54 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan

advertisement
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian
1. Orientasi Kancah Penelitian
Orientasi kancah penelitian merupakan istilah yang merujuk pada
lokasi tempat dilaksanakannya penelitian. Pemahaman mengenai kancah atau
lokasi penelitian merupakan salah satu tahap yang harus dilalui sebelum
penelitian dilaksanakan. Penentuan tempat penelitian disesuaikan dengan
populasi yang sebelumnya telah ditetapkan oleh peneliti.
Penelitian ini mengambil tempat penelitian di Kota Malang. Kota
Malang merupakan sebuah kota yang terletak di Provinsi Jawa Timur,
Indonesia. Kota ini terletak 90 km sebelah selatan Surabaya dan merupakan
kota terbesar di kedua di Jawa Timur setelah Surabaya. Kota Malang berada di
dataran tinggi yang cukup sejuk, dan seluruh wilayahnya berbatasan dengan
Kabupaten Malang. Luas wilayah kota Malang adalah 252,10 km2.
Berdasarkan rekapitulasi penduduk Kota Malang Tahun 2013, kota yang
memiliki 5 kecamatan dan 57 kelurahan ini berpenduduk sebanyak 883.810
jiwa.
Kota Malang merupakan salah satu kota dengan perkembangan cover
dance K-pop yang cukup pesat di Indonesia. Cover dance K-pop pada
awalnya mulai muncul dan dikenal di Kota Malang pada tahun 2009, ketika
dilaksanakannya gathering ELF (everlasting friends) yang merupakan fans
54
55
dari boyband asal Korea Selatan, Super Junior. Gathering ELF pada saat itu
merupakan gathering fans K-pop terbesar yang diadakan di Kota Malang.
Pada gathering itu tampil beberapa orang yang melakukan cover dance dari
boyband Super Junior. Cover dancer yang tampil tersebut mempunyai nama
grup SBSquad, yang kemudian berkembang menjadi sebuah manajemen cover
dance dan cover sing K-pop yang bernama SBSquad Entertainment hingga
sekarang.
SBSquad rutin melaksanakan beberapa event K-pop setiap tahunnya
sejak tahun 2010. Pada event-event K-pop tersebut pasti terdapat penampilan
dari cover dance dan juga tidak jarang terdapat cover dance competition.
Semakin banyaknya penggemar K-pop dan semakin banyaknya cover dance
competition, maka beberapa manajemen dari cover dance grup mulai
bermunculan antara lain seperti History Maker, Global Seiren Academy, Papi
Kuma Entertainment, All Star Management, dan Fox Class Entertainment.
2. Persiapan Alat Ukur
Sebelum melakukan penelitian, hal yang dipersiapkan adalah alat ukur
yang akan digunakan dalam penelitian. Alat ukur yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari tiga macam skala sikap, yaitu skala eksistensi diri,
skala harga diri, dan skala penerimaan sosial.
a. Skala eksistensi diri
Skala eksistensi diri digunakan untuk mengukur tingkat eksistensi
diri yang dirasakan oleh subjek. Skala eksistensi diri dimodifikasi oleh
56
peneliti dari the existance scale Langle dkk. (2003) dengan melakukan alih
bahasa. Skala eksistensi diri ini berdasarkan aspek eksistensi diri yang
terdiri dari perception, recognition of values, freedom, dan responsibility.
Skala eksistensi diri ini terdiri atas 46 aitem, masing-masing terdiri atas 5
aitem favorable dan 41 aitem unfavorable.
Skala eksistensi diri ini disusun dengan menggunakan empat
pilihan jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan
sangat tidak sesuai (STS). Pemberian skor pada aitem favorable secara
berurutan pada pilihan sangat sesuai hingga sangat tidak sesuai adalah 4,
3, 2, 1, sedangkan pemberian skor pada aitem unfavorable secara
berurutan pada pilihan sangat sesuai hingga sangat tidak sesuai adalah 1,
2, 3, 4. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi
tingkat eksistensi diri yang dirasakannya, begitu pula sebaliknya.
b. Skala harga diri
Skala harga diri digunakan untuk mengukur tingkat harga diri yang
dirasakan oleh subjek. Skala harga diri disusun oleh peneliti menggunakan
aspek-aspek Coopersmith (1967), yang meliputi power, significance, virtue
dan competence. Skala harga diri ini terdiri atas 40 aitem, masing-masing
terdiri atas 20 aitem favorable dan 20 aitem unfavorable.
Skala harga diri ini disusun dengan menggunakan empat pilihan
jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat
tidak sesuai (STS). Pemberian skor pada aitem favorable secara berurutan
pada pilihan sangat sesuai hingga sangat tidak sesuai adalah 4, 3, 2, 1,
57
sedangkan pemberian skor pada aitem unfavorable secara berurutan pada
pilihan sangat sesuai hingga sangat tidak sesuai adalah 1, 2, 3, 4. Semakin
tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi tingkat harga diri
yang dirasakannya, begitu pula sebaliknya.
c. Skala penerimaan sosial
Skala penerimaan sosial digunakan untuk mengukur tingkat penerimaan
sosial yang dirasakan oleh subjek. Skala penerimaan sosial dimodifikasi
oleh peneliti dari perceived acceptance scale Brock dkk. (1998) dengan
melakukan alih bahasa. Skala penerimaan sosial ini berdasarkan aspek
penerimaan sosial yang terdiri dari perceived acceptance of father,
perceived acceptance of mother, perceived acceptance of family dan
perceived acceptance of friends. Skala penerimaan sosial ini terdiri atas 44
aitem, masing-masing terdiri atas 24 aitem favorable dan 20 aitem
unfavorable.
Skala penerimaan sosial ini disusun dengan menggunakan empat
pilihan jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan
sangat tidak sesuai (STS). Pemberian skor pada aitem favorable secara
berurutan pada pilihan sangat sesuai hingga sangat tidak sesuai adalah 4,
3, 2, 1, sedangkan pemberian skor pada aitem unfavorable secara
berurutan pada pilihan sangat sesuai hingga sangat tidak sesuai adalah 1,
2, 3, 4. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi
tingkat penerimaan sosial yang dirasakannya, begitu pula sebaliknya.
58
B. Pelaksanaan Penelitian
1. Penentuan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah cover dancer boyband dan
girlband Korea yang aktif melakukan kegiatan cover dance minimal setahun,
berada dalam rentang usia 18-25 tahun dan berada di Kota Malang saat
penelitian dilakukan. Sampel diambil dengan menggunakan teknik incidental
sampling, karena sampel yang representatif dalam penelitian ini diambil
secara kebetulan, yaitu mendatangi tempat latihan atau basecamp dari masingmasing dancer cover dan memberikan print out skala pada dancer cover
yang ditemui. Roscoe (dalam Sugiyono, 2012), berpendapat bahwa dalam
penelitian yang melakukan analisis multivariat (korelasi atau regresi
berganda), jumlah minimal anggota sampel adalah 10 kali dari jumlah variabel
yang diteliti. Penelitian ini memiliki tiga variabel, yaitu dua variabel bebas
dan satu variabel tergantung, maka jumlah anggota sampel yang diperlukan
adalah sebanyak minimal 30 orang. Jumlah sampel dalam penelitian ini
berjumlah 85 orang.
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian menggunakan uji-coba terpakai, yaitu
skala hanya satu kali disebar dan diuji cobakan kepada responden. Penentuan
pengumpulan data dengan cara ini terkait dengan jumlah cover dancer
boyband dan girlband Korea di Kota Malang tidak diketahui dengan pasti
jumlah populasinya dan adanya keterbatasan waktu. Uji-coba terpakai
59
memiliki kelemahan, diantaranya tidak dapat menghindari aitem-aitem yang
kurang jelas maksudnya, tidak dapat memperbaiki aitem yang menghasilkan
jawaban yang dangkal, dan tidak dapat menghilangkan aitem yang tidak
relevan dengan tujuan penelitian.
Pengumpulan data penelitian dilakukan sejak tanggal 8 Maret 2016
hingga 20 Maret 2016 dengan cara mendatangi tempat latihan atau basecamp
dari masing-masing manajemen atau grup cover dancer boyband dan girlband
Korea yang ada di Kota Malang. Peneliti memberikan print out skala pada
cover dancer yang sesuai dengan kriteria yang ditemui pada saat itu. Peneliti
juga menyediakan skala online untuk cover dancer yang tidak dapat ditemui
secara langsung. Pada tanggal 20 Maret 2016 peneliti menemui responden dan
mengumpulkan data pada acara Love Parade White Day K-pop Cover
Competition. Pada acara tersebut terdapat cover dancer competition, sehingga
peneliti dapat bertemu responden yang sesuai dengan kriteria. Jumlah respons
yang diterima oleh peneliti sebanyak 93. Setelah dilakukan pemeriksaan,
sebanyak 85 respons layak dianalisis, sedangkan 8 respons tidak memenuhi
kriteria subjek penelitian.
3. Pelaksanaan Skoring
Data yang terkumpul dan memenuhi kriteria selanjutnya dilakukan
skoring atau penilaian pada jawaban masing-masing responden sesuai dengan
kriteria skoring yang telah ditentukan. Kriteria skor skala eksistensi diri, skala
harga diri, dan skala penerimaan sosial bernilai sama, disesuaikan dengan
60
kategori aitem, favorable dan unfavorable. Kriteria skor tersebut adalah
sebagai berikut:
Tabel 5
Kriteria Skoring Skala
Kategori Jawaban
Sangat Sesuai (SS)
Sesuai (S)
Tidak Sesuai (TS)
Sangat Tidak Sesuai (STS)
Favorable
4
3
2
1
Unfavorable
1
2
3
4
4. Validitas dan Reliabilitas
Data yang terkumpul kemudian ditabulasi dan dianalisis untuk
mengetahui validitas tiap aitem dan reliabilitas dari ketiga skala penelitian. Uji
validitas muka (face validity) dilakukan berdasarkan professional judgment,
yang dilakukan oleh pembimbing sebagai pihak yang berkompeten.
