BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Penelitian Orientasi kancah penelitian merupakan istilah yang merujuk pada lokasi tempat dilaksanakannya penelitian. Pemahaman mengenai kancah atau lokasi penelitian merupakan salah satu tahap yang harus dilalui sebelum penelitian dilaksanakan. Penentuan tempat penelitian disesuaikan dengan populasi yang sebelumnya telah ditetapkan oleh peneliti. Penelitian ini mengambil tempat penelitian di Kota Malang. Kota Malang merupakan sebuah kota yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini terletak 90 km sebelah selatan Surabaya dan merupakan kota terbesar di kedua di Jawa Timur setelah Surabaya. Kota Malang berada di dataran tinggi yang cukup sejuk, dan seluruh wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Malang. Luas wilayah kota Malang adalah 252,10 km2. Berdasarkan rekapitulasi penduduk Kota Malang Tahun 2013, kota yang memiliki 5 kecamatan dan 57 kelurahan ini berpenduduk sebanyak 883.810 jiwa. Kota Malang merupakan salah satu kota dengan perkembangan cover dance K-pop yang cukup pesat di Indonesia. Cover dance K-pop pada awalnya mulai muncul dan dikenal di Kota Malang pada tahun 2009, ketika dilaksanakannya gathering ELF (everlasting friends) yang merupakan fans 54 55 dari boyband asal Korea Selatan, Super Junior. Gathering ELF pada saat itu merupakan gathering fans K-pop terbesar yang diadakan di Kota Malang. Pada gathering itu tampil beberapa orang yang melakukan cover dance dari boyband Super Junior. Cover dancer yang tampil tersebut mempunyai nama grup SBSquad, yang kemudian berkembang menjadi sebuah manajemen cover dance dan cover sing K-pop yang bernama SBSquad Entertainment hingga sekarang. SBSquad rutin melaksanakan beberapa event K-pop setiap tahunnya sejak tahun 2010. Pada event-event K-pop tersebut pasti terdapat penampilan dari cover dance dan juga tidak jarang terdapat cover dance competition. Semakin banyaknya penggemar K-pop dan semakin banyaknya cover dance competition, maka beberapa manajemen dari cover dance grup mulai bermunculan antara lain seperti History Maker, Global Seiren Academy, Papi Kuma Entertainment, All Star Management, dan Fox Class Entertainment. 2. Persiapan Alat Ukur Sebelum melakukan penelitian, hal yang dipersiapkan adalah alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga macam skala sikap, yaitu skala eksistensi diri, skala harga diri, dan skala penerimaan sosial. a. Skala eksistensi diri Skala eksistensi diri digunakan untuk mengukur tingkat eksistensi diri yang dirasakan oleh subjek. Skala eksistensi diri dimodifikasi oleh 56 peneliti dari the existance scale Langle dkk. (2003) dengan melakukan alih bahasa. Skala eksistensi diri ini berdasarkan aspek eksistensi diri yang terdiri dari perception, recognition of values, freedom, dan responsibility. Skala eksistensi diri ini terdiri atas 46 aitem, masing-masing terdiri atas 5 aitem favorable dan 41 aitem unfavorable. Skala eksistensi diri ini disusun dengan menggunakan empat pilihan jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Pemberian skor pada aitem favorable secara berurutan pada pilihan sangat sesuai hingga sangat tidak sesuai adalah 4, 3, 2, 1, sedangkan pemberian skor pada aitem unfavorable secara berurutan pada pilihan sangat sesuai hingga sangat tidak sesuai adalah 1, 2, 3, 4. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi tingkat eksistensi diri yang dirasakannya, begitu pula sebaliknya. b. Skala harga diri Skala harga diri digunakan untuk mengukur tingkat harga diri yang dirasakan oleh subjek. Skala harga diri disusun oleh peneliti menggunakan aspek-aspek Coopersmith (1967), yang meliputi power, significance, virtue dan competence. Skala harga diri ini terdiri atas 40 aitem, masing-masing terdiri atas 20 aitem favorable dan 20 aitem unfavorable. Skala harga diri ini disusun dengan menggunakan empat pilihan jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Pemberian skor pada aitem favorable secara berurutan pada pilihan sangat sesuai hingga sangat tidak sesuai adalah 4, 3, 2, 1, 57 sedangkan pemberian skor pada aitem unfavorable secara berurutan pada pilihan sangat sesuai hingga sangat tidak sesuai adalah 1, 2, 3, 4. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi tingkat harga diri yang dirasakannya, begitu pula sebaliknya. c. Skala penerimaan sosial Skala penerimaan sosial digunakan untuk mengukur tingkat penerimaan sosial yang dirasakan oleh subjek. Skala penerimaan sosial dimodifikasi oleh peneliti dari perceived acceptance scale Brock dkk. (1998) dengan melakukan alih bahasa. Skala penerimaan sosial ini berdasarkan aspek penerimaan sosial yang terdiri dari perceived acceptance of father, perceived acceptance of mother, perceived acceptance of family dan perceived acceptance of friends. Skala penerimaan sosial ini terdiri atas 44 aitem, masing-masing terdiri atas 24 aitem favorable dan 20 aitem unfavorable. Skala penerimaan sosial ini disusun dengan menggunakan empat pilihan jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Pemberian skor pada aitem favorable secara berurutan pada pilihan sangat sesuai hingga sangat tidak sesuai adalah 4, 3, 2, 1, sedangkan pemberian skor pada aitem unfavorable secara berurutan pada pilihan sangat sesuai hingga sangat tidak sesuai adalah 1, 2, 3, 4. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi tingkat penerimaan sosial yang dirasakannya, begitu pula sebaliknya. 58 B. Pelaksanaan Penelitian 1. Penentuan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah cover dancer boyband dan girlband Korea yang aktif melakukan kegiatan cover dance minimal setahun, berada dalam rentang usia 18-25 tahun dan berada di Kota Malang saat penelitian dilakukan. Sampel diambil dengan menggunakan teknik incidental sampling, karena sampel yang representatif dalam penelitian ini diambil secara kebetulan, yaitu mendatangi tempat latihan atau basecamp dari masingmasing dancer cover dan memberikan print out skala pada dancer cover yang ditemui. Roscoe (dalam Sugiyono, 2012), berpendapat bahwa dalam penelitian yang melakukan analisis multivariat (korelasi atau regresi berganda), jumlah minimal anggota sampel adalah 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Penelitian ini memiliki tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu variabel tergantung, maka jumlah anggota sampel yang diperlukan adalah sebanyak minimal 30 orang. Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 85 orang. 2. Pengumpulan Data Pengumpulan data penelitian menggunakan uji-coba terpakai, yaitu skala hanya satu kali disebar dan diuji cobakan kepada responden. Penentuan pengumpulan data dengan cara ini terkait dengan jumlah cover dancer boyband dan girlband Korea di Kota Malang tidak diketahui dengan pasti jumlah populasinya dan adanya keterbatasan waktu. Uji-coba terpakai 59 memiliki kelemahan, diantaranya tidak dapat menghindari aitem-aitem yang kurang jelas maksudnya, tidak dapat memperbaiki aitem yang menghasilkan jawaban yang dangkal, dan tidak dapat menghilangkan aitem yang tidak relevan dengan tujuan penelitian. Pengumpulan data penelitian dilakukan sejak tanggal 8 Maret 2016 hingga 20 Maret 2016 dengan cara mendatangi tempat latihan atau basecamp dari masing-masing manajemen atau grup cover dancer boyband dan girlband Korea yang ada di Kota Malang. Peneliti memberikan print out skala pada cover dancer yang sesuai dengan kriteria yang ditemui pada saat itu. Peneliti juga menyediakan skala online untuk cover dancer yang tidak dapat ditemui secara langsung. Pada tanggal 20 Maret 2016 peneliti menemui responden dan mengumpulkan data pada acara Love Parade White Day K-pop Cover Competition. Pada acara tersebut terdapat cover dancer competition, sehingga peneliti dapat bertemu responden yang sesuai dengan kriteria. Jumlah respons yang diterima oleh peneliti sebanyak 93. Setelah dilakukan pemeriksaan, sebanyak 85 respons layak dianalisis, sedangkan 8 respons tidak memenuhi kriteria subjek penelitian. 