izin-izin yang harus dimiliki baik pada waktu melaksanakan persiapan, pelaksanaan pembangunan, maupun pada waktu memasuki pase operasi komersial. 3.4 Metode Penilaian Investasi Setiap usul investasi perlu mendapat penilaian terlebih dahulu, baik ditinjau dari aspek ekonomi, teknis, pemasaran maupun dari aspek keuangannya. Dari aspek keuangan, suatu usul investasi akan dinilai apakan menguntungkan atau tidak dengan menggunakana berbagai metode. Namun pada dasarnya dari berbagai literatur yang ada rata-rata hanya menggunakan lima metode, yaitu : xlvi 1. Payback periode, 2. Accounting rate return (ARR), 3. Net present value (NPV) 4. Internal rate return (IRR), 5. Pofitability Index (PI). Namun dalam tulisan ini penulis hanya menggunakan tiga metode, karena metode tersebut langsung digunakan dan lebih efektif. Namun pada bagian ini penulis akan menjelaskan kelima metode tersebut diatas. 3.4.1 Payback Periode Matode payback ini menunjukkan jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan seluruh modal yang digunakan pada investasi awal (initial investment). Apabila payback itu lebih pendek dari umur proyek, maka usul investasi tersebut dapat diterima, akan tetapi apabila payback itu lebih panjang dari umur proyek maka usul investasi tersebut terpaksa ditolak. Payback ini dapat dihitung dengan cara membagi initial invesment dengan proceeds tahunan sebagai berikut : Initial Investment Payback Periods = Annual Pr oceeds X 1tahun xlvii Misalnya suatu investasi senilai Rp. 18 Milyar yang mampu memperoleh sebesar Rp. 3 Milyar setahun, selama 10 tahun. Payback peeriode dapat dihitung sebagai berikut : Rp.18 milyar Payback periode = Rp. 3 milyar X 1tahun 6 tahun Artinya, jumlah proceeds yang diperoleh selama 6 tahun persis sama dengan jumlah initial invesment cost, sehingga setelah 6 tahun proyek tersebut dapat mengembalikan seluruh modalnya melalui pengumpulan cash flow/proceeds. Karena umur proyek itu 10 tahun sedangkan payback hanya 6 tahun maka usul proyek tersebut dapat diterima. 3.4.2 Accounting Rate of Return Metode Accounting Rate of Return (ARR) ini mengukur profitabilitas suatu investasi dari segi akuntansi konvensional. Caranya ialah dengan membagi EAT (laba setelah dikurangi pajak) dengan initial investment, baik total investment maupun average investment. Artinya : EAT ARR = Initial Investment X 100% Sebagai contoh, misalnya terdapat informasi mengenai suatu usulan proyek sebagai berikut : Initial investment : Rp. 6,5 milyar xlviii Umur ekonomis : Rp. 20 tahun After tax cash inflow : Rp. 1 milyar Penyusutan tahunan : Rp. 0,325 milyar Earning After tax : Rp. 1 milyar – Rp. 0,325 milyar : Rp. 0,675 milyar Perhitungan Average Rate of Return (ARR) proyek tersebut dapat dilakukan dengan cara membagi Earning After Tax Initial invesment sebagai berikut ; ARR = Rp. 0,675 milyar X 100% 10,4 % Rp. 6,5 milyar Apabila yang digunakan bukan rate of return terhadap initial invesment melainkan average invesment, maka ARR dihitung sebagai berikut : EAT ARR = Average Investment X 100% Artinya ARR dihitung atas dasar average investment adalah sebagai berikut : ARR = Rp. 0,675 milyar X 100% 20,8 % (1 / 2)( Rp. 6,5 milyar ) Kelemahan metode ARR ini tidak memperlihatkan nilai waktu uang, dan cenderung menggunakan data akuntansi dari data cas flow. Sedangkan kebaikannya terletak pada kemudahan untuk dihitung, untuk dimengerti, dan hasilnya merupakan tingkat frofitabilitas. xlix 3.4.3 Net Present Value Net Present Value (NPV) suatu proyek adalah selisih dari present value (PV) of proceeds dengan PV of intial investment (I) selama umur ekonomisya, pada discount rate tertentu. Discount rate yang digunakan untuk menghitung NPV ini adalah cost of capital (minimum required rate of return). Karena NPV ini adalah selisih antara PV of proseeds dan PV of initial investment, maka NPV bisa positif dan bisa pula negatif. Dengan demikian, apabila NPV itu negatif, maka usulan proyek tersebut ditolak, akan tetapi apabila