Selanjutnya, pengujian validitas pada ketiga skala menggunakan teknik
pengujian Bivariate Pearson atau yang sering disebut sebagai korelasi
Product Momen Pearson yang menggunakan program Statistical Product and
Service Solution (SPSS) versi 20 untuk mempermudah pengolahan data.
Pengujian validitas menggunakan taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujian
adalah sebagai berikut (Priyatno, 2008):
a. Jika r hitung
r tabel maka aitem-aitem pertanyaan berkorelasi signifikan
terhadap skor total (dinyatakan valid).
b. Jika r hitung
r tabel maka aitem-aitem pertanyaan tidak berkorelasi
signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid).
61
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur.
Pengujian reliabilitas skala penelitian ini menggunakan formula Cronbach’s
Alpha dengan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi
20. Reliabilitas dinyatakan dengan koefisien reliabilitas yang berada dalam
rentang angka dari 0 sampai dengan 1,00 (Azwar, 2013). Batasan reliabilitas
penelitian ini menggunakan pendapat Sekaran (dalam Priyatno, 2008), yaitu
koefisien reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat
diterima dan di atas 0,8 adalah baik.
a. Skala eksistensi diri
Berdasarkan hasil analisis product-moment Pearson, didapatkan
nilai korelasi antara skor aitem dengan skor total. Nilai ini kemudian
dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel pada signifikansi 0,05 dan
jumlah data (N) = 85, diperoleh nilai r tabel sebesar 0,2133. Hasil
perbandingan nilai r tabel dengan nilai korelasi (r hitung) dari 46 aitem
yang dianalisis, terdapat sembilan aitem yang nilainya kurang dari 0,2133,
yaitu aitem nomor 2, 3, 5, 7, 23, 26, 34, 36, dan 43, sehingga dapat
disimpulkan bahwa aitem tersebut tidak valid. Hasil uji daya beda aitem
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Distribusi aitem skala eksistensi
diri yang valid dan gugur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
62
Tabel 6
Distribusi Aitem Skala Eksistensi Diri yang Valid dan Gugur
No
1
2
3.
4.
Aspek
Perception
Recognition
of values
Freedom
Indikator Perilaku
Mengumpulkan
informasi yang relevan
dan mengenal kondisi
dan keadaan dari situasi
Mempersepsikan objek
duniawi sebagaimana
adanya (bukan secara
esensi, namun dalam
pengertian yang dapat
dikomunikasikan).
Selalu menemukan
fakta dan
kemungkinankemungkinan yang
realistis.
Memahami hubungan
kualitatif antar objek
duniawi dan antara
objek duniawi dengan
dirinya sendiri
Mengembangkan lebih
banyak prioritas tujuan
yang bermakna
Sadar dengan pilihan
dan konsekuensi yang
diambil.
Kemampuan dalam
menentukan sikap
terhadap dirinya sendiri
dan dunianya.
Menempatkan sebuah
Responsibility keputusan ke dalam
tindakan.
Nomor Aitem
Fav
Unfav
Valid Gugur Valid Gugur
-
-
19
-
-
-
-
3, 5,
43
-
-
32,
40,42,
44
-
21
-
12, 14,
27, 33,
35, 41
-
-
2, 36
4, 11,
13, 45
34
-
-
9, 10,
24, 31
-
15
26
17, 18,
28, 46
23
-
-
2
3
1, 6, 8,
16, 20,
22, 25,
29, 30,
37, 38,
39
35
7
6
63
Hasil pengujian reliabilitas skala eksistensi diri menunjukkan nilai
Alpha sebesar 0,889. Hal ini menunjukkan bahwa skala eksistensi diri
dapat dinyatakan reliabel sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur
penelitian.
b. Skala harga diri
Berdasarkan hasil analisis product-moment Pearson, didapatkan
nilai korelasi antara skor aitem dan skor total. Nilai ini kemudian
dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel pada signifikansi 0,05 dan
jumlah data (N) = 85, diperoleh nilai r tabel = 0,2133. Hasil perbandingan
nilai r tabel dengan nilai korelasi (r hitung) dari 40 aitem yang dianalisis,
terdapat lima aitem yang nilainya kurang dari 0,2133, yaitu aitem nomor
16, 23, 28, 36 dan 39, sehingga dapat disimpulkan bahwa aitem tersebut
tidak valid. Hasil uji daya beda aitem selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran. Distribusi aitem skala harga diri yang valid dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
64
Tabel 7
Distribusi Aitem Skala Harga Diri yang Valid dan Gugur
No
1
2
3.
4.
Aspek
Indikator Perilaku
Mempunyai kontrol diri
yang baik
Memiliki semangat yang
tinggi dalam menjalani
Power
kehidupan
Mampu mengambil
keputusan untuk diri
sendiri.
Merasa memperoleh
penerimaan dari orang
Significance lain.
Merasa puas dengan
hidup yang dijalani
Bersikap sesuai norma
yang berlaku.
Virtue
Merasa dapat menjadi
panutan yang baik untuk
orang lain
Memiliki perasaan bahwa
dirinya berprestasi
Competence
Mempunyai keyakinan
untuk sukses
Nomor Aitem
Fav
Unfav
Valid Gugur Valid Gugur
9, 31
-
10, 40
-
8
-
27
-
11, 32
-
7
39
22, 33
28
6, 12
-
5, 34
-
13
23, 36
15, 29
-
20, 24
-
2, 19,
30
-
25, 37
16
1, 17
-
18, 26
-
17
3
18
2
4, 21,
35
3, 14,
38
Hasil pengujian reliabilitas skala harga diri menunjukkan nilai
Alpha sebesar 0,859. Hal ini menunjukkan bahwa skala harga diri dapat
dinyatakan reliabel sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian.
c. Skala penerimaan sosial
Berdasarkan hasil analisis product-moment Pearson, didapatkan
nilai korelasi antara skor aitem dan skor total. Nilai ini kemudian
dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel pada signifikansi 0,05 dan
jumlah data (N) = 85, diperoleh nilai r tabel = 0,2133. Hasil perbandingan
-
65
nilai r tabel dengan nilai korelasi (r hitung) dari 44 aitem yang dianalisis,
terdapat tiga aitem kurang dari 0,2133, yaitu aitem nomor 13, 17 dan 25,
sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga aitem tersebut tidak valid. Hasil
uji daya beda aitem selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Distribusi
aitem skala harga diri yang valid dan gugur dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 8
Distribusi Aitem Skala Penerimaan Sosial yang Valid dan Gugur
No
1.
2.
Aspek
Indikator Perilaku
Perceived
Acceptance
of Father
Perceived
Acceptance
of Mother
Merasa mendapat
kepedulian dan
penghargaan dari ayah.
Merasa mendapat
kepedulian dan
penghargaan dari ibu.
Merasa mendapat
kepedulian dan
penghargaan dari keluarga
secara keseluruhan.
Merasa mendapat
kepedulian dan
penghargaan dari temanteman.
3.
Perceived
Acceptance
of Family
4.
Perceived
Acceptance
of Friends
Nomor Aitem
Fav
Unfav
Valid Gugur Valid Gugur
16,20,
4,
24,28,
8,12,
36,40
32
6, 10,
2, 18,
14, 22,
26, 30
34, 38
3, 15,
7, 11,
19,
23, 27,
39,
31, 35
41, 42
5, 21,
13,17,
29,
1, 9, 44
25
33,
37, 43
21
3
20
0
Hasil pengujian reliabilitas skala penerimaan sosial menunjukkan
nilai Alpha sebesar 0,950. Hal ini menunjukkan bahwa skala penerimaan
sosial dapat dinyatakan reliabel sehingga dapat digunakan sebagai alat
ukur penelitian.
66
C. Analisis Data Penelitian
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear
berganda untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (harga diri dan
penerimaan sosial) dengan variabel tergantung (eksistensi diri). Perhitungan
analisis data dilakukan setelah syarat uji asumsi, baik uji asumsi dasar maupun
klasik terpenuhi. Uji asumsi dasar terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas,
sedangkan
uji
asumsi
klasik
terdiri
dari
uji
multikolinearitas,
uji
heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Perhitungan analisis data dalam
penelitian ini menggunakan program Statistical Product and Service Solution
(SPSS) versi 20.
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji normalitas data
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data berdistribusi
normal atau tidak. Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan
uji One Sample Kolmonogrov-Smirnov dengan menggunakan taraf
signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi
lebih besar dari 5% atau 0,05 (Priyatno, 2008). Hasil perhitungan uji
normalitas penelitian ini disajikan dalam tabel berikut:
67
Tabel 9
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Eksistensi
Harga
Penerimaan
Diri
Diri
Sosial
N
85
85
85
Kolmogorov.487
.606
.591
Smirnov Z
Asymp. Sig. (2.972
.856
.876
tailed)
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 9, dapat diketahui bahwa
nilai signifikansi eksistensi diri sebesar 0,972, harga diri sebesar 0,856,
dan penerimaan sosial sebesar 0,876. Nilai signifikansi ketiga variabel
lebih besar dari 0,05 (p-value > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa data
ketiga variabel penelitian ini berdistribusi normal.
b. Uji linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui dua variabel mempunyai
hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Pengujian linearitas
dalam penelitian ini menggunakan Test for Linearity dengan taraf
signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang
linear jika signifikansi (Linearity) kurang dari 0,05. Hasil perhitungan uji
linearitas dapat dilihat pada tabel berikut:
68
Tabel 10
Hasil Uji Linearitas antara Eksitensi Diri dan Harga Diri
ANOVA Table
Eksistensi
Between
Diri * Harga Groups
Diri
(Combined)
Linearity
Deviation
from
Linearity
Within Groups
Total
Sum of
Mean
Squares Df Square
F
Sig.