3. Pelaksanaan Skoring Data yang terkumpul dan memenuhi kriteria selanjutnya dilakukan skoring atau penilaian pada jawaban masing-masing responden sesuai dengan kriteria skoring yang telah ditentukan. Kriteria skor skala eksistensi diri, skala harga diri, dan skala penerimaan sosial bernilai sama, disesuaikan dengan 60 kategori aitem, favorable dan unfavorable. Kriteria skor tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 5 Kriteria Skoring Skala Kategori Jawaban Sangat Sesuai (SS) Sesuai (S) Tidak Sesuai (TS) Sangat Tidak Sesuai (STS) Favorable 4 3 2 1 Unfavorable 1 2 3 4 4. Validitas dan Reliabilitas Data yang terkumpul kemudian ditabulasi dan dianalisis untuk mengetahui validitas tiap aitem dan reliabilitas dari ketiga skala penelitian. Uji validitas muka (face validity) dilakukan berdasarkan professional judgment, yang dilakukan oleh pembimbing sebagai pihak yang berkompeten. Selanjutnya, pengujian validitas pada ketiga skala menggunakan teknik pengujian Bivariate Pearson atau yang sering disebut sebagai korelasi Product Momen Pearson yang menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 20 untuk mempermudah pengolahan data. Pengujian validitas menggunakan taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut (Priyatno, 2008): a. Jika r hitung r tabel maka aitem-aitem pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid). b. Jika r hitung r tabel maka aitem-aitem pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid). 61 Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur. Pengujian reliabilitas skala penelitian ini menggunakan formula Cronbach’s Alpha dengan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 20. Reliabilitas dinyatakan dengan koefisien reliabilitas yang berada dalam rentang angka dari 0 sampai dengan 1,00 (Azwar, 2013). Batasan reliabilitas penelitian ini menggunakan pendapat Sekaran (dalam Priyatno, 2008), yaitu koefisien reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah baik. a. Skala eksistensi diri Berdasarkan hasil analisis product-moment Pearson, didapatkan nilai korelasi antara skor aitem dengan skor total. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel pada signifikansi 0,05 dan jumlah data (N) = 85, diperoleh nilai r tabel sebesar 0,2133. Hasil perbandingan nilai r tabel dengan nilai korelasi (r hitung) dari 46 aitem yang dianalisis, terdapat sembilan aitem yang nilainya kurang dari 0,2133, yaitu aitem nomor 2, 3, 5, 7, 23, 26, 34, 36, dan 43, sehingga dapat disimpulkan bahwa aitem tersebut tidak valid. Hasil uji daya beda aitem selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Distribusi aitem skala eksistensi diri yang valid dan gugur dapat dilihat pada tabel di bawah ini: 62 Tabel 6 Distribusi Aitem Skala Eksistensi Diri yang Valid dan Gugur No 1 2 3. 4. Aspek Perception Recognition of values Freedom Indikator Perilaku Mengumpulkan informasi yang relevan dan mengenal kondisi dan keadaan dari situasi Mempersepsikan objek duniawi sebagaimana adanya (bukan secara esensi, namun dalam pengertian yang dapat dikomunikasikan). Selalu menemukan fakta dan kemungkinankemungkinan yang realistis. Memahami hubungan kualitatif antar objek duniawi dan antara objek duniawi dengan dirinya sendiri Mengembangkan lebih banyak prioritas tujuan yang bermakna Sadar dengan pilihan dan konsekuensi yang diambil. Kemampuan dalam menentukan sikap terhadap dirinya sendiri dan dunianya. Menempatkan sebuah Responsibility keputusan ke dalam tindakan. Nomor Aitem Fav Unfav Valid Gugur Valid Gugur - - 19 - - - - 3, 5, 43 - - 32, 40,42, 44 - 21 - 12, 14, 27, 33, 35, 41 - - 2, 36 4, 11, 13, 45 34 - - 9, 10, 24, 31 - 15 26 17, 18, 28, 46 23 - - 2 3 1, 6, 8, 16, 20, 22, 25, 29, 30, 37, 38, 39 35 7 6 63 Hasil pengujian reliabilitas skala eksistensi diri menunjukkan nilai Alpha sebesar 0,889. Hal ini menunjukkan bahwa skala eksistensi diri dapat dinyatakan reliabel sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian. b. Skala harga diri Berdasarkan hasil analisis product-moment Pearson, didapatkan nilai korelasi antara skor aitem dan skor total. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel pada signifikansi 0,05 dan jumlah data (N) = 85, diperoleh nilai r tabel = 0,2133. Hasil perbandingan nilai r tabel dengan nilai korelasi (r hitung) dari 40 aitem yang dianalisis, terdapat lima aitem yang nilainya kurang dari 0,2133, yaitu aitem nomor 16, 23, 28, 36 dan 39, sehingga dapat disimpulkan bahwa aitem tersebut tidak valid. Hasil uji daya beda aitem selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Distribusi aitem skala harga diri yang valid dapat dilihat pada tabel di bawah ini: 64 Tabel 7 Distribusi Aitem Skala Harga Diri yang Valid dan Gugur No 1 2 3. 4. Aspek Indikator Perilaku Mempunyai kontrol diri yang baik Memiliki semangat yang tinggi dalam menjalani Power kehidupan Mampu mengambil keputusan untuk diri sendiri. Merasa memperoleh penerimaan dari orang Significance lain. Merasa puas dengan hidup yang dijalani Bersikap sesuai norma yang berlaku. Virtue Merasa dapat menjadi panutan yang baik untuk orang lain Memiliki perasaan bahwa dirinya berprestasi Competence Mempunyai keyakinan untuk sukses Nomor Aitem Fav Unfav Valid Gugur Valid Gugur 9, 31 - 10, 40 - 8 - 27 - 11, 32 - 7 39 22, 33 28 6, 12 - 5, 34 - 13 23, 36 15, 29 - 20, 24 - 2, 19, 30 - 25, 37 16 1, 17 - 18, 26 - 17 3 18 2 4, 21, 35 3, 14, 38 Hasil pengujian reliabilitas skala harga diri menunjukkan nilai Alpha sebesar 0,859. Hal ini menunjukkan bahwa skala harga diri dapat dinyatakan reliabel sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian. c. Skala penerimaan sosial Berdasarkan hasil analisis product-moment Pearson, didapatkan nilai korelasi antara skor aitem dan skor total. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel pada signifikansi 0,05 dan jumlah data (N) = 85, diperoleh nilai r tabel = 0,2133. Hasil perbandingan - 65 nilai r tabel dengan nilai korelasi (r hitung) dari 44 aitem yang dianalisis, terdapat tiga aitem kurang dari 0,2133, yaitu aitem nomor 13, 17 dan 25, sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga aitem tersebut tidak valid. Hasil uji daya beda aitem selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Distribusi aitem skala harga diri yang valid dan gugur dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 8 Distribusi Aitem Skala Penerimaan Sosial yang Valid dan Gugur No 1. 2. Aspek Indikator Perilaku Perceived Acceptance of Father Perceived Acceptance of Mother Merasa mendapat kepedulian dan penghargaan dari ayah. Merasa mendapat kepedulian dan penghargaan dari ibu. Merasa mendapat kepedulian dan penghargaan dari keluarga secara keseluruhan. Merasa mendapat kepedulian dan penghargaan dari temanteman. 3. Perceived Acceptance of Family 4. Perceived Acceptance of Friends Nomor Aitem Fav Unfav Valid Gugur Valid Gugur 16,20, 4, 24,28, 8,12, 36,40 32 6, 10, 2, 18, 14, 22, 26, 30 34, 38 3, 15, 7, 11, 19, 23, 27, 39, 31, 35 41, 42 5, 21, 13,17, 29, 1, 9, 44 25 33, 37, 43 21 3 20 0 Hasil pengujian reliabilitas skala penerimaan sosial menunjukkan nilai Alpha sebesar 0,950. Hal ini menunjukkan bahwa skala penerimaan sosial dapat dinyatakan reliabel sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian. 66 C. Analisis Data Penelitian Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (harga diri dan penerimaan sosial) dengan variabel tergantung (eksistensi diri). Perhitungan analisis data dilakukan setelah syarat uji asumsi, baik uji asumsi dasar maupun klasik terpenuhi. Uji asumsi dasar terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas, sedangkan uji asumsi klasik terdiri dari uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Perhitungan analisis data dalam penelitian ini menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 20. 1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji normalitas data Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji One Sample Kolmonogrov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5% atau 0,05 (Priyatno, 2008). Hasil perhitungan uji normalitas penelitian ini disajikan dalam tabel berikut: 67 Tabel 9 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Eksistensi Harga Penerimaan Diri Diri Sosial N 85 85 85 Kolmogorov.487 .606 .591 Smirnov Z Asymp. Sig. (2.972 .856 .876 tailed) a. Test distribution is Normal. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 9, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi eksistensi diri sebesar 0,972, harga diri sebesar 0,856, dan penerimaan sosial sebesar 0,876. Nilai signifikansi ketiga variabel lebih besar dari 0,05 (p-value > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa data ketiga variabel penelitian ini berdistribusi normal. b. Uji linearitas Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Pengujian linearitas dalam penelitian ini menggunakan Test for Linearity dengan taraf signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear jika signifikansi (Linearity) kurang dari 0,05. Hasil perhitungan uji linearitas dapat dilihat pada tabel berikut: 68 Tabel 10 Hasil Uji Linearitas antara Eksitensi Diri dan Harga Diri ANOVA Table Eksistensi Between Diri * Harga Groups Diri (Combined) Linearity Deviation from Linearity Within Groups Total Sum of Mean Squares Df Square F Sig. 7271.760 32 227.242 2.436 .002 4806.768 1 4806.768 51.526 .000 2464.992 31 79.516 .852 .679 4851.017 52 12122.776 84 93.289 Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 10, diketahui nilai signifikansi (linearity) antara eksistensi diri dan harga diri sebesar 0,000. Nilai signifikansi kurang dari 0,05 (p-value < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel eksistensi diri dan harga diri terdapat hubungan yang linear. Tabel 11 Hasil Uji Linearitas antara Eksistensi Diri dan Penerimaan Sosial Eksistensi Diri * Penerimaan Sosial ANOVA Table Sum of Squares Between (Combined) 8893.226 Groups Linearity 1639.148 Deviation 7254.078 from Linearity Within Groups 3229.550 Total 12122.776 df 46 1 45 38 84 Mean Square F Sig. 193.331 2.275 .005 1639.148 19.287 .000 161.202 1.897 .023 84.988 69 Selanjutnya, pada tabel 11, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi (linearity) antara eksistensi diri dan penerimaan sosial sebesar 0,000. Nilai signifikansi kurang dari 0,05 (p-value < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel eksistensi diri dan penerimaan sosial terdapat hubungan yang linear. c. Uji multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui adanya adanya hubungan linear antar variabel bebas dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Uji multikolinearitas dalam penelitian ini menggunakan nilai variance inflation factor (VIF) (Priyatno, 2008). Menurut Santoso (dalam Priyatno, 2008), pada umumnya jika VIF lebih besar dari 5, maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel lainnya. Hasil uji multikolinearitas disajikan dalam tabel berikut: Tabel 12 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant) Harga Diri .741 Penerimaan .741 Sosial a. Dependent Variable: Eksistensi Diri 1.349 1.349 70 Berdasarkan perhitungan pada tabel 12, dapat diketahui nilai variance inflation factor (VIF) kedua variabel, yaitu harga diri dan penerimaan sosial adalah 1,349 lebih kecil dari 5 (VIF < 5), sehingga dapat disimpulkan bahwa antarvariabel bebas dalam penelitian ini tidak terjadi persoalan multikolinearitas. d. Uji otokorelasi Uji otokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya otokorelasi dalam model regresi. Uji otokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut (Priyatno, 2008): a) Jika DW lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL), maka terdapat otokorelasi. b) Jika DW terletak antara dU dan (4-dU), maka tidak terdapat otokorelasi. c) Jika DW terletak antara dL dan dU atau di antara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti. Hasil uji otokorelasi disajikan dalam tabel berikut: 71 Tabel 13. Hasil Uji Otokorelasi Model Model Summaryb R Adjusted R Std. Error of R Square Square the Estimate a .632 .400 .385 9.422 DurbinWatson 2.258 dimension a. Predictors: (Constant), Penerimaan Sosial, Harga Diri b. Dependent Variable: Eksistensi Diri Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai DW sebesar 2,258, adapun dari tabel DW dengan signifikansi 0,05 dan jumlah data (n) = 85, serta k = 2 (k adalah jumlah variabel bebas) diperoleh nilai dL sebesar 1,5995 dan dU sebesar 1,6957 dan nilai (4-dU) adalah sebesar 2,3043. Nilai DW sebesar 2,258 berada pada daerah antara dU dan (4-dU) (1,6957< 2,258< 2,3043), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat otokorelasi. e. Uji heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas (Priyatno, 2008). Cara mendeteksi apakah telah terjadi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan membuat plot data antara nilai-nilai prediksi (ZPRED = Regression Standardized Predicted Value) pada sumbu X dengan nilai residualnya (SRESID = Regression Studentized Predicted Value) pada sumbu Y. Jika dalam plot tidak ada pola yang jelas, seperti 72 titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas pada penelitian ini dapat dilihat pada pola gambar scatterplot berikut: Gambar 1. Scatterplot Hasil Uji Heteroskedastisitas B Berdasarkan pola gambar scatterplot di atas, dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y dan tidak membentuk pola yang jelas. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. 2. Uji Hipotesis Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda, yaitu hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel bebas 73 (X1, X2) dengan variabel tergantung (Y) (Priyatno, 2008). Analisis regresi linear berganda dibantu program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 20 untuk pengolahan datanya. a. Uji simultan F Uji simultan F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas (X1, X2) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel tergantung (Y). Prasyarat hasil uji F menunjukkan variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel tergantung jika nilai signifikansi lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditentukan, yaitu p-value <0,05 atau nilai Fhitung> Ftabel. Signifikan berarti hubungan yang terjadi dapat berlaku untuk populasi (dapat digeneralisasikan) (Priyatno, 2008). Hasil uji F disajikan dalam tabel berikut: Tabel 14 Hasil Uji F ANOVAb Model Sum of Squares Df Mean Square 1 Regression 4843.527 2 2421.763 Residual 7279.250 82 88.771 Total 12122.776 84 a. Predictors: (Constant), Penerimaan Sosial, Harga Diri b. Dependent Variable: Eksistensi Diri F 27.281 Sig. .000a Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, diperoleh nilai Fhitung sebesar 27,281 dan nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,000. Nilai Ftabel pada taraf signifikansi 0,05, df 1 (jumlah variabel – 1) = 2, dan df 2 74 (n – k – 1) = 82 (n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel bebas) adalah sebesar 3,11. Nilai Fhitung > Ftabel (27,281 > 3,11) dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara harga diri dan penerimaan sosial dengan eksistensi diri. b. Analisis korelasi ganda (R) Analisis korelasi ganda (R) digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel tergantung secara serentak. Nilai koefisien korelasi ganda (R) pada model summary menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara variabel bebas secara serentak terhadap variabel tergantung. Nilai R berkisar antara 0 sampai 1, nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah (Priyatno, 2008). Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut (Sugiyono, 2012): 75 Tabel 15 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000 Tingkat Hubungan Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat Hasil analisis korelasi ganda (R) untuk penelitian ini dapat dilihat pada output model summary berikut: Tabel 16 Hasil Analisis Korelasi Ganda Model Model Summary Adjusted R Std. Error of R R Square Square the Estimate a 1 .632 .400 .385 9.422 dimension0 a. Predictors: (Constant), Penerimaan Sosial, Harga Diri Hasil analisis korelasi ganda yang disajikan dalam outputmodel summary menunjukkan nilai koefisien R sebesar 0,632. Berdasarkan pedoman interpretasi koefisien korelasi menurut Sugiyono (2012), nilai koefisien tersebut berada pada rentang 0,60 – 0,799, yang menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang kuat antara harga diri dan penerimaan sosial dengan eksistensi diri. 76 c. Analisis determinasi (R2) Analisis determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel bebas secara serentak terhadap variabel tergantung (Y). Koefisien ini menunjukkan seberapa besar persentase variasi variabel bebas dalam penelitian ini mampu menjelaskan variasi variabel tergantung. R2 sama dengan 0, maka tidak ada sedikitpun persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel bebas terhadap variabel tergantung. Sebaliknya, R2 sama dengan 1, maka persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel bebas terhadap variabel tergantung adalah sempurna (Priyatno, 2008). Hasil analisis determinasi untuk penelitian ini dapat dilihat pada output model summary berikut: Tabel 17 Hasil Analisis Determinasi Model Summary Adjusted R Std. Error of the Model R R Square Square Estimate a dimension0 1 .632 .400 .385 9.422 a. Predictors: (Constant), Penerimaan Sosial, Harga Diri Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai R2 (R Square) sebesar 0,400 atau 40%. Hal ini menunjukkan bahwa sumbangan pengaruh variabel bebas (harga diri dan penerimaan sosial) terhadap variabel tergantung (eksistensi diri) sebesar 40% atau variabel bebas (harga diri dan penerimaan sosial) mampu menjelaskan variabel tergantung (eksistensi 77 diri) sebesar 40%. Sedangkan sisanya sebesar 60% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. 3. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran tentang ringkasan data-data penelitian (Priyatno, 2008). Deskripsi data penelitian ini disajikan dalam tabel berikut: Tabel 18 Deskriptif Data Empirik Descriptive Statistics N Eksistensi Diri Harga Diri Penerimaan Sosial Valid N (listwise) Range 85 85 85 85 Minimum Maximum 61 49 94 72 73 61 133 122 155 Mean 102.27 97.95 118.60 Std. Deviation 12.013 9.921 20.479 Tabel 19 Deskriptif Data Penelitian Data Hipotetik Skala N ED HD 85 85 37 35 PS 85 41 Data Empirik M SD 148 140 92.5 87.5 18.5 17.5 72 73 133 122 102.27 97.95 12.013 9.921 164 102.5 20.5 61 155 118.60 20.479 Skor Skor Min Maks Skor Skor Min Maks M Keterangan: ED: Eksistensi Diri HD: Harga Diri PS :Penerimaan Sosial SD 78 Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada tabel 22, selanjutnya dilakukan kategorisasi responden secara normatif untuk memberikan interpretasi skor pada skala eksistensi diri, harga diri dan penerimaan sosial. Kategorisasi yang digunakan adalah kategori jenjang, tujuannya untuk menempatkan individu dalam kelompok-kelompok yang posisinya berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur (Azwar, 2013). Kontinum ini akan dibagi menjadi lima kategori pada tiap skala, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Kategorisasi responden pada tiap variabel penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 20 Kategorisasi Responden Penelitian Variabel Eksistensi Diri Harga Diri Penerimaan Sosial Kategorisasi Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Norma 37 59,2 81,4 103,6 125,8 35 56 77 98 119 41 65,6 90,2 114,8 139,4 X < 59,2 X < 81,4 X < 103,6 X < 125,8 X 148 X < 56 X < 77 X < 98 X < 119 X 140 X < 65,6 X < 90,2 X < 114,8 X < 139,4 X 164 Jumlah Responden Frek % 5 5,88% 38 44,71% 41 48,23% 1 1,18% 3 3,53% 39 45,88% 40 47,06% 3 3,53% 2 2,35% 3 3,53% 34 40% 29 34,12% 17 20% 79 Berdasarkan tabel kategorisasi di atas, maka penjelasan untuk tiap kategorisasi skala adalah sebagai berikut: a. Eksistensi diri Hasil analisis kategorisasi variable eksistensi diri menunjukkan bahwa 5,88% cover dancer dalam penelitian ini memiliki tingkat eksistensi diri yang rendah, 44,71% memiliki tingkat eksistensi diri yang sedang, 48,23% memiliki tingkat eksistensi diri yang tinggi, dan 1,18% memiliki tingkat eksistensi diri yang sangat tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara umum cover dancer boyband dan girlband Korea dalam penelitian ini memiliki tingkat eksistensi diri yang tinggi. b. Harga diri Hasil analisis kategorisasi variabel harga diri menunjukkan bahwa 3,53% cover dancer dalam penelitian ini memiliki tingkat harga diri yang rendah, 45,88% memiliki tingkat harga diri yang sedang, 47,06% memiliki tingkat harga diri yang tinggi, dan 3,53% memiliki tingkat harga diri yang sangat tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara umum cover dancer boyband dan girlband Korea dalam penelitian ini memiliki tingkat harga diri yang tinggi. c. Penerimaan sosial Hasil analisis kategorisasi variabel penerimaan sosial menunjukkan bahwa 2,35% cover dancer dalam penelitian ini memiliki tingkat penerimaan sosial yang sangat rendah, 3,53% memiliki tingkat penerimaan 80 sosial yang rendah, 40% memiliki tingkat penerimaan sosial yang sedang, 34,12% memiliki tingkat penerimaan sosial yang tinggi dan 20% memiliki tingkat penerimaan sosial yang sangat tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara umum cover dancer boyband dan girlband Korea dalam penelitian ini memiliki tingkat penerimaan sosial yang sedang. 4. Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif Sumbangan relatif (SR) dan sumbangan efektif (SE) memberikan informasi mengenai besarnya sumbangan pengaruh tiap variabel prediktor terhadap variabel kriterium dalam model analisis regresi. Sumbangan relatif menunjukkan besarnya sumbangan suatu variabel prediktor terhadap jumlah kuadrat regresi, sedangkan sumbangan efektif menunjukkan besarnya sumbangan suatu variabel prediktor terhadap keseluruhan efektifitas garis regresi yang digunakan sebagai dasar prediksi. Hasil penghitungan menunjukkan: a) SR harga diri dengan eksistensi diri adalah sebesar 94,18% dan SR penerimaan sosial dengan eksistensi diri sebesar 5,82%. b) SE harga diri dengan eksistensi diri sebesar 37,67% dan SE penerimaan sosial dengan eksistensi diri sebesar 2,33%. c) Total sumbangan efektif harga diri dan penerimaan sosial dengan eksistensi diri sebesar 40% ditunjukkan oleh nilai determinasi ( sebesar 0,40. ) 81 5. Analisis Tambahan Penelitian ini menggunakan kuesioner yang berisi tentang keterangan jenis kelamin dan lamanya responden menjadi cover dancer. Sebagai data pelengkap, peneliti juga melakukan analisis tambahan dengan melakukan kategorisasi berdasarkan jenis kelamin dan lamanya menjadi cover dancer. Subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin terdiri dari 34 cover dancer lakilaki dan 51 cover dancer perempuan. Sedangkan menurut lamanya menjadi cover dancer, terdapat rentang satu hingga enam tahun. Setelah dilakukan kategorisasi, dilakukan penghitungan t-test untuk mengetahui adanya perbedaan jenis kelamin dan lamanya menjadi cover dancer pada tiap variabel. Selain itu, peneliti juga memasukkan uji korelasi parsial sebagai analisis tambahan. a. Uji korelasi parsial Uji korelasi parsial dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel dengan mengendalikan atau membuat tetap variabel lainnya yang dianggap berpengaruh. Nilai korelasi (r) berkisar antara 1 sampai -1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah (lihat tabel 18 dan 19). Nilai positif menunjukkan hubungan searah (X naik maka Y naik) dan nilai negatif menunjukkan hubungan terbalik (X naik maka Y turun) (Priyatno, 2008). 82 Hasil uji korelasi parsial pada penelitian ini disajikan dalam tabel berikut: Tabel 21 Hasil Uji Korelasi Eksistensi Diri dengan Harga Diri Correlations Control Variables Penerimaan Sosial Harga Diri Eksistensi Diri Correlation Significance (2tailed) Df Correlation Significance (2tailed) Df Harga Diri 1.000 . Eksistensi Diri .553 .000 0 .553 .000 82 1.000 . 82 0 Berdasarkan tabel di atas, nilai korelasi antara variabel eksistensi diri dengan variabel harga diri yang diperoleh dengan mengendalikan variabel penerimaan sosial adalah sebesar 0,553 (p-value 0,000< 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sedang antara eksistensi diri dengan harga diri jika tingkat penerimaan sosial tetap. Sedangkan arah hubungan adalah positif karena nilai r positif, artinya semakin tinggi tingkat harga diri, maka semakin meningkatkan eksistensi diri. Nilai signifikansi kurang dari 0,05 menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara variabel eksistensi diri dengan variabel harga diri. 83 Tabel 22 Hasil Uji Korelasi Eksistensi Diri dengan Penerimaan Sosial Correlations Control Variables Harga Diri Eksistensi Diri Correlation Significance (2tailed) Df Penerimaan Correlation Sosial Significance (2tailed) Df Eksistensi Penerimaan Diri Sosial 1.000 .071 . .522 0 .071 .522 82 1.000 . 