positif, baru usul proyek tersebut diterima. Berarti, usul proyek akan diterima apabila NPV = 0. untuk mendapatkan nilai dari NPV digunakan Rumus sebagai berikut : NPV = -Ao + PV NPV = Net Present Value Ao = Nilai sekarang initial investment PV = Nilai sekarang Arus Kas Total (Present Value) Berikut ini akan diberikan contoh untuk perhitungan NPV, yaitu Contoh 1 : Informasi mengenai usul suatu investasi sebagai berikut : Initial investment : Rp. 12,95 juta Umur ekonomis Proceeds tahunan : : 10 tahun Rp. 3 juta l Tingkat keuntungan yang disyaratkan Tanpa nilai residu NPV usul proyek tersebut adalah sebagai berikut : NPV = - Rp. 12,95 juta + = 12% 1 (1 0,12) 0,12 / Rp. 3 juta = - Rp. 12,95 juta + Rp. 16,9506 juta = Rp. 4,0006 juta Karena NPV positif, maka usul proyek tersebut layak (feasibel) untuk diterima. Contoh 2 : Suatu usul instansi sebesar Rp. 500 juta yang digunakan untuk : Initial investment = Rp. 300 juta Modal kerja = Rp. 200 juta Umur ekonomis = 5 tahun Nilai residu = Rp. 25 juta Proceeds (after tax cash inflow) = Rp. 150 juta per tahun Tingkat keuntungan yang disyaratkan = 15 % Karena modal kerja termasuk dalam investasi dan tidak akan dikembalikan sebelum proyek selesai, maka modal kerja harus di-PV-kan pada akhir tahun ke-5. Demikian juga total investment, akan terdiri dari initial li investment dan working capital investment. Perhitungan NPV adalah sebagai berikut ; 1 (1 0,15 5 200 juta 25 juta NPV = -500 juta + + (1 0,15) 5 0,15 / 150 juta = -500 juta + 502,8233 juta + 111,8648 juta = - Rp. 114,6881 juta Di mana : Rp. 500 juta adalah PV dari investasi (initial investment dan modal kerja) Rp. 502,8233 adalah PV of operational cash flow (Proceeds tahunan) Rp. 111,6881 adalah PV of terminal cash flow (modal kerja dan nilai residu). Cara lain untuk menghitung NPV diatas adalah sebagai berikut : 150 juta 150 juta 150 juta 150 juta NPV = -500 juta + (1 0,15) (1 0,15) 2 (1 0,15) 3 (1 0,15) 4 150 juta 200 juta 25 juta + (1 0,15) 5 (1 0,15) 5 Ternyata hasilnya sama dengan cara yang terdahulu. Cara lain lagi dalam menghitung NPV ialah dengan menggunakan PVIF 15 % yang telah tersedia dalam tabel sebagai berikut : Tabel 4: lii Tahu n 0 Cashflow PVIF 15 % -500 juta 1,0000 -500,000 juta 1 150 juta 0,8696 130,440 juta 2 150 juta 0,7561 113,415 juta 3 150 juta 0,6575 98,625 juta 4 150 juta 0,5718 85,770 juta 5 150 juta 0,4972 74,580 juta 5 200 juta 0,4972 99,440 juta 5 25 juta 0,4972 12,430 juta Net Present Valuae PV of cashflow 114,700 Juta Jadi, karena NPV >0 maka usul proyek itu diterima, sebab dalam metode ini, usul suatu proyek itu akan diterima apabila NPV = 0. 3.4.4 Internal Rate of Return Pada waktu kita menghitung NPV, discount rate yang digunakan adalah minimum required rate of return, atau sebesar cost of capital. Dalam metode Internal Rate of Return (IRR), yang dihitung adalah tingkat bunga (interest rate) yang dapat menyamakan PV of cash flow dengan PV investment, baik initial investment, baik initial investment maupun working capital investment. Jika tingkat bunga atau IRR itu melebihi required rate of return, maka usul proyek tersebut dapat diterima, karena akan menghasilkan NPV> 0. Dikatakan demikian, karena apabila NPV>0 berarti PV of inflow > liii PV of cash outflow, yang artinya proyek itu menguntungkan ditinjau dari aspek finansial. IRR itu menghitung tingkat bunga yang dapat menghasilkan : PV of cash inflow = PV of investment Atau : PV of Investment - PV of cash inflow = 0 Berikut ini kita akan mencoba menghitung IRR usul proyek dalam contoh nomor 2 di atas. Persamaannya adalah sebagai berikut : 150 juta 150 juta 150 juta 150 juta 500 juta = (1 r ) (1 r ) 2 (1 r ) 3 (1 r ) 4 150 juta 200 juta 25 juta + (1 r ) 5 (1 r ) 5 Dalam IRR, yang dihitung malah nilai r, di mana dalam menghitung NPV, nilai r ini ditentukan lebih dulu. Untuk menghitung r ini hanya dapat dilakukan dengan prinsip trial and error, yakni dengan mencari dua tingkat bunga yang masing-masing dapat menghasilkan PV of