7271.760 32 227.242 2.436 .002
4806.768 1 4806.768 51.526 .000
2464.992 31
79.516 .852 .679
4851.017 52
12122.776 84
93.289
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 10, diketahui nilai
signifikansi (linearity) antara eksistensi diri dan harga diri sebesar 0,000.
Nilai signifikansi kurang dari 0,05 (p-value < 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa antara variabel eksistensi diri dan harga diri terdapat
hubungan yang linear.
Tabel 11
Hasil Uji Linearitas antara Eksistensi Diri dan Penerimaan Sosial
Eksistensi
Diri *
Penerimaan
Sosial
ANOVA Table
Sum of
Squares
Between (Combined)
8893.226
Groups Linearity
1639.148
Deviation
7254.078
from
Linearity
Within Groups
3229.550
Total
12122.776
df
46
1
45
38
84
Mean
Square
F
Sig.
193.331 2.275 .005
1639.148 19.287 .000
161.202 1.897 .023
84.988
69
Selanjutnya, pada tabel 11, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi
(linearity) antara eksistensi diri dan penerimaan sosial sebesar 0,000. Nilai
signifikansi kurang dari 0,05 (p-value < 0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa antara variabel eksistensi diri dan penerimaan sosial terdapat
hubungan yang linear.
c. Uji multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui adanya adanya
hubungan linear antar variabel bebas dalam model regresi. Prasyarat yang
harus
terpenuhi
dalam
model
regresi
adalah
tidak
adanya
multikolinearitas. Uji multikolinearitas dalam penelitian ini menggunakan
nilai variance inflation factor (VIF) (Priyatno, 2008). Menurut Santoso
(dalam Priyatno, 2008), pada umumnya jika VIF lebih besar dari 5, maka
variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel
lainnya. Hasil uji multikolinearitas disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 12
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity
Statistics
Tolerance
VIF
1
(Constant)
Harga Diri
.741
Penerimaan
.741
Sosial
a. Dependent Variable: Eksistensi Diri
1.349
1.349
70
Berdasarkan perhitungan pada tabel 12, dapat diketahui nilai
variance inflation factor (VIF) kedua variabel, yaitu harga diri dan
penerimaan sosial adalah 1,349 lebih kecil dari 5 (VIF < 5), sehingga
dapat disimpulkan bahwa antarvariabel bebas dalam penelitian ini tidak
terjadi persoalan multikolinearitas.
d. Uji otokorelasi
Uji otokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya
korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan
pengamatan lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi
adalah tidak adanya otokorelasi dalam model regresi. Uji otokorelasi
dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson (uji DW) dengan
ketentuan sebagai berikut (Priyatno, 2008):
a) Jika DW lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL), maka terdapat
otokorelasi.
b) Jika DW terletak antara dU dan (4-dU), maka tidak terdapat
otokorelasi.
c) Jika DW terletak antara dL dan dU atau di antara (4-dU) dan
(4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.
Hasil uji otokorelasi disajikan dalam tabel berikut:
71
Tabel 13.
Hasil Uji Otokorelasi
Model
Model Summaryb
R
Adjusted R Std. Error of
R
Square
Square
the Estimate
a
.632
.400
.385
9.422
DurbinWatson
2.258
dimension
a. Predictors: (Constant), Penerimaan Sosial, Harga Diri
b. Dependent Variable: Eksistensi Diri
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai DW sebesar
2,258, adapun dari tabel DW dengan signifikansi 0,05 dan jumlah data (n)
= 85, serta k = 2 (k adalah jumlah variabel bebas) diperoleh nilai dL
sebesar 1,5995 dan dU sebesar 1,6957 dan nilai (4-dU) adalah sebesar
2,3043. Nilai DW sebesar 2,258 berada pada daerah antara dU dan (4-dU)
(1,6957< 2,258< 2,3043), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
otokorelasi.
e. Uji heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui adanya
ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan model
regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak
adanya gejala heteroskedastisitas (Priyatno, 2008).
Cara mendeteksi apakah telah terjadi heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan membuat plot data antara nilai-nilai prediksi (ZPRED =
Regression Standardized Predicted Value) pada sumbu X dengan
nilai residualnya (SRESID = Regression Studentized Predicted Value)
pada sumbu Y. Jika dalam plot tidak ada pola yang jelas, seperti
72
titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y,
maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas. Hasil uji
heteroskedastisitas pada penelitian ini dapat dilihat pada pola gambar
scatterplot berikut:
Gambar 1.
Scatterplot Hasil Uji Heteroskedastisitas
B
Berdasarkan pola gambar scatterplot di atas, dapat dilihat bahwa
titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y dan
tidak membentuk pola yang jelas. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
terjadi heteroskedastisitas.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear
berganda, yaitu hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel bebas
73
(X1, X2) dengan variabel tergantung (Y) (Priyatno, 2008). Analisis regresi
linear berganda dibantu program Statistical Product and Service Solution
(SPSS) versi 20 untuk pengolahan datanya.
a. Uji simultan F
Uji simultan F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas
(X1, X2) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel tergantung (Y). Prasyarat hasil uji F menunjukkan variabel bebas
secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
tergantung jika nilai signifikansi lebih kecil dari taraf signifikansi yang
ditentukan, yaitu p-value <0,05 atau nilai Fhitung> Ftabel. Signifikan berarti
hubungan
yang
terjadi
dapat
berlaku
untuk
populasi
(dapat
digeneralisasikan) (Priyatno, 2008). Hasil uji F disajikan dalam tabel
berikut:
Tabel 14
Hasil Uji F
ANOVAb
Model
Sum of
Squares
Df
Mean Square
1
Regression
4843.527
2
2421.763
Residual
7279.250
82
88.771
Total
12122.776
84
a. Predictors: (Constant), Penerimaan Sosial, Harga Diri
b. Dependent Variable: Eksistensi Diri
F
27.281
Sig.
.000a
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, diperoleh nilai
Fhitung sebesar 27,281 dan nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,000. Nilai
Ftabel pada taraf signifikansi 0,05, df 1 (jumlah variabel – 1) = 2, dan df 2
74
(n – k – 1) = 82 (n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel bebas)
adalah sebesar 3,11. Nilai Fhitung > Ftabel (27,281 > 3,11) dan nilai
signifikansi 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang
dikemukakan dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu terdapat pengaruh
yang signifikan antara harga diri dan penerimaan sosial dengan eksistensi
diri.
b. Analisis korelasi ganda (R)
Analisis korelasi ganda (R) digunakan untuk mengetahui hubungan
antara dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel tergantung secara
serentak. Nilai koefisien korelasi ganda (R) pada model summary
menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara variabel bebas
secara serentak terhadap variabel tergantung. Nilai R berkisar antara 0
sampai 1, nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi
semakin kuat, sebaliknya nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang
terjadi semakin lemah (Priyatno, 2008). Pedoman untuk memberikan
interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut (Sugiyono, 2012):
75
Tabel 15
Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien
0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,80 – 1,000
Tingkat Hubungan
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat kuat
Hasil analisis korelasi ganda (R) untuk penelitian ini dapat dilihat
pada output model summary berikut:
Tabel 16
Hasil Analisis Korelasi Ganda
Model
Model Summary
Adjusted R
Std. Error of
R R Square
Square
the Estimate
a
1 .632
.400
.385
9.422
dimension0
a. Predictors: (Constant), Penerimaan Sosial, Harga Diri
Hasil analisis korelasi ganda yang disajikan dalam outputmodel
summary menunjukkan nilai koefisien R sebesar 0,632. Berdasarkan
pedoman interpretasi koefisien korelasi menurut Sugiyono (2012), nilai
koefisien tersebut berada pada rentang 0,60 – 0,799, yang menunjukkan
bahwa terjadi hubungan yang kuat antara harga diri dan penerimaan sosial
dengan eksistensi diri.
76
c. Analisis determinasi (R2)
Analisis determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui persentase
sumbangan pengaruh variabel bebas secara serentak terhadap variabel
tergantung (Y). Koefisien ini menunjukkan seberapa besar persentase
variasi variabel bebas dalam penelitian ini mampu menjelaskan variasi
variabel tergantung. R2 sama dengan 0, maka tidak ada sedikitpun
persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel bebas terhadap
variabel tergantung. Sebaliknya, R2 sama dengan 1, maka persentase
sumbangan pengaruh yang diberikan variabel bebas terhadap variabel
tergantung adalah sempurna (Priyatno, 2008).