82 0 Berdasarkan tabel di atas, nilai korelasi antara variabel eksistensi diri dengan variabel penerimaan sosial yang diperoleh dengan mengendalikan variabel harga diri adalah sebesar 0,071 (p-value 0,522> 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi hubungan antara eksistensi diri dengan penerimaan sosial jika tingkat harga diri tetap. Nilai signifikansi lebih dari 0,05 menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel eksistensi diri dengan variabel penerimaan sosial. b. Eksistensi diri 1). Kategorisasi skala eksistensi diri berdasarkan jenis kelamin Kategorisasi pada skala eksistensi diri dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pada perempuan dan laki-laki dengan lima kategorisasi tingkat eksistensi diri. Kategorisasi skala eksistensi diri berdasarkan jenis kelamin disajikan pada tabel berikut: 84 Tabel 23 Kategorisasi Responden Penelitian pada Skala Eksistensi Diri Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Perempuan (N=51) Laki-laki (N=34) Kategorisasi Frekuensi Persentase (%) Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 0 4 22 25 0 0 1 16 16 1 0 7,84 43,14 49,02 0 0 2,94 47,06 47,06 2,94 Berdasarkan kategorisasi responden perempuan pada skala eksistensi diri, dapat diketahui bahwa sebanyak 7,84% perempuan memiliki tingkat eksistensi diri yang rendah, 43,14% memiliki tingkat eksistensi diri yang sedang, dan 49,02% memiliki tingkat eksistensi diri yang tinggi. Sementara itu, kategorisasi responden laki-laki pada skala eksistensi diri menunjukkan bahwa sebanyak 2,94% memiliki tingkat eksistensi diri yang rendah, 47,06% memiliki tingkat eksistensi diri yang sedang, 47,06% memiliki tingkat eksistensi diri yang tinggi, dan 2,94% memiliki tingkat eksistensi diri sangat tinggi. Secara umum, responden laki-laki dan perempuan memiliki tingkat eksistensi diri yang tinggi. 85 Selanjutnya dilakukan uji sebagai berikut: Tabel 24 Hasil Uji Perbedaan Eksistensi Diri Berdasarkan Kategorisasi Jenis Kelamin Independent Samples Test Levene's Test for Equality of t-test for Equality of Means Variances F Ed Equal variances assumed Equal variances not assumed .046 Sig. .831 T .143 Df Mean Sig. (2Std. Error Differenc tailed) Difference e 83 .887 .382 2.675 .142 68.87 9 .888 .382 2.697 Berdasarkan data pada tabel 24, nilai signifikansi Levene’s Test sebesar 0,831 (p-value > 0,05), yang berarti kelompok pria dan wanita adalah sama (homogen). Kemudian dilihat hasil uji independent sample t-test untuk mengetahui signifikan atau tidaknya perbedaan tingkat eksistensi diri berdasarkan jenis kelamin. Hasil ouput data didapatkan nilai thitung sebesar 0,143 dan nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,887. Nilai thitung < ttabel (0,143 < 1,989) dan p-value > 0,05 (0,887> 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata tingkat eksistensi diri pada responden laki-laki dan perempuan. 86 2). Kategorisasi skala eksistensi diri berdasarkan lamanya menjadi cover dancer Responden dikelompokkan menjadi dua kelompok berdasarkan lamanya menjadi cover dancer boyband dan girlband Korea. Pengelompokan ini didasarkan pada data responden yang diperoleh, yaitu menjadi cover dancer selama 1-6 tahun, sehingga peneliti membagi lamanya menjadi cover dancer menjadi dua kelompok, yaitu responden dengan menjadi cover dancer selama 1-3 tahun dan 4-6 tahun. Kategorisasi eksistensi diri responden berdasarkan lamanya menjadi cover dancer disajikan pada tabel berikut: Tabel 25 Kategorisasi Responden Penelitian pada Skala Eksistensi Diri Berdasarkan Lamanya Menjadi Cover Dancer Lamanya Menjadi Cover Dancer 1-3 tahun 4-5 tahun Kategorisasi Frekuensi Persentase (%) Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 0 5 23 25 0 0 0 15 16 1 0 9,43 43,4 47,17 0 0 0 46,875 50 3,125 Berdasarkan kategorisasi responden yang menjadi cover dancer selama 1-3 tahun pada skala eksistensi diri, dapat diketahui bahwa sebanyak 0% (tidak ada) responden memiliki tingkat eksistensi diri yang sangat rendah dan sangat tinggi, 9,43% memiliki tingkat eksistensi diri 87 yang rendah, 43,4% memiliki tingkat eksistensi diri yang sedang, serta 47,17% memiliki tingkat eksistensi diri yang tinggi. Sementara itu, kategorisasi responden yang menjadi cover dancer selama 4-6 tahun pada skala eksistensi diri menunjukkan bahwa sebanyak 0% (tidak ada) memiliki tingkat eksistensi diri yang sangat rendah dan rendah, 46,875% memiliki tingkat eksistensi diri yang sedang, 50% memiliki tingkat eksistensi diri yang tinggi, dan 3,125% memiliki tingkat eksistensi diri yang sangat tinggi. Secara umum, responden yang menjadi cover dancer selama 1-3 tahun dan 4-6 tahun memiliki tingkat eksistensi diri yang tinggi. Selanjutnya dilakukan uji sebagai berikut: Tabel 26 Hasil Uji Perbedaan Eksistensi Diri Berdasarkan Kategorisasi Lamanya Menjadi Cover Dancer Independent Samples Test Levene's Test for Equality of t-test for Equality of Means Variances F eksistensi Equal diri variances assumed Equal variances not assumed 2.554 Sig. .114 T -1.781 Df Mean Sig. (2Std. Error Differenc tailed) Difference e 83 .079 -4.728 2.655 -1.893 77.557 .062 -4.728 2.498 88 Berdasarkan data pada tabel 26, nilai signifikansi Levene’s Test sebesar 0,114 (p-value > 0,05), yang berarti kelompok responden yang menjadi cover dancer selama 1-3 tahun dan responden yang menjadi cover dancer selama 4-6 tahun adalah sama (homogen). Kemudian dilihat hasil uji independent sample t-test untuk mengetahui signifikan atau tidaknya perbedaan tingkat eksistensi diri berdasarkan lamanya menjadi cover dancer. Hasil ouput data didapatkan nilai thitung sebesar -1,781 dan nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,079. Nilai thitung < ttabel (-1,781<1,970) dan p-value > 0,05 (0,079>0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata tingkat eksistensi diri pada responden yang menjadi cover dancer selama 1-3 tahun dan responden yang menjadi cover dancer selama 4-6tahun. c. Harga Diri 1). Kategorisasi skala harga diri berdasarkan jenis kelamin Kategorisasi pada skala harga diri dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pada perempuan dan laki-laki dengan lima kategorisasi tingkat harga diri. Kategorisasi skala harga diri berdasarkan jenis kelamin disajikan pada tabel berikut: 89 Tabel 27 Kategorisasi Responden Penelitian pada Skala Harga Diri Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Perempuan (N=51) Laki-laki (N=34) Kategorisasi Frekuensi Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 0 2 21 27 1 0 1 18 13 2 Persentase (%) 0 3,92 41,18 52,94 1,96 0 2,94 52,94 38,23 5,88 Berdasarkan kategorisasi responden perempuan pada skala harga diri, dapat diketahui bahwa sebanyak 3,92% perempuan memiliki tingkat harga diri yang rendah, 41,18% memiliki tingkat harga diri yang sedang, 52,94% memiliki tingkat harga diri yang tinggi dan 1,96% memiliki tingkat harga diri yang sangat tinggi. Sementara itu, kategorisasi responden laki-laki pada skala harga diri menunjukkan bahwa sebanyak 5,88% laki-laki memiliki tingkat harga diri yang sangat tinggi, 38,23% memiliki tingkat harga diri yang tinggi, 52,94% memiliki tingkat harga diri yang sedang, dan 2,94% memiliki tingkat harga diri yang rendah. Secara umum, responden laki-laki memiliki tingkat harga diri yang sedang dan perempuan memiliki tingkat harga diri yang tinggi. 90 Selanjutnya dilakukan uji sebagai berikut: Tabel 28 Hasil Uji Perbedaan Harga Diri Berdasarkan Kategorisasi Jenis Kelamin Independent Samples Test Levene's Test for Equality of t-test for Equality of Means Variances F harga Equal diri variances assumed Equal variances not assumed .002 Sig. T .966 -.098 -.097 Std. Sig. Mean Error Df (2Differen Differen tailed) ce ce 83 .922 -.216 2.210 69.832 .923 -.216 Berdasarkan data pada tabel 28, nilai signifikansi Levene’s Test sebesar 0,966 (p-value > 0,05), yang berarti kelompok pria dan wanita adalah sama (homogen). Kemudian dilihat hasil uji independent sample t-test untuk mengetahui signifikan atau tidaknya perbedaan tingkat harga diri berdasarkan jenis kelamin. Hasil ouput data didapatkan nilai thitung sebesar -0,98 dan nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,922. Nilai thitung < ttabel (-0,98<1,989) dan p-value > 0,05 (0,922> 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata tingkat harga diri pada responden laki-laki dan perempuan. 