cash inflow sedikit di atas dan di bawah nilai investasi. Perhitungannya adalah sebagai berikut : Pada r = 23% maka PV of cash inflow = = Rp. 500,44122 juta Rp. 500 juta Pada r = 24% maka PV of cash inflow = Rp. 488,55690 juta Rp. 500,44122 juta Rp.500 juta IRR = 23% + Rp. 500,44122 juta Rp. 488,5569 juta X (24% 23%) = 23,04 % liv Artinya, apabila kita menghitung NPV proyek tersebut dengan menggunakan discount factor 23,04%, maka yang akan kita peroleh adalah NPV = 0. Atau dengan kata lain, apabila kita menghitung PV of cash inflow proyek tersebut dengan investasi Rp. 500 juta. Karena itu, tawaran pinjaman bagi pembiayaan proyek tersebut dengan menggunakan tingkat bunga > 23,04% harus ditolak. Dengan kata lain apabila tingkat bunga umum atau required rate of return adalah < 23,045, baru proyek tersebut dapat diterima. 3.4.5 Profitability Index Profitability Index (PI) adalah rasio antara PV of cash inflowda PV of investment. Jika PI > 1 berarti PV of cash flow > PV of investment, sehingga NPV>0, dan usul proyek itu layak untuk diterima. Dengan demikian, PI dapat dihitung sebagai berikut : PV of Cash Inflow Profitability Index = PV of Investment Dengan mengambil contoh pada Tabel 4, PI dapat dihitung sebagai berikut : Rp. 405,345 juta Profitability Index = Rp. 275,61 juta 1,47 Artinya, dengan menggunakan discount rate 15%, usul proyek tersebut dapat diterima, karena PV of cash inflow > PV of Investment. lv Sebenarnya masih banyak metode analisa untuk investasi namun yang banyak dipergunakan hanya yang tersebut diatas, dan yang lain itu masih mirip dengan yang sudah dijelaskan. 4. Kerangka Konseptual Mulai Studi Literatur Pengumpulan Data lvi Proyeksi Data Menggunakan Regresi Linear Logaritmik dan Eksponensial: Data Arus Kunjungan Kapal Data Arus Barang Analisa Ekonomi Menggunakan Parameter Umum: Net Present Value (NPV) Benefit Cost Ratio (BCR) Interest Rate of Return (IRR) Pay Back Period Hasil dan Pembahasan Kesimpulan Selesai 5. Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN F. Waktu dan Tempat Penelitian G. Metode Pengumpulan Data H. Metode analisis I. Definisi Operasional DAFTAR PUSTAKA Menurut Rizky Supriadi Studi Kelayakan Bisnis (aspek keuangan) bertujuan untuk mengetahui perkiraan pendanaan dan aliran kas proyek/ lvii bisnis, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya rencana bisnis yang dimaksud. Identifikasi Masalah Analisa ekonomi dengan menggunakan parameter-parameter yang umum dilakukan yaitu Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), Internal Rate of Return (IRR) dan Pay Back Period. Perumusan Masalah Permasalahan yang ada dapat dirumuskan adalah Apakah pembangunan Pelabuhan Garongkong di Kabupaten Barru Sulawesi Selatan layak, bila ditinjau dari aspek ekonomi dan keuangan? Tujuan Studi Studi ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan secara ekonomi proyek pembangunan pelabuhan Feri Garongkong Kabupaten Barru Sulawesi Selatan. Batasan Studi a. Objek Studi kelayakan adalah proyek pembanguan Pelabuhan Feri Garongkong Kabupaten Barru Sulawesi Selatan lviii b. Studi ini meliputi analisa ekonomi pembangunan Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. c. Analisa biaya-manfaat yang digunakan adalah yang bersifat dapat diukur dengan uang d. Data yang digunakan dalam studi kelayakan ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari data dinas perhubungan Kabupaten Barru, BAPPEDA, dan instansi terkait di Kabupaten Barru. e. Diasumsikan Pelabuhan Feri Garongkong mulai di operasikan tahun 2010. f. Umur ekonomis proyek ditentukan selama 25 tahun. g. Tidak membahas aspek teknis,lingkungan, dan sosial politik. h. Pembatasan pada analisa barang dan jasa. i. Analisis kenaikan biaya dan penurunan keuntungan diasumsikan dengan variasi kondisi dasar,biaya naik 5%, 10%, 15%, 20% dan 25% j. Analisa sensitivitas dengan asumsi fluktuasi pasar sebesar 5%,10%,15%,20%, 25% dan 30% Terciptanya kawasan strategis Kabupaten Barru yang ditandai dengan lix