Hasil analisis determinasi untuk penelitian ini dapat dilihat pada
output model summary berikut:
Tabel 17
Hasil Analisis Determinasi
Model Summary
Adjusted R
Std. Error of the
Model
R R Square
Square
Estimate
a
dimension0 1 .632
.400
.385
9.422
a. Predictors: (Constant), Penerimaan Sosial, Harga Diri
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai R2 (R Square) sebesar
0,400 atau 40%. Hal ini menunjukkan bahwa sumbangan pengaruh
variabel bebas (harga diri dan penerimaan sosial) terhadap variabel
tergantung (eksistensi diri) sebesar 40% atau variabel bebas (harga diri dan
penerimaan sosial) mampu menjelaskan variabel tergantung (eksistensi
77
diri) sebesar 40%. Sedangkan sisanya sebesar 60% dipengaruhi atau
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
3. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran tentang
ringkasan data-data penelitian (Priyatno, 2008). Deskripsi data penelitian ini
disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 18
Deskriptif Data Empirik
Descriptive Statistics
N
Eksistensi Diri
Harga Diri
Penerimaan Sosial
Valid N (listwise)
Range
85
85
85
85
Minimum Maximum
61
49
94
72
73
61
133
122
155
Mean
102.27
97.95
118.60
Std.
Deviation
12.013
9.921
20.479
Tabel 19
Deskriptif Data Penelitian
Data
Hipotetik
Skala
N
ED
HD
85
85
37
35
PS
85
41
Data
Empirik
M
SD
148
140
92.5
87.5
18.5
17.5
72
73
133
122
102.27
97.95
12.013
9.921
164
102.5
20.5
61
155
118.60
20.479
Skor Skor
Min Maks
Skor Skor
Min Maks
M
Keterangan:
ED: Eksistensi Diri
HD: Harga Diri
PS :Penerimaan Sosial
SD
78
Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada tabel 22, selanjutnya
dilakukan kategorisasi responden secara normatif untuk memberikan
interpretasi skor pada skala eksistensi diri, harga diri dan penerimaan sosial.
Kategorisasi yang digunakan adalah kategori jenjang, tujuannya untuk
menempatkan individu dalam kelompok-kelompok yang posisinya berjenjang
menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur (Azwar, 2013).
Kontinum ini akan dibagi menjadi lima kategori pada tiap skala, yaitu sangat
rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Kategorisasi responden pada
tiap variabel penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 20
Kategorisasi Responden Penelitian
Variabel
Eksistensi
Diri
Harga Diri
Penerimaan
Sosial
Kategorisasi
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
Norma
37
59,2
81,4
103,6
125,8
35
56
77
98
119
41
65,6
90,2
114,8
139,4
X < 59,2
X < 81,4
X < 103,6
X < 125,8
X 148
X < 56
X < 77
X < 98
X < 119
X 140
X < 65,6
X < 90,2
X < 114,8
X < 139,4
X 164
Jumlah Responden
Frek
%
5
5,88%
38
44,71%
41
48,23%
1
1,18%
3
3,53%
39
45,88%
40
47,06%
3
3,53%
2
2,35%
3
3,53%
34
40%
29
34,12%
17
20%
79
Berdasarkan tabel kategorisasi di atas, maka penjelasan untuk tiap
kategorisasi skala adalah sebagai berikut:
a. Eksistensi diri
Hasil analisis kategorisasi variable eksistensi diri menunjukkan
bahwa 5,88% cover dancer dalam penelitian ini memiliki tingkat
eksistensi diri yang rendah, 44,71% memiliki tingkat eksistensi diri yang
sedang, 48,23% memiliki tingkat eksistensi diri yang tinggi, dan 1,18%
memiliki tingkat eksistensi diri yang sangat tinggi. Berdasarkan hasil
tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara umum cover dancer boyband
dan girlband Korea dalam penelitian ini memiliki tingkat eksistensi diri
yang tinggi.
b. Harga diri
Hasil analisis kategorisasi variabel harga diri menunjukkan bahwa
3,53% cover dancer dalam penelitian ini memiliki tingkat harga diri yang
rendah, 45,88% memiliki tingkat harga diri yang sedang, 47,06% memiliki
tingkat harga diri yang tinggi, dan 3,53% memiliki tingkat harga diri yang
sangat tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara
umum cover dancer boyband dan girlband Korea dalam penelitian ini
memiliki tingkat harga diri yang tinggi.
c. Penerimaan sosial
Hasil analisis kategorisasi variabel penerimaan sosial menunjukkan
bahwa 2,35% cover dancer dalam penelitian ini memiliki tingkat
penerimaan sosial yang sangat rendah, 3,53% memiliki tingkat penerimaan
80
sosial yang rendah, 40% memiliki tingkat penerimaan sosial yang sedang,
34,12% memiliki tingkat penerimaan sosial yang tinggi dan 20% memiliki
tingkat penerimaan sosial yang sangat tinggi. Berdasarkan hasil tersebut,
dapat disimpulkan bahwa secara umum cover dancer boyband dan
girlband Korea dalam penelitian ini memiliki tingkat penerimaan sosial
yang sedang.
4. Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif
Sumbangan relatif (SR) dan sumbangan efektif (SE) memberikan
informasi mengenai besarnya sumbangan pengaruh tiap variabel prediktor
terhadap variabel kriterium dalam model analisis regresi. Sumbangan
relatif menunjukkan besarnya sumbangan suatu variabel prediktor
terhadap
jumlah
kuadrat
regresi,
sedangkan
sumbangan
efektif
menunjukkan besarnya sumbangan suatu variabel prediktor terhadap
keseluruhan efektifitas garis regresi yang digunakan sebagai dasar
prediksi. Hasil penghitungan menunjukkan:
a) SR harga diri dengan eksistensi diri adalah sebesar 94,18% dan SR
penerimaan sosial dengan eksistensi diri sebesar 5,82%.
b) SE harga diri dengan
eksistensi diri sebesar 37,67% dan SE
penerimaan sosial dengan eksistensi diri sebesar 2,33%.
c) Total sumbangan efektif harga diri dan penerimaan sosial dengan
eksistensi diri sebesar 40% ditunjukkan oleh nilai determinasi (
sebesar 0,40.
)
81
5. Analisis Tambahan
Penelitian ini menggunakan kuesioner yang berisi tentang keterangan
jenis kelamin dan lamanya responden menjadi cover dancer. Sebagai data
pelengkap, peneliti juga melakukan analisis tambahan dengan melakukan
kategorisasi berdasarkan jenis kelamin dan lamanya menjadi cover dancer.
Subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin terdiri dari 34 cover dancer lakilaki dan 51 cover dancer perempuan. Sedangkan menurut lamanya menjadi
cover dancer, terdapat rentang satu hingga enam tahun. Setelah dilakukan
kategorisasi, dilakukan penghitungan t-test untuk mengetahui adanya
perbedaan jenis kelamin dan lamanya menjadi cover dancer pada tiap
variabel. Selain itu, peneliti juga memasukkan uji korelasi parsial sebagai
analisis tambahan.
a. Uji korelasi parsial
Uji korelasi parsial dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
dua variabel dengan mengendalikan atau membuat tetap variabel lainnya
yang dianggap berpengaruh. Nilai korelasi (r) berkisar antara 1 sampai -1,
nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel
semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua
variabel semakin lemah (lihat tabel 18 dan 19). Nilai positif menunjukkan
hubungan searah (X naik maka Y naik) dan nilai negatif menunjukkan
hubungan terbalik (X naik maka Y turun) (Priyatno, 2008).
82
Hasil uji korelasi parsial pada penelitian ini disajikan dalam tabel
berikut:
Tabel 21
Hasil Uji Korelasi Eksistensi Diri dengan Harga Diri
Correlations
Control Variables
Penerimaan Sosial Harga Diri
Eksistensi
Diri
Correlation
Significance (2tailed)
Df
Correlation
Significance (2tailed)
Df
Harga
Diri
1.000
.
Eksistensi
Diri
.553
.000
0
.553
.000
82
1.000
.
82
0
Berdasarkan tabel di atas, nilai korelasi antara variabel eksistensi
diri dengan variabel harga diri yang diperoleh dengan mengendalikan
variabel penerimaan sosial adalah sebesar 0,553 (p-value 0,000< 0,05).
Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sedang antara
eksistensi diri dengan harga diri jika tingkat penerimaan sosial tetap.
Sedangkan arah hubungan adalah positif karena nilai r positif, artinya
semakin tinggi tingkat harga diri, maka semakin meningkatkan eksistensi
diri. Nilai signifikansi kurang dari 0,05 menunjukkan terdapat hubungan
yang signifikan antara variabel eksistensi diri dengan variabel harga diri.
83
Tabel 22
Hasil Uji Korelasi Eksistensi Diri dengan Penerimaan Sosial
Correlations
Control Variables
Harga
Diri
Eksistensi Diri Correlation
Significance (2tailed)
Df
Penerimaan
Correlation
Sosial
Significance (2tailed)
Df
Eksistensi Penerimaan
Diri
Sosial
1.000
.071
.
.522
0
.071
.522
82
1.000
.