2.219 91 2). Kategorisasi skala harga diri berdasarkan lamanya menjadi cover dancer Responden dikelompokkan menjadi dua kelompok berdasarkan lamanya menjadi cover dancer boyband dan girlband Korea. Pengelompokan ini didasarkan pada data responden yang diperoleh, yaitu menjadi cover dancer selama 1-6 tahun, sehingga peneliti membagi lamanya menjadi cover dancer menjadi dua kelompok, yaitu responden dengan menjadi cover dancer selama 1-3 tahun dan 4-6 tahun. Kategorisasi harga diri responden berdasarkan lamanya menjadi cover dancer disajikan pada tabel berikut: Tabel 29 Kategorisasi Responden Penelitian pada Skala Harga Diri Berdasarkan Lamanya Menjadi Cover Dancer Lamanya Menjadi Cover Dancer 1-3 tahun 4-5 tahun Kategorisasi Frekuensi Persentase (%) Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 0 3 24 26 0 0 0 15 14 3 0 5,66 45,28 49,06 0 0 0 46,875 43,75 9,375 Berdasarkan kategorisasi responden yang menjadi cover dancer selama 1-3 tahun pada skala harga diri, dapat diketahui bahwa sebanyak 0% (tidak ada) responden memiliki tingkat harga diri yang sangat rendah dan sangat tinggi, 5,66% memiliki tingkat harga diri yang rendah, 45,28% 92 memiliki tingkat harga diri yang sedang, serta 49,06% memiliki tingkat harga diri yang tinggi. Sementara itu, kategorisasi responden yang menjadi cover dancer selama 4-6 tahun pada skala harga diri menunjukkan bahwa sebanyak 0% (tidak ada) memiliki tingkat harga diri yang sangat rendah dan rendah, 46,875% memiliki tingkat harga diri yang sedang, 43,75% memiliki tingkat harga diri yang tinggi, dan 9,375% memiliki tingkat harga diri yang sangat tinggi. Secara umum, responden yang menjadi cover dancer selama 1-3 tahun memiliki tingkat harga diri yang tinggi dan 4-6 tahun memiliki tingkat harga diri yang sedang. Selanjutnya dilakukan uji sebagai berikut: Tabel 30 Hasil Uji Perbedaan Harga Diri Berdasarkan Kategorisasi Lamanya Menjadi Cover Dancer Independent Samples Test Levene's Test for Equality of t-test for Equality of Means Variances F harga Equal diri variances assumed Equal variances not assumed 1.000 Sig. T .320 -1.582 Std. Sig. Mean Error Df (2- Differenc Differen tailed) e ce 83 .117 -3.483 2.201 -1.622 70.625 .109 -3.483 Berdasarkan data pada tabel 30, nilai signifikansi Levene’s Test sebesar 0,320 (p-value > 0,05), yang berarti kelompok responden yang menjadi cover dancer selama 1-3 tahun dan responden yang menjadi 2.148 93 cover dancer selama 4-6tahun adalah sama (homogen). Kemudian dilihat hasil uji independent sample t-test untuk mengetahui signifikan atau tidaknya perbedaan tingkat harga diri berdasarkan lamanya menjadi cover dancer. Hasil ouput data didapatkan nilai thitung sebesar -1,582 dan nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,117. Nilai thitung < ttabel (-1,582<1,970) dan p-value > 0,05 (0,117>0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata tingkat harga diri pada responden yang menjadi cover dancer selama 1-3 tahun dan responden yang menjadi cover dancer selama 4-6tahun. d. Penerimaan Sosial 1). Kategorisasi skala penerimaan sosial berdasarkan jenis kelamin Kategorisasi pada skala penerimaan sosial dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pada perempuan dan laki-laki dengan lima kategorisasi tingkat penerimaan sosial. Kategorisasi skala penerimaan sosial berdasarkan jenis kelamin disajikan pada tabel berikut: 94 Tabel 31 Kategorisasi Responden Penelitian pada Skala Penerimaan Sosial Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Perempuan (N = 51) Laki-laki (N = 34) Kategorisasi Frekuensi Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1 1 22 18 9 1 2 12 11 8 Persentase (%) 1,96 1,96 43,14 35,29 17,65 2,94 5,88 35,29 32,35 23,53 Berdasarkan kategorisasi responden perempuan pada skala penerimaan sosial, dapat diketahui bahwa sebanyak 1,96% perempuan memiliki tingkat penerimaan sosial yang sangat rendah, 1,96% memiliki tingkat penerimaan sosial yang rendah, 43,14% memiliki tingkat penerimaan sosial yang sedang, 35,29% memiliki tingkat penerimaan sosial yang tinggi, dan 17,65% memiliki tingkat penerimaan sosial yang sangat tinggi. Sementara itu, kategorisasi responden laki-laki pada skala penerimaan sosial menunjukkan bahwa sebanyak 2,94% laki-laki memiliki tingkat penerimaan sosial yang sangat rendah, 5,88% memiliki tingkat penerimaan sosial yang rendah, 35,29% memiliki tingkat penerimaan sosial yang sedang, 32,35% memiliki tingkat penerimaan sosial yang tinggi dan 23,53% memiliki tingkat penerimaan sosial yang sangat tinggi. Secara umum, responden laki-laki dan perempuan memiliki tingkat penerimaan sosial yang sedang. 95 Selanjutnya dilakukan uji sebagai berikut: Tabel 32 Hasil Uji Perbedaan Penerimaan Sosial Berdasarkan Kategorisasi Jenis Kelamin Independent Samples Test Levene's Test for Equality of t-test for Equality of Means Variances F penerimaan Equal social variances assumed Equal variances not assumed .130 Sig. T .720 .243 Std. Mean Sig. (2Error Df Differen tailed) Differenc ce e 83 .809 1.108 4.560 .240 67.599 .811 1.108 Berdasarkan data pada tabel 32, nilai signifikansi Levene’s Test sebesar 0,720 (p-value > 0,05), yang berarti kelompok pria dan wanita adalah sama (homogen). Kemudian dilihat hasil uji independent sample t-test untuk mengetahui signifikan atau tidaknya perbedaan tingkat penerimaan sosial berdasarkan jenis kelamin. Hasil ouput data didapatkan nilai thitung sebesar 0,243 dan nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,809. Nilai thitung < ttabel (0,243 < 1,989) dan p-value > 0,05 (0,809> 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata tingkat penerimaan sosial pada responden laki-laki dan perempuan. 4.621 96 2). Kategorisasi skala penerimaan sosial berdasarkan lamanya menjadi cover dancer Responden dikelompokkan menjadi dua kelompok berdasarkan lamanya menjadi cover dancer boyband dan girlband Korea. Pengelompokan ini didasarkan pada data responden yang diperoleh, yaitu menjadi cover dancer selama 1-6 tahun, sehingga peneliti membagi lamanya menjadi cover dancer menjadi dua kelompok, yaitu responden dengan menjadi cover dancer selama 1-3 tahun dan 4-6 tahun. Kategorisasi penerimaan sosial responden berdasarkan lamanya menjadi cover dancer disajikan pada tabel berikut: Tabel 33 Kategorisasi Responden Penelitian pada Skala Penerimaan Sosial Berdasarkan Lamanya Menjadi Cover Dancer Lamanya Menjadi Cover Dancer 1-3 tahun 4-5 tahun Kategorisasi Frekuensi Persentase (%) Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 2 2 21 17 11 0 1 13 12 6 3,77 3,77 39,62 32,07 20,75 0 3,125 40,625 37,5 18,75 Berdasarkan kategorisasi responden yang menjadi cover dancer selama 1-3 tahun pada skala penerimaan sosial, dapat diketahui bahwa sebanyak 3,77% responden memiliki tingkat penerimaan sosial yang sangat rendah, 3,77% memiliki tingkat penerimaan sosial yang rendah, 97 39,62% memiliki tingkat penerimaan sosial yang sedang, 32,07% memiliki tingkat penerimaan sosial yang tinggi, dan 20,75% memiliki tingkat penerimaan sosial yang sangat tinggi. Sementara itu, kategorisasi responden yang menjadi cover dancer selama 4-6 tahun pada skala penerimaan sosial menunjukkan bahwa sebanyak 0% (tidak ada) memiliki tingkat penerimaan sosial yang sangat rendah, 3,125% memiliki tingkat penerimaan sosial yang rendah, 40,625% memiliki tingkat penerimaan sosial yang sedang, 37,5% memiliki tingkat penerimaan sosial yang tinggi, dan 18,75% memiliki tingkat penerimaan sosial yang sangat tinggi. Secara umum, responden yang menjadi cover dancer selama 1-3 tahun dan 4-6 tahun memiliki tingkat penerimaan sosial yang sedang. Selanjutnya dilakukan uji sebagai berikut: Tabel 34 Hasil Uji Perbedaan Penerimaan Sosial Berdasarkan Kategorisasi Lamanya Menjadi Cover Dancer Independent Samples Test Levene's Test for Equality of t-test for Equality of Means Variances F penerimaan Equal social variances assumed Equal variances not assumed 1.147 Sig. t .287 .089 Std. Sig. Mean Error Df (2Differen Differenc tailed) ce e 83 .929 .411 4.612 .093 73.64 5 .926 .411 4.432 98 Berdasarkan data pada tabel 34, nilai signifikansi Levene’s Test sebesar 0,287 (p-value > 0,05), yang berarti kelompok responden yang menjadi cover dancer selama 1-3 tahun dan responden yang menjadi cover dancer selama 4-6 tahun adalah sama (homogen). Kemudian dilihat hasil uji independent sample t-test untuk mengetahui signifikan atau tidaknya perbedaan tingkat penerimaan sosial berdasarkan lamanya menjadi cover dancer. Hasil ouput data didapatkan nilai thitung sebesar 0,089 dan nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,929. Nilai thitung < ttabel (0,089< 1,970) dan p-value > 0,05 (0,929> 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata tingkat penerimaan sosial pada responden yang menjadi cover dancer selama 1-3 tahun dan responden yang menjadi cover dancer selama 4-6 tahun. 