82
0
Berdasarkan tabel di atas, nilai korelasi antara variabel eksistensi
diri
dengan variabel
penerimaan sosial
yang diperoleh
dengan
mengendalikan variabel harga diri adalah sebesar 0,071 (p-value 0,522>
0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi hubungan antara eksistensi
diri dengan penerimaan sosial jika tingkat harga diri tetap. Nilai
signifikansi lebih dari 0,05 menunjukkan tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara variabel eksistensi diri dengan variabel penerimaan
sosial.
b. Eksistensi diri
1). Kategorisasi skala eksistensi diri berdasarkan jenis kelamin
Kategorisasi pada skala eksistensi diri dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu pada perempuan dan laki-laki dengan lima kategorisasi
tingkat eksistensi diri. Kategorisasi skala eksistensi diri berdasarkan jenis
kelamin disajikan pada tabel berikut:
84
Tabel 23
Kategorisasi Responden Penelitian pada Skala Eksistensi Diri
Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Perempuan
(N=51)
Laki-laki
(N=34)
Kategorisasi
Frekuensi
Persentase
(%)
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
0
4
22
25
0
0
1
16
16
1
0
7,84
43,14
49,02
0
0
2,94
47,06
47,06
2,94
Berdasarkan kategorisasi responden perempuan pada skala
eksistensi diri, dapat diketahui bahwa sebanyak 7,84% perempuan
memiliki tingkat eksistensi diri yang rendah, 43,14% memiliki tingkat
eksistensi diri yang sedang, dan 49,02% memiliki tingkat eksistensi diri
yang tinggi. Sementara itu, kategorisasi responden laki-laki pada skala
eksistensi diri menunjukkan bahwa sebanyak 2,94% memiliki tingkat
eksistensi diri yang rendah, 47,06% memiliki tingkat eksistensi diri yang
sedang, 47,06% memiliki tingkat eksistensi diri yang tinggi, dan 2,94%
memiliki tingkat eksistensi diri sangat tinggi. Secara umum, responden
laki-laki dan perempuan memiliki tingkat eksistensi diri yang tinggi.
85
Selanjutnya dilakukan uji sebagai berikut:
Tabel 24
Hasil Uji Perbedaan Eksistensi Diri Berdasarkan Kategorisasi Jenis Kelamin
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
t-test for Equality of Means
Variances
F
Ed
Equal
variances
assumed
Equal
variances
not assumed
.046
Sig.
.831
T
.143
Df
Mean
Sig. (2Std. Error
Differenc
tailed)
Difference
e
83
.887
.382
2.675
.142 68.87
9
.888
.382
2.697
Berdasarkan data pada tabel 24, nilai signifikansi Levene’s Test
sebesar 0,831 (p-value > 0,05), yang berarti kelompok pria dan wanita
adalah sama (homogen). Kemudian dilihat hasil uji independent
sample t-test untuk mengetahui signifikan atau tidaknya perbedaan
tingkat eksistensi diri berdasarkan jenis kelamin. Hasil ouput data
didapatkan nilai thitung sebesar 0,143 dan nilai signifikansi (p-value)
sebesar 0,887. Nilai thitung < ttabel (0,143 < 1,989) dan p-value > 0,05
(0,887> 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa secara statistik tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata tingkat eksistensi
diri pada responden laki-laki dan perempuan.
86
2). Kategorisasi skala eksistensi diri berdasarkan lamanya menjadi cover
dancer
Responden dikelompokkan menjadi dua kelompok berdasarkan
lamanya menjadi cover dancer boyband dan girlband Korea.
Pengelompokan ini didasarkan pada data responden yang diperoleh,
yaitu menjadi cover dancer selama 1-6 tahun, sehingga peneliti
membagi lamanya menjadi cover dancer menjadi dua kelompok, yaitu
responden dengan menjadi cover dancer selama 1-3 tahun dan 4-6
tahun. Kategorisasi eksistensi diri responden berdasarkan lamanya
menjadi cover dancer disajikan pada tabel berikut:
Tabel 25
Kategorisasi Responden Penelitian pada Skala Eksistensi Diri
Berdasarkan Lamanya Menjadi Cover Dancer
Lamanya Menjadi
Cover Dancer
1-3 tahun
4-5 tahun
Kategorisasi
Frekuensi
Persentase
(%)
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
0
5
23
25
0
0
0
15
16
1
0
9,43
43,4
47,17
0
0
0
46,875
50
3,125
Berdasarkan kategorisasi responden yang menjadi cover dancer
selama 1-3 tahun pada skala eksistensi diri, dapat diketahui bahwa
sebanyak 0% (tidak ada) responden memiliki tingkat eksistensi diri yang
sangat rendah dan sangat tinggi, 9,43% memiliki tingkat eksistensi diri
87
yang rendah, 43,4% memiliki tingkat eksistensi diri yang sedang, serta
47,17% memiliki tingkat eksistensi diri yang tinggi. Sementara itu,
kategorisasi responden yang menjadi cover dancer selama 4-6 tahun pada
skala eksistensi diri menunjukkan bahwa sebanyak 0% (tidak ada)
memiliki tingkat eksistensi diri yang sangat rendah dan rendah, 46,875%
memiliki tingkat eksistensi diri yang sedang, 50% memiliki tingkat
eksistensi diri yang tinggi, dan 3,125% memiliki tingkat eksistensi diri
yang sangat tinggi. Secara umum, responden yang menjadi cover dancer
selama 1-3 tahun dan 4-6 tahun memiliki tingkat eksistensi diri yang
tinggi.
Selanjutnya dilakukan uji sebagai berikut:
Tabel 26
Hasil Uji Perbedaan Eksistensi Diri Berdasarkan Kategorisasi
Lamanya Menjadi Cover Dancer
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
t-test for Equality of Means
Variances
F
eksistensi Equal
diri
variances
assumed
Equal
variances not
assumed
2.554
Sig.
.114
T
-1.781
Df
Mean
Sig. (2Std. Error
Differenc
tailed)
Difference
e
83
.079
-4.728
2.655
-1.893 77.557
.062
-4.728
2.498
88
Berdasarkan data pada tabel 26, nilai signifikansi Levene’s Test
sebesar 0,114 (p-value > 0,05), yang berarti kelompok responden yang
menjadi cover dancer selama 1-3 tahun dan responden yang menjadi
cover dancer selama 4-6 tahun adalah sama (homogen). Kemudian
dilihat hasil uji independent sample t-test untuk mengetahui signifikan
atau tidaknya perbedaan tingkat eksistensi diri berdasarkan lamanya
menjadi cover dancer. Hasil ouput data didapatkan nilai thitung sebesar
-1,781 dan nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,079. Nilai thitung < ttabel
(-1,781<1,970)
dan
p-value
>
0,05
(0,079>0,05).
Hasil
ini
menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara rata-rata tingkat eksistensi diri pada responden yang
menjadi cover dancer selama 1-3 tahun dan responden yang menjadi
cover dancer selama 4-6tahun.
c. Harga Diri
1). Kategorisasi skala harga diri berdasarkan jenis kelamin
Kategorisasi pada skala harga diri dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu pada perempuan dan laki-laki dengan lima kategorisasi
tingkat harga diri. Kategorisasi skala harga diri berdasarkan jenis
kelamin disajikan pada tabel berikut:
89
Tabel 27
Kategorisasi Responden Penelitian pada Skala Harga Diri
Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Perempuan
(N=51)
Laki-laki
(N=34)
Kategorisasi
Frekuensi
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
0
2
21
27
1
0
1
18
13
2
Persentase
(%)
0
3,92
41,18
52,94
1,96
0
2,94
52,94
38,23
5,88
Berdasarkan kategorisasi responden perempuan pada skala harga
diri, dapat diketahui bahwa sebanyak 3,92% perempuan memiliki tingkat
harga diri yang rendah, 41,18% memiliki tingkat harga diri yang sedang,
52,94% memiliki tingkat harga diri yang tinggi dan 1,96% memiliki
tingkat harga diri yang sangat tinggi. Sementara itu, kategorisasi
responden laki-laki pada skala harga diri menunjukkan bahwa sebanyak
5,88% laki-laki memiliki tingkat harga diri yang sangat tinggi, 38,23%
memiliki tingkat harga diri yang tinggi, 52,94% memiliki tingkat harga
diri yang sedang, dan 2,94% memiliki tingkat harga diri yang rendah.
Secara umum, responden laki-laki memiliki tingkat harga diri yang sedang
dan perempuan memiliki tingkat harga diri yang tinggi.
90
Selanjutnya dilakukan uji sebagai berikut:
Tabel 28
Hasil Uji Perbedaan Harga Diri Berdasarkan Kategorisasi Jenis Kelamin
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
t-test for Equality of Means
Variances
F
harga Equal
diri
variances
assumed
Equal
variances not
assumed
.002
Sig.
T
.966 -.098
-.097
Std.
Sig.
Mean
Error
Df
(2Differen
Differen
tailed)
ce
ce
83
.922
-.216
2.210
69.832
.923
-.216
Berdasarkan data pada tabel 28, nilai signifikansi Levene’s Test
sebesar 0,966 (p-value > 0,05), yang berarti kelompok pria dan wanita
adalah sama (homogen). Kemudian dilihat hasil uji independent
sample t-test untuk mengetahui signifikan atau tidaknya perbedaan
tingkat harga diri berdasarkan jenis kelamin. Hasil ouput data
didapatkan nilai thitung sebesar -0,98 dan nilai signifikansi (p-value)
sebesar 0,922. Nilai thitung < ttabel (-0,98<1,989) dan p-value > 0,05
(0,922> 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa secara statistik tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata tingkat harga diri
pada responden laki-laki dan perempuan.
2.219
91
2). Kategorisasi skala harga diri berdasarkan lamanya menjadi cover
dancer
Responden dikelompokkan menjadi dua kelompok berdasarkan
lamanya menjadi cover dancer boyband dan girlband Korea.