3). Kategori skala penerimaan sosial ditinjau dari aspeknya Eksistensi diri ditinjau dari empat aspek penerimaan sosial, yaitu untuk mengetahui aspek penerimaan sosial mana yang memiliki pengaruh paling besar terhadap eksistensi diri dengan melihat nilai beta pada setiap aspek. Keempat aspek tersebut adalah perceived acceptance of father, perceived acceptance of mother, perceived acceptance of family, dan perceived acceptance of friends. Hasil analisis beta aspek kepuasan pernikahan disajikan pada tabel berikut: 99 Tabel 35. Hasil Analisis Beta Aspek Penerimaan Sosial Model Coefficientsa Standardized Coefficients Unstandardized Coefficients Std. B Error 1 (Constant) PAdad PAmom PAfam PAfriends 62.504 .115 .019 .111 1.295 Beta 8.698 .233 .388 .323 .358 T .063 .010 .076 .417 7.186 .493 .049 .342 3.613 Sig. .000 .624 .961 .733 .001 Correlations Zeroorder Partial Part .320 .203 .277 .479 .055 .005 .038 .375 a. Dependent Variable: ED Berdasarkan tabel 35, diketahui nilai koefisien beta paling besar adalah nilai beta aspek perceived acceptance of friends, yaitu sebesar 0,417 dengan nilai signifikansi 0,001 (p-value < 0,05). Dengan demikian, dapat diketahui bahwa aspek penerimaan sosial yang memiliki pengaruh paling besar pada eksistensi diri pada cover dancer boyband dan girlband Korea adalah aspek perceived acceptance of friends atau penerimaan teman. D. Pembahasan Hipotesis dalam penelitian dengan judul hubungan antara harga diri dan penerimaan sosial dengan eksistensi diri pada cover dancer boyband dan girlband Korea di Kota Malang ini dapat diterima. Terdapat hubungan yang signifikan antara harga diri dan penerimaan sosial dengan eksistensi diri pada cover dancer boyband dan girlband Korea di Kota Malang. Hasil tersebut ditunjukkan melalui .048 .005 .033 .351 100 hasil uji hipotesis yang ditunjukkan oleh nilai yang lebih besar dari yaitu 3,11 ( pada uji F sebesar 27,281 = 27,281 > ), dengan signifikansi 0,000 (p < 0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa, variabel harga diri dan variabel penerimaan sosial secara bersama-sama memiliki hubungan yang signifikan dengan variabel eksistensi diri. Selain itu, kategori yang dibentuk antara variabel harga diri dan penerimaan sosial termasuk dalam kategori kuat. Penggolongan ke dalam kategori kuat diperoleh dari hasil perhitungan korelasi ganda yang menunjukkan angka koefisien R sebesar 0,632. Hal ini berarti bahwa terjadi korelasi signifikan yang kuat dan positif antara variabel harga diri dan penerimaan sosial dengan eksistensi diri. Sehingga semakin tinggi harga diri dan penerimaan sosial pada cover dancer boyband dan girlband Korea, semakin tinggi pula eksistensi diri yang dimiliki, begitu pula sebaliknya. Harga diri mempunyai andil dalam pemenuhan eksistensi diri seseorang, Hal ini sesuai dengan pendapat Santrock (2007) yang menyebutkan bahwa harga diri disebut juga kelangsungan hidup dari jiwa yang merupakan sarana bagi pertumbuhan eksistensi seseorang. Harga diri dalam hal ini merujuk pada evaluasi keseluruhan atas diri seorang individu (Santrock, 2007). Individu yang memiliki harga diri tinggi berarti individu yang memandang dirinya positif. Semakin tinggi harga diri seseorang maka ia akan semakin sadar terhadap kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dan memandang kelebihan-kelebihan tersebut lebih penting dari kelemahannya. Sebaliknya, individu dengan harga diri rendah cenderung memfokuskan diri terhadap kelemahan dirinya dan memandang dirinya secara 101 negatif (Baron & Byrne dalam Aditomo, 2004). Dari pernyataan di atas, individu yang mempunyai harga diri yang tinggi akan lebih menyadari akan potensipotensi yang dimilikinya, sehingga ia akan berusaha untuk mengembangkannya. Menurut Binswanger dan Boss (dalam Brouwer, 1987), eksistensi diri dapat diartikan sebagai pengungkapan potensi-potensi bawaan yang dengan kebebasannya, manusia dapat memilih mana yang ingin direalisasikannya. Jadi, dapat dikatakan bahwa bila seseorang mampu mengevalusai secara positif kedeluruhan dirinya serta menyadari dan mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya, maka semakin tinggi harga diri yang dimilikinya dan semakin tinggi pemenuhan eksistensi dirinya. Salah satu masalah utama pada eksistensi diri seseorang terletak pada orang lain. Manusia secara konstan berada dalam relasi dengan manusia lain yang menjadikan keberadaan dirinya (Misiak & Sexton, 2005). Senada dengan Misiak dan Sexton, Heidegger (dalam Bastaman, 1996) menyatakan bahwa, alles dasein ist mitsein yang berarti bahwa mengada sebagai pribadi (being person) selalu berarti mengada bersama pribadi lain (being with other person). Pernyataan diatas mengungkapkan bahwa dalam pemenuhan eksistensi, manusia tidak akan lepas dari peran orang lain. Penerimaan dan penolakan dalam lingkungan sosial mempunyai pengaruh kuat terhadap sikap, perasaan, pikiran, perbuatan dan penyesuaian diri seseorang. Penerimaan sosial bagi seseorang adalah adanya rasa berharga dan berarti serta dibutuhkan oleh kelompoknya (Sinthia, 2011). Oleh karena itu bersama dengan adanya harga diri, penerimaan dalam lingkungan sosial mempunyai pengaruh kuat terhadap pemenuhan eksistensi diri seseorang. 102 Cover dancer boyband dan girlband Korea yang memiliki harga diri yang tinggi disertai juga dengan tingginya penerimaan sosial yang diterima dari orangorang disekitarnya akan memiliki eksistensi diri yang tinggi. Hal ini ditandai dengan perasaan bahwa hidupnya bermakna dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang bermakna pula, dalam hal ini adalah kegiatan cover dance. Selain itu, ketika eksistensi diri terpenuhi, maka akan tinggi pula mental health dan well-being (Yalom dalam Brouwers & Tomic, 2012) serta akan terhindar dari existential vacuum yang merupakan manifestasi dari kebosanan dalam menjalani hidup (Frankl, 1964). Berdasarkan hasil perhitungan sumbangan hubungan variabel bebas (harga diri dan penerimaan sosial) secara bersama-sama terhadap variabel terikat (eksistensi diri), diperoleh R square sebesar 0,400 atau 40%. Ini berarti, variabel eksistensi diri dapat dijelaskan oleh variabel harga diri dan penerimaan sosial sebesar 40%. Sedangkan sisanya, 60% eksistensi diri dipengaruhi oleh variabel atau faktor lain di luar penelitian ini. Berdasarkan hasil penghitungan kategorisasi skala eksistensi diri dapat diketahui bahwa responden dalam penelitian ini memiliki tingkat eksistensi diri pada kategori tinggi dan bahkan tidak ada satupun yang tergolong dalam kategori sangat rendah. Perincian kategorisasi adalah sebagai berikut, sebanyak 5 orang atau 5,88% responden memiliki eksistensi diri yang rendah, 38 orang (44,71%) memiliki eksistensi diri yang sedang, 41 orang (48,23%) memiliki eksistensi diri yang tinggi, dan 1 orang (1,18%) memiliki eksistensi diri yang sangat tinggi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar cover dancer boyband dan 103 girlband Korea di Kota Malang memiliki tingkat eksistensi diri pada kategori tinggi, meskipun demikian jumlah cover dancer boyband dan girlband Korea yang mempunyai eksistensi diri dengan kategori tinggi belum mencapai setengah dari jumlah responden yang diteliti. Hasil penghitungan kategorisasi pada skala harga diri mempunyai rincian sebagai berikut, sebanyak 3 orang atau 3,53% responden memiliki harga diri yang rendah, 39 orang (45,88%) memiliki harga diri yang sedang, 40 orang (47,06%) memiliki harga diri yang tinggi, 3 orang lainnya atau sebesar 3,53% responden memiliki harga diri yang sangat tinggi dan tidak ada yang masuk dalam kategori sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar cover dancer boyband dan girlband Korea di Kota Malang memiliki tingkat harga diri pada kategori tinggi. Kategorisasi skala penerimaan sosial menghasilkan rincian sebagai berikut, sebanyak 2 orang atau 2,35% responden memiliki penerimaan sosial yang sangat rendah, 3 orang (3,53%) memiliki penerimaan sosial yang rendah, 34 orang (40%) memiliki penerimaan sosial yang sedang, 29 orang (34,12%) memiliki penerimaan sosial yang tinggi, dan 17 orang lainnya atau sebesar 20% responden memiliki penerimaan sosial yang sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar cover dancer boyband dan girlband Korea di Kota Malang memiliki tingkat penerimaan sosial pada kategori sedang. Dilihat dari hasil perhitungan sumbangan relatif dan sumbangan efektif variabel harga diri dan penerimaan sosial terhadap eksistensi diri