Pengelompokan ini didasarkan pada data responden yang diperoleh,
yaitu menjadi cover dancer selama 1-6 tahun, sehingga peneliti
membagi lamanya menjadi cover dancer menjadi dua kelompok, yaitu
responden dengan menjadi cover dancer selama 1-3 tahun dan 4-6
tahun. Kategorisasi harga diri responden berdasarkan lamanya menjadi
cover dancer disajikan pada tabel berikut:
Tabel 29
Kategorisasi Responden Penelitian pada Skala Harga Diri
Berdasarkan Lamanya Menjadi Cover Dancer
Lamanya Menjadi
Cover Dancer
1-3 tahun
4-5 tahun
Kategorisasi
Frekuensi
Persentase
(%)
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
0
3
24
26
0
0
0
15
14
3
0
5,66
45,28
49,06
0
0
0
46,875
43,75
9,375
Berdasarkan kategorisasi responden yang menjadi cover dancer
selama 1-3 tahun pada skala harga diri, dapat diketahui bahwa sebanyak
0% (tidak ada) responden memiliki tingkat harga diri yang sangat rendah
dan sangat tinggi, 5,66% memiliki tingkat harga diri yang rendah, 45,28%
92
memiliki tingkat harga diri yang sedang, serta 49,06% memiliki tingkat
harga diri yang tinggi. Sementara itu, kategorisasi responden yang menjadi
cover dancer selama 4-6 tahun pada skala harga diri menunjukkan bahwa
sebanyak 0% (tidak ada) memiliki tingkat harga diri yang sangat rendah
dan rendah, 46,875% memiliki tingkat harga diri yang sedang, 43,75%
memiliki tingkat harga diri yang tinggi, dan 9,375% memiliki tingkat
harga diri yang sangat tinggi. Secara umum, responden yang menjadi
cover dancer selama 1-3 tahun memiliki tingkat harga diri yang tinggi dan
4-6 tahun memiliki tingkat harga diri yang sedang.
Selanjutnya dilakukan uji sebagai berikut:
Tabel 30
Hasil Uji Perbedaan Harga Diri Berdasarkan Kategorisasi
Lamanya Menjadi Cover Dancer
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
t-test for Equality of Means
Variances
F
harga Equal
diri
variances
assumed
Equal
variances not
assumed
1.000
Sig.
T
.320 -1.582
Std.
Sig.
Mean
Error
Df
(2- Differenc
Differen
tailed)
e
ce
83
.117
-3.483
2.201
-1.622 70.625
.109
-3.483
Berdasarkan data pada tabel 30, nilai signifikansi Levene’s Test
sebesar 0,320 (p-value > 0,05), yang berarti kelompok responden yang
menjadi cover dancer selama 1-3 tahun dan responden yang menjadi
2.148
93
cover dancer selama 4-6tahun adalah sama (homogen). Kemudian
dilihat hasil uji independent sample t-test untuk mengetahui signifikan
atau tidaknya perbedaan tingkat harga diri berdasarkan lamanya
menjadi cover dancer. Hasil ouput data didapatkan nilai thitung sebesar
-1,582 dan nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,117. Nilai thitung < ttabel
(-1,582<1,970)
dan
p-value
>
0,05
(0,117>0,05).
Hasil
ini
menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara rata-rata tingkat harga diri pada responden yang
menjadi cover dancer selama 1-3 tahun dan responden yang menjadi
cover dancer selama 4-6tahun.
d. Penerimaan Sosial
1). Kategorisasi skala penerimaan sosial berdasarkan jenis kelamin
Kategorisasi pada skala penerimaan sosial dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu pada perempuan dan laki-laki dengan lima kategorisasi
tingkat penerimaan sosial. Kategorisasi skala penerimaan sosial
berdasarkan jenis kelamin disajikan pada tabel berikut:
94
Tabel 31
Kategorisasi Responden Penelitian pada Skala Penerimaan Sosial
Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Perempuan
(N = 51)
Laki-laki
(N = 34)
Kategorisasi
Frekuensi
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
1
1
22
18
9
1
2
12
11
8
Persentase
(%)
1,96
1,96
43,14
35,29
17,65
2,94
5,88
35,29
32,35
23,53
Berdasarkan kategorisasi responden perempuan pada skala
penerimaan sosial, dapat diketahui bahwa sebanyak 1,96% perempuan
memiliki tingkat penerimaan sosial yang sangat rendah, 1,96% memiliki
tingkat penerimaan sosial yang rendah, 43,14% memiliki tingkat
penerimaan sosial yang sedang, 35,29% memiliki tingkat penerimaan
sosial yang tinggi, dan 17,65% memiliki tingkat penerimaan sosial yang
sangat tinggi. Sementara itu, kategorisasi responden laki-laki pada skala
penerimaan sosial menunjukkan bahwa sebanyak 2,94% laki-laki memiliki
tingkat penerimaan sosial yang sangat rendah, 5,88% memiliki tingkat
penerimaan sosial yang rendah, 35,29% memiliki tingkat penerimaan
sosial yang sedang, 32,35% memiliki tingkat penerimaan sosial yang
tinggi dan 23,53% memiliki tingkat penerimaan sosial yang sangat tinggi.
Secara umum, responden laki-laki dan perempuan memiliki tingkat
penerimaan sosial yang sedang.
95
Selanjutnya dilakukan uji sebagai berikut:
Tabel 32
Hasil Uji Perbedaan Penerimaan Sosial Berdasarkan
Kategorisasi Jenis Kelamin
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
t-test for Equality of Means
Variances
F
penerimaan Equal
social
variances
assumed
Equal
variances not
assumed
.130
Sig.
T
.720 .243
Std.
Mean
Sig. (2Error
Df
Differen
tailed)
Differenc
ce
e
83
.809
1.108
4.560
.240 67.599
.811
1.108
Berdasarkan data pada tabel 32, nilai signifikansi Levene’s Test
sebesar 0,720 (p-value > 0,05), yang berarti kelompok pria dan wanita
adalah sama (homogen). Kemudian dilihat hasil uji independent
sample t-test untuk mengetahui signifikan atau tidaknya perbedaan
tingkat penerimaan sosial berdasarkan jenis kelamin. Hasil ouput data
didapatkan nilai thitung sebesar 0,243 dan nilai signifikansi (p-value)
sebesar 0,809. Nilai thitung < ttabel (0,243 < 1,989) dan p-value > 0,05
(0,809> 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa secara statistik tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata tingkat penerimaan
sosial pada responden laki-laki dan perempuan.
4.621
96
2). Kategorisasi skala penerimaan sosial berdasarkan lamanya menjadi
cover dancer
Responden dikelompokkan menjadi dua kelompok berdasarkan
lamanya menjadi cover dancer boyband dan girlband Korea.
Pengelompokan ini didasarkan pada data responden yang diperoleh,
yaitu menjadi cover dancer selama 1-6 tahun, sehingga peneliti
membagi lamanya menjadi cover dancer menjadi dua kelompok, yaitu
responden dengan menjadi cover dancer selama 1-3 tahun dan 4-6
tahun. Kategorisasi penerimaan sosial responden berdasarkan lamanya
menjadi cover dancer disajikan pada tabel berikut:
Tabel 33
Kategorisasi Responden Penelitian pada Skala Penerimaan Sosial
Berdasarkan Lamanya Menjadi Cover Dancer
Lamanya Menjadi
Cover Dancer
1-3 tahun
4-5 tahun
Kategorisasi
Frekuensi
Persentase
(%)
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
2
2
21
17
11
0
1
13
12
6
3,77
3,77
39,62
32,07
20,75
0
3,125
40,625
37,5
18,75
Berdasarkan kategorisasi responden yang menjadi cover dancer
selama 1-3 tahun pada skala penerimaan sosial, dapat diketahui bahwa
sebanyak 3,77% responden memiliki tingkat penerimaan sosial yang
sangat rendah, 3,77% memiliki tingkat penerimaan sosial yang rendah,
97
39,62% memiliki tingkat penerimaan sosial yang sedang, 32,07%
memiliki tingkat penerimaan sosial yang tinggi, dan 20,75% memiliki
tingkat penerimaan sosial yang sangat tinggi. Sementara itu, kategorisasi
responden yang menjadi cover dancer selama 4-6 tahun pada skala
penerimaan sosial menunjukkan bahwa sebanyak 0% (tidak ada) memiliki
tingkat penerimaan sosial yang sangat rendah, 3,125% memiliki tingkat
penerimaan sosial yang rendah, 40,625% memiliki tingkat penerimaan
sosial yang sedang, 37,5% memiliki tingkat penerimaan sosial yang tinggi,
dan 18,75% memiliki tingkat penerimaan sosial yang sangat tinggi. Secara
umum, responden yang menjadi cover dancer selama 1-3 tahun dan 4-6
tahun memiliki tingkat penerimaan sosial yang sedang.
Selanjutnya dilakukan uji sebagai berikut:
Tabel 34
Hasil Uji Perbedaan Penerimaan Sosial Berdasarkan Kategorisasi
Lamanya Menjadi Cover Dancer
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
t-test for Equality of Means
Variances
F
penerimaan Equal
social
variances
assumed
Equal
variances not
assumed
1.147
Sig.
t
.287 .089
Std.
Sig.
Mean
Error
Df
(2Differen
Differenc
tailed)
ce
e
83
.929
.411
4.612
.093 73.64
5
.926
.411
4.432
98
Berdasarkan data pada tabel 34, nilai signifikansi Levene’s Test
sebesar 0,287 (p-value > 0,05), yang berarti kelompok responden yang
menjadi cover dancer selama 1-3 tahun dan responden yang menjadi
cover dancer selama 4-6 tahun adalah sama (homogen). Kemudian
dilihat hasil uji independent sample t-test untuk mengetahui signifikan
atau tidaknya perbedaan tingkat penerimaan sosial berdasarkan
lamanya menjadi cover dancer. Hasil ouput data didapatkan nilai thitung
sebesar 0,089 dan nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,929. Nilai thitung
< ttabel (0,089< 1,970) dan p-value > 0,05 (0,929> 0,05). Hasil ini
menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara rata-rata tingkat penerimaan sosial pada responden
yang menjadi cover dancer selama 1-3 tahun dan responden yang
menjadi cover dancer selama 4-6 tahun.