menunjukkan bahwa harga diri lebih dominan dalam mempengaruhi eksistensi diri daripada 104 penerimaan sosial. Hasil sumbangan relatif untuk variabel harga diri sebesar 94,18%, sedangkan untuk variabel penerimaan sosial sebesar 5,82%. Hasil sumbangan efektif harga diri dengan eksistensi diri sebesar 37,67% dan penerimaan sosial dengan eksistensi diri sebesar 2,33%. Harga diri merupakan bagian dari self yang merupakan faktor penting untuk mencapai eksistensi diri. Menurut Vaughan & Hogg (dalam Sarwono & Meinarno, 2009), harga diri positif sangat diperlukan seseorang untuk mendapatkan perasaan nyaman dengan dirinya, mengatasi kecemasan, mengatasi kesepian dan mengatasi penolakan sosial. Hasil penelitian Luhtanen & Crocker (2005) menunjukkan bahwa mereka yang paling bergantung pada sumber-sumber di luar dirinya, mempunyai harga diri paling rapuh dari pada mereka yang mempunyai nilai diri yang berakar lebih banyak dari sumber-sumber internal. Harga diri yang rapuh ini lebih rentan terhadap masalah seperti stres, kemarahan, masalah dalam hubungan, penyalahgunaan alkohol dan obat, dan gangguan makan. Senada dengan Luhtanen & Crocker, Rodgers & Thompson (2015) mengatakan bahwa manusia harus dapat menolak godaan apapun untuk ditentukan, khususnya oleh orang lain, yang karenanya suatu ketidakmampuan untuk memperbaiki pandangan mereka tentang dirinya dapat menjadi ‘neraka’. Dari hasil perhitungan sumbangan relatif, sumbangan efektif, dan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor internal sangat berpengaruh terhadap eksistensi diri seseorang daripada faktor eksternal. Harga diri yang merupakan faktor internal (sumbangan efektifnya 37,67% dan sumbangan relatifnya 94,18%) lebih 105 mempengaruhi eksistensi diri dari pada penerimaan sosial yang merupakan faktor eksternal (sumbangan efektifnya 2,33% dan sumbangan relatifnya 5,82%). Hasil perhitungan korelasi parsial menunjukkan bahwa harga diri mempunyai hubungan yang signifikan dan positif dengan eksistensi diri. Perhitungan korelasi parsial penerimaan sosial dengan eksistensi diri menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan, yang artinya penerimaan sosial saja tidak cukup berpengaruh terhadap eksistensi diri. Responden yang mendapatkan penerimaan sosial yang tinggi tanpa memiliki harga diri yang positif, tidak akan mampu mencapai eksistensi diri terkait dengan aktivitasnya sebagai cover dancer boyband dan girlband Korea. Sedangkan responden yang hanya memiliki harga diri yang tinggi tanpa disertai oleh penerimaan sosial, akan mencapai tingkat eksistensi diri yang lebih rendah dari pada bila terdapat kedua variable secara berasamaan terkait dengan aktivitasnya sebagai cover dancer boyband dan girlband Korea. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap responden cover dancer boyband dan girlband Korea, eksistensi diri bergantung pada harga diri yang dimilikinya, juga penerimaan sosial yang diterimanya dari orang-orang disekitarnya. Dengan demikian kedua variabel yakni harga diri dan penerimaan sosial, tidak dapat dipisahkan pengaruhnya terhadap eksistensi diri pada cover dancer boyband dan girlband Korea. Hal ini disebabkan kedua variable tersebut berkaitan satu dengan yang lainnya. Menurut Coopersmith (1967), faktor yang mempengaruhi harga diri ada dua yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan sosial. Penelitian ini mengambil aspek penerimaan sosial dari Brock dkk. (1998) yang mengemukakan bahwa penerimaan keluarga termasuk dalam salah satu dari 106 empat aspek dari penerimaan sosial. Selain itu, Mappiare (1997) menjelaskan bahwa akibat langsung adanya penerimaan sosial bagi remaja adalah adanya rasa berharga dan berarti serta dibutuhkan oleh lingkungan sosialnya, dalam hal ini penerimaan sosial juga dapat meningkatkan harga diri seseorang. Penelitian ini mendapat informasi tambahan mengenai jenis kelamin, lamanya responden menjadi cover dancer, dan analisis masing-masing aspek penerimaan sosial terhadap eksistensi diri. Berdasarkan jenis kelamin responden, diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan eksistensi diri pada cover dancer boyband dan girlband Korea di Kota Malandang. Hal tersebut disimpulkan dari hasil penghitungan berdasarkan independent sample t-test dengan nilai thitung < ttabel (0,143<1,98) dan p-value > 0,05 (0,887 > 0,05). Berdasarkan lamanya responden menjadi cover dancer, diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara lamanya responden menjadi cover dancer dengan eksistensi diri pada cover dancer boyband dan girlband Korea di Kota Malang. Hal tersebut disimpulkan dari hasil penghitungan berdasarkan independent sample t-test dengan nilai thitung < ttabel (-1,781 <1,970) dan p-value > 0,05 (0,079 > 0,05). Berdasarkan kategorisasi responden laki-laki dan perempuan pada skala harga diri, dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan harga diri pada cover dancer boyband dan girlband Korea di Kota Malang. Hal tersebut disimpulkan dari hasil penghitungan berdasarkan independent sample t-test dengan nilai thitung < ttabel (-0,98<1,989) dan p-value > 0,05 (0,922 > 0,05). Berdasarkan lamanya responden menjadi cover dancer, 107 diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara lamanya responden menjadi cover dancer dengan harga diri pada cover dancer boyband dan girlband Korea di Kota Malang. Hal tersebut disimpulkan dari hasil penghitungan berdasarkan independent samples t-test dengan nilai thitung < ttabel (-1,582 <1,970) dan p-value > 0,05 (0,117 > 0,05). Berdasarkan kategorisasi responden laki-laki dan perempuan pada skala penerimaan sosial, dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan penerimaan sosial pada cover dancer boyband dan girlband Korea di Kota Malang. Hal tersebut disimpulkan dari hasil penghitungan berdasarkan independent sample t-test dengan nilai thitung < ttabel (0,089 < 1,989) dan p-value > 0,05 (0,809 > 0,05). Berdasarkan lamanya responden menjadi cover dancer, diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara lamanya responden menjadi cover dancer dengan penerimaan sosial pada cover dancer boyband dan girlband Korea di Kota Malang. Hal tersebut disimpulkan dari hasil penghitungan berdasarkan independent samples t-test dengan nilai thitung < ttabel (0,089 < 1,970) dan p-value > 0,05 (0,929 > 0,05). Berdasarkan analisis beta pada aspek penerimaan sosial dengan eksistensi diri, diperoleh nilai beta tertinggi dimiliki oleh perceived acceptance of friends, yaitu sebesar 0,417 dengan nilai signifikansi 0,001 (p-value < 0,05). Dengan demikian, dapat diketahui bahwa aspek penerimaan sosial yang memiliki pengaruh paling besar pada eksistensi diri pada cover dancer boyband dan girlband Korea adalah aspek perceived acceptance of friends atau penerimaan teman. Sesuai dengan pernyataan Hurlock (2007), pada masa remaja hubungan 108 dengan teman lebih penting dan mendalam dari pada dengan keluarga. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan remaja yang menghabiskan lebih banyak waktu dengan teman dari pada dengan keluarga, dan mereka mencoba untuk menghindari pengawasan yang ketat oleh orang dewasa (Dacey dkk., 2009). Penelitian ini tidak terlepas dari adanya keterbatasan selama proses pelaksanaan. Pertama, jumlah responden penelitian kurang representatif. Hal ini dikarenakan tidak diketahui jumlah angka secara pasti cover dancer boyband dan girlband Korea di Kota Malang. Kedua, kurang meratanya jumlah subjek untuk setiap jenis atau kategori subjek. Keterbatasan yang masih ditemukan pada penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi penelitian selanjutnya agar memerikan hasil yang lebih baik dengan penyempurnaan prosedur pelaksanaan penelitian. Disamping itu, penelitian ini mempunyai kelebihan, yaitu belum terdapat penelitian terdahulu mengenai hubungan antara harga diri dan penerimaan sosial dengan eksistensi diri pada cover dancer boyband dan girlband Korea, sehingga data yang dihasilkan dapat dijadikan rujukan informasi bagi peneliti selanjutnya yang membutuhkan. Selain itu, peneliti juga mampu membuktikan hipotesis yang ditetapkan pada awal penelitian. Pembahasan penelitian ini juga dilengkapi dengan analisis tambahan sebagai data pelengkap. Data yang dihasilkan dari analisis tambahan ini akan dapat dijadikan rujukan informasi yang bersifat data penelitian bagi peneliti selanjutnya.