3). Kategori skala penerimaan sosial ditinjau dari aspeknya
Eksistensi diri ditinjau dari empat aspek penerimaan sosial,
yaitu untuk mengetahui aspek penerimaan sosial mana yang memiliki
pengaruh paling besar terhadap eksistensi diri dengan melihat nilai
beta pada setiap aspek. Keempat aspek tersebut adalah perceived
acceptance of father, perceived acceptance of mother, perceived
acceptance of family, dan perceived acceptance of friends. Hasil
analisis beta aspek kepuasan pernikahan disajikan pada tabel berikut:
99
Tabel 35.
Hasil Analisis Beta Aspek Penerimaan Sosial
Model
Coefficientsa
Standardized
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
Std.
B
Error
1 (Constant)
PAdad
PAmom
PAfam
PAfriends
62.504
.115
.019
.111
1.295
Beta
8.698
.233
.388
.323
.358
T
.063
.010
.076
.417
7.186
.493
.049
.342
3.613
Sig.
.000
.624
.961
.733
.001
Correlations
Zeroorder Partial Part
.320
.203
.277
.479
.055
.005
.038
.375
a. Dependent Variable: ED
Berdasarkan tabel 35, diketahui nilai koefisien beta paling
besar adalah nilai beta aspek perceived acceptance of friends, yaitu
sebesar 0,417 dengan nilai signifikansi 0,001 (p-value < 0,05).
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa aspek penerimaan sosial
yang memiliki pengaruh paling besar pada eksistensi diri pada cover
dancer boyband dan girlband Korea adalah aspek perceived
acceptance of friends atau penerimaan teman.
D. Pembahasan
Hipotesis dalam penelitian dengan judul hubungan antara harga diri dan
penerimaan sosial dengan eksistensi diri pada cover dancer boyband dan girlband
Korea di Kota Malang ini dapat diterima. Terdapat hubungan yang signifikan
antara harga diri dan penerimaan sosial dengan eksistensi diri pada cover dancer
boyband dan girlband Korea di Kota Malang. Hasil tersebut ditunjukkan melalui
.048
.005
.033
.351
100
hasil uji hipotesis yang ditunjukkan oleh nilai
yang lebih besar dari
yaitu 3,11 (
pada uji F sebesar 27,281
= 27,281 >
), dengan
signifikansi 0,000 (p < 0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa, variabel harga diri dan variabel penerimaan sosial secara bersama-sama
memiliki hubungan yang signifikan dengan variabel eksistensi diri.
Selain itu, kategori yang dibentuk antara variabel harga diri dan
penerimaan sosial termasuk dalam kategori kuat. Penggolongan ke dalam kategori
kuat diperoleh dari hasil perhitungan korelasi ganda yang menunjukkan angka
koefisien R sebesar 0,632. Hal ini berarti bahwa terjadi korelasi signifikan yang
kuat dan positif antara variabel harga diri dan penerimaan sosial dengan eksistensi
diri. Sehingga semakin tinggi harga diri dan penerimaan sosial pada cover dancer
boyband dan girlband Korea, semakin tinggi pula eksistensi diri yang dimiliki,
begitu pula sebaliknya.
Harga diri mempunyai andil dalam pemenuhan eksistensi diri seseorang,
Hal ini sesuai dengan pendapat Santrock (2007) yang menyebutkan bahwa harga
diri disebut juga kelangsungan hidup dari jiwa yang merupakan sarana bagi
pertumbuhan eksistensi seseorang. Harga diri dalam hal ini merujuk pada evaluasi
keseluruhan atas diri seorang individu (Santrock, 2007). Individu yang memiliki
harga diri tinggi berarti individu yang memandang dirinya positif. Semakin tinggi
harga diri seseorang maka ia akan semakin sadar terhadap kelebihan-kelebihan
yang dimilikinya dan memandang kelebihan-kelebihan tersebut lebih penting dari
kelemahannya. Sebaliknya, individu dengan harga diri rendah cenderung
memfokuskan diri terhadap kelemahan dirinya dan memandang dirinya secara
101
negatif (Baron & Byrne dalam Aditomo, 2004). Dari pernyataan di atas, individu
yang mempunyai harga diri yang tinggi akan lebih menyadari akan potensipotensi yang dimilikinya, sehingga ia akan berusaha untuk mengembangkannya.
Menurut Binswanger dan Boss (dalam Brouwer, 1987), eksistensi diri dapat
diartikan
sebagai
pengungkapan
potensi-potensi
bawaan
yang
dengan
kebebasannya, manusia dapat memilih mana yang ingin direalisasikannya. Jadi,
dapat dikatakan bahwa bila seseorang mampu mengevalusai secara positif
kedeluruhan dirinya serta menyadari dan mengembangkan potensi-potensi yang
dimilikinya, maka semakin tinggi harga diri yang dimilikinya dan semakin tinggi
pemenuhan eksistensi dirinya.
Salah satu masalah utama pada eksistensi diri seseorang terletak pada
orang lain. Manusia secara konstan berada dalam relasi dengan manusia lain yang
menjadikan keberadaan dirinya (Misiak & Sexton, 2005). Senada dengan Misiak
dan Sexton, Heidegger (dalam Bastaman, 1996) menyatakan bahwa, alles dasein
ist mitsein yang berarti bahwa mengada sebagai pribadi (being person) selalu
berarti mengada bersama pribadi lain (being with other person). Pernyataan diatas
mengungkapkan bahwa dalam pemenuhan eksistensi, manusia tidak akan lepas
dari peran orang lain. Penerimaan dan penolakan dalam lingkungan sosial
mempunyai pengaruh kuat terhadap sikap, perasaan, pikiran, perbuatan dan
penyesuaian diri seseorang. Penerimaan sosial bagi seseorang adalah adanya rasa
berharga dan berarti serta dibutuhkan oleh kelompoknya (Sinthia, 2011). Oleh
karena itu bersama dengan adanya harga diri, penerimaan dalam lingkungan sosial
mempunyai pengaruh kuat terhadap pemenuhan eksistensi diri seseorang.
102
Cover dancer boyband dan girlband Korea yang memiliki harga diri yang
tinggi disertai juga dengan tingginya penerimaan sosial yang diterima dari orangorang disekitarnya akan memiliki eksistensi diri yang tinggi. Hal ini ditandai
dengan perasaan bahwa hidupnya bermakna dengan melakukan kegiatan-kegiatan
yang bermakna pula, dalam hal ini adalah kegiatan cover dance. Selain itu, ketika
eksistensi diri terpenuhi, maka akan tinggi pula mental health dan well-being
(Yalom dalam Brouwers & Tomic, 2012) serta akan terhindar dari existential
vacuum yang merupakan manifestasi dari kebosanan dalam menjalani hidup
(Frankl, 1964).
Berdasarkan hasil perhitungan sumbangan hubungan variabel bebas (harga
diri dan penerimaan sosial) secara bersama-sama terhadap variabel terikat
(eksistensi diri), diperoleh R square sebesar 0,400 atau 40%. Ini berarti, variabel
eksistensi diri dapat dijelaskan oleh variabel harga diri dan penerimaan sosial
sebesar 40%. Sedangkan sisanya, 60% eksistensi diri dipengaruhi oleh variabel
atau faktor lain di luar penelitian ini.
Berdasarkan hasil penghitungan kategorisasi skala eksistensi diri dapat
diketahui bahwa responden dalam penelitian ini memiliki tingkat eksistensi diri
pada kategori tinggi dan bahkan tidak ada satupun yang tergolong dalam kategori
sangat rendah. Perincian kategorisasi adalah sebagai berikut, sebanyak 5 orang
atau 5,88% responden memiliki eksistensi diri yang rendah, 38 orang (44,71%)
memiliki eksistensi diri yang sedang, 41 orang (48,23%) memiliki eksistensi diri
yang tinggi, dan 1 orang (1,18%) memiliki eksistensi diri yang sangat tinggi.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar cover dancer boyband dan
103
girlband Korea di Kota Malang memiliki tingkat eksistensi diri pada kategori
tinggi, meskipun demikian jumlah cover dancer boyband dan girlband Korea
yang mempunyai eksistensi diri dengan kategori tinggi belum mencapai setengah
dari jumlah responden yang diteliti.
Hasil penghitungan kategorisasi pada skala harga diri mempunyai rincian
sebagai berikut, sebanyak 3 orang atau 3,53% responden memiliki harga diri yang
rendah, 39 orang (45,88%) memiliki harga diri yang sedang, 40 orang (47,06%)
memiliki harga diri yang tinggi, 3 orang lainnya atau sebesar 3,53% responden
memiliki harga diri yang sangat tinggi dan tidak ada yang masuk dalam kategori
sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar cover dancer boyband
dan girlband Korea di Kota Malang memiliki tingkat harga diri pada kategori
tinggi.
Kategorisasi skala penerimaan sosial menghasilkan rincian sebagai
berikut, sebanyak 2 orang atau 2,35% responden memiliki penerimaan sosial
yang sangat rendah, 3 orang (3,53%) memiliki penerimaan sosial yang rendah, 34
orang (40%) memiliki penerimaan sosial yang sedang, 29 orang (34,12%)
memiliki penerimaan sosial yang tinggi, dan 17 orang lainnya atau sebesar 20%
responden memiliki penerimaan sosial yang sangat tinggi. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar cover dancer boyband dan girlband Korea di Kota Malang
memiliki tingkat penerimaan sosial pada kategori sedang.
Dilihat dari hasil perhitungan sumbangan relatif dan sumbangan efektif
variabel harga diri dan penerimaan sosial terhadap eksistensi diri menunjukkan
bahwa harga diri lebih dominan dalam mempengaruhi eksistensi diri daripada
104
penerimaan sosial. Hasil sumbangan relatif untuk variabel harga diri sebesar
94,18%, sedangkan untuk variabel penerimaan sosial sebesar 5,82%. Hasil
sumbangan efektif harga diri dengan eksistensi diri sebesar 37,67% dan
penerimaan sosial dengan eksistensi diri sebesar 2,33%.
Harga diri merupakan bagian dari self yang merupakan faktor penting
untuk mencapai eksistensi diri. Menurut Vaughan & Hogg (dalam Sarwono &
Meinarno, 2009), harga diri positif sangat diperlukan seseorang untuk
mendapatkan perasaan nyaman dengan dirinya, mengatasi kecemasan, mengatasi
kesepian dan mengatasi penolakan sosial. Hasil penelitian Luhtanen & Crocker
(2005) menunjukkan bahwa mereka yang paling bergantung pada sumber-sumber
di luar dirinya, mempunyai harga diri paling rapuh dari pada mereka yang
mempunyai nilai diri yang berakar lebih banyak dari sumber-sumber internal.
Harga diri yang rapuh ini lebih rentan terhadap masalah seperti stres, kemarahan,
masalah dalam hubungan, penyalahgunaan alkohol dan obat, dan gangguan
makan. Senada dengan Luhtanen & Crocker, Rodgers & Thompson (2015)
mengatakan bahwa manusia harus dapat menolak godaan apapun untuk
ditentukan, khususnya oleh orang lain, yang karenanya suatu ketidakmampuan
untuk memperbaiki pandangan mereka tentang dirinya dapat menjadi ‘neraka’.
Dari hasil perhitungan sumbangan relatif, sumbangan efektif, dan teori di atas,
dapat disimpulkan bahwa faktor internal sangat berpengaruh terhadap eksistensi
diri seseorang daripada faktor eksternal. Harga diri yang merupakan faktor
internal (sumbangan efektifnya 37,67% dan sumbangan relatifnya 94,18%) lebih
105
mempengaruhi eksistensi diri dari pada penerimaan sosial yang merupakan faktor
eksternal (sumbangan efektifnya 2,33% dan sumbangan relatifnya 5,82%).
Hasil perhitungan korelasi parsial menunjukkan bahwa harga diri
mempunyai hubungan yang signifikan dan positif dengan eksistensi diri.
Perhitungan
korelasi
parsial
penerimaan
sosial
dengan
eksistensi
diri
menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan, yang artinya penerimaan
sosial saja tidak cukup berpengaruh terhadap eksistensi diri. Responden yang
mendapatkan penerimaan sosial yang tinggi tanpa memiliki harga diri yang
positif, tidak akan mampu mencapai eksistensi diri terkait dengan aktivitasnya
sebagai cover dancer boyband dan girlband Korea. Sedangkan responden yang
hanya memiliki harga diri yang tinggi tanpa disertai oleh penerimaan sosial, akan
mencapai tingkat eksistensi diri yang lebih rendah dari pada bila terdapat kedua
variable secara berasamaan terkait dengan aktivitasnya sebagai cover dancer
boyband dan girlband Korea. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap responden
cover dancer boyband dan girlband Korea, eksistensi diri bergantung pada harga
diri yang dimilikinya, juga penerimaan sosial yang diterimanya dari orang-orang
disekitarnya. Dengan demikian kedua variabel yakni harga diri dan penerimaan
sosial, tidak dapat dipisahkan pengaruhnya terhadap eksistensi diri pada cover
dancer boyband dan girlband Korea. Hal ini disebabkan kedua variable tersebut
berkaitan satu dengan yang lainnya. Menurut Coopersmith (1967), faktor yang
mempengaruhi harga diri ada dua yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan
sosial. Penelitian ini mengambil aspek penerimaan sosial dari Brock dkk. (1998)
yang mengemukakan bahwa penerimaan keluarga termasuk dalam salah satu dari
106
empat aspek dari penerimaan sosial. Selain itu, Mappiare (1997) menjelaskan
bahwa akibat langsung adanya penerimaan sosial bagi remaja adalah adanya rasa
berharga dan berarti serta dibutuhkan oleh lingkungan sosialnya, dalam hal ini
penerimaan sosial juga dapat meningkatkan harga diri seseorang.
Penelitian ini mendapat informasi tambahan mengenai jenis kelamin,
lamanya responden menjadi cover dancer, dan analisis masing-masing aspek
penerimaan sosial terhadap eksistensi diri. Berdasarkan jenis kelamin responden,
diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan
eksistensi diri pada cover dancer boyband dan girlband Korea di Kota
Malandang. Hal tersebut disimpulkan dari hasil penghitungan berdasarkan
independent sample t-test dengan nilai thitung < ttabel (0,143<1,98) dan p-value >
0,05 (0,887 > 0,05). Berdasarkan lamanya responden menjadi cover dancer,
diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara lamanya responden
menjadi cover dancer dengan eksistensi diri pada cover dancer boyband dan
girlband Korea di Kota Malang. Hal tersebut disimpulkan dari hasil penghitungan
berdasarkan independent sample t-test dengan nilai thitung < ttabel (-1,781 <1,970)
dan p-value > 0,05 (0,079 > 0,05).
Berdasarkan kategorisasi responden laki-laki dan perempuan pada skala
harga diri, dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis
kelamin dengan harga diri pada cover dancer boyband dan girlband Korea di
Kota Malang. Hal tersebut disimpulkan dari hasil penghitungan berdasarkan
independent sample t-test dengan nilai thitung < ttabel (-0,98<1,989) dan p-value >
0,05 (0,922 > 0,05). Berdasarkan lamanya responden menjadi cover dancer,
107
diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara lamanya responden
menjadi cover dancer dengan harga diri pada cover dancer boyband dan girlband
Korea di Kota Malang. Hal tersebut disimpulkan dari hasil penghitungan
berdasarkan independent samples t-test dengan nilai thitung < ttabel (-1,582 <1,970)
dan p-value > 0,05 (0,117 > 0,05).
Berdasarkan kategorisasi responden laki-laki dan perempuan pada skala
penerimaan sosial, dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara jenis kelamin dengan penerimaan sosial pada cover dancer boyband dan
girlband Korea di Kota Malang. Hal tersebut disimpulkan dari hasil penghitungan
berdasarkan independent sample t-test dengan nilai thitung < ttabel (0,089 < 1,989)
dan p-value > 0,05 (0,809 > 0,05). Berdasarkan lamanya responden menjadi
cover dancer, diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
lamanya responden menjadi cover dancer dengan penerimaan sosial pada cover
dancer boyband dan girlband Korea di Kota Malang. Hal tersebut disimpulkan
dari hasil penghitungan berdasarkan independent samples t-test dengan nilai thitung
< ttabel (0,089 < 1,970) dan p-value > 0,05 (0,929 > 0,05).
Berdasarkan analisis beta pada aspek penerimaan sosial dengan eksistensi
diri, diperoleh nilai beta tertinggi dimiliki oleh perceived acceptance of friends,
yaitu sebesar 0,417 dengan nilai signifikansi 0,001 (p-value < 0,05). Dengan
demikian, dapat diketahui bahwa aspek penerimaan sosial yang memiliki
pengaruh paling besar pada eksistensi diri pada cover dancer boyband dan
girlband Korea adalah aspek perceived acceptance of friends atau penerimaan
teman. Sesuai dengan pernyataan Hurlock (2007), pada masa remaja hubungan
108
dengan teman lebih penting dan mendalam dari pada dengan keluarga. Hal ini
disebabkan oleh kecenderungan remaja yang menghabiskan lebih banyak waktu
dengan teman dari pada dengan keluarga, dan mereka mencoba untuk
menghindari pengawasan yang ketat oleh orang dewasa (Dacey dkk., 2009).
Penelitian ini tidak terlepas dari adanya keterbatasan selama proses
pelaksanaan. Pertama, jumlah responden penelitian kurang representatif. Hal ini
dikarenakan tidak diketahui jumlah angka secara pasti cover dancer boyband dan
girlband Korea di Kota Malang. Kedua, kurang meratanya jumlah subjek untuk
setiap jenis atau kategori subjek. Keterbatasan yang masih ditemukan pada
penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi penelitian selanjutnya agar
memerikan hasil yang lebih baik dengan penyempurnaan prosedur pelaksanaan
penelitian. Disamping itu, penelitian ini mempunyai kelebihan, yaitu belum
terdapat penelitian terdahulu mengenai hubungan antara harga diri dan
penerimaan sosial dengan eksistensi diri pada cover dancer boyband dan girlband
Korea, sehingga data yang dihasilkan dapat dijadikan rujukan informasi bagi
peneliti selanjutnya yang membutuhkan. Selain itu, peneliti juga mampu
membuktikan hipotesis yang ditetapkan pada awal penelitian. Pembahasan
penelitian ini juga dilengkapi dengan analisis tambahan sebagai data pelengkap.
Data yang dihasilkan dari analisis tambahan ini akan dapat dijadikan rujukan
informasi yang bersifat data penelitian bagi peneliti selanjutnya.
Download